Tim peneliti Balittra
MODEL PERTANIAN LAHAN RAWA RAMAH LINGKUNGAN Makalah disampaikan pada “Rapat Kerja Lingkup Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian” tanggal 3 – 6 April 2013 di Semarang, Jateng
Total: 33.4 juta ha
Sources: Balittra, 2011
REKLAMASI RAWA NASIONAL (status 2010) Total Rawa 33.390.000 Ha
Belum Reklamasi
Reklamasi
31.590.000 Ha
1.800.000 Ha
Perlu Optimalisasi
Rawa Lebak
Rawa Pasang Surut
347.431 Ha
1.452.569 Ha
Sebaran Lahan Lebak Yang Direklamasi (Total 347,421 ha)
I. POTENSI RAWA UNTUK PERTANIAN Total Rawa 33,39 jt Ha
Tidak berpotensi
Berpotensi
23,86 jt Ha
PS=9,53 jt Ha, Lebak =10,19
Belum dimanfaatkan
Sudah dimanfaatkan
PS=4,13 jt Ha L=9,46jt Ha
PS=5,4 jt Ha L=0,73jt Ha
Diversifikasi • Padi - Padi -Palawija • Padi - Padi/Palawija/Sayuran • Padi – Padi + Tanaman Tahunan
Integrasi Padi +Ternak/Ikan Padi – Padi + Sapi Padi - Padi + Unggas (Itik/Ayam) Padi - Padi + Ikan
Keunggulan Lahan Rawa 1. 2. 3. 4.
Ketersediaan lahan – termasuk sumber air Kemudahan akses – transport darat dan sungai Kondisi iklim – lebih tahan deraan iklim Rentang panen panjang – dapat mengisi saat defisit di tempat lain 5. Keanekaragaman hayati & plasma nutfah tinggi 6. Warisan sejarah dan kaya kearifan lokal
III. PERMASALAHAN LAHAN RAWA Lahan rawa merupakan lahan sub-optimal: 1. Jaringan tata air kawasan yang belum optimal banjir dan kekeringan 2. Kesuburan tanah rendah 3. Serangan OPT tinggi 4. Peningkatan resiko lingkungan (emisi GRK, unsur beracun) Masalah Sosial Ekonomi 1. Rasio tenaga kerja/luas lahan masih rendah. 2. Kelembagaan pendukung pertanian dan infrastruktur belum optimal. 3. Ketersediaan modal masih rendah.
MODEL PERTANIAN LAHAN RAWA RAMAH LINGKUNGAN Resiko lingkungan pertanian di lahan rawa Tanah Gambut: Emisi GRK (CO2, CH4, N2O), kemasaman, subsiden, irreversible drying, keracunan asam organik, & kebakaran lahan Tanah Mineral (Sulfat Masam dan Lebak): Emisi GRK (CO2, CH4, N2O), keracunan Fe dan Al, & kemasaman tanah
MODEL PERTANIAN LAHAN RAWA RAMAH LINGKUNGAN Definisi: 1.
Ekologi a. Gambut (rendah emisi GRK, mengurangi keracunan, mempertahankan keragaman hayati, mencegah kebakaran lahan, subsiden, irreversible drying,) b. Mineral (emisi GRK di sawah, N2O, keracunan besi dan Al, kemasaman, salinitas)
2.
3. 4. 5. 6.
Ekonomi (produksi, keuntungan, efisiensi) Sosial dan budaya (Partisipasi masyarakat, kearifan lokal) Mitigatif (thd kerusakan rawa dan PI) Adaftif (thd kondisi rawa dan PI) Regulasi (RPP Rawa, RPP Gambut, INPRES No.10 tahun 2011 (moratorium), Permentan No. 14 tahun 2009, UU Lingkungan No 32 tahun 2009
Model Pertanian Lahan Rawa Ramah Lingkungan adalah
Model pertanian berbasis ekologi dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan budaya, adaptasi, serta regulasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa.
MODEL PERTANIAN LAHAN RAWA RAMAH LINGKUNGAN Teknologi:
I. Teknologi Pengelolaan Air II. Teknologi Pemulihan Lahan III. Teknologi Efisiensi Faktor Produksi IV. Teknologi Pengendalian OPT V. Teknologi Penataan Lahan (Sistem Surjan)
I. Teknologi Pengelolaan Air Tata air Sistem satu arah
SSALURAN PRIMER
• Definisi: Berbeda inlet dan outlet SALURAN SEKUNDERER
- Mencuci senyawa beracun (sulfat, Fe2+, asam organik) - Menurunkan emisi GRK (CH4) melalui sistem intermittent - Efisiensi penggunaan air SSALURAN SEKUNDER
Saluran Kuarter
SALURAN TERSIERER
SALURAN TERSIERER
SA Kuarter Saluran
SA Saluran Kuarter
Saluran Kuarter
SALURAN TERSIERER
Saluran Kuarter
Saluran Kuarter
SA Saluran Tersier
SALURAN SEKUNDERER
Saluran Tersier
• Keunggulan:
II. Teknologi Pemulihan Lahan Rawa JERAMI PADI
A. AMELIORASI - Pemberian bahan organik yang dikomposkan efektif dalam menekan emisi CH4 dan CO2 - Meningkatkan produktivitas lahan
PURUN
Kotoran sapi
CO2 (kg/ha)
Pengaruh jenis amelioran terhadap emisi CO2 di lahan sulfat masam
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
No organic matter Fresh Purun Straw compost Cattle manure compost
2 week
4 week
Fresh Straw Fresh cattle manure Purun compost
6 week
8 week
pemberian kompos terutama kotoran sapi dapat menekan emisi CO2
Pengaruh jenis amelioran terhadap emisi CH4 di lahan sulfat masam Site 1 (mixed with soil)
6.00
CH4 (Kg/ha)
5.00
Without organic matter Fresh Straw Fresh Purun Fresh cattle manure
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2 week
4 week
6 week
8 week
Weeks of incubation
Pemberian bahan segar baik jerami maupun purun yang sekarang masih dilakukan petani lokal (petani lahan sulfat masam) dalam persiapan lahan dapat melepaskan emisi CH4 lebih besar dibandingkan jika diberikan dalam bentuk kompos.
Beberapa bahan amelioran yang dapat mengurangi emisi GRK di lahan gambut
Perlakuan Kontrol Abu sekam padi Pupuk kandang Pugam A Pugam T Tanah mineral
Emisi (t/ha/musim)
CO2
CH4
GWP (t CO2e/ha)
8.19 4.50 4.52 4.94 5.82 5.76
0.59 0.28 0.28 0.28 0.26 0.36
23.0 11.4 11.6 12.0 12.3 14.7
Hasil gabah (t/ha) 3.05 3.26 2.82 1.89 2.80 2.51
Indeks emisi (t gabah/ t CO2-e) 0.13 0.29 0.24 0.16 0.23 0.17
18
Ameliorasi dengan Biochar Biochar mampu meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi penggunaan pupuk melalui pemanfaatan bahan lokal. Pemberian biochar dari cangkang kelapa mampu meningkatkan pH tanah gambut, ketersediaan K, serta produksi padi. Sedangkan pada lahan sulfat masam mampu mengurangi keracunan Fe pada tanaman padi. Mengurangi pembentukan gas N2O and CH4.
Keragaan Tanaman Padi pada penelitian Biochar di lahan gambut dan sulfat masam Peat land
Acid sulfat soil
Peat Peatland land
Acid sulfat soil
B. BIOFILTER • Biofilter merupakan tanaman (purun tikus) yang mampu menyerap senyawa beracun (Fe dan SO4) dalam jumlah besar pada tanah & air di lahan sulfat masam. • Keunggulan: memperbaiki kualitas air. • Implementasi: Keberlanjutan sumberdaya lahan dan air.
III. Teknologi Efisiensi Faktor Produksi A. PUPUK HAYATI
M-Star Untuk tanaman jagung dan kelapa sawit di lahan rawa Berfungsi sebagai dekomposer, penambat N, dan pelarut P Keunggulan - Mengefisienkan penggunaan pupuk NPK anorganik sampai 50% - Keberlanjutan sistem pertanian
BIOTARA
Biotara: pupuk hayati sebagai dekomposer, penambat N, dan pelarut P yang adaptif tanah masam lahan rawa. Keunggulan: - Meningkatkan efisiensi pemupukan N dan P sampai 30% dan meningkatkan hasil padi sampai 20% di lahan rawa - Keberlanjutan sistem pertanian
BIOSURE
Biosure: pupuk hayati yang berperan mengurangi kemasaman tanah rawa. Keunggulan: - Mampu mengefisienkan dosis kapur sampai 80% dan meningkatkan hasil padi sampai 20% pada tanah sulfat masam. - Keberlanjutan sistem pertanian
B. Pupuk Organik ORGANOWA
Keunggulan - Meningkatkan produktivitas padi - Mengurangi Penggunaan NPK 30-50 % - Keberlanjutan produktivitas lahan
IV. Teknologi Pengendalian OPT
TARASIDA Tarasida: Bioinsektisida dari batang dan daun Krinyu, Kepayang, Galam Keunggulan: - Mengendalikan ulat grayak dan ulat Plutella hingga 7090%. -Ramah lingkungan Implementasi: utk dimanfaatkan secara massal
Kerinyu
Kepayang
Galam
Kerinyu Kirinyu Kepayang
Kontrol Kepayang
Galam
RATEL (Rat eliminator) Tikus merupakan hama utama tanaman pangan di lahan rawa pasangsurut dan lebak
Pengendalian dengan emposan Bersumbu (Mercon) - Praktis - Efektif
Mercon tikus
Penggunaan fungisida dan insektisida secara terbatas pada lahan gambut yang disawahkan dapat mengurangi emisi CO2 & CH4
V. Teknologi Penataan Lahan Sistem Surjan • Guludan : palawija, hortikultura, tanaman tahunan Ledokan : padi • Keunggulan: Diversifikasi usaha tani, pola tanam. mengurangi emisi gas metan Adaptif thd kond rawa dan PI
Varietas Rendah Emisi Varietas
Punggur Banyuasin Martapura Sei Lalan Indragiri Tenggulang Batanghari Punggur Mendawak Batanghari
Emisi CH4 (kg/ha/musim) 183.0 179.0 171.0 153.0 141.0 124.0 104.0 303 275 266
Hasil gabah (t/ha) 4.0 3.5 6.0 5.7 6.0 3.3 3.3 4.9 4.8 5.0
Hasil gabah /kg CH4 21.9 19.6 35.1 37.3 42.6 26.6 31.7 16.17 17.45 18.80
Tahun penelitian 2005-2006
2008 2008 2008
Inpara: Varietas Padi Adaptif Rawa Sifat-sifat Umur (hari) Tekstur nasi Rata-rata hasil (t/ha) Potensi hasil (t/ha)
Varietas Inpara 1 131 Pera
Inpara 2 128 Pulen
Inpara 3 127 Pera
5,0
5,1
4,6
6,47
6,08
5,6
Ketahanan terhadap cekaman abiotik
Toleran keracunan Fe dan Al
Toleran keracunan Fe dan Al
Toleran keracunan Fe, Al, rendaman 6 hari fase vegetatif
Anjuran tanam
Pasang surut dan lebak
Pasang surut dan lebak
Pasang surut, lebak sawah irigasi
Inpara: Varietas Padi Adaptif Rawa Sifat-sifat Umur (hari) Tekstur nasi Rata-rata hasil (t/ha) Potensi hasil (t/ha) Ketahanan terhadap cekaman abiotik
Anjuran tanam
Inpara 4 135 Pera
Inpara 5 115 Sedang
Inpara 6 117 Sedang
4,7
4,5
4,7
7,6
7,2
6,0
Toleran rendaman 14 hari fase vegetatif
Toleran keracunan Fe
Lebak dangkal dan sawah rawan banjir
Pasang surut potensial dan lebak
Toleran rendaman 14 hari fase vegetatif Pasang surut, lebak, sawah rawan banjir
Teknologi Olah Tanah Minimum
Mengurangi emisi gas metan Mengkonservasi tanah dan mengendalikan keracunan besi Menyiapkan lahan dengan baik dan mengendalikan gulma Meningkatkan produktivitas lahan melalui pemanfaatan dan pengelolaan biomassa gulma secara in-situ Mengurangi TK sampai 28% dan meningkatkan hasil 25 – 30% Dapat mendukung pola tanam dua kali setahun dan pola tanam sawit dupa (180%)
Analisis ekonomi sistem surjan pola: padi – jeruk di Kabupaten Batola, Kalsel Investment criteria Citrus price at IDR 4000/kg B/C NPV (IDR) IRR(%) Citrus price at`IDR 3600 /kg B/C NPV (IDR) IRR(%) Citrus price at IDR 4500/kg B/C NPV (IDR) IRR(%)
Df 12%
Benefit Cost Analysis Df 15%
Df 18%
1,25 19.587.446,82 37,10
1,21 14.992.364,15 36,72
1,16 10.401.657,83 36,07
1,19 14.963.086,42 34,82
1,15 11.094.542,95 34,14
1,11 7.225.457,73 32,97
1,32 25.367.897,32 39,10
1,27 19.864.640,65 38,96
1,22 14.371.907,96 38,78
35