MORFOLOGI TUMBUHAN TEMA 8 Dosen Pengampu : Dr. Siti Ramdiah, M.Pd.
Semester : 2 (Dua) Kelompok 7 : Aulia Mahfuzah
: 306.14.24.018
Muthaharoh
: 306.14.24.009
Yenni Rama Savitri : 306.14.24.012
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI BANJARMASIN 2015
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda rasul Muhammad SAW. Seiring doa mengucapkan Alhamdulilah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami mengenai makalah morfologi tumbuhan mengenai “ALAT PERKEMBANGBIAKAN BUNGA”. Selain itu, kami berterima kasih kepada ibu Dr. Siti Ramdiah, M.Pd yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Kami berharap untuk kedepannya makalah ini dapat bermanfaat. Dan kami mohon maaf apabila ada kekurangan pada makalah ini apabila ada kesalahan dalam penulisan. Dengan itu kami harap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata kami sampaikan terima kasih.
Banjarmasin, 30 April 2015
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu. Tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri. Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan. Morfologi Tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhanpun sudah demikian besar perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar dan morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan. Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbedabeda menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya, warnanya, baunya, ada dan tidaknya madu ataupun zat lain. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka akan dibahas rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagian-bagian bunga 2. Kelamin bunga 3. Simetri pada bunga 4. Letak Daun-daun Dalam Kuncup
BAB II PEMBAHASAN A. Bagian bagian bunga Bunga pada umumnya mempunyai bagian bagian berikut : a. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga. b. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruasruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran. c. Hiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang msih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat ang masih jelas. Biasanya hiasan bung dapat dibedakan dalam dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu llingkaran. Jadi bagian-bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran : 1. Kelopak (kalyx), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, dan sewaktu bunga msih kuncup merupakan selubungnya, yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun kelopak pada bunga dapat berlekatan satu sama lain, dapat pula terpisah-pisah. 2. Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas jumlah daun mahkota (petala), yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak apat berlekatan atau tidak. Pada suatu bunga seringkali tidak kita dapati hiasan bunganya. bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang (flos nudus), misalnya pada patikan (Euphorbia hirta L.), atau hiasan bunga tadi tidak dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, dengan lain perkataan kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya. Hiasan bunga yang demikian sifatnya dinamakan : tenda bunga (perigonium), yang terdiri atas sejumlah daun tenda bunga (tepala), misalnya pada kembang sungsang (Glorisa superb L.), lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.).
d. Alat-alat kelamin jantan (androecium) bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Pada bunga benang-benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran. Bahwasanya bagian ini merupakan penjelmaan daun, masih dapat terlihat misalnya yang mandul berbentuk lembaran-lembaran menyerupai daun-daun mahkota. e. Alat-alat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya disebut putik (pistillum), juga putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas satu daun buah. Kalau ada beberpa daun buah, maka biasanya semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tangkai dan dasar bunganya tidak diperhitungkan), maka bunga dapat dibedakan dalam : 1. Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completusl), yang dapat terdiri atas : 1 lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benang-benang sari dan satu lingkaran daun-daun buah. Bunga yang bagianbagiannya tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan : bersifat tetrasiklik, dan jika bagianbagiannya tersusun dalam 5 lingkaran : pentasiklik. 2. Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletes), jika salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu disebut telanjang (nudus), jika hanya mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan berkelamin tunggal (unisexualis). Bunga yang mempunyai tenda bunga (perigonium), jadi jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun rupanya, seringkali dianggap sebagai bunga yang tidak lengkap pula.
B. Kelamin bunga Seperti telah diuraikan di atas, bunga biasanya mempunyai dua macam alat kelamin dan justru alat-alat itulah yang sesungguhnya merupakan bagian bunga yang terpenting. Karena dengan adanya alat-alat tersebut dapat kemudian dihasilkan alat-alat perkembangbiakan atau calon tumbuhan baru. Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan : a. Bunga banci atau berkelamin dua (hermaphrodites), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun
jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.). Ditunjukkan dengan lambang : b. Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam : 1. Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanppa putik, misalnya bunga jagung yang terdapat dibagian atas tumbuhan. Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan lambang : 2. Bunga betina (flos feminimeus), yaitu bunga yang tidak mempunyai benang sari, melainkan hanya putik saja , misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina ditunjukkan dengan lambang : 3. Bunga mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat baik benang sari maupu putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus anuus L.). Penelitian mengenai jenis kelamin bunga, menunjukkan bahwa satu batang tumbuhan misalnya sebatang tanaman jagung, dapat memperlihatkan dua macam bunga, yaitu bunga jantan yang tersusun sebagai Bulir majemuk pada ujung tanaman dan bunga betina yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat dalam ketiak-ketiak daunnya. Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, orang membedakan tumbuhan yang : a. Berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan), misalnya jagung (Zea mays L.), mentimun (Cucumis sativus L.), jarak (Ricinus communis L.), b. Berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada individu yang hanya mendukung bunga jantan saja, dan ada individu yang hanya mendukung bunga betina saja misalnya salak (Zalacca edulis Reinw.), c. Poligam (polygamus), jika pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci bersama-sama, misalnya pada papaya (Carica papaya L.). Biasanya poligami dimaksud untuk menunjukkan sifat tumbuhan bertalian dengan sifat bunga tadi yang memperlihatkan suatu kombinasi bukan berumah satu dan juga bukan berumah dua. Suatu contoh telah diberikan mengenai hal itu pada tumbuhan papaya. Disamping contoh tersebut masih ada kemungkinan lain mengenai letak bunga pada tumbuhan yang dianggap bersifat poligam. - Gynodioecus: jika pada suatu individu hanya terdapat bunga betina saja, sedang pada individu lain bunga banci. Gejala ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan yang berbunga berbibir (labiatae)
-
Androdioecus: jika pada individu yang satu hanya terdapat bunga jantan saja, sedang pada yang lain terdapat bunga banci, misalnya pada Dryas octopetala. Monoeco-polygamus: jika pada satu individu terdapat bunga jantan, betina dan bunga banci bersama-sama, misalnya pada bunga papaya (Carica papaya L.)
-
Gynomonoecus: jika pada satu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama.
-
Trioecus atau trioeco-polygamus: jika bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci masing-masing terdapat terpisah pada individu yang berlainan.
Pembagian Tempat Antara Bagian Bunga Yang Satu Dengan Bagian Yang lain Dalam uraian pendahuluan mengenai bunga telah diterangkan,bahwa bagian-bagian bunga yang merupakan metamorfosis daun (kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah) dapat kita jumpai dalam susunan yang berbeda-bedab ,yaitu : -
-
Terpencar, tersebar, atau menurut suatu spiral (acylis), misalnya bunga cempaka (Michelia champaca L.) Berkarang, melingkar (cyclis), jika daun-daun kelopak , benang-benang sari , dan daundaun buah , masing-masing tersusun dalam suatu lingkaran , misalnya bunga terung (Solanum melongena L.) , Campuran (hemicylis),yaitu jika bagian-bagian bunga tadi ada yang duduk berkarang,sedang sebagian lain duduk terpencar , misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.)
Dalam hubunganya dengan letak bagian-bagian bunga itu selanjutnya dengan penelitian yang seksama masih dapat ditemukan kenyataan berikut. Jika bagian-bagian bunga tadi duduknya berkarang ,dan setiap lingkaran memuat bagian bunga yang sama jumlahnya, misalnya ada 3 daun kelopak, 3 daun mahkota, 2lingkaran benang sari yang masing-masing memuat 3 benang sari ,dan 3 daun buah. Maka letak bagianbagian tadi pada bunga dapat : a. Berseling (alternatio), yaitu jika bagian-bagian suatu lingkaran terletak di antara dua bagian lingkaran dibawahnya atau diatasnya. b. Berhadapan atau tumpang tindih (superpositio). Jika masing-masing bagian dalam setiap lingkaran berhadapan satu sama lain .
C. Simetri Pada Bunga Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tubuh. Tumbuhan (batang, daun, maupun bunga),jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian. Sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi. Jadi, seandainya bidang itu kita jadikan tempat untuk melipat. Maka benda tadi dapat dijadikan suatu benda yang setangkup atau simetris. Dapat pula dikatakan demikian : bidang pemisah tadi dianggap merupakan sebuah cermin datar dan bagian yang satu merupakan bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang yang dapat dibuat untuk memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain merupakan bayangannya dalam cermin datar tadi, dinamakan bidang simetri. Bunga sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat tersebut di atas, dan bertalian dengan simetri itu dapat dibedakan bunga yang : a. Simetris atau tidak simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetri dengan jalan apapun juga,misalnya bunga tasbih (Canna hybrid Hort.) b. Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup . Sifat ini biasanya ditunjukkan dengan lambang (anak panah) Bergantung pada letaknya bidang simetri , bunga yang setangkup tunggal dapat dibedakan lagi dalam 3 macam : 1. Setangkup tegak , jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang median , misalnya buga telang (Clitoria ternatea L.) 2. Setangkup mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bidang median, dan tegak lurus pula pada arah vertical,misalnya bunga Corydalis. 3. Setangkup miring , jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar ) dari 90 derajat, misalnya bunga Kecubung (Datura metel L.) c. Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris), dapat pula dikatakan setangkup ganda, yait bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut ua bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain ,misalnya bunga Lobak (Raphanus sativus L.) dan bunga tumbuhan lain yang sesuku (Cruciferace). d. Beraturan atau bersimetri banyak (polysimetris,regularis,atau actinomorphus), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.). Bunga yang beraturan seringkali ditunjukkan dengan lambang * (bintang).
D. Letak Daun-daun Dalam Kuncup Baik dalam kuncup daun maupun dalam kuncup bunga, bagian-bagiannya yang berupa daundaun itu terletak sedemikian rupa, hingga bagian tumbuhan yang bersangkutan dapat dijadikan tanda pengenal. Mengenai keadaan daun daun akan kuncup itu dapat dibedakan dua hal yaitu : A. Pelipatan Daun daun itu dalam kuncup (vernatio) B. Letak daun daun dalam kuncup terhadap daun daun lainnya (aestivatio) Berikut akan diuraikan bagaimana keadaan bagian bagian bunga , khususnya mengenai kelopak dan mahkota nya, sewaktu bunga dalam masihkeadaan kuncup . a. Pelipatan (vernatio) daun daun kelopak dan mahkota Pada bunga yang masih kuncup keadaan daun daun kelopak dan mahkota terdapat macammacam pelipatan dapat disebut : 1. Rata (vernatio plana), jika daun daun dalam kuncup tidak memperlihatkan suatu lipatan, tetapi rata 2. Terlipat kedalam sepanjang ibu tulang nya (Terlipat kearah adaxial), (vernatio conduplicata atau vernatio duplicate) 3. Terlipat sepanjang tulang tulang cabangnya (vernatio Plicata) 4. Terlipat tidak beraturan (vernatio corrugativa) 5. Tergulung kedalam menurut proses bujur (vernatio involuta) 6. Tergulung keluar menurut proses bujur (vernatio Revoluta) 7. Tergulung kesatu arah menurut proses bujur (vernatio Convoluta) 8. Tergulung kedalam menurut proses lintang (vernatio circinatim involuta) 9. Tergulung keluar menurut proses lintang (vernatio circinatim revolute) 10. Terlipat kebawah dan kedalam (vernatio inclinata) 11. Terlipat menurut proses lintang keluar (vernatio reclinata) b. Letak daun daun kelopak dan mahkota terhadap sesamanya (aestivatio) Mengenai hal ini pun ada bermacam-macam susunan,diantaranya yang serig kita jumpai ialah : 1. Terbuka (aperta), jika tepi daun daun kelopak atau mahkota tidak bersentuhan sama sekali satu sama lain . 2. Berkatup (valvata), jika tepi daun daun kelopak atau mahkota saling bertemu (bersentuhan) tetapi tidak berlekatan 3. Berkatup dengan tepi melipat ke dalam (induplicativa) 4. Berkatup dengan tepinya melipat keluar (reduplicativa)
5. Menyirap, tapi saling menutupi seperti susunan genting atau sirap (imbricata). Susunan daun daun kelopak atau daun daun mahkota yang saling menutupi ini dapat lagi dibedakan dalam : a. Yang terpuntir ke satu arah (convolute atau contorta), yaitu jika letak daun daun kelopak atau mahkota seakan akan terpuntir, yang menurut arah putarnya dapat dibedakan lagi dalam : - Terpuntir ke kiri (sinistrosum contortus), jika arah putaran sesuai dengan arah jarum jam, sehingga tapi yang sebelah kiri yang selau di bagian atas menutupi tepi kanan sesamanya - Terpuntir ke kanan (Dextrorsum contortus), jika arah putaran sesuai dengan arah putaran jarum jam, sehingga dengan demikian tepi kananlah yang selalu di bagian atas menutupi tepi kiri sesamanya Jika arah putaran sesuai dengan arah putaran daun (mengikuti spiral genetik), disebut: autotrop, jika tidak dinamakan: heterotrop. b. mengikuti rumus 2/5 (quincuncialis), jika arah putaran tadi menyebabkan letak daun daun kelopak atau mahkota seperti duduk daun yang mengikuti Rumus 2/5. Dalam hal ini biasanya lalu terdapat dua daun sama sekali diluar (no. 1 dan 2), dua daun sama sekali di dalam (4 dan 5), dan satu daun yang tepinya satu di sebelah luar dan tepi lainnya di sebelah dalam. c. Kohlearis (cochlearis), mengikuti garis spiral pada rumah siput, jika pada bunga dengan 5 daun kelopak atau lima daun tajuk: 1 daun sama sekali di luar, 1 daun sama sekali di dalam, sedang yang 3 lainnya tepi yang satu di luar dan tepi yang lainnya di dalam. Susunan yang kohleat ini dapat dibedakan lagi dalam: - Kohlearis visinal atau kohlearis berdekatan (cochlearis paratact), jika daun yang sama sekali di dalam letaknya lansung berbatasan dengan daun yang sama sekali di luar - Kohlearis distal atau kohlearis berjauhan (cochlearis apotact), jika daun yang sama sekali diluar dan yang sama sekali di dalam tidak langsung berbatasan, tetapi diantaranya di dalam. Seterusnya mengenai susunan kohlearis ini dapat di sebut lagi perbedaan menurut letak daun yang paling luar terhadap sumbu pokok, yaitu: -
Kohlearis turun, jika daun yang paling luar letaknya dekat dengan sumbu pokok (adaxial) Kohlearis naik, jika yang paling dekat dengan sumbu pokok daun yang paling dalam, sedangkan daun yang paling luar menjauhi sumbu pokoknya (abaxial).
Susunan daun daun kelopak dan daun daun mahkota dengan tepi yang saling menutupi dapat di bedakan lagi menurut asli atau tidaknya susunan yang demikian tadi. Dalam hubungan ini orang lalu membedakan: a. Susunan yang etop (eutopus), artinya:letak daun daun kelopak/mahkota yang saling menutupi itu memang sesuai dengan urut-urutan pembentukannya, jadi sifat itu merupakan sifat yang asli b. Susunan yang metatop (mentatopus), jika letak daun daun kelopak/mahkota yang saling menutupi itu merupakan akibat adanya perubahan perubahan pada susunan yang asli. Susunan yang etop masih banyak dijumpai pada susunan daun daun kelopak, sedang pada daun daun mahkota kemungkinan letak yang metatop lebih besar, karena menurut urutannya mahkota tersebut lebih kemudian, sehingga letaknya dipengaruhi oleh bagian-bagian bunga yang sudah ada (terbentuk lebih dahulu). Contoh Bunga : Contoh Bunga Cempaka
Contoh Bunga Matahari
Contoh Bunga Lobak
Contoh Bunga Corydalis
Contoh Bunga Telang
Contoh Bunga Sirsat
Contoh Bunga Terung
Contoh Bunga Kecubung
Contoh Bunga Jarak
Contoh Bunga Lilia Gereja
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bunga memiliki bagian-bagian yaitu: Tangkai bunga, Dasar bunga, Hiasan bunga yang tardiri dari kelopak dan mahkota bunga Alat kelamin jantan dan betina yang berupa putik dan benang sari. Bunga dapat digolongkan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. bunga dikatakan lengkap apabila memiliki semua bagian-bagian bunga, namun bunga tak lengkap tidak memiliki salah satu dari bagian bunga. 2. Kelamin bunga terbagi menjadi : Bunga banci atau berkelamin dua Bunga berkelamin tunggal : a. Bunga jantan b. Bunga betina c. Bunga mandul atau tidak berkelamin 3. Simetri pada bunga dapat dibedakan menjadi : a. Simetris atau tidak simetris b. Setangkup tunggal c. Setangkup menurut dua bidang d. Beraturan atau bersimetri banyak 4. Letak daun-daun dalam kuncup Mengenai keadaan daun daun akam kuncup itu dapat dibedakan dua hal yaitu : Pelipatan Daun daun itu dalam kuncup (vernatio) Letak daun daun dalam kuncup terhadap daun daun lainnya (aestivatio)