MODIFIKASI VENTILASI PADA TUTUP STUP KOLONI LEBAH MADU (Apis mellifera) TERHADAP PRODUKSI PROPOLIS
ERWIN RAMADHAN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modifikasi Ventilasi pada Tutup Stup Koloni Lebah Madu (Apis mellifera) terhadap Produksi Propolis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014
Erwin Ramadhan NIM D14100052
ABSTRAK ERWIN RAMADHAN. Modifikasi Ventilasi pada Tutup Stup Koloni Lebah Madu (Apis mellifera) terhadap Produksi Propolis. Dibimbing oleh HOTNIDA C H SIREGAR dan KUNTADI. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan modifikasi ventilasi terbaik dalam menghasilkan produksi propolis. Penelitian dilakukan di lokasi kaki Gunung Tampomas Kabupaten Sumedang Jawa Barat selama 5 minggu sejak Juli sampai Agustus 2013. Materi yang digunakan yaitu 15 koloni lebah Apis mellifera dengan rata-rata populasi 16 000 – 20 000 ekor lebah. Ke-15 koloni lebah secara acak dibagi menjadi 3 taraf perlakuan ukuran ventilasi pada bagian tutup sarang, yakni tanpa ventilasi sebagai perlakuan kontrol (A), 50 cm2 (B), dan 100 cm2 (C). Pada masing-masing stup dipasang perangkap propolis. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan uji lanjut T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tutup stup tidak berpengaruh nyata terhadap produksi propolis tetapi berpengaruh nyata terhadap produksi madu. Produksi madu pada perlakuan C nyata lebih tinggi. Secara umum perlakuan tutup stup yang paling baik untuk menghasilkan propolis dan madu terbanyak adalah perlakuan C dengan rata-rata bobot propolis dan madu selama 5 minggu adalah 14.0±5.29 g dan 3101.6± 581.5 g serta memiliki populasi akhir yang besar. Kata kunci: Apis mellifera, perangkap propolis,produksi propolis, ventilasi
ABSTRACT ERWIN RAMADHAN. Modified Ventilation on Hive Cover of Honey Bee toward Production of Propolis. Supervised by HOTNIDA C H SIREGAR and KUNTADI. This research aims to determine the best ventilation modification to produce propolis. The study was conducted at the foot of Mount Tampomas, Sumedang, West Java, in 5 weeks from July to August 2013. The material used were 15 hives of Apis mellifera honey bee colony with population 16 000 – 20 000 bees. The 15 colonies were randomly divided into 3 levels treatment of ventilation size on the lid nest, that were no ventilation as control treatment (A), 50 cm2 (B), and 100 cm2 (C) ventilation holes. Propolis trap was installed in each hive. The experimental design used was completely randomized design followed by T-test. The results showed that ventilation size was not significantly affected propolis production but significantly affected honey production. Honey production in C treatment was significantly higher. In general the best treatment hive cap to produced propolis and honey are C treatment with the highest average weight of propolis and honey for 5 weeks was 16.4±6.98 g and 3101.6± 581.5 g also have a big end population. Key words: Apis mellifera, propolis trap, propolis production, ventilation
MODIFIKASI VENTILASI PADA TUTUP STUP KOLONI LEBAH MADU (Apis mellifera) TERHADAP PRODUKSI PROPOLIS
ERWIN RAMADHAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Modifikasi Ventilasi pada Tutup Stup Koloni Lebah Madu (Apis mellifera) terhadap Produksi Propolis Nama : Erwin Ramadhan NIM : D14100052
Disetujui oleh
Ir Hotnida C H Siregar, MSi Pembimbing I
Drs Kuntadi, MAgr Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli hingga Agustus 2013 ialah produksi propolis, dengan judul Modifikasi Ventilasi pada Tutup Stup Koloni Lebah Madu (Apis mellifera) terhadap Produksi Propolis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Hotnida C H Siregar, MSi dan Bapak Drs Kuntadi, MAgr selaku pembimbing, Bapak M Sri Duresta S, Spt MSc dan Ibu Dr Irma Isnafia Arief, Spt MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Suminta dan Bapak Iis, selaku peternak lebah, dan Ahmad Nailul Faroh yang telah membantu selama pengumpulan data, teman–teman IPTP angkatan 47 dan teman - teman menwa IPB yang telah membantu menyemangati selama penyusunan tugas akhir. Terimakasih disampaikan kepada Pertamina Foundation yang telah membantu selama perkuliahan dalam bentuk pemberian beasiswa prestasi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik, Rizka Amalia, maupun Ibu Malisa dan Bapak Zainal Bantarisyah serta seluruh keluarga, atas segala doa maupun kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014
Erwin Ramadhan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Alat Prosedur Rancangan Percobaan Peubah yang Diamati Modifikasi Tutup Stup Penimbangan Bobot Awal Perangkap Propolis Tahap Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Wilayah Penelitian Sumber Pakan Temperatur, Kelembaban, Intensitas Cahaya, dan Kecepatan Angin Produksi Propolis Produksi Madu Jumlah Populasi Lebah Pemilihan Modifikasi Ventilasi Tutup Stup Terbaik SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 5 5 5 5 6 8 9 10 11 11 13 16
DAFTAR TABEL 1 Rataan suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kecepatan angin selama di lokasi penelitian 2 Rataan bobot propolis dari koloni setiap perlakuan 3 Rataan suhu dalam stup koloni lebah madu setiap perlakuan 4 Rataan bobot madu dari koloni setiap perlakuan 5 Rentang kelembaban dalam stup setiap perlakuan 6 Populasi lebah dari koloni setiap perlakuan 7 Korelasi antara produksi propolis, madu, dan populasi lebah 8 Kompilasi dari respon semua peubah dalam penelitian ini
5 6 7 8 8 9 10 10
DAFTAR GAMBAR 1 Modifikasi tutup stup bahan kayu A (ventilasi 0 cm2), B (ventilasi 50 cm2), dan C (ventilasi 100 cm2) 2 Hutan tanaman kaliandra di lokasi penelitian 3 Grafik rataan pertambahan bobot propolis setiap minggu, A (ventilasi 0 cm2), B (ventilasi 50 cm2), C (ventilasi 100 cm2)
3 5 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap produksi propolis 2 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap jumlah koloni awal 3 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap bobot madu 4 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap suhu dalam sarang pada pagi 5 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap suhu siang 6 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap suhu sore dalam sarang 7 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap jumlah koloni akhir 8 Uji statistik korelasi antara bobot madu dan propolis 9 Uji statistik korelasi antara populasi akhir dan bobot madu 10 Uji statistik korelasi antara populasi akhir dan bobot propolis 11 Foto penimbangan koloni 12 Foto jumlah sisiran, ratu lebah, dan penimbangan per ekor lebah 13 Foto propolis yang terdapat pada perangkap dalam tutup stup lebah madu 14 Foto sumber tanaman bagi lebah di lokasi penelitian 15 Foto sumber air, predator, dan madu
13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 15 15 15 15
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Lebah madu A. mellifera merupakan jenis serangga yang sudah dibudidayakan secara luas di seluruh dunia, dan termasuk salah satu objek hewan yang banyak dipelajari dalam bidang peternakan. Beberapa hasil produk langsung dari lebah madu yang bernilai komersil yaitu madu, lilin lebah, pollen, royal jelly, dan propolis. Dewasa ini muncul obat alternatif alami yang ramai dijadikan bisnis. Obat tersebut yaitu propolis yang diekstrak dari propolis mentah yang dihasilkan oleh lebah. Propolis merupakan salah satu produk lebah madu yang bernilai ekonomi tinggi. Nilai jual propolis mentah saat ini mencapai Rp. 600 - 700.- ribu per kg (Budiaman dan Rahman 2006). Nilai jual propolis yang tinggi disebabkan karena keampuhan zat yang terkandung di dalamnya untuk mengobati berbagai penyakit, khususnya yang berhubungan dengan infeksi (Radiati 2001). Bahkan, di Brazil propolis telah digunakan untuk pengobatan penyakit kanker (daSilva et al. 2004). Propolis adalah bahan perekat atau dempul yang berasal dari resin tumbuhan yang dikumpulkan oleh lebah pekerja dari kuncup, kulit batang, atau bagian-bagian lain tumbuhan (Anggraini 2006). Propolis digunakan sebagai penutup celah stup atau lubang-lubang kecil di dinding ruangan yang terdapat sarang lebah di dalamnya (Pavord 1970; Free 1982) sebagai upaya perlindungan diri alami dari musuh, terutama bakteri dan virus. Perkembangan teknologi terkait peningkatan produksi propolis saat ini belum mendapatkan solusi yang memuaskan, khususnya bagi peternak lebah madu di Indonesia. Fiberglass merupakan bahan terbaik untuk perangkap propolis (propolis trap). Penempatan perangkap propolis yang paling baik pada stup yaitu searah dengan sisiran lebah (Budiaman dan Rahman 2006). Cara lain untuk meningkatkan produksi propolis dilakukan oleh peternak lebah Hungaria dengan memberi ventilasi pada stup lebah, namun belum diketahui luas optimum untuk produksi propolis maksimal (Pcelovodstvo Magazine 2012). Produksi propolis dipengaruhi banyak faktor seperti jenis lebah, kondisi iklim dan geografis, jenis stup, ketersediaan sumber propolis di alam dan kekuatan koloni lebah (Pcelovodstvo Magazine 2012). Temperatur juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produksi propolis. Iannuzzi (1983) menyatakan bahwa propolis terdeposit pada perangkap propolis lebih banyak ketika suhu dalam stup menjadi dingin. Lebah madu menggunakan propolis untuk menutup dan memperbaiki dinding stup yang rusak untuk melindungi sarang dari cekaman suhu lingkungan. Hal ini mendorong munculnya ide untuk mengondisikan stup agar dalam kondisi bersuhu rendah melalui modifikasi ventilasi pada tutup stup sehingga dapat memaksa lebah pekerja A. Mellifera mencari propolis.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi ventilasi pada tutup stup koloni lebah terhadap jumlah propolis dan madu yang dihasilkan oleh lebah A. mellifera dan memilih perlakuan terbaik dalam menghasilkan propolis dan madu. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada teknologi untuk meningkatkan produksi propolis melalui uji coba modifikasi ventilasi pada tutup stup kotak lebah. Jenis lebah madu yang digunakan yaitu A. mellifera (lebah eropa). Lebah madu ini adalah satusatunya jenis lebah dari keluarga Apis sp. yang banyak mengumpulkan propolis. Penelitian dilakukan di lokasi penggembalaan lebah madu di kawasan hutan kaliandra di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Produksi propolis menjadi tolok ukur untuk menentukan keberhasilan pengaruh perlakuan. Selain itu, dilakukan pengukuran beberapa parameter tambahan, antara lain bobot koloni (awal dan akhir), suhu dalam kotak dan luar kotak, kelembaban udara dalam dan luar kotak, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di lokasi penelitian.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama 5 minggu, dari bulan Juli - Agustus 2013 dan dilaksanakan di Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Desa Licin adalah salah satu lokasi penggembalaan lebah madu dengan sumber pakan lebah yang dominan yaitu tanaman kaliandra (Calliandra calothyrsus). Bahan Bahan utama penelitian adalah 15 koloni lebah A. mellifera yang terdiri dari 8 sisiran madu tiap stup. Setiap stup lebah berisi sekitar 16 000 – 20 000 ekor lebah. Bahan-bahan lainnya yaitu perangkap propolis (propolis trap) plastik dan tutup stup dari papan kayu dengan modifikasi ventilasi. Alat Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan digital tipe SCA-301, termohigrometer merek Mashtech MS6503, anemometer merek Mastech MS 6250, luxmeter merek Hanna HI97500, pakaian pelindung dari sengatan lebah, timbangan digital 100 g merek Acis, dan timbangan koloni kapasitas 20 kg merek CAS SW-1.
3 Prosedur Rancangan Percobaan Rancangan acak lengkap (RAL) digunakan sebagai rancangan penelitian dengan perlakuan berupa modifikasi ventilasi pada tutup stup yang terdiri dari 3 taraf, taraf A (kontrol) = 0 cm2, B [2(5x1)+2(20x1) cm)] = 50 cm2, dan C [2(10x1)+2(40x1) cm)] = 100 cm2. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Model matematika yang digunakan (Mattjik dan Sumertajaya 2002) adalah: Yij = μ + Pi + Ɛij Keterangan: Yij : pengamatan pada perlakuan ke- i dan ulangan ke- j; μ : rataan umum; Pi : pengaruh perlakuan ke- i; Ɛij : pengaruh acak pada perlakuan ke- i ulangan ke- j.
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah produksi propolis dan madu dan perkembangan populasi koloni. Kondisi suhu dan kelembaban di luar dan di dalam stup juga diamati sebagai data pendukung. Modifikasi Tutup Stup Ke 15 stup secara acak dibagi menjadi 3 kelompok ventilasi (A,B, dan C) yang masing-masing terdiri dari 5 buah stup dan kemudian diberi label sesuai perlakuan.
A (ventilasi
0 cm2)
B (ventilasi
50 cm2)
C (ventilasi
100 cm2)
Gambar 1 Modifikasi tutup stup bahan kayu A (ventilasi 0 cm2), B (ventilasi 50 cm2), dan C (ventilasi 100 cm2) Penimbangan Bobot Awal Perangkap Propolis Penimbangan awal perangkap propolis dilakukan sebelum dipasang di masing-masing stup. Hasil bobot awal perangkap propolis dicatat dan menjadi acuan setiap penambahan bobot propolis yang terdapat pada perangkap tersebut. Setiap alat perangkap propolis diberi label dan dipasang pada stup yang telah ditentukan sesuai jenis perlakuan.
4
Tahap Pengumpulan Data 1. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan adalah kondisi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kecepatan angin di lokasi penelitian. Pengukuran suhu dan kelembaban di dalam kotak dilakukan di antara tutup stup dan sisiran lebah. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada bagian depan pintu masuk stup lebah. Pengukuran kecepatan angin dilakukan pada wilayah sekitar stup lebah ditempatkan. Pengukuran dilakukan pada pagi hari pukul 07.00, siang hari pukul 12.00 dan sore hari pukul 17.00 selama 5 minggu. 2. Produksi Propolis Produksi propolis adalah bobot propolis yang dambil dari perangkap propolis seminggu sekali selama 5 minggu dengan menimbang propolis yang dihasilkan oleh setiap koloni. Bobot propolis dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : A=B–C Keterangan :
A = bobot propolis (g) B = bobot propolis trap + bobot propolis C = bobot propolis trap
3. Produksi Madu Produksi madu dihasilkan pada tiap koloni selama 5 minggu. Pengukuran produksi madu diperoleh dari selisih antara bobot sisiran berisi madu dengan bobot sisiran kosong setelah diekstraksi. Perhitungan bobot madu menggunakan rumus: Bobot madu = (Bobot sisiran isi madu – Bobot sisiran kosong) 4. Populasi Lebah Populasi lebah adalah jumlah lebah dalam 1 koloni yang diperoleh dari hasil bagi antara bobot koloni dan bobot rata-rata per ekor lebah. Penimbangan dilakukan di awal dan akhir penelitian saat awal minggu pertama dan akhir minggu kelima. Bobot koloni = (Bobot lebah + Bingkai sarang) – Bingkai sarang Bobot koloni
Populasi koloni =
Bobot rata-rata per-ekor lebah pekerja
Analisis Data Data bobot propolis, madu, dan jumlah populasi akhir dianalisis ragam (ANOVA). Perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati diuji lebih lanjut dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Wilayah Penelitian Sumber Pakan Sumber pakan lebah yang terdapat di lokasi penelitian adalah dominan tanaman kaliandra (Calliandra calothyrsus). Tanaman ini memberikan nektar yang melimpah bagi lebah untuk dijadikan sebagai madu (Husaeni 1986). Tanaman ini kurang menghasilkan pollen sebagai kebutuhan pokok dalam memelihara keberlangsungan hidup anakan lebah untuk regenerasi koloni. Selain tanaman kaliandra juga terdapat tanaman pinus (Pinus mercusii) sebagai sumber penghasil resin (propolis) yang kemudian dikumpulkan oleh lebah (Singh 1962).
Gambar 2 Hutan tanaman kaliandra di lokasi penelitian Temperatur, Kelembaban, Intensitas Cahaya, dan Kecepatan Angin Hasil pengukuran faktor fisik kondisi lingkungan pembudidayaan lebah di Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kecepatan angin di lokasi penelitian Parameter Pagi (07.00) Siang (12.00) Sore (17.00) Suhu lingkungan o C 21.04 ± 1.25 31.60 ±1.14 26.9 ± 1.03 Kelembaban (%) 99.50 ± 0.79 57.10 ± 5.4 77.5 ± 8.2 Intensitas cahaya ( Klx ) 0.70 ± 0.29 5.54 ± 0.79 0.86 ± 0.33 Kecepatan angin ms-1 0 1.45 ±0.54 0 Kondisi lingkungan di lokasi penelitian dalam Tabel 1 di atas masih cukup nyaman bagi aktifitas lebah madu. Menurut Yani dan Purwanto (2006) ternak membutuhkan lingkungan yang cocok untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan, dan produksi maksimal serta kebutuhan fisiologisnya. Menurut Rochim et al. (2013), perkembangan anakan lebah madu menjadi optimal pada kondisi suhu berkisar antara
6
34 - 35 °C. Suhu juga mempengaruhi jumlah propolis yang dikumpulkan oleh lebah pekerja. Kenaikan suhu membuat resin dan lilin dari tanaman menjadi lunak dan memudahkan lebah untuk memprosesnya (Jager 2001). Kelembaban udara pada Tabel 1 berkisar antara 57% - 99%. Kelembaban dalam kisaran tersebut masih cukup nyaman bagi kehidupan lebah karena lebah dapat beraktivitas optimal pada kelembaban 48% - 98% (Junior et al. 2010). Intensitas cahaya pun turut berpengaruh terhadap aktifitas terbang lebah. Menurut Hilario et al. (2000), lebah mulai terbang di intensitas cahaya rendah dan lebih banyak lagi ketika intensitas cahaya melampaui 2 (klx). Kecepatan angin di lokasi penelitian berkisar 1.45 m detik-1. Kecepatan ini masih tergolong rendah dan baik karena mendukung aktifitas lebah. Menurut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2005), habitat yang baik bagi kehidupan lebah adalah tidak terdapat angin kencang. Produksi Propolis Rataan produksi propolis setiap perlakuan selama 5 minggu berkisar antara 14.0 g sampai 16.8 g atau 3.76 g setiap 10 hari (Tabel 2). Hasil ini hampir 2 kali lipat dari yang dihasilkan oleh penelitian sebelumnya yaitu Budiaman dan Rahman (2006) dengan stup tanpa modifikasi ventilasi sebesar 2.03 g setiap 10 hari. Tabel 2 Rataan bobot propolis dari koloni setiap perlakuan Perlakuan Bobot rata-rata (g) Koefisien keragaman (%) 2 A (ventilasi 0 cm ) 14.8 ±14.65 99.0 B (ventilasi 50 cm2) 16.4 ± 6.98 42.6 2 C (ventilasi 100 cm ) 14.0 ± 5.29 37.8 Rataan Umum 15.06 Data produksi propolis memenuhi uji asumsi, baik uji kenormalan maupun uji kehomogenan. Hasil ANOVA memperlihatkan bahwa rataan bobot propolis ketiga perlakuan tidak berbeda nyata dengan rataan bobot produksi sebesar 15.06 g per 5 minggu (Tabel 2). Pertambahan bobot propolis setiap minggu tercantum dalam Gambar 3 yang memperlihatkan bahwa perlakuan B memiliki keunggulan, yakni telah menunjukkan produksi propolis yang lebih tinggi dari kedua perlakuan lainnya sejak minggu kedua sampai minggu keempat. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi propolis adalah temperatur dalam sarang. Menurut de Lima (2005), produksi propolis A. mellifera dipengaruhi oleh temperatur dalam stup dan intensitas cahaya matahari. Selain itu, produksi propolis juga dipengaruhi oleh kelimpahan dan keragaman jenis tumbuhan sekitar peternakan lebah, jenis lebah, jumlah koloni, iklim, curah hujan, dan cuaca. Produksi propolis akan tinggi jika suhu dalam menjadi dingin (Iannuzzi 1983). Salah satu strategi yang digunakan oleh lebah adalah dengan menutup celah-celah pada tutup stup.
7
BOBOT PROPOLIS (g)
A
B
C
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
MINGGU
Gambar 3 Grafik rataan pertambahan bobot propolis setiap minggu , A (ventilasi 0 cm2), (ventilasi 50 cm2), dan C (ventilasi 100 cm2) Tabel 3 memperlihatkan kondisi temperatur di dalam stup pada pagi, siang, dan sore hari pada ketiga taraf perlakuan. Tabel 3 Rataan suhu dalam stup koloni lebah madu setiap perlakuan Perlakuan
Pagi (07.00) A (ventilasi 0 cm ) 23.14±2.85 2 B (ventilasi 50 cm ) 23.00±2.94 C (ventilasi 100 cm2) 22.90±2.99 Rataan 23.01 2
Suhu oC Siang (12.00) 35.32±1.25 35.68±1.12 35.94±0.85 35.64
Sore (17.00) 27.64±0.97 27.56±0.98 28.14±1.59 27.78
Tabel 3 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antara perlakuan dengan suhu dalam stup. Perbedaan yang tidak nyata terhadap suhu dalam stup berakibat pada produksi propolis yang juga tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Giselle et al. (2009) yang dalam penelitiannya secara umum tidak ditemukan korelasi yang positif antara suhu dan produksi propolis. Hasil pembahasan di atas memperlihatkan bahwa faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban dalam penelitian ini tidak mempengaruhi produksi propolis (Tabel 5), selain itu faktor jumlah populasi lebah juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap koloni lebah A. Mellifera (Tabel 6). Dugaan sementara bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi produksi propolis dalam koloni A. Mellifera yaitu kualitas ratu lebah. Menurut Junus (2011), kualitas ratu seperti umur sangat mempengaruhi kualitas lebah pekerja terhadap hasil produksi madu, polen, sisiran anakan hingga produk propolis. Umur ratu dalam penelitian ini memang tidak diseragamkan karena kurangnya informasi ketika awal penelitian dan juga tidak ada informasi yang tepat terkait umur ratu pada setiap stup dari peternak lebah.
8
Produksi Madu Hasil penimbangan produksi madu yang dipanen selama 5 minggu tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4 Rataan bobot madu dari koloni setiap perlakuan Perlakuan Bobot rata-rata (g) Koefisien keragaman (%) 2 A (ventilasi 0 cm ) 3 836.2 ± 945.5 a 24.6 B (ventilasi 50 cm2) 1 661.0 ± 446.7 b 26.9 2 C (ventilasi 100 cm ) 3 101.6 ± 581.5a 18.7 Keterangan : a,b = angka yang disertai huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda nyata pada taraf 5%
Analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi madu (P<0.05). Produksi madu perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan C, namun nyata lebih tinggi dari perlakuan B. Kisaran produksi madu A dan C (3 836.2 g dan 3 101.6 g ) masih tergolong dalam kisaran produksi madu normal menurut Sihombing (1997) yaitu 25-35 kg per tahun. Sebaliknya kisaran produksi madu perlakuan B di bawah produksi normal. Perbedaan rataan bobot madu yang nyata pada setiap perlakuan diduga berkaitan dengan jumlah populasi di dalam sarang. Menurut Junus (2011), menjelaskan bahwa lebah ratu yang produktif dan jumlah lebah pekerja yang optimal dapat menunjang produksi anakan dan madu yang maksimal. Populasi lebah pada perlakuan A dan C nyata lebih besar dari perlakuan B (Tabel 6). Hal ini juga didukung oleh hasil uji korelasi yang menunjukkan korelasi positif yang sangat nyata antara populasi akhir dan produksi madu dengan nilai r = 0.88. Penelitian ini menegaskan bahwa semakin besar populasi dalam sarang maka jumlah lebah pekerja yang bertugas mencari nektar semakin banyak sehingga produksi madunya juga semakin banyak, sebagaimana terlihat pada perlakuan A dan C yang menghasilkan madu lebih banyak dibandingkan pada perlakuan B yang memiliki populasi lebah paling sedikit. Tabel 5 Rentang kelembaban dalam stup setiap perlakuan Kelembaban dan KK (%) Perlakuan ventilasi Pagi Siang KK KK Sore (17.00) (07.00) (12.00) A (0 cm2) 84 - 100 0.5 42.9 - 68 6.4 67.4 - 79.0 B (50 cm2) 84 - 100 0.4 38.7 - 68 4.2 68.6 - 84.4 2 C (100 cm ) 84 - 100 0.46 38.2 - 58 2.1 70.3 - 78.0
KK 0 0 0
Selain jumlah populasi lebah, Iannuzzi (1983) menyatakan bahwa produksi madu juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban dalam stup, namun suhu dalam stup dipenelitian ini tidak berbeda nyata (Tabel 3) dan tidak mempengaruhi produksi madu. Kondisi kelembaban dalam stup tercantum pada Tabel 5. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa luas ventilasi tidak mempengaruhi kelembaban sehingga perbedaan produksi madu tidak dipengaruhi oleh
9 kelembaban. Kelembaban dalam penelitian ini masih dalam kisaran yang nyaman (Junior et al. 2010). Produksi madu dalam penelitian ini berkorelasi positif dengan jumlah populasi, namun tidak demikian produksi propolis. Produksi propolis dalam penelitian ini lebih dipengaruhi oleh kualitas ratu. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa produksi madu tidak nyata dengan produksi propolis (r = -0.058). Jumlah Populasi Lebah Jumlah rata-rata individu lebah setiap koloni pada awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Populasi lebah dari koloni setiap perlakuan Rataan Bobot Koloni (g) Perlakuan Awal Akhir 2 A (ventilasi 0 cm ) 18 894.5 ± 958.6 12 065.6 ±1 936.7a 2 B (ventilasi 50 cm ) 16 380.0 ±2 050.8 8 476.4 ±1 504.1b 2 C (ventilasi 100 cm ) 17 467.3 ±1 920.7 10 450.8 ±1 772.6ab Keterangan : a,b = angka yang disertai huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda nyata pada taraf 5%
Jumlah koloni lebah pada awal penelitian masih dapat dianggap homogen karena perbedaannya tidak nyata. Perbedaan perlakuan mengakibatkan perbedaan yang nyata (P<0.05) terhadap jumlah populasi akhir. Pada akhir penelitian (setelah minggu ke 5), semua koloni pengalami penurunan populasi. Populasi pada perlakuan B nyata paling rendah dari pada perlakuan A yang memiliki populasi tertinggi. Kemungkinan penyebab penurunan jumlah populasi lebah adalah kekurangan pakan pollen (tepung sari). Sumber tanaman yang ada di sekitar lokasi lebih didominasi tanaman kaliandra yang menyediakan banyak nektar dari pada tepung sari (Gambar 2). Tanaman ini memberikan nektar yang melimpah bagi lebah untuk dijadikan sebagai madu (Sulistyo 2006). Menurut Gojmerac (1983), sebagian besar kebutuhan total protein suatu koloni lebah madu dipenuhi dari tepung sari. Protein sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memperbaiki jaringan dan menjalankan fungsi tubuh lainya. Pernyataan lain menyebutkan bahwa kesehatan koloni lebah sangat tergantung oleh adanya polen. Koloni-koloni lebah tidak mampu merawat, membesarkan dan memelihara anakan tanpa adanya polen. Demikian pula halnya dengan lebah ratu tidak mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup banyak jika ketersediaan polen sangat sedikit (Gary 1992). Analisis ragam menunjukkan populasi akhir tertinggi pada perlakuan A dan C serta terendah pada perlakuan B. Kekurangan polen pada perlakuan B dapat dijelaskan melalui korelasi antara populasi lebah dengan produksi propolis dan madu. Korelasi antara produksi propolis, madu, dan populasi lebah ditampilkan dalam Tabel 7.
10
Tabel 7 Korelasi antara produksi propolis, madu, dan populasi lebah Propolis Madu Populasi akhir P-hit r P-hit r P-hit R 0.837 Propolis -0.058 0.626 0.137 Madu 0.837 -0.058 0.000 0.881 Populasi 0.626 0.137 0.000 0.881 akhir Keterangan : Jika P-hitung < dari 0.05 maka ada korelasi nyata menurut Sarwono (2006), Korelasi (r): 0 = tidak ada korelasi antara 2 variabel 0 – 0.25 = sangat lemah 0.25 – 0.5 = cukup 0.5 – 0.75 = kuat 0.75 – 0.99 = sangat kuat 1 = sempurna
Korelasi antara produksi propolis dengan madu dan populasi akhir menunjukkan korelasi yang tidak nyata. Sebaliknya, Tabel 7 menunjukkan bahwa antara produksi madu dan populasi akhir terdapat korelasi positif yang sangat nyata dan sangat kuat sebesar r = 0.88, artinya ketika populasi lebah semakin besar maka produksi madu menjadi semakin besar. Hal ini dikarenakan pada saat jumlah koloni lebah banyak maka jumlah lebah pekerja yang mengumpulkan nektar pun menjadi semakin banyak. Tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan B memiliki populasi akhir yang paling rendah namun produksi propolis sama banyak yang tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan pada perlakuan B, lebah pekerjanya mengorbankan pencarian polen yang sangat bermanfaat bagi perkembangan koloni lebah. Pemilihan Modifikasi Ventilasi Tutup Stup Terbaik Tabel 8 merupakan kompilasi dari respon semua peubah serta tingkat koefisien keragaman (KK) yang diukur dalam penelitian ini. Tabel 8 Kompilasi dari respon semua peubah dalam penelitian ini Perlakuan Peubah A KK B KK C KK Produksi Propolis tn tn + tn + Produksi Madu a + b + a + Jumlah Populasi a + b + ab + Jumlah Terbaik 2a dan 2+ 2b dan 3+ 2a dan 3+ Keterangan : tn = tidak nyata KK = koefisien keragaman Tingkatan huruf, a = baik b = buruk simbol, + adalah baik dan – adalah buruk
Tabel 8 memperlihatkan bahwa perlakuan A dan C memiliki keunggulan dalam jumlah produksi propolis, madu, dan jumlah populasi. Perbedaan antara perlakuan A dan C adalah pada perlakuan A memiliki nilai koefisien keragaman
11 dari produksi propolis yang sangat besar, sehingga untuk aplikasi kepada peternak akan sangat merugikan dengan hasil produksi yang tidak merata. Lain halnya dengan perlakuan C yang memiliki produksi propolis, madu, dan jumlah populasi yang besar serta produksi yang lebih seragam dari masing-masing stup. Perlakuan B merupakan perlakuan yang sebaiknya tidak dipilih karena menghasilkan produkstivitas yang rendah dibanding yang lainnya. Perlakuan A layak dipilih, namun dengan resiko produksi propolis yang sangat beragam. Perlakuan C merupakan perlakuan terbaik untuk dipilih karena menghasilkan produksi propolis, madu, dan jumlah populasi yang tinggi dan seragam. Guna mempertahankan jumlah propolis dan madu yang tinggi tanpa mengorbankan jumlah populasi pada perlakuan C, peternak sebaiknya menambahkan polen yang sangat dibutuhkan oleh populasi lebah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Modifikasi luas ventilasi berpengaruh nyata terhadap produksi madu dan populasi, tetapi tidak berbeda nyata dengan produksi propolis. Perlakuan C merupakan perlakuan terbaik karena memiliki produksi madu, propolis dan jumlah populasi yang tinggi serta produksi yang lebih seragam pada setiap stup. Penyusutan bobot koloni lebah terjadi pada semua koloni yang disebabkan oleh kurangnya pollen sebagai sumber pakan bagi anakan lebah.
Saran Peternak dapat menggunakan ventilasi model C (100 cm2) dengan memberikan polen tambahan untuk mendapatkan produksi propolis, madu, dan koloni yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini AD. 2006. Potensi propolis lebah madu Trigona spp. sebagai bahan Antibakteri. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Budiaman, Rahman A . 2006. Uji efektivitas empat variasi propolis trap terhadap produksi propolis lebah madu A. mellifera L. [jurnal]. Makassar (ID): Universitas Hasannudin. DaSilva FAA, Bueno PCP, Grego´rio LE, Silva MLA, Albuquerque S, Bastos JK. 2004. In vitro trypanocidal activity evaluation of crude extract and isolated compounds from Baccharisdracunculifolia D.C. (Asteraceae). J Pharm Pharmacol. 56, 1195D1199. Free JB. 1982. Bees and Mankind. Oxford London and Northampton (US): Alden pr. Gary NE. 1992. Activities and Behaviour of Honey Bee. In J M Graham (eds),
12
The Hive and the Honey Bee. Illionis (CAN): Dadant and Sons, Hamilton pp 322-328. Giselle CORP, Angel R B , Isabel R d V T. 2009. Environmental factors influencing propolis production by the honey bee Apis mellifera in Minas Gerais State, Brazil. Journal of Apicultural Research and Bee World 48(3): 176-180 (2009). DOI 10.3896/IBRA.1.48.3.05. Gojmerac WL. 1983. Bee, Beekeeping, Honey and Pollination. Inc Westport Connecticut (US): Avi Publishing Company. Guerreiro De Lima M. 2005. Efeito de variáveis ambientais, rainhas selecionadas esistemas coletores na produção de própolis por abelhas africanizadas Apis mellifera (Hymenoptera, Apoidea). [PhD thesis]. Brazil (BR): Universidade Estadual Paulista, SP. Hilario SD, Imperatriz-Fonseca VL, Kleinert A de MP. 2000. Flight activity and colony strength in the stingless bee melipona bicolor (Apidae meliponinae). Rev Bras Biol 60:299-306. Husaeni EA. 1986. Potensi produksi nektar dari tegakan kaliandra bunga merah (Calliandra calotyrsus Meissn). Di dalam: Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding Lokakarya; Sukabumi, 20-22 Mei 1986. Jakarta (ID) : Perum Perhutani. hlm 87-91. Iannuzzi J. 1983. Propolis: The most mysterious hive element – part 1. American Bee Journal (AS), 1983, August, pp. 573. Jager AJ de. 2001. The effect of increased propolis production on the productivity a honeybee farming system. [dissertation]. Departement of Agricultural Management. Port Elizabeth Technikon (tZA): Saasveld George Campus. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Junus M. 2011. Pengaruh umur lebah ratu, jumlah sisiran eram, dan penyekat ratu terhadap pertambahan bobot anggota koloni lebah A. mellifera. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 21 (3): 1-10. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I, Bogor (ID): IPB Pr. Pavord AV. 1970. Bees and Beekeeping. London (GB): Cassel Ltd. Pcelovodstvo Magazine. 2012. Propolis Production In The Apiary . Oliver Mihajlovic , Penerjemah . Russia ( RU ): Riboe . Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. 2005. Lebah Madu, Cara Beternak dan Pemanfaatannya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Radiati LE. 2001. Pemanfaatan perekat lebah (propolis) sebagai antimikroba dan pelapis edible pada keju. [skripsi]. Bogor ( ID ): Institut Pertanian Bogor. Rochim A, Junus M, Minarti S. 2013. Pengaruh penambahan pakan stimulan dan penyekat sisiran terhadap tingkat kesukaan lebah madu A. mellifera menjelang musim bunga. [jurnal]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Samsudin. 2008. Virus Patogen Serangga:Bio-Insektisida Ramah Lingkungan [internet]. Diunduh [4 Juni 2014] tersedia pada: http://LembagaPertanian Sehat/DevelopUsefulInnovationForFamersRubrik. Sihombing DTH. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Pr. Singh S. 1962. Beekeeping in India. New Delhi (IN): Indian Council of
13 Agricultural Research. Sulistyorini CA. 2006. Inventarisasi tanaman pakan lebah madu A. cerana ferb di perkebunan teh gunung mas Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. [ulasan]. Med Petern. 29(1):35-36.
LAMPIRAN Lampiran 1 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap produksi propolis SK Perlakuan Galat Total S = 9.857
dB JK KT F P 2 14.9 7.5 0.08 0.926 12 1 166.0 97.2 14 1 180.9 R-Sq = 1.26% R-Sq(adj) = 0.00%
Lampiran 2 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap jumlah koloni awal SK dB JK KT F P Perlakuan 2 15 903 523 7 951 761 2.71 0.107 Galat 12 35 255 106 2 937 926 Total 14 51 158 629 S = 1 714 R-Sq = 31.09% R-Sq(adj) = 19.60% Lampiran 3 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap bobot madu SK dB JK KT F P Perlakuan 2 12 244 101 6 122 050 12.83 0.001 Galat 12 5 726 480 477 207 Total 14 17 970 581 S = 690.8 R-Sq = 68.13% R-Sq(adj) = 62.82% Lampiran 4 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap suhu dalam sarang pada pagi SK dB JK KT F P Perlakuan 2 0.15 0.07 0.01 0.992 Galat 12 102.97 8.58 Total 14 103.12 S = 2.929 R-Sq = 0.14% R-Sq(adj) = 0.00% Lampiran 5 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap suhu siang SK dB JK KT F P Perlakuan 2 0.97 0.48 0.41 0.674 Galat 12 14.27 1.19 Total 14 15.24 S = 1.090 R-Sq = 6.36% R-Sq(adj) = 0.00%
14
Lampiran 6 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap suhu sore dalam sarang SK DB JK KT F P Perlakuan 2 0.99 0.49 0.33 0.724 Galat 12 17.86 1.49 Total 14 18.84 S = 1.220 R-Sq = 5.24% R-Sq(adj) = 0.00% Lampiran 7 ANOVA pengaruh perlakuan terhadap jumlah koloni akhir SK dB JK KT F P Perlakuan 2 32 313 652 16 156 826 5.29 0.022 Galat 12 36 620 451 3 051 704 Total 14 68 934 103 S = 1 747 R-Sq = 46.88% R-Sq(adj) = 38.02% Lampiran 8 Uji statistik korelasi antara bobot madu dan propolis Korelasi pearson dari bobot madu and bobot propolis = -0.058 P-Value = 0.837 Artinya tidak ada korelasi yang nyata dan bersifat negatif sebesar 0.058 bobot madu naik; bobot propolis turun Lampiran 9 Uji statistik korelasi antara populasi akhir dan bobot madu Korelasi: populasi akhir; bobot madu Korelasi pearson dari populasi akhir and bobot madu = 0.881 P-Value = 0.000 Ada korelasi sangat nyata , dan positif sebesar 0.881 Populasi naik; bobot madu naik Lampiran 10 Uji statistik korelasi antara populasi akhir dan bobot propolis Korelasi: populasi akhir; bobot propolis Pearson correlation of populasi akhir and bobot propolis = 0.137 P-Value = 0.626 Lampiran 11 Foto penimbangan koloni
Bobot sisiran dan lebah
bobot sisiran
pengambilan sisiran
15 Lampiran 12 Foto jumlah sisiran, ratu lebah dan penimbangan per ekor lebah
Jumlah sisiran
lebah ratu dan pekerja
bobot per ekor lebah
Lampiran 13 Foto propolis yang terdapat pada perangkap dalam tutup stup lebah madu
Model A
model B
model C
Lampiran 14 Foto sumber tanaman bagi lebah di lokasi penelitian
Pinus
kaliandra
tambang pasir
daratan bukit
Lampiran 15 Foto sumber air, predator, dan madu
Tempat lebah minum
sumber air
predator
madu
16
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Ambon tepatnya di Masohi pada tanggal 28 Februari 1993 dari bapak Bambang Irawan dan ibu Makmuroh. Penulis adalah putra pertama dari 3 bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 2 Kotabumi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk IPB dan diterima di jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Resimen Mahasiswa dan mendapat amanah untuk menjadi komandan kompi markas pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga telah mengikuti pendidikan dasar militer tahun 2010 di rindam III Siliwangi Jawa Barat, pendidikan provos dan kursus dinas staf pada tahun 2011. Selain itu penulis aktif dalam club yang bergerak dalam bidang lingkungan bernama Garden and Decoration Club selama di asrama tingkat persiapan bersama serta mendapat amanah menjadi kordinator tanaman sayur. Penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Lampung dan menjadi ketua kominfo pada tahun 2011-2012. Selanjutnya untuk urusan olahraga penulis aktif dalam UKM karate IPB. Penulis ikut bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan sebagai staff bidang politik kajian strategis dan advokasi. Sejak semester 5 penulis mendapat beasiswa dari Pertamina yang bernama Pertamina Foundation Scholar angkatan 2 dan menjadi gubernur wilayah Jakarta, Bogor dan Depok pada tahun 2012-2013. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti sosialisasi back to village OMDA Lampung dalam divisi acara, IPB Karate Cup 3 se-Jawa Bali dalam divisi keamanan, Fapet Golden Week 2012 sebagai kordinator sub acara Expression of Political Nation (Expotion), Rakernas Pertamina Foundation Scholar dalam divisi acara, sosialisasi aksi dan sedekah bumi dalam rangkaian acara komunitas sobat bumi se-Indonesia di Bogor, dan koordinator cabang renang dalam olimpiade mahasiswa IPB 2013. Pada tahun 2014 penulis ikut turun desa dalam SPR (Sekolah Peternakan Rakyat) Goes to Village di kabupaten Bojonegoro. Penulis juga aktif dalam mengikuti beberapa lomba dan mendapatkan Juara 1 Pertandingan Bulutangkis Ganda Putra antar mahasiswa Lampung IPB Bogor 2013, Juara 1 Ajang seni Muli Meghanai (bujang gadis) antar mahasiswa Lampung IPB Bogor dan Juara 3 Lomba renang cabang estafet putra Fakultas Peternakan IPB 2011 serta mendapat pendanaan dari DIKTI dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang pengabdian masyarkat tahun 2014 yang berjudul Integrasi Perkebunan Tanaman Pala dan Lebah Trigona dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Desa Sukajadi Kabupaten Bogor.