GRAVITY Vol. 2 No. 2 (2016) http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJELASKAN FENOMENA FISIS PADA KONSEP OPTIK Eidelweis Dewi Jannati1 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Majalengka Email:
[email protected] Abstract Based on the results of preliminary studies, the learning process in physics in school to be a place of research using conventional learning models, the process of learning the students tend to be passive. As a result, the ability to explain physical phenomena of students is very low. For that, we need an appropriate learning models and appropriate. Kolb Experiential Learning Model can be one alternative learning models are applied, because in Kolb Experiential learning model, students are required to actively and creatively construct knowledge. The purpose of this study was to determine the increase in the ability of students to explain physical phenomena after Kolb Experiential learning model is applied to the material of optical devices. The design of this research study Control group pretest-Potstest Design with experimental samples of class X in one high school (SMA) in Majalengka. Based on the analysis of data obtained by the average N-gain the ability to explain physical phenomena 0.61 for classroom use Kolb Experiential learning model and 0.29 for classes using conventional learning. It can be concluded that Kolb Experiential learning model can further improve the ability to explain physical phenomena in comparison with conventional learning. The results of the analysis of student responses indicate that students have a positive response to the application of Kolb experiential learning model. Keywords : experiential Kolb learning models, explain about physical phenomen, optical Abstrak Berdasarkan hasil studi pendahuluan, proses pembelajaran Fisika pada sekolah yang menjadi tempat penelitian menggunakan model pembelajaran konvensional, pada proses pembelajarannya siswa cenderung pasif. Akibatnya, kemampuan menjelaskan fenomena fisis siswa sangatlah rendah. Untuk itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan sesuai. Model Pembelajaran Experiential Kolb dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang diterapkan, karena dalam model pembelajaran Experiential Kolb, siswa dituntut untuk aktif dan kreatif membangun pengetahuannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menjelaskan fenomena fisis siswa setelah diterapkan model pembelajaran Experiential Kolb pada materi alat optik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Control Group Pretest-Potstest Design dengan sampel eksperimen kelas X di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Majalengka. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata N-gain kemampuan menjelaskan fenomena fisis 0,61 untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb dan 0,29 untuk kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Experiential Kolb dapat lebih meningkatkan kemampuan menjelaskan fenomena fisis di bandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil analisis terhadap respon siswa menunjukkan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap penerapan model pembelajaran Experiential Kolb. Kata Kunci: model pembelajaran experiential Kolb, menjelaskan fenomena fisis, optik
143 Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
GRAVITY Vol. 2 No. 2 (2016) http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
fisis
PENDAHULUAN Sains merupakan sekumpulan ilmu-
dalam
kehidupan itu
sehari-hari,
sehingga
dengan
ilmu serumpun yang terdiri atas Biologi,
menjadi
bermanfaat,
Fisika, Geologi dan Astronomi yang
mendengarkan ceramah dari guru akan
berupaya menjelaskan setiap fenomena
tetapi mereka mengetahui atau mampu
yang terjadi di alam (Liliasari, 2005).
menjelaskan
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu
kehidupan sehari-hari.
fenomena
pembelajaran tidak
fisis
hanya
dalam
tentang alam secara sistematis, sehingga
Berdasarkan hasil studi kasus yang
sains bukan hanya penguasaan kumpulan
peneliti lakukan pada salah satu SMA
pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
Negeri di Majalengka, diperoleh hasil
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
bahwa kebanyakan siswa waktu di kelas
tetapi merupakan suatu proses penemuan
hanya mendengarkan guru mengajar,
(Depdiknas, 2003).
mengerjakan soal-soal yang diberikan
Seiring dengan itu, KTSP memberi
oleh guru. Dengan demikian, siswa
penekanan atau memfokuskan pada siswa
belajar lebih pasif dan mereka tidak
sehingga akan membawa konsekuensi
mampu menerapkan dan menjelaskan
yang luas. Selain siswa menguasai materi
fenomena fisis dalam kehidupan sehari-
fisika, siswa diharapkan juga dapat
hari. Hal ini, terbukti dari data hasil ujian
mengembangkan jati dirinya, mengenal
akhir semester ganjil di salah satu SMA
lingkungannya,
Negeri di Majalengka memperoleh hasil
dengan
dapat
lingkungan
peka
rata-rata 60, sementara itu nilai Kriteria
terhadap lingkungan serta tahu akan hak
Ketuntasan Minimum (KKM) di sekolah
dan kewajibannya. Dengan demikian,
tersebut yaitu 80. Dengan demikian,
belajar tidak hanya berlangsung di dalam
kemampuan dalam diri siswa tidak
lingkungan sekolah, tetapi juga dapat
terlatih, dalam pelajaran fisika khususnya
berlangsung
siswa
di
dan
bersosialisasi
luar
juga
sekolah,
di
masyarakat, alam sekitar, untuk dapat mengembangkan
kreativitas
harus
mampu
menjelaskan
fenomena yang terjadi secara fisis.
siswa
Dari pernyataan diatas kemampuan
sendiri. Disini siswa ditekankan harus
siswa dalam menjelaskan fenomena fisis
mampu menjelaskan fenomena-fenomena
tidak terlatih. Padahal, pembelajaran sains
143 Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
145
akan bermakna dan bermanfaat apabila
informasi, mengingat dan menimbun
siswa mampu menjelaskan fenomena
berbagai informasi tanpa dituntut untuk
yang mereka alami dalam kehidupannya
memahami informasi yang diingatnya itu
secara
diperkuat
untuk dikaitkan dengan kehidupan sehari-
pernyataan mata pelajaran akan tambah
hari. Sehingga dengan lemahnya proses
berarti jika siswa mempelajari materi
pembelajaran
yang disajikan melalui konteks kehidupan
siswa yang akan kesulitan memahami
mereka dan menemukan arti dalam proses
konsep-konsep
pembelajaran sehingga belajar akan lebih
menjelaskan
bermakna
pembelajaran.
fisis.
Hal
tersebut
dan
menyenangkan
(Sanjaya,2009).
maka
semakin
dan
tidak
fenomena
fisis
banyak
mampu dalam
Salah satu model pembelajaran yang
Kelemahan lain dari pembelajaran
mendukung
untuk
menyelesaikan
fisika di sekolah adalah guru hanya
permasalahan
menampilkan rumus-rumus fisika yang
pembelajaran
rumit. Hal ini membuat siswa tidak
(Manolas, 2005). Model pembelajaran ini
menyukai
akhirnya
menyajikan empat tahapan yaitu tahap
kemampuan menjelaskan fenomena fisis
pertama pengalaman kongkrit (concrete
tidak terlatih dalam diri siswa. Tentunya
experience) bagi siswa sebagai awal
tidak sesuai dengan tuntunan pendidikan
pembelajaran. Pada tahap ini siswa secara
fisika,
individu menekankan pada pembelajaran
Fisika
harus
dapat
pada
meningkatkan
diatas
model
Experiential
Kolb
kemampuan menjelaskan fenomena fisis.
berpikir
Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
beradaftasi
dikemukakan oleh Sanjaya (2006) bahwa
sistematik pada situasi masalah. Tahap
salah satu masalah yang dihadapi di dunia
kedua
pendidikan saat
ini adalah masalah
(reflective observation). Pada tahap ini
lemahnya proses pembelajaran. Dalam
siswa mengamati demonstrasi sederhana
proses
kurang
serta mencoba mengeluarkan pendapat
mengembangkan
mengapa dan bagaimana hal tersebut
kemampuan berfikir. Proses pembelajaran
terjadi. Tahap ketiga yaitu konsepsi
di kelas menuntut siswa untuk menghafal
abstrak (abstrak conceptualization). Pada
didorong
pembelajaran, untuk
siswa
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
terbuka
yaitu
yaitu
dan
kemampuan
daripada
pengamatan
pendekatan
reflektif
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
146
tahap ini menjadi mengerti konsep secara
Salah satu konsep yang ada dalam
umum dengan tahap pertama dan kedua
materi ajar Fisika di SMA pada kelas X
sebagai
abstrak
adalah alat optik. Konsep alat optik
mengharuskan siswa untuk menggunakan
berkaitan erat dengan kehidupan sehari-
logika dan pikiran untuk memahami
hari siswa dan sering mereka gunakan
situasi dan masalah. Kemudian tahap
dalam
keempat diselesaikan melalui percobaan
kegiatan-kegiatan tertentu. Siswa kerap
aktif (active experimentation). Pada tahap
menghadapi masalah mengenai alat optik
ini siswa menggunakan teori yang mereka
sehingga dapat diangkat basis dari suatu
dapat selama konsepsi abstrak untuk
pembelajaran. Melalui penggunaan model
membuat prediksi. Melalui pembelajaran
pembelajaran
ini diharapkan dapat membangun konsep
diharapkan siswa mempelajari konsep
yang bermakna dan kepercayaan diri
alat optik tidak hanya menghafal konsep-
dalam
konsep saja tetapi siswa secara aktif
acuan.
Konsepsi
memecahkan
masalah
dan
membuat keputusan yang cermat. Penelitian pembelajaran dilakukan
keseharian
membangun
ataupun
dalam
Experiential
sendiri
Kolb
pengetahuannya
terhadap
model
melalui pemecahan masalah. Dengan
Experiential
Kolb
demikian pembelajaran yang digunakan
Manolas
(2005)
oleh
dapat
meningkatkan
menunjukkan bahwa model pembelajaran
menjelaskan
Experiential Kolb
kehidupan sehari-hari.
dapat menstimulasi
fenomena
kemampuan fisis
dalam
siswa untuk memilih pembelajaran dan menantang mereka untuk membangun kemampuan
dalam
mengefektifkan
METODE Desain eksperimen yang digunakan
masalah.
adalah “pretest-posttest control group
bermaksud
design” (Sukmadinata, 2009) dimana
menerapkan suatu pembelajaran yang
penentuan kelas kontrol dilakukan secara
melibatkan
acak perkelas. Eksperimen dilakukan
pemikiran Untuk
dan itu,
pemecahan peneliti
siswa
untuk
mencari
pengetahuannya sendiri dan penguasaan
dengan
konsep
pembelajaran dengan model pembelajaran
melalui
model
pembelajaran
tersebut pada konsep alat optik.
memberikan
Experiential
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Kolb
pada
perlakuan
kelompok
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
eksperimen
dan
pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol.
147
Untuk melihat signifikansi perbedaan dua rata-rata antara nilai pretest dan
Populasi dalam penelitian ini adalah
posttest menggunakan Microsoft office
seluruh siswa kelas X yang terdiri dari 10
excel 2010. Kemudian dihitung N-Gain
kelas pada salah satu SMA Negeri di
dari hasil pretest dan posttest tersebut.
Majalengka tahun ajaran 2012-2013.
Pengolahan data rata-rata skor gain
Sedangkan
sampel
dinormalisasi dianalisis secara statistik
dilakukan dengan teknik simple random
dengan menggunakan software Microsoft
sampling karena
pengambilan sampel
Office Excel 2010. Sebelum dilakukan uji
secara acak tanpa memperhatikan strata
hipotesis, perlu dilakukan uji normalitas
yang ada dalam populasi (Sugiono,
distribusi
2006).
menggunakan Saphiro Wilk dan uji
pengambilan
Untuk instrumen
mengetahui dilakukan
kelayakan
dengan
menggunakan
homogenitas variansi data menggunakan
oleh
statistik uji Levene , jika data tidak
dosen ahli, kemudian uji coba soal
terdistribusi normal maka dilakukan uji
kemampuan menjelaskan fenomena fisis.
mann whitney menggunakan SPSS versi
Hasil uji coba soal dianalisis terlebih
17,
dahulu
keterlaksanaan
untuk
instrumen
judgement
data
mengetahui
yang
digunakan
perhitungan
Validitas
Reliabilitas
Instrumen,
kelayakan meliputi Instrumen, Tingkat
sedangkan
observasi
untuk
model
dikumpulkan,
presentase Hasil
dari
disusun
dan
dikelompokkan. Informasi yang diperoleh diinterprestasikan
Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir
disimpulkan.
Soal. Instrumen yang digunakan yaitu: (1)
skala likert.
dan
kemudian
Angket menggunakan tes
tes kemampuan menjelaskan fenomena fisis berupa tes tertulis essay sebanyak 5 butir
soal,
(2)
lembar
observasi
keterlaksanaan model, dan (3) tes skala sikap untuk menjaring tanggapan siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap model pembelajaran experiential
1.
Kolb.
Peningkatan
Kemamapuan
Menjelaskan Fenomena Fisis
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
a.
Data
Tes
148
soal. Data perbandingan nilai rata-
Kemampuan
Menjelaskan Fenomena Fisis
rata tes awal, tes akhir dan N-gain
Kemampuan
antara kelas eksperimen dan kelas
menjelaskan
fenomena fisis pada materi alat optik
kontrol ditunjukkan pada Gambar 1.
persentase Rata-Rata Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis
diukur dengan tes essay sebanyak 5 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00
0.77 0.61 0.51 0.29 0.20 0.13
Eksperimen Kontrol
Gambar 1. Diagram batang perbandingan nilai rata-rata pretest, posttest dan n-gain kemampuan menjelaskan fenomena fisis Berdasarkan Gambar 1. Diperoleh bahwa
nilai
rata-rata
gain
yang
dibandingkan
dengan
pembelajaran
konvensional.
dinormalisasi untuk kelas eksperimen adalah 0,61 dengan kategori sedang dan
b. Analisis Data Tes Kemampuan
nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kelas kontrol adalah 0,29 dengan
Menjelaskan Fenomena Fisis
Uji Normalitas
kategori rendah. Perbandingan nilai ini
Uji normalitas nilai rata-rata
secara langsung menunjukkan bahwa
gain yang dinormalisasi terhadap
penggunaan
kelas
experiential
model Kolb
pembelajaran lebih
efektif
kontrol
eksperimen
dan
menggunakan
kelas
software
meningkatkan kemampuan menjelaskan
SPSS Versi 17 yang hasilnya
fenomena fisis dalam kehidupan sehari-
diperlihat pada Tabel 1.
hari
siswa pada materi alat optik
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
149
Tabel 1. Hasil uji normalitas n-gain kemampuan menjelaskan fenomena fisis Jenis data N-Gain
Eksperimen
N-Gain
Kontrol
Kelas
Shapiro-Wilk Statistik Df Sig. 0,971 30 0, 568 0, 843
35
Normal Tidak Normal
0, 000
Pada Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa
Keterangan
berdasarkan uji normalitas distribusi data
Uji Homogenitas Uji homogenitas varians pada
dengan jumlah sampel 30 dan taraf
penelitian
kepercayaan
kelas
homogenitas varians atas rata-rata
eksperimen diperoleh sig 0,568 > 0,05,
gain yang dinormalisasi antara
berarti bahwa data pada kelas eksperimen
kelas eksperimen dengan kelas
berdistribusi
uji
kontrol. Untuk menguji varians
normalitas terhadap kelas kontrol dengan
kedua sampel digunakan SPSS
jumlah sampel 35 dan taraf kepercayaan
Versi
0,95 diperoleh sig 0,000 > 0,05, berarti
diperlihatkan pada Tabel 2.
0,95
terhadap
normal.
Sedangkan
ini
17
yaitu
yang
uji
hasilnya
bahwa data pada kelas kontrol tidak terdistribusi normal.
Tabel 2. Hasil uji homogenitas n-gain kemampuan menjelaskan fenomena fisis
Peningkatan Based on Mean
Pada
Tabel
2.
dapat
Levene Statistic 1, 990
df1 1
df2 63
Sig. 0,163
Ket Homogen
dilihat
kepercayaan
0,95.
Sehingga
dapat
berdasarkan uji homogenitas rata-rata
disimpulkan
bahwa kedua kelompok
gain yang dinormalisasi diperoleh nilai
memiliki variansi yang homogen.
sig 0,163 > 0,05 untuk derajat kebebasan df1=1 dan df2= 63 dengan tingkat
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Uji Hipotesis ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
Hasil pengujian data dengan
maka
langkah
150
selanjutnya
menggunakan SPSS 17 diperoleh
menggunakan
data N-Gain pada kemampuan
parametrik
menjelaskan fenomena fisis untuk
Mann-withney. Hasil uji hipotesis
kelas eksperimen
setiap indikator terlihat pada Tabel
normal dan
homogeny, sedangkan pada kelas
statistik yaitu
non-
dengan
uji
3.
kontrol tidak terdistribusi normal,
Tabel 3. Hasil uji Mann-Whitney U kemampuan menjelaskan fenomena fisis
Berdasarkan
Uji
Statistik
Asymp. Sig. (2-tailed)
Kesimpulan
MannWhitney U
113,000
0,000
H0 ditolak/H1 diterima
Tabel
3.
mengalami
peningkatan
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000
menjelaskan
fenomena
berarti Maka tahap selanjutnya mencari
dilakukan perhitungan uji dua rerata gain
nilai signifikansi dengan cara
yang dinormalisasi kelas eksperimen dan
signifikansi p-value (1-tailed) =
ternyata
nilai p-value
(2-tailed). Kriteria uji yang digunakan adalah tolak H0 jika p-value (2-tailed) < (0,05) dan H0 ditolak untuk kondisi lainnya
maka
Kesimpulannya
H1 bahwa
diterima. penggunaan
model pembelajaran experiential Kolb dapat lebih meningkatkan kemampuan menjelaskan
fenomena
dibandingkan
dengan
fisis model
pembelajaran konvensional. Dari deskripsi dan uji hipotesis di atas, dapat diketahui bahwa kedua kelas
kelas kontrol, pembelajaran
kemampuan fisis.
Setelah
siswa yang mengikuti fisika
dengan
model
pembelajaran experiential Kolb memiliki peningkatan
kemampuan
fenomena
fisis
menjelaskan
lebih
dibandingkan kelas kontrol.
signifikan Hal ini
berarti penerapan model pembelajaran experiential
Kolb
dapat
lebih
meningkatkan kemampuan menjelaskan fenomena fisis dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis terhadap data tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diketahui bahwa
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
151
perolehan angka N-gain untuk kelas
disajikan berdasarkan pemahaman yang
eksperimen sebesar 0,61% dan kelas
dia miliki.
kontrol sebesar 0,29%. dari hal tersebut
Model
pembelajaran
experiential
kita mendapatkan informasi bahwa rata-
Kolb, dalam setiap pertemuan selalu
rata N-gain untuk kelas eksperimen lebih
mengaitkan pengalaman siswa mengenai
tinggi dibandingkan dengan rata-rata N-
hal-hal dapat dijelaskan secara fisis,
gain kelas kontrol. Dan dari hasil uji
dimana
signifikansi, diperoleh\ p-value sebesar
fenomena yang mereka alami dalam
0,000
berarti Maka tahap selanjutnya
kehidupan sehari-hari, hal ini sejalan
mencari nilai signifikansi dengan cara
dengan pendapat bruner (Hudoyo, 1990)
nilai signifikansi p-value (1-tailed) =
mengemukakan bahwa: “setiap individu
value
(2-tailed).
Kriteria
uji
digunakan adalah tolak H0 jika (2-tailed) <
p-
yang p-value
kondisi lainnya maka H1 diterima. terdapat perbedaan yang signifikan antara menjelaskan
fenomena fisis kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran experiential Kolb lebih
efektif
menerapkan konvensional.
dibandingkan model Dengan
waktu
peristiwa
mengalami (benda)
suatu
(mengenal) di
dalam
menyatukan kembali peristiwa (benda) tersebut dalam pikirannya, yaitu suatu
Hal tersebut menegaskan bahwa
kemampuan
memperlihatkan
lingkungannya, menemukan cara untuk
(0,05) dan H0 ditolak untuk
peningkatan
pada
siswa
dengan
pembelajaran adanya
pemahaman yang lebih mendalam dalam suatu konsep, dipastikan siswa dapat menjelaskan suatu fenomena fisis yang
model mental tentang peristiwa (beda) yang dialami (dikenalnya). Selain itu dikemukakan
pula
bahwa
proses
mengenali tersebut dilakukan menurut urutan tingkat berikut: (1) tingkat anative (kegiatan), individu mempunyai benda atau
mengalami
dilingkungan
suatu
sekitarnya;
peristiwa (2)
tingkat
iconic (gambar atau bayangan), individu mengubah, menandai dan menyimpan peristiwa
atau
benda
dalam
bentuk
bayangan mental. Dengan kata lain individu
dapat
menjelaskan
kembali
peristiwa yang telah dialaminya walaupun
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
152
peristiwa itu tidak lagi ada dihadapannya;
(STS) dengan skor 1. Sedangkan untuk
dan
pernyataan
(3)
tingkat
simbolik,
individu
negatif,
kategori
skor
kemudian dapat mengutarakan bayangan
tanggapannya adalah sebaliknya dari
mental tersebut dalam bentuk simbol dan
pernyataan positif. Angket ini diberikan
bahasa. Apabila individu menjumpai
pada
kembali simbol bayangan mental yang
pembelajaran.
ditandai
sebelumnya
menggunakan
kelas
eksperimen
Berdasarkan
data
menyatakan
mengenalinya
pembelajaran experiential Kolb yang
tingkatan
tersebut
Tingkatan-
model
pada
digunakan adalah model pembelajaran
perkembangan intelektual individu, yang
baru, 82% siswa menyatakan bahwa cara
pada akhirnya terdapat individu-individu
guru bertanya dapat memotivasi siswa
yang
dalam mencari tahu jawaban, 83% siswa
lebih
cepat
berpengaruh
bahwa
siswa
simbol tersebut, maka kemudian ia dapat kembali.
setuju
80%
diakhir
memahami
suatu
keadaan karena telah mengalaminya dan
menyatakan
ada
membuat
pula
individu
yang
mengalami
bahwa siswa
kegiatan lebih
diskusi
menghargai
ketinggalan dalam proses pengenalan
pendapat orang lain. Sebesar 37% siswa
tersebut.
merasa
model
pembelajaran
yang
digunakan sama dengan model yang 2.
Tanggapan
Siswa
terhadap
sebelumnya, 40 % siswa menyatakan
Pembelajaran Angket
digunakan pada model pembelajaran
diberikan
siswa
model pembelajaran experiential Kolb
bertujuan untuk mengetahui tanggapan
yang diterapkan membuat sulit dalam
siswa
model
memahami konsep dan 38% menyatakan
pembelajaran experiential Kolb. Angket
bahwa pembelajaran secara keseluruhan
ini terdiri dari 14 buah pernyataan dengan
sangat membosankan.
terhadap
kepada
penerapan
4 kategori skor tanggapan.
Untuk
Berdasarkan hasil analisis angket
pernyataan positif kategori skornya yaitu
tanggapan
Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju
pembelajaran experiential Kolb, dapat
(S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS)
disimpulkan bahwa siswa memberikan
dengan skor 2 dan Sangat Tidak Setuju
tanggapan positip (baik) terhadap model
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
siswa
terhadap
model
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
153
pembelajaran experiential Kolb yang
kemampuan menjelaskan fenomena fisis.
diterapkan
Dengan demikian siswa lebih termotivasi
alat
pada pembelajaran konsep
optik.
Berdasarkan
data
yang
dalam belajar.
diperoleh, sebesar 80% siswa menyatakan setuju
bahwa
model
pembelajaran
3.
experiential kolb yang digunakan adalah
Pembelajaran Experiential Kolb Model
pembelajaran
experiential
model pembelajaran baru, 82% siswa
Kolb telah dilaksanakan dengan cukup
menyatakan bahwa cara guru bertanya
baik oleh guru dalam pembelajaran di
dapat memotivasi siswa dalam mencari
kelas, ditunjukkan dengan persentase
tahu jawaban, 83% siswa menyatakan
keterlaksanaan
bahwa kegiatan diskusi membuat siswa
yang telah diobservasi oleh observer. Dari
lebih lebih menghargai pendapat orang
rekapitulasi
lain. Sebesar 37 % siswa merasa model
pembelajaran experiential Kolb dapat
pembelajaran
dilihat
yang
digunakan
sama
prosedur
pembelajaran
keterlaksanaan
bahwa
model
pembelajaran
dengan model yang digunakan pada
experiential
model pembelajaran sebelumnya, 40%
seluruhnya oleh guru pada pertemuan I, II
siswa menyatakan model pembejalaran
dan III.
experiential
Kolb
yang
Kolb
model
dilaksanakan
diterapkan
Aktivitas siswa diperoleh dari lembar
memahami
observasi siswa selama tiga pertemuan.
membuat
sulit
dalam
konsepdan
38%
menyatakan
bahwa
Berdasarkan hasil observasi diperoleh
pembelajaran secara keseluruhan sangat
data bahwa siswa melakukan aktivitas
membosankan.
pembelajaran dengan baik. Demikian
Model pembelajaran yang diterapkan
halnya untuk kegiatan inti, dari fase 1
menurut siswa sangat menyenangkan
sampai dengan fase 4 dapat dilakukan
sehingga siswa menjadi lebih termotivasi
dengan baik oleh siswa. Pada pertemuan
untuk belajar dan menginginkan agar
ke-1, presentase kegiatan hanya 74%
dapat
diterapkan
pembelajaran
dilakukan oleh siswa, hal ini karena siswa
materi
yang
Tahap-tahap
masih belum terbiasa dengan proses
pembelajaran experiential Kolb mampu
pembelajaran experiential Kolb. Selain itu
menggali pemahaman konsep dan melatih
juga
pada lain.
siswa
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
masih
belum
terbiasa
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
menjawab
pertanyaan
pengalamannya,
tentang
pertanyaan
dalam
154
yaitu model pembelajaran experiential Kolb.
demonstrasi, menggunakan logika dalam menjawab
permasalahan
terbiasa
mempersentasikan
percobaan.
Dimana
tahapan
tersebut
dan
dalam siswa
belum hasil
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
tahapan-
Berdasarkan data dan analisis hasil
dilatihkan
penelitian yang telah dilakukan tentang
pemahaman konsep dan pada fase ini
penerapan
model
pembelajaran
siswa dilatihkan kemampuan menjelaskan
experiential Kolb untuk meningkatkan
fenomena fisis.
kemampuan menjelaskan fenomena fisis
Pada pertemuan ke-2, presentase
pada materi alat optik dapat disimpulkan
kegiatan dilakukan oleh siswa 92%, hal
bahwa penerapan model pembelajaran
ini karena siswa masih ada siswa yang
experiential Kolb secara signifikan dapat
belum berani
lebih
untuk
menggunakan logikanya
menjawab
permasalahan
yang
diajukan oleh guru. Pada pertemuan ke-3,
meningkatkan
kemampuan
menjelaskan fenomena fisis dibandingkan dengan model konvensional.
presentase kegiatan dilakukan oleh siswa
Siswa memberikan tanggapan positif
100%, hal ini karena siswa sudah terbiasa
terhadap penerapan model pembelajaran
dengan
experiential Kolb pada materi alat optik.
model
pembelajaran
yang
digunakan. Pada
Saran tiap
tahapan
dilatihkan
Berdasarkan hasil penelitian
yang
kemampuan menjelaskan fenomena fisis,
telah dilakukan tentang penerapan model
sehingga
pertama
pembelajaran experiential Kolb untuk
kemampuan menjelaskan fenomena fisis
meningkatkan kemampuan menjelaskan
siswa belum terlatih dengan sempurna.
fenomena fisis
Pada pertemuan kedua dan ketiga siswa
maka peneliti dapat memberikan saran
mengalami kemajuan dalam kemampuan
model pembelajaran experiential Kolb
menjelaskan fenomena fisis, hal ini
merupakan model pembelajaran yang
karena siswa sudah terbiasa dengan
sangat jarang dilakukan guru sehingga
model pembelajaran yang diterapkan
pada
pada
pertemuan
pertemuan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
pada materi alat optik
awal
pembelajaran
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Eidelweis Dewi Jannati / Model Pembelajaran Experiental Kolb 2 (2016), 143 - 155
155
sebaiknya guru menjelaskan langkah-
Sains. Pidato Pengukuhan Guru
langkah kegiatannya secara keseluruhan
Besar, UPI Bandung.
agar siswa merasa terbiasa dengan model pembelajaran ini. Diperlukan persiapan
Manolas, E.I. 2005, “Kolb’s Experiential
yang matang dalam menerapkan model
Learning
pembelajaran
Physics
experiential
Kolb
agar
Model:
Enlivening
Courses
inPrimary
dalam penerapannya dapat menggunakan
Education”.
waktu semaksimal mungkin.
Journal. 3,(9).
Sanjaya,
UCAPAN TERIMAKASIH
The Internet TESL
Wina.
2006, Strategi
Terima kasih kepada Dekan Fakultas
Pembelajaran. Jakarta,
Teknik UNMA (Dr. Riza M. Yunus, ST.,
Prenada Media Group.
Kencana
MT.), Kepala program studi Teknik Mesin beserta sekretaris program studi
Sanjaya,
Wina.
2009, Stategi
Teknik Mesin, dan rekan-rekan dosen
Pembelajaran
Berorientasi
atas motivasinya.
Standar
Pendidikan.
Proses
Jakarta, Kencana. DAFTAR PUSTAKA Sukmadinata, Depdiknas.
2003, Undang-Undang
N.S.
2009,
Metode
RI
Penelitian Pendidikan. Bandung,
Nomor 20 Tahun 2003, tentang
PPS UPI dan Remaja Rosdakarya.
Sistem Pendidikan Nasional.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang, IKIP Malang.
Liliasari.
(2005).
Membangun
Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia
Melalui
Pendidikan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976