1 EFEKTIVITAS PENGENALAN TES KETERAMPILAN DASAR UNTUK PENELUSURAN BAKAT CALON ATLET SEPAK BOLA DI KOTA MEDAN (Studi Kelayakan Tes Keterampilan Dasar sebagai Alat Ukur pada Proses Pembinaan Sepakbola Usia Dini)
RINALDI ADYTIA Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan
ABSTRAK Proses pembinaan olahraga merupakan suatu prosedur yang harus dilaksanakan untuk mencapai sebuah prestasi. Dalam upaya dan usaha tersebut tentu banyak hal yang harus dipersiapkan, agar setiap tahap dalam proses pembinaan berjalan dengan baik dan benar. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari sebuah proses pembinaan olahraga.Hasil pembinaan olahraga berupa prestasi terbaik tidak diperoleh dengan mudah. Banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Setiap pelaku olahraga harus mampu untuk bekerjasama secara berkesinambungan. Agar nantinya jika kelak permasalahan yang terjadi dalam proses pembinaan olahraga dapat diselesaikan dengan bijaksana, dimulai dari manajemen kepengurusan olahraga hingga pola pembinaan atlet.Jika berbicara mengenai proses pembinaan prestasi olahraga, tentu tidak akan lepas dari topik tentang penelusuran bakat pada tahap usia dini. Tahap usia dini merupakan masa dimana proses awal pembinaan perlu dilaksanakan dengan tepat. Begitu juga untuk cabang olahraga sepakbola. Kota Medan merupakan salah satu dari Penelitian ini menekankan pada proses efektivitas penggunaan tes untuk penelusuran bakat calon atlet sepakbola yang disusun berdasarkan karakteristik KU 9-10 tahun. Adapun instrumen tes berisi berbagai butir tes yang secara khusus hanya mengacu pada keterampilan dasar dalam sepakbola, mengingat defenisi tentang keberbakatan yang sangat kompleks. Oleh karena itu, berdasarkan observasi lapangan perlu dilakukan optimalisasi penggunaan tes keterampilan dasar untuk penelusuran bakat calon atlet sepakbola KU 9-10 tahun untuk mempermudah kinerja pelatih di lapangan dalam proses pembinaan sepakbola usia dini di Kota Medan. Kata Kunci: Tes, Sepakbola, Usia Dini BAB 1. PENDAHULUAN Proses
pembinaan
dari
sebuah
proses
pembinaan
olahraga
olahraga.Hasil pembinaan olahraga berupa
merupakan suatu prosedur yang harus
prestasi terbaik tidak diperoleh dengan
dilaksanakan
mudah. Banyak tantangan dan rintangan
untuk
mencapai
sebuah
prestasi. Dalam upaya dan usaha tersebut
yang
harus
dihadapi.
Setiap
pelaku
tentu banyak hal yang harus dipersiapkan,
olahraga harus mampu untuk bekerjasama
agar setiap tahap dalam proses pembinaan
secara berkesinambungan. Agar nantinya
berjalan dengan baik dan benar. Banyak
jika kelak permasalahan yang terjadi
faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam proses pembinaan olahraga dapat
2 diselesaikan dengan bijaksana, dimulai
Begitu
juga
dengan
dari manajemen kepengurusan olahraga
persepakbolaan,
hingga pola pembinaan atlet.
sepakbola telah menjadi olahraga terfavorit
Hal
diwujudkan
di
membentuk
suatu
mekanisme
masyarakat, dari berbagai usia, suku
kepengurusan yang solid, karena secara
bangsa, dan strata sosial memainkan
gamblang hal tersebut akan memberikan
olahraga yang sejauh ini terus mengalami
efek
perkembangan, baik dari segi teknis
positif
pula
terhadap
kalangan
perkembangan atlet. Karena pada proses
maupun
awal pembinaan atlet, program masih
menjadi sebuah industri yang sangat luar
difokuskan untuk menelaah calon atlet
biasa. Hal ini dapat terlihat dari berbagai
secara umum, dengan melihat berbagai
proses
faktor tertentu. Jika calon atlet memiliki
pengelolaan pasar bisnis sebuah klub,
kemampuan gerak dan keterampilan pokok
hingga pengembangan calon atlet pada
yang mumpuni, tentu calon atlet tersebut
pusat pembinaan sepakbola usia dini. Taraf
masih memiliki peluang besar untuk
akuntabilitas sebuah program pembinaan
memilih dan menentukan cabang olahraga
sepakbola usia dini dapat dilihat dari
yang diminatinya, mengingat berbagai
kualitas melatih, memimpin, merespon
potensi yang dimiliki calon atlet tersebut
pengendalian,
yang terbilang cukup komplit. Hal tersebut
pertandingan, membangun dukungan dan
masih dapat ditoleransi, mengingat pada
keterlibatan orang tua, serta mengorientasi
tahap
filosofi olahraga.
usia
dini
dilakukannya
merupakan
pengelolaan,
Sepakbola
baik
menyusun
telah
proses
jadwal
Namun, hal tersebut
pendekatan
masih menjadi sebuah gambaran yang ada
terhadap calon atlet mengenai pandangan
di luar negeri, mengingat situasi dan
tentang berbagai keputusan yang harus
kondisi sepakbola tanah air yang masih
ditentukan. Pendekatan tersebut harus
jauh dari ekspektasi. Secara keseluruhan,
dilakukan secara berkesinambungan oleh
belum semua klub mampu menjadikan
pihak terdekat calon atlet, baik orang tua
sepakbola sebagai sebuah pangsa pasar
maupun keluarga. Oleh karena itu, pola
bisnis
pembinaan atlet yang tepat dan sesuai
banyak faktor yang mengakibatkan hal
dengan
merupakan
tersebut bisa terjadi, dan pada dasarnya
landasan utama pencapaian sebuah prestasi
semua bersumber dari manajemen yang
maksimal.
tidak sehat. Dimulai dari kepengurusan
cabang
berbagai
masa
non-teknis.
seluruh
ini
bisa
yang
Hampir
sejauh
tersebut
dengan
dunia.
dimana
ranah
olahraga
yang
menguntungkan.
Terlalu
3 yang kurang profesional, hingga proses
dari
pembinaan usia dini yang tidak regeneratif.
berkembangnya permainan sepakbola di
Untuk poin terakhir, Indonesia
beberapa
Indonesia.
basis
Namun,
tumbuh
Medan
dan
seakan
merupakan negara yang dihadapkan pada
kehilangan kecemerlangannya dikarenakan
situasi dan kondisi yang sangat ironis.
ketidakmampuan mempertahankan prestasi
Pada hakikatnya Indonesia tidak pernah
di berbagai event sepakbola nasional.
kehabisan
Proses pembinaan merupakan faktor yang
bakat
luar
biasa.
Namun,
dengan proses yang demikian, bakat
sebaiknya
perlu
tersebut tidak akan mengalami proses
mengingat prestasi sebuah klub sangat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
dipengaruhi oleh proses pembinaan secara
Tanpa sebuah proses pembinaan yang
keseluruhan. Secara khusus, tindak lanjut
benar, dirasa sangat mustahil Indonesia
perlu dilakukan pada proses pembinaan
mampu bersaing dengan negara lain,
usia dini. Hal tersebut menjadi sangat vital
terutama negara-negara yang memiliki
dikarenakan sebuah klub akan mengalami
persepakbolaan yang maju. Jangankan
proses
untuk bersaing dengan negara-negara yang
sepakbola memiliki batas usia tertentu
bersasal dari benua Eropa dan Amerika,
untuk mencapai titik akhir dalam karir
seperti Jerman, Italia, Argentina, dan
persepakbolaan. Tanpa proses pembinaan
Brazil yang notabenenya merupakan kiblat
usia dini yang baik dan benar, prestasi
sepakbola dunia, untuk bersaing dengan
persepakbolaan Kota Medan akan sulit
sesama negara-negara Asia Tenggara saja
mengimbangi
Indonesia sejauh ini terus mengalami
Indonesia.
regenarasi
ditindak
mengingat
daerah-daerah
lanjuti,
pemain
lain
di
kesulitan. Bahkan hanya untuk sekadar
Jika berbicara mengenai proses
mencapai posisi tiga besar dalam berbagai
pembinaan prestasi olahraga, tentu tidak
event sepakbola skala regional, Indonesia
akan lepas dari topik tentang penelusuran
harus berjuang dengan bersusah-payah.
bakat pada tahap usia dini. Tahap usia dini
Khusus di kawasan Kotamadya Medan,
sepakbola
bukanlah
merupakan masa dimana proses awal
sebuah
pembinaan perlu dilaksanakan dengan
olahraga yang terdengar asing. Bahkan
tepat. Begitu juga untuk cabang olahraga
terdapat beberapa klub profesional yang
sepakbola. Kota Medan merupakan salah
tercatat sebagai kontestan Liga Indonesia,
satu dari beberapa wilayah di Indonesia
seperti PSMS Medan, Pro Duta FC, dan
dengan pusat pembinaan sepakbola usia
PS Kwarta. Hal ini menunjukkan bahwa
dini
Kota Medan juga merupakan salah satu
jumlahnya. Mayoritas pusat pembinaan
yang
terbilang
cukup
banyak
4 sepakbola usia dini tersebut berbentuk
10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-19
sekolah sepakbola, atau lazim disebut
tahun. Tes tersebut terdiri dari lari jarak
dengan SSB. Namun, berdasarkan hasil
pendek,pull up, sit up, vertical jump, dan
observasi lapangan yang dilakukan, secara
lari jarak jauh, dengan variasi waktu dan
khusus belum tersedianya alat ukur yang
jarak yang beragam sesuai dengan kategori
digunakan untuk mengidentifikasi dan
usia tersebut. TKJI tidak sesuai digunakan
mengkategorikan
berbakat
dalam proses identifkasi bakat sepakbola,
dalam cabang olahraga sepakbola. Pusat
dimana TKJI tidak mengandung unsur
pembinaan sepakbola usia dini tersebut
kemampuan bermain sepakbola secara
masih menggunakan tes yang bersifat
khusus, melainkan hanya berisi berbagai
umum, diantaranya dengan menggunakan
tes kebugaran jasmani secara umum.
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)
Sedangkan
dan tes kecakapan bermain sepakbola
merupakan tes yang digunakan untuk
David Lee. Hal tersebut dikarenakan
mengukur kecakapan bermain sepakbola.
sebagian besar pusat pembinaan sepakbola
David Lee Test terdiri dari berbagai bentuk
usia dini yang berada di Kota Medan
tes (battery test) kecakapan bermain
belum secara utuh menerapkan tahap
sepakbola yang dilaksanakan dalam satu
pembinaan
Secara
siklus rangkaian tes (circuit test). Tes
khusus, tes yang digunakan oleh sebagian
kecakapan bermain sepakbola David Lee
besar pusat pembinaan sepakbola usia dini
juga belum diketahui tingkat kesahihan
belum memiliki kriteria yang valid dan
dan keterandalannya secara khusus pada
reliabel pada kelompok usia dasar. Tes
kelompok usia dasar. Dengan demikian,
yang pada umumnya digunakan juga
tes tersebut dianggap tidak sesuai jika
dirasa kurang tepat dan tidak spesifik jika
dipergunakan bagi kategori usia 9-10
dipakai
tingkat
tahun, dimana kategori usia tersebut
keberbakatan pada usia dasar program
merupakan kelompok paling dasar di
pembinaan sepakbola di wilayah Kota
hampir semua pusat pembinaan sepakbola
Medan.
usia dini di Kota Medan, yang secara
calon atlet
dengan
untuk
serentak.
mengukur
Salah satu tes yang pada umumnya
umum
pada
dianggap
David
Lee
mengalami
Test
sedikit
digunakan dalam proses penelusuran bakat
kesulitan jika dipergunakan pada anak usia
sepakbola yakni, TKJI (Tes Kebugaran
dini
Jasmani Indonesia). TKJI merupakan tes
memperoleh program latihan khusus.
yang digunakan untuk mengukur tingkat kebugaran pada kategori usia 6-9 tahun,
yang
tidak
ataupun
belum
Jika topik permasalahan mengacu pada
keberbakatan,
tentu
faktor
5 keterampilan dasar calon atlet harus
berdasarkan kelompok usia yang beragam.
terlebih dahulu untuk diperhitungkan.
Secara umum, begitu banyak hal yang
Dimana pada usia dini, seseorang belum
melatar belakangi terjadinya diferensiasi
memiliki tingkat keterlatihan yang baik.
proses pembinaan sepakbola usia dini di
Oleh karena itu, tes yang dipergunakan
wilayah Kota Medan. Secara khusus,
pada
perbedaan
usia
dini
sebaiknya
hanya
proses
pembinaan
tersebut
mengandung suatu unsur, misalnya unsur
disebabkan oleh faktor finansial. Dimana
kebugaran
unsur
pusat pembinaan yang tidak didukung
keterampilan dasar. Karena pada dasarnya,
pendanaan yang baik cenderung memiliki
anak usia dini yang belum pernah sama
keterbatasan dalam proses pembinaan di
sekali
lapangan.
jasmani
ataupun
memperoleh
latihan,cenderung
program
akan
Dimulai
dari
keterbatasan
mengalami
jumlah pelatih hingga jumlah siswa yang
kesulitan jika harus dibebani tes yang
tidak dibatasi mengakibatkan terjadinya
terlalu berat dan panjang intensitasnya
tumpang
(beban-durasi).
pembinaan.
Berdasarkan survey lapangan yang
tindih
pengkategorian
Sebagai
bagian
dari
usia
insan
dilakukan pada berbagai pusat pembinaan
persepakbolaan tanah air, khususnya para
sepakbola usia dini yang berada di kota
akademisi, tentunya sangat penting untuk
medan, terdapat kurang lebih 30 SSByang
terus berkreasi dan membangun kerjasama
terdaftar
Asosiasi
yang positif dengan para praktisi dalam hal
Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI)
ini para pelatih demi kemajuan sepakbola
yang berasal dari beberapa kecamatan di
Indonesia, khususnya di Kota Medan,
Kota Medan (ssbindonesia.com). Adapun
yakni
beberapa kecamatan tersebut, yakni Medan
potensi yang dimiliki untuk disumbangkan
Amplas, Medan Area, Medan Barat,
pada
Medan Baru, Medan Belawan, Medan
khususnya
Deli, Medan Denai, Medan Helvetia,
sepakbola. Hal ini bisa dilakukan dengan
Medan
Medan
mengembangkan metode latihan hingga
Maimun,
Medan
mengembangkan proses penelusuran bakat
Perjuangan,
Medan
yang diperkuat
oleh
Petisah, Medan Polonia, Medan Selayang,
referensi
masukan
Medan Sunggal, Medan Tembung, Medan
(judgement expert). Dengan demikian,
Timur, dan Medan Tuntungan ditemukan
sebuah proses pembinaan yang mumpuni
berbagai
akan terlaksana dengan baik dan benar,
Labuhan, Marelan,
dalam
Johor,
keanggotaan
Medan
Medan Medan
bentuk
Kota,
program
pembinaan
dengan
proses
terus
mengembangkan
pembinaan pada
dan
cabang
usia
dini,
olahraga
berbagai para
telaah ahli
6 jika
mampu
dilaksanakan
secara
berkesinambungan.
pengajaran, (5) memotivasi pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini menekankan pada
Tidak jarang tes digunakan untuk beberapa
proses optimalisasi penggunaan tes untuk
tujuan,
namun
tidak
akan
memiliki
penelusuran bakat calon atlet sepakbola
keefektifan yang sama untuk semua tujuan.
yang disusun berdasarkan karakteristik KU 9-10 tahun. Adapun instrumen tes berisi
B. Keterampilan dalam Sepakbola
berbagai butir tes yang secara khusus
Sepakbola merupakan permainan
hanya mengacu pada keterampilan dasar
yang dilakukan pada lapangan
dalam
memiliki area yang terbilang cukup luas
sepakbola,
tentang
mengingat
keberbakatan
defenisi
yang
sangat
dimana
bola
selalu
dalam
yang
keadaan
kompleks. Oleh karena itu, berdasarkan
bergerak dengan arah yang selalu berubah-
observasi
dilakukan
ubah (random). Dalam jangka waktu 90
optimalisasi penggunaan tes keterampilan
menit (2 x 45 menit), seorang pemain
dasar untuk penelusuran bakat calon atlet
sepakbola rata-rata berlari dengan jarak 10
sepakbola
untuk
mil atau 9 menit per mil, rata-rata 65-70
mempermudah kinerja pelatih di lapangan
menit bola bergulir, dan 1,5–2 gol tercipta
dalam proses pembinaan sepakbola usia
per pertandingan resmi (Kirkendall, 2011:
dini di Kota Medan.
1-3). Secara khusus, terdapat bagian tubuh
lapangan
KU
perlu
9-10
tahun
yang memainkan peranan penting ketika BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
proses
terjadinya
A. Tes dalam Sepakbola
pertandingan
gerak
sepakbola,
selama
yakni:
mata,
Menurut Cronbach (Azwar, 2014:
bahu, otot dada, dinding perut, otot paha,
5) tes memiliki 2 (dua) klasifikasi, antara
pinggul, pergelangan kaki, otot leher,
lain: tes yang mengukur performansi
pinggang, serabut tendon lutut, betis, dan
maksimal (maximum performance), serta
tendon tumit (Bridle, 2011: 60-61).Dalam
tes yang mengukur performansi tipikal
kurun waktu 3-5 detik seorang pemain
(typical performance). Secara khusus, tes
sepakbola
memiliki beberapa tujuan penting, antara
aktivitas gerak kompleks, diantaranya
lain: (1) mengetahui tingkat kemampuan
berlari,
peserta didik, (2) mengukur pertumbuhan
melakukan tackle, dan lain sebagainya
dan perkembangan peserta didik, (3)
(Rostgaard et. al, 2008). Menurut Kubo et.
mendiagnosis kesulitan belajar peserta
al
didik, (4) mengetahui hasil belajar dan
pertandingan sepakbola terdapat berbagai
akan
melakukan
berbalik
(2010)
bahwa
arah,
dalam
berbagai
melompat,
sebuah
7 jenis
gerak
seorang
yang
oleh atlet, yakni: (1) teknik dengan bola,
bersinggungan dengan pemain lain, antara
dan (2) teknik tanpa bola. Penguasaan
lain:
keterampilan
mendorong
memotong
dari
pemain
dengan sudut
sengaja, ke
gerak
dasar
akan
sudut,
mempengaruhi penampilan teknik dasar
berputar/berbalik arah, serta memulai dan
pada permainan sepakbola. Dalam gerak
berhenti secara mendadak.
dengan bola, dikenal beberapa teknik
Sepakbola merupakan salah satu jenis
olahraga
membutuhkan
permainan sebuah
yang
keterampilan
dasar, antara lain: passing, dribbling, keeping,
heading,
Sedangkan
dalam
dan gerak
shooting. tanpa
bola,
khusus. Keterampilan tersebut merupakan
dikenal beberapa teknik dasar, antara lain:
bawaan (bakat) yang berupa serangkain
berlari, melompat, berbalik arah, dan
gerak dasar yang saling berhubungan dan
menghadang lawan. Menurut Beswick
mempengaruhi
(2010: 27-28) secara khusus, seorang
kemampuan
yang atau
membutuhkan
keahlian
khusus
pemain sepakbola harus memiliki beberapa
(Jennings & Howe, 2010: 5). Adapun
komponen/perangkat
kebugaran
penguasaan keterampilan dalam permainan
jasmani
yang
keterkaitan yang sangat
memiliki
menunjang
dengan
sepakbola,
yakni:
kebugaran motorik (keterampilan gerak),
(hardware)
yang
antara
ledak,
(physical), teknik (technical), dan taktik
koordinasi, kelincahan, dan keseimbangan
(tactical) serta perangkat lunak (software)
(Suharjana, 2013: 140).Keterampilan juga
yang terdiri dari gaya hidup (lifestyle),
membutuhkan program latihan khusus.
perasaan (emotional), dan jiwa (mental).
Dimulai dari tahap pemula, menengah,
C. Bakat dalam Sepakbola
lain:
kecepatan,
erat
untuk
daya
hingga tingkat mahir yang dituangkan
perangkat terdiri
dari
keras fisik
Coyle (2009: 205) menjelaskan
dalam latihan (praktek) secara individu
bahwa
maupun
(tim).
keterlatihan atas berbagai faktor bawaan
Dimana latihan fisik dan organisasi taktik
yang pada akhirnya akan menciptakan
pada atlet sepakbola usia dini memegang
suatu kemampuan khusus. Bakat (talent)
peranan
dalam
dibentuk melalui proses awal (ignition)
kontribusi selama masa pertandingan (da
dalam bentuk pelatihan dan pembelajaran
Silva, Kirkendall, & Neto, 2007).Menurut
yang ditangani secara khusus (master
Witarsa (Irianto, 2010: 134) permainan
coaching) dalam sebuah praktek yang
sepakbola mencakup dua kemampuan
sangat mendalam (deep practice) sesuai
gerak (teknik) dasar yang harus dikuasai
bidang yang ditekuni. Namun, proses di
dalam
yang
satu
sangat
kesatuan
penting
bakat
merupakan
sebuah
8 setiap
individu
secara
berbeda-bedea, memiliki
khusus
mengingat
karakteristik
tentu
dilatar belakangi oleh berbagai faktor yang
individu
diterima oleh berbagai indera manusia
sangat
(sensory info) yang kemudian melalui
yang
beragam (kompleks). Menurut Renzulli
serangkaian
(Sternberg &Davidson, 2005: 256-257),
telaah secara internal maupun eksternal
keberbakatan merupakan kombinasi dari
membentuk dan menghasilkan (output
berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap
paths) sebuah gerak (muscle movements)
individu
(internal)
yang bersifat kompleks secara simultan
menjadi
satu
yang
baik
(Coyle, 2009: 36). Menurut Beswick
faktor
(2010: 8) secara khusus, di dalam sebuah
pendukung (ekstrenal), yang secara garis
proses pembinaan sepakbola, identifikasi
besar dituangkan dalam tiga konsep bakat
bakat (talent) merupakan tahap awal yang
secara
perlu dilaksanakan sejak usia dini (grass
oleh
yang
(processing)
juga
dipengaruhi
kesatuan
terangkum
proses
berbagai
keseluruhan
(three
rings
conception), yakni: kemampuan di atas
root).
rata-rata
BAB 3. METODE PENELITIAN
(above
average
ability),
kreativitas (creativity), dan keberminatan (task
commitment).
keberbakatan kategori yakni:
tersebut
kemampuan kategori
Dalam
konsep
terdapat
Penelitian
dilakukan
melalui
optimalisasi tes yang direncanakan dalam
dua
2 perihal, yakni penentuan norma (skala
(performance),
penilaian) setiap butir tes dalam rangkaian
kemampuan
umum
tes keterampilan dasar serta peningkatan
(general performance areas) meliputi,
kualitas pelatih dalam proses penelusuran
sains, aritmatika, seni, dan sebagainya,
baka dalam sepakbola. Secara skematis,
serta kategori kemampuan khusus (spesific
program optimalisasi dijabarkan dalam
performance areas) meliputi, astronomi,
tabel berikut:
statistika, musik, dan sebagainya.Adapun berbagai
hal
spesifik
yang
sangat
mempengaruhi perkembangan seseorang (anak), yakni: (a) gen dan keturunan, (b)
Tabel. Roadmap Penelitian NO
TAHUN PENEL ITAN
JUDUL PENEL ITIAN
RUMUSA N MASALA H
HASIL YAN G DIC APAI
Efektivitas pengena lan keteram pilan dasar
Apakah dengan mengen alkan keteram pilan
Hasil yang dicap ai yaitu klasif
faktor lingkungan, dan (c) interaksi gen dengan lingkungan (Upton, 2012: 39-41) Jika ditilik dari pemahaman yang lebih spesifik, bakat merupakan sebuah tahap
awal
(input
paths)
dalam
pengambilan keputusan (decisions) yang
1 2016
9
untuk penelus uran bakat calon atlet sepak bola kota medan
dasar dapat mengali bakat calon atlet sepak bola ?
pengambilan data. Adapun jumlah testi, ikasi tentasebanyak 500 anak dari seluruh SD yakni ng yang keter berada di wilayah Kotamadya ampil Adapun metode pengambilan Medan. an sampel dasar menggunakan teknik puposive sampling, dimana teknik pengambilan sampling berdasarkan atas kriteria tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan yakni,
Salah satu rencana penelitian ini
memilih sekolah yang memiliki atau dekat
yakni penyusunan norma (skala penilaian)
dengan lapangan sepakbola serta memilih
penilaian dengan menggunakan sistem
siswa yang belum atau tidak sedang
grading.
(penilaian)dilakukan
terdaftar dalam SSB dimanapun.Setelah
untuk menerjemahkan skor hasil tes yang
tes keterampilan dasar telah memiliki
telah dikonversikan ke dalam klasifikasi
norma
evaluatif
selanjutnya
Grading
menurut
karakteristik
yang
(skala
penilaian)
diadakan
tertentu,
seminar
untuk
relevan, dengan menggunakan penilaian
memperkenalkan tes keterampilan dasar
yang mengacu pada suatu norma (norm-
untuk
referenced
Grading
sepakbola se-Kota Medan. Dalam proses
dipergunakan untuk menentukan skala
seminar yang dilakukan terhadap seluruh
penilaian (norma) tes. Adapun penilaian
pelatih SSB yang berada di Kota Medan,
yang dipergunakan merupakan penilaian
akan mengupas tuntas kebermanfaatan tes
dengan
dengan
sebagai
mengubah skor hasil tes ke dalam bentuk
ataupun
penyimpangannya dari mean dalam satuan
sepakbola.
evaluation).
skor
standar,
yakni
deviasi standar. Subjek uji coba (testi) dalam penelitian ini merupakan siswa sekolah dasar (SD) yang berusia 9-10 tahun yang tidak pernah atau tidak sedang berstatus
sebagai
siswa
pada
pusat
pembinaan sepakbola usia dini yang terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kotamadya Medan. Sesuai dengan tahapan peneltian, selanjutnya dilakukan proses
penelusuran
alat
ukur
bakat
untuk
mengategorikan
calon
atlet
menyeleksi calon
atlet
10 DAFTAR PUSTAKA Anshel, M.H., & Lidor, R. (2012). Talent detection programs in sport: the questionable use of psychological measures. Journal of Sport Behavior, 35, 3. Azwar, Saifuddin. (2013). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: PustakaPelajar Offset. Beswick, Bill. (2010). Focused for soccer (2nd ed.). Champaign, Illinois: Human Kinetics Publishers, Inc. Bridle, Bob. (2011). Essentials soccer skills: key tips and techniques to improve your game. New York City: DK Publishing.
Kubo, et. al. (2010). Profile of trunk and thigh muscularity in youth and professional soccer players. Journal of Strength and Conditioning Research, 24, 6. Rostgaard, et.al. (2008). A test to evaluate the physical impact on technical performance in soccer. Journal of Strength and Conditioning Research, 22, 1. Sternberg, R.J., & Davidson, J.E. (Eds.). (2005). Conceptions of giftedness (2nd ed.). New York City: Cambridge University Press. Suharjana. (2013). Kebugaran Jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media. Upton,
Coyle, Daniel. (2009). The talent code: greatness isn’t born, it’s grown, here’s how. New York City: Bantam Dell, A Division of Random House, Inc. da Silva, N.P., Kirkendall, D.T., & Neto, T.L.d.B. (2007). Movements and patterns in elite Brazillian youth soccer. Journal of Sports Medicine and Physical Fitness, 47, 3. Irianto, Subagyo. (2010). Peningkatan penguasaan bola melalui ball feeling dalam permainan sepakbola. Proceedings Seminar Olahraga Nasional III dalam rangka Dies Natalies FIK UNY 2010, 131-137. Jennings, Madeleine, & Howe, Ian. (2010). Skills in motion soccer step by step. New Yor City: The Rosen Publishing Group, Inc. Kirkendall, D.T. (2011). Soccer anatomy. Champaign, Illinois. Human Kinetics Publishers, Inc.
Penney. (2012). Psikologi perkembangan. (Terjemahan Noermalasari Fajar widuri). New York City: Pearson Education. (Buku asli diterbitkan 2012).
Widoyoko, S.E.P. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Puataka Belajar.