ARTIKEL
Judul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERTIVE LEARNING) TIPE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 7 SINGARAJA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh NI KADEK RUSTINI WATI 1114021022
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERTIVE LEARNING) TIPE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 7 SINGARAJA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh Ni Kadek Rustini Wati* (NIM 1114021022) Dr. I ketut Margi, M.Si**, Dr. I Wayan Mudana, M.Si*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja semester genap tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada pelajaran IPS, (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja semester genap tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada pelajaran IPS, (3) mengetahui respon siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja semester genap tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada pelajaran IPS. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu (1) penentuan subjek penelitian, (2) membuat rencana tindakan, (3) melaksanakan tindakan, (4) melakukan observasi, (5) evaluasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) persentase rata-rata motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja pada siklus I adalah 25,30% dengan kategori tinggi, meningkat menjadi 26,50% pada siklus II dengan kategori tinggi; (2) rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja pada siklus I adalah 72,88% dengan kategori sedang, dan ketuntasan belajar siswa mencapai 50,00%, meningkat menjadi 83,07% dengan kategori tinggi dan ketuntasan belajar mencapai 84,61% pada siklus II; (3) respon siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping mencapai rata-rata 36, 73% dengan kategori positif. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII C SMP negeri 7 Singaraja semester genap tahun ajaran 2014/2015. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping, Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
ABSTRACT This research aims to (1) determine the enhancement of students' motivation class of VIII C SMP Negeri 7 Singaraja second semester of academic year 2014/2015 through the implementation of cooperative learning model Mind Mapping in social studies, (2) improve student learning outcomes in grade VIII C SMP 7 Singaraja second semester 2014/2015 academic year through the implementation of cooperative learning model Mind Mapping in social studies, (3) determine the students’ responses in class VIII C SMP Negeri 7 Singaraja second semester of academic year 2014/2015 through the implementation of cooperative learning model type Mind Mapping in social studies. This research is a classroom action research (CAR). The stages are done in the classroom action research (CAR), namely (1) the determination of research subjects, (2) make a plan of action, (3) implement measures, (4) to make observations, (5) evaluation and reflection. The results showed: (1) the average percentage of eighth grade students' learning motivation C SMP Negeri 7 Singaraja in the first cycle was 25.30% with a high category, raised to 26.50% in the second cycle with high category; (2) the average results of student learning C class VIII SMP Negeri 7 Singaraja in the first cycle was 72.88% with medium category, and mastery learning students reached 50.00%, increased to 83.07% with the high category and mastery learning reached 84.61% in the second cycle; (3) the response class VIII C SMP Negeri 7 Singaraja toward cooperative learning model Mind Mapping reached an average of 36.73% with a positive category. Based on the results of this research note that through the implementation of cooperative learning model Mind Mapping can improve motivation and learning outcomes IPS in the class VIII C SMP Negeri 7 Singaraja second semester of academic year 2014/2015. Keywords: Cooperative Learning Model type of Mind Mapping, Motivational Learning, Learning Outcomes, Social Sciences (IPS). *Penulis **Pembimbing I ***Pembimbing II
PENDAHULUAN Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Pada jenjang SMP mata pelajaran IPS memuat materi Sejarah, Geografi, Ekonomi dan Sosiologi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang semakin dinamis. Meskipun pembaharuan kurikulum telah dilakukan untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran IPS, namun pembelajaran IPS masih memiliki beberapa hambatan yang menjadikan pembelajaran IPS tidak berhasil, bahkan mata pelajaran IPS sering kurang diperhatikan oleh semua pihak di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa. Mata pelajaran IPS dianggap terlalu banyak menghafal, membaca, mengingat nama dan tahun/hal yang telah lama terjadi dan dilalui. Pembelajaran IPS adalah salah satu pembelajaran yang banyak menekankan pada aspek kognitif disamping afektif. Dengan kondisi seperti ini, kebanyakan siswa merasa kurang tertarik, menganggap mudah, membuat mengantuk, menganggap pelajaran IPS merupakan pelajaran yang membosankan, sehingga keberadaan mata pelajaran IPS kurang diminati siswa bahkan siswa cenderung bersikap remeh dengan pelajaran IPS, dan pada saat pembelajaran oleh guru mereka kurang memperhatikan. Dengan kata lain motivasi belajar siswa tergolong sangat rendah, dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal yang sama juga terjadi di SMP Negeri 7 Singaraja khususnya pada kelas VIII C. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 08 Desember 2014, dipilihnya kelas VIII C karena pembelajaran
IPS masih rendah. Hal tersebut tercermin dari hasil analisis ulangan akhir semester ganjil yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 76 untuk mata pelajaran IPS kelas VIII. Kelas VIII C terdiri dari 26 orang, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang dan siswa perempuan berjumlah 15 orang. (Sumber: SMP Negeri 7 Singaraja). Pembelajaran IPS di kelas VIII C yang masih rendah juga dinyatakan oleh guru mata pelajaran IPS dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 08 Desember 2014 dengan Ibu Luh Weda Wati Ariani, S.Pd selaku guru pengajar IPS kelas VIII, beliau mengungkapkan bahwa “hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VIII C masih rendah, hal ini dibuktikan dengan analisis nilai yang dicapai siswa kelas VIII C mencapai ratarata 64,52 dan ketuntasan klasikal mencapai 40%”. Rendahnya hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu: 1). Proses belajar mengajar yang kurang menarik yakni hanya dilakukan satu arah (Guru cenderung lebih aktif dibandingkan siswanya. 2). Model pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, sehingga siswa merasa bosan dan jenuh karena model yang digunakan monoton, kurang dapat merangsang motivasi belajar siswa. 3). Minimnya sumber belajar/ buku penunjang untuk siswa. Ketersediaan alat dan bahan belajar yang kurang memadai akan sangat berpengaruh pada proses belajar siswa. Seperti di sekolah kebanyakan masih menggunakan satu atau dua buku saja sebagai sumber belajar, sehingga siswa kurang terampil dalam mengembangkan pengetahuannya secara optimal. 4). Implementasi/proses pelaksanaan kurikulum. Guru kurang mendapat sosialisasi dalam bentuk penataran/diklat yang sangat terbatas, sehingga mereka (guru) belum memahami hakekat kurikulum baru sebagai mana mestinya. 5). Pelaksanaan sistem pelajaran semester tidak berjalan dengan baik. 6). Siswa kurang siap/fokus dalam mengikuti pelajaran. Hal ini juga menjadi faktor rendahnya hasil belajar siswa karena apabila siswa tidak fokus maka akan sulit
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru (Oktaseiji, 2011). Disamping itu, Ibu Luh Weda Wati Ariani, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPS kelas VIII juga mengungkapkan bahwa: Kesulitan yang dihadapi siswa pada saat kegiatan pembelajaran karena kurangnya sarana prasarana seperti buku-buku sumber dalam upaya menunjang pembelajaran IPS yang lebih optimal dan ada beberapa siswa yang memiliki masalah khusus (mengantuk, membuat ulah dikelas. Melihat masih banyaknya permasalahan-permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia seperti yang telah dipaparkan diatas, maka perlu dicarikan solusi/tawaran pemecahan terhadap masalah tersebut. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru ataupun calon guru yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran baru yang menarik, menyenangkan, bisa membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa dalam pelajaran IPS dan tentunya akan memberikan rangsangan berfikir yang nantinya akan memberikan pengaruh psikologis terhadap siswa. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk memaksimalkan potensi siswa, khususnya dalam pelajaran IPS adalah model pembelajaran Mind Mapping. Mind Mapping atau peta pikiran (peta konsep) adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara. (Svantesson, 2004 : 1) Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan (Buzan, 2005a). Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar otak. Mind Map juga merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Sama seperti peta jalan, Mind Map akan: 1). Memberi pandangan meyeluruh pokok masalah atau area yang luas. 2). Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. 3). Mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat. 4). Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru. 5). Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat (Buzan, 2005b). Dari kelebihan model pembelajaran ini, penulis berasumsi bahwa penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat menarik dan meningkatkan motivasi dan prestasi siswa, terutama dalam pembelajaran IPS. Berpijak pada uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan yang timbul dari proses pembelajaran yaitu dengan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Mind Mapping Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015”. Adapun penelitian sejenis yang dilakukan oleh Setyaningsih, Endang pada tahun 2010 dengan judul “Penerapan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS Kelas IV SDN Binangun 03”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Binangun 03. Hal ini terlihat dari peningkatan proses dan hasil belajar siswa sebagai berikut: keaktifan bertanya dan kerjasama siswa meningkat secara signifikan mencapai 72% dan 90%. Penguasaan konsep dan kemampuan membuat hubungan antar konsep meningkat mencapai 72% dan 57%. Hasil belajar siswa meningkat pada akhir siklus II mencapai 77,33% dengan prosentase keberhasilan siswa mencapai 95%. Kemampuan mengajar guru meningkat mencapai 95% dari 80% pada tahap pratindakan.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Hattarina, Shofia pada tahun 2008 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah XI IPS 1 SMAN I Talun”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran mind map (peta pikiran) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 dalam mata pelajaran Sejarah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata skor siswa dari pada hasil tes awal 33,75% meningkat menjadi 73,25%, hal ini berarti terjadi peningkatan skor sekitar 39,5% pada post tes siklus I. Sedangkan pada siklus II hasil tes awal siswa adalah 36% dan pada post tes meningkat menjadi 88,75% ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor siswa sebanyak 52,75%. LANDASAN TEORI Adapun beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk memecahkan permasalahan yang dikaji, anatara lain: (1) Model Pembelajaran Kooperatif, (2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping, (3) Motivasi Belajar, (4) Hasil Belajar, dan (5) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran, khususnya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII C di SMP Negeri 7 Singaraja. PTK adalah “penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), batasan, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program yang sedang berjalan” (Agung, 2010). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi dan evaluasi, serta 4) refleksi. Pada penelitian ini, metode pengumpulan data dan instrumen yang digunakan adalah metode observasi, metode tes, metode kuisioner, dan metode wawancara. Metode observasi digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap obyek masalah
yang akan diteliti untuk mendapatkan informasi yang relevan (Nasution, 1988: 56: 59). Dengan demikian, tekhnik observasi ini mengharuskan peneliti untuk melakukan pengamatan di dalam kelas karena peneliti mengambil penelitian tindakan kelas. Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang motivasi belajar siswa dan untuk mengamati interaksi siswa dalam proses pembelajaran yang dapat diperoleh melalui foto dokumentasi pada saat observasi. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi antar siswa, interaksi siswa dan guru. Metode tes digunakan untuk mengetahui data hasil belajar siswa. Metode kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden. Metode kuisioner ini diberikan kepada siswa yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping pada pelajaran IPS. Metode wawancara dilakukan oleh peneliti kepada guru pengampu mata pelajaran IPS kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja yaitu Luh Weda Wati Ariani, S.Pd. Wawancara dilakukan untuk mengetahui situasi kelas, motivasi siswa, hasil belajar siswa serta bagaimana keadaan siswa saat mengikuti proses pembelajaran IPS. Wawancara juga dilakukan kepada beberapa siswa Kelas VIII C yaitu Gede Eka Budarsana untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan Kadek Ratna Dewi untuk mengetahui respons siswa terhadap pelajaran IPS serta Komang Wistari untuk mengetahui metode yang telah diterapkan dalam proses pembelajaran IPS. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa penyebaran angket motivasi siswa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa, angket respon siswa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat respon siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data desktiptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping. Hasil analisis data motivasi belajar IPS siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja pada siklus I diperoleh presentase rata-rata 25,30% yang jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat motivasi belajar siswa, berada diantara 22,5 ≤ ( ) ˂ 27,5 yang berarti motivasi belajar siswa “tinggi”. Sedangkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja pada siklus I diperoleh presentase rata-rata 72,88% dengan ketuntasan belajar mencapai 50,00%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP Skala Lima berada pada rentangan 65-79 yaitu kategori “sedang”. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dikatakan belum berhasil karena belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 76 untuk kelas VIII sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sekolah. Belum tercapainya kriteria keberhasilan hasil belajar sejarah siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja disebabkan oleh beberapa kendala atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan siklus I. Adapun kendala-kendala yang dihadapi antara lain: 1) Pada pertemuan awal siswa masih terlihat bingung karena belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu belajar berkelompok dan menuangkan materi yang dipelajari dalam bentuk Mind Mapping. Hal ini terjadi karena selama ini mereka lebih banyak belajar secara konvensional yaitu hanya dengan mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru. 2) Pada saat pembagian kelompok, terdapat beberapa siswa yang sempat menolak ketika kelompok yang tidak sesuai dengan keinginannya sehingga menciptakan suasana kelas yang sangat ribut. 3) Dalam diskusi masih terdapat siswa yang enggan untuk berdiskusi dengan temannya saat menjawab pertanyaan-pertanyan yang diberikan oleh guru. Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi belum terbiasa membimbing teman anggota kelompoknya yang memiliki kemampuan akademik kurang, begitu pula siswa yang mempunyai
kemampuan akademik kurang, masih tidak berani atau malu untuk mengungkapkan pendapatnya, sehingga kegiatan diskusi belum berjalan secara optimal karena masih banyak siswa yang belum dapat bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru (peneliti). 4) Sulitnya menguasai kelas saat siswa berdiskusi dalam kelompoknya, karena jika tidak diperhatikan mereka akan mengganggu teman/kelompok lainnya dan mengerjakan kegiatan lain saat proses pembelajaran berlangsung. 5) Sebagian besar siswa belum terbiasa menyimpulkan konsep-konsep yang telah dipelajari. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat simpulan yang sistematis dan sesuai dengan yang diharapkan. 6) Proses pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping membutuhkan waktu yang lebih banyak, agar semua siswa bisa menuangkan imajinasi/pendapatnya dalam bentuk gambar, dan ketika melakukan tanya jawab siswa bisa menjawab. Mengingat waktu yang disediakan sangat terbatas, maka pengaturan waktu yang tepat sangat diperlukan agar proses pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Melihat kendala-kendala yang ada pada siklus I, maka peneliti bersama guru mata pelajaran IPS kelas VIII, Luh Weda Wati Ariani, S.Pd, telah mendiskusikan berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi kendala dan permasalahan tersebut yaitu sebagai berikut: 1) Mensosialisasikan kembali model pembelajaran kooperatif Mind Mapping pada setiap pertemuan dengan menyampaikan kepada siswa mengenai manfaat dan langkah-langkah dari model pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bertujuan untuk mendorong siswa agar lebih tertarik dan tidak kebingungan lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang diterapkan sehingga pertemuan berikutnya siswa lebih antusias dan terbiasa dalam mengikuti pembelajaran. 2) Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, siswa ditekankan kembali mengenai proses pembelajaran yang diterapkan lebih mengutamakan aktivitas siswa secara optimal di dalam kelas. Siswa diberi kesempatan untuk dapat melakukan
langkah-langkah model pembelajaran Mind Mapping secara lebih optimal. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator serta salah satu sumber belajar melainkan bukan satu-satunya sumber belajar. 3) Memberikan motivasi kepada setiap siswa/kelompok tentang pentingnya kerjasama dalam diskusi. Guru juga lebih aktif menjadi fasilitator seperti memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada kelompok yang mengalami kesulitan selama diskusi berlangsung. Selain itu, guru juga memotivasi siswa untuk tidak malu dalam mengemukakan pendapat mereka dalam diskusi kelompok. 4) Siswa ditekankan kembali bahwa setiap langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan diobservasi oleh guru yang akan dijadikan sebagai bahan penilaian siswa. Semua siswa dalam kelompok diharapkan melakukan aktivitas dan setiap anggota klompok betanggung jawab atas keberhasilan kelompok dan anggota kelompoknya. Guru juga menekankan bahwa setiap anggota kelompok yang memberikan pertanyaan, tanggapan, kritik, saran ataupun jawaban yang disampaikan ketika proses pembelajaran berlangsung itu semua dinilai oleh guru. 5) Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan dengan memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah pada simpulan yang diharapkan. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk menanggapi kesimpulan temannya dan mencatatnya, begitu pula dengan guru yang akan menyempurnakan jika kesimpulan siswa kurang tepat. Upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II telah menunjukkan arah yang lebih baik antara lain: 1) Meningkatkan kerjasama dan interaksi siswa dalam belajar. 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya mengenai materi yang belum jelas atau kurang dipahami. 3) Secara umum proses pembelajaran siswa telah dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Kondisi dan situasi belajar siswa pada setiap pertemuan sudah menunjukkan sistuasi belajar yang kondusif jika dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan pada siklus
I. Setiap siswa dalam kelompok telah menunjukkan adanya kesungguhan dan antusiasme dalam menyusun Mind Mapping dan berdiskusi. Guru dapat melakukan penelitian secara optimal terhadap semua aktivitas siswa, karena siswa telah dapat menunjukkan tahapantahapan belajar sesuai dengan rancana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru (peneliti). 4) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus II telah menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus I. Siswa secara aktif telah mau secara sadar melaksanakan setiap tahapan pembelajaran dan melaksanakan diskusi serta menyusun Mind Mapping, tanpa menunggu intruksi dari guru. Setiap kelompok dapat menunjukkan rasa solidaritasnya untuk dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh data hasil motivasi belajar siswa yang menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan data hasil motivasi belajar siswa pada siklus I. Presentase rata-rata motivasi belajar IPS pada siklus II yang diperoleh siswa kelas VIII C yaitu 26,50% yang jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat motivasi belajar siswa berada diantara 22,5 ≤ ( ) ˂ 27,5 yang berarti motivasi belajar siswa “tinggi”. Peningkatan motivasi dari siklus I ke siklus II adalah 29 dengan rata-rata peningkatan mencapai 1,11%. Sedangkan hasil belajar IPS pada siklus II diperoleh presentase rata-rata 83,07%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP Skala Lima berada pada rentangan 80-89 yaitu kategori “tinggi”, dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 84,61%. Peningkatan respon atau tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Mind Mapping pada siklus II adalah 955, dengan rata-rata peningkatan mencapai 36,73%. Peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah 265, peningkatan ketuntasan belajar siswa mencapai 34,61%, peningkatan rata-rata hasil belajar mencapai 10,19, dan peningkatan rata-rata presentase hasil belajar mencapai 10,19%.
Adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja mengindikasikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping cocok diterapkan pada mata pelajaran IPS. Proses pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping yang memadukan konsep belajar individual dan kelompok ini dapat meningkatkan interaksi siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa karena siswa mengalami sendiri apa yang telah dipelajarinya. Siswa diarahkan dan dibimbing dalam menyusun Mind Mapping, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami pembelajaran. Siswa juga diarahkan untuk menjawab soal sesuai kemampuan yang dimilikinya, siswa menjadi lebih termotivasi untuk memahami konsep dan berupaya dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru sehingga hasil belajar IPS dapat meningkat. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini telah mampu menjawab atau memecahkan permasalahan terhadap rendahnya motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja, pada semester Genap tahun ajaran 2014/2015, dengan kata lain penelitian tindakan kelas telah berhasil dilakukan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut. 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja pada mata pelajaran IPS. Ini dapat dilihat dari hasil siklus I jumlah motivasi siswa mencapai 658 dengan rata-rata mencapai 25,30. Jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat motivasi belajar
siswa, berada diantara 22,5 ≤ ( ) ˂ 27,5 yang berarti motivasi belajar siswa “tinggi”. Pada siklus II jumlah motivasi siswa mencapai 689 dengan rata-rata 26,50. Jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat motivasi belajar siswa, berada diantara 22,5 ≤ ( ) ˂ 27,5 yang berarti motivasi belajar siswa “tinggi”. Peningkatan motivasi dari siklus I ke siklus II adalah 29 dengan rata-rata peningkatan mencapai 1,11%. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja pada mata pelajaran IPS. Ini dapat dilihat dari hasil belajar siklus I, jumlah semua nilai yang didapat dari 26 orang siswa adalah 1.895 dengan rata-rata 72,88, rata-rata persen 72,88% dan ketuntasan belajar mencapai 50,00%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP skala Lima berada pada rentangan 65-79 yaitu kategori “sedang”. Pada siklus II jumlah semua nilai yang didapat dari 26 orang siswa adalah 2.160 dengan rata-rata 83,07, rata-rata persen 83,07% dan ketuntasan belajar mencapai 84,61%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP Skala Lima berada pada rentangan 80-89 yaitu kategori “tinggi”. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah 265, dengan peningkatan ratarata 10,19, peningkatan rata-rata persen 10,19% dan peningkatan ketuntasan belajar siswa mencapai 34,61%. 3. Respon / tanggapan siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping pada siklus I adalah 877 dengan rata-rata 33,73. Jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat respon siswa berada diantara 25 ≤ ˂ 35, yang berarti tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping berada pada kategori “cukup positif”. Pada siklus II respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping
meningkat menjadi “positif”. Ini dapat dilihat dari hasil penyebaran angket respon siswa mencapai 955 dengan rata-rata 36,73. Jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat respon siswa, berada diantara 35 ≤ ˂ 45, yang berarti tanggapan siswa masuk dalam kategori “positif”. Peningkatan respon siswa yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 52 dengan rata-rata mencapai 2. 4. Dengan adanya peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja, maka penerapan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Mind Mapping di kelas VIII C SMP Negeri 7 Singaraja pada mata pelajaran IPS semester genap tahun ajaran 2014/2015 dikatakan berhasil. Dengan mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping pada hasil penelitian, adapun saran-saran yang diberikan yaitu sebagai berikut. 1. Saran kepada guru IPS pada umumnya, agar dapat mengembangkan metode, model maupun strategi pembelajaran baru yang dapat membuat siswa merasa senang dalam mempelajari IPS sehingga berdampak pada hasil belajar yang memuaskan. Model pembelajaran kooperatif Mind Mapping dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Kepada peneliti dan guru yang ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran yang sama, hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan dalam mencermati kelebihan dan kekurangan yang ditemukan sehingga akan lebih menyempurnakan hasil penelitian berikutnya. 3. Kepada sekolah, agar menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pembelajaran seperti penyediaan sumber belajar yaitu buku ajar yang dapat meningkatkan hasil belajar.
UCAPAN TERIMAKASIH Terselesaikannya skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa adanya bantuan pemikiran, materi maupun dorongan moral dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terimakasih yang setulustulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha yang telah memberikan bimbingan arahan dan motivasinya kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. 2. Bapak Dr. I Ketut Margi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kapasitas Beliau sebagai Pembimbing I, yang senantiasa dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, masukan, koreksi, dan motivasinya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Bapak Ketut Sedana Arta, S.Pd.,M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha yang telah sabar ditengah kesibukan Beliau memberikan layanan administratif kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya. 4. Bapak I Wayan Mudana, M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing, memberikan arahan, dan petunjuk sehingga skripsi ini terselesaikan tepat pada waktunya. 5. Bapak/Ibu staff Dosen jurusan Pendidikan Sejarah yang telah mendidik penulis dengan sabar selama perkualiahan dan telah menjadi insprirasi penulis untuk terus maju dan berkembang sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. Buzan, Tony. 2005a. Buku Pintar Mind Maps. Jakarta : Gramedia. . 2005b. Model pembelajaran kooperatif Mind Mapping. Jakarta : Gramedia. Nasution. (Dalam Sugiyono, 2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Oktaseiji, 2011. Hambatan-hambatan dalam pembelajaran IPS. Artikel (Tidak Diterbitkan). Svantesson, Ingemar. 2004. Learning Maps and Memory Skills. Jakarta: Gramedia.