Ach Syaihu, Motivasi Sebagai Core Pengajaran di Kelas
MOTIVASI SEBAGAI CORE PENGAJARAN DI KELAS Oleh: Ach. Syaiku Abstrak Dengan adanya penemuan-penemuan baru, kini pengajaran di kelas lebih disesuaikan dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan pemahaman murid. Ini berbeda dengan yang dulu dimana pengajaran lebih terpusat pada guru. Apa yang dianggap penting oleh guru itulah yang diajarkan. Kini pandangan ini berubah dan terpusat pada murid. Salah satu yang mendorong murid untuk aktif belajar adalah pengajaran yang berbasis pada motivasi guru. Key Word : guru, murid, motivasi
Pendahuluan Pengajaran tradisional menitikberatkan pada metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid. Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan/perkembangan, serta pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid. (Syaiful Bahri Djamarah: 2002, 45) Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang disampaikan oleh guru. Tokoh pendidikan yang memulai pandangan baru ini, antara lain: Dr. Ovide Dicroly, yang terkenal dengan pengajaran berdasarkan "pusat minat" anak makan, pakaian, permainan atau bekerja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya seperti Dr. John Dewey, yang terkenal dengan "pengajaran proyeknya", yang berdasarkan pada masalah yang menarik minat siswa, sistem persekolahan lainnya. Sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid. Murid dapat dipaksa untuk mengikuti sesuatu perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu 73
JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011
sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat digiring ke sungai tetapi tak dapat dipaksa untuk minum. Demikian juga halnya dengan murid; guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada mereka, akan tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar dalam arti sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas guru yang paling berat, yakni bagaimana caranya berusaha agar murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinyu. (R Mudyahardjo: 2001, 76-77) 1. Pengertian Motivasi Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuankelakuan lain pada seseorang; (2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya, dapat dilihat kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya. Menurut Me. Donald: motivation is an energy change -within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction. (Muhibinsyah: 2003, 33) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di dalam definisi ini, kita dapat lihat, bahwa ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut : a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahanperubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. b) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan katakatanya dengan lancar dan cepat akan keluar. c) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang 74
Ach Syaihu, Motivasi Sebagai Core Pengajaran di Kelas
tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes. (Mulyasa: 2005, 108) 2. Komponen-Komponen Motivasi Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai. 3. Analisis dan Tinjauan terhadap Motivasi Antara kebutuhan - motivasi - perbuatan atau kelakuan, tujuan dan kepuasan terdapat hubungan dan kaitan yang kuat. Setiap perbuatan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Timbulnya motivasi oleh karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan tadi terarah kepada pencapaian tujuan tertentu pula. Apabila tujuan telah tercapai maka ia akan merasa puas. Kelakuan yang telah memberikan kepuasan terhadap sesuatu kebutuhan akan cenderung untuk diulang kembali, sehingga ia akan menjadi lebih kuat dan lebih mantap. 4. Motivasi dan Kebutuhan Kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan ini timbul oleh karena adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau disebabkan oleh perangsang kejadian-kejadian di lingkungan organisme. Begitu terjadi pembahan tadi maka begitu timbul energi yang mendasari kelakuan ke arah tujuan. Jadi, timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang. (Adjai Roiuson: 1990, 23) 5. Motivasi dan Drive Drive adalah sesuatu perubahan dalam struktur neurofisiologis seseorang yang menjadi dasar organis dari 75
JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011
perubahan energi, yang disebut motivasi. Jadi timbulnya motivasi dikarenakan terjadinya perubahan-perubahan neurofisiologis. Dikatakan oleh Morgan dan Stellar, bahwa: A drive is an intuiting neourophysiological condition that is a change in the neourophvsiological structure of person which is the organic basis for the energy change we call motivation.
Jelas sekali bahwa hubungan antara motivasi dan drive dan kebutuhan ternyata erat sekali. (M Syah: 1996, 34) 6. Motivasi dan Tujuan Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan yang apabila tercapai akan memuaskan individu. Adanya tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong timbulnya motivasi. Jadi, suatu tujuan dapatjuga membangkitkan timbu!-nya motivasi dalam diri seseorang. Dikatakan oleh William Burton, bahwa: Individuals are motivated by purposes and goals which make sense to those individuals motivating then becomes the subtle of seizing upon natural purposes already exsisting, within the on going activities of the learnes, or setting the stage, manipulating the environment so that purposes meaningful to the learner are brought to light. (Syaiful Sagala: 2003, 156) 1. Motivasi dan Incentive Incentive ialah hal-hal yang disediakan oleh lingkungan (guru) dengan maksud merangsang murid bekerja lebih giat dan lebih baik, misalnya: kenaikan kelas, hadiah, dan lain-lain. Incentive dapat untuk memuaskan atau tidak memuaskan kebutuhan individu. Incentive dapat menjadi tujuan atau identik dengan tujuan. Jadi, terdapat hubungan yang erat antara motivasi dan incentive. ( M Surya: 1997, 98). Guru-guru sering kali menggunakan incentive untuk memberikan motivasi kepada siswa didik untuk mencapai tujuantujuan yang diinginkan. Incentive ini akan bermanfaat apabila mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasan kepada kebutuhan psikologis siswa. Karena itu guru harus kreatif dan imajinatif menyediakan incentive tersebut. 8. Fungsi Motivasi
76
Ach Syaihu, Motivasi Sebagai Core Pengajaran di Kelas
Dari uraian di atasjelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi berikut ini: a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. la berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. 9. Nilai Motivasi dalam Pengajaran Adalah menjadi tanggung jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar murid. Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: a) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. b) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan. c) Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari caracara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memiliki set/motivation yang baik. d) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di dalam kelas. e) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian 77
JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011
penggunaan asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses belajar mengajar. 10. Jenis-Jenis Motivasi Pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) motivasi intrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh Emerson, The reward of a thing well done is to have done it. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, pertentangan, dan persaingan yang bersifat negatif ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang dapat dikerjakan oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam memotivasi siswa kita tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru. Sesungguhnya sulit untuk menentukan mana yang lebih baik, motivasi intrinsik atau ekstrinsik; Memang yang dikehendaki ialah timbulnya motivasi intrinsik pada siswa akan tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu dapat timbul. Karena itu, karena adanya tanggung jawab guru agar pengajaran siswa berhasil dengan baik maka membangkitkan motivasi ekstrinsik ini menjadi kewajiban guru untuk melaksanakannya. Diharapkan lambat laun akan timbul kesadaran sendiri pada siswa untuk belajar. Jadi, sasaran guru ialah untuk menimbulkan self motivation.
78
Ach Syaihu, Motivasi Sebagai Core Pengajaran di Kelas
Prinsip-Prinsip Motivasi Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discipline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut. 1. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar murid. 2..Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin. 3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri murid sendiri. 4. Terhadapjawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement). Apabila sesuatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya lebih mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar. 5. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid yang juga berminat tinggi dan atunsias. Murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya. 6. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya dorongannya.
79
JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011
7. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila murid diberi kesempatan menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri maka akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik. 8. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadangkadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka murid akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar. 9. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid. Cara mengajar yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang, dan menyenangkan seperti halnya bermain dengan alat permainan yang berlainan. 10. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis. Minat khusus yang telah dimiliki oleh murid, minatnya bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi. 11. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat muridmurid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai. Hal ini disebabkan karena berbedanya tingkat abilitas di kalangan siswa. Karena itu, guru yang hendak membangkitkan minat murid-muridnya supaya menyesuaikan usahanya dengan kondisi-kondisi yang ada pada mereka. 12. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar siswa, sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain, sehingga kegiatan belajamya menjadi tidak efektif. 13. Kecemasan dan frustrasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik. Keadaan emosi yang lemah dapat menimbulkan perbedaan yang lebih energik, kelakuan yang lebih hebat. 14. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustrasi secara cepat menuju ke demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu maka akan menyebabkan murid-murid melakukan hal-hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustrasi yang terkandung di dalam dirinya. 80
Ach Syaihu, Motivasi Sebagai Core Pengajaran di Kelas
15. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustrasi toleransi yang berlainan. Ada murid yang karena kegagalannya justru menimbulkan incentive tetapi ada siswa yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan, misalnya tergantung pada stabilitas emosinya masing-masing. 16. Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektifdalam motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa. Para siswa (terutama para adolesenf) sedang mencari kebebasan dari orang dewasa, ia menempatkan hubungan per grupnya lebih tinggi. la bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh per grupnya dan demikian sebaliknya. Karena itu kalau guru hendak membimbing murid-murid belajar maka arahkanlah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru murid tersebut akan belajar dengan baik. 17. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid. Dengan teknik mengajar yang tertentu motivasi muridmurid dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh murid apabila diberi semacam penghalang seperti adanya ujian yang mendadak, peraturanperaturan sekolah, dan lain-lain maka kegiatan kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi. (Slameto: 2003, 3439) Demikian beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam rangka membangkitkan dan memelihara motivasi murid dalam belajar. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut. 1) Memberi angka Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajamya menjadi lebih besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustrasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik. 2) Pujian Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang. 81
JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011
3) Hadiah Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para pemenang sayembara atau pertandingan olahraga. 4) Kerja kelompok Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar. 5) Persaingan Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motifmotif sosial kepada murid. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan per-sahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antarkelompok belajar. 6) Tujuan dan level of aspiration Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa. 7) Sarkasme lalah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara murid dan guru. 8) Penilaian Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga men-dorongnya belajar lebih teliti dan saksama. 9) Karyawisata dan ekskursi Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain dari itu, karena objek yang akan 82
Ach Syaihu, Motivasi Sebagai Core Pengajaran di Kelas
dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan. 10) Film pendidikan Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna. 11) Belajar melalui radio Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar murid. Namun yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam diri murid sendiri seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka. (Wina Sanjaya: 2005, 230)
Penutup Demikianlah bahwa pengajaran berbasis motivasi merupakan salah satu bentuk pengajaran yang sangat penting untuk membangun situasi pembelajaran yang elegan dan komunikatif. Sehingga, pembelajaran berlangsung secara multiarah, antara guru dan murid untuk akhirnya mencapai hasil yang maksimal. Bagaimanapun juga, murid perlu diberi motivasi –dengan segala variannya—agar ia dapat terpacu untuk mendapatkan prestasi yang gemilang. Dari murid yang satu ini, insyaallah motivasinya akan tertular pada murid yang lain sehingga semua akan termotivasi untuk berprestasi. Wallahu’alam.
83
JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta, Rineka Cipta Mudyahardjo,R, 2001, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Anak tentang Dasar-dasar Pendidikan pada umumnya, Jakarta Raja Grafindo Perkasa Muhibinsyah, 2003, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rasdakarya Mulyasa, 2005, Menjadi Guru, Menciptakan Pelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung Remaja Rasdakarya Roiuson, Adjai, DM, 1990, Asas-asas Praktek Mengajar, Kriteria Baru dalam Pendidikan, Jakarta Bhava Tava Sagala, Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta Slameto, 2003, Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya Jakarta Rineka Cipta Sanjaya, Wina, 2005, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung CV. Diponogoro Surya, M, (1997). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung Jurusan Psikologi IKIP Bandung Syah, M. (1996) Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Cet, III Bandung Remaja Rasdakarya
84