i
MOTIVASI DAN OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK “DERINGS” TRANS TV (Kasus Episode Minggu Ketiga, Bulan Mei 2010)
ANGEL INDAH PERMATA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
ABSTRACT ANGEL INDAH PERMATA. The Motivation and Oppinion of Direct Audiences about "Derings", a Musical Program at Trans TV. (Supervised by: SUTISNA RIYANTO) The objectives of this research are: (1) to describe the direct audiences profile of "Derings", (2) to explain the motivation of direct audiences for watching "Derings" and to identify its influential factors (3) to study about public oppinion of "Derings"’ direct audiences with its influential factors. The research has been conducted at Trans TV station on the third week of May 2010. The selection of location and respondent has been done purposely. The Respondents in this research are direct audiences of "Derings" who watched it on the third week of May 2010. The data has been collected by using questionnaire and in depth interview technique. The data which is collected from questionnaire then analized by Chi-square and Rank Spearman test.The intrinsic factors and extrinsic factors are supposed to be able to describe the characteristics and profile of direct audiences of “Derings”. The results of this research based on the processing data by using Chi-Square and Spearman Rank, showed that several intrinsic factors have tangible correlation with motivation aspects significantly. The respondents have mostly good opinions about the presenters, guest stars, and setting area/ musical stage of "Derings" at Trans TV station, but in the other hand, broadcasting/delivery aspect of this program has been assessed as less than good by them. The extrinsic factors of respondents that have correlation with their oppinion about this program. Keywords: motivation, oppinion, direct Audiences, "Derings” musical program.
iii
RINGKASAN ANGEL INDAH PERMATA. Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV. Di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO)
Acara Musik “Derings” merupakan salah satu acara musik yang diproduksi oleh Trans TV. Acara tersebut melibatkan khalayak langsung dalam penayanganya. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan profil khalayak langsung acara musik “Derings”, (2) mengkaji motivasi khalayak langsung dalam menonton acara musik “Derings” dan mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhinya, dan (3) mengkaji opini khalayak langsung acara musik “Derings” terhadap program tersebut dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di stasiun televisi Trans TV pada minggu ketiga, Bulan Mei 2010. Responden dalam penelitian ini adalah khalayak langsung acara musik “Derings” yang menonton pada minggu ketiga, Bulan Mei 2010. Pemilihan responden
menggunakan
metode
purposive
accidental
(sengaja)
untuk
mendapatkan responden yang dijadikan subjek penelitian yaitu sebanyak 40 orang responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Data yang didapatkan dari hasil pengisian kuesioner diolah dan dianalisis menggunakan uji Chi-square dan rank Spearman. Khalayak langsung acara musik ”Derings” Trans TV sebagian besar adalah ”anak muda” perempuan dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang belum memiliki pekerjaan tetap dengan pendapatan per bulan bekisar dari Rp. 100.000,00 sampai dengan Rp. 900.000,00 dan sebagian besar berasal dari etnis Sunda dan Betawi. Khalayak langsung sebagian besar mengetahui acara musik ”Derings” pertama kalinya adalah dari teman yang telah pernah menjadi khalayak langsung acara tersebut. Faktor teman dan keinginan sendiri mempengaruhi seseorang untuk menjadi khalayak langsung acara musik ”Derings”. Motivasi utama khalayak langsung acara musik ”Derings” Trans TV adalah motivasi hiburan dan informasi. Hasil dari pengolahan data dengan metode
iv
korelasi Chi-Square dan korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa faktor intrinsik yang berhubungan nyata dengan aspek motivasi adalah usia dengan motivasi identitas pribadi, asal etnis dengan motivasi informasi, dan asal etnis dengan motivasi ekonomi. Faktor eksternal tidak memiliki hubungan nyata dengan kelima aspek motivasi menonton acara musik ”Derings”. Opini khalayak tentang acara musik ”Derings” adalah baik, dilihat dari opini tentang presenter, bintang tamu, dan setting tempat/panggung acara musik ”Derings” Trans TV, sedangkan aspek penayangan dinilai kurang baik. Semua faktor intrinsik responden tidak memiliki hubungan yang nyata dengan opini responden tentang keempat aspek acara musik ”Derings”. Faktor ekstrinsik responden yang memiliki hubungan nyata dengan opini adalah sumber informasi acara dengan opini tentang presenter, sumber informasi acara dengan opini tentang bintang tamu. Aspek motivasi (informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, hiburan, dan ekonomi) tidak memiliki hubungan nyata dengan opini responden tentang keempat aspek (presenter, bintang tamu, setting tempat/panggung, penayangan) acara musik ”Derings”.
v
MOTIVASI DAN OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK “DERINGS” TRANS TV (Kasus Episode Minggu Ketiga, Bulan Mei 2010)
ANGEL INDAH PERMATA I34063556
Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
vi
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Angel Indah Permata
NRP
: I34063556
Judul
: Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV (Kasus Episode Minggu Ketiga, Bulan Mei 2010)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 19620115 198803 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Pengesahan: __________________
vii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV (Kasus Episode Minggu Ketiga, Bulan Mei 2010)” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikianlah
pernyataan
ini
saya
buat
dan
saya
bersedia
memberi
pertanggungjawaban atas pernyataan ini.
Bogor, Agustus 2010
Angel Indah Permata I34063556
viii
RIWAYAT HIDUP Angel Indah Permata lahir di Padang pada Tanggal 13 Juli 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari ayah yang bernama Sukman dan ibu yang bernama Susilawati. Penulis menempuh pendidikan dimulai dengan Taman Kanak-kanak Mutiara, Pakan Rabaa, Sumbar pada tahun 19931994, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Aro, Sumbar pada tahun 1994-2000, seterusnya penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Sungai Pagu, Sumbar pada tahun 2000-2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Muara Labuh pada tahun 2003-2006. Setelah menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Satu tahun penulis tinggal di asrama ketika menjalani Tingkat Persiapan Bersama (TPB) sebagai persiapan memilih departemen pada tingkat selanjutnya. Tahun 2007 penulis diterima masuk di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di bawah Fakultas Ekologi Manusia sebagai angkatan kedua. Selain menjalani pendidikan formal, penulis juga menimba ilmu di lembaga pendidikan non formal yaitu mengikuti kursus bahasa Inggris di LIA dan meneruskannya secara pribadi di rumah. Seiring dengan perjalanan akademis, penulis juga aktif menjalin hubungan sosial melalui berbagai organisasi. Penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Padang. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti beberapa kepanitiaan acara seperti, Divisi Acara COMMNEX (2008), Divisi Acara Masa Perkenalan Departemen (2008). Penulis pernah menjadi Asisten Dosen Pengantar Ilmu Kependudukan. Saat ini, penulis menjadi Asisten Dosen Komunikasi Bisnis di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
ix
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV (Kasus Episode Minggu Ketiga, Bulan Mei 2010)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini memiliki tiga tujuan yaitu untuk mendeskripsikan profil khalayak langsung acara musik “Derings”, mengkaji motivasi khalayak langsung dalam menonton acara musik “Derings” dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta mengkaji opini khalayak langsung acara musik “Derings” terhadap program tersebut dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik diharapkan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
x
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah membantu, baik moril maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi. 2. Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 3. Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.si sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 4. Ir. Murdianto, M.Si sebagai pembimbing akademik yang memberikan semangat kepada penulis untuk lebih banyak belajar. 5. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi asisten mata kuliah Komunikasi Bisnis sehingga penulis banyak belajar tentang komunikasi bisnis. 6. Pihak Trans TV khususnya pihak acara musik “Derings” yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian mengenai acara tersebut. 7. Pihak Sekretariat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah membantu dalam hal administrasi, pegawai perpustakaan LSI yang telah membantu dalam mencari buku, skripsi dan tesis untuk literatur dan ibu perpustakaan KPM yang telah mambantu. Bogor, Agustus 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI Halaman Daftar Tabel ................................................................................................... xiv Daftar Gambar ..............................................................................................
xvi
Daftar Lampiran ...........................................................................................
xvi
BAB I Pendahuluan .....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .....................................................................
3
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................
4
BAB II Pendekatan Teoritis .......................................................................
5
2.1 Tinjauan Pustaka .........................................................................
5
2.1.1 Komunikasi Massa ...........................................................
5
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Massa ...............................
5
2.1.1.2 Khalayak Media Massa ..........................................
6
2.1.1.3 Efek Media Massa Terhadap Masyarakat ..............
7
2.1.2 Televisi sebagai Media Massa ..........................................
10
2.1.2.1 Siaran Televisi .......................................................
10
2.1.2.2 Program Siaran Televisi .........................................
11
2.1.2.3 Motivasi Menonton Televisi .................................
12
2.1.2.4 Opini Khalayak terhadap Siaran Televisi .............
14
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Opini Khalayak terhadap Tayangan Program Siaran Televisi ...
16
2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menonton ...............................................................
16
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opini Khalayak .................................................................
17
2.2 Kerangka Pemikiran .....................................................................
17
2.3 Hipotesis .......................................................................................
19
2.4 Definisi Operasional .....................................................................
19
xii
BAB III Pendekatan Lapang .....................................................................
22
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
22
3.2 Teknik Pemilihan Responden .......................................................
22
3.3 Metode dan Langkah Penelitian ...................................................
22
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................
23
3.5
Validitas dan Realibilitas Instrumen ............................................
23
3.5.1 Validitas Instrumen .............................................................
23
3.5.2 Reliabilitas Instrumen .........................................................
24
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................
25
BAB IV Gambaran Umum 4.1 Sejarah Singkat PT Televisi Transformasi Indonesia ...................
27
4.2 Logo dan Visi Misi Trans TV .......................................................
27
4.3 Program Siaran Trans TV .............................................................
28
4.4 Program Acara Musik “Derings” Trans TV .................................
29
BAB V
Profil Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV .....
31
5.1 Profil Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” .....................
31
5.1.1 Faktor Intrinsik ...................................................................
31
5.1.1.1 Usia .........................................................................
31
5.1.1.2 Jenis Kelamin ..........................................................
32
5.1.1.3 Jenis Pekerjaan ........................................................
33
5.1.1.4 Tingkat Pendapatan .................................................
33
5.1.1.5 Tingkat Pendidikan ................................................
34
5.1.1.6 Asal Etnis ................................................................
34
5.1.2 Faktor Ekstrinsik .................................................................
35
5.1.2.1 Sumber Informasi Acara .........................................
35
5.1.2.2 Pola Pengambilan Keputusan .................................
36
BAB VI Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik“Derings” dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya .......................................................
37
xiii
6.1 Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” ................
37
6.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton .....
38
6.2.1 Faktor Intrinsik yang berhubungan dengan Motivasi .........
38
6.2.2 Faktor Ekstrinsik yang berhubungan dengan Motivasi ......
48
BAB VII Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya ...................................................
49
7.1 Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” ..................... 7.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Opini terhadap
49
Acara Musik “Derings” .......................................................
54
7.2.1 Faktor Intrinsik yang Berhubungan dengan Aspek Opini Khalayak Langsung ............................................................
55
7.2.2 Faktor Ekstrinsik yang Berhubungan dengan Aspek Opini Khalayak Langsung ............................................................
62
7.2.3 Motivasi yang Berhubungan dengan Aspek Opini Khalayak Langsung .....................................................................
65
BAB VIII Kesimpulan dan Saran .................................................................
68
8.1 Kesimpulan ...................................................................................
68
8.2 Saran .............................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
70
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Definisi Operasional Penelitian ...........................................................
19
2. Hasil Uji Realiabilitas Instrumen Penelitian ........................................
24
3. Jumlah Responden berdasarkan Faktor Intrinsik .................................
32
4. Jumlah Responden berdasarkan Faktor Ekstrinsik ..............................
35
5. Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” .......................
38
6. Hubungan Faktor Intrinsik dengan Aspek Motivasi Menonton ..........
39
7. Motivasi Identitas Pribadi Responden menurut Usia .........................
40
8. Motivasi Informasi Responden menurut Asal Etnis ...........................
41
9. Motivasi Ekonomi Responden menurut Asal Etnis .............................
42
10. Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Responden menurut Usia ......
43
11. Motivasi Informasi Responden menurut Jenis Kelamin ......................
44
12. Motivasi Informasi Responden menurut Jenis Pekerjaan ....................
45
13. Motivasi Identitas Pribadi Responden menurut Tingkat Pendidikan ...........................................................................................
46
14. Motivasi Identitas Pribadi Responden menurut Asal Etnis .................
47
15. Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Responden menurut Asal Etnis
47
16. Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Motivasi Menonton ...................
48
17. Motivasi Integritas dan Interaksi Sosial Responden menurut Sumber Informasi Acara ......................................................................
49
18. Motivasi Ekonomi Responden menurut Sumber Informasi Acara .....
50
19. Opini Khalayak Langsung terhadap Acara Musik “Derings” ..............
51
20. Hubungan Faktor Intrinsik dengan Opini Khalayak Langsung ..........
55
21. Opini Responden tentang Presenter menurut Usia .............................
56
22. Opini Responden tentang Presenter menurut Jenis Kelamin ..............
57
23. Opini Responden tentang Setting Tempat menurut Jenis Kelamin ....
58
24. Opini Responden tentang Bintang Tamu menurut Jenis Pekerjaan ....
58
xv
25. Opini Responden tentang Presenter menurut Asal Etnis ....................
59
26. Opini Responden tentang Bintang Tamu menurut Asal Etnis ............
60
27. Opini Responden tentang Setting Tempat menurut Asal Etnis ..........
60
28. Opini Responden tentang Penayangan menurut Asal Etnis ................
61
29. Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Opini Menonton .......................
62
30. Opini Responden tentang Presenter menurut Sumber Informasi Acara
63
31. Opini Responden tentang Bintang Tamu menurut Sumber Informasi Acara ...................................................................................................
64
32. Opini Responden tentang Setting Tempat menurut SumberInformasi Acara ...................................................................................................
65
33. Hubungan Motivasi Menonton dengan Aspek Opini .........................
65
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Model Uses and Gratifications ..............................................................
9
2. Hubungan antara Persepsi – Pendirian – Opini ....................................
15
3. Kerangka Pemikiran Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV ...................................................................
18
4. Logo Trans TV ......................................................................................
28
5. Klasifikasi Program Siaran di Trans TV ...............................................
29
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ...................................
74
2. Hasil Korelasi antara Usia dan Aspek-aspek Motivasi .......................
77
3. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Informasi ...................
77
4. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Ekonomi ....................
78
5. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Ekonomi ....................
79
6. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Ekonomi ....................
80
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Televisi adalah media penyampaian pesan berbasis audiovisual, yang
ditayangkan secara massal sehingga dapat mencapai pemirsa dalam jumlah besar pada saat bersamaan melintasi batas geografis yang luas. Program televisi biasanya dirancang untuk menyiarkan informasi yang dapat diterima oleh sejumlah pemirsa pada saat bersamaan lintas ruang sehingga pemirsa tersebut akan memiliki pengalaman yang sama. Indonesia saat ini terdapat banyak stasiun televisi baik pemerintah maupun swasta. Banyaknya stasiun televisi menyebabkan terjadinya persaingan dalam menampilkan suatu program siaran yang lebih menarik dari stasiun televisi yang lain. Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya, apa saja bisa dijadikan program acara televisi selama program itu menarik, disukai pemirsa dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku. Keanekaragaman jenis program yang disediakan dimaksudkan untuk menarik minat perhatian (attention), membelajarkan (educative, incidental and accidental learning), dan menghibur pemirsa (entertainment) (Seels, dkk, 2002). Berdasarkan jenisnya, program televisi dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu program informasi dan program hiburan (Morissan, 2008). Program televisi berbentuk news dapat dikategorikan menjadi hard news dan soft news. Pengertian hard news adalah berita-berita yang menyajikan mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan soft news menyajikan berita yang bersifat ringan. Program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukkan. Menurut Vane Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau mememilih daya tarik (appeal) suatu program. Adapun yang dimaksud daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu menarik pemirsanya.
2
Menurut Ardianto, dkk (2007) sukses suatu program acara pada media televisi seringkali diikuti oleh televisi lainnya dengan acara-acara yang sejenis. Hal ini dinamakan sebagai copycat. Salah satu contoh program copycat adalah acara musik. Buktinya, hampir semua stasiun televisi di Indonesia menyiarkan program tersebut, seperti ”Inbox” di SCTV, ”Dahsyat” di RCTI, ”Derings” di Trans TV, ”Kissvaganza” di Indosiar, ”Mantaaap” di ANTV, ”On The Spot” di Trans 7, dan lain sebagainya. Acara musik ”Derings” merupakan salah satu acara musik yang disiarkan oleh Trnas TV. Walaupun saat ini acara musik sejenis banyak disiarkan oleh televisi swasta lainnya seperti yang dijelaskan diatas, namun pihak Trans TV memiliki strategi sendiri untuk menarik perhatian khalayak. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuat konsep acara yang menarik, seperti membuat setting panggung outdoor untuk pertunjukkan musik oleh para bintang tamu dan indoor untuk presenter . Namun, belakangan ini acara ”Derings” ditayangkan dengan setting panggung di dalam studio. Hal tersebut dilakukan agar khalayak tidak bosan dengan konsep acara ”Derings” tersebut. Keberhasilan suatu program siaran televisi tergantung pada apakah khalayak mau menonton dan menerima program tersebut. Khalayak adalah sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa (penonton televisi) berbagai jenis media massa atau macam-macam isi komponen pesan-pesannya (McQuail, 1987). Pemirsa suatu program siaran televisi tidak hanya pemirsa yang berada dirumah tetapi juga pemirsa yang berada di studio atau di tempat suatu program siaran berlangsung (khalayak langsung) seperti pada program siaran musik “Derings” di Trans TV. Khalayak akan menonton suatu siaran televisi jika memiliki motivasi untuk menonton. McQuail dalam Khosuma (2009) menyebutkan terdapat empat motivasi khalayak dalam menonton televisi, yaitu: pengawasan atau informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial, hiburan. Pada penelitianpenelitian sebelumnya telah mengungkap bahwa motivasi yang paling banyak mendorong seseorang untuk menonton suatu tayangan pada khalayak di rumah adalah motivasi hiburan tetapi motivasi bagi khalayak langsung belum diketahui. Motivasi tersebut akan mempengaruhi seseorang untuk memutuskan untuk
3
menonton suatu acara televisi atau tidak. Jika telah menonton suatu acara televisi akan dapat memunculkan opini mengenai acara tersebut. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji motivasi dan opini khalayak langsung.
1.2
Perumusan Masalah Motivasi adalah suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang
melakukan sesuatu. Motivasi masyarakat untuk menonton televisi umumnya yaitu: informasi, identitas pribadi, integritas dan interaksi sosial, dan hiburan. Motivasi tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari diri khalayak, antara lain usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan asal etnis. Faktor ekstrinsik meliputi pola pengambilan keputusan dan sumber informasi acara. Seseorang yang telah menonton suatu program siaran karena adanya motivasi seperti yang dijelaskan di atas, maka dapat memberikan opini tentang program tersebut baik dari segi materi, konsep acara, presenter, durasi, dan lain sebagainya. Pembentukan opini digambarkan bagaimana persepsi seseorang yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa lalu, nilainilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Proses inilah yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk suatu opini publik, apakah nantinya bersifat mendukung dan menentang atau berlawanan (Ruslan, 2003). Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini membatasi pembahasan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana profil khalayak langsung acara musik “Derings”? 2. Apa motivasi khalayak langsung dalam menonton acara musik “Derings” dan faktor apa saja yang mempengaruhinya? 3. Bagaimana opini khalayak langsung terhadap acara musik “Derings” dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?
1.3
Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
4
1. Mendeskripsikan profil khalayak langsung acara musik “Derings”. 2. Mengkaji motivasi khalayak langsung dalam menonton acara musik “Derings” dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3. Mengkaji opini khalayak langsung acara musik “Derings” terhadap program tersebut dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi kepentingan akademis: supaya penelitian ini dapat menjadi referensi bagi praktisi yang bergerak pada bidang akademis dalam meneliti tema-tema yang berhubungan dengan motivasi dan opini khalayak langsung acara musik televisi. 2. Bagi media: supaya penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi praktisi media seperti stasiun televisi atau rumah-rumah produksi dalam memproduksi tayangan musik yang sesuai dengan minat dan keinginan khalayak. 3. Bagi masyarakat: supaya penelitian ini dapat membantu masyarakat dalam mengetahui dan mengidentifikasi motivasi apa yang mendorong mereka dalam menonton suatu siaran televisi, khususnya acara musik. Selain itu, supaya masyarakat lebih kritis dalam memberikan opini terhadap suatu siaran televisi.
5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Komunikasi Massa
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Brittner dalam Rakhmat (2008) menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada masyarakat. Sedangkan menurut Gebner komunikasi massa adalah produksi dan distribusi pesan yang berlandaskan pada teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu dalam masyarakat. DeVito (1996) menyatakan bahwa komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, yaitu: menghibur, meyakinkan, menginformasikan, menganugerahkan status, membius, dan menciptakan rasa kebersatuan. Menurut Elizabeth dalam Rakhmat (2008) komunikasi massa memiliki ciri pokok, yaitu: (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis, (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara komunikan, (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim, (4) mempunyai publik yang secara geografis terbesar. Sedangkan karakteristiknya adalah : (1) komunikatornya terlembagakan, (2) komunikasi massa bersifat umum, terbuka untuk semua orang. (3) komunikannya anonim dan heterogen, (4) media massa menimbulkan keserampakan. Keserampakan adalah penting untuk keseragaman dalam seleksi dan interpretasi pesan-pesan. Tanpa komunikasi massa, hanya pesan-pesan yang sangat sederhana saja yang disampaikan tanpa perubahan dari orang yang satu ke orang yang lainnya, (5) komunikasi massa mengutamakan isi dibandingkan hubungan, (6) komunikasi massa bersifat satu arah, (7) stimulasi alat indra terbatas, hal tersebut dikarenakan tidak terjadinya interaksi langsung antara komunikator dan komunikan, (8) umpan balik tertunda dan tidak langsung (Ardianto,dkk, 2007).
6
Menurut McQuail dalam Afdjani (2007) media memiliki enam peran, yaitu: 1.
Melihat media massa seabagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yangsedang terjadi di luar sana. Media juga merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa
2.
Media dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya
3.
Media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian
4.
Media massa dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam
5.
Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik
6.
Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif. Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni
media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online atau internet (Ardianto dkk, 2007). 2.1.1.2`Khalayak Media Massa Menurut kamus besar bahasa Indonesia, terdapat tiga pengertian khalayak, yaitu: (1) segala yang diciptakan oleh Tuhan, (2) kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi, (3) orang banyak, masyarakat
7
(Syarief, 2007). Hiebert dalam Ardianto (2007) menyebutkan bahwa khalayak media massa merupakan individu-individu yang memiliki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama. Khalayak media massa berjumlah besar dan heterogen yang tersebar dalam konteks ruang dan waktu. Blumer dalam Sari (1993) menyatakan bahwa terdapat empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai profil/ identitas khalayak massa, yaitu: (1) berasal dari berbagai strata sosial (usia, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya hidup), (2) kelompok anonim yang terdiri dari individuindividu yang tidak saling mengenal, karena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan untuk berinteraksi, (3) tidak terorganisasi sehingga mungkin untuk digerakkan demi kepentingan tertentu. Khalayak disebut juga audien. Istilah audien, secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa (penonton teve) berbagai jenis media massa atau macam-macam isi komponen pesan-pesannya (McQuail, 1987). Pembaca buku, suratkabar, majalah, adalah audiens dari jenis-jenis media tersebut. Hal ini berarti, setiap penerbit suratkabar memiliki audien begitu pula setiap penerbit majalah, mamiliki audien juga. Demikian pula, baik lembaga penyiaran radio maupun lembaga penyiaran televisi juga memiliki audien. Ketika media massa belum memadati kehidupan kontemporer sejak pertengahan abad ke-20, istilah audien cukup populer sebagai sebutan bagi penonton teater, penonton konser musik dan sebagainya. 2.1.1.3 Efek Media Massa Terhadap Masyarakat Peran media dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam prosessosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas.
8
Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa (Afdjani, 2007). Media massa, dalam hal ini televisi merupakan faktor lingkungan yang dapat merubah perilaku masyarakat melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi masyarakat terhadap media massa dapat dilihat melalui teori uses and gratification. Uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologi dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan lain termasuk yang tidak kita inginkan. Studinya memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang (psikologis dan sosial). Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa khalayak dianggap aktif, dan dalam proses komunikasi massa khalayak dapat memilih media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Masyarakat menggunakan media massa karena didorong oleh motif tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Misalnya ketika ingin mencari kesenangan media massa dapat memberi hiburan, dan ketika dalam kesepian media massa dapat berfungsi sebagai teman untuk menghilangkan kesepian. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial dan media massa sebagai salah satu alat yang dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Model-model uses and gratification dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau kelompok-kelompok individu. Adapun asumsi-asumsi dasar dari teori ini menurut Katz et al (1974) dalam Rakhmat (2008) adalah: 1.
Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak menggunakan media massa karena memiliki tujuan tertentu.
2.
Proses komunikasi inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media tergantung pada kebutuhan.
9
3.
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari kebutuhan manusia yang luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media sangat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
4.
Tujuan pemilihan media massa berdasarkan kepada kepentingan dan motif- motif tertentu dari khalayak.
5.
Penilaian mengenai media massa dilakukan oleh masyarakat terlebih dahulu baru dilakukan oleh budaya organisasi media massa.
Model uses and gratification dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Antiseden
Motif
Penggunaan
Efek
Media Gambar 1: Model Uses and Gratifications (Sumber: Rakhmat, 2001)
Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologi komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara; unifungsional (hasrat melarikan diri, kontrak sosial atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, gratifikasi tertangguhkan). Penggunaan media adalah aktivitas dari individu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan media massanya dengan mengkonsumsi isi media, dimana dalam hal aktivitas penggunaan media terdapat dua unsur penting yang dapat menentukan dampak media berupa gratifikasi media yaitu tingkat perhatian pada isi media dan frekuensi penggunaan media. Menurut McQuail dalam Irmawati (2007) mengatakan bahwa model pendekatan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan merupakan penggunaan media atau suatu proses interaksi, yaitu hubungan isi media, kebutuhan individu, persepsi, peranan nilai, dan konteks sosial di mana seseorang berada. Secara sederhana, pendekatan ini berusaha menjelaskan suatu cara di mana individu menggunakan komunikasi di antara berbagai sumber dalam lingkungan untuk memuaskan kebutuhan mereka dn untuk mencapai tujuan. Usaha ini didorong
10
oleh adanya beberapa kebutuhan dalam dirinya yang dapat dipenuhi oleh media massa. Bila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, maka akan tercapai kepuasan yang disebut sebagai kepuasan media (media gratification). 2.1.2 Televisi sebagai Media Massa 2.1.2.1 Siaran Televisi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Salah satu contohnya adalah televisi. Menurut Skornis (Kuswandi 1996) televisi merupakan media massa yang mempunyai sifat istimewa karena merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Namun televisi juga memiliki sifat-sifat negatif, diantaranya adalah: sepintas lalu, tidak selalu dapat diterima dengan sempurna dan menghadapi publik yang heterogen. Media televisi bersifat ”transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Hofmann (1999) dalam Syarief (2007) mengatakan bahwa fungsi televisi adalah: (1) Pengawasan situasi masyarakat dan dunia. Televisi berfungsi mengamati kejadian yang terjadi dalam masyarakat kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan; (2) Menghubungkan satu hal dengan hal yang lain. Televisi dapat menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan hasil pengawasan yang lain secara lebih gamblang dari pada sebuah dokumen tertulis; (3) Menyalurkan kebudayaan. Sebenarnya fungsi ini dapat disebut juga sebagai fungsi pendidikan, namun dalam hal ini istilah “pendidikan” tidak digunakan karena di dalam kebudayaan audio visual tidak ada yang namanya kurikulum. Kebudayaan yang dikembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya; (4) Hiburan. Fungsi ini memang dibutuhkan oleh masyarakat, karena kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Hiburan ini bukan berarti hiburan semata tanpa ada sesuatu yang dapat diambil pelajarannya dari suatu program; (5) Pengarahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat. Televisi harus proaktif dalam memberi motivasi dan pengetahuan untuk menghadapi suatu keadaan darurat.
11
Menurut Pareno dalam Yunita (2009) televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (1) televisi dapat dipandang dari jarak jauh, (2) publik bisa menikmati kombinasi suara dan gambar seolah-seolah berhadapan langsung dengan objek yang ditayangkan, (3) televisi dibatasi oleh frame yang membuat posisi kamera tidak leluasa, (4) waktu penayangan harus menyesuaikan dengan waktu program, dan (5) televisi menggunakan bahasa gambar. Secara umum kegunaan televisi adalah untuk menyebarluaskan informasi dan berita. Keunggulan televisi sebagai media massa adalah siaran yang dipancarkan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan punya daya tarik khusus sebagai media “pandang-dengar” (audio-visual). Namun televisi memiliki kelemahan, yaitu biayanya relatif mahal; komunikasinya cenderung satu arah; sebagai media audio-visual, namun relatif dalam pandangan yang cepat; dan daya beli cukup mahal. 2.1.2.2 Program Siaran Televisi Program televisi adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu: (1) landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program, (2) strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program, (3) sasaran program, (4) pola produksi yang menyangkut garis besar isi program, (5) karakteristik institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum (Sutisna,1991 dalam Asmar (2009)). Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audiens dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun televisi dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu program informasi (news) dan program hiburan
12
(entertainment) (Morissan, 2008). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukkan. Mutu suatu tayangan televisi dapat dilihat melalui beberapa kriteria atau kebijakan yang telah dimiliki oleh masing-masing stasiun televisi itu sendiri. Kebijakan dan kriteria yang ditetapkan suatu stasiun televisi dilaksanakan untuk menciptakan suatu tayangan yang bermutu sesuai dengan standar masing-masing stasiun televisi. Penayangkan suatu siaran yang bermutu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) materi yang aktual, faktual, dan sesuai dengan kebutuhan khalayak, (2) kemasan acara yang menarik dan memikat khalayak (Silitonga, 2009). Tidak hanya dari segi program saja yang dapat dinilai akan tetapi juga dari penyiar yang memandu suatu program diutamakan yang berpenampilan menarik dan berwawasan luas, sehingga kemasan dari suatu program menjadi lebih sempurna. 2.1.2.3 Motivasi Menonton Televisi Dominick yang dikutip oleh Ekawati (1995) berpendapat bahwa komunikasi massa berguna karena dapat memenuhi kebutuhan tertentu masyarakat, sehingga ada motif-motif tertentu yang mengarahkan masyarakat dalam menkonsumsi media massa. Berbagai jenis media massa, masyarakat akan memilih media massa mana yang akan dikonsumsi sesuai kepentingannya berdasarkan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan mereka (Asmar, 2009). Ahmadi dalam Asmar (2009) mendefinisikan motif sebagai sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu tersebut
dapat
melakukan
sesuatu.
Dharmmesta
dan
Handoko
(2000)
mendefinisikan motif sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Veny, 2009). Pada proses komunikasi massa, khalayak dapat memilih media yang dapat memenuhi kebutuhan (Rakhmat, 2008). Penggunaan media massa, seseorang
13
memiliki motif yang berbeda antar satu orang dan orang lain. McQuail dalam Khosuma (2009) menyebutkan terdapat empat motif khalayak dalam menonton televisi, yaitu: 1.
Pengawasan atau informasi a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia b) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah-masalah praktis, pendapat serta hal yang berkaitan dengan menentukan pilihan c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum d) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan e) Belajar, pendidikan diri sendiri
2.
Identitas personal a) Menentukan penunjang nilai-nilai pribadi b) Menentukan model perilaku c) Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media) d) Meningkatkan sebuah pemahaman tentang diri sendiri
3.
Integrasi dan interaksi sosial a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati social b) Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki c) Menentukan bahan percakapan dan interaksi sosial d) Memungkinkan seseorang untuk menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat
4.
Hiburan a) Melepaskan diri atau terpisah dari masalah b) Bersantai c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d) Mengisi waktu e) Penyaluran emosi d) Membangkitkan gairah seks Motif-motif ini akan mengarahkan perilaku individu dalam mengkonsumsi
media dan akan mempengaruhi terpaan selektif individu terhadap jenis isi media.
14
Severin dan Tankard menyatakan bahwa antara individu yang satu dengan yang lain akan mengkonsumsi media dengan cara yang berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula (Yunita, 2009). Berhubungan dengan penjabaran di atas, menurut Dominick (1996) dalam Irmawati (2007), kebutuhan terhadap media massa sangat beragam. Ia mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan terhadap penggunaan media massa sebagai berikut: 1.
Cognition, kognisi berarti dorongan yang muncul untuk mengetahui sesuatu
2.
Divertion, diversi berarti dorongan yang meliputi bentuk-bentuk yang berupa stimulasi, relaksasi, dan pelepasan emosi.
3.
Social utility, kebutuhan sosial untuk mengeratkan hubungan sosial dengan keluarga, sahabat, dan yang lainnya dalam lingkungan sosial
4.
Withdrawal, kebutuhan untuk melepaskan diri dari kegiatan tertentu dan bukan hanya sebagai relaksasi tapi juga untuk kebutuhan penggunaan.
2.1.2.4 Opini Khalayak terhadap Siaran Televisi Opini berkaitan dengan pendirian karena opini membentuk pendirian dan juga sikap. Opini dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, salah satunya berupa bahasa verbal yang biasa disebut sebagai overt opinion. Selain itu ada cara lain seperti diskusi informal dan surat yang bisa disebut covert opinion. Opini dapat dinyatakan secara aktif atau pasif, verbal (lisan) dan baik secara terbuka dengan melalui ungkapan kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau diungkapkan secara tidak langsung, dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi. Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimik muka, atau bahasa tubuh, atau berbentuk simbol-simbol tertulis, berupa pakaian yang dikenakan ataupun makna warna (Syukriya, 2006). Opini secara otomatis terbentuk saat kesan pertama berlangsung. Menurut Khasali (1994) dalam Triana (2010), akar dari opini adalah persepsi. Kesan atau penilaian pada pertemuan dapat dikatakan sebagai sebuah persepsi. Selain itu, persepsi juga merupakan suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus (rangsangan) yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka
15
ketika mereka mencapai kesadaran (DeVito, 1996). Menurut Sarwono dalam Silitonga (2009) menjelaskan bahwa persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tersebut adalah indera dan untuk memahaminya menggunakan kesadaran atau kognitif seseorang. Menurut DeVito (1996) terdapat enam proses yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: (1) teori kepribadian implisit, (2) primasi-resensi, (3) aksentuasi perseptual, (4) ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya, (5) konsistensi, (6) stereotipe. Proses-proses ini sangat mempengaruhi apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa yang kita simpulkan dan apa yang tidak kita simpulkan. Persepsi atau kesan pertama dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: budaya yang membesarkannya, pengalaman yang pernah dialami, nilai-nilai yang dianut dan berita yang pernah serta masih ada. Sesuai dengan penjelasan di atas, opini khalayak terhadap siaran televisi juga akan tergambar dari persepsi mereka. Persepsi dibentuk oleh beberapa faktor. Pendirian adalah sikap atau opini yang masih tersimpan dalam hati dan pikiran dan terbentuk oleh tiga aspek, yaitu: afektif, perilaku dan kognisi. Pendirian tersebut akan mempengaruhi pembentukan opini individu oleh persepsi. Opini-opini individu yang mencapai konsensus atau kesamaan dalam hal tertentu itulah yang akhirnya menjadi opini publik. Budaya, pengalaman,
Persepsi
Affect
nilai dan berita
Konsensus
Opini
Pendirian
Opini publik
Behavior Cognition
Gambar 2. Hubungan antara Persepsi – Pendirian – Opini (Sumber: Khasali, 1994)
Unsur yang membentuk pendirian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Afektif: evaluasi berdasarkan perasaan untuk menilai sesuatu 2. Perilaku: elemen penggerak aktif 3. Kognisi: kepercayaan yang dipegang terhadap objek pendirian.
16
Opini publik berasal dari beberapa bahasa dan memiliki banyak arti jika dikembalikan menurut bahasa aslinya. Opini publik dapat dikatakan sebagai pendapat dari sebuah kelompok masyarakat yang cenderung sama. Opini bisa juga dikatakan sebagai suatu sikap baik individu maupun kelompok terhadap suatu hal. Opini publik bisa digolongkan dalam tiga tahapan yaitu opini publik yang masih mencari suatu bentuk nyata, opini publik yang telah memiliki bentuk nyata namun masih bisa dialirkan, dan opini publik yang sudah kuat. Pendapat lainnya menyatakan bahwa opini publik berasal dari opini beberapa individu yang sama dalam suatu kelompok sehingga mempengaruhi pendapat seluruh individu dalam kelompok tersebut. Sebuah opini publik biasanya terbentuk ketika ada sebuah isu yang mengusik kelompok tersebut. Opini publik juga bisa dijadikan sebuah bentuk pengekspresian individu atau kelompok terhadap suatu kabar atau isu. 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menonton dan Opini Khalayak terhadap Tayangan Program Siaran Televisi 2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menonton Hasil-hasil penelitian mengungkapkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik khalayak. Faktor intrinsik khalayak yang dapat mempengaruhi motivasi meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, asal etnis. Faktor ekstrinsik terdiri dari informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Selain
itu
berdasarkan
hasil
penelitian
Juariyah
(1994),
yang
mempengaruhi motivasi individu untuk menonton adalah faktor dari dalam diri individu tersebut anatara lain adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran rumah tangga perkapita, tingkat keterlibatan dalam organisasi kemasyarakatan secara tingkat pengetahuan, dan pengalaman terhadap acara televisi. Menurut Untoro (1994) rangsangan dari luar individu misalnya tersedianya informasi acara dapat dapat mempengaruhi motivasi seseorang menonton acara televisi. Rakhmat menambahkan bahwa faktor yang turut menentukan pilihan acara televisi yang ditonton adalah peranan pengambilan keputusan.
17
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opini Khalayak Berdasarkan penjelasan sebelumnya yang menyebutkan bahwa opini khalayak tergambar dari persepsi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan opini khalayak terhadap suatu program siaran televisi. Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan persepsi, yaitu: (1) faktor fungsional: berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang disebut faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon stimuli; (2) faktor struktural: berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Berdasarkan penelitian Silitonga (2009) faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor karakteristik yang dimilki khalayak seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Penelitian lain mengenai persepsi khalayak terhadap tayangan televisi yang terdapat pada Bab III menyatakan bahwa karakteristik khalayak terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi menonton per dua minggu dan durasi waktu untuk menonton per dua minggu. Selain faktor-faktor karakteristik yang dimiliki khalayak sebagai penentu persepsi, terdapat faktor lain yang berasal dari suatu televisi itu sendiri yang meliputi: materi yang disajikan, presenter yang memandu acara atau aktor yang berperan dalam suatu cerita, dan jumlah jam tayang. Faktor imitasi atau peniruan suatu tayangan televisi dari televisi lain juga mempengaruhi persepsi. Faktor lainnya dalam menentukan persepsi khalayak terhadap siaran televisi adalah identifikasi tayangan dan kedekatan negara dan persamaan. 2.2
Kerangka Pemikiran Motivasi khalayak dalam menonton program siaran televisi dipengaruhi
oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan asal etnis. Faktor ektrinsik terdiri dari sumber informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Beragamnya karakteristik intrinsik dan ekstrinsik khalayak langsung acara musik “Derings” Trans TV mengakibatkan mereka memiliki motivasi yang berbeda-
18
beda dalam menonton acara musik tersebut. Pada tinjauan teoritis telah dijelaskan bahwa motivasi khalayak dalam menonton suatu siaran televisi meliputi: (1) Informasi, (2) Identitas Pribadi, (3) Integrasi dan interaksi sosial, (4) Hiburan. Namun tidak hanya empat faktor tersebut yang menjadi motivasi khalayak langsung dalam menonton acara “Dering”. Faktor ekonomi seperti pemberian reward oleh pihak Trans TV juga dianggap sebagai motivasi khalayak langsung dalam menonton acara tersebut. Motivasi menonton akan mengakibatkan khalayak langsung untuk melakukan kegiatan menonton acara “Derings” tersebut. Kegiatan menonton khalayak langsung dapat memunculkan opini-opini terhadap program acara musik “Derings”. Opini yang dapat diberikan berhubungan dengan konsep acara “Derings” seperti presenter, bintang tamu, setting panggung/tempat, dan penanyangan. Opini tersebut juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik yang telah diuraikan diatas. Opini masing-masing individu khalayak langsung jika digabungkan maka akan menghasilkan suatu opini khalayak langsung secara keseluruhan.
Faktor Intrinsik 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Jenis pekerjaan 4. Tingkat pendapatan 5. Tingkat pendidikan 6. Asal etnis Faktor Ekstrinsik 1. Sumber informasi acara
Motivasi Khalayak 1. Informasi 2. Identitas Pribadi 3. Integrasi dan interaksi sosial 4. Hiburan 5. Ekonomi
Opini Khalayak 1. Presenter 2. Bintang tamu 3. Setting panggung 4. Penanyanga n
2. Pola pengambilan keputusan
Keterangan:
Gambar 3.
Alur Hubungan
Kerangka Pemikiran Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV
19
2.3
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat
disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1.
Faktor intrinsik dan ekstrinsik responden responden dengan motivasi menonton acara Musik “Derings”.
2.
Motivasi responden berhubungan dengan opini terhadap acara musik “Derings”. 3.
Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik responden berhubungan dengan opini terhadap acara musik “Derings”.
2.4
Definisi Operasional Definisi operasional variabel-variabel penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian Variabel
Definisi
Kategori Skor
Jenis Data
Faktor Intrinsik Faktor yang melekat pada diri responden Usia
Lama hidup responden
1. < 20 tahun 2. > 20 tahun
Ordinal
Jenis Kelamin
Struktur biologis responden
1. Laki-laki 2. Perempuan
Nominal
Jenis Pekerjaan Penggolongan pekerjaan responden 1. Penonton Langsung Nominal (tidak tetap) 2. Karyawan/wiraswasta 3. Pelajar/mahasiswa Tingkat Pendapatan
Jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan
1. Rp. 100.000 – 900.000 2. Rp. 900.001 – 1.800.000 3. Rp. 1.800.001 – 2.500.000
Ordinal
Tingkat Pendidikan
Jenjang sekolah formal yang telah diselesaikan responden
1. 2. 3. 4.
Ordinal
SD SMP SMA PerguruanTinggi/ Akademi
20
Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan) Variabel Asal Etnis
Definisi Suku bangsa yang melekat pada diri individu
Kategori Skor 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Melayu Jawa Minang Batak Sunda Betawi
Jenis Data Nominal
Faktor Ektrinsik Faktor yang melekat di luar diri responden Sumber Pendoman responden untuk Informasi Acara mengetahui acara musik “Derings”
1. Iklan televisi 2. Keluarga 3. Teman
Nominal
Pola Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan menonton responden
1. Keinginan sendiri 2. Ajakan teman
Nominal
Motivasi Khalayak Langsung
Dorongan dalam diri responden untuk menonton acara musik “Derings”
1. 2. 3. 4.
Ordinal
Motivasi Informasi
Dorongan untuk mencari berita
1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16)
Ordinal
Motivasi Identitas Pribadi
Dorongan untuk meningkatkan pemahaman diri
1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16
Ordinal
Motivasi Integritas dan Interaksi
Dorongan menemukan bahan percakapan dan berintegrasi sosial
1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16
Ordinal
Motivasi Hiburan
Dorongan bersantai, mengisi waktu luang, melepaskan permasalahan
1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16
Ordinal
Motivasi Ekonomi
Dorongan untuk mencari pendapatan tambahan
1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16)
Ordinal
1. 2. 3. 4.
Ordinal
Opini Khalayak Pendapat responden tentang acara Langsung musik “Derings”
Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju
Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju
21
Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan) Variabel Presenter
Definisi
Jenis Data
1. Kurang (8 – 20) 2. Baik (21 – 32)
Ordinal
1. Kurang ( 7 – 18) 2. Baik (19 – 28)
Ordinal
Setting Tempat Penilaian tentang lokasi 1. Kurang (5 – 13) penayangan acara musik “Derings 2. Baik (14 – 20) dengan indikator: 1. Pemilihan tempat (outdoor atau indoor) 2. Dekorasi panggung 3. View di sekitar panggung
Ordinal
Penayangan
Ordinal
Bintang Tamu
Penilaian tentang orang yang membawakan acara musik “Derings” dengan indikator: 1. Jenis kelamin 2. Jumlah presenter. 3. Penguasaan materi: dapat menyampaikan informasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan acara musik “Derings” tersebut. 4. Gaya bahasa: formal atau tidak formal. 5. Gaya bahasa: mampu berimprovisasi dengan baik 6. Penampilan fisik. 7. Partisipasi dengan khalayak Penilaian tentang penyanyi yang mengisis acara musik “Derings” dengan indikator: 1. Jenis kelamin. 2. Daya tarik bintang tamu yang dihadirkan. 3. Popularitas penyanyi solo atau band yang sedang popular. 4. Penampilan bintang tamu. 5. Kemampuan menghibur.
Kategori Skor
Penilaian tentang penayangan acara musik “Derings” dengan indikator: 1. Frekuensi penanyangan 2. Jam tayang 3. Durasi 4. Proporsi iklan
1. Kurang (5 – 13) 2. Baik (14 – 20)
22
BAB III PENDEKATAN LAPANG
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di gedung stasiun televisi Trans TV. Pemilihan lokasi
adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa acara musik “Derings” merupakan salah satu program acara yang hanya dimiliki oleh Trans TV. Kebijakan dari Trans TV menetapkan setting tempat atau panggung acara musik “Derings” berada di lingkungan gedung Trans TV. Pengumpulan informasi dari responden dilakukan di lokasi acara musik “Derings” tersebut. Pengumpulan data primer dilaksanakan pada Tanggal 17 sampai 21 Mei 2010 melalui penyebaran kuesioner kepada responden penelitian. Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan sebelumnya, yaitu pada Tanggal 10 sampai 11 Mei 2010 terhadap 15 orang responden yang juga merupakan khalayak langsung acara musik “Derings” namun pada Minggu dan episode yang berbeda. 3.2
Teknik Pemilihan Responden Responden penelitian merupakan khalayak langsung acara musik
“Derings” Trans TV yang menonton acara tersebut pada Minggu ketiga, Bulan Mei 2010. Pemilihan responden menggunakan metode purposive accidental (sengaja) untuk mendapatkan responden yang dijadikan subjek penelitian yaitu sebanyak 40 orang responden. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui (tidak memiliki kerangka sampling), sehingga jumlah responden sebanyak 40 orang dapat mewakili khalayak langsung acara musik “Derings”. Selain itu jumlah tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa responden dapat mewakili populasi khalayak langsung yang dapat mengemukakan pendapat mengenai acara musik “Derings” Trans TV. Unit analisis penelitian ini adalah individu. 3.3
Metode dan Langkah Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yaitu penelitian
yang mengambil sampel dari suatu populasi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuantitatif dilakukan dengan pengisian kuesioner sebagai alat
23
pengumpulan data pokok yang dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi yang kemudian diolah dan dianalisa melalui pengujian Hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 1989). Data kuantitatif tersebut didukung oleh data kualitatif yang didapatkan melalui wawancara mendalam dengan pedoman pertanyaan serta observasi lapang secara langsung mengenai penayangan acara tersebut. Wawancara mendalam dilakukan kepada responden dan pihak dari acara musik “Derings” Trans TV. 3.4
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi, 1989). Data primer juga dihasilkan dari wawancara mendalam terhadap setiap responden. Data sekunder diperoleh dari penelusuran literatur-literatur, dokumen-dokumen dan informasi yang berasal dari informan. Informan merupakan pihak acara musik “Derings” dan koordinator khalayak langsung acara musik “Derings”. Kuesioner yang disebar dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor intrinsik responden. Bagian dua berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor ekstrinsik responden mengenai acara musik “Derings”. Bagian ketiga berisikan pernyataan-pernyataan mengenai motivasi khalayak langsung dalam menonton acara musik “Derings”. Bagian keempat berisikan pernyataan-pernyataan mengenai opini khalayak langsung terhadap beberapa aspek dalam penayangan acara musik “Derings”. 3.5
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
3.5.1
Validitas Instrumen Validitas didapatkan dengan jalan menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan
pada kuesioner yang dibuat berdasarkan teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan koefisien product moment Pearson. Hal ini dilakukan agar data yang didapat itu valid. Priyatno (2008) dalam Haryani (2010) menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Secara statistik angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis tabel korelasi. Adapun rumus yang digunakan adalah sebgai berikut:
24
N
r [N
X
2
XY X Y ( X ) ][ N Y ( 2
2
Y )
2
Keterangan : r = nilai koefisien validitas N = jumlah responden X = skor pertanyaan pertama Y = skor total 3.5.2
Reliabilitas Instrumen Uji realibilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen
dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Priyatno, 2008). Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, dimana pada teknik ini setiap butir pertanyaan-pertanyaan yang valid dibagi menjadi belahan genap dan belahan ganjil. Pengukuran koefisien realibilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
r tot
2 (r t ) 1 r tt
Keterangan: rtot = angka koefisien reliabilitas keseluruhan item rtt = angka korelasi belahan pertama dan kedua Berdasarkan prosedur dan rumus tersebut diatas, telah dilakukan uji reliabilitas dan diperoleh hasil reliabilitas sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian Uji Reliabilitas
Nilai
Persen (%)
Motivasi Khalayak
0,816
81,6
Opini tentang Presenter
0,837
83,7
Opini tentang Bintang Tamu
0,889
88,9
Opini tentang Setting Tempat/Panggung
0,928
92,8
Opini tentang Penayangan
0,831
83,1
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai reliabilitas semua aspek instrumen penelitian tergolong tinggi. Oleh karena itu instrumen yang berupa kuesioner
25
dapat dipakai dalam pengumpulan data primer mengenai khalayak langsung acara musik “Derings”. 3.6
Teknik Analisis Data Data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner di entry, diolah,
dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows untuk mempermudah pengolahan data yang ada. Data kualitatif yang digunakan untuk mendukung pendekatan kuantitatif disajikan secara deskriptif. Data dari pengisian kuesioner oleh responden kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Data yang diperoleh bersifat nominal dan ordinal, sehingga untuk menganalisis hubungan antar data tersebut digunakan Korelasi rank Spearman dan Chi-Square. Pengujian data kuantitatif dengan menggunakan uji statistik non parametik melalui uji Chi-Square untuk melihat hubungan yang nyata antara variabelvariabel dengan skala nominal. Hasil uji Chi-Square kemudian digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel-variabel dengan koefisien kontingensi (C). Makin besar C berarti hubungan antara dua variabel semakin erat. C berkisar antara 0 dan 1 (Singarimbun dan Effendy, 1986). Rumus Chi-Square (Rakhmat, 2004) yang digunakan sebagai berikut:
dimana: x2 = Chi kuadrat observasi f0 = frekuensi observasi fh = frekuensi harapan Rumus koefisiensi Kontigensi (C):
dimana:
C = koefisien kontigensi x2 = nilai Chi kuadrat N = banyaknya sampel
26
Korelasi rank Spearman digunakan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan antara variabel yang menggunakan skala pengukuran ordinal.
Rumus Spearman (Rakhmat, 1997):
dimana:
rs = korelasi Spearman d = jumlah selisih antara peringkat bagi x dan y n = banyaknya pasangan data
Guilford dalam Rakhmat (2004) mengkategorikan tingkat keeratan hubungan sebagai berikut: 1. <0,20
: hubungan rendah sekali
2. 0,20 – 0,40 : hubungan rendah tetapi berarti 3. 0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti 4. 0, 70 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat 5. >0,90 : hubungan kuat sekali, sangat tinggi dan dapat diandalkan
27
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1
Sejarah Singkat PT Televisi Transformasi Indonesia Tahun 1998, pers nasional memasuki era kebebasan. Izin siaran semakin
murah sehingga membuat para pengusaha berani menginvestasikan modalnya untuk membangun stasiun televisi swasta baru. Televisi Transformasi Indonesia atau Trans TV didirikan pada Tahun 1998. Trans TV merupakan perusahaan yang dimiliki oleh
PT. Para Inti
Investindo yang merupakan kelompok usaha di bawah bendera Para Group. Sejak awal, Trans TV yang dimiliki oleh Chairul Tanjung, ditangani oleh para praktisi televisi di Indonesia yang berkualitas, serta berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral dan budaya kerja yang dapat diterima oleh mitra kerja. Trans TV hadir bukan sekedar sebagai pilihan alternatif bagi masyarakat dari berbagai stasiun yang telah ada. Para pendiri stasiun televisi ini bertekad untuk menjadikan Trans TV sebagai media yang berperan memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi yang sehat. Oleh karena itu, Trans TV menawarkan program yang khas dan berusaha menjadi stasiun televisi dengan kepribadian Indonesia serta bernilai lebih dari sekedar tontonan berkualitas tinggi. Trans TV ini memperoleh izin siaran nasional dari pemerintah pada Bulan Oktober 1998 setelah lulus dari uji kelayakan yang dilakukan oleh tim antar departemen. 4.2
Logo dan Visi Misi Trans TV Trans TV mempunyai logo yang berbentuk dasar berlian. Bentuk dasar
berlian ini menyimbolkan keindahan dan tahan lama, dengan pantulan cahaya sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif ini mencerminkan karakter abadi, klasik namun akrab dan mudah dikenali. Visi
Trans TV yaitu dalam jangka panjang Trans TV akan menjadi
televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN. Trans TV akan selalu memberikan
28
hasil usaha yang positif bagi stakeholder dengan menyampaikan programprogram berkualitas serta berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral dan budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholder, memberikan kontribusi dan meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Sedangkan Misi Trans TV adalah merupakan wadah, gagasan, dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan dan mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan serta menumbuhkan nilai-nilai demokrasi yang sehat, melalui penyampaian programprogram berkualitas dan yang mempunyai nilai-nilai moral yang dapat diterima masyarakat dan mitra kerja.
Gambar 4. Logo Trans TV (Sumber: www.trans tv.com (Tanggal akses 22 Juni 2010, 13:00 WIB))
4.3
Program Siaran Trans TV Program Siaran di Trans TV dibagi atas dua divisi yaitu Divisi Produksi
dan Divisi News. Contoh program yang berada di lingkup Divisi Produksi adalah Program komedi Extravaganza, Program kuis Missing Lyrics, Program Termehekmehek, Program Orang Ketiga, Program musik “Derings”dan lain sebagainya. Divisi news terbagi atas dua yaitu News Reportase dan News Magazine. News Reportase ditayangkan tiga kali sehari dengan nama Reportase pagi, siang, dan malam. Termasuk ke dalam Program News Magazine adalah Program Kado Istimewa, John Pantau, Jelajah, Tangan Di Atas, Jika Aku Menjadi dan lain sebagainya. Hubungan antara unit-unit tersebut, dapat disajikan dengan gambar berikut:
29
1. Insert 2. Derings
Produksi
3. Studio Satu Program
4. Missing Lyrics Reportase 5. dan lain-lain News
Magazine 1. Kado Istimewa 2. John Pantau 3. dlldan lain-lain
Gambar 5. Klasifikasi Program Siaran di Trans TV Divisi news terbagi atas dua yaitu News Reportase dan News Magazine. News Reportase ditayangkan tiga kali sehari dengan nama Reportase pagi, siang, dan malam. Sedangkan yang termasuk ke dalam Program News Magazine adalah Program Kado Istimewa, John Pantau, Jelajah, Tangan Di Atas, Jika Aku Menjadi dan lain sebagainya. 4.4
Program Acara Musik “Derings” Trans TV “Derings” merupakan salah satu program acara musik yang dimiliki oleh
Trans TV. Acara musik “Derings” hadir lima kali dalam seminggu yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat. Acara tersebut ditayangkan setiap pukul 09.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB (durasi 120 menit termasuk iklan). Acara musik “Derings” mulai ditayangkan pada Tanggal 2 Februari 2009. Sejak pertama kali ditayangkan sampai sekarang, acara musik “Derings” telah mengalami perubahan konsep dan kemasan acara. Pada awalnya, acara musik “Derings” ditayangkan setiap hari Senin sampai dengan hari Minggu, namun sekarang hanya ditayangkan dari Hari Senin sampai dengan hari Jumat saja. Hal tersebut disebabkan karena Trans TV memiliki banyak program acara, sehingga dalam waktu penayangannya harus diatur agar semua acara dapat ditayangkan. Selain itu, acara musik “Derings” juga mengalami perubahan dalam hal setting panggung. Pada awalnya, setting panggung terdapat pada dua tempat, yaitu di
30
dalam studio (indoor) dan di luar studio (outdoor). Namun sekarang setting panggung berada di dalam studio. Hal tersebut dilakukan oleh pihak Trans TV agar dapat mempersembahkan acara musik yang selalu fresh dan tidak menoton dalam segi kemasan dan penayangannya. Perubahan juga terjadi pada komposisi presenter. Dalam penayanganya, acara musik “Derings” tidak luput dari hambatanhambatan. Contohnya, jika bintang tamu yang akan dihadirkan tidak datang tepat waktu, dan lain sebagainya. Namun seluruh tim dapat mengatasinya dan menurut produser acara tersebut, seluruh hambatan masih bisa mereka atasi karena profesionalitas kerja terhadap acara tersebut. Sasaran acara musik “Derings” adalah khalayak dengan semua golongan umur, karena pada dasarnya acara hiburan musik dapat dinikmati oleh semua kalangan. Khalayak acara musik “Derings” terdiri dari khalayak dirumah dan khalayak langsung yang berada dilokasi penayangan acara tersebut. Dalam penayangan acara tersebut, khalayak langsung beraksi, menyanyi dan menari mengikuti penampilan dari bintang tamu yang dihadirkan.
31
BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK “DERINGS” DI TRANS TV
5.1
Profil Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Khalayak langsung acara musik “Derings” adalah khalayak yang berada
dilokasi penayangan acara tersebut. Khalayak langsung acara tersebut memiliki berbagai karakteristik. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari faktor intrinsik (dari dalam diri) dan faktor ekstrinsik (dari luar diri) responden. Semua karakteristik tersebut dapat menjadi acuan untuk mengetahui profil khalayak langsung acara musik “Derings”. 5.1.1 Faktor Intrinsik Profil khalayak langsung acara musik “Derings” salah satunya dapat dilihat dari faktor intrinsik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan asal etnis. Jumlah responden berdasarkan faktor intrinsik dapat disajikan pada Tabel 3. 5.1.1.1 Usia Umur responden berkisar dari yang termuda 14 tahun sampai dengan 27 tahun. Responden pada umumnya anak muda. Sebagian besar atau sekitar 65 persen responden berusia kurang dari 21 tahun. Hal tersebut terjadi karena pada usia dibawah 21 tahun umumnya anak muda belum memiliki pekerjaan tetap dan hal tersebut terbukti setelah dilakukan wawancara mendalam dengan responden. Acara musik “Derings” ditayangkan pada Pukul 09.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB dengan pengertian merupakan jam kerja. Penonton langsung acara musik “Derings” adalah orang-orang yang belum memiliki pekerjaan tetap dan wiraswasta/karyawan yang bisa mengatur sendiri waktu kerjanya. Selain itu jika dikaitkan dengan program “Derings” itu sendiri yang merupakan acara musik yang memiliki tujuan utama untuk hiburan dan sasaran utama adalah anak muda yang notabenenya dekat dengan perkembangan musik tanah air, maka dapat dipahami kalau penonton langsung sebagian besar merupakan anak muda yang identik dengan keinginan bersenang-senang dengan teman sebaya. Khalayak
32
langsung dapat bertemu dan berkumpul dengan teman-teman sesama khalayak langsung acara musik “Derings” di lokasi, mencari identitas diri, bergaul dengan teman sebaya, bersenang-senang dan bermain bersama teman. Hal tersebut identik dengan kehidupan anak muda. Tabel 3. Sebaran Responden berdasarkan Faktor Intrinsik Faktor Intrinsik
Jumlah (Orang) 26 14
Persentase (%) 65.0 35.0
1. Usia
a. < 20 tahun kebawah b. > 20 tahun keatas
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
16 24
40.0 60.0
3. Jenis Pekerjaan
a. Penonton langsung (tidak tetap) b. Karyawan/wiraswasta c. Pelajar/ Mahasiswa
22
55.0
6 12
15.0 30.0
4. Tingkat Pendapatan
a. 100.000-900.000 b. 900.001-1.800.000 c. 1.800.001-2.500.000
27 10 3
67.5 25.0 7.5
5. Tingkat Pendidikan
a. Sekolah Dasar (SD) b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) c. Sekolah Menengah Atas (SMA) d. Perguruan Tinggi/ Akademi
2 5
5.0 12.5
29
72.5
4
10.0
6 9 1 13 10 1
15.0 22.5 2.5 32.5 25.0 2.5
6. Asal Etnis
a. b. c. d. e. f.
Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak
5.1.1.2 Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden laki-laki dan perempuan yang berjumlah 40 orang. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki dengan perbandingan 60 persen dan 40 persen. Khalayak langsung acara musik “Derings” merupakan penonton yang berada di studio disaat acara berlangsung. Khalayak langsung merupakan salah satu bagian penting dalam acara tersebut karena dengan adanya mereka maka
33
acara tersebut menjadi lebih semarak, begitu juga terlihat di televisi. Khalayak langsung tersebut beraksi, menari, dan ikut menyanyi ketika para bintang tamu mempertunjukkan penampilannya. Menari dan menyanyi biasanya merupakan hobi yang dekat dengan kaum perempuan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu alasan bagi kaum perempuan untuk menjadi khalayak langsung. Selain itu jika dilihat dari hobi lainnya, yaitu “mejeng” lebih identik dengan hobi kaum perempuan dari pada laki-laki. Jika menjadi khalayak langsung itu berarti mereka ikut “mejeng” di acara musik “Derings” tersebut. Penjelasan tersebut dapat memberikan alasan mengapa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. 5.1.1.3 Jenis Pekerjaan Sebanyak 55 persen responden merupakan penonton langsung yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Hal tersebut dapat dipahami, karena dilihat dari segi jam tayang acara musik “Derings” yaitu pada pagi hari yang merupakan jam kerja. Oleh sebab itu yang bisa menonton acara tersebut hanya orang-orang yang tidak bekerja atau tidak memiliki pekerjaan tetap. Berdasarkan
Tabel
3,
pekerjaan
responden
lainnya
adalah
pelajar/mahasiswa dan wiraswasta/karyawan. Pelajar menjadi penonton langsung jika libur sekolah. Pengumpulan data primer penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei yang merupakan liburan sebelum menunggu hasil kelulusan sekolah sehingga pelajar kelas tiga SMP maupun SMA mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi penonton langsung. Mahasiswa menjadi penonton langsung jika tidak mempunyai jadwal kuliah pada jam penayangan acara tersebut. Wiraswasta dan karyawan menjadi penonton langsung jika libur bekerja. 5.1.1.4 Tingkat Pendapatan Responden yang memiliki pekerjaan sebagai penonton langsung (tidak tetap) memperoleh pendapatan perbulan dari hasil kegiatan sebagai penonton langsung saja, karena tidak memiliki pekerjaan tetap lainnya. Bagi pelajar dan mahasiswa, honor dari kegiatan menjadi penonton langsung dijadikan sebagai penambah uang saku disamping uang yang diberikan orang tua untuk sekolah dan
34
kuliah. Demikian pada halnya wiraswasta/karyawan yang menjadi penonton langsung. Pada Tabel 3, dapat dilihat kisaran pendapatan responden bekisar dari Rp.100.000,- sampai dengan Rp.2.500.000,- perbulan. Sekitar 67,5 persen pendapatan responden bekisar Rp.100.000,- sampai Rp.900.000,- perbulan. Hal tersebut dapat dipahami karena sebagian besar penonton langsung merupakan responden yang tidak memiliki pekerjaan utama, sehingga hanya mendapatkan pendapatan dari kegiatan menonton langsung yang jumlahnya tidak tentu setiap kali menonton tergantung keputusan dari koordinator. 5.1.1.5 Tingkat Pendidikan Latar belakang pendidikan responden cukup beragam, yaitu SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa sekitar 72,5 persen merupakan tamatan SMA yang tidak melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tawaran pekerjaan untuk tamatan SMA biasanya merupakan posisi yang kurang menjanjikan karena belum memiliki kemampuan khusus dan memiliki keterampilan yang kurang. Biasanya posisi yang biasanya ditawarkan seperti pekerja kasar, OB, dan lain sebagainya dimana harus bekerja keras dengan upah yang minim. Oleh karena itu responden yang merupakan tamatan SMA lebih memilih mengisi waktu dengan kegiatan menonton langsung daripada harus bekerja dengan posisi yang tidak menjanjikan tetapi harus bekerja keras. 5.1.1.6 Asal Etnis Khalayak langsung acara musik “Derings” Trans TV berasal dari etnis yang beragam, terdiri dari: Melayu, Jawa, Minang, Sunda, Betawi, dan Batak. Beragamnya asal etnis tersebut dapat dipahami karena penduduk Jakarta tidak hanya berasal dari etnis Betawi saja tetapi berasal dari bermacam-macam etnis dari berbagai daerah di Indonesia. Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berasal dari etnis Sunda dan Betawi jumlahnya lebih banyak namun pada dasarnya setiap etnis memiliki peluang yang sama untuk dapat menjadi khalayak langsung acara tersebut. Hal tersebut disebabkan tidak adanya preferensi khusus dalam memilih khalayak langsung dan tidak ada masalah dengan faktor psikologis berbagai etnis tersebut.
35
Responden dalam penelitian ini dipilih secara acak, sehingga jika hasil penelitian menunjukkkan bahwa etnis Sunda dan Betawi lebih banyak dari etnis lainnya merupakan kebetulan saja. 5.1.2
Faktor Ekstrinsik Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa profil khalayak langsung juga
ditelaah berdasarkan faktor ekstrinsik responden yang meliputi sumber informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Jumlah responden berdasarkan faktor intrinsik dapat disajikan pada Tabel 4: Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Faktor Ekstrinsik Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
14
35.0
1
2.5
25
62.5
a. Diri sendiri
20
50.0
b. Teman
20
50.0
Faktor Ektrinsik Sumber informasi acara a. Iklan televisi b. Keluarga c. Teman Pola pengambilan keputusan
5.1.2.1 Sumber Informasi Acara Televisi merupakan salah satu media periklanan yang dapat menjangkau khalayak secara luas. Demikian pula halnya dengan iklan acara musik “Derings”. Namun dalam penelitian ini dijelaskan bahwa responden lebih banyak mengetahui acara musik “Derings” pertama kalinya dari teman. Hal tersebut dapat dipahami karena tidak semua orang menyaksikan iklan acara musik “Derings” ditayangkan hanya beberapa kali dalam satu hari. Sehingga informasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu cara efektif dalam menyebarkan informasi mengenai acara musik tersebut. Selain itu, hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang telah menjadi khalayak langsung dan menikmati dan menyukai acara tersebut, cenderung akan mengajak temannya yang lain untuk ikut menikmati acara tersebut. sehingga mereka akan mengajak teman yang lain untuk ikut bergabung.
36
5.1.2.2 Pola Pengambilan Keputusan Pola pengambilan keputusan ini diartikan sebagai bagaimana seseorang memutuskan untuk menjadi khalayak langsung yang berpartisipasi dalam acara musik “Derings” setelah mengetahui mengenai acara tersebut. Responden dalam menjadi khalayak langsung untuk pertama kalinya didorong oleh keinginan sendiri namun ada juga yang dipengaruhi atau berdasarkan ajakan teman. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa keinginan menjadi khalayak langsung yang didorongan keinginan sendiri dan faktor teman memiliki proporsi yang sama. Hal tersebut mengacu kepada faktor sumber informasi acara dimana dijelaskan bahwa proporsi iklan televisi dan informasi dari teman tidak terpaut jauh. Sehingga dalam memutuskan untuk menonton langsung pertama kalinya responden yang mengetahui acara dari iklan akan cenderung menonton karena keinginan sendiri, sedangkan yang mengetahui acara dari teman akan cenderung menonton karena ajakan teman.
37
BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK “DERINGS” TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
6.1
Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Motivasi merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang melakukan sesuatu. Motivasi tersebut akan mempengaruhi seseorang untuk memutuskan apakah mereka akan menonton suatu acara televisi atau tidak. Dalam hal ini akan dibahas mengenai motivasi menonton acara musik televisi yaitu acara musik “Derings” Trans TV. McQuail dalam Khosuma (2009) menyebutkan terdapat empat motivasi khalayak dalam menonton televisi, yaitu: pengawasan atau informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan. Namun bagi khalayak langsung terdapat satu motivasi lain yaitu motivasi ekonomi. Hal tersebut terjadi karena pihak Trans TV memberikan reward atas partisipasi dalam acara musik “Derings”. Kelima motivasi tersebut dikembangkan ke dalam pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan aspek motivasi itu sendiri. Setiap aspek motivasi dikembangkan menjadi empat pernyataan, sehingga diperoleh 20 pernyataan tentang apa yang dicari oleh responden dari acara musik “Derings” tersebut. Motivasi yang tergolong tinggi menunjukkan motivasi tersebut lebih dominan dirasakan responden dalam menonton acara musik “Derings”. Tabel 5 menyajikan persentase jumlah responden berdasarkan rendah dan tingginya masing-masing motivasi responden. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi yang tinggi pada setiap motivasi. Namun dari kelima jenis motivasi tersebut, motivasi yang paling dominan dirasakan responden adalah motivasi hiburan. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa semua responden memilih aspek motivasi hiburan dengan jumlah skor yang tergolong tinggi. Selain itu dalam analisis menggunakan SPSS juga didapatkan bahwa aspek motivasi hiburan itu konstan karena semua responden memiliki motivasi hiburan tinggi. Hal tersebut dapat dipahami karena pada dasarnya acara musik “Derings” merupakan acara musik yang memiliki tujuan utama adalah untuk menghibur dengan menampilkan video klip dan penampilan
38
dari bintang tamu secara langsung yang merupakan penyanyi solo maupun group musik. Tabel 5. Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik “Derings”
Jenis Motivasi Motivasi Informasi Motivasi Identitas Pribadi Motivasi Integrasi dan Identitas Sosial Motivasi Hiburan Motivasi Ekonomi
Persentase (%) Motivasi Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16) 5,0 95,0 5,0 95,0 2,5 0,0 5,0
Rataan Skor*
97,5 100,0 95,0
3,28 3,10 3,07 3,20 2,93
Ket: * 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju
Jika dilihat dari rataan skor masing-masing aspek motivasi, dapat dilihat bahwa motivasi yang memiliki jenjang paling atas adalah aspek motivasi informasi (rataan skor 3,28) dan motivasi hiburan (skor 3,20). Motivasi ekonomi memiliki jenjang paling rendah. Meskipun responden memerlukan “reward” yang diberikan oleh pihak acara musik “Derings” tetapi hal tersebut bukanlah suatu hal terpenting. 6.2
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton
6.2.1
Faktor Intrinsik yang berhubungan dengan Motivasi Menonton Hubungan antara faktor intrinsik responden yang meliputi usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan asal etnis dengan kelima aspek motivasi menonton acara musik “Derings” di Trans TV dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square dan uji rank Spearman. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang nyata antara beberapa vaiabel faktor intrinsik responden dengan motivasi menonton, dan ada beberapa hubungan yang tidak nyata. Dengan demikian ditunjukkan bahwa hipotesis yang mengungkapkan tentang ada hubungan antara faktor Intrinsik responden dengan motivasi menonton diterima.
39
Tabel 6. Hubungan Faktor Intrinsik dengan Aspek Motivasi Menonton
Faktor Intrinsik
Koef.
Informasi
Aspek Motivasi Integrasi dan Identitas Interaksi Pribadi Sosial
Hiburan
Ekonomi
konstan
-0,07
Usia
rs
0,17
-0,31*
-0,22
Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendidikan
χ2 C χ2 C
3,16 0,27 1,72 0.20
1,40 0,18 2,36 0,24
1,54 0,19 0,84 0,14
rs
0,16
0,16
0,11
konstan
-0,07
rs
-0,11
-0,28
-0,08
konstan
0,17
χ2 C
22,45** 0,60
4,37 0,31
2,13 0,23
konstan
21,29** 0,59
Asal Etnis
konstan konstan
1,40 0,18 0,61 0,12
Ket: * (nyata pada p = 0.05) ** (sangat nyata pada p = 0.01)
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar variabel faktor intrinsik tidak terbukti memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi menonton. Hanya terdapat dua variabel yang terbukti berhubungan nyata dengan aspek-aspek tertentu dari motivasi menonton, yaitu usia dengan aspek motivasi identitas pribadi, serta asal etnis dengan aspek motivasi informasi dan dengan aspek motivasi ekonomi. Kasus-kasus korelasi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Hubungan Usia dengan Motivasi Identitas Pribadi Hubungan aspek usia dan aspek motivasi identitas pribadi dianalisis menggunakan analisis rank Spearman. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa usia memiliki hubungan yang nyata (p < 0,05) dengan aspek motivasi identitas pribadi. Faktor usia dan aspek motivasi identitas pribadi memiliki hubungan terbalik, dengan nilai rs = -0,31. Maksudnya adalah semakin tinggi usia seseorang, maka semakin kecil usaha untuk mencari identitas pribadi. Hal tersebut dapat dipahami karena pencarian identitas pribadi tersebut dilakukan oleh manusia usia muda atau remaja untuk mengetahui “siapa dia” dan menentukan siapa yang menjadi ingroup maupun outgroup mereka.
40
Seseorang akan merasa nyaman dan terlindungi jika berada dalam ingroup mereka. Identitas yang dimiliki ingroup akan diakui sebagai identitas pribadi dari seseorang tersebut. Penentuan suatu ingroup bagi seseorang adalah menentukan siapa yang menjadi kawan dan lawan. Pada komunitas mana seseorang diakui dan merasa nyaman berada di dalamnya, maka itulah yang menjadi ingroup nya. Pada kasus ini responden bergaul dan berkumpul dengan sesama khalayak langsung merupakan salah satu upaya dalam pencarian identitas pribadi khususnya bagi responden usia remaja. Jika seseorang merasa nyaman berada di dalam komunitas khalayak langsung tersebut, maka menjadi seorang khalayak langsung merupakan salah satu identitas pribadi dan komunitas khalayak langsung merupakan ingroup bagi seseorang tersebut. Tabel 7. Motivasi Identitas Pribadi Responden menurut Usia Usia
Motivasi Identitas Pribadi Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16)
Total (orang)
Persen (%)
< 20 tahun
2
24
26
65,0
> 20 tahun
0
14
14
35,0
Total
2
38
40
100,0
Tabel 7 dapat dilihat bahwa responden pada kelompok usia 20 tahun kebawah memiliki motivasi identitas pribadi paling tinggi, yakni 24 orang. Hal tersebut membuktikan bahwa responden pada usia tergolong remaja masih memiliki upaya yang tinggi dalam mencari identitas pribadi. Namun pada tabel dapat dilihat bahwa tidak terdapat responden pada golongan usia diatas 20 tahun yang memiliki motivasi rendah. Hal tersebut terjadi karena usia responden yang paling tua masih berkisar pada umur 20-an tahun. Walaupun usia responden tergolong dewasa, namun ada juga yang masih belum memiliki ingroup. Aspek usia ternyata tidak berhubungan dengan jenis motivasi lainnya, yaitu motivasi informasi, integrasi dan identitas sosial, hiburan, dan ekonomi.
41
Berapapun usia responden tidak membuat perbedaan pada keempat aspek motivasi tersebut ketika mereka menjadi khalayak langsung. 2) Hubungan Asal Etnis dengan Motivasi Informasi Hubungan mengenai aspek asal etnis dan aspek motivasi informasi dianalisis dengan menggunakan analisis Chi-Square. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa asal etnis memiliki hubungan yang nyata (p <0,05) dengan aspek motivasi informasi dengan nilai C = 0,60. Artinya adalah latar belakang etnis mempengaruhi responden dalam mencari informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan acara musik “Derings” khususnya perkembangan musik di Indonesia. Seberapa jauh latar belakang etnis mempengaruhi responden dalam memenuhi motif informasi, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Motivasi Informasi Responden menurut Asal Etnis Asal Etnis Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
Motivasi Informasi Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16) 1 5 0 9 0 1 0 13 0 10 1 0 2 38
Total (orang)
Persen (%)
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 2,5 100,0
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa hampir setiap etnis memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap acara musik “Derings”. Namun pada tabel dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari etnis Batak memiliki motivasi informasi rendah. Bukan berarti etnis Batak tidak memiliki rasa keingintahuan, namun hal tersebut tergantung pada diri masing-masing responden bukan pada etnisnya. Pada tabel dapat dilihat juga bahwa responden yang berasal dari etnis batak berjumlah satu orang, itu bearti satu orang responden tersebut tidak bisa mewakili penonton dengan etnis Batak lainnya pada komunitas khalayak langsung acara musik “Derings” Trans TV. 3) Hubungan Asal Etnis dengan Motivasi Ekonomi
42
Hubungan mengenai aspek asal etnis dan aspek motivasi ekonomi dianalisis dengan menggunakan analisis Chi-Square. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa asal etnis memiliki hubungan yang nyata (p <0,05) dengan aspek motivasi ekonomi dengan nilai C = 0,59. Artinya adalah latar belakang etnis mempengaruhi responden dalam memenuhi motif ekonomi ketika menjadi khalayak langsung. Motif ekonomi tersebut dipenuhi karena adanya reward dalam bentuk biaya transportasi yang diberikan oleh pihak Trans TV kepada setiap khalayak langsung. Pemberian reward tersebut merupakan tanda terima kasih atas apresiasi dan partisipasi khalayak langsung dalam mensukseskan acara musik “Derings”. Seberapa jauh latar belakang etnis mempengaruhi responden dalam memenuhi motif ekonomi, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Motivasi Ekonomi Responden menurut Asal Etnis Asal Etnis Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
Motivasi Ekonomi Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16) 0 6 1 8 1 0 0 13 0 10 0 1 2 38
Total (orang)
Persen (%)
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 2,5 100,0
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa hampir semua etnis memiliki motif ekonomi tinggi ketika menjadi khalayak langsung acara musik “Derings”. Hal tersebut dapat dipahami karena penduduk asli Jakarta berasal dari Betawi, etnis-etnis lainnya merupakan pendatang atau perantau di Jakarta. Mereka harus bisa bertahan hidup di Jakarta. Oleh karena itu wajar saja setiap responden memiliki motif untuk ekonomi ketika menjadi khalayak langsung. Sebagian besar responden menjadikan reward yang diberikan pihak Trans TV sebagai sumber penghasilan utama, namun tidak sedikit juga yang menjadikannya sebagai penghasilan tambahan saja. Pada dasarnya setiap individu memiliki motif ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pada Etnis Betawi maupun etnis yang lainnya.
43
Namun pada tabel terlihat bahwa responden yang berasal dari etnis minang memiliki motivasi ekonomi rendah. Hal tersebut dapat dipahami, karena pendapatan utamanya tidak berasal dari honor sebagai khalayak langsung acara musik “Derings”. Selain ketiga kasus tersebut, faktor intrinsik lainnya seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan tidak terbukti berhubungan nyata dengan kelima aspek motivasi. Meskipun tidak nyata, namun diantaranya terdapat beberapa kasus korelasi yang menunjukkan hubungan yang berarti meskipun (nilai korelasi 0,2-0,4). Kasus-kasus tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Hubungan Usia dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Hubungan antara faktor usia dan aspek motivasi integrasi dan identitas sosial dianalisis dengan menggunakan uji Korelasi Spearman. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa hubungan usia dengan aspek motivasi informasi memiliki hubungan yang rendah tetapi berarti, dengan nilai rs =
-0,22.
Hubungan usia dan aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial merupakan hubungan berbanding terbalik. Artinya, semakin tua umur seseorang maka semakin rendah motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimilikinya. Hubungan antara kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Responden menurut Usia
Usia
Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16)
Total (orang)
Persen (%)
< 20 tahun
0
26
26
65,0
> 20 tahun
1
13
14
35,0
Total
1
39
40
100,0
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok umur 20 tahun kebawah memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi. Hal tersebut dapat dipahami karena manusia pada umur remaja memiliki keinginan untuk berintegrasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dalam upaya pencapaian kedewasaan diri. Hal tersebut dilakukan untuk menambah
44
pergaulan, untuk berinteraksi dan saling mengenal sesama khalayak langsung acara musik “Derings”, dan mengenal lingkungan sosial disekitarnya. Pada tabel juga terlihat bahwa sebagian besar responden pada kelompok usia diatas 20 tahun juga memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi. Namun seharusnya, responden dengan kelompok usia tersebut memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial rendah. Hal tersebut terjadi karena usia responden tersebut masih berkisar pada usia 20 tahun-an, sehingga mereka belum cukup dewasa dan masih memiliki karakteristik yang tidak begitu berbeda dengan responden dengan kelompok usia 20 tahun kebawah. Disimpulkan bahwa usia tidak mempengaruhi atau tidak berhubungan nyata dengan aspek motivasi integritas dan interaksi sosial. 2) Hubungan Jenis Kelamin dengan Motivasi Informasi Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap aspek motivasi informasi responden dalam menonton acara musik “Derings” dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan nilai C = 0,27, artinya adalah bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan motivasi informasi responden tetapi memiliki hubungan yang berarti. Hubungan tentang kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Motivasi Informasi Responden menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Motivasi Informasi Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16) 2 14 0 24 2 38
Total (orang)
Persen (%)
16 24 40
40,0 60,0 100,0
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi informasi tinggi terhadap acara musik “Derings”. Disimpulkan bahwa baik responden laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mencari dan memperoleh informasi dari acara musik “Derings”. Faktor jenis kelamin dan aspek motivasi informasi tidak memiliki hubungan yang nyata. Jenis kelamin seseorang tidak mempengaruhinya dalam mencari dan mendapatkan informasi tentang sesuatu. 3) Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Motivasi Informasi
45
Hubungan antara jenis pekerjaan dan aspek motivasi informasi dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa hubungan jenis pekerjaan dengan aspek motivasi informasi memiliki hubungan yang rendah tetapi berarti, dengan nilai C = 0,20. Artinya adalah tidak terdapat hubungan nyata antara jenis pekerjaan dan motivasi informasi tetapi memiliki hubungan yang berarti. Jenis pekerjaan tidak mempengaruhi motivasi informasi responden. Setiap responden memiliki kesempatan yang sama dalam mencari dan memperoleh informasi mengenai acara musik “Derings”, apapun jenis pekerjaannya. Namun jenis pekerjaan memiliki hubungan
yang
sangat
berarti
dengan
aspek
motivasi
informasi.
Karyawan/wiraswasta yang menjadi khalayak langsung akan memiliki motif informasi dengan para pelajar, sehingga hal tersebut dapat menjelaskan bahwa keduanya memiliki hubungan yang berarti. Hubungan tentang kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Motivasi Informasi Responden menurut Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Penonton langsung/ Figuran Karyawan/wiraswasta Pelajar/ Mahasiswa Total
Motivasi Informasi Total Rendah Tinggi (orang) (skor 4-9) (skor 10-16) 2 20 22 0 6 6 0 12 12 2 38 40
Persen (%) 55 15 30 100
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan ketiga jenis pekerjaan tersebut memiliki motivasi informasi tinggi terhadap acara musik “Derings”. Hal tersebut dapat dipahami karena jenis pekerjaan tidak berhubungan nyata dengan aspek motivasi informasi. 4) Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Identitas Pribadi Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap aspek motivasi identitas pribadi responden dalam menonton acara musik “Derings” dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan uji Korelasi Spearman didapatkan nilai rs = -0,28. Artinya adalah bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan motivasi identitas pribadi responden. Pencarian identitas pribadi responden, tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya.
46
Walaupun pada jenjang pendidikan, seseorang akan mengalami pendewasaan diri, namun dalam pencarian jati diri itu akan dicari dan didapatkan di lingkungan yang membuat mereka nyaman. Hubungan tentang kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Motivasi Identitas Pribadi Responden menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar Sekolah Menengah Permata Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi/ Akademi Total
Motivasi Identitas Pribadi Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16) 0 3 0 8 2 25 0 2
2 38
Total (orang)
Persen (%)
3 8 27
7,5 20,0 67,5
2 40
5,0 100,0
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi identitas pribadi tinggi pada setiap tingkat pendidikan. Setiap responden memiliki kesempatan untuk mencari identitas pribadi sebagai khalayak langsung acara musik “Derings” tanpa dilihat dari tingkat pendidikannya. 5) Hubungan Asal Etnis dengan Motivasi Identitas Pribadi Hubungan mengenai faktor asal etnis dan aspek motivasi identitas pribadi dianalisis dengan uji Chi-Square. Tabel 6 menunjukkan hasil analisis tentang pengaruh asal etnis terhadap motivasi identitas pribadi yang menunjukkan nilai C = 0,31. Nilai tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara asal etnis dan motivasi identitas pribadi, namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan tentang kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 14. Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan latar belakang etnis apapun memiliki motivasi identitas pribadi tinggi. Hal tersebut dapat dipahami karena responden tidak hanya berasal dari Etnis Betawi saja sehingga bagi etnis-etnis yang lain yang merupakan perantau perlu menyesuaikan diri dan mencari ingroup untuk saat sekarang ini.
47
Tabel 14. Motivasi Identitas Pribadi Responden menurut Asal Etnis
Asal Etnis Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
Motivasi Identitas Pribadi Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16) 0 6 0 9 0 1 2 11 0 10 0 1 2 38
Total (orang)
Persen (%)
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 2,5 100,0
6) Hubungan Asal Etnis dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Hubungan mengenai faktor asal etnis dan aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial dianalisis dengan uji Chi-Square. Tabel 6 menunjukkan hasil analisis tentang pengaruh asal etnis terhadap aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial yang menunjukkan nilai C = 0,23. Nilai tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara asal etnis dan aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial, namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan tentang kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Responden menurut Asal Etnis Asal Etnis Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
Motivasi Identitas Integrasi dan Interaksi Sosial Rendah Tinggi (skor 4-9) (10-16) 0 6 0 9 0 1 1 12 0 10 0 1 1 40
Total (orang)
Persen (%)
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 2,5 100,0
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa responden dengan latar belakang etnis apapun memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi. Hal tersebut
48
dapat dipahami karena setiap manusia memiliki keinginan untuk berintegrasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial, apapun etnisnya. Hal tersebut dilakukan untuk menambah pergaulan, untuk berinteraksi dan saling mengenal sesama khalayak langsung acara musik “Derings”, dan mengenal lingkungan sosial disekitarnya khususnya para perantau yang harus beradaptasi dengan tempat bergaul mereka sekarang. 5.2.2 Faktor Ekstrinsik yang berhubungan dengan Motivasi Menonton Hubungan antara faktor ekstrinsik responden yang meliputi sumber informasi acara dan pola pengambilan keputusan untuk menjadi khalayak langsung acara musik “Derings” Trans TV dengan kelima aspek motivasi dianalisis menggunakan Uji Chi-Square. Hasil analisis hubungan antara faktor ekstrinsik dengan aspek motivasi menonton, dapat disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Motivasi Menonton
Faktor Ekstrinsik Sumber Informasi Acara Pola Pengambilan Keputusan
Koefesien Informasi
Motivasi Integrasi dan Identitas Interaksi Pribadi Sosial
Hiburan Ekonomi
χ2 C
0.24 0.08
0.24 0.08
1.91 0.21
konstan
3.91 0.29
χ2 C
0.00 0.00
0.00 0.00
1.03 0.16
konstan
0.00 0.00
Ket: * (nyata pada p = 0.05) ** (sangat nyata pada p = 0.01)
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa semua faktor ekstrinsik tidak memiliki hubungan nyata dengan kelima aspek motivasi khalayak langsung dalam menonton acara musik “Derings” Trans TV. Walaupun semua faktor ekstrinsik tidak memiliki hubungan nyata dengan kelima aspek motivasi, namun diantaranya terdapat beberapa kasus korelasi yang meskipun tidak nyata atau menunjukkan hubungan yang rendah tetapi berarti (nilai korelasi 0,2-0,4). Dengan demikian hasil ini membuktikan bahwa hipotesis yang mengungkapkan tentang ada hubungan antara faktor ekstrinsik responden dengan dengan kelima aspek motivasi menonton langsung acara musik “Derings” tidak dapat diterima. Kasuskasus tersebut diuraikan sebagai berikut:
49
1) Hubungan Sumber Informasi Acara dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Hubungan mengenai faktor asal etnis dan aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial dianalisis dengan uji Chi-Square. Tabel 16 menunjukkan hasil analisis tentang pengaruh sumber informasi acara terhadap aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial yang menunjukkan nilai C = 0,21. Nilai tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara faktor sumber informasi acara dengan aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial, namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan tentang kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17.
Motivasi Integritas dan Interaksi Sosial Responden menurut Sumber Informasi Acara
Sumber Informasi Acara
Motivasi Integritas dan Interaksi Sosial Rendah Tinggi (skor 4-9) (skor 10-16)
Total (orang)
Persen (%)
Iklan Televisi
1
13
14
35,0
Keluarga
0
1
1
2,5
Teman
0
25
25
62,5
Total
1
39
40
100,0
Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi lebih banyak mengetahui tentang acara musik “Derings” untuk pertama kali adalah dari teman. Hal tersebut terjadi karena informasi yang lebih rinci didapatkan oleh responden berasal dari teman yang telah terlebih dahulu menjadi khalayak langsung. Iklan di televisi hanya menampilkan informasi mengenai jam tayang acara, presenter dan sedikit gambaran mengenai acara musik “Derings”. Sasaran iklan tersebut adalah penonton dirumah. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa antara sumber informasi acara dan aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial tidak memiliki hubungan yang nyata. Setiap responden memiliki hak yang sama dalam berintegrasi dan berinteraksi sosial dengan sesama khalayak langsung acara musik “Derings”
50
tanpa dipengaruhi oleh faktor mengetahui pertama kali tentang acara musik “Derings”. Namun faktor sumber informasi acara memiliki hubungan yang berarti dengan aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial, karena responden tidak akan dapat berintegrasi dan berinteraksi dengan sesama khalayak langsung kalau tidak mengetahui mengenai acara musik “Derings”. 2) Hubungan Sumber Informasi Acara dengan Motivasi Ekonomi Hubungan mengenai faktor asal etnis dan aspek motivasi ekonomi dianalisis dengan uji Chi-Square. Tabel 16 menunjukkan hasil analisis tentang pengaruh sumber informasi acara terhadap aspek motivasi ekonomi yang menunjukkan nilai C = 0,29. Nilai tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara faktor sumber informasi acara dengan aspek motivasi ekonomi, namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan tentang kedua aspek tersebut, dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Motivasi Ekonomi Responden menurut Sumber Informasi Acara Sumber Informasi Acara
Motivasi Ekonomi Rendah Tinggi (skor 4-9) (10-14)
Total (orang)
Persen (%)
Iklan Televisi
2
12
14
35,0
Keluarga
0
1
1
2,5
Teman
0
25
25
62,5
Total
2
38
40
100,0
Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi ekonomi tinggi tanpa dibedakan dari mana mereka mengetahui acara musik “Derings” pertama kali. Sumber informasi acara dan aspek motivasi ekonomi memiliki hubungan yang berarti, karena responden memiliki motif ekonomi menjadi khalayak langsung setelah mengetahui acara musik tersebut, dan mengetahui lingkungan dikalangan khalayak langsung. Sehingga sumber informasi acara merupakan suatu hal yang berarti.
51
BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK “DERINGS” TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
7.1
Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Opini responden sebagai khalayak langsung acara musik “Derings” dapat
dinilai dari apa yang disajikan oleh acara tersebut yang meliputi aspek presenter, bintang tamu, setting panggung/tempat, dan penayangan. Keempat aspek opini tersebut dikembangkan ke dalam pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan keempat aspek tersebut. Aspek presenter dikembangkan menjadi delapan pernyataan, aspek bintang tamu menjadi tujuh pernyataan, aspek setting panggung/tempat menjadi lima pernyataan, dan aspek penayangan menjadi lima pernyataan. Jumlah skor dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi tergantung pada jumlah pernyataan pada masing-masing aspek opini. Hasil opini responden secara keseluruhan dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 19. Tabel 19. Opini Khalayak Langsung terhadap Acara Musik “Derings” Opini
Persentase (%) Opini Kurang 15,0
Presenter
Rataan Skor*
Baik 85,0
3,10
Bintang Tamu
0,5
95,0
3,16
Setting Tempat
2,0
80,0
3,10
37,5
62,5
2,85
Penayangan
Ket: * 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju
Berdasarkan Tabel 19, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar opini responden
sudah
baik
tentang
presenter,
bintang
tamu,
dan
setting
panggung/tempat acara musik “Derings”. Sedangkan aspek penayangan dinilai kurang baik (rataan skor 2,85). Presenter merupakan orang yang memandu jalannya suatu program acara di televisi dalam hal ini merupakan presenter acara musik “Derings”. Acara musik “Derings” memiliki empat orang presenter tetap yang berasal dari kalangan selebritis, yaitu Sandra Dewi, Oki Lukman, Azis “Gagap”, dan Adul. Salah satu faktor yang mendukung baik atau tidaknya suatu program adalah dengan
52
kehadiran presenter, baik yang dilihat dari penampilan fisik maupun keahlian mereka dalam membawakan acara tersebut agar disukai oleh penonton. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa opini responden terhadap penampilan keempat presenter acara musik “Derings” ketika membawakan program tersebut adalah sebagian besar menyatakan setuju bahwa presenter acara musik “Derings” baik dalam membawakan program tersebut. Opini responden menyatakan setuju dengan komposisi presenter berdasarkan jenis kelamin, jumlah presenter, penguasaan materi, gaya bahasa, penampilan fisik, partisipasi dengan khalayak, dan dapat menghibur khalayak. Selain opini tersebut, terdapat pula opini yang menyatakan suka dengan presenter yang dapat akrab dengan penontonnya serta membuat khalayak langsung nyaman dalam menonton acara tersebut. Namun terdapat juga opini yang kurang mengenai aspek tersebut. Menurut mereka
keempat
presenter
tersebut
kurang
baik
dalam
berkolaborasi
membawakan acara tersebut karena tiga diantara mereka merupakan komedian dan satu bukan merupakan komedian. Sehingga sering terlihat kaku di panggung. Bintang Tamu adalah penyanyi yang mengisi acara musik ‘Derings” baik penyanyi solo maupun grup musik. Opini responden mengenai bintang tamu meliputi lima indikator, yaitu komposisi bintang tamu berdasarkan jenis kelamin, daya tarik bintang tamu yang dihadirkan, popularitas bintang tamu, dan kemampuan menghibur. Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa hampir semua responden memiliki opini baik mengenai hal tersebut. Pihak acara musik “Derings” memiliki kebijakan tertentu dalam menetapkan bintang tamu yang dihadirkan setiap episodenya. Pada setiap episodenya dihadirkan bintang tamu laki-laki dan perempuan baik yang merupakan penyanyi solo maupun grup musik. Pada acara ini tidak hanya mengahadirkan bintang tamu yang berasal dari kalangan penyanyi solo maupun grup musik yang sudah terkenal saja, namun juga dihadirkan bintang tamu yang berasal dari kalangan penyanyi solo maupun grup musik yang merupakan pendatang baru yang belum terkenal. Mereka menjadikan acara musik “Derings” sebagai media promosi dari album mereka.
53
Setting Tempat atau panggung merupakan kebijakan dari pihak acara musik “Derings” mengenai panggung dalam menyelenggarakan acara tersebut. Acara musik “Derings” memilih setting panggung/tempat di dalam studio, namun kadang-kadang dilaksanakan di lobi Gedung Trans TV. Hal tersebut dilakukan agar khalayak tidak merasa bosan dengan setting panggung/tempat yang sama setiap harinya. Setting panggung/tempat pelaksanaan acara musik “Derings” telah mengalami tiga kali perubahan. Pada pertama kali acara musik “Derings” ditayangkan memiliki dua lokasi, yaitu presenter berada di dalam studio dan bintang tamu menampilkan aksinya di panggung yang berada di halaman gedung Trans TV. Kemudian dilakukan perubahan setting panggung/tempat yaitu hanya di panggung yang berada di halaman gedung Trans TV saja. Disana presenter dan bintang tamu menampilkan aksinya. Sekarang setting panggung/tempat acara musik “Derings” berada di dalam studio dan kadang-kadang dilaksanakan di lobi gedung Trans TV (indoor). Opini responden mengenai setting panggung/tempat acara musik “Derings” dilihat dari beberapa aspek, yaitu pemilihan tempat baik indoor maupun outdoor, dekorasi panggung, dan view disekitar panggung. Tabel 20 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menilai baik mengenai pemilihan setting panggung/tempat indoor, karena jika dilakukan diluar studio (outdoor) memiliki resiko yang lebih tinggi seperti panas dan hujan yang akan mengakibatkan acara tersebut kurang berjalan dengan baik. Pemilihan setting tempat indoor dianggap lebih tepat untuk mengurangi resiko tersebut. Beberapa responden yang memiliki opini yang kurang mengenai hal tersebut. Pemilihan tempat indoor itu dinilai tidak tepat. Setting panggung/tempat outdoor lebih dipilih, agar bebas berekspresi tanpa harus berdesak-desakan di dalam studio. Selain itu, sebagian responden juga menilai bahwa ukuran panggung juga terlalu kecil sehingga tidak semua bisa beraksi diatas panggung menikmati pertunjukkan para bintang tamu. Penayangan adalah proses menyiarkan suatu tayangan acara, dalam hal ini merupakan acara musik “Derings” Trans TV. Indikator penayangannya meliputi frekuensi penayangan, jam tayang, durasi, dan proporsi iklan. Acara
54
musik “Derings” ditayangkan lima kali dalam seminggu, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jum’at. Acara tersebut ditayangkan pada pukul 09.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB dengan durasi 120 menit termasuk iklan. Sebagian besar opini responden mengenai penayangan acara musik “Derings” sudah baik. Namun jika dibandingkan dengan aspek opini lainnya, responden yang memiliki opini yang kurang baik mengenai penayangan memiliki jumlah yang paling banyak yaitu sekitar 37,5 persen dan memiliki rataan skor 2.85. Hal tersebut terjadi karena pada dasarnya sasaran acara musik “Derings” adalah semua kalangan tidak dibedakan berdasarkan tingkatan ekonomi maupun tingkatan umur, dengan kata lain siapapun dapat menonton acara ini. Acara musik “Derings” ditayangkan di pagi hari yang merupakan jam kerja dan jam sekolah, sehingga banyak masyarakat yang tidak dapat menyaksikan dan menikmati acara tersebut. Khalayak yang bisa menonton acara tersebut hanyalah khalayak yang tidak memiliki pekerjaan atau “pengangguran”, pelajar yang memiliki jam sekolah pada siang hari, dan karyawan maupun wiraswasta yang dapat mengatur jadwal kerjanya sendiri. Responden yang menilai penayangn acara musik “Derings” kurang baik berpendapat penayangan acara musik “Derings” sebaiknya dirubah menjadi sore hari, agar khalayak langsung yang memiliki kesibukan pada pagi hari dapat menonton acara musik “Derings” setiap episodenya. Selain itu terdapat juga opini responden yang kurang baik mengenai durasi acara. Durasi acara 120 menit termasuk iklan tersebut terlalu lama. Slot iklan yang terlalu lama membuat mereka bosan menunggu. 7.2
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Opini terhadap Acara Musik “Derings” Hipotesa kedua dan ketiga dari penelitian ini menyatakan bahwa ada
hubungan antara faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, dan aspek motivasi menonton dengan opini tentang acara musik “Derings”. Berdasarkan analisis hubungan aspek-aspek tersebut, hipotesis ke-tiga tersebut dapat diterima karena terbukti ada hubungan nyata antara salah satu faktor ekstrinsik dengan beberapa aspek opini. Sub bab ini membahas mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
55
penilaian khalayak langsung terhadap aspek presenter, bintang tamu, setting panggung/tempat, dan penayangan acara musik “Derings”. 7.2.1 Faktor Intrinsik yang Berhubungan dengan Aspek Opini Khalayak Langsung Hubungan antara faktor intrinsik yang meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, asal etnis dengan aspek opini khalayak
langsung
terhadap
acara
musik
“Derings”
dianalisis
dengan
menggunakan uji Chi-Square dan uji Rank Spearman. Hal tersebut dilakukan karena faktor intrinsik maupun aspek opini merupakan data ordinal dan data nominal. Faktor intrinsik yang berhubungan dengan opini menonton, dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hubungan Faktor Intrinsik dengan Opini Khalayak Langsung Faktor Intrinsik
Opini Setting Tempat -0,03
rs
0,42
Bintang Tamu 0,17
2
Jenis Kelamin
χ C
2,09 0,22
0,09 0,05
2,11 0,22
0,44 0,11
Jenis Pekerjaan
χ2 C
1,06 0,16
3,06 0,27
0,12 0,06
1,08 0,16
rs
0,02
-0,07
-0,02
-0,12
rs
0,14
0,17
0,07
0,04
χ2 C
6,70 0,38
3,02 0,27
7,52 0,39
6,88 0,38
Usia
Tingkat Pendapatan Tingkat Pendidikan Asal Etnis
Koefesien Presenter
Penayangan 0,12
Ket: * (nyata pada p = 0.05) ** (sangat nyata pada p = 0.01)
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa tidak terdapat satupun hubungan nyata antara faktor intrinsik dengan semua aspek opini khalayak langsung terhadap acara musik “Derings” Trans TV. Namun pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa aspek yang meskipun tidak nyata tetapi memiliki hubungan
56
yang berarti (nilai korelasi 0,2-0,4). Kasus-kasus tersebut dijelaskan dalam uraian berikut: 1) Hubungan Usia dengan Opini tentang Presenter Hubungan antara faktor usia dan aspek opini tentang presenter dianalisis menggunakan uji Rank Spearman. Dari hasil analisis tersebut didapatkan nilai rs = 0.42 yang berarti anatara usia dan opini terhadap presenter memiliki hubungan yang berarti. Tabel 21. Opini Responden tentang Presenter menurut Usia Presenter Usia
Total (orang)
Persen (%)
23
26
65,0
3
11
14
35,0
6
34
40
100,0
Kurang (skor 8-20)
Baik (skor 21-32)
< 20 tahun
3
> 20 tahun Total
Dalam menilai aspek presenter acara musik “Derings” secara keseluruhan tidak dipengaruhi oleh tingkatan usia responden. Berapapun usia responden, memiliki hak yang sama dalam menilai penampilan presenter acara musik “Derings”. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa seseorang dapat menilai sesuatu dan mengeluarkannya lewat suatu pendapat dipengaruhi usia. Anak kecil tidak akan bisa menilai dan mengeluarkan pendapatnya tanpa ada pengaruh dari lingkungan sekitar. Pada umumnya seseorang telah bisa menilai sesuatu dan mengungkapkan lewat pendapatnya adalah manusia yang telah menginjak masa remaja serta orang dewasa. Jika dilihat dari rentangan usia, responden bisa dikelompokkan menjadi remaja dan orang dewasa sehingga memiliki kesempatan yang sama dalam menilai dan mengeluarkan pendapat mengenai aspek presenter acara musik “Derings”. Usia tidak berhubungan nyata dengan penilaian terhadap presenter namun memiliki hubungan yang berarti.
57
2) Hubungan Jenis Kelamin dengan Opini tentang Presenter Hubungan antara faktor jenis kelamin dan aspek presenter dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai C = 0.22 yang berarti antara jenis kelamin dan opini terhadap presenter tidak berhubungan nyata namun memiliki hubungan yang berarti. Artinya adalah baik responden perempuan maupun laki-laki memiliki hak yang sama dalam menilai hal-hal yang berhubungan dengan penampilan presenter secara keseluruhan. Tabel 22. Opini Responden tentang Presenter menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Presenter Buruk Baik (skor 8-20) (skor 21-32) 4 12 2 22 6 34
Total (orang)
Persen (%)
16 24 40
40,0 60,0 100,0
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden baik lakilaki dan perempuan memiliki penilaian yang baik terhadap aspek presenter. Presenter acara musik “Derings” terdiri dari empat orang yaitu dua orang perempuan dan dua orang laki-laki. Responden perempuan akan lebih menilai baik presenter laki-laki begitu juga sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin responden memiliki hubungan yang berarti dengan penilaian menganai aspek presenter acara musik “Derings”. 3) Hubungan Jenis Kelamin dengan Opini tentang Setting Tempat Hubungan antara faktor jenis kelamin dan aspek setting panggung/tempat dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai C = 0.22 yang berarti antara jenis kelamin dan opini terhadap setting panggung/tempat tidak berhubungan nyata namun memiliki hubungan yang berarti. Artinya adalah baik responden prempuan maupun laki-laki memiliki hak
yang
sama
dalam
menilai
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
panggung/tempat dimana acara musik “Derings” ditampilkan seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
58
Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden baik perempuan maupun laki-laki memiliki opini yang baik mengenai setting panggung/tempat acara musik ”Derings”. Hal tersebut membuktikan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi responden dalam memberikan opini mengenai aspek pemilihan panggung/tempat berlangsungnya acara musik “Derings”. Tabel 23. Opini Responden tentang Setting Tempat menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Setting Tempat Buruk Baik (skor 5-13) (skor 14-20) 5 11 3 21 8 32
Total (orang)
Persen (%)
16 24 40
40,0 60,0 100,0
4) Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Opini tentang Bintang Tamu Hubungan antara faktor jenis pekerjaan dan aspek bintang tamu dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai C = 0.27 yang berarti antara jenis pekerjaan dan opini terhadap bintang tamu tidak berhubungan nyata namun memiliki hubungan yang berarti. Setiap responden memiliki kesempatan yang sama dalam menyampaikan opini mengenai bintang tamu yang dihadirkan dalam acara musik “Derings” tanpa dibedakan oleh jenis pekerjaannya. Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Opini Responden tentang Bintang Tamu menurut Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Penonton langsung/ Figuran Karyawan/wiraswasta Pelajar/ Mahasiswa Total
Bintang Tamu Buruk Baik (skor 7-18) (skor 19-28)
Total (orang)
Persen (%)
1
21
22
55,0
1 0 2
4 13 38
5 13 40
12,5 32,5 100,0
59
Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa hampir semua responden memiliki opini yang baik mengenai bintang tamu yang dihadirkan dalam acara musik “Derings”. Tanpa dibedakan oleh jenis pekerjaannya karena walaupun pekerjaan mereka berbeda namun bisa saja terjadi diantara mereka memiliki penilaian yang sama terhadap bintang tamu yang dihadirkan.
5) Hubungan Asal Etnis dengan Opini tentang Presenter Hubungan antara faktor asal etnis dan aspek presenter dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai C = 0.38. Artinya adalah antara asal etnis dan opini terhadap penampilan presenter secara keseluruhan tidak berhubungan nyata. Namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Opini Responden tentang Presenter menurut Asal Etnis
Asal Etnis Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
Presenter Buruk Baik (Skor 8-20) (skor 21-32) 1 5 1 8 0 1 1 12 2 8 1 0 6 34
Total (orang)
Persen (%)
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 2,5 100,0
Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan yang berasal dari latar belakang etnis manapun memiliki opini yang baik terhadap aspek presenter. Asal etnis responden tidak mempengaruhi dalam memberikan opini mengenai penampilan responden. Setiap responden memiliki hak yang sama dalam memberikan opini tanpa dibedakan dari asal etnisnya. 6) Hubungan Asal Etnis dengan Opini tentangBintang Tamu Hubungan antara faktor asal etnis dan opini mengenai bintang tamu dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai C = 0.27. Artinya adalah antara asal etnis dan opini terhadap penampilan
60
bintang tamu secara keseluruhan tidak berhubungan nyata. Namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 26. Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa hampir semua responden dengan berbagai etnis memiliki opini yang baik mengenai bintang tamu yang dihadirkan oleh pihak acara musik “Derings” Trans TV. Penilaian seorang responden tergantung kepada diri sendiri, tidak dipengaruhi oleh latar belakang etnis. Namun, walaupun begitu kedua aspek tersebut memiliki hubungan yang berarti. Responden dengan asal etnis melayu menyukai artis dengan aliran pop melayu, namun bukan berarti mereka menyukai aliran tersebut semata-mata karena mereka berasal dari etnis melayu, tetapi juga disebabkan oleh hal utama lainnya. Begitu juga dengan etnis yang lainnya. Tabel 26. Opini Responden tentang Bintang Tamu menurut Asal Etnis Asal Etnis Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
Bintang Tamu Buruk Baik (skor 7-18) (skor 19-28) 1 5 0 9 0 1 1 12 0 10 0 1 2 38
Total (total)
Persen (%)
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 2,5 100,0
7) Hubungan Asal Etnis dengan Opini tentang Setting Tempat Hubungan
antara
faktor
asal
etnis
dan
opini
tentang
setting
tempat/panggung dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai C = 0.39. Artinya adalah antara asal etnis dan opini
terhadap
pemilihan
panggung/tempat
secara
keseluruhan
tidak
berhubungan nyata. Namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Opini Responden tentang Setting Tempat menurut Asal Etnis Asal Etnis
Setting Tempat Buruk Baik
Total (orang)
Persen (%)
61
Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
(skor 5-13) 2 2 0 3 0 1 8
(skor 14-20) 4 7 1 10 10 0 32
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 25 100,0
Pada dasarnya setiap orang memiliki penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Dalam hal ini adalah penilaian terhadap setting tempat/panggung acara musik “Derings” yang telah ditetapkan. Namun hal tersebut tidak dibedakan oleh darimana orang tersebut berasal. Seorang responden dengan etnis melayu bisa saja memiliki penilaian yang sama dengan responden dengan suku Betawi dalam menilai setting panggung/tempat penayangan acara musik “Derings”. Hal tersebut terjadi karena setiap etnis memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan opini terhadap sesuatu hal. 8) Hubungan Asal Etnis dengan Opini tentang Penayangan Hubungan antara faktor asal etnis dan aspek penayangan dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai C = 0.38. Artinya adalah antara asal etnis dan opini terhadap penayangan acara musik ‘Derings” secara keseluruhan tidak berhubungan nyata. Namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Opini Responden tentang Penayangan menurut Asal Etnis Asal Etnis Melayu Jawa Minang Sunda Betawi Batak Total
Penayangan Buruk Baik (skor 5-13) (skor 14-20) 1 5 5 4 1 0 3 10 4 6 1 0 15 25
Total (orang)
Persen (%)
6 9 1 13 10 1 40
15,0 22,5 2,5 32,5 25,0 2,5 100,0
62
Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan berbagai etnis memiliki opini yang baik mengenai penayangan acara musik “Derings” Trans TV yang meliputi frekuensi penayangan, durasi dan slot iklan. Namun tidak sedikit juga responden yang memiliki opini kurang terhadap aspek tersebut. Penilaian seorang responden tergantung kepada diri mereka sendiri, tidak dipengaruhi oleh latar belakang etnis mereka. Namun, walaupun begitu kedua aspek tersebut memiliki hubungan yang berarti. 7.2.2 Faktor Ekstrinsik yang Berhubungan dengan Aspek Opini Khalayak Langsung Hubungan antara faktor ekstrinsik responden dengan aspek-aspek opini terhadap acara musik ‘Derings” dianalisi menggunakan uji Chi-Square karena data kedua aspek tersebut merupakan data ordinal. Faktor ekstrinsik terdiri dari sumber informasi acara dan pola pengambilan keputusan untuk menjadi khalayak langsung acara musik “Derings’. Hasil analisis hubungan antara faktor ekstrinsik dengan aspek opini khalayak langsung, dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 29. Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Opini Khalayak Langsung Faktor Ekstrinsik Sumber Informasi Acara Pola Pengambilan Keputusan
Opini Setting Tempat
Koefesien
Presenter
Bintang Tamu
χ2 C
6.36* 0.37
19.79** 0.58
4.27 0.31
1.53 0.19
χ2 C
0.00 0.00
0.00 0.00
0.63 0.12
0.11 0.05
Penayangan
Ket: * (nyata pada p = 0.05) ** (sangat nyata pada p = 0.01)
Berdasarkan Tabel 29, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang nyata antara beberapa variabel faktor ekstrinsik responden dengan aspek opini mengenai acara musik “Derings”. Hipotesis yang mengungkapkan tentang ada hubungan antara faktor ektrinsik responden dengan opini responden dapat diterima. Pada Tabel 29 ditunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang terbukti berhubungan nyata dengan aspek-aspek tertentu dari opini, yaitu sumber informasi acara dengan opini terhadap presenter, dan sumber informasi acara
63
dengan bintang tamu yang dihadirkan dalam acara musik ‘Derings” Trans TV. Kasus-kasus korelasi tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Hubungan Sumber Informasi Acara dengan Opini tentang Presenter Hubungan antara faktor sumber informasi acara dan opini tentang presenter dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis tersebut didapatkan nilai C = 0,37. Artinya adalah antara sumber informasi acara dan opini terhadap presenter acara musik ‘Derings” memiliki hubungan nyata (p < 0,05). Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 30. Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki opini yang baik mengenai presenter jika ditinjau dari sumber informasi acara musik “Derings”. Jumlah responden yang paling banyak memiliki opini baik terhadap hal tersebut adalah responden yang mengetahui acara musik “Derings” pertama kalinya dari informasi teman sesama khalayak langsung yang telah terlebih dahulu menonton. Tabel 30. Opini Responden Informasi Acara Sumber Informasi Acara Iklan Televisi Keluarga Teman Total
tentang
Presenter
Presenter Buruk Baik (skor 8-20) (skor 21-32) 1 13 1 0 4 21 6 34
menurut
Sumber
Total (orang)
Persen (%)
14 1 25 40
35,0 2,5 62,5 100,0
Hal tersebut dapat dipahami karena informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut dari seseorang yang telah terlebih dahulu menjadi khalayak langsung kepada teman yang belum pernah menjadi khalayak langsung lebih rinci dan mendalam. Responden yang telah pernah menonton terlebih dahulu akan menginformasikan mengenai bagaimana menjadi khalayak langsung, suasananya, konsep acara dan informasi lainnya termasuk menceritakan tentang para presenter acara tersebut. Sehingga memiliki acuan dalam menilai penampilan presenter acara tersebut. Berbeda dengan sumber informasi yang berasal
dari
iklan
karena
iklan
ditelevisi
hanya
bertujuan
untuk
64
menginformasikan tentang keberadaan dan penayangan acara tersebut, informasinya tidak terlalu rinci. 2) Hubungan Sumber Informasi Acara dengan Opini tentang Bintang Tamu Hubungan antara faktor sumber informasi acara dan opini tentang bintang tamu dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Dari hasil analisis tersebut didapatkan nilai C = 0,58. Artinya adalah antara sumber informasi acara dan opini terhadap bintang tamu acara musik ‘Derings” memiliki hubungan nyata (p < 0,05). Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 31. Berdasarkan Tabel 31 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki opini baik mengenai bintang tamu yang dihadirkan pada acara musik “Derings” adalah responden yang mendapatkan informasi pertama kali dari iklan dan dari teman. Baik melalui iklan maupun melalui teman dapat diinformasikan mengenai bintang tamu yang akan dihadirkan. Jika seseorang telah mendapatkan informasi mengenai suatu acara dan apa saja yang akan ditampilkan, maka orang tersebut akan menonton acara tersebut dan dapat menilai tentang apa yang dihadirkan dalam acara tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber informasi acara sangat berpengaruh terhadap opini seseorang responden mengenai bintang tamu yang dihadirkan dalam acara musik “Derings”. Tabel 31. Opini Responden tentang Bintang Tamu menurut Sumber Informasi Acara Sumber Informasi Acara Iklan Televisi Keluarga Teman Total
Bintang Tamu Buruk Baik (skor 7-18) (skor 19-28) 0 14 1 0 1 24 2 38
Total (orang)
Persen (%)
14 1 25 40
35,0 2,5 62,5 100,0
Satu kasus korelasi lainnya yang meskipun tidak nyata namun memiliki hubungan yang berarti, yaitu hubungan antara sumber informasi acara dengan opini tentang setting tempat. Hubungan antara faktor sumber informasi acara dan opini tentang setting tempat dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis
65
tersebut menunjukkan nilai C = 0,31. Artinya adalah antara sumber informasi acara dan opini terhadap setting panggung/tempat acara musik ‘Derings” tidak memiliki hubungan nyata namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan kedua aspek tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Opini Responden tentang Setting Tempat menurut Sumber Informasi Acara Sumber Informasi Acara Iklan Televisi Keluarga Teman Total
Setting Tempat Buruk Baik (skor5-13) (skor14-20) 3 11 1 0 4 21 8 32
Total
Persen (%)
14 1 25 40
35,0 2,5 62,5 100,0
Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mengetahui acara musik “Derings” pertama kali dari iklan televisi maupun dari teman memiliki opini yang baik terhadap aspek presenter. Dapat disimpulkan bahwa sumber informasi acara responden tidak mempengaruhi mereka dalam memberikan opini mengenai setting panggung/tempat diselenggarakannya acara musik “Derings”. Setiap responden memiliki hak yang sama dalam memberikan opini tanpa dibedakan darimana mereka pertama kali mengetahui acara tersebut. 7.2.3 Motivasi yang Berhubungan dengan Aspek Opini Khalayak Langsung tentang acara musik “Derings” Hubungan antara motivasi menonton responden dengan aspek-aspek opini terhadap acara musik “Derings” dianalisi menggunakan uji rank Spesrman karena terdiri dari data ordinal dan nominal. Motivasi menonton terdiri dari motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, hiburan, dan ekonomi. Hasil analisis hubungan antara motivasi menonton dengan aspek opini khalayak langsung, dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 33. Hubungan Motivasi Menonton dengan Aspek Opini
66
Jenis Motivasi
Aspek Opini Setting Tempat
Presenter
Bintang Tamu
0,23
-0,05
0,17
0,06
-0,09
-0,05
-0,12
0,06
-0,07
-0,04
-0,08
0,21
Hiburan
konstan
konstan
Konstan
konstan
Ekonomi
0,15
-0,07
-0,14
-0,03
Informasi Identitas Pribadi Integrasi dan Interaksi Sosial
Penayangan
Pada Tabel 33 dapat dilihat bahwa tidak terdapat satupun hubungan nyata antara motivasi menonton dengan semua aspek opini khalayak langsung terhadap acara musik “Derings” Trans TV. Artinya, tidak ada perbedaan yang nyata tentang opini terhadap acara musik “Derings” diantara responden yang berbeda motivasinya. Namun pada tabel dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kasus korelasi yang meskipun tidak nyata tetapi memiliki hubungan yang berarti (nilai korelasi 0,2-0,4). Kasus-kasus tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Hubungan Motivasi Informasi dengan Opini tentang Presenter Hubungan antara aspek motivasi informasi dan opini tentang presenter dianalisis menggunakan uji rank Spearman. Dari hasil analisis tersebut didapatkan nilai rs = 0,23. Artinya adalah antara aspek motivasi informasi dan opini terhadap presenter acara musik “Derings” tidak memiliki hubungan nyata namun memiliki hubungan yang berarti. Walaupun motivasi informasi terbukti tidak berhubungan nyata dengan opini terhadap presenter tetapi keduanya memiliki hubungan yang berarti. Motivasi informasi responden dalam menjadi khlayak langsung acara musik “Derings” salah satunya adalah untuk mengetahui siapa presenter acara tersebut. Jika responden telah mengetahui siapa saja presenter acara tersebut, maka mereka akan bisa memberikan penilaian terhadap para presenter acara tersebut. Dapat dibuktikan bahwa kedua aspek itu berhubungan walaupun tidak nyata. 2) Hubungan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Opini tentang Penyangan
67
Hubungan antara aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial dan opini tentang penayangan acara musik “Derings” dianalisis menggunakan uji rank Spearman. Dari hasil analisis tersebut didapatkan nilai rs = 0,21. Artinya adalah antara aspek motivasi integrasi dan interaksi sosial dan opini terhadap penayangan acara musik ‘Derings” tidak memiliki hubungan nyata namun memiliki hubungan yang berarti. Hubungan yang berarti tersebut data ditunjukkan bahwa seorang responden yang memiliki keinginan untuk berintegrasi dan berinteraksi dengan sesama khlayak langsung menyukai durasi penayangan yang lama, frekuensi penayangan lima kali seminggu dan slot iklan yang lama.karena pada saat tersebut mereka bisa saling mengenal dan menambah keakraban. Jika mereka dapat berintegrasi dan berinteraksi dengan sesama khlayak langsung, maka mereka akan menyenangi durasi penayangan yang lama, frekuensi penayangan lima kali seminggu dan slot iklan yang lama.
68
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting sebagai berikut: 1) Khalayak langsung acara musik ”Derings” Trans TV sebagian besar adalah ”anak muda” perempuan dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang belum memiliki pekerjaan tetap dengan pendapatan perbulan bekisar dari Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 900.000,- dan sebagian besar berasal dari etnis Sunda da Betawi. Khalayak langsung sebagian besar mengetahui acara musik ”Derings” pertama kalinya adalah dari teman yang telah pernah menjadi khalayak langsung acara tersebut. Dalam memutuskan untuk menonton langsung, khalayak langsung diajak teman dan ada juga atas keinginan sendiri. 2) Motivasi utama khalayak langsung acara musik ”Derings” Trans TV adalah motivasi hiburan dan motivasi informasi. Faktor intrinsik yang berhubungan nyata dengan aspek motivasi adalah usia dengan motivasi identitas pribadi, asal etnis dengan motivasi informasi, dan asal etnis dengan motivasi ekonomi. Faktor eksternal tidak memiliki hubungan nyata dengan kelima aspek motivasi menonton acara musik ”Derings”. 3) Khalayak memiliki opini yang baik terhadap presenter, bintang tamu, dan setting panggung/tempat acara musik ”Derings” Trans TV. Sedangkan aspek penayangan dinilai kurang baik. Semua faktor intrinsik tidak memiliki hubungan yang nyata dengan semua aspek opini khalayak langsung acara musik ”Derings”. Faktor ekstrinsik responden yang memiliki hubungan nyata dengan opini adalah sumber informasi acara dengan opini tentang presenter, sumber informasi acara dengan opini tentang bintang tamu. Kelima aspek motivasi (informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, hiburan, dan ekonomi) tidak memiliki hubungan nyata dengan opini responden tentang
69
keempat
aspek
(presenter,
bintang
tamu,
setting
panggung/tempat,
penayangan) acara musik ”Derings”. 8.2 Saran Beberapa saran yang dapat dikemukakan dari penelitian ini untuk pihakpihak yang terkait adalah sebagai berikut: 1) Pihak Trans TV hendaknya secara berkala melakukan evaluasi opini dengan cara memberikan kuesioner kepada khalayak langsung acara musik ”Derings” untuk mengetahui apakah acara musik tersebut sudah baik atau belum menurut khalayak langsung. 2) Acara musik ”Derings” hendaknya ditayangkan pada sore hari, sehingga orang-orang yang bekerja pada pagi hari memiliki peluang untuk menjadi khalayak langsung acara tersebut. 3) Bagi peneneliti selanjutnya mengenai tema ini, hendaknya lebih menyoroti mengenai unsur ekonomi dalam motivasi khalayak langsung.
70
DAFTAR PUSTAKA
Afdjani, Hadiono. 2007. Dampak Globalisasi Media Terhadap Masyarakat dan Budaya Indonesia. http://www.blcom-04-vol2-no2-april20071.pdf. Diakses pada 26 Desember 2009. Ardianto, Elvinaro, Lukiata Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa. Bandung: Refika Offset. Asmar, Metri Novarinda. 2009. Motivasi, Pola, dan Kepuasaan Menonton Televisi Lokal Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. DeVito, A. Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi Kelima. Ekawati, Misty. 1995. Gratifikasi Orientasional pada Khalayak Pemirsa Siaran Televisi Global (Studi Uses and Gratification) Konsep Gratifikasi Berita pada Khalayak Pemirsa Siaran Televisi Global CNN di Jakarta. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia. Haryani, Indriyani. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) (Kasus Mahasiswa/I Departemen Ilmu Teknologi Pangan masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hermanto, Budi. Sejarah Pertumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia. http://www.sejarah_tv_komunitas_ind.pdf. Diakses 27 Desember 2009. Irmawati. 2006. Motif dan Perilaku Masyarakat dalam Mendengarkan Radio Siaran (Kasus Pendengar Warga RW 01. Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Juariyah, Siti. 1994. Studi Motivasi dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menonton Siaran Televisi Siang Hari. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relation: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Khosuma, Johan Alvin. 2007. Representasi Perilaku Prososial dalam Tayangan Reality Show “ Tolong”. Skripsi. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Komala, Sri. 1996. Perilaku Menonton Televisi Siang Hari dan Hubungannya dengan Jenis Kegiatan yang dilakukan Ibu Rumah Tangga Sambil
71
Menonton (Kasus pada Dua Kelurahan di Kecamatan Rasa Nae, Kabupaten Bima). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kuswandi, Wawan.1998. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media TV. Jakarta: Rineka Cipta. McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga McQuail, Dennis dan Sven Windhal. 1993. Communication Models: For The Study of Mass Communication. 2nd Edition. New York: Longman Inc. Morissan, 2003. Programming Televisi. Pokok Bahasan: Perilaku Audience Penyiaran.www.pksm.mercubuana.ac.id/modul/41037-654269399816.doc. Diakses pada 3 April 2010. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistic Product and Service Solution untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta: Mediakom. Puspitasari, Mayang Anggun. 2009. Persepsi Masyarakat terhadap Efektivitas Program Acara Televisi “Charity Show” (Program Acara Bedah Rumah dan Uang Kaget). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.i Offset. Sari, Endang S. 1993. Audience Research (Pengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca, Pendengar, dan Pemirsa. Yogyakarta: Aud Silitonga, Ruth Elisabeth. 2009. Perilaku Menonton dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Program Jelajah di Trans TV. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, M. dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Syarief, Khairunnisa. 2007. Persepsi Khalayak terhadap Tayangan Infotainment RCTI. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Syukriya, Monicka. 2006. Opini Publik Internal tentang TVRI sebagai TV Publik. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Triana, Siska. 2010. Respon Mahasiswa terhadap Strategi Marketing Public Relation “GOT” dalam Pemasaran Wafer Tango. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
72
Untoro, Heru. 1994. Pilihan Acara Televisi oleh Pemirsa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Kasus Dua Kelurahan di Kotamadya Bogor). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Veny. 2009. Motif Pemirsa Surabaya dalam Menonton Program Acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV. Skripsi. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Yunita T, Ventri. 2009. Kepuasan Pemirsa Surabaya dalam Menonton Tayangan “Termehek-mehek di Trans TV”. Skripsi. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
73
LAMPIRAN
74
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Motivasi khalayak langsung acara musik “Derings” Validitas : Korelasi antara
Nilai
Probabilitas
Nilai r tabel
Korelasi (Pearson
Korelasi
(n=27,
Corellation)
[sig.(2-tailed)]
α=5%)
V1 dengan Vtot
0,119
0,686
Tidak Valid
V2 dengan Vtot
0,481
0,082
Tidak Valid
V3 dengan Vtot
0,204
0,485
Tidak Valid
V4 dengan Vtot
-0,152
0,604
Tidak Valid
V5 dengan Vtot
0,142
0,629
Tidak Valid
V6 dengan Vtot
-0,004
0,990
V7 dengan Vtot
0,639
0,014
Valid
V8 dengan Vtot
0,705
0,005
Valid
V9 dengan Vtot
0,396
0,161
Tidak Valid
V10 dengan Vtot
0,721
0,004
Valid
V11 dengan Vtot
0,515
0,059
Tidak Valid
V12 dengan Vtot
0,745
0,002
Valid
V13 dengan Vtot
0,645
0,013
Valid
V14 dengan Vtot
0,605
0,022
Valid
V15 dengan Vtot
0,652
0,011
Valid
V16 dengan Vtot
0,559
0,038
Valid
V17 dengan Vtot
0,632
0,015
Valid
V18 dengan Vtot
0,683
0,007
Valid
V19 dengan Vtot
0,604
0,022
Valid
V20 dengan Vtot
0,123
0,676
Tidak Valid
Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha .816
N of Items 20
0,532
Kesimpulan
Tidak Valid
75
2. Opini Khalayak Langsung acara musik “Derings” Validitas Presenter : Korelasi antara
Nilai
Probabilitas
Nilai r tabel
Korelasi (Pearson
Korelasi
(n=27,
Corellation)
[sig.(2-tailed)]
α=5%)
V1 dengan Vtot
0,382
0,178
Tidak Valid
V2 dengan Vtot
0,824
0,000
Valid
V3 dengan Vtot
0,794
0,001
Valid
V4 dengan Vtot
0,581
0,029
V5 dengan Vtot
0,790
0,001
V6 dengan Vtot
0,752
0,002
Valid
V7 dengan Vtot
0,638
0,014
Valid
V8 dengan Vtot
0,822
0,000
Valid
0,532
Kesimpulan
Valid Valid
Reliabilitas presenter: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.837
8
Validitas Bintang Tamu : Korelasi antara
Nilai
Probabilitas
Nilai r tabel
Korelasi (Pearson
Korelasi
(n=27,
Corellation)
[sig.(2-tailed)]
α=5%)
V1 dengan Vtot
0,664
0,010
Valid
V2 dengan Vtot
0,792
0,001
Valid
V3 dengan Vtot
0,747
0,002
Valid
V4 dengan Vtot
0,883
0,000
V5 dengan Vtot
0,747
0,002
Valid
V6 dengan Vtot
0,895
0,000
Valid
V7 dengan Vtot
0,758
0,002
Valid
0,532
Kesimpulan
Valid
76
Reliabilitas Bintang Tamu: Cronbach's Alpha
N of Items
.889
7
Validitas Setting Tempat : Korelasi antara
Nilai
Probabilitas
Nilai r tabel
Korelasi (Pearson
Korelasi
(n=27,
Corellation)
[sig.(2-tailed)]
α=5%)
V1 dengan Vtot
0,897
0,000
Valid
V2 dengan Vtot
0,873
0,000
Valid
V3 dengan Vtot
0,945
0,000
V4 dengan Vtot
0,905
0,000
Valid
V5 dengan Vtot
0,811
0,000
Valid
0,532
Kesimpulan
Valid
Reliabilitas Setting Tempat Cronbach's Alpha
N of Items
.928
5
Validitas Penayangan : Korelasi antara
Nilai
Probabilitas
Nilai r tabel
Korelasi (Pearson
Korelasi
(n=27,
Corellation)
[sig.(2-tailed)]
α=5%)
V1 dengan Vtot
0,829
0,000
Valid
V2 dengan Vtot
0,822
0,000
Valid
V3 dengan Vtot
0,819
0,000
V4 dengan Vtot
0,851
0,000
Valid
V5 dengan Vtot
0,602
0,023
Valid
0,532
Kesimpulan
Valid
77
Reliabilitas Penayangan: Cronbach's Alpha .831
N of Items 5
Lampiran 2. Hasil Korelasi antara UsiaCorrelations dan Aspek-aspek Motivasi
Correlation Coefficient 1,000 motivasi ,168 usia informasi Sig. (2-tailed) . ,299 N 40 40 motivasi informasiCorrelation Coefficient ,168 1,000 Sig. (2-tailed) ,299 . N 40 40 motivasi indentitasCorrelation Coefficient -,313 * -,053 pribadi Sig. (2-tailed) ,050 ,747 N 40 40
Spearman's rho usia
motivasi integrasi Correlation Coefficient -,218 dan interaksi sosial Sig. (2-tailed) ,176 N 40 motivasi hiburan Correlation Coefficient . Sig. (2-tailed) . N 40 motivasi ekonomi Correlation Coefficient -,072 Sig. (2-tailed) ,658 N 40
-,037 ,822 40 . . 40 -,053 ,747 40
motivasi motivasi integrasi dan indentitas interaksi motivasi -,313 * -,218 motivasi . -,072 pribadi sosial hiburan ekonomi ,050 ,176 . ,658 40 40 40 40 -,053 -,037 . -,053 ,747 ,822 . ,747 40 40 40 40 1,000 -,037 . -,053 . ,822 . ,747 40
40
40
40
-,037 ,822 40 . . 40 -,053 ,747 40
1,000 . 40 . . 40 -,037 ,822 40
. . 40 . . 40 . . 40
-,037 ,822 40 . . 40 1,000 . 40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 3. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Informasi Crosstab
Count asal etnis
Total
melayu jawa minang sunda betawi batak
motivasi informasi 1 5 rendah tinggi 0 9 0 1 0 13 0 10 1 0 2 38
6 9 1 13 10 1 40
Total
78
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
22,456a Value 10,474
df
,014
5 5
Asymp. ,000 Sig. (2-sided) ,063
1
,905
40
a. 8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05. Symmetric Measures
Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
,600 Value 40
,000 Approx. Sig.
a. b.
Not assuming the null hypothesis. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 4. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Ekonomi Crosstab
Count asal etnis
melayu jawa minang sunda betawi batak
Total
motivasi ekonomi 0 6 rendah tinggi 1 8 1 0 0 13 0 10 0 1 2 38
6 9 1 13 10 1 40
Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
21,287a Value 9,602 ,703
df
5 5
Asymp. ,001 Sig. (2-sided) ,087
1
,402
40
a. 8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05.
79
Symmetric Measures
Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
,589 Value 40
,001 Approx. Sig.
a. b.
Not assuming the null hypothesis. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 5. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Ekonomi Crosstab Count tprst 1 drmn
Total
2
iklan televisi
1
13
14
keluarga
1
0
1
teman
4
21
25
6
34
40
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
sided)
df
Pearson Chi-Square
6.364a
2
.041
Likelihood Ratio
4.628
2
.099
.387
1
.534
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a.
40
4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .15.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.370 40
.041
80
Lampiran 6. Hasil Korelasi antara Asal Etnis dan Motivasi Ekonomi
Crosstab Count tbtm 1 drmn
Total
2
iklan televisi
0
14
14
keluarga
1
0
1
teman
1
24
25
2
38
40
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
sided)
df
19.789a
2
.000
7.484
2
.024
.116
1
.734
40
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .05.
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.575 40
.000