MODUL
PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN (IPS)
Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama
Pusbindiklat Peneliti
+ Kunci Jawaban
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2017 C
Pusbindiklat Peneliti-LIPI
DAFTAR ISI PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN Konsep Proposal dan Rancangan Penelitian Pengertian dan Cakupannya Aspek-aspek Penting Proposal dan Rancangan Penelitian
3 3 6
Kriteria dan Formulasi Proposal dan Rancangan Penelitian Paradigma Penelitian Kriteria Proposal
8 8 9
State of The Art
11
Formulasi Proposal dan Rancangan Penelitian Bagian-bagian Utama Proposal dan Rancangan Penelitian
13 14
Strategi dan Teknik Penulisan Proposal dan Rancangan Penelitian Beberapa Faktor Penolakan Proposal Penelitian Faktor Perhatian dalam Penyusunan Proposal Strategi Penulisan Proposal dalam Berbagai Tahapan
27 27 28 28
Berpikir Kritis (critical thingking) dan Teknik Pemecahan Masalah (problem solving) Kritisisme: Modal Dasar Kehidupan Akademik Analisa
37
Teknik Merumuskan Permasalahan/Pertanyaan Penelitian Pengertian Permasalahan dan Rumusan Masalah Konsep Pertanyaan Penelitian Identifikasi Masalah
43 43 43 44
Menentukan Objek, Data, Teknik, Metode dan Pelibatan Personil dalam Penelitian Penentuan Obyek dan Data Teknik Metode Pelibatan Personil
47
Pengelolaan Pendanaan Penelitian (Rencana Anggaran Biaya/RAB) Rencana Anggaran Biaya: Penghubung antara Substansi dan Teknis Penelitian
52 52
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |1
37 38
47 49 50
Tujuh Hal Perhatian Penyusunan RAB Penyesuaian RAB dengan Skema-skema Pembiayaan Tawar Menawar dalam Usulan RAB
52 55 61
Menyusun Mini Proposal dan Rancangan Penelitian
62
DAFTAR PUSTAKA
64
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |2
Konsep Proposal dan Rancangan Penelitian Indikator keberhasilan Peserta dapat memahami tujuan penyusunan sebuah proposal penelitian, sehingga mampu membahasakan latar belakang masalah, tujuan, hipotesis, metode penelitian, dan hasil penelitian yang diharapkan dalam sebuah usulan yang menarik dan layak didanai. Peserta dapat menuangkan ide substansi proposal penelitian ke dalam rancangan penelitian yang berisi desain operasional teknis dari pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. PENGERTIAN DAN CAKUPANNYA Kegiatan penelitian akan dimulai dari serangkaian ide yang dituangkan dalam proposal penelitian, dan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan penelitian untuk kepentingan teknis dalam pelaksanaan kegiatannya. Dalam bahasa sederhananya, proposal dimaksudkan untuk kepentingan “memamerkan ide”, dan rancangan penelitian dimaksudkan untuk “pegangan operasional” dari serangkaian rencana yang akan dilakukan dalam proses penelitiannya. Gambar 1 memperlihatkan kegiatan penelitian adalah suatu proses yang terbagi ke dua tahapan, yaitu pembuatan proposal dan rancangan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Gambar 1 juga memperlihatkan suatu proposal yang baik perlu didukung oleh kerangka konsep atau teori yang akan menuntun jalannya suatu proses penelitian. Proposal dan rancangan penelitian bermakna “usulan” suatu kegiatan di bidang penelitian. Penyusunan proposal dan rancangan berarti menunjukkan suatu upaya menyusun usulan atau rencana penelitian yang diajukan kepada suatu pihak untuk mendapatkan persetujuan dan pendanaan sebelum pelaksanaan kegiatannya. Proposal selalu bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu rencana kegiatan secara lengkap, jelas, singkat, dan mudah dimengerti, sehingga ia menjadi dokumen yang menjadi pertimbangan penting bagi pihak pemberi persetujuan dan pendanaannya. Isi proposal dapat berupa rancangan kegiatan penelitian, dana, pelaksana, dan sebagainya. Hal yang penting diketahui, ilmu sosial memiliki pandangan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan alam, dalam mendefinisikan proposal dan rancangan penelitian. Dalam ilmu sosial, rancangan penelitian (riset desain) merupakan extensi dari proposal yang sudah dilengkapi dengan instrumen penelitian secara lengkap. Dengan demikian, rancangan penelitian, menunjuk pada suatu panduan yang sudah siap untuk dikerjakan atau dilaksanakan. Dalam ilmu alam, proposal biasanya dilengkapi acuan kerja (ToR) atau kerangka acuan kerja (KAK). Artinya, proposal sudah berisikan detail informasi atau blueprint dari suatu rencana penelitian.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |3
Gambar 1. Penelitian Sebagai Suatu Proses
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan beberapa kementerian lain, memiliki teknik yang berbeda terkait dengan kegiatan awal persiapan penelitian, khususnya untuk kegiatan penelitian unggulan. Istilah acuan kerja (terms of reference/TOR), berisikan beberapa komponen penting seperti: abstrak, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, hipotesis, tahapan, sasaran, keluaran, metodologi, informasi terkait personil pelaksana kegiatan, lokasi penelitian, jadwal kegiatan, rincian kebutuhan anggaran, dan peralatan. Dokumen lain yang juga biasa disiapkan bersama acuan kerja yaitu, dokumen rencana pelaksanaan kegiatan (DRPK). Secara substansi acuan kerja dan DRPK, tidak berbeda, namun dalam DRPK ada beberapa hal tambahan yang perlu dijelaskan seperti: konteks penelitian dengan agenda penelitian LIPI, kendala internal dan eksternal dari penelitian, dampak dan manfaat kegaitan, keluaran yang diharapkan, serta monitoring dan sistem evaluasi kegiatan. Di samping dokumen-dokumen tersebut, tahap awal penelitian biasanya dimulai dengan inisiasi peneliti untuk membuat idea concept paper (ICP) dan matrik kerangka kerja logis (MKKL). Gambar 2 memberikan informasi bagaimana tahapan perkembangan dokomen yang perlu disiapkan dalam suatu kegiatan penelitian. Namun demikian, dokumen-dokumen tersebut, tidak akan dibahas mendalam dalam modul ini. Modul ini fokus pada pembahasan proposal dan rancangan penelitian.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |4
Gambar 2. Rangkaian Usulan Dokumen Ilmiah
Proposal dan rancangan penelitian yang baik setidaknya mengemukakan dua hal pokok, yaitu (i) masalah yang akan diteliti, dan (ii) metodologi penelitian. Proposal dan rancangan penelitian untuk keperluan memperoleh dana dari pihak-pihak tertentu (lembaga pemerintah, lembaga donor, pihak swasta dan implementing partner) sedikit berbeda dengan penelitian untuk keperluan penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Perbedaan ini terletak dari ada atau tidak adanya rincian dana yang diperlukan dan sumber dana untuk penelitian yang diusulkan. Proposal untuk keperluan studi memenuhi persyaratan akademis dan tidak memuat rincian pembiayaan. Sementara proposal yang diajukan untuk keperluan suatu kegiatan penelitian non-studi, baik dalam pengembangan ilmu ataupun terapan akan menggunakan rincian dana. Perbedaan lain, proposal dan rancangan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif juga berbeda dengan penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Hal ini terkait dengan format metode yang memerlukan keterangan mengenai variabel dan indikatornya. Demikian juga format proposal dan rancangan penelitian untuk penelitian eksperimen dapat berbeda dengan penelitian survei. Perbedaan itu sebenarnya hanya terletak pada persoalan metode dan instrumen penelitiannya. Pada bagian-bagian lain tidak akan terlalu berbeda, kecuali persoalan subject matter yang disesuaikan dengan disiplin keilmuannya. Format proposal dan rancangan penelitian yang digunakan organisasi profesi juga berbeda antara satu dan lainnya. The Association for Educational; Communication and Technology menyepakati format Proposal Penelitian (AECT, 1995), yang berbeda dengan American Pscychological Association (APA), atau dengan Modern Language Association (MLA). Di Indonesia, format proposal dan rancangan penelitian yang digunakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi melalui program insentif riset nasional (Sinas Ristek), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Riset Pro (Rispro), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |5
Indonesia melalui program Kompetitif atau Unggulan, dan lainnya juga sering berbeda. ASPEK-ASPEK PENTING PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN Proposal dan rancangan penelitian adalah (i) dokumen tertulis yang menjadi alat komunikasi kepada penyandang dana tentang rencana atau strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Selain itu, proposal juga menjadi (ii) indikator kompetensi dan kepakaran dari pengusul; serta (iii) alat perencanaan dan evaluasi. Proposal dan rancangan penelitian yang disusun dengan baik (jelas, fokus, dan detil/terperinci) merupakan kunci keberhasilan suatu penelitian. Penyusunan proposal dan rancangan penelitian perlu dilakukan sematang mungkin. Hal ini dilakukan untuk memenangkan usulan kegiatannya dalam berbagai kompetisi pendanaan penelitian. Proposal Penelitian yang baik disusun secara sistematis, berdasarkan konsep ilmiah, terencana, serta menggunakan bahasa baku dengan kalimat yang ringkas, baik, dan benar. Secara umum, proposal penelitian harus dapat menjelaskan apa yang ingin dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Perhatikan pula beberapa kriteria umum yang menjadi penilaian terpenting dari sebuah proposal, yaitu: 1. Proposal dapat mengatasi permasalahan yang dirumuskan; 2. Permasalahan yang akan dicari solusinya sangat penting dan menunjukkan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, masyakarat, dan pemerintah; 3. Dana yang diusulkan benar-benar diperlukan untuk memecahkan permasalahan; 4. Proposal yang diajukan merupakan penelitian yang memiliki nilai kebaruan. Nilai kebaruan bisa diartikan dalam konteks kontribusi terhadap pengembangan ilmu, kontribusi terhadap perbaikan atau usulan kebijakan, dan kontribusi terhadap teknik atau pendekatan baru dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan demikian, proposal dan rancangan penelitian, selain untuk mengenalkan dan mentransferkan rasa penasaran dan rasa ingin tahu tentang persoalan tertentu kepada orang lain, juga menjadi semacam pedoman penting “menyelesaikan” masalah penelitian yang diajukan. RINGKASAN Penting bagi peneliti untuk memahami berbagai perbedaan terminologi seputar dokumen awal yang harus disiapkan sebelum memulai suatu penelitian. Ada dua hal pokok yang mendasari proposal dan rancangan penelitian, yaitu (1) masalah yang akan diteliti, dan (2) metodologi penelitian. Kedua hal tersebut merupakan hal penting untuk mengevaluasi kelayakan suatu proposal. Struktur proposal dan rancangan penelitian dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (i) pendahuluan, (ii) metode dan (iii) target capaian.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |6
LATIHAN 1. Diskusikan dengan teman sebelah anda, usulan dokumen apa yang biasanya banyak didiskusikan dalam tahapan awal perencanaan kegiatan penelitian? 2. Jelaskan apa yang ada ketahui tentang proposal dan apa perbedaannya dengan rancangan penelitian? JAWABAN 1. Usulan dokumen yang banyak diceritakan dalam tahapan awal penyusunan rencana penelitian yaitu: Idea Concept Paper (ICP), Acuan kerja (ToR)/kerangka acuan kerja, MKKL, Proposal, dan Rancangan Penelitian. 2. Proposal adalah dokumen rancangan penelitian yang disiapkan untuk menyakinkan donor atau pihak penyandang dana, bahwa studi atau penelitian bernilai untuk dilakukan. Proposal Penelitian yang baik disusun secara sistematis, berdasarkan konsep ilmiah, terencana, serta menggunakan bahasa baku dengan kalimat yang ringkas, baik, dan benar. Sementara itu, rancanangan penelitian dalam penelitian sosial merupakan ekstensi dari proposal yang telah berisikan instrumen penelitian yang komprehensif. Dengan demikian, rancangan penelitian merupakan dokumen yang sudah siap untuk diimplementasikan.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |7
Kriteria dan Formulasi Proposal dan Rancangan Penelitian Indikator Keberhasilan Peserta mampu memahami kriteria dalam menyusun proposal dan rancangan penelitian. Peserta mampu memposisikan kekuatan pembeda dari proposal yang disiapkan dengan studi-studi sebelumnya. Peserta diharapkan dapat memiliki rujukan tentang kriteria proposal yang menjadi bahan evaluasi seleksi. Peserta dapat memahami berbagai ketentuan yang ada dalam proses penulisan proposal dan rancangan penelitian, sehingga proposal yang disusunnya dapat memiliki tingkat akademik yang tinggi dan bisa mendapatkan dukungan dari pihak pemberi dana penelitian. PARADIGMA PENELITIAN Latar belakang pendidikan peneliti akan menentukan bagaimana arah suatu proposal akan bergerak. Namun demikian, perbedaan keduanya bukanlah hal yang perlu dipertentangkan. Paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat bergerak secara bersamaan untuk memecahkan masalah yang sama. Keduanya bisa saling melengkapi dan menyempurnakan. Tabel 1 Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Paradigma Penelitian
Maksud/Tujuan
Contoh
Kualitatif
Memahami Menjelaskan Menggambarkan Mengembangkan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti faktor afektif, sosial dan pendidikan yang mungkin memengaruhi perkembangan ketidakmampuan membaca empat orang dewasa. Studi ini juga mencari penjeleasan mengapa ketidakmampuan membaca siswa tetap ada meski belajar bertahun-tahun. Ini bukan merupakan studi intervensi dan, meskipun kemampuan membaca sejumlah siswa sudah meningkat, peningkatan kemampuan membaca bukanlah fokus penelitian.
Kuantitatif
Sangat berbeda dari kualitatif, maksud/tujuan menunjukkan variabel yang akan diuji
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara karakteristik pribadi dan motivasi kerja para pendidik bersertifikat yang mengajar di lembaga-lembaga rehabilitasi orang dewasa di Amerika Serikat yang sudah dipilih (Dapat merujuk pada bahan berikut: https://cals. arizona.edu/classes/aed615/documents/Chapter_One_of_your_thesis.PDF) Maksud survei……. adalah……(untuk)…………… Contoh: Maksud survei ketahanan rumah tangga miskin terhadap perubahan harga bahan pokok adalah untuk menguji hubungan antara program bantuan pemerintah yang diberikan kepada orang miskin dengan tingkat kesejahteraan orang miskin.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |8
KRITERIA PROPOSAL Krug (1967) mengatakan proposal adalah rencana aksi yang terorganisir, yang dipresentasikan atau diberikan kepada suatu organisasi untuk dapat diterima, dan jika tidak, tentu ditolak. Dengan demikian proposal akan melalui suatu proses review dan jika berhasil akan mendapatkan pendanaan. Dalam proses seleksi proposal untuk diterima atau ditolak, reviewer memiliki beberapa kriteria. Cavers (1970) mengatakan dasar penilaian suatu proposal tidak hanya pada kualitas proposal, namun juga dalam konteks perbandingan suatu proposal dengan proposal lainnya dalam kondisi aggaran yang sudah tertentu. Cavers (1970) menyebutkan donor biasanya menimbang tiga kriteria berikut sebelum mendanai suatu proposal yaitu: (i) social significant, (ii) practical significant, dan (iii) theoretical significant. Dalam terminologi lain yang tidak jauh berbeda, ketiga kriteria tersebut, bisa disebut juga sebagai (i) science for science, (ii) science for stakeholders, and (iii) science for community. Tentu saja, menonjolkan ketiga kriteria tersebut bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika sumber daya yang tersedia, belum memungkinkan ketiganya dapat dicapai secara berimbang. Namun demikian, hal yang perlu dicermati yaitu arah atau kontribusi apa yang diharapkan dari penyandang dana terhadap ketiga kriteria tersebut. Aspek substansi proposal mendapat perhatian paling penting dalam proses seleksi proposal. Salah satu penanda yang paling penting yaitu, bagaimana peneliti dalam merumuskan pertanyaan penelitian. Paling tidak ada empat pertanyaan yang perlu dipikirkan secara baik dalam merumuskan suatu rancangan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: 1. Apa tujuan dari penelitian ini? 2. Hal apa yang akan dicapai atau diketahui? 3. Bagaimana cara melakukannya? 4. Pelajaran apa yang didapat dan mengapa bernilai untuk melakukan studi ini? Hal penting lain yang perlu diperhatikan yaitu menentukan tujuan penelitian. Tujuan penelitian berisikan atau mendeskripsikan ekspektasi peneliti akan hasil yang hendak dicapai (www.soas.ac.uk). Tujuan penelitian biasanya disampaikan dalam bentuk komunikasi yang mudah dipahami oleh masyarakat pada umumnya (lay terms). Tentu saja tujuan penelitian juga harus menunjukkan harapan yang diinginkan dari penyandang dana atau mitra penelitian (client). Tujuan penelitian dapat terhubung secara langsung pada hipotesis yang akan diuji atau dapat juga berupa suatu penyataan atas tujuan yang tidak memiliki hipotesis. Terkadang untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan tujuan antara (intermediate goal). Tujuan antara merupakan alat kendali atau kontrol untuk melihat apakah tujuan akhir dapat tercapai. Misalkan, jika tujuan penelitian adalah
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |9
untuk membuat mobil listrik, maka membuat baterai kendaraan merupakan tujuan antara yang perlu dicapai. Dalam pertanyaan penelitian, penting juga untuk menyampaikan bagaimana cara yang akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan. Dengan kata lain, metode apa yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian secara tepat, efektif, dan efisien. Dengan mempertimbangkan, kondisi sumber daya yang terbatas khususnya finansial dan personil penelitian, maka penting untuk disampaikan bahwa studi ini sangat bernilai untuk dilakukan. Output dan dampak studi perlu untuk disampaikan untuk menunjukkan bahwa studi ini sangat berguna untuk dilakukan. Lebih jauh output, outcome, dan dampak, kerap kali dipandang sebagai hal yang sama, padahal ketiganya memiliki perbedaan. Output biasanya dikaitkan dengan luaran yang bisa dihitung secara cepat atau langsung. Misalkan ketika diselenggarakan kegiatan pelatihan instalasi pembangkitan dan pengelolaan listrik berbasis energi terbarukan, maka output dapat dilihat dari jumlah sistem yang bisa dipasang, jumlah partisipan, dan jumlah pelatihan yang dapat dilakukan. Sementara itu, outcome jangka pendek atau menengah, biasanya diukur dalam bentuk persentase warga yang mendapatkan akses listrik, tingkat kemampuan membeli listrik, efisiensi operasi, dan kinerja keuangan pengelolaan. Dalam jangka waktu yang lebih panjang outcome dapat diukur dari jumlah aktivitas baru yang tercipta, perubahan produktivitas, kenaikan jumlah waktu belajar, akses terhadap informasi, kunjungan ke rumah sakit, dan seterusnya. Akhirnya, dampak dapat dilihat dari indikator agregat seperti pendapatan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Tentu saja penyandang dana ataupun penilai proposal, sangat berkepentingan untuk mengevaluasi proposal yang disampaikan dengan kriteria tertentu. Para evaluator, biasanya pihak yang memahami akan konteks studi yang dilakukan dan mereka memiliki banyak pengalaman pada bidang tersebut. Dengan demikian, evaluator juga akan mempertimbangkan empat aspek berikut ini, yaitu: 1. Apakah proposal penelitian ‘feasible’ dan ‘doable’? 2. Apakah berharga untuk melakukannya? 3. Apakah saya/peneliti dapat melakukannya? 4. Apakah ini akan menghasilkan tesis yang berharga? Keempat pertanyaan tersebut, biasanya diberikan dalam proses seleksi proposal. Hal penting yang perlu menjadi catatan, yaitu istilah ‘feasible’ dan ‘doable’. Tentu saja banyak pertanyaan menarik yang perlu diteliti, namun terkadang untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut diperlukan upaya yang besar untuk mengerjakannya terutama dalam konteks waktu pengerjaan yang panjang serta dana penelitian yang besar. Dengan demikian, dalam konteks
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |10
‘feasible’ dan ‘doable’, penting untuk mempertimbangkan segala keterbatasan yang dimiliki khususnya terkait dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki. Setelah aspek substansi disampaikan secara baik, maka sisi teknis juga penting untuk diperhatikan. Secara teknis Krug (1967) menyebutkan lima (5) poin yang penting diperhatikan yaitu: (i) akurasi, (ii) ringkas namun informatif, (iii) jelas, (iv) detail, dan (iv) tata bahasa yang baik. Salah satu sumber pendanaan riset yang dapat dimanfaatkan bersumber dari Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI). DIPI adalah lembaga otonom yang berada di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Dalam skema Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia, beberapa kriteria berikut menjadi kriteria penting dalam proses seleksi proposal atau yang diistilahkan sebagai scientific merit criterias (diambil dari Grant Manual DIPI version 1.0 April 22, 2016): 1. Secara keilmuan relevan. Fokus pada upaya mengisi kekosongan pengetahuan (gaps in knowledge) 2. Dampak yang besar. Fokus pada kemanfaatan riset untuk ilmu pengetahuan, pemangku kepentingan dan masyarkat. 3. Kualifikasi investigasi. Latar belakang peneliti harus menyakinkan untuk melakukan penelitian yang dimaksud. 4. Keberlanjutan. Terkait pada kemanfaatan keilmuan dari studi yang dilakukan. Kemandirian untuk mendapatkan pendanaan. 5. Pendekatan yang inovatif. Menggunakan pendekatan terbaru (novelty) dalam menguji hipotesis atau kesenjangan ilmu yang ada (knowledge gaps) Jika proposal diartikan sebagai bentuk rencana aksi, maka rancangan penelitian (research design), akan menjadi penuntun untuk memastikan data dan informasi yang telah dikumpulkan dapat diolah secara baik untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara yang paling jelas (www.nyu.ed/classes). Dengan demikian, secara praktis rancangan penelitian adalah bentuk ekstensi dari proposal, namun dengan penekanan dari sisi metode penelitian yang jauh lebih rinci. Rancangan penelitian akan termanifestasikan dalam bentuk rencana kerja yang bertitik tolak pada isu sampel penelitian, metode pengumpulan data, serta rancangan pertanyaan penelitian atau instrument penelitian. Rancangan penelitian, dapat diupayakan dalam bentuk-bentuk paling sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Rancangan penelitian yang dimaksud, yaitu: rancangan penelitian eksperiment, disain longitudinal, disain cross section, dan disain studi kasus (De Vaus, 2001). STATE OF THE ART Selain memperhatikan kriteria di atas, salah satu faktor penting dalam penilaian Proposal Penelitian adalah faktor kebaruan dan keunikan. Secara umum, state of the art, memiliki empat hal penting. Pertama, peneliti sangat memahami perkembangan terkini tentang topik yang diteliti tidak hanya dalam lingkup nasional, namun juga internasional. Kedua, peneliti mampu menentuModul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |11
kan arena atau celah dimana ia dapat memberikan kontribusi. Ketiga, peneliti mampu menunjukkan hal baru (novelty) yang akan disumbangkan. Melalui bukti kebaruan dengan cara membandingkan penelitian yang telah dilakukan termasuk di dalamnya metode metode pendekatan yang digunakan serta hasil yang diperoleh. Dengan pembuktian ini akan jelas terlihat bahwa penelitian yang dilakukan menggambarkan kebaruan. Keempat, terhindar jauh dari duplikasi dan replikasi yang dapat digolongkan ke dalam plagiarism. Sikap demikian, tidak dapat dibenarkan dan tidak akan memberikan kontribusi kepada pengembangan ilmu pengetahuan. Sekiranya terdapat kemiripan dengan penelitian terdahulu, maka argumentasi yang memadai perlu disampaikan, sehingga kebaruan yang diklaim dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa penelitian yang diajukan bukan merupakan duplikasi atau jiplakan dari penelitian lain.Jika dianggap perlu, penyandang dana dapat meminta Surat Pernyataan Keaslian Kegiatan. Untuk mencapai kondisi state of the art yang terbaik, maka peneliti perlu banyak membaca jurnal.
RANGKUMAN Bagian ini telah membangun pemahaman kepada peserta diklat tentang apa itu proposal, serta apa kriteria yang perlu dimiliki oleh suatu proposal. Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang perlu ada dalam suatu proposal secara cermat penting untuk diperhatikan. Sistematika umum penulisan proposal dan rancangan penelitian telah disampaikan. Demikian juga kriteria kualifikasi seleksi proposal DIPI. Akhirnya, melakukan penguatan ataupun penambahan informasi dalam hal metode penelitian merupakan bentuk transformasi dari proposal menjadi suatu rancangan penelitian. LATIHAN 1. Keterlibatan peneliti pertama dalam penyusunan proposal dan rancangan penelitian, biasanya belum terlalu intensif. Namun, dukungan dari peneliti pertama sangat penting untuk membuat proposal agar menjadi lebih berkualitas. Peneliti pertama dapat melakukan pemeriksaan atas tiga kriteria berikut yaitu: social significant, practical significant, dan theoretical significant. Diskusikan bersama teman di sebelah ada, akan maksud dari ketiga kriteria tersebut? 2. Dalam penelitian yang dirancang dalam konteks penelitian eksperimen, apa yang saudara dapat jelaskan tentang rancangan penelitian eksperimen? KUNCI JAWABAN PERTANYAAN 1 1. Social significant: Menggarisbawahi akan manfaat penelitian bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini karena penelitian dapat memecahkan permasalahan yang ada.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |12
2. Practical significant: menawarkan pendekatan baru (atau pengetahuan baru) dalam memecahkan permasalahan. Dengan demikian, identifikasi atas penerima manfaat dari studi perlu direncanakan. 3. Theoretical significant: memperhatikan kontribusi teoritis dari studi yang dilakukan. KUNCI JAWABAN PERTANYAAN 2 Penelitian dalam rancangan eksperimen, makin mendapat perhatian besar. Penelitian dalam rancangan eksperimen biasanya direncanakan untuk mengukur dampak atas suatu kebijakan. Rancangan penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mendapatkan besaran dampak yang lebih menyakinkan dari suatu intervensi kebijakan atas kelompok treatment dengan komparasi kelompok kontrol. FORMULASI PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN Suatu proposal penelitian pada hakikatnya mengandung dua unsur utama, yaitu (1) masalah dan (2) metodologi. Pengembangan kedua unsur tersebut dalam proposal penelitian dapat berbeda, dan akan semakin rinci ketika ia dituangkan ke dalam rancangan penelitian. Kelayakan suatu proposal penelitian dapat dilihat sejauhmana kejelasan kedua unsurnya diuraikan. Masalah penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui, dipecahkan atau diatasi oleh peneliti melalui prosedur ilmiah. Masalah penelitian perlu dirumuskan secara jelas dan operasional. Agar menjadi jelas kedudukan dan pentingnya masalah itu, maka di dalam proposal perlu diberikan (i) latar belakang yang mencakup informasi pendahuluan tentang situasi tempat dan waktu, serta (ii) kerangka berpikir untuk mengidentifikasi dan menjawab masalah yang ada. Latar belakang ini berupaya memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai kesenjangan yang terjadi dan yang mungkin terjadi beserta akibatnya kalau masalah itu tidak dikatahui dan diatasi. Identifikasi masalah menjadi sangat penting dalam sebuah usulan penelitian. Kejelasan masalah yang diajukan juga akan membantu peneliti untuk memilih dan menentukan metodologi penelitian yang tepat. Metodologi penelitian, ialah ilmu tentang kerangka berpikir dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Juga dimengerti ilmu tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Metodologi penelitian menawarkan berbagai metode dalam melakukan suatu penelitian, sehingga peneliti perlu memilih metode yang tepat dalam arti efektif dan efisien untuk mencapai tujuan penelitiannya. Acuan utama pemilihan metode penelitian adalah kemampuannya untuk menjawab masalah penelitian. Artinya, penentuan metode penelitian baru dilakukan setelah rumusan masalah penelitian telah jelas. Jika di dalam proposal, metode penelitian hanya menyebutkan poin-poin penting dari metode penelitiannya, maka di rancangan penelitian, penjabaran metode penelitian dari persoalan pendekatan, instrumen penelitian, jumlah populasi, dan sebagainya harus sudah dituangkan sedetail mungkin. Untuk mencapai kejelasan dua unsur utama di atas, maka proposal dan rancangan penelitian Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |13
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (i) pendahuluan, (ii) metode dan (iii) target capaian. Ketiga bagian ini dapat disebut sebagai “jantungnya proposal dan rancangan penelitian”. Sementara unsur-unsur lain, berdasarkan ketentuan yang dipersyaratkan, maka bisa disebut sebagai “unsur pendukung” yang melengkapi dokumen yang dibutuhkan tersebut. Berikut adalah tiga unsur utama proposal dan rancangan penelitian. Bagian Pendahuluan menjelaskan secara ringkas: (i) latar belakang masalah, (ii) masalah, (iii) teori yang berkaitan dengan masalah, (iv) variabel yang diteliti, dan (v) pertanyaan-pertanyaan spesifik yang diajukan dalam penelitian. Bagian metode dan sumber data, di dalamnya berusaha menjelaskan (i) metode penelitian yang akan digunakan termasuk populasi, responden, jumlah informan, teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data; (ii) dalam penelitian eksperimen disebutkan desain eksperimen, variabel bebas dan variabel terikat dan cara melakukan eksperimen itu; untuk penelitian kualitatif diuraikan konteks atau latar, orientasi, pemeriksaan validitas, dan tujuan; (iii) bahan dan alat serta teknik-teknik khusus yang dipergunakan dalam penelitian; (iv) urutan langkah-langkah yang akan ditempuh termasuk urutan langkah-langkah dalam pengumpulan data; dan (v) jadwal kegiatan penelitian secara rinci, mulai dari penyusunan dan pengajuan proposal, kajian teori, penyusunan instrumen, pengumpulaan data, pengolahan data, serta penyusunan laporan penelitian. Pada bagian target capaian atau hasil penelitian, di dalamnya mengemukakan secara singkat hasil serta manfaat yang diharapkan dari penelitian serta menunjukkan pentingnya dilakukan penelitian yang diusulkan. Termasuk di dalamnya, diskusi dan implikasi dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Setidaknya ada penjelasan tentang keunikan penelitian serta perbedaannya dengan penelitian-penelitian sejenis sebelumnya serta implikasinya dalam penelitian yang pernah dilakukan. BAGIAN-BAGIAN UTAMA PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN Bagian berikut merupakan perincian dari setiap aspek di dalam unsur-unsur utama di atas. Aspek-aspek di bawah ini harus ada di dalam penyusuan proposal dan rancangan penelitian. Di dalam setiap aspek juga disertai teknik dan strategi yang perlu diperhatikan. 1) Judul Merupakan bagian yang pertama kali dibaca oleh panelis/penilai, sehingga sedapat mungkin langsung menarik perhatian. Apabila disajikan kurang menarik, besar kemungkinan sudah tidak akan diperhatikan, yang berarti ditolaknya proposal dari awal. Sebuah ide proposal penelitian yang brilian, dapat gagal untuk didanai hanya disebabkan oleh judul yang tidak menarik. Judul merupakan “abstrak mini”; dengan demikian sebaiknya judul ditulis dengan singkat, padat, dan jelas. Contoh judul berikut terlalu singkat dan tidak memberikan informasi tentang keseluruhan isi Proposal: “Kuliner Analitik”. Judul tersebut tidak cukup Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |14
untuk menjelaskan apa maksud dari usulan penelitian tentang kuliner yang ada. Judul ini dapat digunakan sebagai judul buku tetapi tidak memberikan informasi yang diperlukan untuk judul sebuah Proposal Penelitian. Demikian juga ada judul yang terlalu panjang untuk sebuah proposal penelitian pun tidak cukup baik. Judul panjang itu, misalnya: “Kuliner Analitik Indonesia: Kodifikasi dan Sistem Informasi Kuliner Khas Indonesia dalam Desain Aplikasi Internet dan Android Terbaru bagi untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif yang dapat Menyejahterahkan Pelaku Kuliner”. Judul ini terlalu banyak pengulangan kata dan mendetailkan suatu tujuan yang bisa dikemas dalam bahasa yang lebih sederhana. Oleh karena itu, beberapa kata pada judul di atas dapat dihilangkan tanpa menghilangkan maknanya menjadi: “Kuliner Analitik: Kodifikasi dan Sistem Informasi Kuliner Khas Indonesia untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif”. Di dalam judul terakhir itu, ada makna yang cukup substansial dan menyiratkan suatu tujuan yang signifikan bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menulis judul: • Berbentuk pernyataan (bukan pertanyaan) • Kata-kata yang digunakan menggambarkan fokus dari isi proposal • Kata yang dianggap paling penting dapat ditulis di awal kalimat • Rata-rata 12 s.d. 15 kata. Apabila penggunaan kalimat yang panjang tidak dapat dihindari, penulisan judul dapat disajikan dalam bentuk sub-judul 2) Abstrak Setelah judul (yang menarik), abstrak adalah bagian yang akan dibaca pertama kali oleh penilai, merupakan gambaran dari keseluruhan isi proposal. Setidaknya, abstrak harus menggambarkan apa dan bagaimana sebuah kegiatan dilakukan. “Kesan” pertama dari abstrak dapat menentukan keberhasilan proposal untuk didanai. Walaupun merupakan gambaran proposal penelitian, abstrak harus dapat disusun dengan singkat dan padat tanpa mengurangi esensi keseluruhan proposal. Pada umumnya, abstrak terdiri dari 100 sampai 150 kata, dan diakhiri dengan kata-kata kunci. Secara umum, abstrak memuat: • Latar belakang: menuliskan masalah yang paling pokok yang menjadi alasan utama dilakukannya penelitian. Dapat ditulis sebanyak dua s.d. tiga kalimat • Tujuan: menuliskan tujuan dari kegiatan penelitian • Metode penelitian: detail metode penelitian yang digambarkan di dalam proposal harus dapat diringkas dalam dua s.d. tiga kalimat, sedemikian rupa sehingga tanpa membaca keseluruhan metode di dalam proposal, penilai dapat memahami bagaimana sebuah kegiatan penelitian yang diusulkan dilakukan
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |15
• Temuan/Target/Sasaran: merupakan bagian yang penting di dalam proposal penelitian. Untuk menarik perhatian Penilai, Temuan/Target/Sasaran yang akan dicapai, dapat ditulis di bagian paling atas dari Abstrak • Manfaat dari penelitian dan perlunya kegiatan penelitian didanai, juga disampaikan di bagian abstrak. Strategi penulisan abstrak Walaupun abstrak adalah bagian awal dari proposal penelitian, sebaiknya ditulis paling akhir karena abstrak merupakan rangkuman atas rangkuman. Untuk memulainya, dapat dilakukan dengan mengambil beberapa kalimat penting dari tiap bagian (latar belakang, tujuan, metode, target, dan sasaran) kemudian mengatur/memperbaikinya sedemikian rupa sehingga menjadi bagian terpadu, sekaligus merangkum keseluruhan isi proposal. Setelah selesai, pastikan bahwa informasi yang dituliskan di dalam abstrak sesuai dengan yang telah diungkapkan di dalam proposal penelitian. Contoh Abstrak: Contoh 1: Penelitian ini merupakan studi lanjutan tahun kelima (terakhir). Selama dua tahun (2013-2014), studi ini fokus di kabupaten Manggarai, Provinsi NTT. Di tahun ketiga lokus penelitian bergeser ke kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan wilayah perbatasan Malaysia (2015). Di tahun ke empat (2016) penelitian tetap dilanjutkan di kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat serta dilakukan penambahan lokasi di Pulau Tunda, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penelitian ini memiliki arti startegis untuk memberikan akses listrik secara berkelanjutan dengan berbagai berbagai tipologi daerah seperti pedalaman, perbatasan, dan pulau terpencil. Penelitian ini juga akan sangat membantu perintah tidak hanya untuk mencapai target rasio elektrifikasi sebesar 97,2% di tahun 2019, namun juga untuk meningatkan kondisi ketahanan sosial masyarakat di wilayah terpencil. Metode penelitian dilakukan secara mixed method. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan teknik quasi experiment untuk mengukur dampak akses listrik terhadap kesejahteraan masyarakat. Sementara itu penelitian kualitatif dilakukan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan diskusi terfokus. Karena tahun 2017, merupakan tahun akhir penelitian, maka fokus kajian di tahun ini mengarah pada pematangan konsep, strategi, model dan pembulatan bagi peningkatan akses listrik masyarakat di wilayah terpencil. Contoh 2: Kuliner Analitik: Kodifikasi dan Sistem Informasi Kuliner Khas Indonesia untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia adalah salah satu surga kuliner dunia. Ribuan jenis makan dengan dukungan rempah-rempah dan pandangan dunia di dalamnya telah membuat kekayaan kuliner itu menjadi khazanah kebudayaan tak ternilai harganya. Sayangnya sampai saat ini kita belum mengetahui dengan pasti seberapa beragam produk kuliner khas yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Demikian juga kandModul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |16
ungan makna dan perspektif kebudayaan terhadap kekayaan kuliner itu pun belum tergali dengan baik. Padahal potensi dan tantangan yang muncul dari perspektif pengembangan industri kreatif, diversifikasi produk kuliner untuk meningkatkan ketahanan pangan, preservasi tradisi kuliner, dan pengembangan riset memberikan arahan pada kebutuhan adanya sebuah Sistem Informasi Kuliner Indonesia, baik sistem informatika ataupun sistem budaya di dalamnya. Lebih dari sekedar pusat data, Sistem Informasi Kuliner Indonesia didesain sebagai wahana interaksi antara 4 kategori publik, yaitu para pebisnis kuliner, relawan pendataan, publik umum dan periset. Melalui sistem ini publik dapat mencari informasi yang lengkap tentang sebuah produk kuliner, kandungan makna dan perspektif kebudayaan dari setiap jenis kuliner, berbagi informasi/ promosi resep baru, lokasi jual, evaluasi dan komentar, serta mendapatkan rekomendasi produk kuliner yang sesuai dengan preferensi pengguna. Oleh karenanya, sistem ini dilengkapi dengan informasi data produk kuliner yang besar dan lengkap seperti bahan penyusun, proses pembuatan dan lokasi penjualan, juga perangkat analitik berupa sistem rekomendasi produk yang secara cerdas memahami preferensi pengguna, fitur analitik untuk prediksi klasifikasi hidangan berdasarkan bahan penyusun serta fitur untuk rekomendasi menu hidangan. Kata kunci: Sistem informasi, perspektif kebudayaan, kuliner, analitik, sistem rekomendasi 3) Pendahuluan Pada bagian Pendahuluan, yang harus disampaikan adalah Latar Belakang (Kajian Pustaka), Permasalahan, dan Tujuan Penelitian. 1. Latar Belakang: Pada latar belakang dijelaskan gambaran umum alasan pentingnya dilakukan penelitian sebagai solusi pemecahan masalah yang selama ini belum dapat dipecahkan. Permasalahan yang akan dicarikan solusinya umumnya adalah permasalahan yang terjadi sehari-hari di masyarakat, baik secara nasional, regional, ataupun global. Secara sistematis menguraikan atau membandingkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan kaitannya dengan status penelitian yang diusulkan saat ini. Hal ini terkait dengan kebaruan penelitian yang di ajukan dan merupakan faktor penting disampaikan. Kajian/Tinjauan Pustaka: Untuk dapat menggambarkan Latar Belakang, diperlukan Kajian/Tinjauan Pustaka yang komprehensif yang merupakan kegiatan menelaah kembali pustaka-pustaka yang relevan dengan permasalahan. Kajian Pustaka dilakukan dengan tujuan menegaskan bahwa pustaka-pustaka yang telah ditelaah, tidak ada yang memecahkan permasalahan seperti yang diajukan oleh pengusul. Dengan Kajian Pustaka ini akan tampak sifat kebaruan dari Proposal Penelitian. Manfaat lain yang diperoleh dari Kajian Pustaka ini adalah Peneliti akan dapat mengikuti perkembangan penelitian di bidangnya, terhindar dari isu plagiarisme, terhindar dari duplikasi atau replikasi penelitian yang tidak perlu. Selain itu Kajian Pustaka dapat digunakan untuk mengembangkan metode
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |17
2. Permasalahan: Permasalahan merupakan justifikasi atau alasan dilakukannya penelitian. Penentuan masalah dalam penelitian merupakan bagian yang penting karena akan terkait dengan topik penelitian dan berdampak pada langkah-langkah selanjutnya. Pada bagian ini diidentifikasi permasalahan yang sumbernya dapat diperoleh dari hasil/laporan penelitian, makalah ilmiah, buku, majalah, seminar, diskusi, pengamatan/pengalaman pribadi. 3. Tujuan: Setelah permasalahan dapat diidentifikasi, tujuan penelitian disampaikan secara umum Strategi Perumusan Ide untuk bagian Pendahuluan Perumusan ide bisa dilakukan dengan cara brainstorming terhadap masalah-masalah sekitar. Brainstorming atau penyerbuan dengan ide-ide sebanyak mungkin terhadap suatu masalah dilangsungkan dalam suatu pertemuan. Teknik ini pada dasarnya adalah menerapkan diadakannya suatu pertemuan gagasan dalam memecahkan masalah, yang sebenarnya juga nama lain dari identifakasi masalah. Penggalian ide dengan teknik ini bermula dari pemikiran Osborn yang menganggap bahwa aliran ide spontan yang muncul dari banyak orang lebih baik daripada gagasan seorang diri. Brainstorming mengacu pada penggalian ide berdasarkan kreativitas berpikir manusia. Seluruh individu yang terlibat dapat secara bebas menyampaikan pendapat tanpa rasa takut terhadap kritik dan penilaian sebab selama tahap pengumpulan ide semua gagasan akan ditampung tanpa terkecuali. Dalam prosesnya, tidak boleh dilangsungkan perdebatan atau diberikan kritik terhadap sesuatu ide yang dilontarkan. Oleh karena itu, identifikasi permasalahan untuk proposal penelitian dapat dilakukan secara berkelompok. Selain mengalirkan ide baru untuk identifikasi permasalahan, brainstorming juga dapat dilakukan untuk menganalisis ide-ide, menentukan alternatif pemecahan masalah, dan merencanakan langkah dan kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki masalah. Namun demikian, identifikasi permasalahan dan tujuan dari brainstorming yang dilakukan secara berkelompok di atas, sebenarnya juga dapat dilakukan secara individual. Hal ini mempertimbangkan bahwa tidak semua orang bisa mencurahpikirkan gagasan dan identifikasi permasalahan secara bersama. Ada orang tertentu yang hanya bisa menuangkan gagasannya secara individual. Curah pikir tersebut berhubungan dengan identifikasi permasalahan yang hendak diajukan sendiri, dan kemudian setelah proposal penelitiannya disetujui untuk dibiayai, maka proses pelaksanaannya akan dilakukan secara kelompok. Empat Aspek Penting dalam Identifikasi Masalah untuk Bagian Pendahuluan Identifikasi terhadap masalah, baik yang bersifat individual ataupun bersama, perlu mempertimbangkan empat aspek. • Aspek pertama, aspek feasible, dalam arti masalah harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu. Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |18
• Aspek kedua, masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut. • Aspek ketiga, masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia. • Aspek keempat, masalah bersifat etis, yaitu tidak bertentangan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Ketika masalah yang ada dapat memenuhi empat kriteria di atas, maka dimulailah menyusun latarbelakang dan masalah secara jelas dan mentransferkan rasa penasaran pengusul kepada orang lain. Caranya bisa menggunakan teknik identifikasi masalah yang akan diteliti, ditinjau dari aspek umum, kemudian diarahkan kepada aspek-aspek yang lebih khusus. Juga sebaliknya, dari suatu kasus kecil kemudian ditingkatkan menjadi masalah umum yang ada pada kehidupan sekeliling kita. Ada hal yang tetap diperhatikan ketika brainstorming tersebut dilakukan, yaitu ide-ide yang dituangkan harus memperhatikan etika ilmiah, khususnya dalam persoalan reduplikasi ide dan permasalahan yang tidak bersifat streotyping terhadap kelompok tertentu. 4) Rumusan Masalah Rumusan masalah berbeda dengan masalah penelitian. Masalah merupakan kesenjangan atau perbedaan antara teori dan praktik, antara harapan dan kenyataan, atau antara rencana dan realisasi, sementara rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian, yaitu dengan cara mengumpulkan data. Rumusan masalah memiliki peran yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, karena tanpa permasalahan, sebuah penelitian akan sulit untuk dilakukan. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian yaitu dengan cara mengumpulkan data. Rumusan masalah memiliki peran yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian.Tanpa permasalahan yang dirumuskan secara baik dalam penelitian, maka sebuah penelitian akan sulit untuk dilakukan. Rumusan masalah berperan sebagai pedoman untuk implementasi kegiatan. Dengan kata lain, dapat pula dikatakan bahwa keberhasilan kegiatan penelitian tergantung kepada keberhasilan merumuskan masalah. Dengan perumusan masalah yang tepat, penelitian akan dapat dilakukan dengan baik, terencana, dan fokus. Rumusan masalah dapat dikelompokkan menjadi: • Rumusan masalah deskriptif/eksplanatoris: menggambarkan suatu variabel atau fenomena dengan variabel/fenomena yang lain. Contoh: Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah terhadap penggunaan biodiesel? • Rumusan masalah komparatif: menunjukkan hubungan atau membandingkan antara satu atau lebih fenomena/variabel dengan fenomena/variabel
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |19
yang lain. Contoh: Adakah perbedaan motivasi belajar pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di desa dan di kota? Rumusan masalah menjadi bahan dalam penentuan tujuan yang akan dicapai, dan penentuan kesimpulan sementara (hipotesis). Rumusan Masalah hendaknya: • Dinyatakan dengan kalimat tanya • Tidak tendensius terhadap isu suku bangsa, adat istiadat, ras, dan agama • Pemecahan masalahnya bermanfaat untuk kepentingan perkembangan ilmu dan/atau keperluan praktis Merumuskan masalah penelitian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question). • Contoh rumusan masalah dalam bentuk pernyataan Pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan, menjadi akar masalah kemacetan lalu lintas di Jakarta. • Contoh rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan Mengapa rumah tangga miskin, sangat sulit untuk mendapatkan akses pendanaan lewat lembaga bank? 5) Tujuan Penelitian Merupakan penjelasan secara umum tentang apa yang ingin dicapai atau diharapkan dari hasil kegiatan penelitian. Tujuan penelitian dapat pula digunakan sebagai “pedoman” pelaksanaan penelitian. Tujuan penelitian disusun berdasarkan pertanyaan penelitian, dengan demikian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Rumusan Masalah. Tujuan penelitian biasanya dapat disampaikan secara umum dan spesifik. 6) Manfaat Penelitian Menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan penelitian, baik manfaat teoritis yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dan manfaat praktis yaitu yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat luas sehari-hari. 7) Sasaran Penelitian Penjelasan lebih spesifik dan teknis yang dijabarkan dari tujuan. Oleh sebab itu sangat dimungkinkan terdapat beberapa “sasaran” yang diperoleh dari satu kegiatan penelitian. 8) Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori/Landasan Teori/Kerangka Pikir Aspek terkait teori atau cara berpikir yang dirujuk oleh suatu penelitian banyak sebutannya. Ada yang mengatakan kerangka teori, landasan teori, dan kerangka pikir. Pembuatan kerangka teori ataupun landasan teori tidak bisa dilepaskan Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |20
dari adanya tinjauan pustaka yang ada sebelumnya. Namun ada perbedaan yang cukup signifikan. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam tinjauan pustaka, yaitu (i) relevansi topik, (ii) substansi yang bisa diteliti atau diketahui, (iii) metode apa yang bisa diaplikasikan, dan (iv) data, yang bisa digunakan untuk perencanaan penelitian. Hal ini penting, karena tinjauan pustaka sebenarnya dilakukan dengan dasar-dasar akademik yang cukup kuat. Dasar-dasar itu misalnya, • Dengan membaca kepustakaan, peneliti akan mengetahui segi apa saja dari objek yang hendak diteliti telah diselidiki oleh peneliti lain. Tujuannya untuk dapat mengambil posisi penelitian dari penelitian-penelitian lain. • Dunia ilmu pengetahuan adalah suatu komunitas yang bersifat internasional, sehingga ia bersifat sebuah hubungan yang memiliki keterikatan kuat secara teoritis dan data, tanpa mengenal batas negara dan batas-batas lainnya. • Secara akademis, pengetahuan tentang apa yang sudah dilakukan dalam penelitian sebelumnya, memungkinkan seorang peneliti merumuskan masalah penelitian dengan cara sedemikian rupa. • Oleh karena itulah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: • Upayakan membaca dan mengutip sumber bacaan asli. • Perbanyak literatur, untuk memperluas wawasan dan ketajaman analisis. • Diskusikan beberapa teori relevan dengan permasalahan penelitian. • Kaji hasil-hasil penelitian sejenis terutama terhadap bentuk hubungan antar variabel yang diamati. • Ingat bahwa tujuan utama dari penelusuran literatur adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh karena itu salah satu tolok ukur dari tuntas atau tidaknya penelusuran literatur antara lain terletak pada kesanggupan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dalam bentuk hipotesis (untuk penelitian kuantitatif). • Bila jenis penelitiannya tidak bersifat menguji hipotesis (penelitian kualitatif), maka fungsi dari penelusuran literatur adalah untuk merumuskan kerangka konseptual guna memecahkan masalah penelitian terutama dalam menemukan variabel dan indikator dari permasalahan yang diteliti, serta preposisi. Dengan memperhatikan signifikansi penelusuran pustaka untuk membangun kerangka teori, maka peserta harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar kepustakaan, yaitu: • Relevansi (kecocokan antara hal-hal [variabel/aspek] dengan teori; • Kelengkapan, asumsi yang dibangunnya adalah semakin banyak dibaca, maka semakin kuat kerangka konseptualnya, namun bukan berart bukan asal kutip saja. • Kemutakhiran (dimensi waktu) • Di dalam jabaran tinjauan pustaka dan kerangka teori yang ada, bukan sekadar berisi definisi atau ringkasan segala pengertian yang berhubungan Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |21
dengan judul penelitian, sehingga ada anggapan bahwa kerangka teorinya hanya berisi pengertian saja. Untuk itu, maka dalam penelusuran pustaka untuk membangun sebuah kerangka teori, maka perlu dipertimbangkan pula mengenai cakupan aspek-aspek penting lain, misalnya: (i) Siapa yang pernah meneliti topik atau masalah itu? (ii) Dimana penelitian itu dilakukan? (iii) Apa unit dan bidang studinya ?, (iv) Bagaimana pendekatan dan analisisnya? (v) Bagaimana simpulannya? (vi) Apa kritik terhadap studi itu? Dalam tinjauan pustaka, para peneliti dapat menuangkan pemikiran kritisnya untuk merangkai teori dan hasil penelitian yang dirujuk olehnya, tentu dengan mencatatkan data sumber agar tidak dianggap melakukan plagiat. Tinjauan kritis dalam hal ini juga perlu dibedakan dengan resensi. Tinjauan pustaka di atas akan sangat berguna dalam membangun kerangka teori, mengambil teori sebagai landasan penelitiannya ataupun membangun kerangka pikir, sehingga langkah-langkah mengkonstruksikan temuan dan analisis dapat dilakukan secara cermat, hati-hati, sistematis, logis, dan kontekstual. Disebut-sebut bahwa tinjauan pustaka sebenarnya menjadi dasar dari proses penyusunan kerangka pikir, karena di dalamnya ada dua hal penting, yaitu: (i) membantu peneliti dalam memecahkan masalah penelitiannya; dan (ii) memperoleh gambaran kedudukan penelitiannya dengan penelitian lain. Kerangka pemikiran diartikan sebagai hasil pemikiran atau refleksi abstraksi peneliti berdasar teori/konsep yang ada tentang variabel/aspek yang diteliti dan dirumuskan dari masalah penelitian. Ada beberapa prinsip di dalamnya, yaitu: • dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan • sekurang-kurangnya terdiri dari 3 paragraf • melansirkan diri pada pernyataan teoritis dan akan diterapkan dalam semua proses penelitiannya • tetap mengarah pada rumusan masalah dan memberikan stimulus terhadap penyusunan hipotesis/preposisi penelitian • dapat diringkas dalam bentuk alur berpikir/skema (narasi menjadi penguat) Dengan demikian, kerangka pikir atau kerangka konseptual tersebut adalah suatu orientasi kausal (sebab-akibat) terhadap penelitian yang direncanakan. Oleh karena itu, kerangka konseptual juga menunjuk makna tentang suatu model terperinci dari masalah yang diteliti. 9) Hipotesis (Wajib Ada untuk Penelitian Kuantitatif) atau Preposisi (jika ada untuk penelitian kualitatif) Hipotesis merupakan dugaan atau pendapat sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus dibuktikan melalui penelitian. Dikarenakan hipotesis merupakan rangkuman dari teori-teori yang diperoleh dari pustaka dan yang dianggap paling mendekati tingkat kebenarannya, hipotesis dibuat setelah kajian pustaka selesai disusun (Pendahuluan). Hipotesis umumnya digunakan pada penelitian yang bersifat kuantitatif, eksperimental, dan eksplanModul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |22
atoris, sedangkan penelitian yang bersifat kualitatif, eksploratif, dan deskriptif biasanya tidak memerlukan hipotesis. Namun, dalam aktivitas pengumpulan data, jawaban sementara atau asumsi dasar atau preposisi sudah menjadi kesadaran para penelitinya, sehingga analisanya pun akan mendukung preposisi tersebut. Contoh hipotesis: • Jika tingkat pendidikan ibu rumah tangga tinggi, pola pemberian makanan pada anak usia balita pun berkualitas (jika-maka) • Ada hubungan antara komunikasi orang tua dengan kenakalan remaja (hipotesis kerja) • Tidak ada hubungan antara jenis kendaraan dengan kemacetan di jalan raya (hipotesis nol). 10) Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara-cara yang dipakai untuk memecahkan permasalahan secara ilmiah melalui serangkaian prosedur seperti menentukan tempat penelitian, mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menyimpulkannya secara ilmiah. Yang dimaksud secara ilmiah adalah bahwa (i) metode yang digunakan di dalam kegiatan penelitian dapat diulang oleh orang lain dengan hasil yang sama, (ii) logis, dilakukan berdasarkan data empiris atau masuk akal, dan (iii) sistematis, yaitu dilakukan secara berurutan sesuai dengan aturan yang benar. 1. Metode Penelitian: Secara umum, metode penelitian dibedakan menjadi dua kelompok: • Metode kuantitatif: disebut metode kuantitatif, karena data-data yang diperoleh berupa angka-angka dan umumnya diolah dengan statistik. Pada penelitian dengan metode, ini terdapat perlakuan yang diberikan pada variabel • Metode kualitatif: biasa disebut pula dengan metode yang bersifat interpretive, karena data-data yang diperoleh umumnya berasal dari hasil interpretasi di lapangan. Kegiatan penelitian dengan metode ini tidak melakukan perlakuan pada variabel. 2. Teknik Pengumpulan Data: dapat dilakukan dengan berbagai cara berdasarkan pada: a. Sumber • Primer: data yang diperoleh secara langsung dari peneliti yang bersangkutan yang melakukan kegiatan • Sekunder: data diperoleh dari pihak lain, misalnya dari Balai Pusat Statistik, Badan Meteorologi dan Geofisika b. Metode • Percobaan/eksperimen: yang dapat dilakukan di dalam laboratorium atau di lapangan, bergantung kepada situasi dan kondisinya. Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dibuat rancangan percobaan dengan
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |23
detil antara lain memuat cara menentukan variabel, cara mengolah dan menganalisis data, cara menentukan/ menyusun peralatan; • Wawancara: mengajukan pertanyaan kepada responden, baik secara langsung (tatap muka, telepon, dan internet/skype); • Kuesioner: merupakan daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden; • Observasi/pengamatan, diskusi; • Kajian pustaka. • Diskusi terbatas (Focus Group Discussion) 3. Pengolahan dan Analisis Data • Data yang diperoleh dapat bersifat kuantitatif dan/atau kualitatif untuk selanjutnya diolah menjadi tabel, grafik, atau diagram/gambar. Pengolahan data dapat dilakukan secara manual atau menggunakan pengolah data atau perangkat lunak • Analisis data bergantung kepada jenis penelitian. Data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan cara interpretasi atau deskripsi, sedangkan analisis data kuantitatif (berbasis pada angka) dianalisis dengan cara deskriptif (mendeskriptifkan data) dan inferensial (pengambilan kesimpulan induktif). 4. Instrumen Penelitian: merupakan alat bantu yang diperlukan untuk memperoleh, mengumpulkan, dan mengolah data, baik data kuantitatif maupun kualitatif. • Kuantitatif • Kualitatif 5. Pembiayaan, Lokasi, dan Waktu Penelitian a. Pembiayaan: menguraikan tentang besarnya dana yang diperlukan untuk melakukan kegiatan yang relevan. Besarnya biaya yang diajukan akan ber gantung kepada permasalahan yang akan dipecahkan dan waktu penelitian. Pembiayaan antara lain dapat dialokasikan untuk: • Pembelian bahan habis dan peralatan. Untuk pembelian bahan habis dan peralatan harus diperhitungkan pajak • Sewa peralatan atau kendaraan Perjalanan melakukan koordinasi, diskusi, survei, pengumpulan/pengolahan data, dan mengikuti seminar b. Lokasi Penelitian: Menerangkan tempat dilakukannya penelitian. Lokasi penelitian akan terkait dengan biaya dan waktu penelitian. c. Waktu Penelitian: Menerangkan tentang awal dan akhir dari kegiatan penelitian. Jadwal ini akan bergantung kepada banyaknya permasalahan yang akan dipecahkan. Beberapa sumber hibah dana penelitian mempersyaratkan kegiatan dilakukan secara multiyears. Dapat disajikan dalam bentuk tabel/ matriks/uraian. Jadwal juga mendeskripsikan detil setiap tahap kegiatan, misal persiapan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pembuatan laporan
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |24
11) Hasil yang diharapkan Menerangkan target atau capaian yang diharapkan pada akhir kegiatan. Untuk penyampaian capaian, sebaiknya tidak terlalu ambisius dengan mempertimbangkan semua faktor terkait. Untuk capaian hasil, dapat menggunakan pedoman SMART (Spesific Measurable Achievable Reasonable Time), yaitu • Spesific, keluaran bersifat khas, berbeda dari yang lain yang telah dihasilkan terlebih dahulu, terkait dengan kebaruan • Measurable, capaian terukur, yang dapat dinyatakan dengan jumlah • Achievable, dipastikan target keluarannya tercapai, terkait dengan sumber permasalahan, dana, personalia, sarana/prasarana, dan waktu yang tersedia • Reasonable, masuk akal, mempertimbangkan faktor dana, personalia, sarana/prasarana, dan waktu yang tersedia • Time, salah satu faktor penting dalam pencapaian target adalah waktu Contoh hasil capaian: prototype, paten, publikasi ilmiah, standar, pengembangan metode. 12) Pustaka Acuan Merupakan pustaka yang relevan yang diacu untuk menunjang teori dan metode dari penelitian yang akan dilakukan. Pustaka acuan dapat diperoleh dari buku, jurnal, disertasi, tesis, atau semacamnya. Contoh cara penulisan pustaka acuan selalu mengacu pada gaya selingkung yang ada. Ada beberapa model sistem penulisan pustaka acuan. • Buku: Pimentel, D.; Kirby, C.; Shroff, A. The relationship between “cosmetic” standards for foods and pesticide use. In The Pesticide Question: Environment, Economics, and Ethics; Pimentel, D., Lehman, H., Eds.; Chapman and Hall: New York, 1993; 85-105. • Makalah di Jurnal: Grande, C.J.; Torres, F.G.; Gomez, C.M.; Bañó, M.C. Nanocomposites of bacterial cellulose/hydroxyapatite for biomedical applications. Acta Biomater. 2009, 5, 1605–1615. • Pertemuan Ilmiah: Garrone, E.; Ugliengo, O. In Structure and Reactivity of Surfaces, Proceedings of the European Conference, Trieste, Italy, Sept 13-20, 1988; Zecchina, A., Costa, G., Morterra, C., Eds.; Elsevier: Amsterdam, 1988. • Referensi elektronik: Weinberg, M. The DIY Copyright Revolution. Slate Magazine/Future Tense, posted 2/23/12. http://www.slate.com/articles/technology/future_tense/2012/02/_3_d_ printing_copyright_and_intellectual_property_.html (di akses Oktober 2012).
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |25
RANGKUMAN Formulasi proposal perlu diawali dengan state of the art dari suatu penelitian. Selanjutnya peneliti harus mampu dalam mengembangkan elemen-elemen proposal yang terdiri atas: judul, abstrak, Pendahuluan, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sasaran Penelitian, Hipotesis, Metode Penelitian, Hasil yang diharapkan, Pustaka Acuan LATIHAN 1. Langkah awal sebelum memulai membuat proposal, peneliti perlu memahami apa yang dimaksud dengan state of the art, tolong jelaskan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan stata of the art dari suatu penelitian? 2. Aspek-aspek apa saja yang harus masuk dalam sebuah abstrak?
JAWABAN 1. State of the art mencerminkan kemampuan seorang peneliti untuk meletakkan rencana penelitiannya dalam konteks studi-studi sebelumnya. Dengan demikian, state of the art merupakan bentuk ekspresi peneliti atas novelty studi yang dilakukan. 2. Abstrak merupaka sari pati dari sebuah proposal yang juga merupakan bentuk ringkasan dari latar belakang, tujuan, metode penelitian, target/sasaran, dan manfaat.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |26
Strategi dan Teknik Penulisan Proposal dan Rancangan Penelitian Indikator Keberhasilan Peserta dapat mengetahui beberapa strategi dalam persoalan substansi dan teknis penulisan proposal dan rancangan penelitian yang dapat dibiayai oleh pihak penyantun dana. BEBERAPA FAKTOR PENOLAKAN PROPOSAL PENELITIAN Sebelum ke strategi penyusunan proposal dan rancangan penelitian, lebih dahulu dipaparkan beberapa faktor yang umumnya mempengaruhi ditolaknya Proposal Penelitian, yaitu: • Tidak dapat meyakinkan bahwa tingkat keberhasilan penelitian yang diajukan sangat tinggi. Untuk menghindari hal ini, proposal wajib disusun dengan menyampaikan faktor-faktor pendukung keberhasilan, misal kompetensi dan pengalaman personel (dapat menunjukkan hasil sebelumnya atau publikasi makalah di jurnal internasional), serta fasilitas peralatan yang memadai • Tidak ada unsur kebaruan yang dapat dibuktikan. Sekalipun ada unsur kebaruan yang disampakan tetapi pengusul tidak dapat memberikan perencanaan teknis secara detil • Perumusan masalah tidak fokus • Tujuan penelitian tidak jelas, tidak memiliki relevansi dengan masalah yang ada • Metode penelitian tidak jelas, tidak sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan • Topik penelitian lebih sesuai didanai oleh pihak lain/industri. Apabila topik penelitian sudah hampir “jadi”, pihak industri lebih sesuai untuk mendanai kegiatan penelitian, tetapi apabila tidak ada pihak industri yang tertarik untuk mendanai, berarti produk yang diharapkan belum memiliki nilai komersial • Proposal tidak disusun secara komprehensif. Proposal yang baik adalah proposal yang dapat dipahami panelis yang memahami bidang topik yang sama, atau berlainan sekalipun • Tidak realistis atau terlalu banyak menyampaikan hasil yang ditargetkan karena tidak sesuai dengan dana atau waktu yang diperlukan. Hal ini dapat dianggap pengusul kurang memahami permasalahan atau minimnya pengetahuang tentang metode penelitian • Proposal yang diajukan sudah “hampir atau sudah selesai” sehingga dinilai tidak perlu didanai lagi • Mengajukan dana yang terlalu mahal, tidak sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dan keluaran/capaian • Pengalaman atau kompetensi personel yang terlibat tidak mendukung • Tidak mengikuti format yang telah ditentukan
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |27
Pada umumnya, lembaga pemberi dana penelitian dalam negeri melakukan penolakan usulan penelitian dengan menggunakan bahasa langsung, misalnya (i) “proposal tidak diterima dengan alasan sudah diteliti peneliti lain”; (ii) proposal tidak diterima dengan alasan substansi kurang menarik; dan (iii) proposal tidak diterima karena tidak memberi output yang cukup strategis, dan sebagainya. Sementara lembaga pemberi dana luar negeri melakukan penolakan terhadap usulan penelitian tersebut dengan menggunakan bahasa yang lebih halus. Misalnya, (i) karena keterbatasan dana, kami tidak bisa menerima proposal anda; (ii) proposal ini menarik, tetapi karena tema kurang sejalan dengan misi lembaga, maka kami tidak menerimanya. FAKTOR PERHATIAN DALAM PENYUSUNAN PROPOSAL Ada hal-hal strategis yang perlu diperhatikan dalam proposal penelitian, yaitu: • mengenal dan mengerti konsep tematik yang diberikan; • membuat judul menarik, tetapi tidak menghilangkan unsur permasalahan yang hendak dijawab; • membuat abstrak yang sangat baik dengan mencakup secara jelas latarbelakang, rumusan masalah, metode, dan target capaian; • mengikat satu kesatuan latarbelakang masalah, rumusan masalah dan metode dengan baik dan komprehensif; dan • membuat paragraf-paragraf terpenting, dengan menggunakan bahasa yang jitu dan tepat dari persoalan mikro atau makro, kerangka berpikir, identifikasi permasalahan dan tujuan, penjelasan metode, dan target capaian. • memahami benar karakter lembaga pembiayanya; STRATEGI PENULISAN PROPOSAL DALAM BERBAGAI TAHAPAN Strategi dan teknik penulisan proposal dapat dipecah menjadi beberapa tahapan, yaitu: tataran ide dalam mengidentifikasi masalah (sebagaimana disebutkan di atas), tahapan menerka tujuan lembaga donor, dan tahapan penulisan atau penyusunan proposal penelitiannya. 1) Tahapan Pemahaman Karakter Tujuan Proposal Penyusunan proposal penelitian perlu dilakukan sebaik mungkin dari berbagai sisinya. Dari sisi substansi, ide-ide menarik dan cerdas dituangkan sedemikian rupa sebagai bagian tidak terpisahkan dari state of the art. Sementara dari sisi teknis, pengusul harus berusaha meminimalkan kesalahan tata bahasa sampai pada nirkesalahan, dan bahkan membingkai proposal tersebut dengan sampul yang enak untuk dilihat dan terkesan menghargai pembaca. Dua sisi ini memang dibenarkan sebagai bagian penting dari trik pembuatan proposal untuk disetujui. Akan tetapi, ada aspek lain yang perlu diperhatikan ketika menyusun dan mengirimkan proposal penelitian, yaitu memahami karakter dari lembaga penyelenggara pembiayaannya. Hal ini dimengerti bahwa setiap Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |28
lembaga memiliki ideologi atau kepentingan tertentu dari suatu proposal yang diterima, di samping persoalan guide line yang seringkali berbeda antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Lembaga pembiayaan dalam negeri umumnya memiliki kesamaan, kalaupun ada perbedaan tidak akan terlalu jauh, paling bantar pada persoalan susunan struktur proposal penelitian dan kaitannya dengan persoalan pembiayaan. Secara substansial tentu berbeda, berdasarkan tujuan program penerimaan proposal tersebut dilakukan. Misalnya, Kementerian Riset dan Teknologi akan menetapkan enam bidang prioritas pembangunan untuk setiap tema proposal penelitian yang diajukan. Bahkan untuk urusan substansi ini, mereka lebih rigid lagi, yaitu proposal penelitian yang diajukan harus memenuhi atau menyesuaikan diri dari target capaian dari poin-poin yang ditetapkan dalam buku panduan yang setiap tahunnya terus diubah. Contoh, suatu proposal penelitian tentang obat, pasti akan masuk dalam bidang Kesehatan dan Obat. Tetapi, bukan hanya sampai di situ, proposal penelitian itu harus masuk ke dalam suatu sub bidang tertentu, misalnya obat penyakit degeneratif, maka poin proposal harus benar-benar ditujukan untuk sub bidang itu. Bahkan, tidak jarang pula, subbidang obat penyakit degeneratif tersebut dipecah kembali berdasarkan jenis penyakitnya, seperti jantung, malaria dan diabetes. Seandainya pengusul hendak mengajukan “temulawak sebagai bahan baku obat malaria”, maka ia harus benar-benar menyesuaikan target capaian dari poin yang ada. Bila pengusul mengajukan tentang sejarah dan falsafah obat, maka ia harus mampu mencari celah atau membawa pada isu-isu yang berkembang pada sub-sub bidang itu. Bila tidak ada kesesuaian, maka pada seleksi awal (desk selection) saja, proposal itu akan segera dibuang ke “tong sampah”. Bila ada kesesuaian tema dan target capaian, maka proposal tersebut akan berlanjut pada seleksi berikutnya (substansi dan presentasi). Program yang memiliki kemiripan dengan Insinas Ristek, adalah program Rispro LPDP, tema penelitian diarahkan pada tema-tema yang ditetapkan oleh panel pakar dari berbagai kementerian dan disetujui oleh manajemen LPDP. Setidaknya ada delapan bidang, seperti (i) pertahanan dan keamanan, (ii) teknologi transportasi, (iii) industri kreatif, (iv) pelayanan dan manajemen publik, (v) material baju bahan obat, (vi) strategi budaya, (vii) agama dan deradikalisasi, dan (viii) permukiman dan lingkungan. Delapan bidang itu kemudian dibagi menjadi dua skema, yaitu skema impelementatif dan skema komersil-produktif. Semua proposal penelitian harus menyesuaikan diri dengan target masing-masing subbidang dan skemanya, demikian juga dengan alokasi pembiayaannya yang cukup ketat, khususnya dalam biaya perjalanan lapangan. Ada juga program penelitian, di mana target capaian dan bidangnya telah ditentukan sejak awal dan sangat rigid, termasuk lokasi kegiatannya pun tidak jarang telah ditetapkan. Jika proposal penelitian yang diajukan keluar dari lokasi yang ditentukan, karena tidak berkesesuaian dengan target Master Plan Percepatan Pembangunan Indonesia (MP3I), Sustainable Development Goals (SDGs), dan Nawacita maka langsung dicoret. Program ini cukup sulit, karena selain
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |29
soal penyesuaian substansi, teknis, dan lokasi kegiatan, juga diwajibkan untuk melakukan kerjasama lintas sektoral minimal tiga pihak. Ada juga beberapa lembaga pembiaya kegiatan penelitian yang lebih menekankan pada aspek tematik penelitiannya. Misalnya, Kementerian Agama menyelenggarakan program penelitian kompetitif tentang harmoni kehidupan umat beragama, maka tema proposal penelitian yang diterima dan dibiayai pastilah akan berhubungan dengan hal itu. Asalkan temanya menarik, orisinil, dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan panitia, baik secara online ataupun hardcopynya. Penelitian yang bersifat tematik kompetitif seperti ini juga dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalui Skema Intervensi¸ Riset Pembelajaran Kementerian Pendidikan Nasional, dan Pesona Indonesia Kementerian Pariwisata yang mau menerima proposal penelitian yang berasal dari luar kementeriannya. Fokus utama pengusulan proposal secara tematik biasanya dimulai dari pembacaan tentang judul yang diajukan para pengusul. Seandainya sesuai dengan tema program, maka tidak jarang proposal yang masuk tersebut diikutkan pada seleksi berikutnya. Skema pembiayaan luar negeri, baik lembaga donor, implementing partner atau perguruan tinggi juga sebenarnya memiliki karakter yang mirip dengan pembiayaan dalam negeri. Namun, pada umumnya mereka menekankan aspek tematik saat penawaran pembiayaan proposal penelitian. Ausaid, Internasional Red Cross, International Humanitarian Forum, UN, dan Australia Indonesia Government Research Partnership (AIGRP), sebuah program yang diajukan oleh Murdoch University dan kemudian diinisiasi oleh Kementerian Luar Negeri Australia mengkhususkan diri pada tema-tema tata kelola pemerintahan, baik dari perspekstif kewarganegaraan ataupun dari perspekstif pengelola pemerintahannya. Tema proposal penelitian harus berkesesuaian dengan dua perspektif yang mengambil tema besar mengenai “tata kelola pemerintahan di Indonesia”. Jika tidak, maka proposal yang diproses secara online tersebut akan segera menolaknya, dengan alasan tidak sesuai tema. UNDP, USAID dan AusAid juga memilih semua kegiatan pembiayaannya berbasiskan pada tematik yang bertujuan secara terapan. Tidak dapat ditemukan kasus, bahwa penelitian yang diharapkan mereka adalah benar-benar pengembangan ilmu. Wajar karena visi organisasi tersebut adalah advokasi, pendampingan, peningkatan partisipasi, serta penguatan masyarakat sipil dan masyarakat luas dalam mencari dan terwujudnya hak-hak kewarganegaraan. Model seperti ini diikuti oleh lembaga implementing partnernya, semua penyelenggaraan kegiatan pembiayaannya berhubungan dengan tema-tema yang ditetapkan lembaga donornya. Dalam menghadapi karakter pembiayaan seperti ini, pengusul bisa saja menyesesuaikan diri dari apa yang mereka mau. Tetapi, sebagai ilmuwan, pasti akan begitu “gatal” untuk tidak melahirkan suatu penelitian yang benar-benar berbasiskan pada pengembangan ilmu pengetahuan. Strategi mengatasi dilema seperti di atas sebenarnya mudah, yaitu proposal penelitian yang diajukan disesuaikan dengan tema dan target capaian yang diharapkan lembaga donor. Suatu temuan yang bersifat terapan atau
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |30
kebijakan diberikan untuk keperluan itu. Namun, sebagai peneliti, pengusul tidak boleh berhenti sampai di situ saja, ia bisa saja kemudian mengembangkan lebih lanjut dari apa yang dimulai dari sesuatu yang bersifat terapan, menjadi suatu pengembangan ilmu pengetahuan. Niatan dan kerja lanjutannya dapat dilakukan kemudian hari, atau dilakukan bersamaan ketika penelitian tersebut dilakukan, asal benar-benar pembagian tugas dan komitmennya diwujudkan secara sahih dan berimbang. 2). Tahapan Mengemas Substansi Menyusun Segitiga Strategis Prinsip proposal penelitian adalah mentransferkan rasa ingin tahu terhadap permasalahan yang dicari jawabannya. Transfer keingintahuan itu akan mudah diterima, jika menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan mengalir. Oleh karena itu, mengurangi bahasa atau istilah teknis yang belum tentu oleh sebagian panel atau pihak administrasi lembaga pembiaya mengerti maksudnya adalah langkah bijak. Hal ini akan menambah kesempatan untuk diikutkan pada tahap seleksi berikutnya. Hal strategis yang perlu diperhatikan adalah mengikat latar belakang masalah, rumusan masalah dan metode yang tepat secara jelas dan mudah dipahami. Jika tiga bagian ini benar-benar memukau panel, maka peluang proposal penelitian tersebut disetujui sangat besar. Cara paling efektif membuatnya adalah perhatikan judul secara baik, dan poin apa saja yang ada dalam judul selalu ditempelkan, bukan dengan kalimat persis sebuah judul. Misalnya, “efektivitas peran kepemimpinan lokal dalam upaya pengurangan resiko bencana”, maka setidaknya ada kata-kata kunci: 1) peran; 2) kepemimpinan lokal; dan 3) pengurangan resiko bencana. Tiga kata kunci itu selalu diterjemahkan dalam hubungannya dengan persoalan mikro atau makro yang terkait dengan aspek itu. Hal ini dicerminkan dalam latarbelakang masalah dan dikunci dengan landasan teori yang kuat. Kaitan antara latar belakang dan rumusan masalah akan mudah dibuat, bila pengusul berhati-hati dan mampu mensistematiskan pemikirannya dalam sebuah tulisan. Persoalannya, banyak pengusul yang terlalu berpikir positivistik dan formal, sehingga permasalahan yang dibuat tidak jarang terkesan kaku dan memilih menggunakan poin (1, 2 dan 3) dengan pertanyaan yang “seolah hanya memberi kata sambung pertanyaan pada judul saja”. Rumusan masalah bisa dibuat secara narasi, walaupun tetap kalimat tanya. Intisari dalam latar belakang yang menghantarkan pada identifikasi masalah dapat dituangkan ke bentuk kalimat tanya. Bedakan pula antara rumusan masalah dengan daftar pertanyaan, karena kalau pengusul terjebak pada pertanyaan penelitian, ia telah mereduksi identifikasi permasalahan kepada pertanyaan yang bersifat teknis untuk proses pengumpulan data di lapangan. Setelah identifikasi masalah yang dikaitkan dengan latarbelakang di atas dapat dituangkan secara jelas dan komprehensif, maka penentuan metode Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |31
yang tepat dalam suatu perspektif yang diambil dalam menjawab masalah menjadi tugas utama pengusul. Dalam sebuah proposal, penulisan metode penelitian tidak boleh lebih dari 10 persen jumlah halaman proposal. Asalkan keterangan mengenai jenis penelitian, metode yang diambil, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, proses analisis data, dan lokasi penelitian telah dituangkan dalam bagian metode ini meskipun bersifat ringkas. Bagian metode yang seringkali dibaca oleh panel adalah bagian jenis penelitian dan teknik pengumpulan data. Kalau keduanya memiliki kesinambungan yang tepat, maka asumsi panel bahwa pengusul telah berpikir konsisten dalam menuangkan idenya dalam proposal penelitian. Menampakkan Kualitas Lima Paragraf Penting Proposal Ada lima paragraf utama yang dianggap sangat penting dan menjadi intisari dari proposal yang diajukan. Pembacaan ini dilakukan setelah abstrak penelitian yang kerap dianggap sebagai ringkasan proposalnya telah selesai dibaca. Lima paragraf terpenting itu terpisah pada tiga bagian dalam proposal penelitian, yaitu: tiga paragraf terdapat pada bagian pendahuluan, satu paragraf berada di bagian metode, dan satu paragraf lain berada di bagian target capaian. 1. Paragraf di bagian pendahuluan, yaitu paragraf pertama latar belakang masalah. Arti paragraf ini menunjukkan keresahan pengusul atas identifikasi masalahannya dari berbagai fenomena yang ditemukan sebelumnya. 2. Paragraf paling akhir latar belakang masalah. Arti paragraf ini mengantarkan antara identifikasi masalah sebagaimana disebutkan di atas dengan kontekstualisasi wilayah, dan posisi penelitian dibandingkan penelitian lain. 3. Paragraf termuat pada rumusan masalah, di mana umumnya terpisah sendiri di bawah latar belakang masalah. Selain rumusan masalah yang dibuat dalam kalimat tanya dan dibahasakan secara narasi, pada paragraf ini disebutkan juga pertanyaan penelitian yang lebih rinci beserta tujuan penelitiannya. Paragraf ini menguji kesinambungan pemikiran antara apa yang dipersoalkan pada awal latarbelakang dan pengujian teori pada paragraf terakhir dari latarbelakang masalah, sehingga menghasilkan satu pernyataan yang mengikat. 4. Paragraf di bagian awal metode. Paragraf pertama pada bagian ini menjadi sudut pandang penilaian tentang proposal penelitian ini benar-benar dilakukan secara komprehensif dalam mencari jawabannya dengan metode yang tepat atau tidak. 5. Paragraf pada target capaian. Umumnya paragraf pertama pada bagian akhir ini menjadi sudut pandang untuk menilai apakah proposal penelitian ini memiliki state of the art yang berguna bagi pengembangan ilmu ataupun bagi suatu kebijakan yang diharapkan lembaga pemberi pembiayanya. Jika pengusul mampu mengemas lima paragraf di atas penuh kehati-hatian dalam penulisan, ketajaman analisis dan saling keterkaitan yang saling
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |32
mengikat identifikasi permasalahan, posisi penelitian, kerangka berpikir dan state of the art, maka proposal penelitian tersebut memiliki peluang besar untuk lolos dalam seleksi lanjutan. Apa yang dinyatakan ini tentu tetap mengedepankan menariknya isu atau permasalahan yang diajukan pada proposal penelitian yang tercermin pada judul dan keseluruhan isi proposal penelitiannya. 3) Tahapan Penulisan dengan Teknis Tata Bahasa yang Baik dan Benar Selain persoalan substantif dan tema proposal yang memiliki state of the art yang bagus, pertimbangan apa lagi yang membuat suatu proposal penelitian dapat diterima dengan mudah? Walaupun sepertinya di luar yang substansial, namun bahasa penyampaian yang baik dan memenuhi standar ilmiah dalam penulisan proposal penelitian menjadi salah satu kunci keberhasilan usulan. Dalam aspek ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu; (i) pilihan diksi antara bahasa teknis ilmiah dengan semipopuler; (ii) penyesuaian teknis dan kerapihan tulisan; dan (iii) kehati-hatian menulis, khususnya terkait pada ketatabahasaan. Kompromi antara Bahasa Teknis Ilmiah dan Semipopuler Sering muncul perdebatan, apakah proposal penelitian harus benar-benar menggunakan bahasa ilmiah dengan serangkaian istilah teknisnya? Pertanyaan ini terkait pada persoalan bahwa sebagai tahap awal dari penulisan dan pemikiran ilmiah, maka menjadi suatu keharusan penggunaan istilah-istilah teknis dan formal ilmiah harus diletakkan pada proposal penelitian. Hal seperti ini dapat dipahami, terlebih ketika seluruh panel penguji terdiri dari satu bidang keilmuan yang sama. Namun, tidak jarang para penguji terdiri dari tiga atau lima orang itu memiliki bidang kepakaran yang berbeda. Dua di antaranya sesuai bidang kajian, dan satu diasumsikan memiliki bidang kepakaran lintas disiplin. Suatu proposal penelitian bersifat ilmiah, benar adanya dan tercermin pada keseluruhan isi dan pendekatannya. Akan tetapi, apakah penyampaiannya mempersyaratkan demikian? Apakah tidak mungkin menggunakan alur dan gaya bahasa semipopuler yang cenderung mudah dipahami dan bersifat mengalir. Perdebatan seperti ini terjadi juga pada pemilihan kata-kata (diksi) untuk judul, apakah tidak memungkinkan menggunakan bahasa-bahasa yang sedikit sastrawi atau semi populer? Semi populer adalah penulisan dan struktur kalimat yang bersifat bebas dan tidak dibatasi oleh standar-standar yang terlalu rigid. Semi populer mengedepankan aspek penerimaan pesan tulisan dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti. Umumnya, selain menggunakan kalimat-kalimat pendek, jenis penulisan semi populer menekankan pada pemilihan kata-kata yang sudah dikenal banyak orang. Artinya, semi populer tidak menghendaki adanya keruwetan berpikir dari adanya kata-kata yang multitafsir. Pola seperti ini biasanya dipraktikkan pada penulisan essay, baik surat kabar ataupun majalah. Pada bidang sosial kemanusiaan seperti antropologi, sosiologi, politik, bahasa dan hukum sangat dimungkinkan menggunakan alur pikir dan judul yang
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |33
semi populer. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kekuatan bidang-bidang ilmu ini adalah pada penggunaan kata-kata dalam narasinya. Bahkan pemilihan kata yang tepat akan menjadi state of the art tersendiri bagi suatu usulan penelitian. Pemilihan kata sastrawi yang multi-tafsir juga menjadi poin tersendiri bila rangkaian substansial memang memiliki kesulitan untuk memaknainya pada satu definisi saja. Pemilihan kalimat seperti ini akan menjadi solusi pengaman, ketika gejala sosial tersebut tidak tergantung pada satu variabel atau satu faktor saja, tetapi banyak variabel dan faktor yang ikut mempengaruhi. Penggunaan pola semi populer akhirnya menjadi penting untuk membawa “alam bawah sadar” pembacanya dalam menginterpretasikan sendiri akan maksud kalimat-kalimat yang ada itu. Demikian juga judul yang sedikit sastrawi sebenarnya diperkenankan untuk masuk dalam sebuah proposal penelitian. Meminimalisir Kesalahan Tulis dan Tata Bahasa Kesalahan tulis dan tata bahasa ini menjadi indikator paling penting penilaian sikap kehati-hatian dan komitmen pengusul dalam melakukan penelitian dan penulisannya. Kesalahan yang disebabkan oleh kurang hati-hatinya penulis dalam mengetik, misalnya: (i) hilangnya huruf dalam sebuah kata; (ii) tidak memperhatikan penggunaan huruf besar dan miring; (iii) salah ketik dari sebuah kata; (iv) penggunaan poin-poin yang keliru; (v) penggunaan kata sambung dan peletakan tanda-tanda baca yang salah; (vi) banyaknya kutipan; (vii) lay outer yang tidak jelas dan membingungkan, misalnya margin kanan atau kiri yang tidak konsisten; (viii) inkonsistensi penggunaan sistem pengutipan, apakah in text atau footnote; (ix) daftar pustaka yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, sementara sumber rujukan dalam badan proposal tidak disebutkan, dan masih banyak hal lainnya. Selain persoalan kesalahan teknis di atas, kesalahan paling banyak dalam penulisan proposal ataupun hasil penelitian disebabkan oleh ketatabahasaan, seperti: (i) tidak ada subjek atau objek dalam sebuah kalimat; (ii) kalimat terlalu panjang atau sangat pendek; (iii) struktur paragraf yang terlalu panjang atau terlalu pendek; (v) paragraf tidak menjelaskan poin penting; (vi) tidak ada kesinambungan antara kalimat dan antar paragraf; (vii) satu bagian terlepas dari bagian lain; (viii) tidak memiliki induk atau anak kalimat yang saling menjelaskan; (ix) tidak menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD) sebagaimana diatur dalam tata bahasa Indonesia; (x) banyaknya istilah teknis, baik substantif atau metafor, yang berlebihan dan multitafsir; (xi) adanya kalimat tiba-tiba dengan isi substansi yang berbeda atau saling menjelaskan, tetapi ada perbedaan dengan alur bahasa yang digunakan. Ada dugaan kuat, bahwa kalimat atau paragraf tersebut benar-benar berasal dari potongan kutipan; dan (xii) mencampur adukkan ide individu dengan pendapat yang berasal dari kutipan tanpa pengubahan phrase atau main kutip, sehingga alur kalimatnya terputus (stag) dan tidak berimbang. Beberapa poin lain yang berhubungan dengan ketatabahasaan juga seringkali cukup mengganggu sebuah penulisan proposal penelitian.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |34
Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan tulis dan tata bahasa di atas, maka pengusul perlu melakukan langkah-langkah penting sebagai berikut. 1. Menyistematisasikan pemikiran dan alur tulisan dalam bentuk outline penulisan; 2. Memelajari kembali ketatabahasaan dan pedoman penulisan karya ilmiah yang baku dan dikenal secara umum oleh masyarakat ilmuwan; 3. Jika hendak menggunakan istilah-istilah teknis dan kata-kata yang cukup asing, terlebih dahulu melihat kamus bidang keilmuannya dan kamus besar Indonesia. 4. Ada dua langkah menulis, yaitu: pertama, menulis secara keseluruhan, dari awal sampai akhir; dan kedua, menulis secara bagian (sepotong-potong). Pilihan terhadap langkah menulis ini memiliki konsekuensi masing-masing. Langkah pertama, memungkinkan pengusul memahami alurnya secara jelas dan berkesinambungan; sementara langkah kedua, memungkinkan pengusul berpikir sepotong-sepotong, dan membahayakan sistematika pemikirannya secara keseluruhan. Namun demikian, hal ini bisa dihindari, dengan cara membaca setidaknya dua paragraf terakhir pada setiap bagian masing-masing. Bila menggunakan langkah pertama, maka pengusul harus mengulang membaca dan kemudian menyelaraskan setiap bagian tulisan dan memperbaiki kesalahan yang ada. Bila menggunakan langkah kedua, maka sebelum pada bagian selanjutnya, pengusul harus terlebih dahulu memperbaiki setiap bagiannya sebelum berlanjut ke bagian lain.Cara seperti ini cukup efektif, karena pengusul dengan sendirinya akan memperbaiki setiap bagian tulisan. Hal ini membutuhkan kesabaran luar biasa, karena umumnya proses penyelarasan akan dilakukan berkali-kali. Proposal penelitian yang melalui penyelarasan ini akhirnya menemukan bentuk sebuah proposal, dan terhindarkan dari kesalahan teknis dan substansi yang tidak perlu dan menghindarkan proposal penelitian yang diajukan masuk ke “tong sampah”. Penyesuaian Teknis dan Kerapihan Proposal (Lay out dan Kemasan) Setelah kehati-hatian dalam penulisan dan penyelarasan tata bahasa yang baik, hal lain yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian teknis sebagaimana yang ditetapkan oleh lembaga pembiayanya. Aspek ini umumnya mencakup ketentuan; (i) font huruf; (ii) jarak spasi; (iii) prosentase masing-masing bagian, misalnya pendahuluan yang mencakup latarbelakang masalag, rumusan masalah, tujuan, dan landasan teori setidaknya 50 persen dari keseluruhan proposal; sementara bagian metode 20 persen, dan bagian target capaian dialokasikan 30 persen, maka semuanya disesuaikan; (iv) jumlah halaman keseluruhan proposal; (v) ukuran margin atas, bawah, samping kanan dan kiri; (vi) format halaman depan; (vii) penyebutan nomor pendaftaran online; (viii) daftar pengesahan dan pejabat yang menandatanganinya; (ix) lampiran daftar riwayat hidup dan doku-
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |35
men pendukung lainnya, perlu diletakkan dan disesuaikan dengan pedoman atau ketentuan-ketentuan yang ada. Contoh: judul proposal penelitian yang menggunakan phrase semi populer, dan ada kesan sedikit sastrawi, yaitu: • Judul penelitian bidang sosiologi dan antropologi tentang tata permukiman yang bersifat enclave (kantong), usulan: M. Alie Humaedi untuk program sejarah sosial permukiman Pekerjaan Umum; “Perkampungan di tengah Perkantoran: Persepsi Warga Sampora Cibinong terhadap Akses Sosial Ekonomi”. • Judul penelitian bidang etnografi tentang peran masjid pada situasi bencana. Proposal penelitian ini diusulkan oleh M. Alie Humaedi, dan diterima oleh United Nation Office for Coordination Humanitarian Affairs (UNOCHA, 20102011). “Di Rumah Mu Kami Berlindung: Peran Masjid dalam Situasi Bencana di Indonesia” RANGKUMAN Strategi penulisan proposal mencakup aspek substansi yang meliputi identifikasi awal melalui brainstorming, identifikasi masalah dan menuangkannya dalam rumusan masalah yang baik dan menarik, serta pemilihan metode yang tepat. Sementara dalam soal teknis, penulisan proposal harus memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa, tata tertib penulisan, pemilihan diksi kalimat baik untuk judul ataupun narasi kalimatnya, serta ikatan antar paragraf. LATIHAN Faktor penting apa yang menyebabkan donor atau penyandang dana menolak suatu proposal? Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk membuat proposal dapat didanai? JAWABAN Penyandang dana biasanya sudah menentukan arah atau pertanyaan studi. Namun demikian, penyandang dana biasanya belum memiliki metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Peneliti yang belum mampu mendemonstrasikan metode penelitian yang tepat untuk menjawab pertanyaan donor, sudah dapat dipastikan sulit untuk berhasil. Mencari metode penelitian yang tepat menjadi kunci keberhasilan suatu proposal. Idealnya untuk menemukan teknik yang pas, peneliti perlu memperbanyak waktu untuk melakukan tukar pikiran dalam kelompok. Teknik analisis tentu tidak perlu dipilih secara rumit. Dengan teknik yang sederhana namun, mudah diukur akan jauh lebih efektif dibandingkan dengan model-model yang rumit.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |36
Berpikir Kritis (critical thingking) dan Teknik Pemecahan Masalah (problem solving) Indikator Keberhasilan Peserta mampu memahami apa yang dimaksud dengan berpikir kritis. Peserta mampu mengaplikasikan berpikir kritis dalam memahami dan memecahkan permasalahan penelitian. KRITISISME: MODAL DASAR KEHIDUPAN AKADEMIK Menarik untuk dicermati mengapa, berpikir kritis masuk dalam materi mata ajar proposal dan rancangan penelitian. Pertimbangan apa yang melatarbelakangi urgensi berpikir kritis masuk dalam pokok bahasan ini? Berpikir kritis akan memberikan daya ungkit yang besar bagi kualitas proposal dan rancangan penelitian yang lebih baik. Proposal yang dibangun dengan alur pemikiran yang kritis memiliki kemungkinan lebih besar untuk diterima oleh penyandang dana. Apa itu berpikir kritis? Sebagaimana dikemukakan oleh Lai (2011), bahwa definisi berpikir kritis masih bersifat ‘Elusive’, namun terdapat unsur-unsur yang saling bersinggungan. Unsur-unsur tersebut yaitu: (i) menganalisis alasan/ argument, (ii) mengambil kesimpulan (baik secara induktif dan deduktif), (iii) menilai atau mengevaluasi, dan (iv) mengambil kesimpulan atau memecahkan masalah. Latar belakang pengetahuan adalah penting untuk memulai berpikir kritis, tetapi belumlah cukup (necessary but not sufficient). Berpikir kritis memerlukan keahlian kognitif, atau kemampuan dan karakter atau personal (dispositions). Karakter tersebut dapat dilihat sebagai sikap atau kebiasaan berfikir, secara terbuka dan adil, penuh rasa keingintahuan, fleksibel, selalu mencari alasan, keinginan untuk mengetahui informasi secara lengkap, dan adanya keinginan untuk menghormati atau menanggapi pendapat yang berbeda. Secara umum, dalam kehidupan sehari-hari, berpikir kritis, dimulai dengan tiga tingkatan (www.plymouthuniversity.edu). 1. mencari informasi yang tujuannya adalah untuk mendeskripsikan sesuatu, seperti dimulai dengan kata tanya apa, dimana, siapa, dan kapan. 2. dalam tingkatan pertanyaan analisis maka kata tanya berikut seringkali dipergunakan seperti bagaimana, mengapa, dan apa. 3. pertanyaan yang bersifat evaluasi seperti apa implikasinya atau apa selanjutnya. Dengan demikian, berpikir kritis ditandai oleh kemampuan untuk melakukan transformasi pemahaman dari yang bersifat deskriptif, menuju analisis dan akhirnya evaluatif. Berpikir kritis, merupakan elemen sangat penting dalam suatu kegiatan penelitian dan hal ini dapat dimulai dengan membaca setiap literatur secara Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |37
kritis. Membaca secara kritis melibatkan paling tidak tujuh (7) unsure (www. qmu.ac.uk): • Mengidenfitikasi argumen-argumen yang dikemukakan oleh penulis • Secara kritis mengevaluasi argumen yang disampaikan • Mencari bukti-bukti dalam teks • Mengevaluasi bukti-bukti yang diberikan • Mempertanyakan motif penulisan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya • Mengindentifikasi kesimpulan yang disampaikan penulis • Memutuskan apakah bukti-bukti yang diberikan mendukung kesimpulan ANALISA Berpikir kritis artinya membuat penilaian secara hati-hati dan tepat.1 Dengan demikian, berpikir kritis adalah seseorang yang memberikan penilaian melalui suatu proses analisis yang sistematis dan penuh dengan rasa keingintahuan. Berpikir secara kritis dimulai dengan kemampuan untuk melakukan analisis dan analisis secara kritis. Berikut dijelaskan akan analisis dan analisis kritis. Analisis Seorang peneliti selalu dihadapkan dalam sistem yang kompleks. Dengan demikian, seorang peneliti perlu memiliki kemampuan untuk menyederhanakan atau memilah-milah sistem yang kompleks, ke dalam subsistem. Melalui proses ini, masing-masing elemen dapat dipelajari secara terpisah dan selanjutnya dipelajari bagaimana hubungan antar elemen. Sehingga dengan proses analisis, seorang peneliti diasah kemampuannya dalam hal: • Memiliah-milah elemen dari suatu sistem • Menunjukkan bukti-bukti yang menyebabkan eksistensi masing-masing elemen • Melihat bagaimana keterkaitan masing-masing elemen • Menentukan seberapa penting posisi dari masing-masing elemen tersebut Analisis kritis (Critical analysis) Dalam proses analisis peneliti kerapkali dihadapkan pada banyak pertanyaan. Namun demikian, secara umum ada dua jenis pertanyaan. • pertanyaan yang dirancang untuk memperjelas fakta-fakta. • pertanyaan yang dikaitkan dengan membuat penilaian akan sesuatu yang penting atau bernilai atau kebenaran atas suatu topik yang diteliti. Bagi seorang sejarawan, tentu saja pertanyaan akan menjadi lebih kompleks. Penting bagi seorang sejarawan untuk mengetahui validitas sumber informasi, maka ada tiga aspek yang perlu digali lebih dalam yaitu: (i) dari mana sumber informasi didapat (sumber pertama, kedua, atau lainnya); (ii) apakah in-
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |38
formasi yang didapat didukung oleh sumber informasi lainnya; dan (iii) adakah kecurigaan atas informasi yang bias atau tidak akurat. Ketika peneliti bergerak dalam ranah keingintahuan yang demikian, maka peneliti tersebut telah masuk ke dalam ranah analisis kritis. Berpikir kritis jangan diartikan sebagai sesuatu yang ‘negatif’. Namun lebih pada pertimbangan untuk melihat atau menilai hal yang baik dan kurang baik; atau menyaring informasi valid dan tidak valid; atau kelebihan dan kekurangan. Berpikir kritis (critical thinking) membutuhkan analisis yang sistematis yang didasarkan pada tiga elemen penting. Pertama, mempertanyakan material yang digunakan dalam analisis. Kedua, mengevaluasi metode yang digunakan. Ketiga, mengevaluasi bagaimana pengelolaan dilakukan untuk mencapai suatu penilaian atau kesimpulan. Dengan demikian tiga pertanyaan penting dibalik sikap kritis yaitu: • Definisi. Apa yang sedang didiskusikan (ide, fakta, argumen, dan teori)? • Perbandingan dan kontras. Bagaimana hal atau topic sama atau berbeda dari topik lain yang berhubungan. • Penilaian. Seberapa baik fakta-fakta yang diberikan? Adakah cara pandang lain untuk mendiskusikan topik? Bagaimana urgensi topik secara keseluruhan? Dengan demikian secara ringkas, berpikir kritis menghendaki adanya kemampuan dalam hal: • Melakukan analisis: mereduksi hal yang kompleks menjadi sederhana serta memeriksa hubungan diantara masing-masing elemen • Mengadopsi sikap kritis atas elemen-elemen tersebut: dengan mempertanyakan arti, mengevaluasi bukti-bukti yang menyertainya, serta membuat penilaian atas urgensi atas masing-masing elemen • Akhirnya, mempresentasikan penilaian dalam cara yang persuasif dan alasan-alasan yang logis (reasoned argument). Berpikir kritis lahir melalui suatu proses pembelajaran (www.fd.unl.pt). Berpikir kritis adalah proses yang dibangun secara bertahap mulai dari unreflective thinker-challenged thinker-beginning thinker-practicing thinker-advanced thinker-master. Dalam tingkatan master thinker, berpikir kritis sudah menjadi kebiasaan baik sehari-hari dan menjadi ‘second nature’. Namun, demikian berpikir kritis haruslah didasarkan pada kesadaran intelektual yang baik dan benar. Gambar di bawah ini memperlihatkan standar intelektual sebagai elemen-elemen penting untuk membangun intelektualitas yang handal. Bagian hulu dimulai dengan standar. Standar berisikan paling tidak 10 elemen yaitu: kejelasan, akurasi, relevansi, logis, ekstensif, ketepatan, signifikan, kelengkapan, keseimbangan, dan kedalaman. Standar tersebut harus diaplikasikan dalam menggali elemen-elemen yang terdapat dalam tujuan, pertanyaan, pendapat, informasi, kesimpulan, konsep, implikasi dan asumsi. Elemen-elemen tersebut perlu dipelajari dalam mengemModul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |39
bangkan sifat-sifat seorang intelektual yang tidak angkuh, independen/bebas, berintegritas, penyemangat, konsisten, percaya diri, berempati, dan adil.
Elemen-elemen berikut penting diperhatikan sebagai check point apakah proposal penelitian yang disiapkan sudah sejalah dengan prinsip-prinsip berpikir secara kritis (www.fd.unl.pt). • Setiap penelitian memiliki maksud yang utama dan tujuan • Setiap peneltian menjawab pertanyaan utama, masalah atau isu • Setiap penelitian mengidentifikasikan data, informasi, dan bukti-bukti yang relevan terhadap pertanyaan utama dan tujuan • Setiap penelitian berisikan pengujian hipotesis atau interprestasi, sebelum mengambil kesimpulan • Setiap penelitian dilakukan atas beberapa pandangan atau argumen atau kerangka referensi • Setiap penelitian berdasarkan pada asumsi-asumsi • Setiap penelitian diekspresikan dan dibentuk oleh suatu konsep dan berbagai ide • Setiap penelitian akan memberikan implikasi dan konsekuensi Aplikasi dari pengembangan berpikir kritis ditandai oleh kemampuan yang semakin tajam untuk melihat akar permasalahan. Misalkan saja, ketika akan menganalisis rantai sebab (causal chain) dari polusi dan eksploatasi berlebihan atas suatu danau, maka metode causal chain analysis (CCA) menghendaki adanya pemahaman dalam beberapa arena, yaitu: Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |40
• • • •
kareakteristik sistem danau; identifikasi kegiatan sosial dan ekonomi yang dominan; mengidentifikasi dampak lingkungan paling utama, akibat aktivitas ekonomi; mengidentifikasi sebab utama sosial dan ekonomi terhadap danau dan keterkaitannya terhadap dampak lingkungan.
Gambar 4. Contoh Siklus Berpikir Kritis dalam Kasus Danau
Secara sederhana langkah-langkah berpikir kritis dapat diaplikasikan dalam suatu sistematikan proposal sebagai berikut: Langkah-langkah TOPIK IDENTIFIKASI MASALAH
RUMUSAN MASALAH
PERTANYAAN PENELITIAN
Modul DJFP Tingkat Pertama
Contoh langkah
Pengukuran keparahan tingkat kemiskinan dan faktor-faktor penyebabnya di Kabupaten Belu, Nusa tenggara Timur (1) Pertumbuhan ekonomi belum mengurangi kemiskinan secara signifikan; (2) Semakin parahnya tingkat kemiskinan; (3) Kegagalan program anti kemiskinan; (4) Lemahnya dukungan lembaga keuangan bagi usaha mikro; (5) kompleksitas penyebab kemiskinan
Dari sejumlah masalah terkait dengan kemiskinan yang dikemukakan di atas, dua diantaranya yang penting untuk diteliti secara lebih mendalam adalah bagaimana mengukur tingkat kemiskinan yang lebih mendekati realitas dan faktor-faktor apa saja menyebabkan relatif tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia. Pemerintah telah melaksanakan pembangunan dan berbagai program anti kemiskinan secara lebih intensif semenjak awal Orde Baru, baik secara nasional maupun di tingkat daerah, termasuk di Kabupaten Belu. Akan tetapi, realitasnya jumlah penduduk miskin masih relatif tinggi. Hal ini mengindikasikan pemerintah belum memahami dengan baik faktorfaktor penyebab kemiskinan sehingga program-program anti kemiskinan belum berhasil secara signifikan. Dari rumusan masalah di atas, dapat diturunkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Seberapa parah tingkat kemiskinan masyarakat Kabupaten Belu? 2. Apa saja faktor-faktor dominan penyebab kemiskinan tersebut? 3. Bagaimana langkah yang harus ditempuh pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin secara signifikan di Kabupaten Belu ?
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |41
RINGKASAN Kemampuan berpikir kritis merupakan awal untuk membangun sebuah proposal dan rancangan penelitian yang berkualitas. Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan untuk menganalisis alasan/argumen, mengambil kesimpulan (baik secara induktif dan deduktif), menilai atau mengevaluasi, dan mengambil kesimpulan atau memecahkan masalah. Berpikir kritis terbentuk melalui suatu proses menuju thinker-master. Dalam ilmu sosial, hal ini terbangun melalui akumulasi pengalaman penelitian dan kemampuan untuk membaca kritis. LATIHAN SOAL Berikan analisis kritis saudara untuk memetakan permasalahan kemiskinan yang terjadi di Indonesia apa akar masalah yang ada? JAWABAN: Secara sederhana akar permasalahan kemiskinan bisa berada dalam ranah struktural, kultural, dan alamiah. Namun secara luas, dapat dipetakan menjadi tiga dimensi. No
Struktural
Kultural
Alamiah
1 2 3 4 5 6 7 8
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |42
Teknik Merumuskan Permasalahan/Pertanyaan Penelitian Indikator Keberhasilan Peserta diklat dapat merumuskan permasalahan dengan benar berdasarkan tujuan penelitiannya. Peserta juga dapat menegaskan secara tepat subyek atau obyek penelitian beserta metode yang ditetapkannya, berdasarkan alur dari kerangka teori yang digunakannya. PENGERTIAN PERMASALAHAN DAN RUMUSAN MASALAH Permasalahan: Permasalahan merupakan justifikasi atau alasan dilakukannya sebuah penelitian. Permasalahan berbeda dengan rumusan masalah. Masalah merupakan kesenjangan atau perbedaan antara teori dan praktik, antara harapan dan kenyataan, atau antara rencana dan realisasi. Penentuan masalah dalam penelitian merupakan bagian yang penting karena akan terkait dengan topik penelitian dan berdampak pada langkah-langkah selanjutnya. Pada bagian ini diidentifikasi permasalahan yang sumbernya dapat diperoleh dari hasil/laporan penelitian, makalah ilmiah, buku, majalah, seminar, diskusi, dan pengamatan/pengalaman pribadi dari calon pengusul ataupun cerita dari narasumber. KONSEP PERTANYAAN PENELITIAN Ilmu berkembang diawali dari suatu suatu pertanyaan. Paling tidak ada tiga spektrum atau hulu yang akan terus menggugah rasa keingintahuan peneliti, yaitu: • Ontologi: pembahasan mengenai keberadaan (being) sesuatu; ciri-ciri • Epistemologi: Diskusi mengenai bagaimana memperoleh pengetahuan atau bagaimana cara memahami suatu konsep; memahami gejala • Aksiologi: segi nilai, kegunaan seperti tercermin dalam tujuan dan hasil suatu proses; mungkin masih kabur ‘utopia’ Pertanyaan penelitian merupakan penuntun dan pusat dari suatu penelitian. Dalam hal merumuskan pertanyaan penelitian, ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan yaitu: (i) kejelasan, (ii) fokus, dan (iii) tingkat komplesitas yang pantas atau layak (www.libraries.indiana.edu). Idealnya, pertanyaan penelitian juga dibangun oleh hasil sintesa dari sumber yang beragam. Peneliti dapat lebih mudah dan unik dalam mempresentasikan argumen. Dalam memformulasikan pertanyaan penelitian, ada dua tuntunan yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Pilihlah topik yang bersifat umum, lalu dilanjutkan dengan studi pustaka (jurnal) untuk melihat studi-studi yang telah dilakukan. 2. Pikirkan siapa audience dari studi ini, apakah tulisan ini akan menjadi suatu tulisan akademis atau umum? Buatlah pertanyaan-pertanyaan terbuka akan
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |43
masalah yang akan diteliti seperti apa, bagaimana, dan mengapa (http.// twp.duke.edu). Langkah selanjutnya, nilai kegunaan dan kemampuan untuk menjawab pertanyaan penelitian juga penting untuk diperhatikan. Beberapa pertanyaan berikut dapat menjadi pedoman untuk melihat tingkat ‘do-able’ dan urgensi suatu pertanyaan penelitian (http.//twp.duke.edu): 1. Apakah pertanyaan ini sesuatu yang saya dan orang lain perhatikan dengan seksama? Apakah ini dapat diperdebatkan? 2. Apakah pertanyaan penelitian adalah gelombang baru dari masalah lama, atau apakah hal ini akan memecahkan masalah? 3. Apakah ini terlalu luas atau terlalu sempit? 4. Apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan waktu dan lokasi tertentu? 5. Informasi apa yang dibutuhkan? Dalam dinamikanya, pertanyaan penelitian lahir dari dua kutub, yaitu: • mempertanyakan suatu teori. Selanjutnya dilakukan observasi untuk menguji/ mengembangkan/meningkatkan/memperbaiki teori tersebut. Pendekatan ini disebut sebagai deduktif. • keingintahuan diawali dari suatu observasi. Selanjutnya dilakukan generalisasi dari obeservasi tersebut hingga menjadi suatu teori baru. Pendekatan ini disebut sebagai induktif. Dengan demikian, pertanyaan penelitian dapat terlahir baik secara induktif, deduktif atau interaksi antara keduanya. IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah merupakan upaya atau langkah memetakan masalah-masalah yang bisa diajukan sebagai obyek material berbagai penelitian. Alat yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi masalah adalah kepekaan merasakan, melihat dan menghubungkan masalah-masalah yang ada di sekeliling kehidupan adalah masalah yang dapat dirumuskan sebagai sebuah penelitian. Prinsipnya bahwa segala sesuatu yang ada di sekeliling kehidupan manusia sebenarnya jabaran persoalan yang bisa diangkat menjadi penelitian. Persoalannya, apakah kita peka atau jeli melihat segala sesuatu itu sebagai suatu permasalahan, baik yang berdampak bagi pengetahuan ataupun bagi kehidupan manusia. Suatu persoalan bisa saja dibangun tidak hanya oleh satu faktor atau variabel saja, melainkan juga oleh keanekaragaman faktor dan variabel yang saling terkait. Keterkaitan inilah yang menciptakan persoalan yang bersifat ragam perspektif, dan hanya bisa diangkat melalui metode yang tepat dalam pencarian jawaban atas permasalahannya. Persoalan yang tersebar, tentu akan menjadi ide bila ada stimulasi yang benar-benar kuat. Stimulasi itu misalnya, berupa kebutuhan atas data terkait, jawaban mengenai persoalan yang ada, atau ketertarikan bahwa masalah ini Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |44
akan semakin membesar bila dibiarkan begitu saja. Stimulasi-stimulasi seperti ini akan hadir berdasar kepekaan dan pengalaman yang dimiliki pengusulnya, terlebih ketika persoalan tersebut kemudian menyebabkan permasalahan dalam arti praktik di tengah kehidupan atau suatu anomali dari berbagai unsur yang ada. Tidak jarang, walaupun bagi sebagian orang suatu permasalahan itu menarik, tetapi bagi sebagian lain menganggapnya biasa-biasa saja, bahkan tidak penting. Di sinilah keahlian pengusul proposal penelitian, agar sesuatu yang dianggap biasa-biasa saja atau tidak penting itu bisa terasa menjadi penting, bahkan sangat penting untuk dicari jawabannya secara ilmiah. Caranya, bisa menghadapkan permasalahan itu kepada suatu teori, di mana dasar teori itu ada kemiripan dengan persoalan yang akan diusulkan. Bisa juga, menganalogikan persoalan yang diteliti dengan persoalan yang dituju oleh suatu kerangka teori pada kasus lain yang memiliki kemiripan faktor atau variabelnya. Jika dua cara itu benar-benar tidak ada kaitan dengan fenomena sebelumnya, pengusul bisa saja menawarkan keinginannya untuk membangun teori baru dari permasalahan yang sederhana sekalipun, seandainya dari proses pembacaan yang ada benar-benar tidak ditemukan adanya teori tentang hal itu. Semua proses ini harus dijelaskan secara mengalir dalam proposal penelitian, sehingga transfer rasa penasaran pun akan terjadi kepada pihak penerima proposalnya. Secara umum penyusunan ide atau identifikasi masalah untuk proposal penelitian bisa melalui beberapa proses, sebagai berikut: 1. Tentukan bidang masalah yang hendak diteliti dalam kawasan disiplin keilmuannya; 2. Kreatif dan inovatif dalam menentukan bidang masalah penelitian dengan menghindari bidang, jenis, dan masalah yang sudah sering atau banyak diteliti; 3. Batasi ruang lingkup masalah penelitian dari aspek jenis masalah, variabel, tingkat dan jenjang pendidikan, populasi dan responden/informan, dan tempat penelitian. 4. Cari teori yang terkait dengan masalah itu; dengan cara melakukan review atau kaji penelitian yang pernah dilakukan dalam bidang masalah yang telah dipilih, sehingga setidaknya tahu tentang posisi penelitian yang hendak dilakukan; 5. Pertimbangkan kemungkinan dan kelayakan penelitian dilihat dari sumber-sumber teori, sumber data, dana, dan waktu; 6. Diskusikan masalah penelitian yang diyakini baru itu dengan teman atau peneliti yang berpengalaman dalam bidang tersebut. 7. Pegang teguh bahwa pengusul adalah pemilik dan penanggung jawab pelaksanaan dan hasil penelitian dari apa yang akan diajukan. Pemikiran orang lain sebagai masukan untuk memantapkan pengusul mengambil keputusan dalam menyusun proposal penelitian serta melaksanakannya di kemudian hari. Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |45
8. Cari keunikan, baik secara tematik atau lintas disiplin dari persoalan yang diajukan. Tidak jarang, suatu persoalan telah dibahas peneliti lain dengan menggunakan suatu atau satu perspektif saja, maka pengusul baru bisa mengajukannya dengan menggunakan perspektif lain atau gabungan beberapa perspektif yang lintas disiplin. 9. Cari dan identifikasi masalah yang sifatnya sedikit dijauhi oleh orang, karena pengumpulan datanya harus keluar dari zona nyaman dan aman. Identifikasi permasalahan dalam aspek kebudayaan komunitas adat terpencil, budaya populer kelompok-kelompok anti kemapanan, dan sebagainya dalam ilmu sosial kemanusiaan menjadi poin tersendiri. 10. Susun ide dalam gaya bahasa mengalir. Terlebih bagi ilmu-ilmu sosial kemanusiaan, penulisan proposal penelitian dapat dilakukan dengan gaya bahasa yang sedikit populer atau sastrawi (walaupun tidak berlebihan), melepaskan diri dari bahasa-bahasa teknis atau istilah-istilah subject matter disiplin keilmuannya yang cenderung menyulitkan pembaca, dan menghindarkan diri dari banyaknya kutipan. Tujuannya, agar identifikasi permasalahan yang diajukan itu benar-benar mudah terbaca dan dimengerti apa yang ditujunya. Pengajuan proposal penelitian pada prinsipnya adalah diketahuinya persoalan yang diajukan beserta cara menjawab persoalan tersebut. RANGKUMAN Adanya permasalahan selalu menjadi menarik untuk diteliti. Namun demikian, diperlukan keahlian peneliti untuk memetakan permasalahan secara tepat. Tidak semua permasalahan menarik untuk diteliti, persyarakat berikut yaitu: aspek feasible, masalah harus jelas, masalah harus signifikan, dan masalah bersifat etis dapat menjadi proses seleksi pemilihan masalah. LATIHAN Bandingkan ketiga pertanyaan penelitian berikut: 1. Mengapa ayam menyeberang jalan? 2. Berapa banyak ayam yang menyeberang jalan besar Durhan, NC, 6 Februari 2014? 3. Apa saja faktor-faktor lingkungan yang terjadi di jalan besar Durhan, NC, antara Januari dan Februari 2014, yang menyebabkan ayam-ayam menyebrang jalan itu? Diantara ketiga pertanyaan itu, pertanyaan mana menurut saudara yang paling baik? Jelaskan! JAWABAN Pertanyaan pertama, terlalu luas dan belum mencerminkan segmen analisis. Pertanyaan tersebut tidak menyebutkan ayam dan jalan yang mana? Pertanyaan kedua, dapat dijawab secara spekulatif (hipotesis) dengan melakukan penelusuran lewat internet. Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan satu Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |46
kalimat dan tidak dapat secara gamblang dianalisis. Pertanyaan ketiga, lebih rinci. Pertanyaan ini dapat mengarahkan penulis untuk mencari faktor-faktor nyata mempengaruhi. Pertanyaan penelitian ini juga memungkinkan peneliti untuk berargumentasi pada tingkatan seperti apa hasil yang dicapai bermanfaat atau penting.
Menentukan Objek, Data, Teknik, Metode dan Pelibatan Personil dalam Penelitian Indikator Keberhasilan Peserta mampu memaparkan elemen-elemen umum di dalam aspek penentuan objek, data, teknik, metode, dan personil penelitian secara baik dan benar. PENENTUAN OBYEK DAN DATA TEKNIK Dalam suatu penelitian objek studi merupakan bagian yang sangat penting. Objek studi biasa disebut juga sebagai unit of analysis. Objek studi bisa mengambil berbagai bentuk seperti: individu, kelompok, artifak, unit geografi tertentu, interaksi sosial dan lainnya. Tentu saja dalam berinteraksi dengan objek studi peneliti perlu memperhatikan etika atau biasa disebut juga ethical clearance. Ethical clearance terhadap objek studi merupakan salah satu bentuk integritas tim peneliti dalam menjalankan prinsip-prinsip penelitian yang baik. Aspek kejujuran intelektualitas, akurasi, keadilan, perlindungan hak, perlindungan manusia, dan perlindungan hewan dan ciptaan lainnya merupakan hal yang perlu dijunjung tinggi. Setelah menentukan objek, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan elemen apa dari objek tersebut yang akan diukur atau diamati. Dengan demikian, akan terkumpul data yang selanjutnya dikategorikan dalam bentuk variabel dan sub-variabel. Pemilihan objek penelitian tentu saja memerlukan strategi tersendiri melalui teknik sampling. Salah satu tujuan ilmu statistik yaitu untuk mengambil kesimpulan atas populasi berdasarkan informasi yang terdapat dalam sampel yang berada dalam populasi tersebut. Sampling design adalah hal penting dilakukan sebelum mengambil sampel dari suatu populasi. Hal terpenting sebelum melakukan sampling design yaitu memahami karakteristik populasi terlebih jika karakteristik dari populasi relatif tidak sama (uniform). Peneliti perlu memilih sampel yang dapat merepresentasikan gambaran dari populasi dan bukan hanya bagian kecil dari suatu populasi. Hal terbaik yang dapat dilakukan untuk melihat/ mengukur indikator tertentu dari keseluruhan populasi yaitu dengan metode sensus. Namun tentu saja hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan karena kendala waktu dan biaya. Dengan kondisi tersebut, maka metode pengumpulan sampel menjadi ‘second best option’.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |47
Lebih jauh Kenkel (1989) memberikan lima alasan mengapa pengambilan sampel menjadi penting: (i) dari sisi biaya jauh lebih murah; (ii) informasi dapat dikumpulkan dengan cepat; (iii) jumlah observasi yang tidak terbatas; (iv) pengambilan sampel perlu merusak produk (destructive sampling); dan (v) meningkatkan tingkat akurasi. Namun tentu saja pengambilan sampel bukan berati tanpa masalah, misalkan sampel yang dipilih ternyata memiliki banyak elemen yang abnormal hal ini tentu menyebabkan estimasi parameter populasi menjadi tidak akurat. Masalah lain yang bisa terjadi yaitu sampling bias. Sampling bias terjadi ketika metode pemilihan sampel cenderung mengarah pada suatu karakteristik tertentu. Permasalahan sampling bias terjadi karena adanya selection bias. Bias dapat terjadi karena berbagai sebab, yaitu: (i) adanya pertanyaan sensitif yang membuat responden cenderung menjawab tidak benar atau tidak jujur; (ii) bias of nonresponse yaitu ketika responden secara sistematis tidak masuk sampel, misalkan ketika jejak pendapat melalui telepon dilakukan di pagi hari maka aspirasi kelompok pekerja cenderung tidak tertangkap secara baik; (iii) bias of self-selection yaitu bias yang terjadi karena penolakan dari responden (sukarela) yang tidak merasa tertarik atau memiliki pendapat berbeda dengan survei yang dilakukan; (iv) interviewer bias terjadi ketika pihak penanya dapat memberikan efek tertentu terhadap jawaban; dan (v) bias juga bisa disebabkan oleh pencatatan jawaban yang tidak tepat atau terjadinya kesalahan ketika memproses data (Kenkel, 1989). Pemilihan sampel dapat dilakukan dengan dua teknik dasar yaitu: probability samples dan nonprobability samples. Pemilihan dengan cara probability samples dilakukan secara acak (randomization). Tujuan utama random samples yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama pada semua anggota populasi terpilih dalam sampel penelitian. Sementara itu untuk non probability samples ada dua bentuk dasar, yaitu convenience sample dan judgment sample. Istilah lain yang identik dengan bentuk non probability samples yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Non probability samples memiliki kecenderungan bias tinggi, sehingga kearifan peneliti menjadi penting guna membangun pertimbangan yang diterima secara baik. Hal terbaik dari pemilihan sampel sacara random (random sample atau probability sampel) yaitu tidak adanya tendensi untuk memilih sampel atas suatu karakteristik tertentu. Setiap responden terpilih secara bebas (independent). Probability sampel memiliki enam jenis prosedur sampel (lihat tabel di bawah). Teknik pengolahan data akan sangat tergantung pada pendekatan yang dipilih yaitu kuantitatif atau kualitatif. Analisis kuantitatif akan bertumpu pada analisis statistik deskriptif, inferensial atau teknik-teknik kuantitatif lainnya. Sementara itu untuk pendekatan kualitatif dalam dilakukan dengan teknik etnografi, Grounded Theory, Analisis Interpretatif Fenomologis, Analisis Discourse/Analisis Wacana, Analisas Konversasi, Analisis Konten, dan Analisis Narasi.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |48
METODE Pengertian metode sendiri sering disamakan dengan metodologi, padahal keduanya berbeda. Metodologi, jelas terdiri dari dua kata, method dan logos, yang artinya ilmu tentang metode. Berbeda dengan metode yang hanya terdiri dari satu kata, method, yang artinya metode atau cara. Metodologi didefinisikan sebagai “a set of system of method, principles and rules of regulating a given discipline” (seperangkat sistem metode, prinsip-prinsip dan aturan yang mengatur atau memberikan suatu arah pada disiplin-disiplin keilmuan tertentu). Metode diartikan sebagai suatu prosedur, teknik atau cara melakukan sesuatu, terutama sesuai dengan rencana yang pasti tentang pelaksanaan kegiatan tertentu. Dengan demikian metodologi lebih bersifat umum, karena mencakup sistem panduan untuk memecahkan persoalan dengan komponen spesifiknya seperti bentuk, tugas, metode, teknik, dan alat, bahkan termasuk alur pemikiran umum atau menyeluruh dan gagasan teoritis suatu penelitian tertentu. Sementara metode berada di dalam metodologi, atau dengan kata lain, metode lebih berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam metodologi. Dalam konteks penelitian, yang termasuk metode adalah teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, penentuan populasi, serta sampel dan sejenisnya. Metode menjadi penting dalam sebuah alur penelitian, karena dengan komponen inilah, maka tingkat keilmiahan suatu pemikiran dan temuan dapat diakui. Metode menjadi salah satu hal terpenting dalam proses penelitian ilmiah yang berfungsi sebagai penghubung, antara asumsi (perkiraan) dengan data atau teori yang teruji. Sementara pemikiran dan kerangka teori dikriteriakan sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran penelitiannya (output). Seluruh proses penelitian ini harus mencerminkan dan mengakomodasi dunia ilmu pengetahuan sebagaimana yang ditetapkan oleh filsafat ilmu. Akhirnya, antara filsafat ilmu, rasa ingin tahu, ilmu pengetahuan dan metode menjadi satu hubungan yang saling terkait untuk menciptakan penelitian yang ilmiah. Kaitan ketiganya harus tercermin pada proposal penelitian, sebagai sebuah langkah awal melakukan penelitian. Metode penelitian merupakan cara-cara yang dipakai untuk memecahkan permasalahan secara ilmiah melalui serangkaian prosedur seperti menentukan tempat penelitian, mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menyimpulkannya secara ilmiah. Ada dua jenis metode yang sering dipakai yaitu metode deduktif dan induktif, atau campuran antara keduanya. • Penelitian (metode) deduktif berarti penelitian yang menggunakan cara berpikir (teknik atau metode) penelitian yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum menjadi khusus. Metode deduksi adalah metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |49
Pendekatan deduktif adalah pendekatan secara teoritik untuk mendapatkan konfirmasi berdasarkan hipotesis dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Suatu hipotesis lahir dari sebuah teori, lalu hipotesis ini diuji dengan dengan melakukan beberapa observasi. Hasil dari observasi ini akan dapat memberikan konfirmasi tentang sebuah teori yang semula dipakai untuk menghasilkan hipotesis. Penelitian seperti ini pada umumnya menghasilkan penelitian yang bersifat kuantitatif. • Penelitian yang menggunakan kerangka berpikir (metode) induktif adalah penelitian berdasarkan teknik atau metode yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus menjadi umum. Induksi adalah kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah preposisi tunggal atau partikular tertentu lalu ditarik kesimpulan yang dianggap benar dan berlaku umum. Dalam hal ini kebenaran kesimpulan adalah bersifat sementara dan tidak mutlak. Penelitian seperti ini umumnya menghasilkan penelitian yang bersifat kualitatif. Pendekatan induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori berdasarkan hasil pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan berkali-kali akan membentuk sebuah pola tertentu. Dari pola tersebut akan lahir hipotesis sementara atau hipotesis tentatif. Hipotesis yang terbentuk berasal dari pola pengamatan yang dilakukan. Setelah dilakukan berulang-ulang, barulah diperoleh sebuah teori. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Ketika mengadakan penelitian ilmiah, seorang peneliti terbebas dari segala macam pengandaian, spekulasi, anggapan, dugaan, agar penelitian bebas dari bias ilmiah sehingga mencapai kebenaran objektif; 2. Peneliti tidak hanya memperhatikan fakta yang cocok satu sama lainnya, tetapi juga harus memperhatikan fakta dan data yang bertentangan dan berbeda yang tidak pernah diduga sebelumnya; dan 3. Setelah melakukan pengamatan atas objek sebagaimana adanya dan mengumpulkan fakta dan data tentang objek, lalu dievaluasi, diklasifikasi, dirumuskan dan disimpulkan. Jadi baru pada tingkat inilah peneliti dapat menggunakan berbagai konsep dan teori untuk mengolah data dan fakta. • Penelitian yang menggunakan kerangka berpikir campuran, yaitu induktif dan deduktif. Jenis penelitian seperti ini, peneliti berusaha menggabungkan cara berpikir secara induktif dan deduktif. Mula-mula peneliti mengajukan pertanyaan penelitian dan menjawabnya secara induktif. Jawaban dari pertanyaan ini akan menghasilkan suatu simpulan yang bersifat deduktif. PELIBATAN PERSONIL Dalam lingkup penelitian yang besar, peneliti biasanya selalu bekerja bersama dalam tim, baik yang bersifat multidisiplin ataupun interdisiplin. Hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh seorang koordinator penelitian yaitu memilih personil sesuai dengan kebutuhan penelitian. Struktur peneliti kepala, anggota, tenaga teknisi, dan tenaga lapangan merupakan bagian yang perlu
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |50
dipersiapkan. Secara lebih rinci peneliti kepala juga perlu mempertimbangkan komposisi pendidikan, jabatan fungsional, keahlian spesifik (kepakaran), tugas dan tanggung jawab, termasuk alokasi waktu bekerja dari para anggota tim. RANGKUMAN Peneliti perlu memahami objek penelitian ilmu sosial yang berdimensi luas. Dengan demikian integritas dalam memperlakukan objek studi penting untuk diperhatikan. Pemilihan objek studi dalam dilakukan dengan berbagai teknik dan metode. Hal terpenting yaitu masing-masing teknik atau pendekatan memerlukan disiplin dalam mengimplementasikan teknik yang dipilih. Aplikasi metode deduktif, induktif atau keduannya membuka ruang yang besar untuk terjadinya temuan-temuan baru dari suatu penelitian. Terakhir, peneliti tidak bisa bekerja sendiri, terlebih dalam lingkup studi yang besar dan kompleks. Strategi dalam menyusun anggota tim serta pembagian kewenangan dan tanggung jawab penting untuk dikawal secara ketat. LATIHAN 1. Penelitian dalam ilmu sosial, tidak dapat dilepaskan dalam interaksi dengan objek yang hidup, bagaimana sebaiknya peneliti sosial menyikapi interaksi dengan objek yang hidup, hal-hal apa yang perlu diperhatikan? 2. Apa perbedaan antara metodologi dan metode? JAWABAN Penting untuk seorang peneliti memahami ethical clearance. Ethical clearance, dimaksudkan agar peneliti penuh hormat atas objek studi, saling menguntungkan dengan meminimalkan kemungkinan segala risiko yang bisa terjadi, menjamin dilakukan penelitian secara adil khususnya dalam hal distribusi manfaat secara inklusif dan eksklusif).
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |51
Pengelolaan Pendanaan Penelitian (Rencana Anggaran Biaya/RAB) Indikator Keberhasilan Peserta mendapatkan pengetahuan tentang posisi RAB dalam sebuah proposal penelitian, sehingga dapat membuat rancangan penelitian berdasarkan kesiapan dana dan kebutuhan atas data di lapangannnya. Peserta juga terlatih untuk menyusun Rencana Anggaran Biaya berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Standar Biaya Masukan atau Umum (SBM/SBU) dan ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan oleh lembaga pemberi dana. RENCANA ANGGARAN BIAYA: PENGHUBUNG ANTARA SUBSTANSI DAN TEKNIS PENELITIAN Persoalan yang tidak kalah penting dalam penyusunan proposal penelitian adalah pembuatan rencana anggaran biaya (RAB) pelaksanaan penelitian yang diajukan. RAB adalah rencana atau gambaran awal mengenai besaran jumlah beserta item-item penggunaan uang yang diusulkan dalam suatu kegiatan penelitian kepada pihak pemberi dana. RAB menjadi penerjemahan dari justifikasi substansi ke dalam teknis pelaksanaan kegiatan. Ia menjadi salah satu indikator keberhasilan proposal disetujui atau tidak oleh pihak penyandang dana. Dalam pengajuan RAB, setidaknya ada dua penilaian yang muncul, yaitu penilaian keseriusan sebuah usulan kegiatan penelitian, atau penilaian negatif bahwa para pengusul lebih berorientasi mencari uang dari kegiatan yang diusulkan. Melalui RAB inilah, pihak pemberi dana akan melihat komitmen, integritas, dan keseriusan pelaksanaan penelitian. Dengan demikian, RAB sebenarnya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari proposal penelitian. Ia sama pentingnya dengan proposal yang diusulkan itu. Sederhananya, proposal memuat usulan substansi tentang tema penelitian yang akan dilakukan, sementara RAB memuat usulan pembiayaan teknis pelaksanaan penelitiannya. Jika salah satunya ada yang tidak seimbang, maka potensi untuk proposal tidak diterima akan semakin besar. TUJUH HAL PERHATIAN PENYUSUNAN RAB Ada tujuh hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan RAB. Perhatian terhadap tujuh hal tersebut setidaknya dapat membuat sebuah proposal penelitian dapat disetujui untuk didanai. Tujuh hal tersebut, yaitu: Pertama, RAB penelitian harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang ditetapkan pada tahun jamak anggaran berlaku. Setiap tahun, pemerintah akan mengeluarkan Standar Biaya Umum (SBU), Standar Biaya Masukan (SBM) atau Standar Biaya Keluaran (SBK) yang menjadi pedoman pengeluaran suatu kegiatan yang berasal dari dana pemerintah (APBN/APBD). Bahkan pedoman ini juga sering dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga non pemerintah, termasuk lembaga swasta pembiaya yang akan mendanai suatu penelitian. Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |52
Setiap tahun SBU, SBM atau SBK itu selalu mengalami perubahan, baik item pengeluaran, kenaikan atau penurunan jumlah harga satuan, atau hal yang bersangkutpaut dengan volume dan intensitas suatu kegiatan. Umumnya SBU/SBM/SBK akan ditetapkan pada pertengahan atau akhir tahun sebelum tahun jamak berikutnya dimulai. Artinya, SBU/SBM tahun anggaran 2018 akan ditetapkan pada bulan Agustus sampai November 2017. Pencantuman mata anggaran yang diusulkan harus menyesuaikan diri dengan besaran harga yang ditetapkan oleh SBU tahun berjalan atau tahun di mana kegiatan tersebut akan dilaksanakan. Setidaknya jumlah yang diusulkan lebih kecil atau lebih rendah daripada SBU untuk mata anggaran tertentu. Kedua, usulan penganggaran terhadap setiap kegiatan harus menggunakan kata-kata yang ada pada item-item mata anggaran yang ditetapkan oleh SBU, SBM atau SBK tersebut. Karena, jika ada kata kegiatan yang tidak tercantum dalam item mata anggaran SBU/SBM/SBK, maka panitia seleksi, sebagai pihak yang bertanggungjawab mengurus dan melihat kesesuaian teknis pembiayaan akan menolaknya. Oleh karena itu, pengusul perlu teliti dan memperhatikan aspek-aspek mana yang tidak ada item anggarannya, tetapi sekiranya bisa dimasukkan atau disesuaikan dengan mata anggaran yang ada pada SBU, maka lebih baik menggunakan item mata anggaran tersebut. Ketiga, setiap item mata anggaran yang diusulkan memiliki konsekuensi pertanggungjawaban administrasi keuangan. Aspek ini seringkali dilupakan oleh pengusul, sehingga mereka sering mengabaikan pertanggungjawaban keuangannya. Jika pertanggungjawaban tersebut tidak terpenuhi dengan baik, maka peneliti utama akan bersiap-siap mendapatkan teguran dari atasan, atau bahkan dipanggil untuk dilakukan verifikasi oleh inspektorat ataupun Badan Pemeriksa Keuangan Pusat dan Daerah. Tidak jarang, para peneliti yang memesan bahan material untuk perjalanan lapangannya, akan mengalami kesulitan dalam pertanggungjawaban administrasinya. Selain harga barang harus diskalakan dalam bentuk rupiah, persoalan penyelesaian biaya pengiriman dan jasa lainnya pun membuat pertanggungjawaban administrasi akan benar-benar menemukan kendala. Oleh karena itulah, setiap pengusul harus benar-benar tahu item mata anggaran yang diajukan, sekaligus melihat tingkat kesulitan untuk mempertanggungjawabkannya. Mencari tahu item-item mata anggaran yang sulit dipertanggungjawabkan kepada pihak administrasi penelitian menjadi pilihan yang bijak ketika akan melakukan pembuatan dan pengusulan RAB. Keempat, setiap item mata anggaran memiliki konsekuensi pajak di dalamnya. Dalam SBU, SBM atau SBK, perhitungan pajak tidak dipisahkan secara sendiri dari item anggaran yang diusulkan. Pajak selalu melekat di dalam harga satuan yang ditetapkan oleh SBU/SBM/ SBK tersebut. Artinya, pajak tidak bisa dihitung dan diajukan sendiri dalam pengusulan. Oleh karena itulah, pengusul perlu mengetahui item-item mata anggaran mana saja yang memiliki konsekuensi pajak penghasilan (Pph) dan pajak penambahan nilai (Ppn), sehingga dapat memperkirakan berapa jumlah yang persis dari suatu bahan material atau kegiatan yang diajukannya. Pengetahuan atau perkiraan harga
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |53
satuan setelah potong pajak menjadi penting, agar pengusul tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan teknisnya. Kelima, penyusunan RAB adalah cerminan dari implementasi metode penelitian yang diajukan pengusul. Artinya, kalau proposal penelitian yang diajukan didasarkan pada metode kualitatif, yaitu wawancara mendalam, observasi, dan FGD, maka biaya perjalanan lapangan dan operasional untuk kegiatan pengumpulan data dengan cara tersebut harus lebih besar dibandingkan biaya-biaya lain. Sementara kalau proposal penelitian yang diajukan menggunakan metode kuantitatif, di mana penyebaran kuesioner dilakukan dalam teknik pengumpulan datanya, maka mata anggaran penyebaran kuesioner, pembiayaan enumerator, dan pemberian kenang-kenangan harus ada, baik jumlah lebih besar atau sama dengan biaya lainnya. Penyesuaian RAB dengan metode penelitian berarti akan menunjukkan keseriusan pengusul dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang diajukannya. Keenam, pengusul harus menghindari pengusulan biaya lain-lain masuk dalam usulan RAB. Karena, definisi lain-lain itu sangat bermakna buruk dalam administrasi keuangan, terlebih kelembagaan donor luar negeri. Dalam makna itu, ada kesan bahwa pengusul berupaya “menggelapkan” atau “mengkorupsi” uang yang akan didapatinya di suatu saat. Item itu juga diartikan sebagai penampungan uang-uang sisa dari berbagai kegiatan yang diusulkan. Jika lembaga donor sudah berpikir seperti itu, maka usulan substansi yang sangat bagus sekalipun akan menjadi tidak ada penilaian baik, sehingga proposal pun akan sangat mudah dibuang ke “tong sampah”. Oleh karena itu, item-item anggaran yang diusulkan lebih baik disesuaikan dengan rambu-rambu atau standar yang telah ditetapkan lembaga pendananya. Sementara kegiatan yang sifatnya “ragu-ragu” untuk diadakan, bisa dikomunikasikan terlebih dahulu saat pertemuan panel. Namun, bisa juga kegiatan ini langsung diusulkan dalam proposal pembiayaan, dengan diberikan argumentasi yang cukup kuat, misalnya sebagai pendukung kegiatan A atau B. Ketujuh, penyesuaian antara harga satuan yang diusulkan dengan harga satuan yang ditetapkan SBU/SBK atau pedoman lain yang digunakan oleh lembaga donor luar negeri. Penyesuaian ini menjadi penting sebagai bagian dari membangun kepercayaan (trust), antara pengusul dengan calon pemberi dana penelitiannya. Penyesuaian juga menunjukkan bahwa pengusul telah mengerti tata cara pengelolaan dana yang akan diberikan. Setelah enam pertimbangan di atas digunakan pengusul dalam membuat RAB, maka penyusunan RAB pun harus juga memperhatikan item-item mata anggaran yang ditetapkan oleh lembaga donornya. Ada lembaga donor yang hanya menetapkan empat item saja, misalnya: (i) honor; (ii) biaya perjalanan; (iii) exspose (buku, jurnal, dsb); dan (iv) operasional lapangan (wawancara, FGD, dsb). Namun, ada pemberi dana penelitian yang memberikan ruang lebih banyak untuk mengusulkan item-item mata anggaran. Hal ini terlihat misalnya pada kementrian-kementrian atau Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang memberikan dana penelitian bagi pihak pengusul kegiatan penelitian.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |54
RAB Berbasiskan Aktivitas Dalam perkembangan selanjutnya, ada lembaga penyandang dana yang menggunakan standar RAB bukan berdasarkan prosentase atau item-item sebagaimana di atas, tetapi berbasiskan pada aktvitas. LPDP misalnya telah mempersyaratkan hal itu sejak tahun 2016 dalam berbagai skema pembiayaan risetnya. Skema pengusulan biaya yang dilakukan lembaga donor bisa lebih kecil dalam arti jumlah dana yang diberikannya. Sementara skema pembiayaan dengan menggunakan banyaknya item mata anggaran yang berasal dari pemerintah bisa juga akan lebih banyak jumlah uangnya. Tetapi, skema yang memasukkan mata anggaran lebih banyak akan mengalami kesulitan dalam pertanggungjawaban administrasinya. Tidak hanya itu, jika sekiranya akan dilakukan revisi anggaran, maka penggunaan skema yang memuat banyaknya mata anggaran akan kesulitan mengubahnya, terlebih ketika melakukan perpindahan kode mata anggaran. Pemindahan kode mata anggaran dalam revisi usulan penelitian seringkali terlarang atau tertolak oleh Kantor Perbendaharaan Negara (KPN), karena akan menyulitkan pembukuan pelaporan keuangan negara. Oleh karena itulah, para pengusul perlu berhati-hati dalam menetapkan mata anggaran sesuai tempatnya. Sering-seringlah berkomunikasi dan bertanya kepada pihak administrasi penelitian, agar tidak terjadi penyesalan ketika mata anggaran tersebut sulit dicairkan atau sulit dipertanggungjawabkan. PENYESUAIAN RAB DENGAN SKEMA-SKEMA PEMBIAYAAN Dalam buku ini, penulis akan memberikan tiga contoh RAB, sehingga peserta calon pengusul akan mengetahui sisi perbedaan dari skema penganggarannya masing-masing. Skema RAB Pembiayaan Kompetitif/Unggulan LIPI Pembiayaan RAB dalam skema ini telah menghilangkan honor para peneliti. Asumsinya, karena peneliti telah mendapatkan remunerasi. Posisi koordinator dan kesekretariataan dari seorang peneliti, adalah posisi teknis mereka. Sementara kerja penelitiannya dianggap masuk sebagai bagian dari pembayaran remunerasi yang telah berlaku sejak tahun 2012. Sejak tahun 2015, standar honor sudah dihapus. Artinya, pengusul tidak lagi mendapatkan honor atau upah dalam kegiatan penelitian. Honor hanya diberikan kepada para narasumber yang terlibat dalam kegiatan FGD, workshop, dan seminar.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |55
RINCIAN ANGGARAN BIAYA TAHUN 2014 EFEKTIVITAS PERAN KEPEMIMPINAN LOKAL DALAM UPAYA PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI INDONESIA No.
Akun
Uraian
Volume
1
521213
Honor output Kegiatan
2
521211
Belanja Bahan
3 4 5 6 7 8 9
521219 521219 522141 522151 522191 524119 524113
a. Alat tulis kantor b. Bahan Komputer Kegiatan Rapat Belanja Barang Non Operasional lain Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja Jasa Lainnya Belanja Perjalanan Lainnya Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
Harga Satuan
Jumlah
LATIHAN 1 Peserta diminta untuk mengisi RAB di atas berdasarkan SBU tahun 2014. Jumlah total anggarannya Rp. 390.000.000. Skema RAB kegiatan Inisiatif Riset Dasar Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Skema Insinas Kementerian Riset dan Teknologi sebenarnya termasuk sediki lentur. Mereka tidak menetapkan secara ketat mata-mata anggaran dalam usulan penelitian yang diajukan. Artinya, pengusul bisa saja mengajukan mata-mata anggaran sesuai keperluannya, tetapi tetap berada pada rambu-rambu yang ditetapkan oleh SBU/SBK tahun berjalan. Karena seandainya tidak melakukan penyesuaian, maka akibatnya akan kesulitan mempertanggungjawabkannya secara administratif. Walaupun memang pertanggungjawaban itu dilakukan kepada pihak lembaga di mana pengusul itu berada. Penyusunan RAB, realisasi pendanaan, dan pertanggungjawaban administrasi dan substantif dengan baik menunjukkan kinerja dan komitmen pengusul dan lembaga penanggung-jawabnya. Di bawah ini tersusun dua bagian RAB dari program Insinas tahun 2012, yaitu RAB tentang Sharing Pendanaan dan RAB Pengajuan murni.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |56
a. Rekapitulasi RAB sharing
b. RAB Rekapitulasi pengajuan RINCIAN ANGGARAN BIAYA Anggaran dari penelitian gabungan: V Riset di Lapangan Laboratorium Lapangan dan Laboratorium Resmi.
Riset di
1. Honor Gaji dan Upah No
Pelaksana
Jam/ Minggu
Jumlah
Honor/Jam Rp.
Biaya APBN
Ktrgn
Jumlah Biaya
-
2. Bahan Habis Pakai No.
Bahan
Volume
Biaya/Satuan (Rp)
Biaya (Rp) APBN
Ktrgn
Jumlah Biaya
3. Perjalanan No
Tujuan
Volume
Biaya/Satuan (Rp)
Biaya (Rp) APBN Ktrgn
Biaya
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |57
4. Operasional No.
Bahan
Volume
Biaya/Satuan (Rp)
Biaya (Rp) APBN
Ktrgn
Jumlah Biaya
LATIHAN 2 Peserta diminta mengisi RAB berdasarkan SBU/SBM/SBK Tahun anggaran 2012 di atas, sehingga berjumlah persis dengan dana yang disetujui. RAB yang diajukan kepada LPDP Pada bagian tiga ini, ada dua contoh RAB yang diberikan, sehingga peserta dapat memahami perbedaannya masing-masing. a. Biaya penelitian Rispro LPDP yang berjudul “Kuliner Analitik: Sistem infomasi kekayaan kuliner untuk pengembangan Industri Kreatif” yang diusulkan oleh M. Alie Humaedi. RAB yang digunakan berbasiskan aktivitas. No.
Komponen Biaya Riset
Jumlah
Proporsi Pendanaan LPDP Tahun I Tahun II
1
Honor Peneliti dan Narasumber Ahli 1.1 Honor Koordinator Peneliti 1.2 Honor Sekretariat Peneliti
8.400.000 24.000.000
4.200.000 12.000.000
4.200.000 12.000.000
1.3
144.000.000
72.000.000
72.000.000
176.400.000
88.200.000
88.200.000
11.600.000 20.000.000 90.000.000 122.400.000 75.000.000
6.000.000 10.000.000 74.000.000 65.200.000 45.000.000
5.600.000 10.000.000 21.000.000 57.200.000 30.000.000
1.400.000
0
1.400.000
320.400.000
200.200.000
125.200.000
3
Sub total 1 : Pendataan dan Penelitian 2.1 Belanja Bahan 2.2 Pendukung Penelitian 2.3 Pengumpulan Data Melalui Sistem Informasi 2.4 Pembuatan Sistem Informasi dan Server 2.5 Pembuatan Aplikasi Pendataan Partisipatif Focus Group Discussion dengan Mitra Imple2.6 mentasi Potensial Sub total 2: Perjalanan, Transportasi dan Publikasi
3.1
HR dan Transportasi: Perjalanan Koordinasi
48.600.000
24.300.000
24.300.000
3.2
HR dan Transportasi: Pengumpulan Data Makassar
16.678.000
16.678.000
0
3.3
HR dan Transportasi: Pengumpulan Data Padang
14.164.000
14.164.000
0
3.4
15.021.000
15.021.000
0
3.5
15.634.000
0
15.634.000
3.6
15.830.000
0
15.830.000
3.7
8.800.000
0
8.800.000
3.8
60.000.000
40.000.000
20.000.000
2
Honor Narasumber Ahli
HR dan Transportasi: Pengumpulan Data Jogjakarta HR dan Transportasi: Pengumpulan Data Palangkaraya HR dan Transportasi: Pengumpulan Data Mataram Focus Group Discussion dengan Mitra Implementasi Potensial Belanja Pengumpulan Data
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |58
3.9 3.10 3.11
Publikasi Internasional Pembuatan Laporan Penelitian Konferensi Internasional di Hongkong
5.440.000 40.000.000 88.236.800
0 10.000.000 0
5.440.000 30.000.000 88.236.800
3.12
Konferensi Internasional di Thailand
63.636.800
63.636.800
0
3.13
Launching Sistem Informasi dan Laporan Penelitian
59.600.000
0
59.600.000
Sub total 3 Total Anggaran (1-3)
451.640.600 948.440.600
183.799.800 472.199.800
267.840.800 481.240.800
4
LATIHAN 3 Peserta diminta mengisi satuan biaya dan jumlah totalnya, sehingga mencapai angka yang dimaksudkan di atas. b. Biaya penelitian tentang bencana Rokatenda di NTT yang diajukan kepada Humanitarian Forum Indonesia, sebesar Rp. 225.000.000. Honor Peneliti Cetak buku FGD di Maumere dan Pulau besar Workshop Jakarta Transportasi Mauemere Jakarta u 3 peneliti Total
225,000,000
LATIHAN 3 Peserta mengasumsikan mata-mata anggaran yang cocok beserta besaran jumlahnya dari kolom-kolom yang kosong di atas, sehingga mencapai jumlah yang disetujui oleh lembaga donornya. Pengajuan RAB untuk Lembaga Donor Luar Negeri Pada tahun 2007, M. Alie Humaedi bersama Anton Lucas mengajukan penelitian kepada Australia-Indonesia Government Research Partnership (AIGRP), dengan judul penelitian “WOMEN’S OWNERSHIP AND LAND ADMINISTRATIONIN NORTH KLATEN, CENTRAL JAVA:Towards a Gender-oriented Reform of Property Rightsand Agrarian Law in Indonesia. Pengajuan dananya mencapai $ 84.120 atau sekitar Rp. 750.000.000 di tahun 2007 tersebut. Perhatikan baik-baik pengusulan mata anggarannya:
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |59
AIGRP PROJECT PROPOSAL BUDGET Project Title: WOMEN’S OWNERSHIP AND LAND ADMINISTRATION IN NORTH KLATEN, CENTRAL JAVA: Towards a Gender-oriented Reform of Property Rights and Agrarian Law in Indonesia Hour/ Week
Frequency 4 weeks/ months
Amount
Australian Principal ResearcherAssociate Professor Anton Lucas
10 hours
40 hours
$ 2.500
I.2
Indonesian Principal ResearcherM. Alie Humaedi, M.A, M.Hum, Dr.
27 hours
108 hours
$ 6.750
I.3
Two Research Development Partner:
4 hours
16 hours
$ 2.000
I.4
One Assistant in Indonesia
3 hours
12 hours
$ 750
No
Budget
I
Personnel
I.1
Sub Total Per Month
$ 12.000
Sub Total Per Project : A$ 12.000 x 6 Month = $ 72.000 II.
Project expenses Volume
Day x Person (d) x (p)
Price
Amount vxdxpxb
II.1
International Airfares Indonesia-Australia Australia-Indonesia
2 2
1 1
$ 1.300 $ 1.300
$ 2.600 $ 2.600
II.2
Domestic Airfares Jogjakarta-Jakarta Jogjakarta-Surabaya Other
2 2 2
1 1 1
$ $ $
80 70 80
$ $ $
160 140 160
II.3
Per Diem expensesa. Domestic b. International
2 2
5 x1 5 x1
$ $
30 75
$ $
300 750
II.4
Accommodation a. Domestic b. International
2 2
5 x 1 5 x 1
$ $
30 65
$ $
300 650
II.5
Local travel
1
150 x 1
$
5
$
750
II.6
Communication a. Local b. International
50 10
1 1
$ $
5 30
$ $
250 300
II.7
Incidental expenses
5
2
$
50
$
Sub Total III.
500 $ 9.460
Raw Material and Study Volume Intensity
Price
Amount
III.1
Document Access/ Research instrument
10
2
$
25
$
500
III.2
Archaive/Document Copying
20
2
$
20
$
800
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |60
III.3
Indonesian Research Seminar
3
1
$
300
$
900
III.4
Radio Presentation Article/Executive Summary printing
2
1
$
100
$
200
1
1
$
300
$
300
$
2.700
III.5
Sub Total
TOTAL BUDGET FOR 6 MONTH RESEARCH PROJECT
$ 84.160
HOME INSTITUTION CONTRIBUTION 1. 2. 3. 4.
Car Motor Cycle Office tool Presentation Room
Volume 1 2 4 3
Intensity 1 1 1 1
5.
Research tooling
5
1
$
6.
Secretary
1
1
$ 10.000
$ 10.000
7.
Literature
100
1
$
$ 1.000
Contribution Budget-Institutional Back Up
Price $ 7.000 $ 2.000 $ 500 $ 100
Amount $ 7.000 $ 4.000 $ 2.000 $ 300 $
100 10
500
$ 24.000
Sekali lagi penyusunan RAB dalam usulan penelitian harus memperhatikan keterlibatan orang, metode, dan biaya operasional lain. Setiap skema kegiatan yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga donor akan memiliki standar tersendiri. Oleh karena itulah, para pengusul berupaya memperhatikan secara seksama desain operasional penganggaran yang dianjurkan oleh lembaga pemberi dana penelitian. TAWAR MENAWAR DALAM USULAN RAB Pada soal pembiayaan, tawar menawar bisa terjadi pada item pembiayaan honor dan perjalanan lapangan. Pada item pertama umumnya bersangkutpaut dengan komposisi personalia dan jumlah orang per jamnya. Panel biasanya menganjurkan agar beban biayanya dikurangi dan dialokasikan untuk kegiatan lain, semisal FGD atau pembelian alat untuk kelengkapan pengumpulan data di lapangan. Demikian juga pada kasus biaya perjalanan lapangan, tidak jarang panel menganjurkan untuk mengurangi lamanya waktu perjalanan lapangan. Hal ini disebabkan biaya terserap untuk itu lebih besar, dibandingkan item anggaran lain. Namun, pengusul bisa saja memiliki argumentasi sendiri, misalnya penelitian yang diajukan adalah etnografi yang menuntut live in sekian waktu lamanya demi kedalaman data pada proses pengumpulan datanya. Hal seperti ini bisa disampaikan secara argumen substansial dan teknis perimbangan komposisi yang tepat. Seandainya panel terus memaksa untuk menguranginya, maka pengusul bisa saja menawarkan solusi, misalnya komposisi personalia akan dikurangi, dan mengalihkan anggarannya untuk kebutuhan pengumpulan data itu. Pengurangan personalia dilakukan kepada tenaga yang dianggap bisa dilakukan peneliti anggota, semisal enumerator, pengelola data, dan sekretariat Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |61
penelitian. Tawaran seperti ini umumnya akan diterima oleh panel dan pihak panitia.
Menyusun Mini Proposal dan Rancangan Penelitian Indikator Keberhasilan: Peserta dapat membuat dan menyusun sebuah proposal penelitian yang baik dan layak diajukan ke lembaga pemberi dana sesuai dengan ide yang didapatkan dari berbagai media inspirasi. Bagian ini hampir sama dengan penjelasan pada bab sebelum ini. Perbedaannya, aspek yang ditekankan pada subbab ini adalah persoalan perlunya “kata-kata kunci” dan kalimat ringkas menarik yang menjadi inti dari setiap bagian proposal penelitian. Banyak proposal penelitian yang bertemakan bagus (sesuai dengan tema yang diberikan) dengan judul yang jelas, tetapi pada proses seleksinya kemudian ditolak oleh panel. Kalimat yang bertele-tele pada setiap bagian yang menyebabkan hilangnya konteks inti utamanya, membuat proposal kemudian sulit dibaca sebagai satu kesatuan yang utuh. Setiap bagian harus memiliki inti masing-masing, di mana umumnya ditaruh pada lima paragraf yang dianggap penting di atas. Selain persoalan kata kunci tersebut, perlu juga diperhatikan pula panjang suatu proposal penelitian yang diajukan. Ada beberapa lembaga pembiaya penelitian yang meminta proposal penelitian secara rinci, termasuk ringkasan (yang berbeda dengan abstrak) baik dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris, daftar isi, rancangan anggaran biaya, personalia, timeline, tahapan, dan instrumen penelitian. Jumlah halaman proposal penelitian seperti ini umumnya mencapai empat puluh halaman (dengan spasi 1,5). Akan tetapi, ada juga lembaga penerima proposal penelitian dengan menggunakan dua model pengiriman proposal penelitian. Pertama, pengiriman secara on line terlebih dahulu. Umumnya hanya meminta paling banyak lima halaman, karena hanya berisi abstrak, latarbelakang masalah, rumusan masalah, signifikansi, metode, capaian output, dan personalia. Jenis proposal ini mirip dengan Idea Concept Paper (ICP), sebuah dokumen pra proposal penelitian yang umumnya dikenal oleh lembaga-lembaga donor luar negeri. Sistem pengusulan seperti ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah proses seleksi cepat pada seleksi awal yang umumnya jumlah usulannya masih sangat banyak. Prosesnya bisa dilihat dalam www.insinas.go.id. Setelah usulan on line itu dinyatakan diterima, maka pengusul diharuskan segera menyiapkan proposal lengkap dengan susunan dan sistematika yang telah ditentukan. Dalam tahapan ini, umumnya jumlah halaman proposal penelitian telah lebih dari 40 halaman, karena segala sesuatu yang berhubungan dengan substansi dan teknis penelitian harus dituangkan. Kedua, pengiriman
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |62
proposal kemudian dilakukan secara hardcopy, dilengkapi keping cakram (CD), dan bukti pengiriman secara on line. Proposal penelitian hardcopy inilah yang menjadi bahan seleksi, baik secara presentasi ataupun tertutup oleh panel pakar. Keputusan panel kemudian benar-benar didasarkan pada hasil tulisan yang tertuang dalam hardcopy itu. Jika panel masih kurang yakin, karena proposalnya sangat baik, atau ada keraguan lain, tim panel bisa mengundang pengusul untuk diseleksi secara presentasi. Keputusan panel kemudian bersifat final dan mengikat. Akan tetapi ada juga lembaga pemberi biaya penelitian yang tidak melalui tahapan awal secara on line yang berisi ICP, tetapi langsung meminta pengiriman proposal lengkap secara hardcopy dan disertai keping cakram (CD). Dalam kasus terakhir ini, maka pengusul telah menuliskan proposal penelitiannya secara lengkap dan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pada buku pedomannya (lihat www.iptekda-lipi.go.id). Bahan terkirim inilah yang menjadi dokumen penyeleksian, baik di tingkat administrasi ataupun di tingkat seleksi substansi, baik bersifat desk selection ataupun presentasi di hadapan panel. Dalam soal proposal on line yang mirip dengan ICP, maka jumlah halaman umumnya hanya berkisar 5 halaman atau sekitar 1.000 kata saja. Hal ini didasarkan pada prinsip tujuan penulisan proposal ialah sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan persetujuan terhadap pelaksanaan penelitian yang diusulkan. Dilihat dari kepentingan ini, maka suatu proposal itu hendaknya dapat meyakinkan pihak berwewenang memberikan persetujuan, yang berarti isi proposal hendaknya logis dan menyakinkan bahwa hal tersebut perlu serta berguna untuk dilaksanakan dalam pengembangan teori dan atau praktik di bidang-bidang yang diperlombakan. Beberapa lembaga, dalam negeri ataupun luar negeri, seringkali memberi batasan panjang proposal penelitian berkisar seribu kata atau berkisar empat sampai lima halaman dengan pemikiran bahwa pengusul dapat mengemasnya secara baik, padat dan singkat. Selain itu, ada tujuan lain, yaitu adanya kesempatan untuk mempresentasikan proposal penelitian versi lengkapnya dalam pertemuan tatap muka. Dalam hubungannya dengan proposal penelitian untuk penulisan skripsi, tesis, atau disertasi, ada kesempatan untuk mempresentasikannya dalam seminar proposal penelitian atau setidak-tidaknya ada kesempatan untuk menjelaskannya kepada pihak fakultas. Sementara proposal penelitian khusus untuk kegiatan penelitian profesional ditujukan untuk seleksi substansi melalui presentasi di hadapan panel. Untuk kepentingan Diklat, maka latihan penyusunan proposal dan rancangan penelitian dapat dilakukan dengan mengambil format ICP (template sebagaimana terlampir), sehingga proposal yang diajukan bersifat mini (ringkas). Langkah-langkah kerjanya sebagai berikut: 1. Peserta Diklat dikelompokkan, baik berdasarkan bidang keilmuan ataupun melalui suatu teknik menjaring ide yang sama dengan cara memutar suatu film. Para peserta dipersilahkan untuk membuat judul penelitian dari inspirasi film tersebut, dan instruktur kemudian memilahnya pada lima tema Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |63
besar. Setiap tema besar terdiri dari 6 orang. Artinya, akan ada 5 proposal mini dari sebuah kelas pelatihan. 2. Setelah kelompok terbentuk, mereka diberikan kesempatan untuk mendiskusikan identifikasi masalah dan menuangkannya menjadi judul dan menuliskan unsur-unsur utama dalam sebuah proposal. 3. Setiap anggota terlibat dalam penyusunan proposal dan rancangan penelitian ini, baik dengan keterlibatan dalam penulisan seluruh unsur dalam proposal mini, ataupun hanya mengambil poin dari beberapa unsur sebagaimana pembagian penugasan penulisan dalam timnya. 4. Setelah penulisan selesai, maka proposal mini tersebut dipresentasikan oleh kelompok, dengan menunjuk juru bicara dan teknisi yang membantu presentasinya. 5. Seluruh proses pelatihan pembuatan proposal mini ini membutuhkan waktu 3 JP, terdiri dari brainstorming (menonton film) sebanyak 10 menit (biasanya dilakukan sebelum istirahat makan siang (supaya ada waktu untuk memilah), pembentukan kelompok (pengumuman pemilahan peserta oleh ketua kelas (10 menit), diskusi permulaan (15 menit), proses penulisan proposal mini (60 menit), serta presentasi dan respon kelompok lain (masing-masing kelompok 15 menit, sekitar 75). 6. Pada akhir pertemuan, instruktur memberikan respon dan tanggapan kelemahan dan kelebihan dari substansi dan teknis proposal mini masing-masing kelompok. Penulisan proposal mini ini diharapkan dapat mendorong peserta diklat untuk senantiasa menuangkan ide dan masalah apapun dalam tulisan, sehingga dapat menjadi sebuah proposal yang dapat diajukan ke lembaga penyandang dana. Kemampuan membuat proposal penelitian yang baik dan dapat disetujui oleh lembaga penyandang dana, menunjukkan tingkat keahlian dari seorang atau sekelompok peneliti. DAFTAR PUSTAKA Lai, E.R. (2011). Critical Thinking: A Literature. Research Report Reviewhttp:// images.pearsonassessments.com/images/tmrs/CriticalThinkingReviewFINAL.pdf Kenkel, J.L. (1989). Introductory Statistics for Management and Economics. Boston: PWS-Kent Publsihing. Krug, Judith F. (December 1967). “Writing Research Proposals”. ALA Bulletin. American Library Association; Database: Arts & Sciences VI. 61 (11): 1314–1318. ISSN 03644006. OCLC 4896242960
De Vaus, D.A. (2001). Research Design in Social Science. London: Saga.
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |64
TEMPLATE PROPOSAL MINI MINI PROPOSAL PENELITIAN Kelompok Peneliti : Asal Lembaga : Kepakaran : Tema : Judul (Maks. 14 kata)
Alamat : B i d a n g
ABSTRAK (Maks 150 kata, Memenuhi unsur LIPO-Latar, identifikasi, prosedur, dan output)
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |65
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |66
Latar Belakang Masalah (3 Paragraf, 450 kata)
Rumusan Masalah (Pertanyaan umum sesuai tema)
Pertanyaan Penelitian (Pertanyaan khusus sesuai tema dan turunan dari Rumusan Masalah)
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |67
Tujuan Penelitian (Perhatikan Rumusan Masalah [sbg tujuan umum] Pertanyaan penelitian [sbg tujuan khusus], perhatikan juga pemecahan tujuan, output dan outcome)
Output Outcome:
Sasaran Manfaat Penelitian Risiko Keberhasilan Tinjauan Pustaka / Penelitian Terdahulu
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |68
Landasan Teori/ Kerangka Pikir (Refleksi atas teori yang berhubungan dengan masalah, BUKAN DEFINISI) / bisa berupa ALUR PIKIR, termasuk Ruang Lingkup & Definisi Operasional [Kata-kata kunci penelitian yang perlu diperjelas dan dibatasi])
Hipotesis/Preposisi (Jika ada, kuantitatif harus)
Metode Penelitian (detail) Jenis Penelitian (Kekhususan Metodenya, pendekatan, sumber data, dsb)
Teknik Pengumpulan Data (cara pengumpulan data, jumlah informan/ responden, alasannya)
Metode Pengelolaan dan Analisis Data (tahapan demi tahapan)
Lokasi Penelitian dan Argumentasinya (detail)
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |69
Tentatif Outline/Roadmap (buat secara multiyears, dengan memperhatikan kepakaran peneliti dan tema penelitian) Roadmap dan Sasaran (Jika multi years)
Perencanaan Teknis Personalia
Rencana Anggaran Biaya:
Tahapan (Jadwal Kegiatan)
Daftar Pustaka Lampiran: Rencana Anggaran Biaya (SBM terbaru), Biodata Peneliti dan Pembantu Peneliti, Surat Keterangan Kesan Pembuatan Proposal secara Individu: Hasil Diskusi: Kesulitan yang dihadapi: Catatan Pengajar:
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |70
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |71
Modul DJFP Tingkat Pertama
Proposal dan Rancangan Penelitian IPS |72