PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh: KARTIKA PUTRI ARUM SARI NIM K7406095
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin sukses dan berhasil dalam mengerjakan suatu aktivitas tertentu, termasuk kesuksesan di dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu ciri sukses dalam kegiatan belajar mengajar adalah memperoleh hasil (prestasi) belajar yang tinggi. Hasil belajar adalah penguasaan atau ketrampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Ada dua faktor yang berhubungan dengan kesuksesan seseorang dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari diri pribadi peserta didik yang meliputi : prasyarat belajar siswa, kondisi pribadi siswa dan ketrampilan belajar siswa. Prasyarat belajar siswa yaitu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang siswa sebelum dia mengikuti suatu kegiatan pembelajaran; kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, sikap, cita-cita dan hubungannya dengan orang lain sedang ketrampilan belajar siswa meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti kegiatan belajar mengajar, membaca buku, belajar kelompok, mengerjakan tugas, mencari sumber belajar, mempersiapkan ujian dan menindaklanjuti hasil ujian. Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari luar pribadi peserta didik antara lain meliputi: proses belajar mengajar, lingkungan belajar yang meliputi lingkungan fisik seperti suasana rumah atau sekolah dan kondisi sosial keluarga. Salah satu faktor eksternal yang turut mendukung hasil belajar siswa adalah proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian guru adalah metode pengajaran yang merupakan salah satu unsur yang turut menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Sejak tahun 2004 telah diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan kini telah berubah menjadi kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang menggunakan paradigma pembelajaran konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide atau gagasan bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang kompleks ke situasi lain
dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi, bukan menerima pengetahuan. Pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar mengajar, sehingga kegiatan mengajar lebih memperlihatkan proses transfer pengetahuan atau konsep-konsep dari guru kepada peserta didik. Hal ini juga dicemaskan oleh guru Ekonomi/Akuntansi SMA Negeri 1 Sukoharjo sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab, kelompok presentasi dan diskusi kelompok. Guru berusaha untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam bentuk kelompok presentasi maupun kelompok diskusi. Kelompok presentasi dibentuk dengan cara penarikan undian. Hal yang tak terhindarkan dalam pembentukan kelompok dengan penarikan undian adalah bahwa ada kelompok yang semua anggotanya berkemampuan tinggi, ada kelompok yang anggotanya terdiri dari campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, adapula kelompok yang semua anggotanya berkemampuan rendah. Kelompok yang semua anggotanya berkemampuan tinggi, akan menyajikan materi pelajaran dengan baik. Kegiatan presentasi dapat berjalan dengan baik. Banyak siswa yang ikut berpartisipasi di dalam presentasi kelompok tersebut, baik yang mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun mengemukakan ide atau gagasan tertentu. Sebaliknya dengan kelompok yang semua anggotanya berkemampuan rendah. Kegiatan presentasi akan berjalan kurang baik. Hanya sedikit siswa yang ikut berpartisipasi didalam presentasi kelompok tersebut, baik yang mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun mengemukakan ide atau gagasan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kegiatan presentasi materi pelajaran dan pada akhirnya juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa serta kualitas proses belajar. Kelompok diskusi, pembagiannya berdasarkan urutan meja belajar, dua siswa depan berpasangan dengan dua siswa dibelakangnya dan seterusnya. Kegiatan diskusi kelompok ternyata juga berjalan kurang optimal. Dari beberapa kelompok hanya sedikit kelompok yang terlihat cukup interaktif dan ikut berpartisipasi, yang berusaha untuk
saling membantu dan mengemukakan ide atau gagasannnya dalam menyelesaikan tugas. Sisanya cenderung bekerja sendiri-sendiri dalam kelompok, bahkan ada yang sama sekali tidak ikut mengerjakan tugas atau soal latihan. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, terdapat 24 siswa dari 42 siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Akuntansi, yaitu 68,00. Dari hasil ulangan (untuk materi Struktur Dasar Akuntansi), nilai terendah yang diperoleh siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 adalah 30,00, sedangkan nilai tertinggi adalah 86,00. Untuk tugastugas rumah yang diberikan oleh guru, mayoritas siswa masih mengerjakan di kelas sebelum pelajaran Akuntansi dimulai. Ini menunjukkan rendahnya keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam mengikuti pelajaran Akuntansi. Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan sebuah strategi belajar mengajar ‘baru’ yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar mengajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi pembelajaran yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri. Ada berbagai alternatif model pembelajaran yang bisa digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai salah satu strategi alternatif yang diharapkan dapat membantu siswa mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri, meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan kualitas proses dan pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar siswa. Cooperative learning (belajar bekerja sama), merupakan model pembelajaran yang menekankan aspek kerja sama dalam memecahkan suatu persoalan. Sebuah model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dari teman sebayanya dalam sebuah kelompok kooperatif. Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning adalah falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Karena itu, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Ironisnya, model pembelajaran cooperative learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Berbagai tipe cooperative learning yaitu Student Teams Learning; Student Teams Achievement Division (STAD); Teams Games Together (TGT); Teams Assisted Individualization
(TAI); Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);
Jigsaw; Learning Together; Group Investigation. Dalam penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran tipe Learning Together untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Akuntansi bagi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Tipe ini dipilih karena merupakan tipe yang paling sederhana dari berbagai model pembelajaran kooperatif dan diyakini cocok dengan situasi siswa yang cenderung belajar lebih efisien dalam kelompok atau belajar secara bersama-sama. Selain itu, tipe pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara individual dan sosial. Learning Together adalah metode dengan menggunakan kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam siswa kemudian diberi satu pelajaran atau worksheet dimana mereka harus belajar dan melengkapinya bersama-sama. Tidak ada kompetisi antar kelompok, sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas, yakni: pembagian kelompok presentasi yang tidak merata dan kegiatan diskusi kelompok yang kurang optimal, sehingga menyebabkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kurang maksimal. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1.
Apakah metode pembelajaran Akuntansi yang diterapkan selama ini yaitu metode ceramah, tanya jawab, kelompok presentasi dan diskusi kelompok telah efektif dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa?
2.
Mengapa siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 kurang antusias terhadap mata pelajaran Akuntansi?
3.
Mengapa kegiatan presentasi kelompok materi pelajaran Akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 belum optimal?
4.
Mengapa siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelompok dalam proses pembelajaran mata pelajaran Akuntansi?
5.
Mengapa prestasi/hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 untuk mata pelajaran Akuntansi belum maksimal? (Belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Akuntansi, yaitu 68,00)
6.
Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
7.
Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kualitas proses belajar dan hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo pada mata pelajaran Akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
2.
Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
2.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis Hasil penelatian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan khususnya motode pembelajaran yang paling efektif, serta mendorong calon peneliti lain untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis 1.
Bagi Sekolah Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan sumbersumber belajar.
2.
Bagi Guru Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar khususnya mata pelajaran Akuntansi.
3.
Bagi Siswa
Peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya. Siswa lebih menguasai materi yang mereka pelajari lebih menyenangi belajar yang bernuansa perhitungan dan analisa, lebih berani dan terampil bertanya serta menjelaskan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together a.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Robert E. Slavin (2009: 4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Anita Lie (2008: 18) menjelaskan bahwa yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperatif learning bukan sekedar kerja kelompoknya, melainkan pada
penstrukturannya. Jadi sistem pengajaran cooperatif learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok model pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur pokok model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan dan ketrampilan serta bekerja sama dengan siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan tugas-tugas atau latihan. b. Metode - Metode Pembelajaran Kooperatif Robert E. Slavin (2009: 11-25) menjelaskan bahwa ada berbagai macam metode kooperatif, di antaranya yaitu : 1. Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyanpaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. 2. Teams Games- Tournament (TGT). Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama separti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. 3. Jigsaw II. Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson. Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang,
dengan latar belakang yang berbeda seperti STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan membaca materi dan tiap anggota tim ditugaskan secara acak mencari ‘ahli’ dalam aspek tertentu dalam tugas membaca tersebut. 4. Team Accelerated Instruction (TAI). Sama dengan STAD dan TGT menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. 5. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC). CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. 6. Grup Investigation (Kelompok Investigasi). Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan untuk mempersiapkan laporan kelompok. 7. Learning Together (Belajar Bersama). Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. 8. Complex Instruction (Pengajaran Kompleks). Fokus utama dari Complex Instruction adalah membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki siswa, dan guru menunjukkan bagaimana tiap siswa punya kelebihan dalam sesuatu yang akan membantu keberhasilan kelompok. 9. Stucture Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan). Didalam metode ini ada peningkatan, dimana dua orang murid saling mengajarkan. Siswa saling bergantian menjadi guru dan murid untuk mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari teks. c.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Ibrahim, dkk (2000: 7-8) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit. 2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain. 3. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain sebagai berikut: a) Kelebihan pembelajaran kooperatif 1. Meningkatkan kerja sama dalam kelompok tim. 2. Meningkatkan kemampuan dalam berdiskusi. 3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya. 4. Meningkatkan rasa percaya diri. b) Kekurangan pembelajaran kooperatif 1. Perlu persiapan yang matang. 2. Memungkinkan terjadinya persaingan negatif. 3. Masih adanya siswa yang kurang bisa memanfaatkan waktu dengan sebaikbaiknya. 4. Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerja sama dalam memahami materi maupun menyelesaikan tugas. (http://damandiri.co.id/) diakses tanggal 20 November 2009. e.
Learning Together Robert E. Slavin (2009: 48-56) menjelaskan bahwa model Learning Together dari pembelajaran kooperatif a la David dan Roger Johnson mungkin merupakan yang paling banyak digunakan dari semua metode kooperatif, dan telah dievaluasi dalam sejumlah besar kajian. Kajian-kajian terhadap model Learning Together tanpa tanggung jawab individual membuahkan hasil yang sering kali berbeda-beda. Salah satu kajian yang dilakukan oleh Johnson, Johnson & Scott (1978) menemukan
perbedaan yang signifikan terhadap kelompok individualistik, sementara kajian yang lain yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, Scott & Ramolae (1985) menemukan tidak ada perbedaan. Serangkaian kajian di Nigeria yang dilakukan oleh Peter Okebuka (1984,1985,1986a, b) menemukan beberapa pengaruh positif dan negatif dibandingkan dengan kondisi yang individualistik dan kompetitif. Sebaliknya, kajian-kajian terhadap model Learning Together yang melibatkan tanggung jawab individual cukup konsisten dalam menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Dan terbukti pada pembelajaran individual dari anggota kelompok menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan metode individualistik atau kontrol. Learning Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok beranggota 4 atau 5 orang yang heterogen menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok tersebut menyerahkan satu hasil kelompok. Mereka menerima pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok tersebut. Metode ini dikembangkan dan diteliti oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekan mereka di University of Minnetosa. Dalam hal penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdepensi positif serta tanggung jawab individual, metode ini sama dengan STAD. Akan tetapi mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim daripada pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya. Learning Together secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: guru memotivasi siswa untuk saling ketergantungan satu sama lain secara positif, saling berinteraksi, memiliki tanggung jawab secara individu dan sosial serta melakukan kerja kelompok. Sebagai contoh, siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru akan dikembalikan kepada kelompoknya untuk menemukan jawabannya. Penskoran didasarkan pada kinerja individual dan kesuksesan kelompoknya, tetapi individu– individu dan kelompok-kelompok tidak bersaing dengan yang lainnya (tidak ada kompetisi antar kelompok). Learning Together melibatkan tanggung jawab individu terhadap pencapaian siswa.
Robert E. Slavin (2009: 250) menyatakan bahwa Learning Together menekankan empat unsur, yaitu: 1. Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang). 2. Interpendensi positif: Para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok. 3. Tanggung jawab individual: Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya. 4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: Para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Learning Together: 1. Guru melakukan presentasi bahan ajar; 2.
Siswa dalam kelompok heterogen terdiri dari empat sampai enam orang mengerjakan satu lembar kerja;
3. Guru menilai hasil kerja kelompok; 4. Guru memberikan kuis yang dikerjakan secara individual dan dinilai sebagai hasil kerja individual. Metode pembelajaran Learning Together juga mempunyai kelemahan, yakni: metode ini terkadang mempunyai tanggung jawab individual yang rendah. Dalam teorinya satu orang siswa dapat melakukan seluruh pekerjaan atau memberi tahu jawabannya kepada yang lain. Akan tetapi metode ini lebih baik dan memberikan pengaruh positif terhadap siswa dibandingkan metode individualistik atau kontrol.
2. Kualitas Proses Belajar Mengajar a.
Hakikat Proses Belajar Mengajar Nana Sudjana (2008: 22) menjelaskan bahwa “Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.” Ada empat unsur utama proses belajar mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pangalaman belajarnya.
Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan sebagai berikut: Tujuan instruksional
(a)
(c)
Pengalaman belajar
Hasil belajar
(proses belajar mengajar)
(b)
Gambar 1. Hubungan antara tujuan instruksional, pengalaman belajar (proses belajar mengajar) dan hasil belajar
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar (proses belajar mengajar), garis (b) menunjukkan hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar, garis (c) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar. b. Hakikat Kualitas Proses Belajar Mengajar Yenny Anjar Jayadi (2007: 13-18) mengemukakan bahwa “Kualitas didalam pembelajaran yang meliputi faktor internal dan ekternal diwujudkan sebagai indikator kualitas pembelajaran yang meliputi motivasi belajar, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan penguasaan konsep siswa.” Penilaian terhadap kualitas proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar.
Nana
Sudjana (2008:
56)
menyatakan
bahwa
“Penilaian
kualitas
pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada proses”. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Dalam hal ini perlu disadari, masalah yang menentukan bukan kolot atau modernnya pengajaran, bukan pula konvensional atau progresifnya pengajaran, tetapi pengukuran suksesnya pengajaran, syarat utama adalah hasilnya. Dalam menilai atau mendiskripsikan hasil disinipun harus cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya. Dalam proses ini, siswa akan beraktivitas dan berkreavifitas, proses yang tidak baik atau benar akan menghasilkan capaian yang tidak baik juga atau bisa dikatakan capaian yang semu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap yang meliputi motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Dalam penelitian ini, indikator pencapaian kualitas proses belajar mengajar untuk mata pelajaran akuntansi meliputi: (1) partisipasi siswa mengajukan pertanyaan atau ide dalam diskusi kelas, (2) partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dan (3) interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif.
3. Hakikat Hasil Belajar a.
Hakikat Belajar
1). Pengertian Belajar Bertolak dari adanya pengertian belajar yang beragam, berikut ini merupakan pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, seperti menurut Winkels (1999: 53) mengatakan bahwa belajar adalah aktifitas mental (psikis) yang berangsung dalam interaksi dengan ligkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas. Slameto (2003: 2) mendefinisikan bahwa belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan (2007: 84-85), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan perubahan itu harus relatif mantap. Sejalan dengan Ngalim Purwanto, Muhibbin Syah (2008: 92) mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Berdasarkan keempat pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan dan kemampuan untuk berubahlah
yang
akan
menjadikan
manusia
dapat
secara
bebas
untuk
mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. 2). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar Muhibbin Syah (2008: 144) menyatakan bahwa secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni: 1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Ngalim Purwanto (2007: 102) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua golongan, yaitu: 1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang sering kita sebut dengan faktor individual. Yang termasuk ke dalam faktor individualistik antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain: faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor pokok yang mempengaruhi belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal/individual) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau lingkungan sekitarnya (eksternal/sosial). 3) Unsur-unsur Belajar Menurut Cronbach dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2003: 157), tujuh unsur utama dalam proses belajar diantaranya yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Tujuan Kesiapan Situasi Interpretasi Respon Konsekuensi Reaksi terhadap kegagalan Ketujuh unsur utama dalam proses belajar tersebut diatas, dapat dijelaskan
sebagai berikut: 1) Tujuan Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. 2) Kesiapan Untuk dapat melakukan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan matang. 3) Situasi Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar 4) Interpretasi Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan intepretasi yang melihat hubungan antara situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkan dengan kemungkinan tujuan. 5) Respons
Berpegang hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin maka ia memberikan respons. 6) Konsekuensi Setiap usaha akan membawa hasil, akibat tahu konsekuensi entah itu keberhasilan atau kegagalan demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. 7) Reaksi terhadap kegagalan Reaksi siswa adalah perasaan sedih dan kecewa. b. Hakikat Hasil Belajar Proses belajar mengajar dikelas dapat digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa, maka harus dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap penilaian hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan materi yang belum dikuasai peserta didik. Nana Sudjana (2008: 22-23) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) ketrampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahama, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yng terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah
psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan reflex, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh dapat berupa keterampilan, pengetahuan, kebiasaan dan cita-cita. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris yang semuanya sudah terangkum dalam ketuntasan hasil belajar siswa (standar nilai 68,00).
4. Hakikat Mata Pelajaran Akuntansi Ilmu Ekonomi saat ini telah berkembang menjadi cabang-cabang ilmu yang bersifat teoritis seperti Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro, maupun yang bersifat ilmu terapan seperti Ekonomi Perusahaan (bisnis). Sedangkan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat para pengelola perusahaan memerlukan sejumlah informasi kuantitatif antara lain mengenai transaksi keuangan yang dihimpun oleh bagian Akuntansi. Mata pelajaran Ekonomi didalam Sekolah Menengah Atas mencakup bahan kajian Ekonomi (teori ekonomi sederhana, pengelolaan badan usaha, dan metode kuantitatif) dan Akuntansi. Akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi yang berhubungan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan tanggung jawab di bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi Perusahaan), pemerintah (Akuntansi Pemerintah), ataupun organisasi masyarakat lainnya (Akuntansi Publik). Program mengembangkan
pengajaran
Akuntansi
pengetahuan,
di
ketrampilan,
Sekolah sikap
Menengah rasional,
Atas teliti,
berfungsi jujur
dan
bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan perusahaan dan penyusunan laporan keuangan secara benar menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Tujuan mempelajari Akuntansi di Sekolah Menengah Atas adalah membekali lulusannya dengan berbagai kemampuan dan pemahaman, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Isi materi Akuntansi untuk Sekolah Menengah Atas masih bersifat dasar (elementer), karena itu lingkup isi pelajaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Pengertian, prinsip dan prosedur dasar akuntansi 2. Siklus akuntansi
yang meliputi proses pencatatan, pengelompokan,
pengikhtisaran dan pelaporan transaksi keuangan pada perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan koperasi. 3. Ketrampilan komputer akuntansi Lingkup bahan pembelajaran Akuntansi untuk kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut: 1. Akuntansi sebagai Sistem Informasi 2. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Jurnal dan Posting 3. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Penyesuaian (adjustment) 4. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Pelaporan Keuangan, Penutupan Buku, dan Penyesuaian kembali/Pembalik.
B. Penelitian yang Relevan Hinomarus Masu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang Timur Yogjakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Akuntansi pokok bahasan Jurnal telah mencapai indikator keberhasilan (target) yang telah ditentukan, yaitu: partisipasi siswa dalam diskusi kelas yang semula 3% menjadi 6,5%, interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif dari
kondisi awal 50% meningkat menjadi 84%, kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja siswa mencapai 93% dan kemampuan siswa dalam merangkum presentasi guru mencapai 55%. Muntari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together dan Langsung) terhadap Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan kemempuan Matematika Berbeda”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan dalam pemahaman konseptual antara kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dan kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran langsung (F = 2,177, p = 0,142 > 0,05); (2) kemampuan matematika yang berbeda menberikan pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman konseptual siswa (F = 12,855, p = 0,000 > 0,05). Siswa yang memiliki kemampuan matmatika tinggi lebih baik pemahaman konseptualnya bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah; (3) tidak ada pengaruh interaksi dalam penerapan strategi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap pencapaian pemahaman konseptual kimia (F = 0,150, p = 0,699 > 0,05); (4) penerapan strategi pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian algoritmik siswa (F = 59,537, p = 0,000 < 0,05). Strategi pembelajaran koopeatif lebih unggul bila dibandingkan dengan strategi pembelajaan langsung dalam pencapaian pemahaman algoritmik kimia siswa; (5) kemampuan matematika yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian algoritmik kimia (F = 19,485, p = 0,000 < 0,05). Siswa yang memiliki kemampuan matematika lebih tinggi lebih baik pemahaman algoritmiknya bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah; (6) tidak ada pengaruh interaksi dalam penerapan strategi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap pencapaian pemahaman algoritmik kimia (F = 0,531, p = 0,467 > 0.05). Materi Pelajaran yang diambil dalam penelitian yang dilakukan oleh Hinomarus Masu adalah pokok bahasan jurnal. Penelitian ini menggunakan objek yang berbeda dalam menggunakan materi pelajaran, yaitu pencatatan perusahaan jasa (jurmal umum) pada siklus I dan pemindahbukuan pemindahbukuan (posting) dari jurnal kedalam buku besar pada siklus II dengan variabel yang sama yaitu kualitas proses dan hasil belajar
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Muntari menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran langsung pada pemahaman konseptual dan algoritmik kimia siswa SMA dengan kemampuan matematika yang berbeda. Hasil yang diperoleh adalah pembelajaran kooperatif Learning Together lebih unggul daripada pembelajaran langsung. Penelitian tersebut menguatkan peneliti untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk mata pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas.
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Untuk mencapai kualitas proses dan hasil belajar yang optimal maka diperlukan kerangka pemikiran yang sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Didalam landasan teori disebutkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, satu diantaranya yaitu kondisi peserta didik yaitu faktor internal. Kemampuan peserta didik sendiri sangat beragam dan tidak merata. Sehingga, prestasi belajar siswa tergantung pada kemampuan gurunya dalam mengajar. Pada saat mengajar hal utama yang dibutuhkan guru yaitu kemampuan dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang baik. Metode mengajar yang baik adalah metode yang tepat dalam upaya mencapai hasil atau prestasi belajar yang memuaskan, sedangkan metode yang tepat adalah yang bisa menumbuhkan pemahaman dari dalam diri siswa. Salah satu upaya dalam memperoleh pemahaman dari siswa adalah merangsang keaktifan siswa dengan meningkatkan partisipasi dan interaksi siswa agar daya piker siswa bekerja secara optimal. Sebab, setiap kelas yang diajar oleh guru pada mata pelajaran yang sama, tidaklah memiliki karakter yang sama dan permasalahan yang sama pula. Pengajaran yang bisa mendukung keberhasilan penanaman pemahaman siswa adalah berkonsentrasi pada peserta didik, padahal pengajaran yang banyak digunakan di sekolah menengah adalah pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru atau teacher center. Metode konvensional adalah metode yang mudah digunakan dimana peran guru sangat dominan dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode konvensional, membuat siswa kurang aktif, partisipasi rendah, interaksi juga rendah dan
guru tidak bisa menganalisis daya tangkap atau pemahaman siswanya secara individu. Dikarenakan metode tersebut dilakukan secara klasikal atau menyeluruh. Maka dari itu, diperlukan metode yang bisa menarik perhatian siswa. Dinyatakan dalam penelitian bahwa metode Learning Together ternyata efektif meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa dalam mengikuti pembelajaran. Diharapkan metode ini juga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif learning together
Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran Konvensional
1. Partisipasa siswa rendah selama proses pembelajaran berlangsung 2. Interaksi antar siswa rendah selama proses pembelajaran berlangsung 3. Ketuntasan belajar rendah.
Kualitas proses dan hasil belajar akuntansi rendah/ kurang maksimal
Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif learning together
1.
2. Siklus II
Siklus I
3.
Partisipasa siswa meningkat selama proses pembelajaran berlangsung Interaksi antar siswa meningkat selama proses pembelajaran berlangsung Ketuntasan belajar meningkat
Penelitian Tindakan Kelas Kualitas proses dan hasil belajar siswa meningkat
Gambar 2. Bagan Kerangka Permikiran
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka dapat penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together dapat Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Mata Pelajaran Akuntansi Tahun Pelajaran 2009/2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo yang beralamatkan di Jalan Pemuda No. 38 Sukoharjo. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd, M.Pd. Alasan peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Sukoharjo dengan pertimbangan sebagai berikut: a.
Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai subjek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang;
b.
Kualitas proses dan hasil belajar akuntansi kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 belum optimal, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Learning Together dengan harapan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 dapat meningkat. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata
pelajaran Ekonomi Akuntansi yaitu Ibu Dra. Tiensih W. yang membantu dalam pelaksanaan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga validitas hasil penelitian. 2. Waktu Penelitian Waktu untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan September 2009 sampai bulan Februari 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian Jenis Kegiatan
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Persiapan Penelitian a. Penyusunan Judul b. Penyusunan proposal c. Perijinan 2. Perencanaan Tindakan 3. Implementasi Tindakan a. Siklus I b. Siklus II 4. Review 5. Penyusunan Laporan
B. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial, yang mana kelas XI dibagi kedalam empat kelas yaitu kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 1, kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2, kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 3 dan kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Pada keempat kelas tersebut ditemukan adanya permasalahanpermasalahan dalam kegiatan belajar-mengajar khususnya mata pelajaran Akuntansi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil salah satu subjek yaitu siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 dengan jumlah siswa 42 siswa pada semester 1 tahun ajaran 2009/2010. 2. Objek Penelitian Objek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi didalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar yang terdiri dari: a. Pemilihan strategi atau model pembelajaran. b. Pelaksanaan strategi atau model pembelajaran yang dipilih, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.
c. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar. d. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. e. Materi pelajaran: Pencatatan dan pembukuan perusahaan jasa f.
Hasil proses pembelajaran.
C. Sumber Data Sumber data merupakan suatu sumber dimana data dapat diperoleh. Dalam memilih sumber data, peneliti harus benar-benar berpikir mengenai kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya. Sumber data dalam penelitian ini, antara lain: 1. Informan Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini yang menjadi informan adalah guru mata pelajaran Ekonomi Akuntansi kelas XI yaitu Dra. Tiensih W, tahun pelajaran 2009/2010. 2. Tempat atau lokasi Tempat atau lokasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sekolah ruang kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo. 3. Peristiwa Melalui pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara langsung. Peristiwa dalam penelitian ini adalah proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Akuntansi.
4. Dokumen atau arsip Dokumen dan arsip juga merupakan sumber data yang penting artinya dalam penelitian tindakan kelas. Dokumen dan arsip sebagai sumber data yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan hasil pekerjaan siswa, dalam hal ini siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
D. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau disebut juga classroom action research, karena kelas merupakan bagian kecil dan bagian penting dalam sistem pembelajaran di sekolah. Menurut pendapat Kemmis dan Carr sebagaimana dikutip Kasihani Kasbolah (2001: 9), bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksi yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan”. Definisi lain mengenai penelitian tindakan kelas juga disebutkan oleh Herawati Susilo (2008: ) “Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran”. Suharsimi Arikunto (2008: 2-3) dalam bukunya menyebutkan ada tiga kata yang membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, yaitu: 1. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2. Tindakan – menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 15-17), karakteristik PTK meliputi: a. Munculnya penelitian tindakan kelas karena ada permasalahan praktik faktual. Permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. b. Adanya tindakan-tindakan, yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui empat langkah utama yang saling berkaitan, yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi dan 4) Refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model PTK sebagaimana yang dikemukakan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono
dan Supardi (2008: 74). Untuk lebih jelas mengenai tahapan-tahapannya, dapat dilihat pada bagan berikut:
Permasalahan
Siklus I
Permasalahan baru Hasil refleksi
Perencanaan Tindakan I
Refleksi I
Perencanaan Tindakan II
Refleksi II Siklus II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 3. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008: 74)
Keterangan : Rincian kegiatan pada tiap tahapan adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
a. mengidentifikasi cara menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti. b. menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan,
yang akan
melatarbelakangi PTK. c. merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan. d. menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru. e. menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu. f. membuat secara rinci rancangan tindakan. 2. Tindakan Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis intrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data atau pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya. 3. Observasi dan Interpretasi Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilaksanakan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) atau data kuantitatif yang menggambarkan kretifitas siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis, baik untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk hal ini berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan. 4. Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK menyangkut analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya
yang meliputi kegiatan perencanaan
ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain dengan menggunakan: 1. Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru dan siswa mengenai proses pembelajaran yang selama ini dilakukan dan bagaimanakah respon atau hasil yang
timbul dari proses pembelajaran tersebut. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin dimana pewawancara memberikan pertanyaan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, namun cara menyampaikan pertanyaan tersebut tergantung pada kebijaksanaan pewawancara. 2. Observasi Observasi dilaksanakan kolabarasi antara peneliti dan guru. Yaitu dengan melaksanakan, mengamati, mengidentifikasi dan mencatat apa kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data identitas siswa, data hasil belajar kognitif siswa yang berupa nilai ulangan harian mata pelajaran Akuntansi, untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa. 4. Tes Tes merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Tes dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. 5. Angket Angket adalah suatu daftar berisi pertanyaan tertulis tentang suatu masalah yang akan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden atau subyek penelitian. Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), menggunakan model kooperatif tipe Learning Together.
F. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu: 1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah: a. Mengidentifikasi masalah b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan 2. Tahap Persiapan Tindakan Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi: a. Penyusunan jadwal penelitian b. Penyusunan bentuk tindakan yang sesuai dalam bentuk RPP c. Penyusunan soal evaluasi 3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan Rencana tindakan disusun dalam dua siklus, yaitu: siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi. 4. Tahap Implementasi Tindakan Dalam tahap ini peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan model Learning Together, yakni untuk menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran akuntansi sehingga meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang akhirnya meningkatkan pula hasil belajar akuntansi siswa. Hal ini diukur dari tingkat partisipasi siswa dalam diskusi kelas, interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif dan ketuntasan hasil belajar siswa. 5. Tahap Observasi dan Interpretasi Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar-mengajar dibawah bimbingan guru. Pengamatan dapat dilakukan secara beiringan bahkan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan (interpretasi metode). Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya. 6. Tahap Refleksi Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, kemudian bersama dengan guru pelaksana mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam hal ini, guru pelaksana merefleksikan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.
7. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan dan kajian konsep atau teoritis.
G. Proses Penelitian Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan Interpretasi dan (4) Analisis dan Refleksi. Adapun kedua siklus tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Rancangan Siklus I a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan berbagai persiapan dan perencanaan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, yaitu meliputi: 1) Menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa sesuai dengan tingkat kemampuan, yaitu siswa yang tergolong kemampuan rendah, sedang, atau tinggi, dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompokkelompok yang beranggotakan lima orang. 2) Menyiapkan perangkat pembelajaran. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi pencatatan perusahaan jasa dan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, soal tes tertulis dan lembar observasi. 3) Menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi: a) Kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan; kriteria dan indikator keberhasilan siswa ditentukan bersama guru berdasarkan situasi konkrit di kelas tempat penelitian berlangsung; b) Instrumen observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas; c) Instrumen observasi interaksi antarsiswa dalam kegiatan kooperatif;
kelompok
d) Instrumen observasi ketuntasan hasil belajar siswa. 4) Menetapkan indikator ketercapaian
Tabel 2. Indikator ketercapaian Aspek yang diukur
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
Persentase Target Capaian
Cara mengukur
70%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas
70%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
Interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif
Ketuntasan hasil belajar (standar nilai 68)
80%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang berinteraksi (berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam pemecahan masalah dalam kelompok
80%
Dihitung dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai 68 ke atas, untuk siswa yang mendapat nilai 68 dianggap telah mencapai ketuntasan belajar.
b. Pelaksanaan Tindakan Peneliti melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama guru yang akan dilakukan di kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo, yaitu pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Skenario pembelajaran yang akan peneliti lakukan bersama guru adalah sebagai berikut: a) Peneliti dan guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas. Karena aspek partisipasi siswa dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok turut mempengaruhi kualitas proses pembelajaran maka peneliti juga perlu menjelaskan atau menyampaikan kepada siswa agar semua siswa terlibat dalam diskusi kelas maupun dalan diskusi kelompok baik dalam mengemukakan ide maupun mengajukan pertanyaan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya monopoli diskusi oleh beberapa siswa. b) Peneliti dan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan lima orang dan membagikan lembar kerja untuk masing-masing kelompok. Siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja, sementara peneliti berkeliling memantau kegiatan tersebut. c) Peneliti, guru dan siswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil kerja kelompok secara bersama.
d) Peneliti dan guru memberi soal tertulis, dan siswa mengerjakannya secara individual. c. Observasi atau Pengamatan Pada tahap ini peneliti dan guru mengamati jalannya proses pembelajaran dan mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan berlangsung antara lain: (1) partisipasi siswa dalam diskusi kelas, (2) interaksi siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif, (3) hal-hal lain yang berpengaruh terhadap tindakan yang diberikan. d. Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis dengan model analisis interaktif. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together yang telah dilakukan. Dengan demikian, dapat diketahui peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelebihan dan kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada pertemuan berikutnya atau siklus II.
2. Rancangan Siklus II Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pencatatan posting ke buku besar, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Sukoharjo SMA Negeri 1 Sukoharjo berdiri atas swadaya masyarakat se-Kabupaten Sukoharjo dengan cara mengumpulkan kelapa tua calon cikal, yakni tiap satu keluarga satu pohon kelapa dan satu buah dengan diprakarsai oleh Bapak Wandyo Pranata, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukoharjo pada tahun 1962. Hasil penjualan kelapa tersebut dibelikan tanah seluas kurang lebih 19.116 m2 yang masih berupa sawah. Pada bulan Agustus 1962 telah menerima tiga kelas I baru untuk tahun pelajaran 1962/1963 yang menempati rumah Bapak Dwijo di Jetis Sukoharjo. Kelas ini merupakan kelas jauh (filial) dari SMA Negeri 1 Surakarta dibawah pimpinan Bapak
R.Supamdam, selanjutnya dinegerikan dengan SK Menteri P dan K tanggal : 25 Juli 1963, No. 59/K/B/III. Untuk tahap pertama membuat tiga ruang kelas dan selanjutnya mendapat bantuan Gedung dari Depdikbud 10 ruang kelas secara bertahap. Jumlah kelas seluruhnya 27 ruang kelas, yang lainnya sambungan dari BP 3 kelanjutan bantuan gedung dari Depdikbud antara lain Laboratorium Bahasa, Sanggar Gedung SPTKG, kemudian ruang gedung Perpustakaan. Untuk kelangsungan hidup SMA Negeri 1 Sukoharjo, maka pengelolaanya dibawah pimpinan kepala sekolah dan kepala Tata Usaha. Kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo sejak berdiri hingga sekarang sebagai berikut: 1. Bp. P. Seno Kertodiharjo
tahun 1963 - 1966
2. Bp. Sutasno, B.A
tahun 1966 - 1981
3. Bp. Drs. Soekidjo
tahun 1981 - 1987
4. Bp. Drs. D. H. Soegimo
tahun 1987 - 1992
5. Bp. Drs. Mursidi
tahun 1992 - 1993
6. Bp. Drs. Sadiyat
tahun 1993
7. Bp. Drs. Praja Suminta, SH
Februari 1995 - April 2005
8. Bp. Drs. Supartono
tahun 1995
9. Bp. Drs. Sumadi
Januari 2002 - Januari 2005
10. Bp. Drs. H. Sukirno
Januari 2002 - Agustus 2009
11. Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd. M.Pd
September 2009 - sekarang.
- Januari 1995
- Januari 2002
Sedangkan kepala Tata Usaha adalah sebagai berikut : 1. Bp. Ngirjan Hardjodipuro
tahun 1963 – 1977
2. Bp. S. Hadiwiryoko
tahun 1977 – 1990
3. Bp. Sutiman
tahun 1991 – 2000
4. Ibu Suyatmi, S.Pd
tahun 2001 – sekarang.
Demikian sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Sukoharjo, sebagai catatan sejak 15 September 2009, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sukoharjo dipercayakan kepada Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd. M.Pd. 2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Sukoharjo a. Visi SMA Negeri 1 Sukoharjo
Terwujudnya sekolah yang unggul dibidang IMTAQ dan IPTEK. b. Misi SMA Negeri 1 Sukoharjo 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. 3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenal potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 4) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK. 5) Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikuer yang senantiasa berakar pada sistem nilai, adat istiadat, agama dan budaya masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan dunia luar. 6) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa menjadi sumber kearifan dan bertindak. c. Tujuan SMA Negeri 1 Sukoharjo 1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi serta kesenian. 2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya. 3. Keadaan Lingkungan SMA Negeri 1 Sukoharjo a. Lingkungan Fisik SMA Negeri 1 Sukoharjo berada di lokasi yang strategis dan terlepas dari kebisingan yaitu di jalan Pemuda No. 38 sehingga sangat mudah dijangkau kendaraan umum. Lokasi sekolah juga berdekatan dengan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo sehingga komunikasi kedinasan lancar. Adapun batas-batasnya adalah: ·
Sebelah barat
: Jalan Ki Hajar Dewantoro
·
Sebelah selatan
: Jalan Veteran
·
Sebelah timur
: SMP N 1 Sukoharjo, SMP N 2 Sukoharjo
·
Sebelah utara
: Jalan Pemuda
b. Lingkungan Sosial Yang menunjang pengelolaan sekolah : ·
Dilingkungan SMA Negeri 1 Sukoharjo banyak dikunjungi para pelajar dan mahasiswa.
·
Kegiatan masyarakat di sekitar sekolah sangat baik (gotong royong).
·
Dilingkungan sekitar banyak tersedia tempat ibadah.
c. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Sukoharjo
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUKOHARJO KEPALA SEKOLAH = Hj.Sri Lastari, S.Pd.M.Pd
KOMITE SEKOLAH
WAKIL KEPALA SEKOLAH DEWAN GURU
WAKASEK KESISWAAN
WAKASEK UNIT TATA USAHA KURIKULUM SEKOLAH WAKASEK HUMAS
LABORATORIUM FISIKA UNIT LABORATORIUM LABORATORIUM BIOLOGI LABORATORIUM KIMIA LABORATORIUM BAHASA
UNIT PERPUSTAKAAN
WAKASEK SARPRAS
LABORATORIUM KOMPUTER DAN MULTIMEDIA
LABORATORIUM EKONOMI AKUNTANSI
Jalur Koordinasi Jalur Komando
Gambar 4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Sukoharjo
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 1 Sukoharjo Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan identifikasi masalah (observasi awal) dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi awal dilakukan pada hari Senin tanggal 2 November 2009 di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Hasil dari identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ditinjau dari Segi Siswa a. Sarana dan prasarana pembelajaran kurang memadai (terbatasnya buku paket dan media pembelajaran untuk siswa). Pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Sukoharjo didukung dengan buku paket yang mana masing-masing siswa berhak meminjam buku yang tersedia di perpustakaan sekolah. Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak semua siswa bisa mendapatkan buku tersebut. Hal itu dikarenakan jumlah buku yang tersedia sangat terbatas, sehingga siswa terpaksa menggunakan satu buku untuk dua orang. Keterbatasan tersebut berdampak pada terhambatnya proses belajar siswa (baik belajar di rumah maupun di sekolah). Pembelajaran juga didukung dengan buku pendamping, namun tidak semua siswa mempunyai buku pendamping. Jadi pembelajaran hanya terpancang pada pembahasan materi di LKS yang sifatnya terbatas. b. Siswa kurang antusias dan kurang berminat terhadap pelajaran Akuntansi.
Kejenuhan siswa pada pembelajaran akuntansi salah satunya disebabkan karena penggunaan metode ceramah yang terus-menerus oleh guru, siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan guru, serta mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa menjadi bosan dan mengabaikan mata pelajaran akuntansi. Dampaknya, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru karena selain pemahaman siswa kurang, dalam mata pelajaran akuntansi melibatkan perhitungan dan berkaitan dengan kejadian sehari-hari. Hal tersebut dapat diatasi apabila siswa dilibatkan secara
aktif
dalam
proses
pembelajaran,
sehingga
siswa
akan
aktif
mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas dan bertanya disaat mereka mengalami kesulitan. c. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Akuntansi. Siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi. Siswa merasa malu untuk mengungkapkan pendapatnya jika diadakan tanya jawab. Mereka memilih diam tidak bertanya meskipun sebenarnya mereka belum paham tentang materi yang sedang dibahas. Sebagian siswa juga masih malu untuk maju ke depan jika diminta guru untuk menjelaskan kembali apa yang mereka terima setelah mendengarkan penjelasan guru. Siswa cenderung bermasalah dalam menuangkan ide, gagasan dan kreatifitas. 2. Ditinjau dari Segi Guru a. Guru sangat menguasai kelas dan suasana kelas sangat tenang, namun guru merasa kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Pada saat pembelajaran, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias terhadap mata pelajaran akuntansi. Siswa terlihat bosan dan jenuh terhadap pelajaran akuntansi serta kurang memperhatikan pelajaran dengan seksama. Guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa dengan memberikan pendekatan secara langsung dan dengan memotivasi serta menegur siswa yang tidak mau memperhatikan pelajaran. Namun, cara ini ternyata belum mampu membangkitkan semangat dan minat belajar siswa.
b. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum menunjukkan hasil yang maksimal. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, terdapat 24 siswa dari 42 siswa kelas XI IPS 2 belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi untuk perusahaan dagang yaitu 68,00. Dari hasil ulangan (untuk materi Struktur Dasar Akuntansi), nilai terendah yang diperoleh siswa kelas XI IPS 2 adalah 30,00, sedangkan nilai tertinggi adalah 86,00. Untuk tugas-tugas rumah yang diberikan oleh guru, mayoritas siswa masih mengerjakan di kelas sebelum pelajaran dimulai. Ini menunjukkan rendahnya keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam mengikuti pelajaran Akuntansi.
C. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi dan (4) analisis dan refleksi tindakan. 1. Siklus I Penerapan pembelajaran akuntansi
pada siklus I melalui pembelajaran
kooperatif tipe learning together adalah: a. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 6 Januari 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Sukoharjo. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti
mengungkapkan
bahwa
siswa
menemui
permasalahan
dalam
menuangkan ide, gagasan dan kreatifitas serta kurangnya minat mengikuti pelajaran akuntansi. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, yakni pada hari Senin tanggal 11 dan 18 Januari 2010 jam ke11-12 serta Rabu tanggal 13 dan 20 Januari 2010 jam ke1-2. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran akuntansi dagang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Pertemuan pertama (Senin, 11 Januari 2010) (1) Salam pembuka,
guru mengecek kehadiran siswa kemudian
memperkenalkan peneliti serta tujuannya mengadakan penelitian. Peneliti bertindak sebagai guru selama penelitian berlangsung. (2) Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif
untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. (3) Guru bersama peneliti membuka pelajaran dengan melanjutkan materi pertemuan sebelumnya yaitu tentang materi jurnal umum. Mengulang penjelasan secara garis besar dari mencatat transaksi berdasar mekanisme debet dan kredit. (4) Guru bersama peneliti menyajikan materi pengertian jurnal, menganalisis pengaruh masing-masing transaksi terhadap akun-akun, dan bentuk jurnal. (5) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami, kemudian peneliti menunjuk siswa secara acak untuk menjawab soal agar siswa selalu siap dalam menyelesaikan suatu permasalahan. (6) Guru bersama peneliti membagi siswa dalam beberapa kelompok kooperatif
secara
heterogen
berdasar
nilai
ulangan
materi
sebelumnya. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang dan kelompok berjumlah 8 kelompok. (7) Guru bersama peneliti membagi lembar jawab dan soal latihan tentang jurnal umum kepada tiap-tiap kelompok kooperatif. (8) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan untuk didiskusikan bersama teman satu kelompoknya. (9) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelompok dengan baik dan memberikan penilaian proses.
(10) Guru
bersama
peneliti
meminta
setiap
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusi dan didiskusikan dikelas. (11) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan memberikan penilaian proses. (12) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan siswa diperbolehkan pulang. b) Pertemuan kedua (Rabu, 13 Januari 2010) (1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa. (2) Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif
untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. (3) Guru bersama peneliti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan ide masing-masing. (4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada pertemuan sebelumnya. (5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan kelompok yang presentasi. (6) Guru bersama peneliti
mengamati kegiatan diskusi kelas dan
memberi penilaian proses. (7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja kelompok. (8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup. c) Pertemuan ketiga (Senin, 18 Januari 2010)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa. (2) Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif
untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. (3) Guru bersama peneliti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan ide masing-masing. (4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada pertemuan sebelumnya. (5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan kelompok yang presentasi. (6) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan diskusi kelas dan memberi penilaian proses. (7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja kelompok. (8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan. Guru juga memberitahukan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama belajar didalam kelompoknya sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan siswa diperbolehkan pulang. d) Pertemuan Keempat (Rabu, 20 Januari 2010) (1) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan persensi siswa.
(2) Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan diri menjawab pertanyaan kuis berupa soal esai untuk materi yang sudah didiskusikan pada pertemuan sebelumnya. (3) Guru bersama peneliti membagikan soal kuis untuk materi jurnal umum dan meminta siswa untuk mengerjakan secara mandiri. (4) Siswa mengerjakan soal kuis sedangkan guru bersama peneliti mengawasi dengan baik agar hasil kuis benar-benar mencerminkan kemampuan mereka. Pada saat kuis berlangsung ada beberapa siswa yang mencoba bertanya kepada teman, namun guru segera memperingatkan siswa tersebut untuk mengerjakan soal kuis secara mandiri. (5) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab soal kuis (6) Guru dan peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam penutup. 2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi Jurnal Umum dan menyelesaikannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus berupa kuis), sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati partisipasi siswa dalam diskusi kelas dan interaksi antarsiswa dalam kegiatan kelompok kooperatif. b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Senin dan Rabu masing-masing tanggal 11, 13, 18 dan 20 Januari 2010 di ruang kelas XI IPS 2. Pertemuan dilaksanakan selama 8 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah Jurnal Umum. Pertemuan pertama digunakan guru bersama peneliti untuk mempresentasikan materi secara garis besar, diskusi kelompok berdasar kelompok kooperatif, presentasi tiap-tiap kelompok serta diskusi kelas membahas tentang hasil diskusi kelompok yang presentasi. Sedangkan pertemuan kedua digunakan guru bersama peneliti untuk
melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Pertemuan ketiga sama halnya dengan pertemuan kedua yaitu melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Pertemuan keempat digunakan guru bersama peneliti untuk mengadakan kuis individual untuk mengetahui pencapaian belajar siswa selama mengikuti diskusi kelompoknya. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama (Senin,11 Januari 2010) a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa. Tidak ada siswa membolos walaupun jam terakhir. Kemudian memperkenalkan peneliti serta tujuannya mengadakan penelitian. Peneliti bertindak sebagai guru selama penelitian berlangsung. b) Peneliti memberikan pengantar materi yang akan dipelajari. c) Peneliti memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi pertanyaan tentang jurnal umum, pengertian, jenis dan akun-akun yang terkait. Peneliti menunjuk beberapa siswa. Terlihat beberapa siswa bersemangat sekali dalam mengikuti pelajaran. Siswa yang ditunjuk sebisa mungkin menjawab. Namun hanya dua siswa yang mampu menjawab dengan benar. Suasana menjadi tegang karena tidak biasanya guru memberikan pertanyaan di awal pembelajaran. Banyak siswa yang protes karena guru melakukan perubahan yang membuat siswa menjadi berdebar hatinya. Namun perubahan tersebut berdampak positif bagi siswa, siswa menjadi lebih memperhatikan guru meskipun ada beberapa siswa yang masih tetap tidak memperhatikan. Dua siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar adalah Agung Jayadi dan Arum Pamungningtyas. d) Siswa memperhatikan penjelasan peneliti tentang pengertian, jenis-jenis dan akun-akun terkait dengan seksama dan menanyakan hal-hal yang menurutnya belum jelas. Pada saat itu Yunita Sari menanyakan tentang akun-akun yang terkait, Fia dan Pemi menanyakan hal yang serupa, maka peneliti menjawab sebisa mungkin hingga semuanya jelas. e) Peneliti memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang diberikan secara acak. Banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar. Bahkan
mereka menjawab secara serempak dengan benar sebelum peneliti menunjuk salah satu siswa. f) Guru menetapkan siswa kedalam kelompok-kelompok kooperatif secara heterogen. Langkah-langkah dalam pembagian siswa kedalam kelompok adalah sebagai berikut: (1) Menyusun peringkat siswa dari yang memperoleh nilai tertinggi sampai nilai terendah. Nilai diambil dari hasil ulangan materi sebelumnya yaitu mekanisme debet dan kredit. (2) Menentukan jumlah kelompok Tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota. Hal tersebut dikarenakan dalam pembagian kelompok tidak genap, maka terdapat dua kelompok yang beranggotakan enam orang, yaitu Kelompok I dan Kelompok II. Sedangkan Kelompok III, IV, V, VI, VII dan VIII beranggotakan lima orang. (3) Membagi siswa kedalam kelompok Dalam membagi siswa kedalam kelompok, seimbangkan kelompok sesuai dalam aturan Learning Together yaitu tiap kelompok terdiri dari siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi. Prestasi diambil dari nilai ulangan materi sebelumnya yaitu materi mekanisme debet dan kredit. g) Guru bersama peneliti membagikan lembar soal dan lembar jawab kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Guru memberi bantuan hanya dengan memperjelas perintah dan mengulang sedikit konsep. Selama belajar dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi pelajaran dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan terlebih dahulu bertanya kepada sesama anggota kelompok ataupun kelompok lain, dan apabila mengalami kesulitan baru diperbolehkan bertanya kepada guru.
h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif. i) Setelah
waktu
mempersilahkan
yang
diberikan
kepada
untuk
diskusi
masing-masing
berakhir,
kelompok
guru untuk
mempresentasikan jawaban kelompoknya. Salah satu perwakilan dari Kelompok I yaitu Agung Jayadi dengan sukarela mempresentasikan jawabannya. j) Pada waktu sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya yaitu Adini Kusumaningtyas, Arum Pramuningtyas dan Pemi Sri Purwanti. Mereka pada intinya menanyakan tentang bagaimana cara menganalisis pengaruh masing-masing transaksi terhadap akun-akun. Agung Jayadi dan Nugroho Kusumo anggota kelompoknya menjawab sebisa mungkin. Kemudian Yunita Sari membantu menjawab untuk menyempurnakan jawaban Kelompok II. k) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. Diskusi kelas mulai terlihat aktif, tetapi waktunya hampir habis. Presentasi kelompok lain akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. l) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi hari ini. m) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Karena pelajaran Akuntansi adalah jam terakhir, maka ketua kelas dipersilahkan memimpin doa sebelum diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran. 2) Pertemuan Kedua (Rabu, 13 Januari 2010) a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa.
b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini diharapkan ada 4 kelompok yang presentasi. Kesempatan pertama langsung digunakan oleh Kelompok II. Arum Pramuningtyas sebagai perwakilan Kelompok II mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya yaitu: Risty Agustiana, Maftukhah Arnum dan Agung Jayadi. Risty meminta dijelaskan lagi tentang bentuk jurnal, Maftukhah menanyakan tentang definisi jurnal Kelompok II yang sedikit berbeda, dan Agung meminta diberi contoh tentang analisis pengaruh transaksi terhadap akun aktiva dengan aktiva. Secara bergiliran Kelompok II menjawab yaitu Arum, Riang dan Dhimas. Agung belum puas dengan jawaban yang diberikan dan memberikan pertanyaan lagi untuk menegaskan. Kelompok II terlihat bingung untuk menjelaskannya lagi. Peneliti menengahi dan mempersilahkan siswa yang lain untuk menjelaskannya. Kemudian Pemi Sri Purwanti angkat bicara mengemukakan jawabannya membantu Kelompok II untuk menjelaskan kepada Agung. e) Giliran Kelompok III yang presentasi, Bagus W sebagai perwakilan Kelompok III yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada tiga siswa yang bertanya yaitu Yunita Sari, Dhimas Inggar dan Ike Prilawati. Yang menjawab adalah Bagus W, Viyas V dan Wilda Maulianis R. Pada Kelompok III ini tidak ada perdebatan dan langsung dilanjutkan Kelompok IV. f) Kelompok IV presentasi, yang mewakili Kelompok IV untuk presentasi adalah Damar Kartika. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada tiga siswa yang bertanya. Bagus W, Riang Nana dan Risna Sugesty. Yang menjawab adalah Damar, Niken W dan Landung Cahyono. Kemudian Dari Rahmawati menambahkan sedikit idenya untuk menyempurnakan
jawaban
Kelompok
IV.
Nampaknya
Riang
kurang
puas,
dia
mengemukakan idenya dan bertanya lagi. Disinilah mulai ada perdebatan. Damar menjawabnya, Dari juga membantu menjelaskannya. Akhirnya Riang puas dengan jawaban mereka. g) Dilanjutkan Kelompok V, kelompok terakhir pada pertemuan kali ini. Perwakilan Kelompok V adalah Dari Rahmawati. Dalam sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya yaitu Ahmad Salabi, Wilda Maulianis dan Guntur Alfianto. Yang menjawab Dari dan Risty Agustiana. Nampaknya ada yang tidak setuju dengan pendapat Dari, Khresna Wahyu segera menanggapi jawaban Dari. Dari berusaha menjelaskannya kembali tetapi Khresna masih saja tidak mengerti. Guru menengahi dan mempersilahkan siswa yang lain membantu Dari. Risty mencoba membantu Dari. Apringga juga turut membantu Dari. Khresna akhirnya mengerti dan merasa puas atas jawaban mereka. h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi pada pertemuan kali ini. j) Guru dan peneliti menutup pelajaran dengan salam penutup. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran. 3) Pertemuan Ketiga (Senin, 18 Januari 2010) a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa. b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini diharapkan semua
kelompok sudah presentasi. Kesempatan pertama
langsung digunakan oleh Kelompok VI. Ike Prilawati sebagai perwakilan Kelompok VI mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya yaitu: Nugroho Kusumo, Pipiet Alifah dan Yunita Lukitasari. Pipiet meminta dijelaskan lagi tentang bagaimana menganalisa pengaruh transaksi prive, Nugroho menanyakan tentang pengaruh meminjam di bank dan Yunita L meminta diberi contoh tentang analisis pengaruh transaksi terhadap akun aktiva dengan modal. Secara bergiliran Kelompok VI menjawab yaitu Ike, Pemi dan Sulis Haryanto. Arum Pramuningtyas menambahkan sebuah pertanyaan lagi yang nampaknya cukup sulit bagi Kelompok VI yaitu berikan contoh analisis pengaruh-pengaruh transaksi terhadap akun-akun modal dengan hutang. Ike dan Pemi berusaha menjelaskan lagi. Tetapi Arum masih saja bingung. Kelompok VI kemudian melempar pertanyaan ke siswa lain yang bisa. Ternyata tidak ada siswa yang bisa. Akhirnya guru yang menjelaskan bahwa contohnya adalah mengakui beban listrik, air dan telepon yang belum dibayar. Beban bertambah dan hutang bertambah. Beban listrik, air dan telepon didebet dan hutang listrik, air dan telepon dikredit. e) Giliran Kelompok VII yang presentasi, Khresna W sebagai perwakilan Kelompok VII yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada tiga siswa yang bertanya yaitu Agung Jayadi, Dwi Maharani dan Harivan Nasrudin. Yang menjawab adalah Khresna W, Yunita Sari dan Risna Sugesty. Pada Kelompok VII ini tidak ada perdebatan dan langsung dilanjutkan Kelompok VIII. f) Dilanjutkan Kelompok VIII, kelompok terakhir. Perwakilan Kelompok VIII adalah Maftukhah Arnum. Dalam sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya yaitu Pemi S, Niken W dan Guntur Alfianto. Yang menjawab Maftukhah dan Dwi Maharani. Semua pertanyaan dijawab dengan lancar. Tetapi kali ini agak berbeda, Maftukhah mengajukan pertanyaan untuk dijawab teman-temannya. Semua diam. Guru dan Peneliti turun tangan untuk memberi motivasi mereka untuk
menjawab. Akhirnya ada tiga siswa yang mencoba menjawab, Arum, Dhimas dan Bagus. Jawaban mereka pada intinya memang benar tetapi dijelaskan dengan cara yang berbeda. g) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. h) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas telah berakhir. Semua kelompok sudah maju presentasi. i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang semua hasil diskusi. Guru dan peneliti merasa siswa-siswa sudah memegang konsep-konsep yang diberikan dan memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama belajar di dalam kelompoknya. j) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Ketua kelas dipersilahkan memimpin doa sebelum siswa diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran. 4) Pertemuan Keempat (Rabu, 20 Januari 2010) a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa. b) Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan diri menjawab pertanyaan kuis berupa soal esai untuk materi yang sudah didiskusikan pada pertemuan sebelumnya. c) Guru membagikan soal kuis untuk materi jurnal umum dan meminta siswa untuk mengerjakan secara mandiri. d) Siswa mengerjakan soal kuis sedangkan guru bersama peneliti mengawasi dengan baik agar hasil kuis benar-benar mencerminkan kemampuan mereka. Pada saat kuis berlangsung ada salah satu siswa yang
mencoba
bertanya
kepada
teman,
namun
guru
segera
memperingatkan siswa tersebut untuk mengerjakan soal kuis secara mandiri.
e) Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan berlangsung cukup tertib, hasil kuis dikumpulkan saat itu juga. f) Kegiatan belajar dalam tim/kelompok dan kegiatan evaluasi pada Siklus I berakhir. c.
Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Pertemuan pertama dimulai hari Senin tanggal 11 Januari 2010 di kelas XI IPS 2. Metode yang digunakan pada pertemuan pertama lebih didominasi presentasi oleh guru dan diskusi kelompok. Kemudian dilanjutkan presentasi masing-masing kelompok dengan sesi tanya jawab atau diskusi kelas. Hanya satu kelompok yang presentasi dalam pertemuan pertama. Hal ini dilakukan untuk mengawali penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Pada pertemuan kedua yaitu hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010, guru, peneliti dan siswa melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Ada empat kelompok yang presentasi yaitu kelompok II, III, IV dan V. Pada pertemuan ketiga, yaitu pada hari Senin, tanggal 18 Januari 2010, digunakan untuk melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Kelompok yang presentasi yaitu kelompok VI, VII dan VIII. Sedangkan pertemuan terakhir Rabu, 20 Januari 2010 digunakan guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus I berupa kuis agar prestasi belajar siswa dapat diketahui. Kuis berupa soal esai untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok pada pertemuan sebelumnya. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan I. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar akuntansi di kelas XI IPS 2, diperoleh gambaran tentang kualitas proses dan hasil belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu pada tabel berikut ini: Tabel 3. Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus I Aspek yang diukur
Jumlah Siswa dan Persentase Aktif
Persen-
Cukup aktif
Persen-
Kurang aktif
Persen-
(skor 3)
tase
(skor 2)
tase
(skor 3)
tase
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas
11 siswa
33%
18 siswa
54%
13 siswa
13%
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
10 siswa
29,42%
20 siswa
58,82%
12 siswa
11,76%
Interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif
24 siswa
71,28%
11 siswa
21,78%
7 siswa
6,94%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas pada siklus I yaitu: sebanyak 11 siswa yang aktif dengan persentase 33%, siswa yang cukup aktif sebanyak 18 siswa dengan persentase 54% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 13 siswa dengan persentase 13%. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas pada siklus I dijelaskan sebagai berikut: siswa yang aktif sebanyak 10 siswa dengan persentase 29,42%, siswa yang cukup aktif sebanyak 20 siswa dengan persentase 58,82% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 12 siswa dengan persentase 11,76%. Serta interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I yaitu: sebanyak 24 siswa yang aktif dengan persentase 71,28%, siswa yang cukup aktif sebanyak 11 siswa dengan persentase 21,78% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 7 siswa dengan persentase 6,94%. Berdasarkan kuis pada siklus I, ketuntasan hasil belajar (Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 68,00) yang tercapai pada siklus I sebanyak 35 siswa dengan presentase sebesar 83,33% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 76,60. Ketuntasan belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I Ketuntasan Hasil Belajar Kriteria Jumlah siswa Persentase Tuntas 35 siswa 83,33% Tidak Tuntas 7 siswa 18,67% Jumlah 42 siswa 100% Hasil capaian proses dan hasil belajar siswa untuk pelajaran akuntansi tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 5. Profil Capaian Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus I
Ketuntasan hasil belajar siswaSiklus I juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 6. Profil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1) Beberapa kelemahan guru dalam siklus I ini adalah: a) Guru kurang memberi motivasi pada siswa yang kurang aktif dan lebih memberi perhatian pada siswa yang bertanya. b) Guru kurang berperan dalam kegiatan diskusi kelas, sehingga diskusi kelas hanya dimanfaatkan siswa yang aktif dan pandai bicara. c) Pada saat evaluasi, guru kurang memperhatikan kondisi siswa yang duduk dibarisan belakang. Hal ini mengakibatkan siswa yang duduk dibelakang kurang sportif dalam mengerjakan soal, masih ada beberapa siswa yang
bertanya dan menyontek jawaban teman sebelahnya tanpa diketahui oleh guru. 2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut: a) Belum maksimalnya siswa dalam menggunakan waktu yang diberikan saat diskusi. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya beberapa siswa yang melakukan aktivitas lain selain diskusi tentang materi pelajaran. b) Walaupun banyak siswa yang cukup aktif dalam pembelajaran, tetapi masih banyak juga siswa yang kurang aktif bahkan cenderung diam dan mengabaikan kegiatan diskusi kelas. c) Pada saat kuis berlangsung, beberapa siswa yang duduk dibarisan belakang kurang sportif dalam mengerjakan soal. Hal ini terbukti dengan adanya siswa yang bertanya dan menyontek jawaban teman sebelahnya. Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah: 1) Guru lebih banyak melakukan pendekatan dan motivasi kepada seluruh siswa terutama siswa yang kurang aktif di kelas. 2) Guru lebih aktif dan ikut terlibat didalam diskusi kelas. Ikut menyumbangkan ide dalam memberi penguatan materi kepada siswa yang masih bingung agar siswa benar-benar memahami materi yang disampaikan tersebut. Setelah itu baru kemudian beralih ke konsep atau materi selanjutnya. 3) Guru lebih memperhatikan kondisi siswa yang duduk dibarisan belakang pada saat kuis sehingga hal tersebut tidak memungkinkan bagi siswa yang mencoba bertanya jawaban pada teman yang duduk disebelahnya. 2. Siklus II Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
Tipe
Learning
Together
berdasarkan refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangankekurangan, yaitu masih terdapat siswa yang kurang aktif dan hasil atau prestasi belajarnya kurang maksimal. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 Januari 2010 di ruang Guru SMA Negeri 1 Sukoharjo. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus I, kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, yakni pada hari Senin tanggal 25 Januari dan 1 Februari jam 11-12, serta Rabu tanggal 27 Januari dan 3 Februari 2010 jam 1-2 dengan rancangan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran Akuntansi dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe Learning Together yaitu dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Pertemuan Pertama (Senin, 25 Januari 2010) (1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa. (2) Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif
untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. (3) Guru bersama peneliti secara bergantian membuka pelajaran dengan mengulas sedikit soal kuis pada siklus I. (4) Pelajaran dilanjutkan dengan penjelasan materi lanjutan dari materi Jurnal Umum. Penjelasan dimulai dari pengertian buku besar, bentuk buku besar dan cara melakukan posting dari jurnal umum ke buku besar. (5) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami, kemudian guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab soal agar siswa selalu siap dalam menyelesaikan suatu permasalahan. (6) Guru bersama peneliti membagi siswa dalam beberapa kelompok kooperatif secara heterogen berdasar nilai kuis siklus I. Seperti pembagian kelompok sebelumnya, satu kelompok terdiri dari 5-6 orang dan kelompok berjumlah 8 kelompok.
(7) Guru bersama peneliti membagi lembar jawab dan soal latihan tentang buku besar kepada tiap-tiap kelompok kooperatif. (8) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan untuk didiskusikan bersama teman satu kelompoknya. (9) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelompok dengan baik dan memberikan penilaian proses (10) Guru
bersama
peneliti
meminta
setiap
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka dan didiskusikan dikelas. (11) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dan ikut berpartisipasi didalamnya serta memberikan penilaian proses. (12) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan siswa diperbolehkan pulang. b) Pertemuan Kedua ( Rabu, 27 Januari 2010) (1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa. (2) Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif
untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. (3) Guru bersama peneiti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan ide masing-masing. (4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada pertemuan sebelumnya. (5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan kelompok yang presentasi. (6) Guru bersama peneliti
mengamati kegiatan diskusi kelas, ikut
berpartisipasi didalamnya dan memberi penilaian proses.
(7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja kelompok. (8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup. c) Pertemuan Ketiga (Senin, 1 Februari 2010) (1) Salam pembuka,
guru mengecek kehadiran siswa kemudian
dilanjutkan dengan presensi siswa. (2) Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif
untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. (3) Guru bersama peneliti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan ide masing-masing. (4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada pertemuan sebelumnya. (5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan kelompok yang presentasi. (6) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan diskusi kelas, ikut berpartisipasi didalamnya dan memberi penilaian proses. (7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja kelompok. (8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan. Guru juga memberitahukan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama belajar didalam
kelompoknya sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan siswa diperbolehkan pulang. d) Pertemuan Keempat (Rabu, 3 Februari 2010) (1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa. (2) Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan diri sebelum mengerjakan soal kuis atas materi yang telah dipelajari yaitu memposting jurnal umum ke buku besar. (3) Guru bersama peneliti membagikan soal kuis dan meminta siswa untuk mengerjakan secara tertib dan mandiri. (4) Siswa mengerjakan soal kuis sampai waktu yang telah ditentukan berakhir, sedangkan guru bersama peneliti mengawasi dengan baik agar hasil kuis dapat mencerminkan kemampuan mereka sebagai hasil dari diskusi dengan kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. Posisi guru tidak hanya berada di depan kelas saat evaluasi berlangsung, tetapi juga berkeliling untuk memastikan kondisi siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mengerjakan soal secara mandiri dan tidak ada siswa yang berani mencoba menanyakan jawaban kepada temannya terutama bagi siswa yang duduk dibarisan belakang. (5) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab soal kuis. (6) Guru dan peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam penutup. 2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi Pemindahbukuan (posting) jurnal umum ke buku besar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. 3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (kuis), sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 4 kali pertemuan seperti yang telah direncanakan yaitu tanggal 25, 27 Januari, 1 Februari dan 3 Februari
2010 di ruang kelas XI IPS 2. Pertemuan dilaksanakan selama 8 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Pelaksanaan tindakan II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I, hanya pada pelaksanaan tindakan II ini terdapat penguatan yang masih diperlukan dari tindakan I. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan II juga berbeda dengan pelaksanaan tindakan I. Materi pada pelaksanaan tindakan II ini adalah pemindahbukukan (posting) jurnal umum ke buku besar. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama (Senin, 25 Januari 2010) a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa. Tidak ada siswa membolos walaupun jam terakhir. b) Peneliti memberikan pengantar materi yang akan dipelajari. c) Peneliti memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi pertanyaan tentang buku besar. Peneliti menunjuk beberapa siswa. Terlihat beberapa siswa bersemangat sekali dalam mengikuti pelajaran. Siswa yang ditunjuk sebisa mungkin menjawab. Empat siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar adalah Ahmad Salabi, Apringga dan Candra Purnama. d) Siswa memperhatikan penjelasan peneliti tentang: definisi buku besar, bentuk buku besar, langkah-langkah posting dan pencatatan posting ke buku besar dengan seksama dan menanyakan hal-hal yang menurutnya belum jelas. Pada saat itu menanyakan tentang, Fia dan Pemi menanyakan hal yang serupa, maka peneliti menjawab sebisa mungkin hingga semuanya jelas. e) Peneliti memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang diberikan secara acak. Banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar. Bahkan mereka menjawab secara serempak dengan benar sebelum peneliti menunjuk salah satu siswa. f) Guru menetapkan siswa kedalam kelompok-kelompok kooperatif secara heterogen. Langkah-langkah dalam pembagian siswa kedalam kelompok adalah sebagai berikut:
(1) Menyusun peringkat siswa dari yang memperoleh nilai tertinggi sampai nilai terendah. Nilai diambil dari hasil ulangan materi sebelumnya yaitu jurmal umum. (2) Menentukan jumlah kelompok Tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota. Hal tersebut dikarenakan dalam pembagian kelompok tidak genap, maka terdapat dua kelompok yang beranggotakan enam orang, yaitu kelompok I dan Kelompok II. Sedangkan Kelompok III, IV, V, VI, VII dan VIII beranggotakan lima orang. (3) Membagi siswa kedalam kelompok Dalam membagi siswa kedalam kelompok, seimbangkan kelompok sesuai dalam aturan Learning Together yaitu tiap kelompok terdiri dari siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi. Prestasi diambil dari nilai ulangan materi sebelumnya yaitu materi Jurnal Umum. g) Guru bersama peneliti membagikan lembar soal dan lembar jawab kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Guru memberi bantuan hanya dengan memperjelas perintah dan mengulang sedikit konsep. Selama belajar dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi pelajaran dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan terlebih dahulu bertanya kepada sesama anggota kelompok ataupun kelompok lain, dan apabila mengalami kesulitan baru diperbolehkan bertanya kepada guru. h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif. i) Setelah
waktu
mempersilahkan
yang
diberikan
kepada
untuk
diskusi
masing-masing
berakhir,
kelompok
guru untuk
mempresentasikan jawaban kelompoknya. Berdasar pengalaman pada siklus I yang tidak dapat melibatkan semua siswa, maka pada tiap-tiap
presentasi kelompok diadakan sesi tanya jawab dengan empat penanya. Semua anggota kelompok presentasi harus bergiliran menjawab. Salah satu perwakilan dari Kelompok I yaitu Agung Jayadi dengan sukarela mempresentasikan jawabannya. j) Pada waktu sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya yaitu, Apringga Tri, Arum Pramuningtyas, Damar Kartika dan Harivan Nasrudin. Mereka pada intinya menanyakan tentang bagaimana cara memposting dengan benar. Agung Jayadi, Bagus W, Niken W, Aldhila Arta dan Nurul Enggar secara bergiliran menjawab pertanyaan yang ditujukan kepada kelompok mereka. Kemudian Maftukhah Arnum membantu menjawab untuk menyempurnakan jawaban Kelompok II. k) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. Diskusi kelas mulai terlihat aktif, tetapi waktunya hampir habis. Presentasi kelompok lain akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. l) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi hari ini. m) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Karena pelajaran Akuntansi adalah jam terakhir, maka ketua kelas dipersilahkan memimpin doa sebelum diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran. 2) Pertemuan Kedua (Rabu, 27 Januari 2010) a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa. b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini diharapkan ada 4 kelompok yang presentasi. Kesempatan pertama
langsung digunakan oleh Kelompok II. Riang Nana sebagai perwakilan Kelompok II mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya yaitu: Agung Jayadi, Bagus W, Dhimas Inggar dan Candra Purnama. Agung meminta dijelaskan lagi tentang buku besar, Bagus menanyakan tentang definisi buku besar Kelompok II yang sedikit berbeda, Dhimas dan Candra meminta diberi contoh memposting jurnal umum ke buku besar. Secara bergiliran Kelompok II menjawab yaitu Riang, Apringga, Pemi dan Viyas. Bagus belum puas dengan jawaban yang diberikan dan memberikan pertanyaan lagi untuk menegaskan. Kelompok II terlihat bingung untuk menjelaskannya lagi. Peneliti menengahi dan mempersilahkan siswa yang lain untuk menjelaskannya. Kemudian Risty Agustiana angkat bicara mengemukakan jawabannya membantu Kelompok II untuk menjelaskan kepada Bagus. Guru beserta peneliti menguatkan jawaban tersebut. e) Giliran Kelompok III yang presentasi, Dhimas Inggar sebagai perwakilan Kelompok III yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada empat siswa yang bertanya yaitu, Nugroho K, Sulis Haryanto, Nia Priska dan Landung Cahyono. Yang menjawab adalah Dari,Candra, Pipiet dan Guntur. Maulianis R. pada Kelompok III ini tidak ada perdebatan dan langsung dilanjutkan kelompok IV. f) Kelompok IV presentasi, yang mewakili Kelompok IV untuk presentasi adalah Matfukhah Arnum. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada empat siswa yang bertanya Ike P, Khresna, Muhammad dan Nia Priska. Yang menjawab adalah Arum, Dwi Maharani, Risna Sugesti dan Dinar Agus N. Nampaknya Ike P kurang puas, dia mengemukakan idenya dan bertanya lagi. Disinilah mulai ada perdebatan. Maftukhah menjelaskan kembali. Akhirnya Ike puas dengan Maftukhah. g) Dilanjutkan Kelompok V, kelompok terakhir pada pertemuan kali ini. Perwakilan Kelompok V adalah Yunita Sari. Dalam sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya yaitu Ahmad Salabi, Wilda
Maulianis, Putri Candra Dewi dan Guntur Alfianto. Yang menjawab Yunita Sari, Damar Kartika, Sulis Haryanto dan Khresna. Nampaknya ada yang tidak setuju dengan pendapat Khresna Wahyu, Nia Priska segera menanggapi jawaban Khresna. Khresna berusaha menjelaskannya kembali tetapi
Nia
masih
saja
tidak
mengerti.
Guru
menengahi
dan
mempersilahkan siswa yang lain membantu Kresna. Risty mencoba membantu Khresna. Apringga juga turut membantu Khresna. Guru juga memperkuat jawaban Risty dan Apringga. Nia akhirnya mengerti. h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi pada pertemuan kali ini. j) Guru dan peneliti menutup pelajaran dengan salam penutup. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran. 3) Pertemuan Ketiga (Senin, 1 Februari 2010) a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa. b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini diharapkan semua
kelompok sudah presentasi. Kesempatan pertama
langsung digunakan oleh Kelompok VI. Nugroho Kusumo sebagai perwakilan Kelompok VI mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya yaitu: Dwi Maharani, Arum, Guntur dan Wilda M. Yang menjawab yaitu Harivan, Fia Tri, Tito Nur P dan Putri Candra D. Pada kelompok ini tidak ada perdebatan berarti, hanya salah satu penanya saja yang belum puas.
Kemudian guru memberikan jawabannya dan memperkuat pendapat Kelompok VI. e) Giliran Kelompok VII yang presentasi, Risty Agustiana sebagai perwakilan Kelompok VII yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada empat siswa yang bertanya yaitu, Candra P, Guntur, Hariyan N, Yunita S dan Sulis H. Yang menjawab adalah Ike P, Landung C, Wilda M dan Muhammad. Setelah semua pertanyaan dijawab, Risty mengajukan pertanyaan untuk dijawab teman-temannya. Semua diam. Guru dan Peneliti turun tangan untuk memberi motivasi mereka untuk menjawab. Akhirnya ada tiga siswa yang mencoba menjawab, Pipiet Alifah, Viyas Vivin, dan Dhimas I. Jawaban mereka pada intinya memang benar tetapi dijelaskan dengan cara yang berbeda. f) Dilanjutkan Kelompok VIII, kelompok terakhir. Perwakilan Kelompok VIII adalah Yunita Lukita S. Dalam sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya yaitu Pemi S, Niken W, Ardyan Zulfikar dan Guntur Alfianto. Yang menjawab Adini K, Ahmad Salabi, Nia Priska dan Novi P. Semua pertanyaan dijawab dengan lancar. Guru dan peneliti menguatkan jawaban masing-masing kelompok dan menanamkan konsep yang benar. g) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. h) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas telah berakhir. Semua kelompok sudah maju presentasi. i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang semua hasil diskusi. Guru dan peneliti merasa siswa-siswa sudah memegang konsep-konsep yang diberikan dan memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama belajar di dalam kelompoknya.
j) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Ketua kelas dipersilahkan memimpin doa sebelum siswa diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran. 4) Pertemuan Keempat (Rabu, 3 Februari 2010) a) Guru mengucapkan salam pembuka dan mengabsen siswa. b) Siswa diberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri menjawab pertanyaan kuis berupa soal esai untuk materi yang telah didiskusikan dalam pertemuan sebelumnya yaitu Memindahbukukan (posting) jurnal umum ke buku besar. c) Guru besama peneliti membagikan lembar soal dan lembar jawab kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara tertib dan mandiri. d) Siswa mengerjakan soal kuis sampai waktu yang telah ditentukan berakhir, sedangkan guru bersama peneliti mengawasi dengan tertib jalannya kuis. Berbeda pada siklus I dimana posisi guru lebih banyak didepan kelas, pada evaluasi (kuis) siklus II ini, guru berkeliling kelas dan lebih memperhatikan siswa yang duduk dibarisan belakang agar tidak ada siswa yang berani mencoba bertanya jawaban pada temannya. Pelaksanaan evaluasi (kuis) pada siklus II ini berjalan lebih tertib bila dibanding pada siklus I. Hal ini terbukti dari suasana kelas yang tenang dan tidak ada siswa yang berbuat curang selama kuis berlangsung. e) Kegiatan evaluasi (kuis) berlangsung baik, hasil kuis segera dikumpulkan. c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together di kelas XI IPS 2. Metode yang digunakan pada pertemuan pertama pada siklus II lebih didominasi presentasi oleh guru dan diskusi kelompok. Kemudian dilanjutkan presentasi masing-masing kelompok dengan sesi tanya jawab atau diskusi kelas. Hanya satu kelompok yang presentasi dalam pertemuan pertama. Hal ini dilakukan untuk mengawali penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Pada pertemuan kedua yaitu hari Rabu, tanggal 27 Januari 2010, guru, peneliti dan siswa melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Ada empat
kelompok yang presentasi yaitu kelompok II, III, IV dan V. Kegiatan Diskusi kelas berjalan dengan baik, hampir seluruh siswa ikut didalamnya. Pada pertemuan ketiga, yaitu pada hari Senin, tanggal 1 Februari 2010, digunakan untuk melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Kelompok yang presentasi yaitu kelompok VI, VII dan VIII. Sedangkan pertemuan terakhir Rabu, 3 Februari 2010 digunakan guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus II berupa kuis agar prestasi belajar siswa dapat diketahui. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran Akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan II. Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar akuntansi, diperoleh informasi tentang prestasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: Tabel 5. Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus II Jumlah Siswa dan Persentase Aspek yang diukur
Aktif
Cukup aktif
Persentase
Kurang aktif
(skor 3)
Persentase
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas
28 siswa
77,07%
11 siswa
20,18%
3 siswa
2,75%
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
27 siswa
74,32%
13 siswa
23,85%
2 siswa
1,18%
Interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif
35 siswa
89,74%
5 siswa
8,54%
2 siswa
1,72%
(skor 2)
Persentase
(skor 1)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas pada siklus II yaitu: siswa yang aktif sebanyak 28 siswa dengan persentase 77,07%, siswa yang cukup aktif sebanyak 11 siswa dengan persentase 20,18% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 3 siswa dengan persentase 2,75%. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas pada siklus II dijelaskan sebagai berikut: siswa yang aktif sebanyak 27 siswa dengan persentase 74,32%, siswa yang cukup aktif sebanyak 13 siswa dengan persentase 23,85% dan siswa yang kurang aktif
sebanyak 2 siswa dengan persentase 1,18%. Serta interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus II yaitu: siswa yang aktif sebanyak 35 siswa dengan persentase 89,74%, siswa yang cukup aktif sebanyak 5 siswa dengan persentase 8,54% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 2 siswa dengan persentase 1,72%. Berdasarkan nilai kuis siklus II, ketuntasan hasil belajar (standar nilai minimal adalah 68,00) yang tercapai pada siklus I sebanyak 39 siswa dengan presentase sebesar 92,85% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 88,04. Ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Kriteria Tuntas Tidak Tuntas Jumlah
Ketuntasan hasil belajar Jumlah siswa 39 siswa 3 siswa 42 siswa
Persentase 92,85% 7,15% 100%
Hasil capaian proses dan hasil belajar siswa untuk pelajaran akuntansi tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gam bar 7. Profil Capaian Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus II Ketuntasan hasil belajar siswa juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Ga mbar 8. Profil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1) Guru lebih bisa membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk lebih memperhatikan presentasi guru saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. 2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan. Siswa jauh lebih aktif dan bersemangat saat diskusi berlangsung. Tidak ada lagi siswa yang malu-malu mengemukakan pendapatnya. 3) Sebagian besar siswa aktif berperan serta dalam diskusi kelas sehingga kelas nampak hidup, proses dan hasil belajar meningkat. 4) Guru sudah dapat memposisikan diri saat evaluasi berlangsung dan tidak hanya berada didepan kelas tetapi berkeliling untuk mengawasi dengan ketat jalannya kuis. Hal tersebut dilakukan agar siswa terutama siswa yang duduk dibarisan belakang tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat curang. Berdasarkan hasil observasi dan analisis tersebut, peneliti dan guru melakukan refleksi tindakan sebagai berikut: 1) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan terhadap siswa, sehingga setiap siswa yang mengalami kesulitan akan mudah teratasi. 2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
3) Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model pembelajaran saat mengajar, sehingga siswa lebih bersemangat mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan.
D. Pembahasan Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil belajar akuntansi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 7. Hasil Penelitian Siklus I dan II Jumlah Siswa Aktif Persentase Siklus II
Persentase target capaian
Siklus I
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas
70%
11
33%
28
77,07%
Tercapai
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
70%
10
29,42%
27
74,32%
Tercapai
Interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif
80%
24
71,28%
35
89,74%
Tercapai
Aspek yang diukur
Keterangan Persentase
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua persentase target capaian dapat tercapai. Keaktifan siswa yang diukur melalui partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas, partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas, serta interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I ke siklus II mengalami perubahan dan peningkatan. Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas pada siklus I, siswa yang aktif sebanyak 11 siswa dengan persentase 33% meningkat menjadi 77,07% atau sebanyak 28 siswa pada siklus II. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas sebanyak 10 siswa atau 29,42% pada siklus I meningkat menjadi 27 siswa atau 74.32% pada siklus II. Dalam interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I terdapat 24 siswa atau 71,28%, meningkat menjadi 35 siswa atau 89,74% pada siklus II. Berdasarkan kuis pada siklus I, ketuntasan hasil belajar (Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 68) yang tercapai pada siklus I sebanyak 35 siswa dengan persentase sebesar 83,33% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 76,60. Sedangkan untuk
siklus II, ketuntasan hasil belajar yang tercapai sebanyak 39 siswa dengan persentase sebesar 92,85% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 88,04. Target capaian yang mencapai 80% dapat terlampaui jauh diatasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II Ketuntasan Hasil Belajar (target capaian 80%) Jumlah Siswa
Kriteria
Keterangan
Siklus I
Persentase
Siklus II
Persentase
Tuntas
35 siswa
83,33%
39 siswa
92,85%
Tidak Tuntas
7 siswa
18,67%
3 siswa
7,15%
Tercapai
Peningkatan prestasi belajar akuntansi tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Ga mbar 9. Hasil Penelitian Siklus I dan II Ketuntasan hasil belajar siswa juga bisa dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 10. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II Grafik tersebut menunjukan bahwa setelah adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together berdampak terhadap proses dan hasil kegiatan
pembelajaran Akuntansi. Dampak positif tersebut antara lain siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru, siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dengan siswa yang lain serta mendiskusikan hasil pekerjaannya. Selain itu, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi dan (4) analisis dan refleksi tindakan. Deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi/keadaan yang ada di kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo dengan cara observasi dan wawancara baik dengan guru kelas maupun dengan siswa. Dari hasil survei ini, peneliti menemukan bahwa prestasi belajar Akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo masih belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru kelas dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Setelah mengadakan diskusi dengan guru, selanjutnya peneliti dibantu guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam siklus I tindakan kelas. Sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan guru mata pelajaran Akuntansi, maka materi pada pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah Jurnal Umum. Setelah guru menjelaskan dan mendemonstrasikan materi, siswa diberi latihan soal untuk didiskusikan dengan kelompoknya berdasarkan kelompok kooperatif tipe Learning Together yang telah dibentuk dan diminta untuk dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam pengerjaan soal, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif Learning Together yang terdiri dari 5 sampai 6 siswa untuk setiap kelompok dan terdiri dari 8 kelompok. Hal ini dilakukan agar siswa dapat belajar bekerjasama dengan siswa yang lain. Namun, dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Akuntansi pada siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran Akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa pada saat apersepsi dan dominasi beberapa siswa dalam mengemukakan pendapatnya
selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, kesempatan tanya jawab yang diberikan guru juga cukup terbatas. Karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam pembelajaran akuntansi pada siklus I. Materi pembelajaran pada siklus II adalah lanjutan dari materi siklus I yaitu memmindahbukukan (posting) jurnal umum ke buku besar. Dalam siklus ke II ini, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif Learning Together untuk menyelesaikan soal diskusi yang diberikan oleh guru. Selain itu, siklus II dilaksanakan didasarkan atas perbaikan dari kelemahan siklus I. Pada saat peneliti menyebarkan angket kepada siswa, siswa merasa cukup tertarik dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together selain siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, siswa juga merasa lebih bisa memahami materi. Selain itu, siswa juga diajarkan untuk bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan latihan soal. Dengan cara ini, siswa menjadi lebih aktif karena selain dapat bertanya langsung kepada guru, siswa juga dapat bertanya dengan teman mereka dalam kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar akuntansi pada siklus II, kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil sudah menunjukkan peningkatan. Dari segi partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas menunjukkan peningkatan dari 33% atau 11 siswa pada siklus I menjadi 77,07% atau 28 siswa pada siklus II. Selama proses diskusi kelas berlangsung siswa yang menunjukkan keaktifan mereka dalam menjawab pertanyaan sebanyak 10 siswa atau 29,42% pada siklus I sedangkan pada siklus II sebanyak 27 siswa atau 74,32%. Dalam interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I terdapat 24 siswa atau 71,28%, sedangkan pada siklus II terdapat 35 siswa atau 89,74%. Begitupula pada ketuntasan hasil belajar siswa peningkatan ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan minimal yaitu sebesar 83,33% atau sebanyak 35 siswa pada siklus I dan 92,85 % atau sebanyak 39 siswa pada siklus II. Siswa yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dalam proses pembelajaran. Selain itu siswa yang sebelumnya tidak bisa bekerjasama dalam kelompok, pada siklus II ini sudah dapat bekerjasama dengan siswa lain dengan baik. Meskipun begitu, masih diperlukan juga motivasi dan pendekatan dari guru untuk mendukung
berhasilnya proses belajar mengajar akuntansi. Oleh sebab itu masalah yang dihadapi pada pembelajaran Akuntansi sudah dapat teratasi dengan cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together yang secara langsung dapat meningkatkan pemahaman siswa, mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran akuntansi yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga kualitas dan hasil belajar akuntansi dapat meningkat. Selain itu, peneliti juga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran
yang
efektif,
menarik
dan
menyenangkan. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut: 1) Siswa terlihat antusias, bersemangat serta aktif berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran Akuntansi. 2) Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terjadi karena siswa yang mulanya belum memahami benar materi yang disampaikan oleh guru dapat menanyakannya lebih lanjut dan leluasa baik kepada guru secara langsung maupun kepada teman satu kelompoknya. 3) Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk mnyelesaikan suatu tugas bersama. Mereka terlihat aktif dalam mengikuti diskusi kelompok maupun diskusi pada saat presentasi. 4) Siswa sudah tidak malu dan berani untuk maju ke depan kelas mempresentasikan tugas yang diberikan guru. Hal ini dikarenakan siswa sudah paham tentang materi yang akan dipresentasikan, karena sebelumnya sudah melihat secara langsung guru menjelaskan dan memberikan contoh secara langsung mengenai materi yang sedang dipelajari.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Tujuan peneltian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas proses dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Learning
Together
dapat
meningkatkan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Indikator peningkatan kualitas proses belajar siswa antara lain: a. Siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas menunjukkan peningkatan dari 33% (pada siklus I) menjadi 77,07% (pada siklus II). Siswa sudah tidak malu dan berani untuk mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas (siswa menjadi lebih aktif). b. Siswa mampu menjawab pertanyaan dan menerapkan konsep dalam pembelajaran akuntansi. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas menunjukkan peningkatan dari 29,42% (pada siklus I) menjadi 74,32% (pada siklus II). Siswa tidak lagi pasif dalam menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya maupun guru. c. Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas bersama. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa yang saling berinteraksi menunjukkan keaktifan mereka dalam kelompok kooperatif pada siklus I sebanyak 24 siswa sedangkan pada siklus II sebanyak 35 siswa. 2. Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Learning
Together
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Indikator peningkatan hasil belajar siswa yaitu: siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi yang
menunjukkan peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 83,33% pada siklus I menjadi 92,85% pada siklus II.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Upaya peningkatan proses dan hasil belajar akuntansi perlu bertumpu pada kebutuhan siswa, artinya pengoptimalan penggunaan kemampuan berpikir dan bekerja sama siswa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together mengarah pada pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok. Penelitian mengenai metode ini telah menemukan bahwa bentuk penilaian yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok. Hal ini dapat meningkatkan pencapaian siswa lebih dari metodemetode individualistik dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan, seperti penerimaan teman sekelas yang berbeda latar belakang dan tingkat kemampuannya dibidang akademik sehingga peningkatan kualitas proses dan hasil belajar dapat tercapai. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari proses (keaktifan) selama mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa yang meningkat. Siswa menjadi aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan diskusi karena lebih
memahami materi yang
diberikan oleh guru (92,85%, siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal). Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai siklus II dapat dideskripsikan bahwa terdapatnya kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran akuntansi berlangsung. Kelemahan tersebut antara lain kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam diskusi dan berkomunikasi baik dalam kelompok maupun dengan
guru masih belum maksimal. Belum maksimalnya kemampuan guru untuk mengelola kelas dikarenakan
kondisi kelas yang tidak mendukung, media pembelajaran yang
kurang lengkap, serta pengembangan model dan metode pembelajaran yang masih sangat minim. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan proses dan hasil belajar Akuntansi.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah: a. Lebih mengusahakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar. b. Hendaknya
mendorong
dan
memotivasi
guru
untuk
selalu
berusaha
mengembangkan model dan metode pembelajaran yeng merangsang siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. 2. Bagi Guru: a. Hendaknya guru selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. b. Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe
Learning Together dapat menerapkan model tersebut dalam kegiatan belajar mengajar yang tentunya disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa. c. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran. 3. Bagi Siswa: a. Hendaknya dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa hendaknya mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Herawati Susilo, dkk. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia. Hinomarus Masu. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi
Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang Timur Yogjakarta. Jogjakarta. Universitas Sanata Dharma. http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan pembelajaran// Diakses tanggal 24 Desember 2008 jam 16.00 WIB. Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Malang. Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa. Muntari. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together dan Langsung) terhadap Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan kemempuan Matematika Berbeda. Malang: Universitas Negeri Malang. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Novia Purbawani. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Achievement Divisions (STAD) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X Akuntansi 2 SMK Kristen 1 Surakarta tahun 2008/2009. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wahyu Adji, dkk. 2007. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. W. S. Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia. Yenny Anjar Jayadi. 2008. Penggunaan Jurnal Belajar Macromedia Flash Dalam Pembelajaran Biologi Untuk meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta. Surakarta. Universitas Negeri Sebelas Maret.