MOTIVASI DAN PERSEPSI PETANI KENTANG DATARAN TINGGI DIENG TERHADAP PESTISIDA ORGANIK SERTA ANALISISNYA BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
HASNA IZDIHAR
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi dan Persepsi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap Pestisida Organik serta Analisisnya berdasarkan Theory of Planned Behavior adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2012 Hasna Izdihar NIM I24080020
ABSTRACT HASNA IZDIHAR. Motivation and Perception of Potato Farmers in Dieng Plateau toward Organic Pesticide and the Analysis based on Theory of Planned Behavior. Supervised by UJANG SUMARWAN. Potato farmers as consumer of organic pesticide has consumer characteristic such as motivation, perception, and intention to buy. Intention is a good predictor of a behavior based on Theory of Planned Behavior (TPB). This research’s purposes were to analyze relationship between motivation and perception with purchase intention, and testing TPB model of organic pesticide. This research used crosssectional design and involved 100 samples of potato farmers in Dieng Plateau that were collected conveniently. The results showed that safety was the primary motivation, perception of potato farmers in Dieng Plateau toward organic pesticide categorized as middle, attitudes toward behavior (ATB) categorized as low, subjective norms (SN) categorized as middle, perceived behavior control (PBC) categorized as low, and purchase intention categorized as middle. Pearson’s correlation test showed significant correlation between motivation and perception with purchase intention. Structural Equation Modeling analysis result showed that only PBC had influence (γ=0,65; t-value>1,96) toward purchase intention on TPB model. Keywords: Dieng Plateau, organic pesticide, potato farmers, SEM, TPB
ABSTRAK HASNA IZDIHAR. Motivasi dan Persepsi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap Pestisida Organik serta Analisisnya berdasarkan Theory of Planned Behavior. Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN. Petani kentang sebagai konsumen pestisida organik memiliki karakteristik konsumen seperti motivasi, persepsi, dan niat pembelian. Niat merupakan prediktor yang baik untuk sebuah perilaku menurut Theory of Planned Behavior (TPB). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara motivasi dan persepsi dengan niat pembelian, serta menguji model TPB dalam produk pestisida organik. Penelitian ini berdesain cross-sectional dengan 100 contoh petani kentang Dataran Tinggi Dieng yang diambil secara convenience. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keamanan merupakan motivasi utama, persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik tergolong sedang, sikap terhadap perilaku (ATB) tergolong rendah, norma subjektif (SN) tergolong sedang, persepsi pengendalian perilaku (PBC) tergolong rendah, dan niat pembelian tergolong tinggi. Berdasarkan uji korelasi Pearson, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan (p<0,01) antara motivasi dan persepsi dengan niat pembelian. Hasil analisis Structural Equation Modeling menunjukkan bahwa hanya PBC yang memiliki pengaruh (γ=0,65; t-value>1,96) terhadap niat pembelian dalam model TPB. Kata kunci: Dataran Tinggi Dieng, pestisida organik, petani kentang, SEM, TPB
RINGKASAN HASNA IZDIHAR. Motivasi dan Persepsi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap Pestisida Organik serta Analisisnya berdasarkan Theory of Planned Behavior. Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN. Pemaparan mengenai kerugian-kerugian pestisida organik dan keuntungan serta pentingnya penggunaan pestisida organik sudah tersampaikan kepada sebagian besar petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Akan tetapi, penggunaan pestisida kimia masih sangat tinggi dan melebihi ambang batas. Pembelian atau konsumsi pestisida organik dapat diidentifikasi lebih awal melalui niat pembelian dari konsumen, dalam hal ini petani kentang di Dataran Tinggi Dieng. Niat pembelian tersebut dipengaruhi oleh motivasi dan persepsi petani terhadap pestisida organik. Theory of Planned Behavior (TPB) juga menjabarkan bahwa niat pembelian juga dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap suatu tindakan; norma subjektif konsumen; dan persepsi konsumen itu sendiri terhadap kontrol perilaku yang dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara motivasi dan persepsi dengan niat pembelian, serta menganalisis pengaruh dalam model TPB mengenai pembelian produk pestisida organik. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik; 2) menganalisis hubungan karakteristik contoh dengan motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik; 3) menganalisis hubungan motivasi dan persepsi contoh dengan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik; 4) menganalisis pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku contoh terhadap niat pembelian pestisida organik. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dan dilakukan di Desa Bakal, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara yang dipilih secara purposif. Penelitian ini melibatkan 100 contoh petani kentang Dataran Tinggi Dieng yang dipilih secara convenience. Data primer dalam penelitian ini antara lain karakteristik petani (meliputi jenis kelamin, usia, lama pendidikan, penghasilan tani, pendapatan keluarga, dan jumlah sumber pendapatan), karakteristik pertanian (luas lahan, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusaha tani), motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian pestisida organik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji reliabilitasnya dengan nilai Cronbach’s Alpha dari motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian masing-masing yaitu 0,652; 0,680; 0,853; 0,771; 0,453; dan 0,745. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman sedangkan analisis pengaruh menggunakan uji SEM (Structural Equation Modeling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh (97%) berjenis kelamin laki-laki, lebih dari separuh contoh (56%) tergolong dalam dewasa lanjut (25-35 tahun), persentase terbesar tingkat pendidikan contoh (41%) adalah SMP atau sederajat, lebih dari separuh contoh (60%) memiliki penghasilan tani
dibawah 2 juta rupiah per bulan, separuh contoh (50%) memiliki pendapatan keluarga dibawah 2 juta rupiah, dan lebih dari separuh contoh (60%) memiliki jumlah sumber pendapatan 1 sumber, yaitu pertanian saja. Hasil dari karakteristik pertanian yaitu petani dengan luas lahan lebih kecil dari 1 hektar mendominasi contoh (69%), hampir tiga per empat contoh (74%) merupakan petani yang memiliki lahan sendiri, dan lebih dari separuh contoh (53%) memiliki pengalaman berusaha tani selama 10 – 19 tahun. Motivasi petani kentang dalam pembelian pestisida organik didominasi oleh motivasi dengan alasan keamanan, baik terhadap tanah, tanaman, maupun petani yang menggunakan, dan alasan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Sebaran skor persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pembelian pestisida organik sebagian besar berada di tingkat sedang (78%). Hampir separuh petani (43%) memiliki sikap terhadap perilaku penggunaan pestisida organik rendah, lebih dari separuh (54%) memiliki norma subjektif dalam kategori sedang, lebih dari separuh (51%) memiliki persepsi pengendalian perilaku dalam kategori rendah, dan lebih dari tiga per empat petani (77%) memiliki niat pembelian pestisida organik dalam kategori sedang. Hubungan antara karakteristik dengan variabel penelitian yang tampak dari hasil penelitian ini antara lain hubungan negatif antara lama pendidikan contoh dengan motivasi (r= -0,167; p<0,1) dan motivasi eksternal (r= -0,180; p<0,1), hubungan positif (r=0,190; p<0,1) antara jumlah sumber pendapatan dengan motivasi contoh terhadap pestisida organik, hubungan positif sangat signifikan antara jumlah sumber pendapatan petani dengan persepsi (r=0,237; p<0,05), hubungan negatif antara pengalaman berusaha tani dengan persepsi (r= -0,166; p<0,1), hubungan negatif signifikan antara jenis kelamin dengan norma subjektif (r= -0,176; p<0,1) dan sangat signifikan dengan persepsi pengendalian perilaku (r = -0,202; p<0,05), hubungan positif antara luas lahan dengan sikap terhadap perilaku (r=0,171; p<0,1). Motivasi dan persepsi contoh memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan niat pembelian (masing-masing r=0,405; p<0,01 dan r=0,323; p<0,01). Analisis SEM menunjukkan bahwa variabel keyakinan perilaku dan evaluasi memiliki kontribusi yang sama besar terhadap variabel sikap terhadap perilaku, keyakinan normatif lebih berkontribusi dalam merefleksikan norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku hanya tercermin dari keyakinan pengendalian, dan variabel niat bulan ini merupakan variabel yang berkontribusi paling besar terhadap niat pembelian. Sementara itu, persepsi pengendalian perilaku memberikan pengaruh yang positif nyata terhadap pembentukan intensi sebesar 0,65 dengan nilai t>1,96 sedangkan sikap terhadap perilaku dan norma subjektif tidak memiliki pengaruh terhadap niat pembelian pestisida organik. Lebih lanjut, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak dan kuat motivasi, serta semakin baik persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik, semakin tinggi niat pembeliannya. Selain itu, semakin tinggi persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng mengenai kemudahan atau kesulitan dalam pembelian pestisida organik akan meningkatkan niat pembeliannya pada pestida organik. Kata kunci: Dataran Tinggi Dieng, pestisida organik, petani kentang, SEM, TPB viii
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
MOTIVASI DAN PERSEPSI PETANI KENTANG DATARAN TINGGI DIENG TERHADAP PESTISIDA ORGANIK SERTA ANALISISNYA BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
HASNA IZDIHAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi : Motivasi dan Persepsi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap Pestisida Organik serta Analisisnya berdasarkan Theory of Planned Behavior Nama
: Hasna Izdihar
NIM
: I24080020
Disetujui,
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi dan Persepsi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng dan Analisisnya berdasarkan Theory of Planned Behavior”. Sebagai bentuk penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
12.
13.
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswi di Departemen IKK, Irni Rahmayani Johan, SP., M.M. selaku dosen pemandu seminar dan penguji sidang, Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen penguji sidang, Bapak Kepala Desa Suntenjaya, Lembang, Bandung, atas kesediaannya mengizinkan penulis mengambil data untuk uji coba kuesioner penelitian, Bapak Kepala Desa Bakal, Batur, Banjarnegara, atas kesediaannya mengizinkan penulis mengambil data penelitian, Ibu Soipah dan Mas Yahya, atas bantuan waktu, tenaga, pikiran, dan dana dalam pengambilan data, Keluarga besar Pak Dul Syukur, atas kesediaannya memberikan tempat singgah pada peneliti selama proses pengambilan data, Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Ir. Ade Prasetyo, Ir. Amy Gandawati, Salma Fauziyyah, Harits Izzuddin, dan Salsabila Rubina, keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi yang tidak terhingga, Abdi Tunggal Cahyo Suwarto, STP., Dita Putri Astrini, Annisa Saraswati, Nabilla Ayu Fitria, Ita Murdiani, Ririn Nindya Astuti, Ristya Arieningrum, Diara Mutiarani, Rizka Paramitha E.O., Yuli Susanti, dan Restu Gilang Pradika atas segala doa, bantuan, saran, kritik, dan dukungannya, Rekan-rekan penelitian: Arif Ravi Wibowo, Atika Primafebriana, Fitri Dian Sari, Nadya Khairunnisa, Ristania, dan Lita Listiarini atas pengalaman dan kerja keras yang dilakukan bersama serta bantuan-bantuan informasinya, Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasannya. Meskipun demikian, penulis tetap mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Bogor, Oktober 2012 Hasna Izdihar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang..................................................................................................... 1 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4 Tujuan .................................................................................................................. 6 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 7 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9 Theory of Planned Behavior................................................................................ 9 Motivasi Konsumen .......................................................................................... 12 Persepsi Konsumen ........................................................................................... 14 Pestisida Organik ............................................................................................... 15 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 19 METODE PENELITIAN ...................................................................................... 21 Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ............................................................... 21 Teknik Pengambilan Contoh ............................................................................. 21 Jenis dan Cara Pengambilan Data ..................................................................... 21 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................... 22 Definisi Operasional .......................................................................................... 31 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 33 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 33 Karakteristik petani ........................................................................................... 33 Karakteristik Pertanian ...................................................................................... 36 Motivasi ............................................................................................................. 38 Persepsi .............................................................................................................. 39 Dimensi TPB (Sikap terhadap Perilaku, Norma Subjektif, Persepsi Pengendalian Perilaku, dan Niat Pembelian) .................................................... 41 Hubungan Antara Karakteristik Contoh dengan Motivasi, Persepsi, dan Dimensi TPB ..................................................................................................... 47 Hubungan Antara Motivasi dan Persepsi dengan Niat Pembelian .................... 49 Pembahasan ....................................................................................................... 56 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 65 Implikasi Manajerial untuk Penyuluhan ........................................................ 66 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 69 Simpulan ............................................................................................................ 69 Saran .................................................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71 LAMPIRAN .......................................................................................................... 75 RIWAYAT PENULIS .......................................................................................... 83
DAFTAR TABEL 1
Peubah laten dan indikator ........................................................................ 27
2
Variabel teramati dan pembentuknya ........................................................ 28
3
Ukuran kesesuaian pada model SEM ........................................................ 29
4
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin................................................ 34
5
Sebaran contoh berdasarkan usia............................................................... 34
6
Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ................................................... 35
7
Sebaran contoh berdasarkan penghasilan tani ........................................... 35
8
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga .................................... 36
9
Sebaran contoh berdasarkan jumlah sumber pendapatan .......................... 36
10
Sebaran contoh berdasarkan luas lahan yang diolah ................................. 37
11
Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan lahan.............................. 37
12
Sebaran contoh berdasarkan pengalaman berusaha tani............................ 38
13
Motivasi contoh terhadap pembelian pestisida organik ............................ 38
14
Sebaran contoh berdasarkan persepsi ........................................................ 39
15
Sebaran contoh berdasarkan skor total persepsi ........................................ 40
16
Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap perilaku ................................ 41
17
Sebaran contoh berdasarkan skor sikap terhadap perilaku ........................ 42
18
Sebaran contoh berdasarkan norma subjektif ............................................ 43
19
Sebaran contoh berdasarkan skor norma subjektif .................................... 44
20
Sebaran contoh berdasarkan persepsi pengendalian perilaku.................... 45
21
Sebaran contoh berdasarkan skor persepsi pengendalian perilaku............ 46
22
Sebaran contoh berdasarkan niat pembelian ............................................. 46
23
Sebaran contoh berdasarkan skor niat pembelian ..................................... 47
24
Hubungan karakteristik contoh dengan motivasi ...................................... 47
25
Hubungan karakteristik contoh dengan persepsi ....................................... 48
26
Hubungan karakteristik contoh dengan komponen TPB ........................... 49
27
Hubungan motivasi dan persepsi dengan niat pembelian .......................... 49
28
Kecocokan model TPB dari SEM dengan data hasil penelitian ................ 51
29
Sebaran nilai skor variabel laten................................................................ 53
xviii
30
Pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku terhadap niat pembelian ........................................ 55
DAFTAR GAMBAR 1
Skema of Theory of Planned Behavior ....................................................... 9
2
Kerangka konseptual Theory of Planned Behavior .................................. 11
3
Kerangka pemikiran .................................................................................. 20
4
Diagram lintas TPB hybrid model............................................................ 30
5
Diagram lintas model TPB ........................................................................ 52
6
Model pengukuran sikap terhadap perilaku .............................................. 53
7
Model pengukuran norma subjektif .......................................................... 53
8
Model pengukuran persepsi pengendalian perilaku .................................. 54
9
Model pengukuran niat pembelian ............................................................ 55
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian .................................................................................... 75 2 Dokumentasi penelitian ............................................................................... 81
xix
xx
PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan memunculkan sebuah gaya hidup baru di masyarakat secara global. Gaya hidup “Go Green-Back to Nature” menjadi sebuah tren baru yang menimbulkan banyak tuntutan kebutuhan pangan organik. Research Institute of Organic Agriculture FiBL dan IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) menemukan bahwa permintaan pangan organik yang tampak dari pertumbuhan pasar pangan organik di Asia bahkan meningkat 15-20% per tahunnya1). Hal ini tentunya harus diselaraskan dengan pertanian organik. Petani-petani tanaman pangan di Indonesia pun dituntut untuk Go Organik demi memenuhi permintaan konsumen. Petani harus mengurangi penggunaan produk-produk yang berbahan dasar kimia atau sintetis, termasuk untuk pestisida kimia. Pestisida memang seolah-olah menjadi kebutuhan pokok bagi petani untuk mengamankan produksi pertaniannya. Pestisida kimia telah diakui secara luas dapat mengendalikan bermacam hama dan penyakit tanaman pertanian. Pestisida kimia secara umum dinilai memiliki beberapa kelebihan antara lain praktis penggunaannya, hasilnya lebih cepat diketahui, dan lebih efisien baik dari segi waktu maupun ekonomi (Dadang & Prijono 2008). Namun sayangnya, pestisida kimia juga membawa akibat yang merugikan. Menurut Dadang dan Prijono (2008), dampak-dampak pestisida kimia yaitu menurunkan populasi musuh alami yang mengakibatkan biodiversitas organisme pada ekosistem menurun, adanya resistensi hama (hama menjadi kebal), gangguan kesehatan bagi pengguna maupun masyarakat, dan adanya residu petisida pada hasil tani. Hal ini membuat konsumen mulai menghindari pangan yang mengandung residu pestisida kimia. Berdasarkan survey dari Whole Foods Market 2 ), sebanyak 70% konsumen
1)
2)
Willer H, Kilcher L. 2009. The World of Organic Agriculture. Statistics and Emerging Trends 2009 [internet]. [diunduh 29 Juli 2012]. IFOAM, Bonn, and FiBL, Frick. Diambil dari http://orgprints.org/18380/16/willer-kilcher-2009.pdf. Winter CK, Davis SF. 2006. Organic foods. Journal of Food Science [internet]. [diunduh 29 Juli 2012]; 71(9), 117-124. Diambil dari http://www.rci.rutgers.edu.
2 menyatakan bahwa alasan utama mereka membeli pangan organik adalah untuk menghindari residu pestisida. Berbagai alternatif yang berkaitan dengan pengurangan pestisida kimia digali dan dikembangkan. Salah satu alternatif yang dikembangkan adalah pestisida organik, yaitu pestisida yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan maupun mikroorganisme. Pestisida organik menjadi sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan pestisida kimia dan tuntutan masyarakat akan makanan organik tersebut. Pestisida organik merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam pertanian Go Organik, terutama dalam pertanian tanaman pangan yang banyak menggunakan pestisida. Kentang adalah salah satu tanaman pangan yang paling banyak menggunakan pestisida karena kentang merupakan tanaman setahun yang sangat rentan terserang hama dan penyakit. Salah satu daerah yang memproduksi kentang secara besar-besaran dan menggunakan pestisida berlebihan adalah daerah Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng yang terletak dalam dua wilayah kabupaten, Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, dikenal sebagai salah satu sentra produsen kentang di Indonesia. Menurut FAO, tanah dataran tinggi seperti di daerah Dieng yang memiliki iklim sejuk dan drainase bagus ini sesuai untuk budidaya tanaman kentang (Yuwono et al. 2010). Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan (BNN 2006). Petani kentang sebagai konsumen pestisida organik juga memiliki perilakuperilaku konsumen yaitu perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman & Kanuk 2004). Satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen adalah niat. Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat adalah suatu
3
bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu. Menurut Theory of Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen, tindakan seseorang adalah realisasi dari keinginan atau niat seseorang untuk bertindak. Perilaku tertentu dari seorang konsumen sering kali ditentukan oleh intensi atau niat dari konsumen untuk melakukan perilaku tertentu tersebut (Sumarwan 2011). Pada proses pembelian, niat pembelian konsumen ini berkaitan erat dengan motivasi yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu. Motivasi adalah kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang memaksanya untuk melakukan suatu tindakan termasuk keinginan untuk membeli atau niat pembelian (Akbar 2010). Selain motivasi, niat pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Persepsi seseorang merupakan proses yang membuat seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya sehingga pada akhirnya menentukan minat atau niat pembelian akan suatu produk. Penelitian yang dilakukan oleh Supriatna (2011) mengenai minat beli terhadap pakaian batik menunjukkan bahwa minat beli seseorang berhubungan dengan persepsinya. Menurut Theory of Planned Behavior, faktor yang memengaruhi niat adalah sikap pada tindakan, norma subyektif menyangkut persepsi seseorang yaitu apakah orang lain yang dianggap penting akan memengaruhi perilakunya, dan persepsi seseorang mengenai apakah suatu perilaku dapat dilakukan olehnya atau kontrol perilaku (Dharmmesta 1998 dalam Sigit 2006; Furneaux 2005). Hasil penelitian Trisnawati (2011) menyatakan bahwa variabel sikap dan norma subjektif memang memiliki hubungan erat dengan niat, tetapi tidak terdapat hubungan yang nyata antara kontrol perilaku atau persepsi pengendalian perilaku dengan niat. Beberapa penelitian di Institut Pertanian Bogor mengenai perilaku petani sebagai konsumen terkait dengan pestisida telah dilakukan. Penelitian Heryansyah (2010) mengemukakan bahwa sebagian besar petani sayuran dan jagung masih
4 lebih memilih untuk menggunakan pestisida dalam melakukan tindakan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) di lahannya padahal keuntungan ekonomi yang diperoleh petani tersebut lebih rendah daripada petani yang menggunakan teknik pengendalian kombinasi antara pestisida kimia dengan pestisida organik atau musuh alami hama. Namun, penelitian mengenai niat pembelian dengan subjek petani sebagai konsumen pestisida organik belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian Heryansyah (2010) tersebut masih belum mengkaji penyebab mayoritas petani masih memilih menggunakan pestisida kimia dan belum menggunakan pestisida organik yang belakangan ini sudah banyak beredar di pasaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penggunaan pestisida organik di kalangan petani terutama petani kentang di Dataran Tinggi Dieng, perlu dilakukan sebuah riset yang menganalisis motivasi dan persepsi petani kentang di Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik dan menganalisis niat pembelian pestisida organik berdasarkan Theory of Planned Behavior. Rumusan Masalah Menurut Girsang (2009), penggunaan pestisida besar-besaran di Indonesia dimulai pada saat dicanangkannya program intensifikasi pangan melalui program nasional BIMAS. Pestisida telah dimasukkan sebagai paket teknologi yang wajib digunakan petani peserta sehingga pada akhirnya membuat petani merasa pestisida merupakan suatu kebutuhan pokok dalam pertanian terutama tanaman pangan hingga kini. Akan tetapi, penggunaan pestisida kimia yang berlebihan telah menyebabkan kerugian pada lingkungan yang berujung pada kerugian bagi manusia. Penelitian yang dilakukan Thirtawati (2002) di Cianjur mengemukakan bahwa terdapat ketidakkonsistenan antara pengetahuan dengan tindakan petani dalam penggunaan pestisida serta teridentifikasi bahwa petani mulai memiliki sikap positif terhadap lingkungan dan dampak pestisida pada lingkungan. Hal ini selaras dengan fenomena di kalangan petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Pemaparan mengenai kerugian-kerugian pestisida organik dan keuntungan dan pentingnya penggunaan pestisida organik sudah tersampaikan kepada sebagian
5
besar petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Pemaparan tersebut terfasilitasi oleh program pemerintah, yaitu Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT),
pelaksanaan
penyuluhan-penyuluhan
dari
universitas-universitas
terdekat, dan banyaknya program KKN atau KKP bertema pertanian dari berbagai universitas di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Akan tetapi, penggunaan pestisida organik masih lebih rendah daripada pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia di Dataran Tinggi Dieng tidak memperhitungkan nilai ambang ekonomi. Penelitian Bondansari et al. (2011) menemukan bahwa peningkatan jumlah pestisida kimia yang digunakan petani kentang Dataran Tinggi Dieng mencapai 15 liter/ha/tahun untuk pestisida cair dan 13 kg/ha/tahun untuk pestisida padat. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh pemakaian pestisida kimia yang berlebihan telah menyebabkan rusaknya kondisi tanah pada lahan pertanian di Dataran Tinggi Dieng. Hal ini pada akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas pertanian kentang yang pada awalnya menjadi alasan penggunaan pestisida. Bahkan, pada tahun 2010 diketahui ribuan petani kentang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diduga kuat terpapar pestisida. Hasil pemeriksaan darah sejumlah petani menunjukkan kadar racun atau cholinesterase mereka tinggi. Hasil tersebut didapat dari riset yang dilakukan oleh tim dari Yogyakarta pada 2007-2008 serta pemeriksaan di Puskesmas Batur3). Pembelian atau konsumsi pestisida organik dapat diidentifikasi lebih awal melalui niat pembelian dari konsumen, dalam hal ini petani kentang di Dataran Tinggi Dieng. Konsumsi pestisida organik di kalangan petani ini dapat ditingkatkan dengan memunculkan keinginan membeli atau niat pembelian terhadap pestisida organik. Niat pembelian tersebut dipengaruhi oleh motivasi petani itu sendiri untuk membeli yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakan petani. Selain itu, niat pembelian juga dipengaruhi oleh persepsi petani terhadap pestisida organik yang dikenal memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Theory of Planned Behavior juga menjabarkan bahwa niat pembelian juga dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap suatu tindakan, yaitu penggunaan pestisida organik; norma subjektif konsumen berdasarkan kelompok-kelompok 3)
MI/ICH. 2010. Ribuan petani kentang diduga terpapar racun pestisida [internet]. [diunduh 26 November 2011]. Diambil dari http:// www.metrotvnews.com/.
6 acuannya; dan persepsi konsumen itu sendiri terhadap kontrol perilaku yang dapat ia lakukan. Berdasarkan
uraian
tersebut,
dapat
dirumuskan
permasalahan-
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik?
2.
Bagaimana hubungan karakteristik contoh dengan motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik?
3.
Bagaimana hubungan motivasi dan persepsi contoh dengan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik?
4.
Bagaimana pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku contoh terhadap niat pembelian pestisida organik? Tujuan
Tujuan Umum Menganalisis motivasi petani, hubungan antara persepsi dengan niat pembelian, serta menganalisis pengaruh dalam model Theory of Planned Behavior mengenai pembelian produk pestisida organik. Tujuan Khusus 1.
Mengidentifikasi motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik;
2.
Menganalisis hubungan karakteristik contoh dengan motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik;
3.
Menganalisis hubungan motivasi dan persepsi contoh dengan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik;
7
4.
Menganalisis pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku contoh terhadap niat pembelian pestisida organik. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak
yang membutuhkan, beberapa manfaat tersebut adalah : 1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sebuah proses pembelajaran dan latihan dalam pemikiran yang sistematis terutama dalam bidang riset konsumen. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui motivasi, persepsi, dan aplikasi teori perilaku terencana pada niat pembelian pestisida organik di kalangan petani kentang terutama di Dataran Tinggi Dieng. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemasaran pestisida organik agar pestisida organik dapat menembus pasar dan bersaing dengan pestisida kimia, terutama di lingkungan Dataran Tinggi Dieng. 4. Bahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA Theory of Planned Behavior Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Salah satu teori yang membahas tentang niat berperilaku ini adalah Theory of Planned Behavior (TPB) yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1985. TPB berpendapat bahwa perilaku individu didorong oleh niat perilaku. Niat berperilaku itu sendiri adalah fungsi dari sikap individu terhadap perilaku (Attitude toward Behaviour/ATB),
norma
subjektif
(Subjective
Norms/SN),
dan
persepsi
pengendalian perilaku (Perceived Behavioral Control/PBC) seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1 Skema of Theory of Planned Behavior Furneaux (2005) menjabarkan kembali definisi dari ketiga variabel tersebut. Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan individu positif atau negatif tentang melakukan suatu perilaku. Hal ini ditentukan melalui penilaian dari keyakinan seseorang mengenai konsekuensi yang timbul dari perilaku dan evaluasi dari keinginan konsekuensi-konsekuensi. Norma subyektif didefinisikan sebagai persepsi individu tentang apakah orang penting bagi individu berpikir perilaku harus dilakukan. Kontribusi pendapat dari setiap rujukan yang diberikan dibobot dengan motivasi bahwa seorang individu harus mematuhi keinginan rujukan itu. Persepsi pengendalian perilaku didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap hambatan dalam melakukan suatu perilaku. TPB memandang pengendalian/kontrol yang dimiliki seseorang terhadap perilakunya berada pada
10 sebuah kontinum dari perilaku yang mudah dilakukan dengan usaha dan sumber daya yang cukup. Ketiga faktor utama yang memengaruhi niat tersebut masing-masing dibentuk oleh dua komponen. Ajzen (1991) menjabarkan bahwa sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) dibentuk oleh: a.
Behavioral Belief (keyakinan perilaku), yaitu keyakinan bahwa perilaku akan menghasilkan suatu keluaran atau keyakinan terhadap adanya konsekuensi karena melakukan perilaku tertentu, dan
b.
Outcomes Evaluation/Evaluation of the Consequency (evaluasi konsekuensi), yaitu evaluasi seseorang terhadap keluaran atau evaluasi terhadap konsekuensi dari keyakinan perilaku.
Norma subjektif (subjective norms) dibentuk oleh: a.
Normative Belief (keyakinan normatif), yaitu keyakinan terhadap orang lain (kelompok acuan atau referensi) bahwa mereka berpikir subjek seharusnya atau tidak melakukan suatu perilaku atau keyakinan normatif tentang harapan orang lain (kelompok acuan) terhadap dirinya mengenai apa yang seharusnya dilakukan, dan
b.
Motivation to Comply (motivasi mematuhi), yaitu motivasi yang sejalan dengan keyakinan normatif atau motivasi yang sejalan dengan orang yang menjadi kelompok acuan.
Persepsi pengendalian perilaku (perceived behavioral control) dibentuk oleh: a.
Control Belief (keyakinan pengendalian), yaitu probabilitas bahwa beberapa faktor menunjang suatu tindakan/perilaku, dan
b.
Power of Control Factor/Access to the Control Factor (kekuatan faktor pengendalian), yaitu akses subjek atau kekuatan subjek terkait faktor-faktor yang menunjang perilaku tersebut.
Kerangka konseptual yang menggambarkan penjelasan komponen-komponen pembentuk faktor yang memengaruhi niat tersebut dapat dilihat di Gambar 2.
11
Keyakinan Perilaku
Sikap terhadap Perilaku
Evaluasi Konsekuensi
Keyakinan Normatif
Norma Subjektif
Motivasi Mematuhi
Keyakinan Pengendalian
Niat Berperilaku
Perilaku
Persepsi Pengendalian Perilaku
Kekuatan Faktor Pengendalian
Gambar 2 Kerangka konseptual Theory of Planned Behavior Rumusan matematis dari kerangka konseptual tersebut dalam ilmu perilaku konsumen dijabarkan oleh Sumarwan (2011) sebagai berikut: BI = ATB (w1) + SN (w2) + PBC (w3) dimana
ATB = ∑ bi · ei SN
= ∑ ri · mi
PBC = ∑ pi · ci dengan BI
= niat konsumen untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku
ATB
= sikap konsumen terhadap perilaku tertentu
SN
= norma subjektif
PBC
= persepsi konsumen terhadap pengendalian perilaku
w1, w2, w3 = bobot yang memengaruhi ATB, SN, dan PBC terhadap BI bi
= keyakinan perilaku
ei
= evaluasi konsekuensi
ri
= keyakinan normatif
mi
= motivasi mematuhi
pi
= keyakinan pengendalian
ci
= kekuatan faktor pengendalian.
12 Kristianto (2011) menekankan bahwa perhatian utama pada Theory of Planned Behavior adalah pada minat atau niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku dari suatu sikap maupun variabel lainnya. Kristianto menambahkan beberapa hal yang perlu diperhatikan pada variabel niat, yaitu niat dianggap sebagai “penangkap” antara faktor motivasional yang memiliki dampak pada suatu perilaku, niat menunjukkan seberapa besar seseorang berani mencoba, niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan suatu perilaku, dan niat adalah yang paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya. Pengukuran variabel-variabel dalam TPB dapat dilakukan dalam berbagai cara. Penelitian Chen (2009) mengenai perilaku konsumen online mengukur TPB dengan menggunakan skala Likert 7 poin. Niat, sikap terhadap perilaku, dan norma subjektif diukur dengan dua item pertanyaan sedangkan persepsi pengendalian perilaku hanya diukur oleh satu item pertanyaan. Penelitian yang dilakukan dengan online survey dan melibatkan 288 mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa hanya norma subjektif yang tidak berpengaruh terhadap pembentukan niat. Penelitian lainnya adalah penelitian Ma (2007) mengenai perilaku pembelian pada pameran non pangan. Pengukuran komponen-komponen TPB dalam penelitian tersebut juga dilakukan dengan menggunakan skala Likert 7 poin. Niat diukur dengan dua item pernyataan, sikap terhadap perilaku diukur dengan 10 pernyataan, norma subjektif dengan tiga pasang pernyataan, dan persepsi pengendalian perilaku dengan empat pasang pernyataan. Pengolahan data yang dilakukan dengan analisis SEM menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku dan norma subjektif merupakan prediktor penting bagi niat. Motivasi Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang yang membuatnya bertindak. Handoko (2001) dalam Akbar (2010) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong individu untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai tujuan.
13
Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi muncul karena kebutuhan atau keinginan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan atau keinginan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan atau keinginan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pemenuhan. Motivasi yang ada pada seseorang (konsumen) akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dalam diri orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi (Akbar 2010). Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Pengukuran motivasi dapat dilakukan dalam beberapa cara. Penelitian Tokuyama (2009) mengenai motivasi konsumen berpartisipasi dan menonton olahraga tenis dan sepakbola mengukur motivasi dalam 12 dimensi dengan menggunakan skala Likert 7 poin. Dimensi-dimensi tersebut dirangking berdasarkan mean dan diregresikan dengan variabel dependennya (komitmen untuk bermain dan menonton) dalam bentuk skor. Penelitian lainnya adalah penelitian Susantyo (2001) mengenai motivasi petani berusaha tani di dalam kawasan hutan. Pengukuran motivasi dalam penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan pertanyaan skala dikotomi (Ya-Tidak) kemudian diakumulasikan. Korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan aktivitas berusaha tani dan dengan karakteristik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi berhubungan dengan pendidikan petani, pengalaman berusaha tani, kebutuhan tumah tangga, kemudahan pemasaran, intensitas penyuluhan, dan aktivitas berusaha tani.
14 Persepsi Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), persepsi merupakan suatu proses yang
membuat
seseorang
untuk
memilih,
mengorganisasikan,
dan
menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya. Mereka mengemukakan bahwa dalam keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya proses seleksi terhadap berbagai stimulus yang ada sangat bergantung pada individu masing-masing orang. Pada hakekatnya persepsi akan berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dikehendaki. Sumarwan (2011) menjelaskan bahwa konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya pada produk tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan menganalisis persepsi konsumen terhadap produk. Dengan persepsi konsumen kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan, ataupun ancaman bagi produk. Di dalam mempelajari persepsi, ada dua hal yang penting menurut Sumarwan (2011), yaitu: 1. The absolute threshold yaitu suatu tingkatan terendah dimana seseorang dapat merasakan adanya sensasi atau nilai minimum dari suatu rangsangan agar dapat diterima secara sadar. 2. The defferent threshold atau just noticeable different yaitu perbedaan minimum yang dapat dideteksi diantara dua rangsangan yang muncul secara bersamaan. Hubungan antar persepsi dan perilaku dapat dilihat dari pendapat Siagian (2006), diacu dalam Akbar (2010) bahwa persepsi dapat diungkapkan sebagai proses melalui mengenal lingkungannya. Interpretasi seseorang mengenai lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh pada perilaku yang pada akhirnya menentukan faktor faktor yang dipandang sebagai motivasional (dorongan untuk melakukan sesuatu). Singkatnya, motif menggiatkan perilaku orang dan persepsi
15
menentukan arah perilakunya. Karena itu kita harus mengetahui unsur-unsur yang memengaruhi atau membentuk persepsi seseorang. Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula. Pengukuran persepsi dapat dilakukan dalam beberapa cara. Penelitian Nuh (2004) mengenai penggunaan merek dan leaflet sebagai media promosi terhadap persepsi konsumen tentang citra produk mengukur persepsi dalam 3 dimensi dengan menggunakan skala Likert 5 poin. Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari beberapa pernyataan yang jumlahnya berbeda antar dimensi kemudian dimasukkan ke dalam pengolahan data dalam bentuk skor per dimensi. Penelitian lainnya adalah penelitian Drewnoski (2010) mengenai persepsi konsumen terhadap klaim nutrisi. Pengukuran persepsi dalam penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan skala semantik diferensial 9 kategori kemudian diakumulasikan. Analisis conjoint digunakan untuk mengetahui pengaruh klaim terhadap persepsi kesehatan. Pestisida Organik Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi hama penyakit secara luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh (Girsang 2009). Pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : a. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian; b. memberantas rerumputan; c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
16 d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk; e. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak; f. memberantas atau mencegah hama-hama air; g. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan h. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah, atau air (Prasojo 1984; Deptan 2011). Pestisida terbagi menjadi enam jenis berdasarkan jenis binatang maupun tanaman yang akan dilawan. Prasojo (1984) menjabarkan keenam jenis pestisida tersebut adalah: 1. bakterisida, yang mematikan bakteri atau virus penyebab penyakit tanaman; 2. fungisida, yang mematikan jenis-jenis cendawan/jamur penyebab penyakit tanaman; 3. herbisida, yang mematikan tumbuhan pengganggu seperti rumputrumputan, enceng gondok, dan sebagainya; 4. nematisida, yang mematikan bangsa nematode (cacing) perusak tanaman; 5. insektisida, yang mematikan bangsa insekta (serangga) hama tanaman; dan 6. rodentisida, yang mematikan jenis binatang rodentia (tikus). Banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida kimia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia menurut lembaga Lestari Mandiri (Lesman 2011) antara lain hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia, dan kecelakaan bagi pengguna. Prasojo (1984) menyatakan bahwa pestisida kimia dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, mematikan binatang-binatang yang
17
sebenarnya bukan hama tanaman, bahkan mematikan manusia. Hal ini dikonfrontasikan dengan banyak keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari penggunaan pestisida organik. Keuntungan-keuntungan dan manfaat-manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut oleh Isnan (2011): 1. pestisida organik murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani 3. pestisida organik relatif aman terhadap lingkungan 4. pestisida organik tidak menyebabkan keracunan pada tanaman 5. pestisida organik sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama 6. pestisida organik kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain 7. pestisida organik menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Pestisida organik memiliki beberapa fungsi, antara lain repelan, yaitu menolak kehadiran serangga; antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot; merusak perkembangan telur, larva, dan pupa; menghambat reproduksi serangga betina; racun syaraf; mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga; atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga; dan mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri (Lesman 2011). Pestisida organik meliputi dua jenis yaitu pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Sedangkan pestisida hayati adalah pestisida yang bahan dasarnya dari mikroorganisme. Pestisida nabati dapat dibuat sendiri oleh kelompok petani maupun perorangan dengan teknologi sederhana. Namun, seiring dengan berkembangnya minat terhadap pestisida organik, saat ini sudah banyak perusahaan pestisida yang menyediakan pestisida organik yang dijual bebas seperti halnya pestisida kimia. Pestisida tersebut dibuat dengan teknologi tinggi dan dikerjakan dalam skala industri (Sudarmo 2005).
18
19
KERANGKA PEMIKIRAN Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Niat merupakan bentuk pikiran yang nyata dari rencana pembeli untuk membeli beberapa unit produk dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu. Theory of Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen menyatakan bahwa tindakan seseorang adalah realisasi dari keinginan atau niat seseorang untuk bertindak. Dalam proses pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat dengan motivasi yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu. Motivasi adalah kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang memaksanya untuk melakukan suatu tindakan termasuk keinginan untuk membeli atau niat pembelian. Selain motivasi, niat pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Berdasarkan Theory of Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen, faktor yang mempengaruhi niat adalah sikap pada tindakan, norma subyektif menyangkut persepsi seseorang apakah orang lain yang dianggap penting akan memengaruhi perilakunya, dan persepsi pengendalian perilaku yaitu bagaimana konsumen tersebut mempersepsikan kontrol perilakunya (Sumarwan 2011). Berdasarkan konteks perilaku konsumen, motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang teridentifikasi dalam konteks petani sebagai konsumen meliputi karakteristik petani dan karakteristik pertanian. Karakteristik petani meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, penghasilan tani, pendapatan, dan sumber-sumber pendapatan. Karakteristik pertanian meliputi luas lahan, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusaha tani. Faktor eksternal meliputi kelompok acuan, regulasi merintah, dan kondisi geografis. Penelitian ini hanya akan berfokus pada faktor internal (karakteristik petani dan karakteristik pertanian) agar berfokus pada motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku yang juga berasal dari internal konsumen.
20 20
Motivasi
Faktor Internal Karakteristik petani o Jenis kelamin o Usia o Pendidikan o Penghasilan tani o Pendapatan o Sumber-sumber pendapatan Karakteristik pertanian o Luas lahan o Status kepemilikan lahan o Pengalaman berusaha tani
Faktor Eksternal Kelompok acuan Regulasi pemerintah Kondisi geografis
Persepsi
Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi Niat pembelian Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi
Persepsi pengendalian perilaku Keyakinan pengendalian Kekuatan faktor pengendalian Keterangan:
variabel yang diteliti;
Gambar 3 Kerangka pemikiran
Perilaku pembelian
variabel yang tidak diteliti;
model TPB
21
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian Motivasi dan Persepsi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap Pestisida Organik serta Analisisnya berdasarkan Theory of Planned Behavior ini menggunakan desain cross-sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data atau pengumpulan informasi dari setiap elemen populasi contoh yang dilakukan hanya sekali pada waktu tertentu (Sumarwan et al. 2011). Pengambilan data dilaksanakan di desa Bakal, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada bulan April hingga Mei 2012. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produsen kentang di Indonesia. Teknik Pengambilan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah petani kentang di Dataran Tinggi Dieng yang pernah maupun belum pernah membeli atau mengonsumsi pestisida organik untuk kentang. Teknik pengambilan contoh yang dilakukan adalah convenience sampling dengan kriteria contoh merupakan petani kentang. Ukuran contoh yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan tabel penarikan contoh yang dihitung dengan rumus n=
N 1 + N (e)2
dengan n = ukuran contoh yang diambil, N = populasi, dan e = error. Berdasarkan tabel penarikan contoh dari Sarwono (2012), jumlah contoh yang diambil dari populasi lebih dari 20.000 dan error sebesar 10% ialah sebanyak 100 contoh. Jenis dan Cara Pengambilan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
22 Kuesioner tersebut merupakan instrumen pengukuran motivasi, persepsi, dan komponen TPB terhadap pestisida organik yang dikembangkan oleh peneliti. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi beberapa hal berikut ini: 1. Karakteristik petani (jenis kelamin, usia, pendidikan, penghasilan tani, pendapatan keluarga, dan sumber-sumber pendapatan). 2. Karakteristik pertanian (luas lahan, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusaha tani). 3. Instrumen pengukuran motivasi, persepsi, dan komponen TPB (sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian) terhadap pestisida organik yang telah diuji coba terlebih dahulu dengan uji realibilitas dan validitas. Selain data primer, data yang digunakan juga meliputi data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain untuk tujuan atau kepentingan yang berbeda dengan tujuan penelitian ini (Sumarwan et al. 2011), akan tetapi diperlukan oleh penelitian ini. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa karakteristik desa yang diperoleh dari pemerintah daerah setempat. Data sekunder ini digunakan untuk melengkapi informasi dan menjadi acuan untuk kepentingan pembahasan. Pengolahan dan Analisis Data Instrumen yang telah disusun (Lampiran 1), diuji reliabilitas dan validitasnya. Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari motivasi dan persepsi masing-masing yaitu 0,652 dan 0,680. Instrumen yang mengukur TPB, terdiri dari komponen sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian, masing-masing memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,853; 0,771; 0,453; dan 0,745. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer yaitu Microsoft Excel, SPSS for Windows, dan Lisrel. Proses pengolahan data yang dilakukan mencakup entry data, editing, coding, cleaning, dan analisis statistik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan inferensia.
23
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh. Data deskriptif yang sudah diolah disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Untuk analisis deskriptif, beberapa data karakteristik diperlakukan sebagai data ordinal. Usia dikategorikan berdasarkan pengelompokan usia menurut Sumarwan (2011). Lama pendidikan dikategorikan berdasarkan tingkatan pendidikan formal. Penghasilan tani, pendapatan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusaha tani dikelompokkan berdasarkan sebaran data sedangkan sumber-sumber pendapatan tetap diperlakukan sebagai data rasio. Variabel motivasi contoh dianalisis dengan mengelompokkan pernyataan – pernyataan dalam kuesioner menjadi dua kelompok, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik yang meliputi alasan keamanan, alasan keuntungan ekonomi, dan alasan pembelajaran. Kuesioner untuk mengukur motivasi terdiri dari 11 pernyataan dengan penilaian skala Likert 1 sampai 4, 7 pernyataan untuk mengukur motivasi intrinsik (3 pernyataan alasan keamanan, 2 pernyataan alasan keuntungan ekonomi, 2 pernyataan alasan pembelajaran) dan 4 pernyataan untuk mengukur motivasi ekstrinsik. Hasil penjumlahan skor pada tiap variabel yang meliputi persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian dikelompokkan menjadi tiga kelas berdasarkan skor minimum dan maksimum yang diperoleh dari pengumpulan data (Slamet 1993). Masing-masing kelas dalam satu variabel memiliki interval yang sama. Persamaan yang digunakan untuk menghitung interval tersebut adalah: Interval kelas
=
Skor maksimum – skor minimum 3
Pengelompokan skor keenam variabel tersebut dilakukan sebagai berikut: Kategori Rendah Sedang Tinggi
Kelas Skor minimum s/d skor minimum + interval kelas Skor minimum + interval kelas s/d skor maksimum – interval kelas Skor maksimum – interval kelas s/d skor maksimum
24 Instrumen pengukuran persepsi terdiri dari 11 pernyataan dengan penilaian skala semantik diferensial 1-10. Skor total pada variabel persepsi dibagi menjadi tiga kategori sehingga diperoleh persepsi kategori rendah (38-60), sedang (61-83), dan tinggi (84-104). Penilaian setiap komponen model TPB menggunakan skala Likert 1 sampai 4. Pemberian skor pada variabel sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku dilakukan dengan cara mengalikan kedua komponen dari masing-masing variabel lalu dijumlahkan sesuai dengan model TPB. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung skor variabel sikap terhadap perilaku: ATB
bi . ei
keterangan : ATB = sikap konsumen terhadap perilaku tertentu bi
= keyakinanan terhadap perilaku tersebut yang mengarahkan pada konsekuensi atau hasil
ei
= evaluasi terhadap hasil yang diperoleh dari perilaku tersebut
n
= jumlah keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu
Sikap terhadap perilaku terdiri dari 10 pernyataan, yaitu 5 pernyataan keyakinan perilaku dan 5 pernyataan evaluasi. Skor sikap diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian setiap jawaban dari pernyataan keyakinan perilaku dan evaluasi sehingga diperoleh skor minimal 5 dan nilai skor maksimal 80 dengan kategori pada variabel sikap terhadap perilaku terdiri dari rendah (29-46), sedang (47-63), dan tinggi (64-80). Rumus untuk mengetahui norma subjektif adalah sebagai berikut: SN
ri . mi
keterangan : SN = norma subjektif konsumen ri
= keyakinanan
normatif
bahwa
kelompok
acuan
menginginkan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu mi = motivasi untuk mematuhi kelompok acuan n
= jumlah keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu
25
Variabel norma subjektif terdiri dari 5 pernyataan keyakinan normatif dan 5 pernyataan motivasi mematuhi. Skor norma subjektif diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian setiap jawaban dari masing-masing pernyataan keyakinan normatif dan motivasi mematuhi sehingga diperoleh skor minimal sebesar 5 dan nilai skor maksimal 80. Kategori pada variabel norma subjektif terdiri dari rendah (24-37), sedang (38-51), dan tinggi (52-64). Rumus untuk mengetahui persepsi pengendalian perilaku adalah sebagai berikut: PBC
pi . ci
keterangan : PBC = persepsi pengendalian perilaku pi
= keyakinanan akan faktor-faktor yang mendorong atau menghalangi
suatu
perilaku
tertentu
(keyakinan
pengendalian) ci
= kekuatan faktor yang mendorong atau menghalangi perilaku (kekuatan faktor pengendalian)
n
= jumlah keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu
Persepsi pengendalian perilaku terdiri dari 10 pernyataan yaitu masingmasing 5 pernyataan keyakinan pengendalian dan 5 pernyataan kekuatan faktor pengendalian. Skor persepsi pengendalian perilaku diperoleh dari penjumlahan dari hasil perkalian keyakinan pengendalian dan kekuatan faktor pengendalian sehingga diperoleh skor minimal 5 dan skor maksimal 80. Kategori pada variabel persepsi pengendalian perilaku terdiri dari rendah (32-39), sedang (40-47), dan tinggi (48-55). Niat pembelian pestisida organik terdiri dari 6 pernyataan. Skor total dari niat pembelian dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pada variabel niat pembelian terdiri dari rendah (13-15), sedang (16-18), dan tinggi (19-22). Analisis Inferensia Uji Korelasi Pearson dan Spearman. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik usia, pendidikan, penghasilan tani, pendapatan keluarga,
jumlah sumber pendapatan, luas lahan, dan
26 pengalaman berusaha tani dengan motivasi, persepsi, dan komponen TPB serta hubungan antara motivasi dan persepsi dengan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik. Untuk uji korelasi Pearson, data karakteristik tetap diperlakukan sebagai data rasio sebagaimana data asli yang dikumpulkan dari semua contoh. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik petani yaitu jenis kelamin dan status kepemilikan lahan dengan motivasi, persepsi, dan komponen TPB. Untuk uji korelasi Spearman, data jenis kelamin dan status kepemilikan lahan diperlakukan sebagai data nominal hasil coding dari data asli yang dikumpulkan dari semua contoh. Analisis Structural Equation Modeling (SEM). Analisis SEM dilakukan untuk menguji model pengaruh dalam teori TPB. Analisis SEM merupakan merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan teknik statistik untuk mempelajari hubungan dan keterikatan antar variabel dalam suatu model. Analisis SEM dapat menunjukkan konsep-konsep yang tidak teramati serta hubunganhubungan yang ada di dalamnya. Analisis SEM juga dapat melakukan perhitungan terhadap kesalahan-kesalahan pengukuran dalam proses estimasi. Selain itu, melalui analisis SEM, dapat diketahui pula variabel-variabel yang paling besar berkontribusi dalam membentuk sebuah variabel tak teramati. Berdasarkan
kelebihan-kelebihan
tersebut,
analisis
SEM
dipilih
untuk
menjelaskan model TPB dalam penelitian ini. Model SEM melibatkan 2 tipe variabel, yaitu variabel laten dan variabel teramati. Variabel laten adalah variabel yang hanya dapat diamati secara tidak langsung dan merupakan sebuah konsep abstrak (Wijanto 2008). Variabel laten terdiri dari variabel eksogen dan endogen. Hair et al. (1998), diacu dalam Wibowo (2010), mendefinisikan variabel eksogen sebagai suatu peubah yang hanya berperan sebagai penduga atau “sebab” untuk peubah lainnya di dalam suatu model. Di dalam diagram path, peubah eksogen ditandai dengan tidak ada tanda panah yang menuju ke arahnya. Sedangkan variabel endogen adalah peubah terikat dalam minimal 1 persamaan walaupun mungkin saja peubah tersebut sebagai peubah bebas dalam sistem persamaan yang lain. Parameter yang menunjukkan regresi variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen
27
dilambangkan dengan γ (gamma). Hubungan-hubungan yang ada di antara variabel-variabel laten digambarkan dalam model struktural. Variabel teramati adalah variabel yang menyusun variabel laten, dapat diamati dan diukur secara empiris, dan merupakan efek, ukuran, atau indikator bagi variabel laten. Masing-masing variabel memiliki kontribusi bagi variabel latennya yang ditunjukkan dengan nilai faktor loading. Faktor loading dilambangkan dengan λ (lambda). Selain itu, masing-masing variabel indikator tidak dapat secara sempurna mengukur variabel laten terkait sehingga ditambahkan komponen kesalahan pengukuran yang diwakili oleh lambang δ (delta) untuk variabel indikator eksogen dan ε (epsilon) untuk variabel indikator endogen. Hubungan-hubungan antara variabel laten dengan variabel teramati digambarkan dalam model pengukuran. Peubah laten dan indikatornya dijelaskan dalam Tabel 1. Tabel 1 Peubah laten dan indikator Peubah Laten Sikap terhadap Perilaku Norma Subjektif Persepsi Pengendalian Perilaku Niat Pembelian
Indikator Keyakinan perilaku Evaluasi Keyakinan normatif Motivasi mematuhi Keyakinan pengendalian Kekuatan faktor pengendalian Niat membeli dalam bulan ini Niat membeli dalam 6 bulan ke depan Niat membeli dalam 1 tahun ke depan Niat membeli hanya untuk masa tanam kentang sekarang (invers) Niat membeli hanya untuk masa tanam kentang berikutnya (invers) Niat membeli untuk setiap masa tanam
Permodelan dalam analisis SEM dapat disederhanakan dengan menjadikan skor variabel laten (Latent Variable Score/LVS atau Composite Index) sebagai nilai variabel teramati (Wijanto 2008). Analisis SEM dalam penelitian ini menggunakan skor variabel laten sebagai nilai variabel teramati untuk variabel laten sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku. Variabel keyakinan perilaku, evaluasi, keyakinan normatif, motivasi mematuhi, keyakinan pengendalian, dan kekuatan faktor pengendalian masingmasing diukur dalam 5 pernyataan dalam kuesioner. Skor penjumlahan dari
28 kelima pernyataan tersebut dijadikan sebagai skor variabel laten (Latent Variable Score/LVS) yang kemudian dipakai sebagai variabel teramati dalam analisis SEM. Pernyataan-pernyataan yang mengukur variabel teramati tersebut dijabarkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Variabel teramati dan pembentuknya Variabel Teramati Keyakinan Perilaku
Pernyataan dalam kuesioner
Saya akan mendapat banyak keuntungan apabila menggunakan pestisida organik Saya menggunakan pestisida organik agar dapat menjaga kelestarian lingkungan Residu pestisida di kentang akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida organik Residu pestisida di tanah akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida organik Saya dapat menghindari kekebalan hama bila menggunakan pestisida organik Evaluasi Saya ingin memperoleh keuntungan seperti petani-petani lain yang menggunakan pestisida organik Saya bangga bila dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan menggunakan pestisida organik Saya ingin residu pestisida di kentang sedikit Saya ingin residu pestisida di tanah sedikit Saya tidak ingin hama menjadi kebal terhadap pestisida Keyakinan Kebanyakan orang menginginkan saya menggunakan pestisida organik Keluarga saya menginginkan saya menggunakan pestisida organik Normatif Konsumen kentang saya menghendaki saya menggunakan pestisida organik Penyuluh pertanian mengatakan bahwa menggunakan banyak pestisida kimia tidak baik sehingga menganjurkan saya menggunakan pestisida organik Teman-teman petani saya menyarankan saya menggunakan pestisida organik Motivasi Saya ingin melakukan apa yang dikatakan kebanyakan orang agar saya Mematuhi menggunakan pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang keluarga saya inginkan tentang pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang konsumen saya kehendaki tentang pestisida organik Saya ingin mengikuti anjuran penyuluh pertanian agar menggunakan pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang teman-teman petani saya sarankan tentang pestisida organik Keyakinan Saya yakin dapat menggunakan pestisida organik apabila saya memiliki andil dalam Pengendalian pengambilan keputusan di lahan ini Saya yakin saya bisa menggunakan pestisida organik bila harganya relatif sama atau lebih murah dibandingkan pestisida kimia Saya yakin semakin sedikit ragam hama dan penyakit yang menyerang akan semakin mudah saya menggunakan pestisida organik Pengaplikasian pestisida organik akan lebih mudah bila saya memiliki alat-alat yang memadai Saya akan menggunakan pestisida organik apabila terdapat di toko-toko pertanian di sekitar desa saya Kekuatan Saya tidak memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan ini Harga pestisida organik relatif lebih mahal daripada pestisida kimia Faktor Pengendalian Hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini relatif beragam Saya memiliki alat-alat yang memadai untuk pengaplikasian pestisida organik Toko-toko pertanian di sekitar desa saya menjual pestisida organik
29
Analisis SEM dalam penelitian ini digunakan untuk menguji model dari Theory of Planned Behavior. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analisis faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA) dimana model dibentuk lebih dahulu, jumlah variabel laten ditentukan oleh analis, dan pengaruh suatu variabel laten terhadap variabel teramati ditentukan lebih dahulu. Dengan tujuan agar model SEM yang dibangun sesuai dengan data empiris di lapangan atau diterima keabsahannya, maka terdapat beberapa ukuran kesesuaian (goodness of fit) yang harus dipenuhi. Beberapa ukuran kesesuaian yang digunakan adalah RMSEA, RMR, dan AGFI. Tabel 3 menyajikan ukuran kesesuaian yang penting dalam SEM berdasarkan Solimun (2002) dan Wijanto (2008). Tabel 3 Ukuran kesesuaian pada model SEM Goodness of Fit (GOF) Chi-Square
Cut-off
Keterangan
Nilai yang kecil; p ≥ 0,05
Baik
≥ 0,90 0,8 ≤ GFI < 0,9
Baik
GFI RMSEA
Cukup baik Baik
≤ 0,08 0,08 < RMSEA ≤ 0,1
Cukup baik
RMR
Standardized RMR ≤ 0,05
Baik
AGFI
≥ 0,90 0,8 ≤ GFI < 0,9
Baik
CFI AIC
≥ 0,90 0,8 ≤ GFI < 0,9 Selisih antara AIC model dengan AIC saturated jauh lebih kecil daripada selisih antara AIC independence dengan AIC saturated
Cukup baik Baik Cukup baik
Baik
Analisis SEM dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan beberapa hal sebagai berikut: 1) menganalisis kontribusi komponen keyakinan perilaku dan evaluasi terhadap sikap terhadap perilaku,
30 2) menganalisis kontribusi komponen keyakinan normatif dan motivasi mematuhi terhadap norma sujektif, 3) menganalisis kontribusi komponen keyakinan pengendalian dan kekuatan faktor pengendalian terhadap persepsi pengendalian perilaku, 4) menganalisis kontribusi masing-masing variabel indikator niat pembelian terhadap niat pembelian, dan 5) menganalisis pengaruh dimensi-dimensi TPB, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku terhadap niat pembelian. Gambar 4 menyajikan model TPB penelitian ini yang hendak diuji melalui analisis SEM. δ1 δ2
Keyakinan Perilaku Evaluasi
Niat bulan ini
λ X1 λ X2
Sikap terhadap Perilaku
δ3
δ4
Niat 6 bulan ke depan
ε2
λ Y2 Niat 1 tahun
ε3
λ Y1 γ1
ke depan Keyakinan Normatif
Motivasi Mematuhi
λ Y3
λ X3 Norma Subjektif
Niat Pembelian
γ2
λ Y4
λ X4 λ Y5
δ5
δ6
Keyakinan Pengendalian Kekuatan Faktor Pengendalian
γ3 λ X5
λ X6
Persepsi Pengendalian Perilaku
λ Y6
Niat tidak hanya musim tanam ini saja Niat tidak hanya musim tanam berikutnya saja Niat setiap musim tanam
Gambar 4 Diagram lintas TPB hybrid model
ε1
ε4
ε5
ε6
31
Hipotesis utama yang hendak diuji melalui analisis SEM tersebut adalah sebagai berikut: H0
: Sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku tidak semua memiliki pengaruh terhadap niat pembelian.
H1
: Sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku semua memiliki pengaruh terhadap niat pembelian. Definisi Operasional
Pestisida organik adalah pestisida produk industri yang berlabel organik. Petani kentang adalah anggota keluarga yang paling berperan dalam pengelolaan usaha tani dari keluarga yang menjadikan pertanian kentang sebagai mata pencaharian
utamanya, baik sebagai buruh maupun pemilik lahan, di
Dataran Tinggi Dieng. Jenis kelamin adalah jenis kelamin contoh. Usia adalah jumlah tahun lama hidup contoh, diukur dalam satuan tahun. Pendidikan adalah latar belakang pendidikan formal dan/atau informal yang pernah ditempuh contoh, diukur dalam hitungan tahun. Penghasilan tani adalah jumlah uang yang diperoleh contoh dari hasil pertanian kentang per bulan. Didapat dari jumlah uang yang diperoleh dari hasil panen dikurangi modal untuk tanam berikutnya kemudian dibagi lama bulan masa tunggu panen kentang. Pendapatan adalah jumlah uang yang diperoleh keluarga contoh per bulan dari berbagai sumber pendapatan keluarga (pertanian dan sumber lain). Jumlah sumber pendapatan adalah jumlah semua sumber pendapatan keluarga contoh. Luas lahan adalah luas lahan yang diolah oleh contoh dalam pertanian kentang. Status kepemilikan lahan adalah status lahan yang diolah oleh contoh dalam pertanian kentang. Pengalaman berusaha tani adalah lamanya contoh bermata pencaharian sebagai petani kentang, dihitung dalam satuan tahun.
32 Motivasi adalah faktor-faktor yang menjadi kekuatan pendorong atau menjadi alasan contoh untuk membeli pestisida organik. Persepsi adalah interpretasi contoh terhadap atribut-atribut pestisida organik. Sikap terhadap perilaku adalah sikap contoh terhadap perilaku atau tindakan tertentu, dalam hal ini adalah penggunaan pestisida organik. Terdiri dari komponen keyakinan perilaku dan evaluasi. Norma subjektif adalah persepsi contoh terhadap tekanan sosial pada penggunaan pestisida organik dan sejauh mana keinginan contoh untuk memenuhinya. Terdiri dari komponen keyakinan normatif dan motivasi mematuhi. Persepsi pengendalian perilaku persepsi contoh tentang faktor-faktor yang dapat menjadi pengendali perilaku penggunaan pestisida organik dan seberapa besar contoh dapat mengendalikannya. Terdiri dari komponen keyakinan pengendalian dan kekuatan faktor pengendalian. Niat pembelian adalah kecenderungan contoh untuk membeli pestisida organik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dataran tinggi Dieng terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) berada di dua wilayah, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Wilayah terbesar Dataran Tinggi Dieng milik Kabupaten Banjarnegara dan merupakan dataran paling tinggi di Jawa (Sekneg RI 2007). Rata-rata ketinggiannya adalah 6.802 kaki atau 2.093 m dpl dengan suhu siang hari antara 150C dan 100C pada malam hari (Turasih 2011). Pada waktu musim kemarau, suhu dapat turun drastis di bawah titik 00C. Dataran Tinggi Dieng dikelilingi gugusan gunung antara lain Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Perahu, Gunung Rogojembangan, serta Gunung Bismo. Kondisi penggunaan lahan hutan negara di Dieng berdasarkan citra Landsat ETM+ pada tahun 2005 adalah terdiri dari hutan, non hutan, cagar alam, dan danau/telaga. Dari keseluruhan luas wilayah penggunaan lahan seluas 483,300 ha (50,15%) berupa non hutan. Kondisi ideal hutan yang berada di Dieng idealnya berupa kawasan hutan lindung. Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu sentra penghasil kentang di Indonesia. Kondisi sosial ekomomi masyarakat rata-rata mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani dengan rata-rata 77,36% dari total keseluruhan penduduk yang bekerja (Winoto 2011). Berdasarkan data BPS (2010), produksi kentang dari Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 288,654 ton, sedangkan menurut Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara tahun 2009, kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara adalah 133.417,5 ton/tahun (DIPERTAN 2009). Hal ini menunjukkan Kabupaten Banjarnegara atau daerah Dataran Tinggi Dieng merupakan daerah produsen kentang yang sangat tinggi produktivitasnya. Karakteristik petani Jenis Kelamin. Jumlah contoh pada penelitian ini sebanyak 100 petani. Hampir seluruh contoh berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 97 persen (Tabel 4). Pertanian merupakan mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Dataran
34 Tinggi Dieng. Oleh karenanya, pertanian umum dikelola oleh kepala keluarga yaitu suami (laki-laki). Pertanian baru dikelola oleh perempuan apabila suami tidak mampu mengelola pertanian, suami memiliki mata pencaharian lain, atau hal-hal lain yang menjadi pertimbangan khusus.
Laki-laki Perempuan
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jumlah Jenis Kelamin n 97 3 Total 100
% 97,0 3,0 100,0
Usia. Usia contoh merupakan lama hidup contoh. Perbedaan usia konsumen akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek ataupun jenis produk (Sumarwan 2011). Rentang usia contoh dalam penelitian ini adalah 22-52 tahun dengan rata-rata usia contoh adalah 35,79 tahun. Usia contoh ini termasuk dalam kategori usia dewasa awal, dewasa lanjut, separuh baya, dan tua menurut siklus hidup konsumen yang dikemukakan oleh Sumarwan (2011). Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (56%) tergolong dalam dewasa lanjut. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan usia Jumlah Usia (tahun) n % Dewasa awal (19-24) 1 1,0 Dewasa lanjut (25-35) 56 56,0 Separuh baya (36-50) 40 40,0 Tua (51-65) 3 3,0 Total 100 100,0 Min - max (tahun) 22 – 52 Rataan ± Sd 35,79 ± 6,33 Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah yang kemudian menentukan proses keputusan dan pola konsumsi seseorang (Sumarwan 2011). Pendidikan dapat diketahui dari latar belakang pendidikan formal dan/atau informal yang pernah ditempuh contoh dalam satuan tahun. Pendidikan informal dalam penelitian ini adalah pendidikan pesantren yang umum ditempuh oleh masyarakat setempat setelah menempuh pendidikan formal
35
hingga jenjang SD atau SMP. Pendidikan yang telah ditempuh oleh contoh berada pada berbagai tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa persentase terbesar tingkat pendidikan contoh (41%) adalah SMP atau sederajat. Sedangkan persentase terendah tingkat pendidikan contoh (1%) adalah tidak sekolah dan Diploma 3. Hal yang menarik bahwa terdapat contoh yang menamatkan pendidikan sampai jenjang Strata 1 (S1) yaitu sebesar 3,0 persen. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan Jumlah Pendidikan n Tidak Bersekolah 1 SD 35 SMP atau sederajat 41 SMA atau sederajat 17 Diploma 2 2 Diploma 3 1 Strata 1 (S1) 3 Total 100
% 1,0 35,0 41,0 17,0 2,0 1,0 3,0 100,0
Penghasilan Tani. Penghasilan tani merupakan jumlah uang yang diperoleh contoh dari hasil pertanian kentang per bulan. Jumlah tersebut didapat dari jumlah uang yang didapat dari hasil panen dikurangi modal kemudian dibagi lama bulan masa tunggu panen kentang (4 bulan). Hasil menunjukkan penghasilan tani terendah dari contoh adalah Rp60.000,- dan penghasilan tani tertinggi adalah Rp25.000.000,-. Berdasarkan range yang jauh tersebut, pembagian kategori penghasilan tani dibuat dalam rentang 2 juta rupiah sehingga didapat gambaran bahwa lebih dari separuh contoh (60%) memiliki penghasilan tani dibawah 2 juta rupiah per bulan (Tabel 7). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penghasilan tani Jumlah Penghasilan per Bulan dari Pertanian (Rp) n % 0 - 2.000.000 60 60,0 2.000.001 - 4.000.000 22 22,0 4.000.001 - 6.000.000 9 9,0 > 6.000.000 9 9,0 Total 100 100,0 Min - max (Rp) 60.000 – 25.000.000 Rataan ± Sd 3.092.500 ± 4.087.910
36 Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga merupakan jumlah uang yang diperoleh keluarga contoh per bulan dari berbagai sumber pendapatan keluarga (pertanian dan sumber lain). Hasil pada Tabel 8 menunjukkan pendapatan keluarga contoh yang paling rendah adalah adalah Rp250.000,- dan pendapatan keluarga contoh paling tinggi adalah Rp25.000.000,-. Separuh contoh (50%) memiliki pendapatan keluarga dibawah 2 juta rupiah. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga Jumlah Pendapatan Keluarga (Rp) n % 0 - 2.000.000 50 50,0 2.000.001 - 4.000.000 29 29,0 4.000.001 - 6.000.000 6 6,0 > 6.000.000 15 15,0 Total 100 100,0 Min - max (Rp) 250.000 – 25.000.000 Rataan ± Sd 3.667.200 ± 4.404.560 Jumlah Sumber Pendapatan. Jumlah sumber pendapatan adalah jumlah semua sumber pendapatan keluarga contoh. Lebih dari separuh contoh (60%) memiliki jumlah sumber pendapatan 1 sumber, yaitu pertanian saja (Tabel 9). Jumlah sumber pendapatan mengindikasikan cadangan sumber pendapatan keluarga apabila pertanian tidak menghasilkan sesuai harapan karena pertanian merupakan bidang mata pencaharian yang sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca serta harga pasar sehingga seringkali hasilnya susah diprediksi. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jumlah sumber pendapatan Jumlah Jumlah Sumber Pendapatan n % 1(pertanian saja) 60 60,0 2 (dua) 28 28,0 3 (tiga) 9 9,0 4 (empat) 2 2,0 5 (lima) 1 1,0 Total 100 100,0 Karakteristik Pertanian Luas Lahan yang Diolah. Luas lahan yang diolah contoh dalam bertani kentang beragam dan memiliki range yang sangat jauh, yaitu luas terendah adalah 0,02 hektar dan terluas adalah 4 hektar. Pembagian kategori dilakukan dengan
37
membuat cut off point pada titik 1 dan 2 hektar. Petani dengan luas lahan lebih kecil dari 1 hektar mendominasi hasil contoh dengan persentase sebesar 69 persen (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan luas lahan yang diolah Jumlah Luas Lahan yang Diolah (ha) n % <1 69 69,0 1 – 1,99 18 18,0 ≥2 13 13,0 Total 100 100,0 Min - max (ha) 0,02 – 4,00 Rataan ± Sd 0,77 ± 0,79 Status Kepemilikan Lahan. Status kepemilikan lahan pada umumnya akan menentukan peran petani dalam pengambilan keputusan terkait pengolahan lahan dan menggambarkan pula tingkatan kemampuan petani dalam kepemilikan lahan. Status kepemilikan lahan yang diolah contoh dalam bertani kentang dibedakan menjadi lahan majikan, dimana petani menjadi buruh dan tidak memiliki lahan sendiri; lahan sewa; lahan sendiri; dan petani yang memiliki lahan sendiri sekaligus menyewa lahan lain. Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa hampir tiga per empat contoh (74%) merupakan petani yang memiliki lahan sendiri. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan lahan Jumlah Status Kepemilikan Lahan n % Lahan majikan (petani sebagai buruh) 1 1,0 Lahan sewa 4 4,0 Lahan sendiri 74 74,0 Lahan sendiri dan sewa 21 21,0 Total 100 100,0 Pengalaman Berusaha Tani. Pengalaman berusaha tani mengindikasikan banyaknya hal yang telah dialami dan dipelajari petani dalam hal pertanian, baik dari pengalaman diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh selama rentang tahun tersebut akan menjadi sebuah proses belajar bagi konsumen yang berikutnya akan menyebabkan perubahan-perubahan perilaku, pengetahuan, dan sikap (Sumarwan 2011). Lamanya contoh bermata pencaharian sebagai petani kentang dihitung dalam satuan tahun lengkap
38 kemudian dikategorikan per 10 tahun. Lebih dari separuh contoh (53%) memiliki pengalaman berusaha tani selama 10 – 19 tahun (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengalaman berusaha tani Jumlah Pengalaman Berusaha Tani (tahun) n % < 10 tahun 28 28,0 10 – 19 tahun 53 53,0 20 – 29 tahun 14 14,0 ≥ 30 tahun 5 5,0 Total 100 100,0 Min - max (Rp) 0,40 – 37,00 Rataan ± Sd 13,34 ± 7,71 Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan motivasi sebagai sebuah dorongan yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan. Dorongan tersebut merupakan produksi dari ketidaknyamanan sebagai hasil dari tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang. Tabel 13 Motivasi contoh terhadap pembelian pestisida organik Persentase (%) No Motivasi Tidak Setuju Setuju Motivasi Intrinsik Alasan Keamanan 1 Aman terhadap petani yang menggunakan pestisida 6 94 2 Aman terhadap tanaman kentang 6 94 3 Aman terhadap tanah/lahan pertanian 6 94 Alasan Keuntungan Ekonomi 4 Harganya sesuai dengan kualitas 22 78 5 Meningkatkan daya jual 30 70 Alasan Pembelajaran 6 Coba-coba 30 70 7 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 6 94 Motivasi Ekstrinsik Meniru-niru petani lain yang menggunakan pestisida 8 41 59 organik 9 Saran dari penyuluh pertanian 28 72 10 Menggunakan pestisida organik akan menaikkan 46 54 gengsi/kebanggaan 11 Ajakan teman-teman petani yang sudah menggunakan 48 52 pestisida organik
39
Motivasi dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan pendorong atau menjadi alasan contoh untuk membeli pestisida organik. Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi motivasi utama petani dalam pembelian dan/atau penggunaan pestisida organik adalah alasan keamanan (terhadap petani, tanaman kentang, maupun tanah/lahan pertanian) dan alasan pembelajaran (meningkatkan pengetahuan dan keterampilan). Meniru-niru petani lain yang menggunakan pestisida organik dan alasan untuk menaikkan gengsi/kebanggaan merupakan motivasi ekstrinsik yang paling tidak menjadi pertimbangan/motivasi utama konsumen dalam pembelian pestisida organik. Persepsi Persepsi, sama halnya dengan motivasi, merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Menurut Sumarwan (2011), persepsi konsumen adalah bagaimana seorang konsumen melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya. Persepsi ini akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan, dan kebutuhan seseorang. Persepsi dalam penelitian ini merupakan interpretasi contoh terhadap atribut-atribut pestisida organik. Tabel 14 menggambarkan sebaran contoh berdasarkan persepsi terhadap pestisida organik dengan semakin tinggi nilai mewakili persepsi semakin positif. Pernyataan mengenai keamanan pestisida organik terhadap petani, tanaman kentang, maupun lahan pertanian memiliki sebaran contoh sebagian besar di area positif (8 – 10), begitu pula dengan kemudahan aplikasi pestisida organik. Bahkan, hampir separuh contoh (n=49) mempersepsikan bahwa pestisida organik sangat aman terhadap tanah atau lahan pertanian. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan persepsi No 1 2
3
Pernyataan Harga pestisida organik (sangat mahal - sangat murah) Ketuntasan dalam mengendalikan hama atau penyakit (sangat tidak tuntas – sangat tuntas) Kecepatan daya bunuh atau daya basmi (sangat lambat – sangat cepat)
1
2
3
4
Jawaban 5 6
7
8
9
10
8
3
7
7
26
18
18
6
1
6
2
3
10
18
27
11
15
11
0
3
4
9
16
15
23
18
9
4
2
0
40 Tabel 14 Lanjutan No 4 5 6 7 8
9
10 11
Pernyataan Keamanan terhadap tanaman kentang (sangat berbahaya – sangat aman) Keamanan terhadap petani yang menggunakan pestisida (sangat berbahaya – sangat aman) Keamanan terhadap tanah/lahan pertanian (sangat berbahaya – sangat aman) Harga dikaitkan dengan kualitas (sangat tidak sesuai – sangat sesuai) Kemudahan memperoleh pestisida organik (sangat sulit – sangat mudah) Kondisi dan penampilan kemasan pestisida organik (sangat tidak menarik – sangat menarik) Kemudahan aplikasi pestisida organik (sangat sulit – sangat mudah) Gengsi dari pestisida organik (sangat tidak bergengsi – sangat bergengsi)
Jawaban 5 6
1
2
3
4
7
8
9
10
0
0
0
1
2
5
11
25
19
37
1
0
1
1
2
4
11
20
20
40
0
0
0
1
1
7
7
14
21
49
3
3
4
4
15
12
24
23
4
8
6
4
18
14
10
12
7
12
9
8
2
2
6
9
22
19
14
17
5
4
2
2
4
6
9
8
13
33
10
13
2
2
2
6
14
15
17
20
7
15
Lebih dari tiga per empat contoh (78%) memiliki persepsi sedang terhadap pestisida organik (Tabel 15). Hal tersebut berarti contoh memiliki pandangan dan interpretasi yang cukup positif terhadap atribut-atribut pestisida organik. Skor terendah persepsi contoh adalah 38 dan skor tertinggi adalah 104 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 11 dan 110 (skala Semantik Diferensial 1-10 dengan 11 pertanyaan). Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan skor total persepsi Jumlah Persepsi n % Rendah (38-60) 11 11,0 Sedang (61-83) 78 78,0 Tinggi (84-104) 11 11,0 Total 100 100,0 Min-max 38 – 104 Rataan±Sd 73,61 ± 10,64
41
Dimensi TPB (Sikap terhadap Perilaku, Norma Subjektif, Persepsi Pengendalian Perilaku, dan Niat Pembelian) Sikap terhadap Perilaku. Sikap terhadap perilaku dalam penelitian ini merupakan sikap contoh terhadap perilaku atau tindakan penggunaan pestisida organik. Sikap terhadap perilaku memiliki dua komponen, yaitu: keyakinan perilaku dan evaluasi (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa proporsi terbesar contoh setuju memiliki keyakinan perilaku jika menggunakan pestisida organik akan mendapat banyak keuntungan (n=71), dapat menjaga kelestarian lingkungan (n=62), residu pestisida di kentang (n=71) dan di tanah (n=77) akan lebih sedikit, dan dapat menghindari kekebalan hama (n=66).
No 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap perilaku Jawaban Pernyataan STS TS S Keyakinan perilaku Saya akan mendapat banyak keuntungan 0 17 71 apabila menggunakan pestisida organik Saya menggunakan pestisida organik agar 0 3 62 dapat menjaga kelestarian lingkungan Residu pestisida di kentang akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida 0 8 71 organik Residu pestisida di tanah akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida 1 6 77 organik Saya dapat menghindari kekebalan hama 0 18 66 bila menggunakan pestisida organik Evaluasi Saya ingin memperoleh keuntungan seperti petani-petani lain yang 0 2 75 menggunakan pestisida organik Saya bangga bila dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan 0 1 58 menggunakan pestisida organik Saya ingin residu pestisida di kentang 0 3 67 sedikit Saya ingin residu pestisida di tanah sedikit 0 1 69 Saya tidak ingin hama menjadi kebal 0 5 65 terhadap pestisida
SS 12 35 21 16 16
23 41 30 30 30
Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju
Proporsi terbesar contoh pada aspek evaluasi juga berada pada tingkatan setuju bahwa petani ingin memperoleh keuntungan seperti petani-petani lain pengguna pestisida organik (n=75), bangga bila dapat menjaga kelestarian
42 lingkungan (n=58), ingin residu pestisida di kentang (n=67) dan di tanah (n=69) sedikit, dan tidak menginginkan hama menjadi kebal terhadap pestisida (n=65). Hal ini berarti mayoritas contoh memiliki kepercayaan perilaku dan evaluasi yang cukup baik terhadap penggunaan pestisida organik. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan skor sikap terhadap perilaku Jumlah Sikap n % Rendah (29-46) 43 43,0 Sedang (47-63) 40 40,0 Tinggi (64-80) 17 17,0 Total 100 100,0 Min-max 29 – 80 Rataan±Sd 51,36 ± 11,12 Hampir separuh contoh (43%) memiliki sikap terhadap perilaku penggunaan pestisida organik rendah dan dengan persentase yang tidak jauh berbeda (40%), contoh memiliki sikap terhadap perilaku dalam kategori sedang (Tabel 17). Hal tersebut berarti contoh belum memiliki memiliki keyakinan yang kuat bahwa menggunakan pestisida organik akan memberikan manfaat yang cukup banyak bagi contoh. Skor terendah sikap terhadap perilaku yang diperoleh contoh adalah 29 dan skor tertinggi adalah 80 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 14 dengan 5 pasang pertanyaan). Norma subjektif. Norma subjektif dalam penelitian ini adalah persepsi contoh
terhadap
tekanan
sosial
(pikiran
pihak-pihak
yang
dianggap
berkepentingan dan memiliki harapan kepada contoh untuk menggunakan pestisida organik) dan sejauh mana keinginan contoh untuk memenuhinya. Norma subjektif memiliki dua komponen, yaitu: keyakinan normatif dan motivasi mematuhi (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 18, proporsi terbesar contoh setuju memiliki kepercayaan normatif bahwa kebanyakan orang (n=63), keluarga (n=61), konsumen (n=69), penyuluh pertanian (n=68), dan teman-teman petani (n=62) contoh mengharapkan contoh menggunakan pestisida organik. Sama halnya pada aspek motivasi mematuhi, lebih dari separuh contoh (n=67) setuju untuk ingin melakukan apa yang dikatakan kebanyakan orang agar menggunakan
43
pestisida organik, dan mayoritas contoh setuju untuk ingin mematuhi keinginan keluarga (n=83), konsumen (n=80), penyuluh pertanian (n=86), dan teman-teman petani (n=86) untuk menggunakan pestisida organik. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas contoh yakin bahwa kebanyakan orang, keluarga, konsumen, penyuluh pertanian, dan teman-teman petani memiliki peran yang penting bagi contoh terhadap kemungkinan penggunaan pestisida organik. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan norma subjektif Jawaban No Pernyataan STS TS S Keyakinan normatif Kebanyakan orang menginginkan saya 1 0 31 63 menggunakan pestisida organik Keluarga saya menginginkan saya menggunakan 2 0 29 61 pestisida organik Konsumen kentang saya menghendaki saya 3 0 22 69 menggunakan pestisida organik Penyuluh pertanian mengatakan bahwa menggunakan banyak pestisida kimia tidak baik 4 1 13 68 sehingga menganjurkan saya menggunakan pestisida organik Teman-teman petani saya menyarankan saya 5 0 28 62 menggunakan pestisida organik Motivasi Mematuhi Saya ingin melakukan apa yang dikatakan 6 kebanyakan orang agar saya menggunakan pestisida 0 29 67 organik Saya ingin melakukan apa yang keluarga saya 7 0 15 83 inginkan tentang pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang konsumen saya 8 0 11 80 kehendaki tentang pestisida organik Saya ingin mengikuti anjuran penyuluh pertanian 9 0 6 86 agar menggunakan pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang teman-teman petani 10 0 7 86 saya sarankan tentang pestisida organik
SS 6 10 9 18 10
4 2 9 8 7
Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju
Tabel 19 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (54%) memiliki norma subjektif dalam kategori sedang. Hal tersebut berarti contoh memiliki keyakinan yang cukup kuat bahwa orang-orang di sekitarnya menginginkannya menggunakan pestisida organik dan contoh pun cukup ingin mematuhinya. Skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1-4 dengan 5 pasang pertanyaan).
44 Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan skor norma subjektif Jumlah Norma Subjektif n % Rendah (24-37) 30 30,0 Sedang (38-51) 54 54,0 Tinggi (52-64) 16 16,0 Total 100 100,0 Min-max 24 – 64 Rataan±Sd 42,23 ± 8,51 Persepsi Pengendalian Perilaku. Persepsi pengendalian perilaku berbeda dengan persepsi. Persepsi pengendalian perilaku dalam penelitian ini adalah persepsi contoh tentang faktor-faktor yang dapat menjadi pengendali perilaku penggunaan pestisida organik dan seberapa besar contoh dapat mengendalikannya. Persepsi pengendalian perilaku terdiri dari dua komponen, yaitu keyakinan pengendalian dan kekuatan faktor pengendalian (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 20, proporsi terbesar contoh setuju memiliki keyakinan perilaku bahwa contoh bisa menggunakan pestisida organik apabila memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan (n=84), harga pestisida organik relatif lebih murah atau sama dengan pestisida kimia (n=61), dan tersedia di tokotoko sekitar desa (n=74). Contoh juga setuju bahwa lebih mudah menggunakan pestisida organik apabila semakin sedikit ragam hama dan penyakit yang menyerang (n=75) dan memiliki alat-alat yang memadai untuk aplikasi pestisida organik (n=85). Sementara itu, hampir seluruh contoh (n=93) menyatakan tidak setuju pada pernyataan invers bahwa contoh tidak memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan yang berarti mereka memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan. Contoh juga tidak setuju pada pernyataan invers lainnya bahwa harga pestisida organik relatif lebih mahal daripada pestisida kimia (n=61). Lebih dari separuh contoh menyatakan setuju untuk ketiga pernyataan terakhir, yaitu bahwa hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini relatif beragam (pernyataan invers; n=79), contoh memiliki alat-alat yang memadai untuk aplikasi pestisida organik (n=63), dan toko-toko pertanian di sekitar desa contoh menjual pestisida organik (n=53). Hal ini berarti mayoritas contoh sudah memiliki kekuatan faktor pengendalian yang cukup tinggi untuk dapat
45
menggunakan pestisida organik, kecuali dalam hal terkait faktor hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan persepsi pengendalian perilaku Jawaban No Pernyataan STS TS S Keyakinan Pengendalian Saya yakin dapat menggunakan pestisida 1 organik apabila saya memiliki andil dalam 0 6 84 pengambilan keputusan di lahan ini Saya yakin saya bisa menggunakan pestisida 2 organik bila harganya relatif sama atau lebih 0 4 61 murah dibandingkan pestisida kimia Saya yakin semakin sedikit ragam hama dan 3 penyakit yang menyerang akan semakin mudah 0 6 75 saya menggunakan pestisida organik Pengaplikasian pestisida organik akan lebih 4 mudah bila saya memiliki alat-alat yang 0 1 85 memadai Saya akan menggunakan pestisida organik 5 apabila terdapat di toko-toko pertanian di 0 10 74 sekitar desa saya Kekuatan Faktor Pengendalian Saya tidak memiliki andil dalam pengambilan 6* 5 2 93 keputusan di lahan ini Harga pestisida organik relatif lebih mahal 7* 2 36 61 daripada pestisida kimia Hama dan penyakit yang menyerang pada masa 8* 0 15 79 tanam ini relatif beragam Saya memiliki alat-alat yang memadai untuk 9 0 33 63 pengaplikasian pestisida organik Toko-toko pertanian di sekitar desa saya 10 2 41 53 menjual pestisida organik
SS 10 35 19 14 16
0 1 6 4 4
Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju; * Pernyataan invers
Tabel 21 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (51%) memiliki persepsi pengendalian perilaku dalam kategori rendah. Hal tersebut berarti contoh memiliki keyakinan yang rendah akan kemampuannya dalam mengendalikan perilaku penggunaan pestisida organik. Skor terendah persepsi pengendalian perilaku yang diperoleh contoh adalah 32 dan skor tertinggi adalah 55 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1-4 dengan 5 pasang pertanyaan).
46 Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan skor persepsi pengendalian perilaku Jumlah Persepsi Pengendalian Perilaku n % Rendah (32-39) 51 51,0 Sedang (40-47) 31 31,0 Tinggi (48-55) 18 18,0 Total 100 100,0 Min-max 32 – 55 Rataan±Sd 40,88 ± 5,58 Niat Pembelian. Niat pembelian dalam penelitian ini adalah seberapa besar kecenderungan contoh untuk membeli pestisida organik yang diukur melalui kesetujuan contoh terhadap enam pernyataan yang diberikan. Hampir sebagian besar contoh menyatakan tidak setuju pada semua pernyataan invers dan setuju pada semua pernyataan lainnya (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa contoh memiliki niat pembelian yang cukup tinggi.
No 1 2 3 4* 5* 6
Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan niat pembelian Jawaban Pernyataan STS TS S Saya akan membeli pestisida organik 0 23 72 dalam bulan ini Saya akan membeli pestisida organik 1 10 84 dalam 6 bulan ke depan Saya akan membeli pestisida organik 1 5 85 dalam satu tahun ke depan Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang 7 8 85 sekarang Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang 6 15 79 berikutnya Saya akan membeli pestisida organik 0 11 71 untuk setiap masa tanam
SS 5 5 9 0 0 18
Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju; * Pernyataan invers
Tabel 23 menunjukkan bahwa lebih dari tiga per empat contoh (77%) memiliki niat pembelian pestisida organik dalam kategori sedang. Hal tersebut berarti contoh memiliki kecenderungan yang cukup untuk membeli pestisida organik. Skor terendah niat pembelian pestisida organik yang diperoleh contoh adalah 13 dan skor tertinggi adalah 22 dengan skor minimum dan maksimum
47
yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 6 dan 24 (skala Likert 1-4 dengan 6 pertanyaan). Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan skor niat pembelian Jumlah Niat n % Rendah (13-15) 11 11,0 Sedang (16-18) 77 77,0 Tinggi (19-22) 12 12,0 Total 100 100,0 Min-max 13 – 22 Rataan±Sd 17,74 ± 1,82 Hubungan Antara Karakteristik Contoh dengan Motivasi, Persepsi, dan Dimensi TPB Hubungan
Karakteristik
Contoh
dengan
Motivasi.
Tabel
24
menunjukkan bahwa semakin tinggi lama pendidikan contoh akan semakin rendah motivasi (r= -0,167; p<0,1) dan motivasi eksternal (r= -0,180; p<0,1) contoh terhadap pestisida organik. Hasil menunjukkan pula semakin banyak jumlah sumber pendapatan contoh, semakin besar motivasi contoh terhadap pestisida organik (r=0,190; p<0,1). Berbeda dengan jumlah sumber pendapatan, pendapatan keluarga tidak memiliki hubungan dengan motivasi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah sumber pendapatan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan keluarga yang berarti meningkatnya jumlah sumber pendapatan tidak seiring dengan peningkatan pendapatan keluarga. Tabel 24 Hubungan karakteristik contoh dengan motivasi Koefisien Korelasi Karakteristik Contoh Motivasi Motivasi Motivasi Intrinsik Ekstrinsik Jenis Kelamin S -0,001 -0,047 0,039 Usia -0,023 -0,035 0,001 Lama Pendidikan -0,111 -0,167* -0,180* Penghasilan Tani per Bulan -0,038 -0,062 0,010 Pendapatan Keluarga per Bulan -0,007 -0,026 0,022 Jumlah Sumber Pendapatan 0,157 0,162 0,190* Luas Lahan yang Diolah -0,020 -0,050 0,028 -0,036 0,002 -0,001 Status Kepemilikan Lahan S Pengalaman Berusaha Tani -0,081 -0,066 -0,070 Keterangan: S) Menggunakan alat analisis korelasi Spearman; *)nyata pada p<0,1;
**) nyata pada p<0,05
48 Hubungan Karakteristik Contoh dengan Persepsi. Berdasarkan hasil uji korelasi yang ditampilkan pada Tabel 25, diketahui bahwa jumlah sumber pendapatan petani berkorelasi positif sangat signifikan dengan persepsi (r=0,237; p<0,05). Hal tersebut berarti semakin banyak jumlah sumber pendapatan petani, semakin baik persepsi petani terhadap pestisida organik. Karakteristik lain yang memiliki hubungan dengan persepsi adalah pengalaman berusaha tani. Hubungan antara kedua hal tersebut merupakan korelasi negatif yang signifikan (r= -0,166; p<0,1) yang berarti semakin lama pengalaman petani dalam berusaha tani, semakin buruk persepsi petani terhadap pestisida organik. Tabel 25 Hubungan karakteristik contoh dengan persepsi Karakteristik Contoh Koefisien Korelasi Alat Analisis Jenis Kelamin -0,004 Korelasi Spearman Usia -0,111 Korelasi Pearson Lama Pendidikan 0,046 Korelasi Pearson Penghasilan Tani per Bulan -0,084 Korelasi Pearson Pendapatan Keluarga per 0,002 Korelasi Pearson Bulan Jumlah Sumber Pendapatan Korelasi Pearson 0,237** Luas Lahan yang Diolah 0,065 Korelasi Pearson Status Kepemilikan Lahan -0,090 Korelasi Spearman Pengalaman Berusaha Tani Korelasi Pearson -0,166* Keterangan: *)nyata pada p<0,1;
**) nyata pada p<0,05
Hubungan Karakteristik Contoh dengan Dimensi TPB. Tabel 26 menunjukkan hasil analisis korelasi antara karakteristik contoh dengan komponen-komponen TPB. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa jenis kelamin petani memiliki korelasi negatif signifikan dengan norma subjektif (r= 0,176; p<0,1) dan sangat signifikan dengan persepsi pengendalian perilaku (r = 0,202; p<0,05). Hal ini berarti contoh petani perempuan akan memiliki norma subjektif dan persepsi pengendalian perilaku lebih tinggi daripada contoh petani laki-laki. Selain itu, luas lahan yang diolah contoh memiliki korelasi positif signifikan dengan sikap terhadap perilaku (r=0,171; p<0,1) yang berarti semakin luas lahan yang diolah contoh, semakin baik sikap contoh terhadap perilaku penggunaan pestisida organik. Hal unik yang tampak dari hasil analisis hubungan ini adalah tidak ada karakteristik contoh yang memiliki hubungan dengan niat pembelian pestisida organik pada contoh.
49
Tabel 26 Hubungan karakteristik contoh dengan komponen TPB Koefisien Korelasi dengan Komponen TPB Sikap Persepsi Karakteristik Contoh Norma Niat terhadap Pengendalian Subjektif Pembelian Perilaku Perilaku S Jenis Kelamin -0,026 -0,085 -0,176* -0,202** Usia -0,118 0,023 -0,117 -0,126 Lama Pendidikan 0,021 -0,048 -0,073 -0,023 Penghasilan Tani per -0,042 -0,077 -0,053 0,009 Bulan Pendapatan Keluarga per 0,004 -0,078 -0,079 -0,005 Bulan Jumlah Sumber 0,112 0,052 -0,102 0,146 Pendapatan Luas Lahan yang Diolah 0,126 0,079 0,052 0,171* Status Kepemilikan 0,051 -0,002 -0,037 -0,084 Lahan S Pengalaman Berusaha -0,088 -0,037 -0,107 -0,130 Tani Keterangan: S) Menggunakan alat analisis korelasi Spearman; *)nyata pada p<0,1; **) nyata pada p<0,05
Hubungan Antara Motivasi dan Persepsi dengan Niat Pembelian Motivasi dan persepsi contoh memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan niat pembelian. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi petani maka akan semakin tinggi pula niat pembelian pestisida organik pada petani (r=0,405; p<0,01). Begitu pula dengan persepsi petani, semakin tinggi persepsi petani terhadap pestisida organik maka semakin tinggi niat pembelian pestisida organik pada petani (r=0,323; p<0,01). Hal tersebut disajikan dalam Tabel 27. Tabel 27 Hubungan motivasi dan persepsi dengan niat pembelian Variabel Koefisien Korelasi Pearson Motivasi 0,405*** Persepsi 0,323*** Keterangan: *)nyata pada p<0,1;
**) nyata pada p<0,05; ***)nyata pada p<0,01
Analisis SEM untuk Theory of Planned Behavior Goodness of Fit Test. Penilaian kecocokan antara model TPB dari SEM dengan data hasil penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi model secara keseluruhan. Evaluasi tersebut didasarkan pada tujuh uji statistik menurut Solimun (2002), yakni Uji Chi-square dan significance probability (p-value), Root Mean Square Residual (RMR), Root Mean Square Error of Approximation
50 (RMSEA), Goodness of Fit (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), Comparative Fit Index (CFI), dan Akaike Information Criterion (AIC). Chisquare dan significance probability (p-value) digunakan untuk menguji seberapa dekat kecocokan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian model. Wijanto (2008) menyatakan bahwa semakin kecil nilai chi-square berarti semakin baik karena semakin kecil perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian model dan p-value yang diinginkan yaitu lebih dari atau sama dengan 0,05. Nilai chi-square model yang didapat dari penelitian ini yaitu 70,18 yang tergolong dalam nilai yang cukup besar dengan nilai p-value<0,05. Dapat disimpulkan bahwa dari uji chi-square, kecocokan model ini kurang baik. Standardized RMR mewakili nilai rerata seluruh standardized residuals dan memiliki rentang dari 0 sampai 1 (Wijanto 2008). Nilai standardized RMR pada model ini lebih dari 0,05 (0,07) yang berarti model ini memiliki kecocokan kurang baik. RMSEA merupakan kriteria yang paling informatif dalam SEM (Wijanto 2008). Nilai RMSEA pada model ini adalah 0,07 ( 0,08) yang menandakan model ini memiliki kecocokan yang baik. GFI membandingkan model yang dihipotesiskan dengan tidak ada model sama sekali (Wijanto 2008). Nilai GFI pada model ini adalah 0,9 ( 0,90) yang menunjukkan bahwa model ini memiliki kecocokan yang baik. AGFI merupakan perluasan dari GFI (Joreskog dan Sorbom 1989 dalam Wijanto 2008). Nilai AGFI pada model ini adalah 0,83 (0,80-0,9) yang menandakan bahwa model ini memiliki kecocokan yang cukup baik (marginal fit). Nilai CFI model ini adalah 0,94 ( 0,90) yang menunjukkan bahwa model ini memiliki kecocokan yang baik. Ukuran kecocokan pada model SEM yang terakhir digunakan adalah AIC. Kecocokan model berdasarkan nilai AIC pada model tunggal ditentukan dengan selisih antara AIC model dengan AIC saturated yang jauh lebih kecil daripada selisih antara AIC independence dengan AIC saturated. AIC model penelitian ini yakni 132,06, AIC saturated yakni 156,00, dan AIC independence yakni 468,18. Selisih antara AIC model dengan AIC saturated jauh lebih kecil daripada selisih antara AIC independence dengan AIC saturated. Hal ini menunjukkan bahwa model penelitian ini sudah baik. Tabel 28 menunjukkan
51
hasil kecocokan model TPB yang didapat dari hasil penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa kecocokan data dengan model sudah cukup baik. Tabel 28 Kecocokan model TPB dari SEM dengan data hasil penelitian Goodness Hasil Statistik GOF Kecocokan of Fit Cut-off (GOF) ChiNilai yang kecil; p ≥ 0,05 70,18 ; p=0,012 Kurang Square Baik RMR
Standardized RMR ≤ 0,05
0,07
Kurang Baik
RMSEA
≤ 0,08 0,08 < RMSEA ≤ 0,1
0,07
Baik
GFI
≥ 0,90 0,8 ≤ GFI < 0,9
0,90
Baik
AGFI
≥ 0,90 0,8 ≤ GFI < 0,9
0,83
Cukup baik
CFI
≥ 0,90 0,8 ≤ GFI < 0,9
0,94
Baik
AIC
Selisih antara AIC model dengan AIC saturated jauh lebih kecil daripada selisih antara AIC independence dengan AIC saturated
AIC model = 132,06 AIC saturated = 156,00 AIC independence = 468,18
Baik
Analisis Model SEM. Analisis model SEM dapat dilakukan terhadap model pengukuran dan model struktural. Analisis SEM menghasilkan model yang menggambarkan hubungan pengaruh antara sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku terhadap niat pembelian. Variabel laten eksogen dari model TPB ini adalah sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku sedangkan variabel teramati yang mengukur variabel-variabel laten eksogen tersebut antara lain keyakinan perilaku, evaluasi, keyakinan normatif, motivasi mematuhi, keyakinan pengendalian, dan kekuatan faktor pengendalian. Variabel laten endogen dari model TPB ini adalah niat pembelian yang terukur dari variabel teramati niat pada bulan ini, niat 6 bulan ke depan, niat 1 tahun ke depan, niat tidak hanya musim tanam ini saja, niat tidak hanya musim tanam berikutnya saja, dan niat setiap musim tanam. Gambar 5 menunjukkan diagram lintas untuk model ini.
52 0,30
Keyakinan Perilaku
0,83 Sikap terhadap Perilaku
0,32
Evaluasi
0,70
0,83 0,11
0,17
Keyakinan Normatif
0,61
Motivasi Mematuhi
0,06
Niat Pembelian
0,40
0,63
Keyakinan Pengendalian
0,58
0,61
1,00 Persepsi Pengendalian Perilaku
1,00
Kekuatan Faktor Pengendalian
Niat 6 bulan ke depan
0,67
Niat 1 tahun ke depan
0,79
0,46
0,65 0,00
0,51
0,58
0,91 Norma Subjektif
Niat bulan ini
0,03
Niat tidak hanya musim tanam ini saja Niat tidak hanya musim tanam berikutnya saja Niat setiap musim tanam
0,84
0,66
0,63
Gambar 5 Diagram lintas model TPB Model Pengukuran. Variabel teramati merupakan indikator atau refleksi dari variabel laten. Permodelan dalam analisis SEM dapat disederhanakan dengan menjadikan skor variabel laten (Latent Variable Score/LVS atau Composite Index) sebagai nilai variabel teramati (Wijanto 2008). Variabel keyakinan perilaku,
evaluasi,
keyakinan
normatif,
motivasi
mematuhi,
keyakinan
pengendalian, dan kekuatan faktor pengendalian masing-masing diukur dalam 5 pernyataan dalam kuesioner. Skor penjumlahan dari kelima pernyataan tersebut dijadikan sebagai skor variabel laten (Latent Variable Score/LVS) yang kemudian dipakai sebagai nilai variabel teramati dalam analisis SEM. Rata-rata dan rentang LVS/Composite Index dari setiap variabel teramati tersebut ditampilkan dalam Tabel 29.
53
Tabel 29 Sebaran nilai skor variabel laten Variabel Teramati Rentang skor Rata-rata Skor Keyakinan perilaku 11 - 20 15,46 Evaluasi 13 - 20 16,42 Keyakinan normatif 10 - 20 14,28 Motivasi mematuhi 11 - 18 14,62 Keyakinan pengendalian 12 - 20 15,67 Kekuatan faktor 11 - 15 13,06 pengendalian Kontribusi dari setiap variabel teramati terhadap variabel latennya ditunjukkan oleh besarnya nilai loading factor atau faktor muatan (λ). Tingkat signifikansi dari kontribusi tersebut ditunjukkan oleh nilai t-value. Wijanto (2008) menyatakan bahwa t-value dikatakan signifikan apabila lebih besar dari nilai kritis (≥1,96).
Gambar 6 Model pengukuran sikap terhadap perilaku Variabel laten sikap terhadap perilaku direfleksikan oleh dua buah variabel teramati, yaitu keyakinan perilaku dan evaluasi. Gambar 6 menampilkan bahwa masing-masing variabel teramati tersebut memiliki nilai faktor muatan (λ) yang sama besar, yaitu 0,83 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel keyakinan perilaku dan evaluasi memiliki kontribusi yang sama besar terhadap variabel sikap terhadap perilaku.
Gambar 7 Model pengukuran norma subjektif
54 Variabel laten norma subjektif dibangun variabel teramati keyakinan normatif dan motivasi mematuhi. Gambar 7 menunjukkan bahwa masing-masing variabel teramati tersebut memiliki nilai faktor muatan (λ) berturut-turut 0,91 dan 0,63 dengan dengan nilai signifikansi lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel keyakinan normatif lebih berkontribusi dalam merefleksikan variabel norma subjektif.
Gambar 8 Model pengukuran persepsi pengendalian perilaku Variabel laten persepsi pengendalian perilaku dicerminkan oleh dua buah variabel
teramati,
yaitu
keyakinan
pengendalian
dan
kekuatan
faktor
pengendalian. Gambar 8 menunjukkan bahwa masing-masing variabel teramati tersebut memiliki nilai faktor muatan (λ) sebesar 1,00 dan 0,03 dengan nilai signifikansi variabel keyakinan pengendalian lebih besar dari 1,96 sedangkan nilai signifikansi variabel kekuatan faktor pengendalian lebih kecil dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi pengendalian perilaku hanya tercermin dari variabel keyakinan pengendalian. Variabel laten endogen, niat pembelian, diindikasikan oleh enam buah variabel teramati. Gambar 9 menunjukkan bahwa variabel teramati yang memiliki nilai faktor muatan (λ) paling besar adalah variabel niat bulan ini dengan nilai signifikansi lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel niat bulan ini merupakan variabel yang berkontribusi paling besar terhadap variabel niat pembelian. Meskipun demikian, variabel-variabel teramati yang lain juga memiliki kontribusi yang nyata terhadap pembentukan niat pembelian pestisida organik.
55
Gambar 9 Model pengukuran niat pembelian Model Struktural. Parameter yang menunjukkan regresi variabel laten endogen terhadap variabel laten eksogen disebut dengan nilai gamma (γ) (Wijanto 2008). Nilai gamma berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati nol menunjukkan pengaruh yang semakin kecil. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku dan norma subjektif tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembentukan intensi. Tabel 30 Pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku terhadap niat pembelian Variabel Laten Eksogen Nilai Gamma (γ) T-value Sikap terhadap perilaku 0,11 0,67 Norma subjektif 0,06 0,54 Persepsi pengendalian perilaku 0,65 3,97 Tabel 30 memperlihatkan besarnya nilai gamma pada variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen. Nilai t kedua variabel tersebut hanya sebesar 0,67 dan 0,54 (<1,96) sehingga tidak memiliki nilai yang signifikan. Sementara itu, persepsi pengendalian perilaku memberikan pengaruh yang positif nyata terhadap pembentukan intensi sebesar 0,65 dengan nilai t sebesar 3,97 (>1,96). Hal ini berarti 65% dari variasi niat pembelian dijelaskan oleh variasi dari persepsi pengendalian perilaku. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 0, yaitu
56 sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku tidak semua memiliki pengaruh terhadap niat pembelian, diterima. Pembahasan Penggunaan pestisida organik merupakan salah satu cara dalam upaya perlindungan tanaman terutama dari serangan hama dan penyakit yang akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Perilaku penggunaan atau pembelian pestisida organik yang dijual di pasaran dapat diprediksi melalui niat pembelian petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik karena niat merupakan prediktor yang baik untuk sebuah perilaku (Ajzen 2002). Niat beli konsumen berkaitan erat dengan motivasi yang dimilikinya untuk memakai atau membeli produk tertentu karena motivasi merupakan kekuatan pendorong yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan seperti pembelian. Niat pembelian konsumen juga berkaitan dengan persepsinya terhadap suatu produk. Persepsi positif konsumen terhadap suatu produk akan menimbulkan keinginan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut. Sebaliknya, bila konsumen memiliki persepsi negatif terhadap suatu produk maka tidak akan timbul keinginan dalam diri konsumen untuk membeli atau mengonsumsi produk tersebut. Selain itu, menurut Ajzen (2002), niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norms), dan persepsi pengendalian perilaku (perceived behavioral control) yang dikenal dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Berdasarkan hal tersebut, niat seseorang terhadap perilaku tertentu berkaitan dengan motivasi dan persepsinya terhadap perilaku atau produk yang bersangkutan dan dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku. Secara umum, jika seseorang memiliki motivasi yang kuat, memiliki persepsi yang baik, mempunyai sikap positif terhadap pembelian, dan mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar untuk membeli pestisida organik, serta merasa bahwa tidak banyak hambatan untuk melaksanakannya, maka niat untuk melakukan pembelian pestisida organik akan semakin kuat. Dengan demikian, peluang orang tersebut untuk berperilaku menggunakan pestisida organik akan tinggi.
57
Motivasi Motivasi petani kentang Dataran Tinggi Dieng untuk membeli pestisida organik didominasi oleh alasan intrinsik yaitu untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dan alasan keamanan, baik keamanan terhadap petani yang menggunakan pestisida, tanaman kentang, maupun tanah/lahan pertanian. Alasan intrinsik ini berkembang di kalangan petani kentang yang lebih dari separuhnya merupakan petani muda. Turasih (2011) mengungkapkan bahwa petani muda lebih cepat menerima hal-hal yang dianjurkan, lebih berani menanggung risiko, dan lebih dinamis dalam rangka untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga bagi perkembangannya dalam berusaha tani sehingga motivasi intrinsik merupakan motivasi yang lebih memengaruhi perilakunya. Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa lama pendidikan memiliki hubungan negatif signifikan dengan motivasi petani kentang terhadap pembelian pestisida organik. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani kentang maka semakin rendah pula motivasi petani kentang untuk membeli pestisida organik. Penjelasan mengenai hal ini diperoleh setelah menganalisis pula hubungan antara lama pendidikan dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik petani kentang dalam pembelian pestisida organik. Lama pendidikan diketahui memiliki hubungan negatif signifikan dengan motivasi ekstrinsik petani kentang terhadap pembelian pestisida organik. Penelitian ini menggunakan instrumen motivasi yang terdiri dari pernyataan mengenai motivasi intrinsik dan ekstrinsik sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab adanya hubungan negatif signifikan antara lama pendidikan dengan motivasi adalah adanya hubungan yang sama antara lama pendidikan dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul dari luar atau orang lain (Padmowihardjo 1994 dalam Rukka 2003). Konsumen terdorong untuk melakukan suatu perilaku karena alasan yang ditimbulkan oleh faktor luar seperti ajakan orang, perintah orang, gengsi, dan lain sebagainya. Terkait dengan motivasi ekstrinsik petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pembelian pestisida organik, semakin lama pendidikan petani kentang, yang artinya semakin berkembang wawasan dan kesadaran petani akan manfaat
58 pestisida organik, maka semakin rendah motivasi ekstrinsik petani untuk membeli pestisida organik. Petani dengan pendidikan yang lebih tinggi akan berpikiran bahwa penggunaan pestisida organik yang memiliki banyak manfaat demi kelestarian lingkungan tidak selayaknya didasarkan pada alasan yang sebatas mengikuti perkataan orang lain. Petani memandang bahwa pestisida organik memiliki fungsi utilitarian yang lebih perlu diperhatikan daripada fungsi sosial. Hal ini selaras dengan pendapat Sumarwan (2011) bahwa tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi cara berpikir dan cara pandangnya terhadap suatu masalah. Hubungan positif signifikan terdapat antara jumlah sumber pendapatan petani kentang dengan motivasi petani kentang untuk membeli pestisida organik. Semakin banyak sumber pendapatan petani kentang maka semakin banyak dan kuat pula motivasi petani untuk membeli pestisida organik. Pertanian merupakan bidang mata pencaharian yang sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca serta harga pasar sehingga seringkali hasilnya susah diprediksi. Jumlah sumber pendapatan petani merupakan indikator untuk banyaknya jumlah sumber pendapatan cadangan keluarga petani apabila pertanian tidak menghasilkan sesuai harapan. Semakin banyak jumlah sumber pendapatan petani kentang maka akan semakin berani pula petani kentang untuk menghadapi risiko termasuk risiko gagal bila mencoba menggunakan pestisida organik. Keberanian inilah yang kemudian membuat petani kentang memiliki motivasi yang lebih banyak dan kuat untuk membeli pestisida organik, pestisida yang dianggap belum seampuh pestisida kimia. Pendapatan keluarga petani tidak memiliki hubungan dengan motivasi selayaknya jumlah sumber pendapatan petani. Hal ini dikarenakan jumlah pendapatan petani tidak menentukan besar pendapatan petani. Persepsi Mayoritas petani kentang Dataran Tinggi Dieng mempersepsikan pestisida organik cenderung aman sampai sangat aman terhadap petani yang menggunakan, terhadap tanaman kentang, dan terhadap tanah/lahan pertanian. Mereka juga berpersepsi bahwa aplikasi pestisida organik cenderung mudah sampai sangat mudah. Hasil lain yang berkaitan dengan persepsi adalah persepsi petani kentang
59
terhadap harga dan ketuntasan pestisida organik dalam mengendalikan hama atau penyakit relatif sedang, kecepatan daya bunuh atau daya basminya cenderung lambat, harga dikaitkan dengan kualitas cenderung sesuai, kemudahan memperolehnya cenderung sulit, dan kondisi dan penampilan kemasannya serta gengsinya cenderung menarik dan bergengsi. Secara umum, persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik berada pada kategori sedang atau cukup positif. Hubungan antara karakteristik dengan persepsi yang tampak dari penelitian ini adalah hubungan positif signifikan antara jumlah sumber pendapatan petani kentang dengan persepsi petani terhadap pestisida organik. Semakin banyak sumber pendapatan petani kentang maka semakin positif persepsinya terhadap pestisida organik. Persepsi petani kentang terhadap pestisida organik sedikit banyak diperoleh dengan membandingkan pestisida organik dengan pestisida kimia yang sudah pernah mereka gunakan. Petani yang memiliki jumlah sumber pendapatan banyak akan lebih berani untuk mencoba atau menggunakan pestisida organik dan akan lebih menolerir kerugian waktu, tenaga, dan uang yang mungkin timbul akibat penggunaan tersebut. Semakin banyaknya jumlah sumber pendapatan petani kentang Dataran Tinggi Dieng diduga membuat petani kentang memiliki ambang berbeda (the differential threshold) yang lebih besar terutama pada atribut-atribut yang berkaitan dengan sumberdaya. Ambang berbeda adalah perbedaan minimal yang dapat dideteksi konsumen dari dua stimulus yang mirip (Schiffman & Kanuk 2004). Petani kentang dengan jumlah sumber pendapatan semakin banyak akan mempersepsikan bahwa selisih 2-3 hari dalam pembasmian hama belum tergolong lama, begitu pula dalam toleransi ketuntasan pengendalian hama, harga, kesesuaian harga dengan kualitas, dan kemudahan memperoleh pestisida organik. Hubungan lain antara karakteristik dengan persepsi yaitu hubungan negatif signifikan antara pengalaman berusaha tani dengan persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Semakin lama pengalaman petani kentang semakin rendah persepsinya terhadap pestisida organik. Hal ini diduga karena semakin lama petani memiliki pengalaman maka petani semakin terbiasa menggunakan pestisida kimia
60 dan pada akhirnya menganggap pestisida organik kurang ampuh dan kurang menguntungkan dari sisi produktivitas hasil tani. Pada dasarnya pestisida organik memang relatif membutuhkan waktu lebih lama daripada pestisida kimia dalam mematikan hama atau membasmi penyakit (Dadang & Prijono 2008). Theory of Planned Behavior Sikap terhadap Perilaku. Hampir separuh petani kentang Dataran Tinggi Dieng memiliki sikap dalam kategori rendah terhadap perilaku pembelian pestisida organik dan hampir separuh pula petani kentang memiliki sikap dalam kategori sedang. Hal ini berarti sebagian besar petani kentang memiliki sikap cukup positif terhadap perilaku pembelian pestisida organik. Ditilik dari jawabanjawaban atas pernyataan dalam kuesioner, mayoritas petani kentang menunjukkan sikap cukup positif terhadap perilaku pembelian pestisida organik dengan keyakinan bahwa bila menggunakan pestisida organik mereka akan dapat menjaga kelestarian lingkungan serta residu pestisida di kentang dan di tanah akan lebih sedikit. Hal ini selaras dengan manfaat-manfaat pestisida organik yang sering dikemukakan dalam berbagai literatur melalui media massa maupun penyuluhanpenyuluhan dan menunjukkan bahwa petani kentang Dataran Tinggi Dieng sudah terpapar informasi mengenai keuntungan-keuntungan pestisida organik. Akan tetapi, masih cukup banyak petani kentang yang merasa belum yakin bahwa mereka akan mendapat banyak keuntungan dan dapat menghindari kekebalan hama apabila menggunakan pestisida organik. Sementara itu, evaluasi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap perilaku penggunaan pestisida organik ditunjukkan dengan mayoritas petani ingin mendapatkan semua manfaat tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara luas lahan dengan sikap petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap perilaku penggunaan pestisida organik. Semakin luas lahan yang diolah petani kentang semakin positif sikap petani kentang terhadap perilaku penggunaan pestisida organik. Norma Subjektif. Lebih dari separuh petani kentang Dataran Tinggi Dieng memiliki norma subjektif dalam kategori sedang dengan memiliki kepercayaan normatif bahwa kebanyakan orang, keluarga, konsumen, penyuluh pertanian, serta
61
teman-teman petani mereka menginginkan petani kentang menggunakan pestisida organik. Hal ini dipertegas dengan motivasi mematuhi petani kentang cukup tinggi. Mayoritas petani ingin melakukan keinginan kebanyakan orang, keluarga, konsumen, penyuluh pertanian, serta teman-teman petani mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok sosial petani kentang memiliki peran yang penting bagi petani terhadap kemungkinan penggunaan pestisida organik. Melalui uji korelasi Spearman, diketahui terdapat hubungan negatif nyata antara jenis kelamin petani kentang Dataran Tinggi Dieng dengan norma subjektif. Hal ini menunjukkan bahwa petani kentang perempuan akan memiliki norma subjektif yang lebih tinggi daripada petani kentang laki-laki. Petani kentang perempuan pada umumnya merupakan petani yang suaminya tidak mampu mengelola pertanian, suaminya memiliki mata pencaharian lain, atau halhal lain yang menjadi pertimbangan khusus. Oleh karena itu, petani kentang perempuan lebih terbuka pada pendapat dan masukan dari figur-figur sosial yang dimilikinya. Persepsi Pengendalian Perilaku. Mayoritas petani kentang Dataran Tinggi Dieng yakin bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pengendali perilaku penggunaan pestisida organik. Mereka yakin bahwa andil dalam pengambilan keputusan di lahan, harga pestisida organik dibandingkan pestisida kimia, dan ketersediaan menjadi faktor pengendali perilaku penggunaan pestisida organik. Mereka juga yakin kemudahan penggunaan tersebut juga dikendalikan oleh ragam hama dan penyakit serta kepemilikan alat-alat yang memadai untuk aplikasi pestisida organik. Besarnya keyakinan petani kentang mengenai faktorfaktor tersebut diduga karena petani kentang memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai aplikasi pestisida organik. Hal ini sesuai dengan Ajzen (1991) yang mengemukakan bahwa keyakinan pengendalian biasanya dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki tentang perilaku tersebut. Akan tetapi persepsi pengendalian perilaku petani kentang masih tergolong rendah karena sebagian petani kentang masih merasa tidak dapat mengendalikan faktor-faktor tersebut, terutama faktor ragam hama dan penyakit, harga, serta ketersediaan pestisida organik di pasaran.
62 Melalui uji korelasi Spearman, diketahui terdapat hubungan negatif nyata antara jenis kelamin petani kentang Dataran Tinggi Dieng dengan persepsi pengendalian perilaku. Hal ini menunjukkan bahwa petani kentang perempuan akan memiliki persepsi pengendalian perilaku yang lebih tinggi daripada petani kentang laki-laki. Petani kentang perempuan, sebagaimana konsumen wanita pada umumnya, lebih sensitif terhadap sumberdaya sehingga lebih kuat berpersepsi bahwa sumberdaya menjadi faktor pengendali perilaku. Niat Pembelian. Sebagian besar petani kentang Dataran Tinggi Dieng memiliki niat pembelian pestisida organik cukup kuat dalam setiap waktu. Hal ini tampak dari mayoritas petani kentang cukup berniat membeli pestisida organik dalam bulan ini, 6 tahun ke depan, 1 tahun ke depan, tidak hanya di musim tanam saat ini saja maupun di musim tanam berikutnya saja, dan memang berniat membeli pestisida organik di setiap musim tanam. Banyaknya petani kentang yang cukup berniat membeli pestisida organik tersebut karena mayoritas petani memiliki motivasi yang cukup tinggi, persepsi yang cukup positif terhadap pestisida organik dan norma subjektif yang cukup baik, namun masih memiliki sikap terhadap perilaku dan persepsi pengendalian perilaku yang rendah. Hasil unik yang didapat dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik petani maupun karakteristik pertanian petani kentang Dataran Tinggi Dieng dengan niat pembelian terhadap pestisida organik. Temuan ini hampir sama dengan temuan Supriatna (2011) yang tidak mendapati hubungan antara karakteristik dengan niat pembelian. Akan tetapi, hubungan positif sangat signifikan terdapat antara motivasi dan persepsi dengan niat pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif persepsi petani kentang terhadap pestisida organik, semakin tinggi pula niat petani kentang untuk membeli pestisida organik. Temuan ini selaras juga dengan temuan Supriatna (2011) yang mendapati hubungan positif signifikan antara persepsi dengan niat pembelian. Analisis SEM untuk Theory of Planned Behavior Berkaitan dengan analisis niat pembelian berdasarkan Theory of Planned Behavior, Ajzen (1991) mengemukakan bahwa niat berperilaku, dalam hal ini adalah niat pembelian pestisida organik, ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sikap
63
terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku. Analisis SEM bermanfaat sebagai analisis regresi untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lain; sebagai analisis faktor determinan, yaitu penentuan variabel yang paling berpengaruh; dan sebagai pengujian suatu model dari konsep atau teori yang memiliki hubungan sebab-akibat antar variabel (Solimun 2002). Sikap terhadap Perilaku. Berdasarkan analisis SEM, sikap terhadap penggunaan pestisida organik yang dimiliki petani dalam penelitian ini dibangun oleh keyakinan perilaku dan evaluasi dengan kontribusi yang sama besar. Artinya, petani dikatakan memiliki sikap yang positif terhadap penggunaan pestisida organik dapat dilihat dari keyakinannya terhadap perilaku tersebut yang baik dan dari evaluasinya yang juga baik. Hal ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior yang dikemukakan Ajzen, yaitu sikap terhadap perilaku dibentuk oleh keyakinan perilaku dan evaluasi. Norma Subjektif. Norma subjektif petani lebih dibangun oleh keyakinan normatif daripada motivasi mematuhi. Artinya, untuk dapat mengetahui norma subjektif petani terhadap pestisida organik, dapat dilihat dari keyakinannya bahwa orang lain atau figur-figur sosial yang dimilikinya berpikir bahwa petani seharusnya menggunakan pestisida organik. Meskipun norma subjektif petani kentang lebih terlihat dari keyakinan normatif, motivasi mematuhi tetap memiliki kontribusi yang besar dan signifikan untuk merefleksikan norma subjektif petani kentang. Hal ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior yang dikemukakan Ajzen bahwa norma subjektif dibentuk oleh keyakinan normatif dan motivasi mematuhi. Persepsi Pengendalian Perilaku. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa persepsi pengendalian perilaku yang dimiliki petani kentang Dataran Tinggi Dieng hanya dibangun oleh keyakinan pengendalian dengan kontribusi yang sangat besar dan signifikan. Kekuatan faktor pengendalian dalam model TPB petani kentang ini tidak memiliki kontribusi yang memadai dan signifikan. Artinya, persepsi pengendalian perilaku petani kentang dapat dilihat hanya dari melihat keyakinannya akan faktor-faktor yang dapat mengendalikan perilaku atau
64 menghambat perilaku. Hal ini tidak sesuai dengan Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Ajzen bahwa persepsi pengendalian perilaku dibentuk oleh keyakinan perilaku dan juga kekuatan faktor pengendalian. Niat Pembelian. Variabel laten terakhir yaitu niat pembelian petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik. Niat pembelian pestisida organik pada bulan ini merupakan variabel pembentuk yang paling dominan dalam memberikan kontribusi terhadap variabel niat pembelian. Artinya, niat pembelian petani kentang terhadap pestisida organik dapat dilihat dari niat pembeliannya pada bulan ini. Meskipun demikian, indikator yang lain dari niat pembelian juga memiliki kontribusi yang cukup besar dan signifikan dalam membentuk niat pembelian petani kentang. Analisis Model Struktural. Analisis SEM, yang dilakukan untuk menguji lebih lanjut mengenai model pengaruh ketiga faktor pembentuk intensi atau niat pembelian tersebut, menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan pernyataan Ajzen. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku dan norma subjektif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat pembelian pestisida organik sedangkan persepsi pengendalian perilaku yang hanya direfleksikan oleh keyakinan pengendalian justru memiliki pengaruh yang sangat besar. Artinya, semakin tinggi sikap petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap penggunaan pestisida organik dan norma subjektif petani kentang tidak akan memberikan pengaruh terhadap tinggi-rendahnya niat petani kentang untuk membeli pestisida organik. Ketiadaan pengaruh dari sikap terhadap perilaku petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap niat pembelian tidak sesuai dengan penelitian George (2004), Chen (2009), dan Trisnawati (2011) yang menunjukkan bahwa semakin baik sikap seseorang terhadap suatu perilaku akan menaikkan niat untuk melakukan perilaku tersebut. Ketiadaan pengaruh dari norma subjektif terhadap niat pembelian memiliki kesamaan dengan penelitian George (2004), Chen (2009), dan Trisnawati (2011). Temuan ini tidak sesuai dengan TPB yang mendalilkan bahwa semakin tinggi norma subjektif seseorang akan menaikkan pula niatnya untuk melakukan perilaku tersebut. Norma subjektif yang tidak
65
memiliki pengaruh signifikan ini dapat disebabkan oleh kesalahan menentukan figur-figur sosial yang tepat pada alat ukur norma subjektif sehingga tidak tampak bentuk pengaruh dari norma subjektif terhadap niat pembelian. Semakin tinggi persepsi pengendalian perilaku petani kentang Dataran Tinggi Dieng akan menaikkan niat petani kentang untuk membeli pestisida organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Dharmmesta (1998) yang menyatakan semakin seseorang merasa bahwa ia memiliki sumberdaya yang ia yakini dapat menentukan suatu perilaku maka semakin berniat pula ia untuk melakukan perilaku tersebut. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian George (2004) dan Chen (2009) yang menyatakan bahwa persepsi pengendalian perilaku merupakan variabel yang berpengaruh terhadap niat. Model yang didapat dari analisis SEM menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan TPB. Namun, Ajzen sendiri menjabarkan bahwa tingkat kepentingan atau pengaruh dari sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku dalam memprediksi niat diduga bervariasi menurut perilaku dan situasi. Sehingga, dalam beberapa penelitian mungkin saja ditemukan hanya satu atau dua faktor yang berpengaruh terhadap niat. Salah satu contoh penelitian dengan hasil yang sama dengan penelitian ini dituliskan oleh Ajzen (1991) dalam jurnalnya yang berjudul The Theory of Planned Behavior. Penelitian tersebut adalah penelitian Netmeyer, Burton, dan Johnston pada tahun 1990. Penelitian Netmeyer menganalisis hubungan dan pengaruh dalam model TPB mengenai niat berpartisipasi dalam pemilihan. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian ini, yaitu ketiga faktor pembentuk niat memiliki korelasi kuat dengan niat namun hanya persepsi pengendalian perilaku yang memiliki pengaruh terhadap niat. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya mengkaji mengenai niat petani kentang Dataran Tinggi Dieng untuk melakukan pembelian pestisida organik, belum mengkaji perilaku pembelian pestisida organik pada petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Padahal, niat seseorang dapat berubah sewaktu-waktu ketika belum direalisasikan menjadi perilaku dan kajian berdasarkan Theory of Planned Behavior akan lebih menyeluruh apabila dikaji pula perilaku yang dimaksud. Variabel karakteristik
66 petani yang diteliti dalam penelitian ini belum mencakup pendidikan non-formal petani kentang Dataran Tinggi Dieng dalam bidang pertanian seperti SLPHT dan jumlah penyuluhan yang diikuti. Padahal, data tersebut kemungkinan dapat menjelaskan motivasi, persepsi, dan niat pembelian petani. Selain itu, jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini masih terlalu minim untuk analisis SEM sehingga model TPB yang dihasilkan tidak memenuhi semua ukuran Goodness of Fit dalam analisis SEM. Kekurangan ini juga kemungkinan dapat menjadi penyebab model yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori. Implikasi Manajerial untuk Penyuluhan Berdasarkan penelitian ini terbukti bahwa motivasi paling utama dari petani kentang Dataran Tinggi Dieng yang melandasi pembelian pestisida organik adalah alasan keamanan. Oleh karena itu, penyuluhan pertanian mengenai pestisida organik perlu menekankan keamanan pestisida organik terhadap tanah, tanaman, dan petani kentang yang menggunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin positif persepsi petani kentang akan semakin tinggi niat pembelian pestisida organik. Penyuluhan yang menggiring agar persepsi petani kentang semakin positif perlu dilakukan dengan cara menekankan manfaat dari pestisida organik, bukan kelemahannya. Karakteristik pertanian yang memiliki hubungan dengan persepsi adalah pengalaman berusaha tani. Oleh karena itu, penyuluhan dengan konsep menggiring persepsi positif petani kentang perlu lebih difokuskan pada petani kentang dengan pengalaman berusaha tani sudah lama atau petani kentang lama. Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku pembelian pestisida organik pada petani kentang Dataran Tinggi Dieng berada pada kategori rendah. Untuk meningkatkannya, penyuluhan perlu lebih menekankan manfaat pestisida organik dan pentingnya manfaat tersebut dalam berusaha tani seperti pestisida organik dapat menghindari kekebalan hama dan kekebalan hama memang penting untuk dihindari.
67
Karakteristik pertanian yang memiliki hubungan dengan sikap terhadap perilaku adalah luas lahan. Oleh karena itu, penyuluhan dengan konsep meningkatkan sikap petani terhadap perilaku pembelian pestisida organik perlu lebih difokuskan pada petani kentang dengan luas lahan yang lebih kecil atau petani kecil. Berdasarkan
hasil
persepsi
pengendalian
perilaku
petani
kentang,
ketersediaan pestisida organik di sekitar Dataran Tinggi Dieng belum dirasa mencukupi oleh petani. Oleh karenanya, produsen pestisida organik perlu lebih aktif menembus pasaran pestisida di Dataran Tinggi Dieng.
68
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Motivasi utama petani kentang Dataran Tinggi Dieng dalam pembelian pestisida organik adalah alasan keamanan, baik terhadap tanah, tanaman, maupun petani yang menggunakan, dan alasan intrinsik meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi, norma subjektif, dan niat pembelian petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik berada pada tingkat sedang sedangkan sikap terhadap perilaku dan persepsi pengendalian perilaku berada pada tingkat rendah. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah sumber pendapatan akan semakin tinggi motivasi dan semakin baik persepsi petani terhadap pestisida organik. Hasil penelitian juga menunjukkan semakin tinggi pendidikan maka semakin rendah motivasi petani terhadap pestisida organik yang selaras dengan semakin rendah motivasi ekstrinsik petani. Semakin lama pengalaman berusaha tani akan semakin rendah persepsi contoh terhadap pestisida organik. Petani perempuan memiliki norma subjektif dan persepsi pengendalian perilaku yang lebih tinggi daripada petani laki-laki sedangkan semakin luas lahan yang diolah semakin tinggi sikap terhadap perilaku petani. Penelitian ini juga menunjukan bahwa semakin tinggi motivasi dan semakin positif persepsi petani kentang, semakin tinggi pula niat petani untuk membeli pestisida organik. Hasil yang sedikit berbeda dengan Theory of Planned Behavior ditunjukkan dalam penelitian ini berupa ketiadaan pengaruh dari sikap terhadap perilaku dan norma subjektif petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap niat pembelian pestisida organik. Niat pembelian pestisida organik pada petani kentang Dataran Tinggi Dieng hanya dipengaruhi oleh persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap kemudahan atau kesulitan dalam melakukan perilaku pembelian. Saran Ketiadaan pengaruh dari norma subjektif terhadap niat pembelian dapat terjadi karena tidak tepat dalam menentukan figur-figur sosial yang dimiliki
70 contoh dalam instrumen penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan modifikasi instrumen untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini salah satunya adalah jumlah contoh yang terlalu minim untuk analisis SEM sehingga untuk penelitian lebih lanjut, perlu diperbanyak lagi jumlah contoh yang diambil. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya adalah pengambilan data mengenai pendidikan non-formal petani kentang Dataran Tinggi Dieng dalam bidang pertanian dan perluasan ruang lingkup Theory of Planned Behavior dengan meneliti juga perilaku pembelian agar kajian mengenai perilaku pembelian pestisida organik ini dapat lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA Akbar YJ. 2010. Analisis pengaruh motivasi konsumen, persepsi kualitas, dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda (Studi pada konsumen sepeda motor Honda di Semarang) [skripsi][internet]. [diunduh 26 November 2011]. Semarang: Universitas Diponegoro. Diambil dari http://eprints.undip.ac.id/19406/1/Skripsi.pdf. Ajzen I. 1991. The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Process [internet]. [diunduh 23 Maret 2012]; 50, 179-211. Diambil dari http://www.cas.hse.ru/data/816/479/1225. Ajzen I. 2002. Perceived behavioral control, self-afficacy, locus of control, and the theory of planned behavior. Journal of Applied Social Psychology [internet]. [diunduh 27 Juli 2012]; 32(4), 665-683. Diambil dari http://onlinelibrary.wiley.com/. [BNN] Badan Narkotika Nasional. 2006. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen [internet]. [diunduh 8 Maret 2012]. Diambil dari http://www.bnn.go.id/. Bondansari, Sularso KE, Dewanto E. 2011. Studi tentang budidaya kentang Solzum Tuberosum L di Dataran Tinggi Dieng kajian dari aspek ekonomi dan lingkungan. Jurnal Pembangunan Pedesaan [internet]. [diunduh 29 Juli 2012]; 11(1), 17-28. Diambil dari http://jurnalonline.unsoed.ac.id/. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Luas panen, produksi dan produktivitas kentang tahun 2009-2010 [internet]. [diunduh 26 November 2011] Diambil dari http://www.bps.go.id/. Chen L. 2009. Online consumer behavior: an empirical study based on theory of planned behavior [dissertation]. University of Nebraska [internet]. [diunduh 27 Juli 2012]. Diambil dari http://search.proquest.com/. Dadang, Prijono D. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB. Dharmmesta BS. 1998. Theory of planned behavior dalam penelitian sikap, niat, dan perilaku konsumen. Kelola, 8(7), 85-103. [DIPERTAN] Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. 2009. Potensi pertanian [internet]. [diunduh 26 November 2011]. Diambil dari http://www.banjar negarakab.go.id/. [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2011. Petunjuk teknis pengawasan pupuk dan pestisida tahun 2011 [internet]. [diunduh 26 November 2011]. Diambil dari http://pla.deptan.go.id/. Drewnoski A, Moskowitz H, Reisner M, Krieger B. 2010. Testing consumer perception of nutrient content claims using Conjoint analysis. Public Health Nutrition [internet]. 13(5), 68-694. DOI: 10.1017/S1368980009993119. Furneaux B. 2005. Theory of reasoned action [internet]. [diunduh 26 November 201]. Diambil dari http://www.istheory.yorku.ca/.
72 George JF. 2004. The theory of planned behavior and internet purchasing. Internet Research [internet]. [diunduh 27 Juli 2012] 14(3), 198-212. Diambil dari http://search.proquest.com/. Girsang W. 2009. Dampak negatif penggunaan pestisida [internet]. [diunduh 26 November 2011]. Diambil dari http://usitani.wordpress.com/. Hair JF, Anderson RE, Tatham RL, Black WC.1998. Multivariate Data Analysis with Reading. 5th Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Handoko H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE. Heryansyah A. 2010. Preferansi petani sayuran dan jagung dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman di wilayah Bogor dan Cianjur dan analisis ekonominya [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Isnan M. 2011. Cara kerja, kelemahan, dan keunggulan pestisida organik [internet]. [diunduh 23 Maret 2012]. Diambil dari http://pertanianorganik. net/pestisida-organik/. Joreskog K, Sorbom D. 1989. Lisrel 7 User’s Reference Guide. Scientific Software International. Kristianto PL. 2011. Psikologi Pemasaran: Integrasi Ilmu Psikologi dalam Kegiatan Pemasaran. Yogyakarta: CAPS. Lesman. 2011. Pestisida organik [internet]. [diunduh 26 November 201]. Diambil dari http://lestarimandiri.org/. Ma YJ. 2007. Young consumers’ fair trade consumption: Application of the theory of planned behavior to non-food fair trade purchases [dissertation]. Iowa: Iowa State University. Diambil dari http://search.proquest.com/. Nuh M. 2004. Kajian penggunaan merek dan leaflet sebagai media promosi terhadap persepsi konsumen tentang citra produk buah kranji (Dialium indum Linn.) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Prasojo BJ. 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya. Rukka H. 2003. Motivasi petani kentang dalam menerapkan usahatani organik pada padi sawah (kasus di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sarwono J. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif: Menggunakan Prosedur SPSS. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo. Schiffman LG, Kanuk LL. 2004. Consumer Behavior, 8th Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall Inc. [Sekneg RI] Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2007. Wisata Kabupaten Banjarnegara [internet]. [diunduh 24 Maret 2012]. Diambil dari http://www.indonesia.go.id/. Siagian SP. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
73
Sigit M. 2006. Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap niat beli mahasiswa sebagai konsumen potensial produk pasta gigi Close Up. Jurnal Siasat Bisnis [internet]. [diunduh 26 November 2011]; 11(1), 81-91. Diambil dari http://journal.uii.ac.id/. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo: Dabara Publisher. Solimun. 2002. Multivariate Analysis: Structural Equation Modeling (SEM) Lisrel dan Amos. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati: Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisius. Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Edisi kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. Sumarwan U, et al.. 2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Bogor: IPB Press. Supriatna MD. 2011. Analisis model sikap: Hubungan persepsi, afektif, dan preferensi terhadap minat beli pakaian batik [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Susantyo B. 2001. Motivasi petani berusaha tani di dalam kawasan hutan wilayah Bandung Selatan (Kasus petani peserta Program Perhutanan Sosial di wilayah Kesatuan Pemangku Hutan Bandung Selatan) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Syafrudin. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan studi mahasiswa program sarjana ekstensi manajemen agribisnis Institut Pertanian Bogor (pendekatan model persamaan struktural) [skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Thirtawati. 2002. Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tokuyama S. 2009. Examining different characteristics in consumer motivation for participant sport and spectator sport [dissertation]. Kentucky: Faculty of The Graduate School, University of Louisville. Diambil dari http://search.proquest.com/. Trisnawati E. 2011. Pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui pendekatan theory of planned behavior [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Turasih. 2011. Sistem nafkah rumahtangga petani kentang di daerah Dataran Tinggi Dieng [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Wibowo MSA. 2010. Pemodelan persamaan structural faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa IPB [skripsi]. Bogor:
74 Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Wijanto SH. 2008. Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8: Konsep dan Tutorial. Yogyakarta: Graha Ilmu. Winoto W. 2011. Dataran Tinggi Dieng [internet]. [diunduh 24 Maret 2012]. Diambil dari http://ww.web.id/dataran-tinggi-dieng. Yuwono NW, Purwanto BH, Hanudin E. 2010. Kesuburan tanah lahan petani kentang di dataran tinggi Dieng [makalah seminar] [internet]. [diunduh 26 November 2011]. Diambil dari http://nasih.files.wordpress.com/.
LAMPIR RAN Lampiran 1 Kuesioneer penelitiann Nores :
Kueesioner Penelitian
g Dataran Tinggi T Dien ng terhada ap Motivvasi dan Perrsepsi Petaani Kentang Pestissida Organiik serta An nalisisnya berdasarka b an Theoryy of Plannedd Behavior Oleh: Haasna Izdihar (I240800200) Departem men Ilmu Keluarga K dann
Konsuumen
Mohon keesediaan Baapak/Ibu/Sdrr/i untuk meeluangkan waktu w menggisi kuesion ner ini secara lenngkap dan benar. b Semuua kerahasiaaan respondden akan am man dan terjaga. Terimaa kasih atass bantuannyya. Tanggal wawancara w : A. Identittas Petani dan d Penggu unaan Pestiisida Organ nik Nama respponden (K001) : …………… … ………….. Alamat : ........................................................................................... Jenis kelam min (K02) : L / P Usia (K033) : …….. … ............tahun Lama pendidikan (K004) : …..........….. … tahun a. Tidak sekolah/Tidak tamat SD b. Tamat SD D MP c. Tamat SM MA d. Tamat SM ( ) e. Diploma (D1/D2/D3) f. Sarjana (S S1/S2/S3) Pekerjaan Utama : a. Petani e. Wirraswasta b. Pegawai neegeri f. Petternak c. Pegawai sw wasta g. Gurru honor d. Buruh h. Laiinnya ....... Sampinggan : ................................................ Besar keluuarga Status pernnikahan Penghasilaan tani (K055)
: ............................orang : Menikah M / lajjang / jandaa duda : Rp R ………… ………./ bulaan
76 Pendapatan keluarga (K06) : Rp ………………./ bulan Dari mana saja sumber pendapatan Anda? (K07) Bertani Berdagang PNS/TNI/POLRI Pegawai swasta Pensiunan Lainnya, sebutkan ………………….. Luas lahan (K08) : ……….............m2 Status kepemilikan lahan (K09) : Lahan sendiri / sewa / buruh Lama berusaha tani (K10) : …............….. tahun No. HP : ………………. Apakah Anda mengetahui tentang pestisida organik yang dijual di pasaran? (P01) a. Tidak b. Ya Apakah Anda pernah menggunakan pestisida organik? (P02) a. Belum pernah b. Pernah Apakah Anda saat ini menggunakan pestisida organik? (P03) a. Tidak b. Ya Jika Ya, sebutkan merek-merek pestisida organik yang Anda gunakan? (P04) ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… B. Motivasi Isilah dengan tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan motivasi/ alasan Anda membeli pestisida organik Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju No Alasan membeli pestisida organik 1 Coba-coba Meniru-niru petani lain yang menggunakan pestisida 2 organik 3 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 4 Saran dari penyuluh pertanian 5 Aman terhadap petani yang menggunakan pestisida Menggunakan pestisida organik akan menaikkan 6 gengsi/kebanggaan 7 Harganya sesuai dengan kualitas 8 Meningkatkan daya jual 9 Aman terhadap tanaman kentang 10 Ajakan teman-teman petani yang sudah menggunakan
STS
TS
S
SS
77
No 11
Alasan membeli pestisida organik pestisida organik Aman terhadap tanah/lahan pertanian
STS
TS
S
SS
C. Persepsi Berikan nilai pada pernyataan terkait pestisida organik secara umum berikut ini sesuai rentang nilai yang telah disediakan! No
Pernyataan
1
Harga pestisida organik
2
Ketuntasan dalam mengendalikan hama atau penyakit
3
Kecepatan daya bunuh atau daya basmi
4
Keamanan terhadap tanaman kentang
5 6 7 8 9
Keamanan terhadap petani yang menggunakan pestisida Keamanan terhadap tanah/lahan pertanian Harga dikaitkan dengan kualitas Kemudahan memperoleh pestisida organik Kondisi dan penampilan kemasan pestisida organik
10
Kemudahan aplikasi pestisida organik
11
Gengsi dari pestisida organik
Rentang Nilai 1 Sangat mahal 10 Sangat murah 1 Sangat tidak tuntas 10 Sangat tuntas 1 Sangat lama 10 Sangat cepat 1 Sangat berbahaya 10 Sangat aman 1 Sangat berbahaya 10 Sangat aman 1 Sangat berbahaya 10 Sangat aman 1 Sangat tidak sesuai 10 Sangat sesuai 1 Sangat sulit 10 Sangat mudah 1 Sangat tidak menarik 10 Sangat menarik 1 Sangat sulit 10 Sangat mudah 1 Sangat tidak bergengsi 10 Sangat bergengsi
Nilai
Isilah dengan tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan keyakinan dan sikap Anda mengenai pernyataan-pernyataan berikut Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju D. Sikap terhadap Perilaku (TPB) No Pernyataan Keyakinan Perilaku
STS TS S SS
78 No
Pernyataan Saya akan mendapat banyak keuntungan apabila 1 menggunakan pestisida organik Saya menggunakan pestisida organik agar dapat 2 menjaga kelestarian lingkungan Residu pestisida di kentang akan lebih sedikit bila saya 3 menggunakan pestisida organik Residu pestisida di tanah akan lebih sedikit bila saya 4 menggunakan pestisida organik Saya dapat menghindari kekebalan hama bila 5 menggunakan pestisida organik Evaluasi Konsekuensi Saya ingin memperoleh keuntungan seperti petani6 petani lain yang menggunakan pestisida organik Saya bangga bila dapat menjaga kelestarian lingkungan 7 dengan menggunakan pestisida organik 8 Saya ingin residu pestisida di kentang sedikit 9 Saya ingin residu pestisida di tanah sedikit 10 Saya tidak ingin hama menjadi kebal terhadap pestisida E. Norma Subjektif (TPB) No Pernyataan Keyakinan Normatif Kebanyakan orang menginginkan saya menggunakan 1 pestisida organik Keluarga saya menginginkan saya menggunakan 2 pestisida organik Konsumen kentang saya menghendaki saya 3 menggunakan pestisida organik Penyuluh pertanian mengatakan bahwa menggunakan 4 banyak pestisida kimia tidak baik sehingga menganjurkan saya menggunakan pestisida organik Teman-teman petani saya menyarankan saya 5 menggunakan pestisida organik Motivasi Mematuhi Saya ingin melakukan apa yang dikatakan kebanyakan 6 orang agar saya menggunakan pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang keluarga saya inginkan 7 tentang pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang konsumen saya 8 kehendaki tentang pestisida organik
STS TS S SS
STS TS
S
SS
79
No 9 10
Pernyataan Saya ingin mengikuti anjuran penyuluh pertanian agar menggunakan pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang teman-teman petani saya sarankan tentang pestisida organik
STS TS
S
SS
F. Persepsi Pengendalian Perilaku (TPB) No Pernyataan STS TS S SS Keyakinan Pengendalian Saya yakin dapat menggunakan pestisida organik 1 apabila saya memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan ini Saya yakin saya bisa menggunakan pestisida organik 2 bila harganya relatif sama atau lebih murah dibandingkan pestisida kimia Saya yakin semakin sedikit ragam hama dan penyakit 3 yang menyerang akan semakin mudah saya menggunakan pestisida organik Pengaplikasian pestisida organik akan lebih mudah bila 4 saya memiliki alat-alat yang memadai Saya akan menggunakan pestisida organik apabila 5 terdapat di toko-toko pertanian di sekitar desa saya Kekuatan Faktor Pengendalian Saya tidak memiliki andil dalam pengambilan keputusan 6 di lahan ini Harga pestisida organik relatif lebih mahal daripada 7 pestisida kimia Hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam 8 ini relatif beragam Saya memiliki alat-alat yang memadai untuk 9 pengaplikasian pestisida organik Toko-toko pertanian di sekitar desa saya menjual 10 pestisida organik G. Niat Pembelian (TPB) No Niat pembelian pestisida organik STS TS 1 Saya akan membeli pestisida organik dalam bulan ini Saya akan membeli pestisida organik dalam 6 bulan ke 2 depan Saya akan membeli pestisida organik dalam satu tahun 3 ke depan
S
SS
80 No 4 5 6
Niat pembelian pestisida organik Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang sekarang Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang berikutnya Saya akan membeli pestisida organik untuk setiap masa tanam
STS TS
S
SS
81
Lampiran 2 Dokumentasi penelitian
Contoh produk pestisida organik yang digunakan petani kentang Dataran Tinggi Dieng
Proses pengambilan data
Lahan pertanian kentang Dataran Tinggi Dieng
Alat semprot pestisida
82
83
RIWAYAT PENULIS
Penulis
merupakan
anak
pertama
dari
tiga
bersaudara dari pasangan Ir. Ade Prasetyo dan Ir. Amy Gandawati yang dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 23 Juli 1990. Penulis menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 2 Pare, Kediri, Jawa Timur, pada April 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama berkuliah, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan, diantaranya Sekretaris KAMAJAYA (Keluarga Mahasiswa Jayabaya) 2010, Ketua FOSMARI (Forum Silaturahmi Mahasiswa Kediri) Jabodetabek 2010, Komisi Monitoring Badan Pengawas HIMAIKO (Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen) 2010, dan Ketua Badan Pengawas HIMAIKO 2011. Kepanitian yang pernah penulis ikuti diantaranya ketua pelaksana Welcoming Kamajaya 46, Kadiv Danus Fieldtrip IKK 45, dan lain-lain. Selain itu, penulis juga menjadi asisten untuk Mata Kuliah Pemasaran Sosial.