MODEL TES KETERAMPILAN UNTUK PENELUSURAN BAKAT CALON ATLET SEPAK BOLA K.U 10 SAMPAI 11 TAHUN
ADE EVRIANSYAH LUBIS
ABSTRAK Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model tes keterampilan dasar untuk penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU 10-11 tahun yang sahih dan handal. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi beberapa langkah penelitian yang dikemukakan oleh Borg & Gall (2007, p.590) sebagai berikut: (1) studi pendahuluan dan pengumpulan data, (2) perencanaan proses penelitian dan pengembangan, (3) validasi produk, (4) uji coba produk, (5) revisi produk, (6) implementasi produk. Uji coba skala kecil dilakukan pada 30 testi, dan uji coba skala besar dilakukan pada 416 testi dengan menggunakan teknik cluster sampling. Teknik analisis data validitas menggunakan Pearson’s Product Moment correlations dan reliabilitas menggunakan test-retest Cronbach’s Alpha. Z score digunakan untuk menyamakan bentuk satuan. Hasil penelitian dan pengembangan ini berupa model tes keterampilan dasar untuk penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU 10-11 tahun. Model tes layak digunakan karena dinyatakan valid dan reliabel, dengan nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel. Model tes keterampilan dasar untuk penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU 10-11 tahun juga menghasilkan skala penilaian (norma) yang dikemas dalam buku pedoman (modul) dan visualisasi/tutorial tes (CD) yang efektif dan efisien dan dapat digunakan sebagai pegangan para pelatih pada pusat pembinaan sepakbola usia dini dalam proses penelusuran calon atlet dengan berbagai tingkat keberbakatan. Kata Kunci: model tes keterampilan dasar, penelusuran bakat, sepakbola. PENDAHULUAN Proses merupakan
dan rintangan yang harus dihadapi. Setiap pembinaan
suatu
prosedur
olahraga yang
harus
dilaksanakan untuk mencapai sebuah prestasi. Dalam upaya dan usaha tersebut tentu banyak hal yang harus dipertimbangkan, agar setiap tahap
dalam
proses
pembinaan
berjalan
dengan baik dan benar. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan
dari
sebuah
proses pembinaan olahraga. Hasil pembinaan olahraga
berupa
prestasi
terbaik
tidak
diperoleh dengan mudah. Banyak tantangan
pelaku
olahraga
harus
mampu
untuk
bekerjasama secara berkesinambungan. Agar nantinya jika kelak permasalahan yang terjadi dalam proses pembinaan olahraga dapat diselesaikan dengan bijaksana, dimulai dari manajemen kepengurusan olahraga hingga pola pembinaan atlet. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan membentuk suatu mekanisme kepengurusan yang solid, karena secara gamblang hal tersebut akan memberikan efek yang positif pula terhadap perkembangan atlet. Karena
pada proses awal pembinaan atlet, program
dilakukan oleh para pelatih, guru, maupun
masih difokuskan untuk menelaah calon atlet
tenaga kependidikan jasmani lainnya yang
secara umum, dengan melihat berbagai faktor
tentu
tertentu. Jika calon atlet memiliki kemampuan
pembinaan formal maupun informal pada
gerak dan keterampilan pokok yang mumpuni,
tahap usia dini tersebut (Martinek & Hellison,
tentu calon atlet tersebut masih memiliki
2009, p.15).
akan
meningkatkan
kualitas
dari
peluang besar untuk memilih dan menentukan
Jika menilik pada proses pembinaan
cabang olahraga yang diminatinya, mengingat
usia dini, tentu tak akan lepas dari topik
berbagai potensi yang dimiliki calon atlet
tentang penelusuran bakat. Penelusuran bakat
tersebut yang terbilang cukup komplit. Hal
merupakan tahap awal yang harus dilakukan
tersebut masih dapat ditoleransi, mengingat
sedini mungkin sesuai dengan karakteristik
pada
masa
cabang olahraga tertentu. Menurut Beswick
dilakukannya berbagai pendekatan terhadap
(2010, p.8) secara khusus, di dalam sebuah
calon atlet mengenai pandangan tentang
proses pembinaan, identifikasi bakat (talent)
berbagai keputusan yang harus ditentukan.
merupakan
Pendekatan tersebut harus dilakukan secara
dilaksanakan sejak usia dini (grass root). Pada
berkesinambungan oleh pihak terdekat calon
prosesnya,
atlet, baik orang tua maupun keluarga. Oleh
berbakat, akan mengemban tanggung jawab
karena itu, pola pembinaan atlet yang tepat dan
pribadi (commitment). Rasa tanggung jawab
sesuai dengan cabang olahraga merupakan
diperoleh dari pemahaman yang diberikan oleh
landasan utama pencapaian sebuah prestasi
orang tua. Setelah calon atlet memiliki rasa
maksimal.
tanggung jawab yang baik, peran program
tahap
usia
dini
merupakan
tahap
awal
calon
atlet
yang
yang
perlu
dinyatakan
Secara khusus pembinaan merupakan
latihan (coachability) yang dijalankan oleh
salah satu proses yang harus dilaksanakan
pelatih juga memberikan peran yang cukup
untuk mencapai suatu prestasi. Karena dalam
signifikan
mencapai suatu prestasi, banyak faktor yang
membentuk atlet yang hebat. Pada akhirnya,
mempengaruhi. Dalam ranah keolahragaan,
ketika semua tahapan telah dijalani dengan
sebuah proses pembinaan harus dibangun
baik, hanya atlet yang memiliki mental yang
secara bertahap, dimulai dari pembinaan usia
tangguh
dini hingga pembinaan pada tingkat atlet
mencapai kesuksesan (success) baik berupa
profesional.
persaingan
Dalam
merancang
sebuah
dalam
(mental
proses
menjaga
toughness)
antar-pemain
yang
maupun
dan
akan
bangkit
program pembinaan yang efektif dan efisien,
pasca-cidera. Setiap cabang olahraga tentu
kemungkinan besar akan menghasilkan atlet
memiliki karakteristik program pembinaan
yang memiliki kemampuan yang sangat luar
yang
biasa. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
sepakbola, yang memiliki kriteria kategori
mempersiapkan pelayanan (treatment) yang
kelompok usia pembinaan tertentu. Menurut
profesional dalam proses pembinaan yang
Wein (Stratton, et. al, 2004, pp.163-164) pada
berbeda-beda.
Begitu
juga
dengan
hakikatnya, terdapat beberapa pengkategorian
Menurut
program pembinaan dalam sepakbola yang
keberbakatan dalam sepakbola merujuk pada
diterima oleh anak usia dini secara umum,
karakteristik
yakni: usia 7-8 tahun dimana tahap perkenalan
(passing, dribbling, receiving, shooting), (2)
sepakbola dilakukan, usia 8-10 tahun dimana
taktik
pengembangan keterampilan dasar sepakbola
pertandingan), (3) fisik (kecepatan, kekuatan,
mulai
dimana
daya tahan, koordinasi, keseimbangan), (4)
permainan sepakbola sederhana dalam bentuk
mental (emotional control), (5) gaya hidup
mini mulai dilakukan, 12-15 tahun dimana
(etos kerja, asupan gizi, istirahat, manajemen
pola permainan sepakbola mulai diperkenalkan
waktu).
dilakukan,
10-12
tahun
Gorman
(Brown,
sebagai
(aplikasi
2001,
berikut:
skill
(1)
dalam
p.200)
teknik
situasi
dalam bentuk yang sederhana, dan usia 15
Sepakbola merupakan salah satu jenis
tahun keatas dimana taktik dan strategi baik
permainan yang terpopuler di dunia. Hampir
secara
individu
diperkenalkan
maupun
dalam
bentuk
tim
mulai
seluruh negara secara masif mengapresiasi
yang
lebih
permainan sepakbola tidak hanya sekadar
sederhana.
sebuah aktivitas olahraga permainan, namun
Bakat merupakan faktor bawaan yang
lebih jauh sepakbola memberikan sebuah
dimiliki oleh setiap manusia, baik secara fisik
atmosfer yang sangat berbeda kapan dan
maupun mental. Menurut Renzulli (Sternberg
dimanapun olahraga tersebut dilakukan, baik
&
bakat
dalam situasi pertandingan resmi hingga hanya
tertentu,
sekadar aktifitas olahraga rekreasi. Sepakbola
diantaranya kemampuan di atas rata-rata,
sangat berkembang pesat di benua Eropa
keberminatan, serta kreativitas. Tentu kadar
hingga
keberbakatan setiap manusia juga sangat
masyarakat Amerika Serikat menggunakan
beragam.
istilah soccer, sedangkan istilah football
Davidson,
memiliki
2005,
beberapa
Karena
pp.256-257)
karakteristik
pada
dasarnya
setiap
benua
Amerika.
sendiri
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
american football (Hantula, 2012, p.5). Istilah
masing. Oleh karena itu, perkembangan bakat
soccer pada awalnya dipopulerkan di negara
sangat
faktor
Inggris, namun seiring berjalannya waktu,
lingkungan. Menurut Coyle (2009, p.36)
istilah football lebih cenderung digunakan di
secara khusus proses perkembangan bakat
hampir seluruh penjuru dunia.
diawali dengan adanya pengambilan keputusan
Sepakbola merupakan salah satu cabang
yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor
olahraga permainan yang terdiri dari 11
yang diterima oleh indera manusia yang
pemain dalam satu regu. Setiap pemain dalam
kemudian dengan serangkain proses hingga
satu regu mempunyai tugas dan fungsi masing-
membentuk dan menghasilkan gerak yang
masing. Secara khsusus, posisi setiap pemain
kompleks
dalam
jelas sangat membedakan tanggung jawab di
sepakbola memiliki parameter yang beragam.
lapangan, yang pada akhirnya juga akan
dan
oleh
simultan.
berbagai
Bakat
pada
sebuah
khusus,
manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti
dipengaruhi
mengacu
Secara
olahraga
membedakan daya jelajah selama pertandingan
game) sangat dibutuhkan tingkat kebugaran
berlangsung Reilly &
Thomas (Carling,
seorang pemain (fitness of players) yang
Williams, & Reilly, 200, p.6). Dimana lebih
ditentukan oleh proses pemilihan (selection),
dari 90% performa setiap pemain tersebut
baik
dipengaruhi oleh metabolisme aerobik selama
maupun kebutuhan taktik (alter tactical role)
pertandingan
berlangsung.
dan proses latihan (training), baik berdasarkan
Permainan sepakbola juga merupakan suatu
pengkondisian khusus (specific conditioning)
aktivitas yang terdiri dari hampir 1000 jenis
maupun latihan khsusus berdasarkan posisi
gerak yang dilakukan selama 90 menit.
pemain sepakbola (soccer spesific training-
Sepakbola
yang
position). Karena pada dasarnya seorang
dilakukan pada lapangan yang memiliki area
pemain sepakbola dituntut harus selalu mampu
yang terbilang cukup luas dimana bola selalu
menjaga performa positif secara keseluruhan,
dalam keadaan bergerak dengan arah yang
yakni tingkat kebugaran, motivasi, kondisi
selalu berubah-ubah (random). Dalam jangka
lingkungan, dan kompetisi pertandingan.
sepakbola
merupakan
permainan
berdasarkan
pengeliminasian
(omit)
waktu 90 menit (2 x 45 menit), seorang
Menurut Winkler (Stratton, et. al,
pemain sepakbola rata-rata berlari dengan
p.158) bakat dalam sepakbola terdiri dari dari:
jarak 10 mil atau 9 menit per mil, rata-rata 65-
psikomotor
70 menit bola bergulir, dan 1,5–2 gol tercipta
kognitif, dan penyesuaian lingkungan (sosial).
per pertandingan resmi (Kirkendall, 201, pp.1-
Menurut Bompa (Sukadiyanto, 2011, p.57)
3). Dalam kurun waktu 3-5 detik seorang
komponen dasar dari biomotor, meliputi:
pemain sepakbola akan melakukan berbagai
kekuatan, daya tahan, kecepatan, koordinasi,
aktivitas gerak kompleks, diantaranya berlari,
dan
berbalik arah, melompat, melakukan tackle,
komponen yang lain merupakan perpaduan
dan
sebuah
dari beberapa komponen sehingga membentuk
pertandingan sepakbola terdapat berbagai jenis
satu peristilahan tersendiri, diantaranya daya
gerak seorang pemain yang bersinggungan
ledak yakni gabungan dari kekuatan dan
dengan pemain lain, antara lain: mendorong
kecepatan, serta kelincahan yakni gabungan
dengan sengaja, memotong dari sudut ke
dari kecepatan dan koordinasi. Jika berbicara
sudut, berputar/berbalik arah, serta memulai
mengenai berbagai komponen biomotor, tentu
dan berhenti secara mendadak. Dalam kondisi
tingkat kebugaran jasmani memegang peranan
tersebut
mampu
yang juga penting dalam pengeksekusian
menjaga keseimbangan dengan stabil untuk
gerak (motor) tersebut. Semakin tinggi tingkat
berlari dengan kecepatan tinggi, merubah arah
kebugaran
dengan reaksi cepat, dan menendang bola
kemungkinan besar akan semakin baik pula
dengan kekuatan yang maksimal. Reilly (2007,
kemampuan
p.2) juga menambahkan, bahwa secara khusus
(Suharjana, 2013, p.6) kebugaran jasmani
dalam sebuah pertandingan (demands of the
terdiri dari 3 (tiga) jenis, yakni: (1) physical
lain
sebagainya.
seorang
pemain
Dalam
harus
(ketrampilan
fleksibilitas.
jasmani
dan
Adapun
kebugaran),
komponen-
seseorang,
biomotornya.
Menurut
maka
Fox
fitness,
terdiri
dari
muscular
strength
bahwa anak yang memiliki kualitas DNA yang
(kekuatan otot), muscular endurance (daya
baik cenderung akan memiliki peluang yang
tahan otot), joint flexibility (kelentukan sendi),
lebih besar untuk berkembang dimulai dari
dan
(kebugaran
kemampuan aerobik hingga minim resiko
jantung-paru), (2) nutritional fitness, terdiri
cidera. Namun, sejauh ini hasil penelitian
dari body composition (komposisi tubuh), dan
masih menyimpan kontroversi. Tes tersebut
control of body weight ((kontrol berat tubuh),
dianggap tidak manusiawi, karena membatasi
dan (3) mental, emotinal dan motor fitness,
keinginan calon atlet yang memiliki minat
terdiri
stress
tinggi untuk menjadi seorang pesepakbola
(ketahanan mental-emosi), endurance (daya
profesional dengan cara yang sulit diterima
tahan),
agility
akal anak usia dini. Perkembangan proses
(kelincahan), flexibility (kelentukan), balance
penelusuran bakat di Indonesia masih terbilang
(keseimbangan),
coordination
belum maksimal, mengingat proses pembinaan
(koordinasi). Menurut Reilly (2007, pp.20-21)
yang belum serentak dan tidak seragam. Hal
secara khusus, di dalam sebuah pertandingan
tersebut tentu disebabkan oleh banyak faktor.
sepakbola terdapat persentasi aktivitas gerak
Namun, secara khusus proses penelusuran
dasar, antara lain: 36% gerakan berlari pelan
bakat
(jog), 24% gerakan berjalan (walking), 20%
dengan serius. Karena hingga saat ini belum
gerakan meluncur (cruise), 11% gerakan
ada konsep tes yang khusus digunakan secara
berlari cepat (sprint), 7% gerakan berbalik
massal
arah (move back), dan 2% gerakan dengan
sepakbola. Oleh karena itu, perlu dilakukan
bola (with ball). Selain itu terdapat beberapa
proses penyusunan tes yang secara khusus
bagian tubuh yang juga memainkan peranan
digunakan untuk menelusuri keberbakatan
penting ketika proses terjadinya gerak selama
dalam sepakbola. Secara khusus, tes memiliki
pertandingan sepakbola, yakni: mata, bahu,
beberapa tujuan penting, antara lain: (1)
otot dada, dinding perut, otot paha, pinggul,
mengetahui tingkat kemampuan peserta didik,
pergelangan kaki, otot leher, pinggang, serabut
(2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan
tendon lutut, betis, dan tendon tumit (Bridle,
peserta didik, (3) mendiagnosis kesulitan
2011, pp.60-61).
belajar peserta didik, (4) mengetahui hasil
cardiorespiratory
dari:
mental-emotional
strength
Proses
fitness
(kekuatan),
dan
penelusuran
bakat
dalam
belajar
dalam
sepakbola
untuk
dan
belum
menelusuri
pengajaran,
ditangani
bakat
(5)
dalam
memotivasi
sepakbola sudah mengalami perkembangan
pendidik dan peserta didik dalam proses
yang cukup pesat Hasil penemuan terbaru
pembelajaran. Tidak jarang tes digunakan
yang sejauh ini masih terus dikembangkan
untuk beberapa tujuan, namun tidak akan
yakni,
proses penelusuran bakat dengan
memiliki keefektifan yang sama untuk semua
metode tes DNA. Tes tersebut sudah dilakukan
tujuan. Menurut Cronbach (Azwar, 2013, p.5)
oleh salah satu klub profesional peserta Liga
tes memiliki 2 (dua) klasifikasi, antara lain: tes
Inggris (Premiere League) dengan asumsi
yang
mengukur
performansi
maksimal
(maximum
performance),
serta
mengukur
performansi
tipikal
tes
yang
(typical
secara khusus fokus pada faktor keterampilan dasar
dalam
sepakbola.
Pada
proses
performance). Sebelum merancang sebuah tes,
penyusunan instrumen tes juga memperhatikan
terlebih dahulu harus mempertimbangkan
karaktersitik anak usia 10-11 tahun, dimana
beberapa hal, yakni: acuan kriteria norma dan
pada usia tersebut merupakan kelompok usia
pengukuran yang akan dipergunakan, serta
paling dasar yang terdapat pada sebagian besar
berbagai kriteria instrumen tes yang baik.
pusat pembinaan usia dini di Provinsi DIY.
Hasil sebuah tes yang baik dapat digunakan untuk beberapa keperluan, yakni: memprediksi
Prosedur Pengembangan
kemampuan yang akan datang, menjabarkan kekurang yang dimiliki, mengukur perbaikan
Prosedur
pengembangan
dalam
yang akan dilakukan, membantu pelatih
penelitian ini mengadaptasi langkah-langkah
memprediksi kesuksesan atlet yang akan
penelitian dan pengembangan Borg & Gall.
datang, menempatkan atlet pada latihan yang
Menurut Borg & Gall (2007, p.589) dalam
tepat,
melaksanakan
dan
(Mackenzie,
memotivasi 2005).
mental
proses
penelitiaan
dan
Arikunto
pengembangan terdapat 10 (sepuluh) langkah
(Widoyoko, 2012, p.97) bahwa suatu tes dapat
yang harus ditempuh, sebagai berikut: (1) studi
dikatakan memiliki karakteristik yang baik
pendahuluan dan pengumpulan data (kajian
apabila memiliki 5 (lima) persyaratan sebagai
kepustakaan, pengamatan lapangan, membuat
berikut: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3)
kerangka kerja penelitian), (2) perencanaan
objektivitas,
(merumuskan
(4)
Menurut
atlet
praktibilitas,
dan
(5)
ekonomis.
memperkirakan
tujuan dana
dan
penelitian, waktu
yang
diperlukan, prosedur kerja penelitian, serta Metode
berbagai bentuk partisipasi kegiatan selama kegiatan penelitian),
Model Pengembangan
(3) mengembangkan
produk awal (perancangan draf awal produk), (4) uji coba awal (mencobakan draf produk ke
Penelitian ini merupakan penelitian
wilayah dan subjek yang terbatas), (5) revisi
pengembangan (research and development).
untuk menyusun produk utama (revisi produk
Dalam
berdasarkan hasil ujicoba awal), (6) uji coba
hal
ini
proses
dilaksanakan
untuk
model
keterampilan
pengembangan sebuah
lapangan utama (uji coba terhadap produk
untuk
hasil revisi ke wilayah dan subjek yang lebih
penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU
luas), (7) revisi untuk menyusun produk
10-11 tahun. Pengembangan ini dilakukan
operasional, (8) uji coba produk operasional
berdasarkan pada hasil observasi lapangan
(uji efektivitas produk), (9) revisi produk akhir
yang secara khusus mengidentifikasi masalah
dan (10) diseminasi dan implementasi produk
bahwa belum tersedianya model tes bakat yang
hasil pengembangan. Namun, pada penelitian
tes
mendapatkan dasar
dan pengembangan disederhanakan menjadi 6
1
(enam) langkah, sebagai berikut: (1) studi
Yogyakarta, SDN Kotagede 1 Yogyakarta,
pendahuluan dan pengumpulan data, (2)
SDN Patalan 1 Jetis Bantul, SDN Bonggalan
perencanaan
Sanden Bantul, SDN Ploso Sentolo KuloN
proses
penelitian
dan
pengembangan, (3) validasi produk, (4) uji
Sleman,
SDN
Keputran
1
Kraton
Progo, dan SDN Patuk 1 Gunung kidul.
coba produk, (5) revisi produk, dan (6) implementasi produk.
Jenis Data
Desain Uji Coba
Data yang dikumpulkan dari penelitian dan pengembangan ini berupa data kualitatif
Uji coba dilakukan dengan tujuan
dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh
untuk menyempurnakan model tes dengan
dari: (1) hasil diskusi dengan para pelatih
mempraktekkannya
di
sepakbola usia dini dan guru penjaskes sekoalh
dan
dasar, dan (2) saran dan masukan para ahli
pengembangan ini, uji coba produk dilakukan
terhadap produk. Sementara data kuantitatif
dalam 2 (dua) tahapan, yaitu uji coba skala
diperoleh dari: (1) penilaian para ahli, pelatih
kecil dan uji coba skala besar. Uji coba skala
sepakbola usia dini, dan guru penjaskes
kecil dilakukan terhadap 30 testi. Sementara
sekolah dasar terhadap hasil uji coba skala
uji coba skala besar dilakukan pada 416 testi.
kecil, dan (2) hasil analisis data untuk
Kemudian dalam tahapan uji coba di lapangan
menentukan tingkat validitas, reliabilitas, serta
peran para ahli (judgement expert), pelatih
skala penilaian (norma) instrumen tes pada uji
sepakbola usia dini, serta guru penjaskes
coba skala besar.
lapangan.
secara
Dalam
langsung
penelitian
sekolah dasar adalah untuk mengobservasi kelayakan produk berdasarkan fakta yang
Instrumen Pengumpulan Data
diperoleh hingga menghasilkan sebuah model tes yang valid dan reliabel.
Angket
Subjek Uji Coba
Angket yang digunakan para ahli, pelatih sepakbola usia dini, dan guru penjaskes
Subejek uji coba pada penelitian dan
sekolah dasar adalah instrumen penilaian
pengembangan ini adalah siswa yang belum
untuk mengukur kualitas model tes yang
pernah dan tidak sedang terdaftar sebagai
dikembangkan.
siswa pada pusat pembinaan sepakbola usia
digunakan terdiri dari 10 (sepuluh) butir
dini yang terdiri dari SDN Bhaktikarya Depok
pernyataan, yaitu: butir basic ball juggling test
Sleman, SDN Gambiranom Depok Sleman,
mencerminkan
SDN
kemampuan mengontrol bola, butir shuttle ball
Gejayan
Depok
Sleman,
SDN
Margomulyo 1 Seyegan Sleman, SDN Pakem
passing
test
Adapun
faktor
angket
keberbakatan
mencerminkan
yang
pada
faktor
keberbakatan pada kemampuan menendang
data dilakukan dengan mengorganisasikan
bola,
data,
butir
zigzag
mencerminkan
ball
faktor
dribbling
menjabarkan
ke
dalam
unit-unit,
pada
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
kemampuan menggiring bola, butir agility run
memilih mana yang penting dan yang akan
test mencerminkan faktor keberbakatan pada
dipelajari, serta membuat kesimpulan yang
kelincahan
dapat
tanpa
keberbakatan
test
bola,
rangkain
tes
disampaikan
kepada
orang
lain
menyerupai bentuk permainan sepakbola yang
(Sugiyono, 2012, p.244). Teknik analisis data
sebenarnya, petunjuk pelaksanaan tes jelas,
yang
bentuk pelaksanaan tes menarik, peralatan
pengembangan ini, sebagai berikut:
yang
digunakan
mudah
didapat,
digunakan
dalam
penelitian
dan
harga
peralatan yang digunakan terjangkau, dan
Uji Validitas
fasilitas yang digunakan ekonomis. Uji
validitas
dilakukan
untuk
mengetahui tingkat kesahihan data yang ada. Model Tes
Adapun uji validitas yang digunakan pada penelitian dan pengembangan ini yakni, uji
Model tes yang digunakan oleh para
validitas isi. Uji validitas isi dilakukan untuk
testi adalah instrumen yang diguanakan untuk
mengestimasi instrumen tes yang dilaksanakan
mengumpulkan data pengukuran di lapangan.
oleh para ahli (expert judgement). Analisis
Adapun model tes yang digunakan terdiri dari
data dilakukan dengan menggunakan inter-
4 (empat) butir tes, yaitu: basic ball juggling
items correlations, yakni mengkorelasikan data
test digunakan untuk mengukur keterampilan
hasil skor setiap butir tes dengan skor total,
dasar mengontrol bola, shuttle ball passing test
menggunakan teknik analisis korelasi product
digunakan untuk mengukur keterampilan dasar
moment dari Pearson. Perhitungan tersebut
menendang bola, zigzag ball dribbling test
dilakukan
digunakan untuk mengukur keterampilan dasar
validitas
menggiring
bola,
test
disusun. Data yang diperoleh dari setiap butir
digunakan
untuk
keterampilan
tes diuji validitasnya dengan menggunakan
serta
agility
mengukur
run
berlari tanpa bola.
untuk
mengetahui
masing-masing
butir
koefisien tes
yang
bantuan program komputer SPSS 22.0 Version IBM.
Analisis Data Analisis
data
merupakan
proses
mencari dan menyusun secara sistematis data
Uji Reliabilitas Uji
reliabilitas
dilakukan
untuk
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
menggambarkan konsistensi hasil pengukuran
lapangan, dan data-data lain, sehingga dapat
pada uji coba skala besar. Dalam hal ini,
mudah dipahami, dan temuan tersebut dapat
pelaksanaan
diinformasikan kepada pihak lain. Analisis
sebanyak
2
setiap
butir
tes
dilakukan
(dua)
kali.
Uji
reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan test-retest
Statistik deskriptif hanya digunakan untuk
Cronbach’s Alpha dengan bantuan program
mendeskripsikan data hasil penelitian sehingga
komputer SPSS 22.0 Version IBM.
data tersebut dapat dengan mudah untuk dipahami dan dimengerti secara umum.
Z Score Z Score dilakukan untuk menyamakan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
satuan dari skor setiap butir tes, sehingga hasil dari setiap butir dapat dijumlahkan, hasil dari
Hasil Penelitian
penjumlahan ini berupa total skor. Hal ini
Hasil penilaian para ahli, pelatih
dilakukan karena skor perolehan setiap butir
sepakbola, dan guru penjaskes terhadap model
tes yang terdiri dari berbagai jenis, yakni
tes keterampilan dasar untuk penelusuran
dalam bentuk frekuensi satuan jumlah dan
bakat calon atlet sepakbola KU 10-11 tahun
perolehan satuan waktu. Proses Z Score
meliputi observasi terhadap model tes yang
dilakukan dengan bantuan program komputer
dikembangkan.
SPSS 22.00 Version IBM.
Tabel 1. Hasil Penilaian Kualitas Model Tes
Grading (Penilaian) Penilaian
dilakukan
dikonversikan ke dalam klasifikasi evaluatif menurut karakteristik yang relevan, dengan menggunakan penilaian yang mengacu pada suatu norma (norm-referenced evaluation). dipergunakan
untuk
menentukan
skala penilaian (norma) tes. Adapun penilaian yang
dipergunakan
merupakan
penilaian
dengan skor standar, yakni dengan mengubah skor
hasil
tes
ke
dalam
bentuk
penyimpangannya dari mean dalam satuan deviasi standar.
menganalisis
deskriptif data
SKOR
Ahli Sepakbola
dilakukan dengan
1111111111
10
1111111111
10
1111111111
10
1111111111
10
1111111111
10
Ahli Tes Olahraga Pelatih Sepakbola I Pelatih Sepakbola II Guru Penjaskes
Uji Deskriptif Uji
ASPEK PENILAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
untuk
menerjemahkan skor hasil tes yang telah
Grading
AHLI MATERI
untuk cara
mendeskripsikan serta menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya yang bertujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi).
Nilai Maksimal = 50 A : Nilai yang diperoleh B : Nilai Maksimal
A / B X 100%
sebesar 416 dengan taraf signifikansi sebesar
50 / 50 X 100 = 100% = Kategori sangat baik
5%. Adapun hasil uji reliabilitas yang
Berdasarkan penilaian kualitas model tes yang
diperoleh sebagai berikut:
dilakukan pada uji coba skala besar oleh para ahli, pelatih sepakbola, dan guru penjaskes
Tabel 3. Reliabilitas Tes BUTIR TES
NILAI KOEFISIEN
persentase 100%. Dengan hasil tersebut dapat
JUGGLING
0,896
RELIABEL
disimpulkan bahwa model tes keterampilan
PASSING
0,927
RELIABEL
DRIBBLING
0,940
RELIABEL
AGILITY
0,976
RELIABEL
terlihat
bahwa
hasil
yang
di
dapat
KETERANGAN
menunjukkan nilai maksimal, yaitu 50 dengan
dasar untuk penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU 10-11 tahun dinyatakan layak untuk digunakan. Selain data hasil dari penilaian kualitas model tes, akan dijabarkan
Pada tabel di atas dijabarkan nilai koefisien
data hasil pengukuran dengan menggunakan
reliabilitas setiap butir tes, antara lain: Basic
model tes pada uji coba skala besar.
Ball Juggling Test memiliki nilai reliabilitas
Adapun
hasil
uji
validitas
yang
memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,927,
diperoleh sebagai berikut:
Zigzag Ball Dribbling Test memiliki nilai
Tabel 2. Validitas Tes BUTIR TES
NILAI KOEFISIEN
sebesar 0,896, Shuttle Ball Passing Test
KETERANGAN
reliabilitas sebesar 0,940, dan Agility Run Test memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,976. Setiap
JUGGLING
0,878
VALID
butir tes dinyatakan reliabel karena memiliki nilai rhitung yang lebih besar dari nilai rtabel
PASSING
0,861
VALID
DRIBBLING
0,843
VALID
AGILITY
0,747
VALID
yakni sebesar 0,098 dimana N (jumlah sampel) sebesar 416 dengan taraf signifikansi sebesar 5%.
Pada tabel di atas dijabarkan nilai koefisien validitas setiap butir tes, antara lain: Basic Ball Juggling Test memiliki nilai validitas sebesar 0,878, Shuttle Ball Passing
Adapun skala penilaian (norma) yang diperoleh sebagai berikut: Tabel 4. Skala Penilaian (Norma) Tes BUTIR TES
NILAI
NORMA
Test memiliki nilai validitas sebesar 0,861, Zigzag Ball Dribbling Test memiliki nilai
BASIC
5
≥27
validitas sebesar 0,843, dan Agility Run Test
BALL
4
21-26
JUGGLING
3
15-20
TEST
2
9-14
1
≤8
memiliki nilai validitas sebesar 0,747. Setiap butir tes dinyatakan valid karena memiliki nilai rhitung yang lebih besar dari nilai rtabel yakni sebesar 0,098 dimana N (jumlah sampel)
BUTIR TES
NILAI
NORMA
memperoleh
skor
≤13,68,
nilai
4
jika
memperoleh skor 13,69–15,67, nilai 3 jika
SHUTTLE
5
≥9
BALL
4
7-8
memperoleh skor 15,68–17,67, nilai 2 jika
PASSING
3
5-6
memperoleh skor 17,68–19,66, dan nilai 1 jika
TEST
2
3-4
1
≤2
memperoleh skor ≥19,67. Dan pada butir agility run test memiliki skala penilaian
BUTIR TES
NILAI
NORMA
(norma)
sebagai
memperoleh
skor
berikut:
nilai
5
jika
≤13,25,
nilai
4
jika
ZIGZAG
5
≤13,68
memperoleh skor 13,26–14,62, nilai 3 jika memperoleh skor 14,63–16,00, nilai 2 jika
BALL
4
13,69-15,67
DRIBBLING
3
15,68-17,67
TEST
2
17,68-19,66
1
≥19,67
BUTIR TES
NILAI
NORMA
memperoleh skor 16,01–17,37, dan nilai 1 jika memperoleh skor ≥17,38.
Tabel 5. Klasifikasi Skala Penilaian Tes RENTANG
KLASIFIKASI
AGILITY
5
≤13,25
RUN
4
13,26-14,62
TEST
3
14,63-16,00
≥17
SANGAT BERBAKAT
2
16,01-17,37
14-16
BERBAKAT
1
≥17,38
11-13
CUKUP BERBAKAT
8-10
TIDAK BERBAKAT
≤7
SANGAT TIDAK BERBAKAT
Dari tabel di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: pada butir basic ball juggling test memiliki skala penilaian (norma) sebagai berikut: nilai 5 jika memperoleh skor ≥27, nilai 4 jika memperoleh skor 21–26, nilai 3 jika memperoleh skor 15–20, nilai 2 jika memperoleh skor 9–14, dan nilai 1 jika memperoleh skor ≤8. Pada butir shuttle ball passing test memiliki skala penilaian (norma) sebagai berikut: nilai 5 jika memperoleh skor ≥9, nilai 4 jika memperoleh skor 7–8, nilai 3 jika memperoleh skor 15–20, nilai 2 jika memperoleh skor 9–14, dan nilai 1 jika memperoleh skor ≤8. Pada butir zigzag ball dribbling (norma)
test
memiliki
sebagai
berikut:
skala nilai
penilaian 5
jika
Dari dijabarkan
tabel sebagai
di
atas
juga
dapat
berikut:
pada
skala
penilaian ≥17 dinyatakan dengan klasifikasi sangat berbakat, pada skala penilaian 14–16 dinyatakan dengan klasifikasi berbakat, pada skala penilaian 11–13 dinyatakan dengan klasifikasi
cukup
berbakat,
pada
skala
penilaian 8–10 dinyatakan dengan klasifikasi tidak berbakat, dan pada skala penilaian ≤7 dinyatakan dengan klasifikasi sangat tidak berbakat. Adapun data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan basic ball juggling test, yaitu:
Tabel 6. Hasil Basic Ball Juggling Test NORMA
HASIL
140 120
100
≥27
43
80
21-26
45
60
15-20
77
40
9-14
97
≤8
154
20 0
Gambar 2. Histogram Shuttle Ball Passing Test
160 140 120
Adapun keterangan data dari hasil
100
Shuttle Ball Passing Test yakni: (a) kategori
80
baik sekali (≥9) sebanyak 70 testi, (b) kategori
60 40
baik (7-8) sebanyak 83 testi, (c) kategori
20
sedang (5-6) sebanyak 129 testi, (d) kategori
0
buruk (3-4) sebanyak 77 testi, dan (e) kategori Gambar 1. Histogram Basic Ball Juggling Test
Adapun keterangan data dari hasil
sangat buruk (≤2) sebanyak 57 testi.
Tabel 8. Hasil Zigzag Ball Dribbling Test
Basic Ball Juggling Test yakni: (a) kategori
NORMA
HASIL
baik sekali (≥27) sebanyak 43 testi, (b) kategori baik (21-21) sebanyak 45 testi, (c)
≤13,68
93
kategori sedang (15-20) sebanyak 77 testi, (d)
13,69-15,67
110
kategori buruk (9-14) sebanyak 97 testi, dan
15,68-17,67
122
17,68-19,66
53
≥19,67
38
(e) kategori sangat buruk (≤8) sebanyak 154 testi.
Tabel 7. Hasil Shuttle Ball Passing Test NORMA
HASIL
140 120 100
≥9
70
80
7-8
83
60
5-6
129
40
3-4
77
≤2
57
20 0
Gambar 3. Histogram Zigzag Ball Dribbling Test
Adapun keterangan data dari hasil Zigzag Ball
Pembahasan
Dribbling Test yakni: (a) kategori baik sekali (≤13,68) sebanyak 93 testi, (b) kategori baik
Sebuah
(13,69-15,67) sebanyak 110 testi, (c) kategori
pengembangan
dapat
dilakukan
sedang (15,68-17,67) sebanyak 122 testi, (d)
terdapat
hasil
analisis
kategori buruk (17,68-19,66) sebanyak 53
berdasarkan fakta empiris yang ditemukan di
testi, dan (e) kategori sangat buruk (≥19,67)
lapangan. Penelitian dan pengembangan model
sebanyak 38 testi.
tes keterampilan dasar untuk penelusuran
proses
data
penelitian
dan apabila
kebutuhan
bakat calon atlet sepakbola KU 10-11 tahun Tabel 9. Hasil Agility Run Test
menggunakan model deskriptif prosedural,
NORMA
dimana tes menggariskan langkah pelaksanaan
HASIL
penelitian dan pengembangan yang harus ≤13,25
67
dilaksanakan secara bertahap dan berurutan
13,26-14,62
80
untuk menghasilkan sebuah produk yang siap
14,63-16,00
119
16,01-17,37
110
≥17,38
40
pakai. Tahapan paling dasar yang harus dilakukan untuk merancang sebuah model tes yakni,
konseptualisasi
Selanjutnya 120 100 80
apabila
permasalahan
telah
permasalahan. konseptualisme
dilaksanakan,
maka
pengembangan rancangan produk dapat segera dilakukan,
dengan
proses
(FGD).
Focus
60
Discussion
40
penyusunan rancangan produk telak dilakukan,
20
maka tahap uji coba dilakukan dalam beberapa
0
tahapan. Langkah tersebut digunakan untuk mengembangkan
Gambar 4. Histogram Agility Run Test
Selanjutnya
Group
sebuah
model
apabila
dengan
harapan akan memperoleh instrumen tes yang valid dan reliabel, yakni dengan melibatkan
Adapun keterangan data dari hasil Agility Run
peran para ahli (expert judgement) dalam
Test yakni: (a) kategori baik sekali (≤13,25)
bidang
sebanyak 67 testi, (b) kategori baik (13,26-
olahraga.
14,62) sebanyak 80 testi, (c) kategori sedang
sepakbola
Instrumen
dan
tes
tes
pengukuran
keterampilan
dasar
(14,63-16,00) sebanyak 119 testi, (d) kategori
untuk penelusuran bakat calon atlet sepakbola
buruk (16,01-17,37) sebanyak 110 testi, dan
KU 10-11 tahun mengacu pada proses Focus
(e) kategori sangat buruk (≥17,38) sebanyak
Group Discussion (FGD) yang dilakukan
40 testi.
bersama dengan para pelatih pusat pembinaan sepakbola usia dini (SSB) dan guru penjaskes
SD. Selanjutnya hasil diskusi tersebut di
keterbatasan
validasi oleh para ahli untuk diolah menjadi
jumlah subjek penelitian (testi) yang terbilang
sebuah desain produk awal (draft) yang siap
masih relatif kecil, (2) testi tidak jarang
untuk diuji cobakan pada uji coba skala kecil.
mengalami cidera ringan yang mengakibatkan
Adapun model tes keterampilan dasar untuk
sedikit terganggunya proses pengambilan data
penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU
di lapangan, dan (3) keadaan cuaca yang tidak
10-11 tahun mengacu pada tes yang sudah ada,
mendukung
namun
sedikit tertundanya proses pengambilan data di
belum
memiliki
skala
penilaian
(norma) yang sesuai dengan sasaran produk
biaya
(hujan)
yang
yang
mengakibatkan
mengakibatkan
lapangan.
akhir. Setelah dilakukan uji coba produk pada skala kecil, dilakukan revisi produk
Simpulan dan Saran Simpulan
untuk memperbaiki segala bentuk kekurangan
Model tes keterampilan dasar untuk
dan kelemahan yang diperoleh dari hasil uji
penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU
coba skala kecil berupa analisis hasil video
10-11 tahun dinyatakan layak digunakan
rekaman pelaksanaan tes secara keseluruhan.
dengan rincian sebagai beikut: butir basic ball
Setelah direvisi, maka produk siap digunakan
juggling test dengan koefisien validitas 0.878
pada tahap uji coba selanjutnya, yakni pada uji
dan koefisien reliabilitas 0.896, butir shuttle
coba skala besar. Adapun tujuan dilakukannya
ball passing test dengan koefisiean validitas
uji coba skala besar, yakni untuk menentukan
0.861 dan koefisien reliabilitas 0.927, butir
tingkat validitas dan reliabilitas tes serta
zigzag ball dribbling test dengan koefisiean
menyusun
tes.
validitas 0.843 dan koefisien reliabilitas 0.940,
Selanjutnya setelah tes dinyatakan valid dan
butir agility run test dengan koefisiean
reliabel serta telah memiliki skala penilaian,
validitas 0.747 dan koefisien reliabilitas 0.976.
maka dilakukan proses penyusunan produk
Adapun klasifikasi penilaian pada model te
akhir yang dikemas dalam buku panduan
kerampilan dasar untuk penelusuran bakat
(modul) serta video tutorial pelaksanaan tes
sebagai berikut: jumlah (total) nilai ≥17
(CD). Setelah produk akhir selesai disusun,
dinyatakan sangat berbakat, jumlah (total) nilai
maka
proses
14-16 dinyatakan berbakat, jumlah (total) nilai
implementasi produk pada pusat pembinaan
11-13 dinyatakan cukup berbakat, jumlah
sepakbola usia dini di kawasan Provinsi
(total) nilai 8-10 dinyatakan tidak berbakat,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
dan jumlah (total) nilai ≤7 dinyatakan sangat
skala
penilaian
selanjutnya
(norma)
dilakukan
tidak berbakat. . Keterbatasan Penelitian Penelitian dan pengembangan ini juga tidak terlepas dari beberapa keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut, antara lain: (1)
Saran
athletes. United States of America: Berdasarkan
pembahasan
dan
Human Kinetics.
simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa saran penting menyangkut
proses
penelitian
Carling, C., Williams, A. M., & Reilly, T.
dan
(2005). Handbook of soccer match
pengembangan ini, antara lain: (1) hasil dari
analysis: a systematic approach to
penelitian dan pengembangan ini diharapkan
improving
terus ditindak lanjuti dengan penelitian yang
Taylor and Francis Group.
performance.
London:
sejenis, untuk memperkuat konsep model tes secara khusus, maupun memperbaiki segala
Coyle, Daniel. (2009). The talent code:
bentuk kekurangan yang terdapat dalam proses
greatness isn’t born, it’s grown,
penelitian ini secara umum. (2) penelitian dan
here’s how. New York: Bantam Dell.
pengembangan
ini
diharapkan
akan
memberikan dampak positif bagi seluruh praktisi
dan
hubungan
akademisi
yang
baik
dalam di
dalam
menjalin proses
pembinaan sepakbola usia dini di wilayah
Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. (2007). Educational
research:
an
introduction (eighth edition). New York: Pearson Education, Inc.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hantula, Richard. (2012). Science at work in DAFTAR PUSTAKA
soccer.
New
York:
Marshall
Cavendish Benchmark. Azwar, Saifuddin. (2013). Reliabilitas dan validitas.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar Offset.
Kirkendall, D.T. (2011). Soccer anatomy. United States of America: Human Kinetics.
Beswick, Bill. (2010). Focused for soccer (second edition). United States of America: Human Kinetics.
Mackenzie, Brian. (2005). 101 perfomance evaluation tests. London: Electric Word plc.
Bridle, Bob. (2011). Essentials soccer skills: key tips and techniques to improve your
game.
United
Satates
of
America: DK Publishing.
Brown, Jim. (2001). Sports talent: how to identify and develop outstanding
Mardapi, Djemari. (2008). Teknik penyusunan instrumen
tes
dan
non-tes.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Martinek, Tom, & Hellison, Don. (2009). Youth leadership in sport and phsycal education. United States of America: Palgrave Macmillan.
Reilly, Thomas. (2007). The science of trainning soccer: a scientific approach to developing strength, speed, and endurance. London: Taylor and Francis Group. Sternberg, R.J., & Davidson, J.E. (2005). Conceptions of giftedness: second edition (Eds.). New York: Cambridge University Press. Stratton, et. al. (2004). Youth soccer: from science to performance. New York: Taylor and Francis Group. Sugiyono. (2012). Metode kuantitatif, kualitatif, Bandung: Alfabeta.
penelitian dan r&d.
Suharjana. (2013). Kebugaran Jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media. Sukadiyanto, & Muluk, Dangsina. (2011). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Bandung: Lubuk Agung. Widoyoko, S.E.P. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Puataka Belajar.