1
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Juni 2016
PENERAPAN MODEL TIMELINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRONOLOGIS PADA PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DI SEKOLAH DASAR Aulia Rizqiani, Solichin Ichas Hamid1, Dede Margo Irianto2 Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini di latarbelakangi oleh pembelajaran IPS yang hanya menggunakan metode ceramah dianggap kurang menarik dan variatif sehingga siswa pada pembelajaran IPS terlalu jenuh dan cenderung dianggap pembelajaran yang cukup sulit karena IPS cenderung pelajaran yang menghapal, apalagi pada materi yang berkaitan dengan sejarah. Sehinggga perlu diadakannya penelitian untuk meningkatkan kemampuan berfikir kronologis dan hasil belajar siswa. Penelitian tersebut menggunakan model timeline. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan apakah terdapat pengingkatan pada kemampuan berfikir kronologis siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model timeline. Pada pembelajaran timeline siswa akan belajar mengenai sejarah dengan model pembelajaran yang menggunakan garis waktu sehingga kita dapat melihat hubungan antar peristiwa kronologis, hal ini sejalan dengan karakteristik timeline pembelajaran menggunakan model timeline bisa digunakan untuk melihat hubungan antara peristiwa secara kronologis dan interval waktu secara relative sehingga peserta didik mampu memahami dan mengembangkan konsep waktu sebagai sesuatu yang bersifat berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Elliott. Dilaksanakan dalam 3 siklus dengan 3 tindakan disetiap siklusnya. Adapun instrument yang digunakan yaitu lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, test evaluasi, LKS dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh terjadi peningkatan dari proses belajar, kemampuan berfikir kronologis dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Pada saat mengawali pembelajaran siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, sedangkan kemampuan berfikir kronologis pada siklus I 42.55 dan meningkat pada siklus II 78.9 kemudian meningkat lagi menjadi 83.7. Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada siklus I 55.4 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 69.5 dan meningkat kembali menjadi 77.8. Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti menyarankan untuk menggunkan model Timeline pada pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berfikir kronologis dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci
: Model Timeline, Berpikir Kronologis, Pembelajaran IPS
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
2 1
Aulia Rizqiani, Solichin Ichas Hamid , Dede Margo Irianto2 Penerapan Model Timeline Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kronologis Pada Pembelajaran IPS Sejarah Di Sekolah Dasar
MODEL APPLICATION TIMELINE FOR IMPROVING THE ABILITY TO THINK CHRONOLOGY SOCIAL STUDIES LEARNING HISTORY IN ELEMENTARY SCHOOL Aulia Rizqiani, Solichin Ichas Hamid1, Dede Margo Irianto2 Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRACT This research in the wake of the social studies lesson that only use the lecture method is considered less attractive and varied so that students in social studies learning too saturated and tends to be considered learning quite difficult because IPS tend to memorize the lessons, especially in the materials relating to the history. So as necessary research to improve the ability to think chronologically and student learning outcomes. The study uses a model timeline. The purpose of this study to describe whether there pengingkatan in chronological thinking ability of students and student learning outcomes using models timeline. On learning timeline students will learn about the history of the learning model that uses the timeline so that we can see the relationship between chronological events, it is in line with the characteristics of the timeline learning to use a model timeline can be used to see the connection between the events in chronological order and the time interval is relative so that participants students are able to understand and develop the concept of time as something that is sustainable. This study uses a Class Action Research (PTK) using models Elliott. Executed in 3 cycles with 3 step each cycle. The instrument used is the observation sheet, sheets interviews, field notes, test evaluation, LKS and documentation. Results obtained an increase of the learning process, the ability to think chronologically and student learning outcomes in social studies learning. At the start of student learning to be active in learning, and the ability to think chronologically in the first cycle and increased 42.55, 78.9 in the second cycle and then increased again to 83.7. As for the learning outcomes of students in the first cycle 55.4 then increased in the second cycle becomes 69.5 and rose again to 77.8. Based on the above results the researchers suggest using the Timeline on learning models to improve the ability to think chronologically and student learning outcomes.
Keywords: Model Timeline, Chronological Thinking, Learning IPS
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
3
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Juni 2016
PENDAHULUAN Pendidikan adalah merupakan suatu usaha mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam diri manusia dengan cara mentransfer ilmu dari satu orang ke orang lainnya. Suatu ilmu pada konteks ini ditransfer dari generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 telah dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai dengan isi undang-undang di atas bahwa pendidikan merupakan usaha pengembangan seluruh potensi yang ada di dalam diri anak. Potensi dapat berupa IQ maupun SQ-nya yang nanti akan dipakai di masyarakat. Pengembangan potensi anak tersebut di capai dengan mengikuti pendidikan, baik pendidikan normal dan non formal. Tujuannya agar dapat mengembangkan seluruh potensi diri sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan sekolah dasar (SD) sebagai jenjang yang paling dasar pada pendidikan formal. Hal ini mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Terutama dalam pendidikan SD diajarkan beberapa mata pelajaran, salah satunya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan payung dari berbagai disiplin Ilmu Sosial seperti sejarah, sosiologi, geografi dan ekonomi. Dispilin Ilmu Sosial tersebut tidak di perkenalkan secara terpisah karena menyesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik dan karakteristik IPS berbeda
karakteristiknya di setiap jenjang pendidikan. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar, merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan memiliki tujuan yang menunjang demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Seperti halnya penegasan dari Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 menegaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1 merupakan: Mata pelajaran yang mengarahkan perserta didiknya untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Melalui pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Pada tingkat SD/MI, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Siswa SD memiliki ciri khas yang berbeda dengan siswa dengan jenjang yang lainnya dilihat dari tahap perkembangan
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
4 1
Aulia Rizqiani, Solichin Ichas Hamid , Dede Margo Irianto2 Penerapan Model Timeline Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kronologis Pada Pembelajaran IPS Sejarah Di Sekolah Dasar kognitif menurut Piaget (Suyono, 2011: 85) menggunakan model pembelajaran menyatakan bahawa “masa operasional Timeline ? kongkrit berlangsung sekitar 7 -11 tahun S.K.Kochhar (2008, hlm. 407) anak mulai menguasai pembelajaran yang mengemukakan bahwa “garis waktu penting yang di tangkap oleh panca indera merupakan alat sederhana yang dapat pada tahap ini anak sudah melakukan mengurangi pemahaman waktu menjadi klasifikasi, pengelompokan dan pengaturan pemahaman ruang sehingga lebih mudah di masalah”. Berdasarkan yang di kemukakan pahami” Piaget bahwa anak sekolah dasar telah Menurut Sardiyo (Herfitanti,2010, hlm. 8) masuk kedalam tahap operasional kongkrit. model garis adalah model yang digunakan Permasalahan yang terjadi di lapangan dalam kegiatan belajar mengajar untuk yaitu pembelajaran IPS yang hanya memecahkan masalah dengan menekankan menggunakan model konvensional pada saaat urutan waktu kejadian (kronologis) pembelajara. Kendala lain keterbatasan buku- sehingga dapat diketahui pertumbuhan dan buku yang tersedia. Adanya anggapan bahwa perkembangannya konsep waktu ditinjau IPS merupakan pelajaran hapalan menyebabkan dari segi ilmu dan filsafat, yaitu masa anak beranggapan bahwa pembelajaran itu lampau, masa kini, dan masa depan. membosankan dan materinya sukar untuk Savage dan Amstrong (Herfitanti,2011, dimengerti. Aspek terakhir terlihat dari nilai hlm. 8) mengatakan bahwa model garis yang di dapatkan oleh siswa pada saat waktu bisa digunakan untuk melihat penulis melakukan studi awal. hubungan antara peristiwa secara Penulis beranggapan sudah saatnya di kronologis dan interval waktu secara perlukan adanya suatu model pembelajaran relative sehingga peserta didik mamapu yang inovatif dan mendorong anak untuk memeahami dan mengembangkan konsep berfikir kronologis pada saat pembelajaran waktu sebagai sesuatu yang bersifat IPS berlangsung, pada model ini anak berkelanjutan. diharapkan dapat melihat urutan sebab akibat Jadi dapat kita simpulkan dari ketiga yang terjadi dari peristiwa dan bahkan dapat pendapat tersebut garis waktu atau memprediksi kecenderungan apa yang akan Timeline merupkan alat sederhana yang terjadi kelak. Model timeline ini di tawarkan dapat di gunakan untuk memecahkan untuk melihat perkembangan sejarah atau masalah dengan menekankan urutan waktu kebudayaan, timeline dapat di buat panjang agar dapat melihat hubungan antara atau hanya sebatas periode tertentu. Model peristiwa secara kronologis. timeline ini memperlihatkan benang merah Langkah-langkah pembelajaran model antara satu peristiwa dengan peristiwa Timeline : lainnya pada siswa-siswa. a. Sampaikan tujuan pembelajaran dan Berdasarkan masalah yang telah kompetensi yang harus di kuasai peserta diuraikan di atas maka akan dilaksanakan didik dalam pembelajaran hari itu penelitian dengan rumusan masalah b. Tunjukan pentingnya mempelajari sebagai berikut: sejarah melalaui Timeline 1. Bagaimana meningkatkan berpikir c. Buatlah Timeline dengan cara menarik kronologis pada siswa SD kelas 5 dengan garis lurus horizontal dan menuliskan menggunakan model pembelajaran waktu tertentu dan beberapa kejadian Timeline? penting yang ada di dalamnya. Waktu 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar berikutnya juga dituliskan seperti cara siswa pada siswa SD kelas 5 dengan titik waktu pertama dan begitu terus
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
5
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Juni 2016
sampai pada waktu tertentu yang sesuai dengan materi pembelajaran. d. Jelaskan peristiwa peristiwa penting yang terjadi pada tahun-tahun tertentu dan menjelaskan hubungannya dri tahun ke tahun e. Adakan Tanya jawab mengenai peristiwa peristiwa dan hubungannya dengan yang lain f. Buatlah kesimpulan g. Mintalah peserta didik untuk membuat timeline yang berhubungan dengan mereka masing- masing contoh: time line mereka dari lahir sampai saat ini. Kelebihan dari model garis waktu Herfriyanti (2011, hlm. 10) adalah sebagai berikut: 1. Mudah dan sederhana cara membuatnya 2. Membuat siswa untuk mengerti peristiwa-peristiwa sejarah dengan urutan yang benar dan logis 3. Memberi peluang kepada siswa untuk belajar aktif dan kreatif 4. Tingkat kemampuan berfikir siswa mendukung pengembangan model tersebut. Kekurangan dari model garis waktu adalah: 1. Sulit menentukan struktur temporal siswa dari paparan atau cerita sejarah 2. Sulit menafsirkan data yang di tampilkan dalam garis waktu 3. Sulit menjelaskan perubahan dan kesinambungan dalam konteks waktu Berpikir kronologis merupakan catatan kejadian kejadian yang di urutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi membantu merekonstruksi kembali peristiwa berdasarkan urutan waktu. Menurut tarusena (herfatanti,2010, hlm. 10) ‘berpikir kronologis dapat diartikan sebagai berfikir yang bersifat runut atau bersusun berdasarkan urutan waktu dan biasanya dalam mengungkap suatu kejadian atau peristiwa.’ Cara berfikir kronologis yaitu sebagai berikut:
a) Dalam mempelajarai berpikir kronologis mempelajari kehidupan sosial mamanjang berdimensi waktu b) Konsep berpikir kronologis memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak dan memiliki hubungan kausanalitas atau sebab akibat c) Menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu kehidupan masyarakat secara berkesinambungan d) Menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis e) Di gunakan dalam ilmu sejarah Tingkat kesiapan pengetahuan dan pemahaman peseerta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan pengembangan kemampuan berfikir, maka dari itu untuk pengembangan kemampuan berfikir kronologis maka pemahaman siswa mengenai konsep kronik harus memadai. Langakah langkah pengembangan berfikir kronologis siswa ada tujuh hal, yaitu : a. Membedakan antara masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang b. Merancang garis waktu c. Menafsirkan data yang di tampilkan dalam garis waktu d. Menumbuhkan kemampuan dalam mengorganisasikan dan mengurutkan peristiwa sejarah dalam garis waktu e. Menghitung dan mengukur waktu f. Menjelaskan perubahan dan kesinambungan dalam konteks waktu g. Menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam sejarah Mengkaji rumusan kemampuan– kemampuan dasar dalam pengembangan kemampuan berfikir kronologis siswa harus di motivasi untuk memanfaatkan berbagai potensi dirinya baik potensi afektif , kognitif, dan psikomotor. Pembelajaran merupakan kegiatan sehari hari manusia yang tidak lepas dari belajar, baik ketika sesorang melaksanakan aktivitasnya sendiri maupun berkelompok (Aunurrahman, 2012, hlm. 33).
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
6 1
Aulia Rizqiani, Solichin Ichas Hamid , Dede Margo Irianto2 Penerapan Model Timeline Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kronologis Pada Pembelajaran IPS Sejarah Di Sekolah Dasar Wenger (Huda, 2013, hlm. 2) diperolehnya hasil penelitian yang tepat, mengatakan bahwa “pembelajaran karena di dalam metode tersebut dituliskan bukanlah aktivitas, sesuatu yang cara-cara yang ditempuh untuk dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak menyelesaikan masalah penelitian. melakukan aktivitas yang lain. Pada kehidupan tidak ada yang luput Pembelajaran juga bukaanlah sesuatu dari suatu permasalahan tetapi dalam suatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. pemasalahan tersebut terdapat suatu Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi penyelesaiannya. Satu di antaranya adalah di mana saja dan pada level yang permasalahan pendidikan, pasti pada setiap berbeda-beda secara individu, kolektif permasalahannya terdapat suatu solusi atau ataupun sosial” jalan keluar. UU No.20 Tahun 2003 tentang Penelitian tindakan kelas (PTK) Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran merupakan tindakan yang tepat untuk adalah proses interaksi peserta didik memecahkan permasalahan dengan dengan pendidik dan sumber belajar pada menggunakan model tindakan kelas. PTK pada suatu lingkungan belajar”. merupakan tindakan yang tepat untuk Jadi dapat maknai bahwa belajar memecahkan permasalahan yang sesuai merupakan kegiatan sehari-hari manusia dengan tujuan yaitu ingin memperbaiki dan yang tidak akan berhenti dilakukan oleh meningkatkan kualitas dari pembelajaran. manusia didalam pembelajaran terjadi Jhon Eliot (dalam Muslihudin, 2010, interaksi antara peserta didik dengan hlm. 6) mengemukakan bahwa “PTK ialah pendidik maupun lingkungan. kajian tentang situasi sosial dengan Pembelajaran bisa terjadi kapan saja maksud untuk meningkatkan kualitas dimana saja dan pada level yang berbeda tindakan di dalamnya“. pendapat lain pada setiap individu atau kelompok. mengemukakan bahwa “PTK merupakan Sejarah merupakan sesuatu yang tidak suatu pencermatan terhadap kegiatan bisa di lepaskan dari kehidupan manusia. belajar berupa sebuah tindakan yang Menurut Sapriya “sejarah adalah studi sengaja dimunculkan dan terjadi dalam tentang kehidupan manusia di masa lampau”. sebuah kelas secara bersama.” (Arikunto, Hugiono dan P.K. Poerwantan (dalam 2010, hlm. 3). Sumaatmadja, 2007, hlm. 2.8) mendefiniskan Metode PTK adalah mengkaji situasi ‘Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa- sosial dengan melakukan pencermatan peristiwa masa lampau yang dialami terhadap kegiatan pembelajaran dengan manusia, disusun secara ilmiah, meliputi maksud untuk meningkatkan kualitas urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis pembelajaran dalam kelas. Tujuan kritis sehingga mudah dimengerti dan dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas dipahami’ yakni : Dapat kita ambil garis besarnya bahwa a. Memperhatikan dan meningkatkan sejarah merupakan suatu gambaran peristiwa kualitas isi, masukan, proses dan hasil peristiwa di masa lampau yang tidak bisa pembelajaran. dilepaskan dari kehidupan manusia. b. Menumbuhkembangkan budaya meneliti tenaga kependidikan guru agar lebih proaktif mencari solusi terhadap METODE Metode penelitian adalah rancangan permasalahan pembelajaran. penelitian yang digunakan untuk c. Menumbuh dan meningkatkan pemecahan masalah dalam penelitian. produktivitas meneliti para tenaga Metode penelitian sangat menentukan 1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
7
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Juni 2016
kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran. d. Meningkatkan kolaborasi antara pendidikan dan tenaga kependidikan dalam memecahkan permasalahan pembelajaran. Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model John Elliot. Pada model penelitian John Elliot terdapat beberapa siklus dan di dalam setiap siklus memungkinkan terjadi beberapa tindakan yaitu 3-5 tindakan. Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Ujungberung 2, Desa Cigending, Kec. Ujungberung, Kota Bandung. Jumlah 30 orang, terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan Instrumen penelitian yan digunakan dalam penelitia ini yaitu penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa seperti pemahaman siswa dan hasil evaluasi siswa, lembar observasi siswa dan guru untuk melihat prilaku siswa dan guru saat pembelajaran, catatan lapangan untuk mencatatat kejadian-kejadian yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung, lembar wawancara untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah berlangsung, dan dokumentasi untuk memperjelas data yang telah dikumpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap awal yaitu tahap perencanaan. Tahap ini yaitu mempersiapkan semua hal yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan seperti mempersiapkan rencana persiapan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan dan materi tentang Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Kegiatan pemebelajaran pada siklus I dilakukan pada tanggal 30 April, 1 dan 7 Mei 2015. Sedangkan untuk pelaksanaan siklus II dilakukan pada tanggal 8, 14, dan 15 Mei 2015. Untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 21, 22 dan 28 Mei 2015.
Berdasarkan perencanaan, analisis dan refleksi pemebelajaran yang dilakukan, terdapat beberapa temuan esensial pada saat pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan model timeline. Terdapat peningkatan yang terjadi pada proses pembelajaran, pemahaman dan hasil belajar siswa. Peningkatan ini terjadi bertahap dari siklus I hingga siklus III. Pada saat awal menggunakan model timeline siswa masih merasa belum terbiasa sehingga siswa masih sangat pasif dalam mengikuti pemebelajaran, sehingga pembelajaran yang diakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada siklus I Pada saat penayangan video pembelajaran mengenai bandung lautan api terlihat masih ada siswa tidak memperhatikan video tersebut malah mengobrol dan mengeluarkan mainan dari dalam tas nya. Tahap selanjutnya siswa di berikan waktu untuk mengerjakan lks yang diberikan guru terdapat siswa yang masih tidak mau berdiskusi dengan teman kelompoknya. Selanjutnya pada tahap konfirmasi jawaban siswa guru menunjuk salah satu kelompk untuk kedepan menngkonfirmasi jawaban lks terlihat kelompok yang lain tidak memperhatikan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil kelompok nya di depan. Tahap yang terakhir pada saat penarikan kesimpulan pembelajaran guru memberikan pertanyaan kepada siswa apa saja yang sudah di pelajari siswa terlihat siswa masih kebingungan dengan kesimpulan pembelajaran. Kekurangan-kekurangan yang muncul saat melakukan pembelajaran pada siklus I selanjutnya diperbaiki pada siklus selanjutnya yaitu pada saat pemutaran video guru memberikan instruksi pada saat pemutaran video hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan dan sangsi bila melanggar peraturan itu. Lalu pada saat kerja kelompok siswa di pengarahan dahulu tata cara kerja kelompok sehingga mereka tidak egois dalam kelompok dan
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
8 1
Aulia Rizqiani, Solichin Ichas Hamid , Dede Margo Irianto2 Penerapan Model Timeline Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kronologis Pada Pembelajaran IPS Sejarah Di Sekolah Dasar mendorong mereka untuk saling Kekurangan-kekurangan yang muncul bekerjasama. selanjutnya yaitu guru harus saat pembelajaran pada siklus II guru lebih banyak memberi penguatan kepada melakukan refleksi pembelajaran pada saat siswa baik verbal maupun non-verbal pemutaran video guru lebih menekankan sehingga siswa berani dalam mengeluarkan pada sangsi yang lebih tegas pada saat pendapatnya dan menanyakan materi yang pemutaran video hal-hal apa saja yang tidak di mengerti kepada guru maupun tidak boleh dilakukan dan sangsi bila siswa. Terakhir guru harus membuat siswa melanggar peraturan itu. Pada saat fokus dahulu terhadap pembelajaran setelah mengutarakan pendapatnya guru itu guru memberikan dahulu contoh seharusnya menunjuk siswa yang belum kesimpulan yang benar seperti apa dan pernah kedepan atau yang jarang kedepan, memberikan pertanyaan kepada siswa hal ini di lakukan untuk melatih keberanian mengenai materi yang di pelajari sebagai siswa untuk mengutarakan pendapatnya. pemancing keaktifan siswa. Lalu pada saat kerja kelompok siswa belum Setelah melakukan analisis dan bisa bekerja sama dengan baik dengan merefleksi kesalahan-kesalahan yang teman sekelompoknya sehingga guru muncul pada siklus I maka pembelajaran memberikan penjelasan bahwa kerja sama dilanjutkan pada siklus II dengan itu di perlukan pada saat kita melakukan melaksanakan refleksi yang telah di kerja kelompok, juga pengarahan bahwa paparkan sebelumnya. Pada siklus II tahap kita tidak boleh memilih-milih teman dan Pada saat penayangan video pembelajaran penguatan dari guru pada saat kerja mengenai materi yang akan di pelajari kelompok. Terakhir guru harus membuat sebagian siswa terlihat antusias dalam siswa kondusif dahulu terutama siswa lakimelihat video pembelajaran yang berkaitan laki yang memang susah untuk di dengan materi tetapi terlihat juga siswa kondusifkan, memberikan pengarahan yang masih tidak dapat fokus pada video bahwa tidak boleh menggangu teman yang yang di tayangkan. Tahap selanjutnya sedang belajar dan juga guru harus siswa di berikan waktu untuk mengerjakan bertindak tegas dan juga dapat mengayomi lks yang diberikan guru, masih terlihat muridnya. bahwa siswa masih belum bekerjasama Selanjutnya pembelajaran pada siklus dengan baik dengan kelompoknya pada III dilakukan setelah melakukan analisis saat pembelajaran terlihat siswa yang dan refleksi pada siklus II. Refleksi pada bertengkar. Selanjutnya pada tahap siklus II dilakukan pada pembelajaran di konfirmasi jawaban siswa guru menunjuk siklus III dan temuan esensial yang muncul salah satu kelompk untuk kedepan saat pembelajaran berlangsung pada siklus mengkonfirmasi jawaban lks siswa masih III yaitu Pada saat penayangan video terlihat malu-malu sehingga kelompok pembelajaran mengenai materi yang akan yang kedepan hanya itu-itu saja. Tahap di pelajari siswa terlihat antusias dalam yang terakhir pada saat penarikan melihat video pembelajaran yang berkaitan kesimpulan pembelajaran guru dengan materi. Tahap selanjutnya siswa di memberikan pertanyaan kepada siswa apa berikan waktu untuk mengerjakan lks yang saja yang sudah di pelajari siswa terlihat diberikan guru, masih ada siswa yang tidak siswa sudah dapat aktif memberikan bisa bekerja sama dengan kelompoknya, kesimpulan dalam pembelajaran meskipun tetapi hanya satu atau dua kelompok yang masih ada yang belum aktif tetapi sebagian masih tidak bisa bekerja sama dengan besar siswa sudah aktif. kelompoknya. Selanjutnya pada tahap konfirmasi jawaban siswa guru menunjuk 1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
9
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Juni 2016
salah satu kelompok untuk kedepan mengkonfirmasi jawaban lks siswa terlihat berani kedepan sehingga semua kelompok dapat mendaptkan kesempatan kedepan. Tahap selanjutnya pada saat penarikan kesimpulan pembelajaran guru memberikan pertanyaan kepada siswa apa saja yang sudah di pelajari siswa terlihat siswa sudah dapat aktif memberikan kesimpulan dalam pembelajaran meskipun masih ada yang belum aktif tetapi sebagian besar siswa sudah aktif. Tahap terakhir yaitu pemberian soal evaluasi kepada semua siswa, seluruh siswa mengerjakan dengan tertib sebelum siswa mengerjakan soal guru menjelaskan tata cara pengerjaan soal tersebut. Peningkatan nilai rata-rata proses belajar siswa dari siklus I tindakan 1 hingga siklus III tindakan 3 dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
a. Membedakan antara masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang b. Merancang garis waktu c. Menafsirkan data yang di tampilkan dalam garis waktu d. Menumbuhkan kemampuan dalam mengorganisasikan dan mengurutkan peristiwa sejarah dalam garis waktu e. Menghitung dan mengukur waktu f. Menjelaskan perubahan dan kesinambungan dalam konteks waktu g. Menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam sejarah Berdasarkan pemaparan diatas, nilai ratarata siswa dari siklus I hingga III dapat dilihat dari bagan dibawah ini : 100
Nilai Rata-rata Proses
80
100
60
80 60
86 75.9 65.9
40
Siklus I
40
Siklus II
20
Siklus III
0
7678 70
85 81.6
83 7075
93.3 83
56.6 36.6
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
20 0 Nilai Rata-rata Proses
Dari bagan diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan pada proses belajar siswa. Pada siklus I rata-rata nilai proses siswa hanya 65.9, meningkat kembali pada siklus II menjadi 75.9, namun hal ini masih perlu ditingkatkan dan setelah selesai melaksanakan pembelajara pada siklus III nilai proses pembelajaran siswa kembali meningkat menjadi 86. Selain itu juga dalam pelaksanaan pembelajaran dari setiap siklusnya sudah memenuhi indikator berpikir kronologis yaitu:
Dari bagan diatas terlihat peningkatan pada aspek kemampuan berfikir kronologis dari siklus I sampai siklus III. Pada indikator pertama siswa dapat memahami konsep waktu. Kemampuan berfikir kronologis siswa pada siklus I meningkat sebanyak 70 %, pada siklus II meningkat sebanyak 76% dan pada siklus III meningkat sebanyak 78% dari 30 siswa yang sudah memahaminya. Indikator kedua yaitu kemampuan membaca timeline pada siklus I sebanyak 56,6% sedangkan pada siklus II mendapatkan 81,6% dan pada siklus III meningkat sebnayak 85% pada indikator ketiga siswa dapat mengurutkan
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
10 1
Aulia Rizqiani, Solichin Ichas Hamid , Dede Margo Irianto2 Penerapan Model Timeline Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kronologis Pada Pembelajaran IPS Sejarah Di Sekolah Dasar peristiwa sejarah, pada siklus I meningkat menafsirkan data yang di tampilkan dalam sebanyak 70%, pada siklus II siswa garis waktu, siswa juga mampu mendapat 75% dan pada siklus III mengorganisasikan dan mengurutkan meningkat sebanyak 83%. Indikator peristiwa sejarah dalam garis waktu, dan terakhir yaitu siswa dapat merekonstruksi dapat menghitung dan mengukur waktu peristiwa sejarah pada siklus I meningkat Hasil belajar dengan menggunakan sebanyak 36,6%, pada siklus II meningkat model timeline pada siswa kelas V pada sebanyak 83% dan pasa siklus terakhir SDN Ujungberung 2 di ketahui meningkat. meningkat menjadi 93,3% dari 30 siswa Hal ini di buktikan dengan hasil belajar yang sudah memahaminya. siswa pada siklus I yang mendapatkan rataSetelah melihat bagan dari kemampuan rata 55.4 sedangkan KKM yang ada di SDN berfikir kronologis maka hasil belajar siswa Ujungberung 2 yaitu 70. Hal ini terjadi di juga mengalami peningkatan dari siklus 1 karenakan siswa sedang beradaptasi dengan tindakan 1 sampai dengan siklus 3 tindakan proses pembelajaran yang baru dan juga 3, untuk lebih jelasnya akan gambarkan pada saat proses pembelajaran berlangsung pada bagan dibawah ini : siswa lebih banyak mengobrol di bandingkan dengan fokus pada pembelajaran. Pada siklus II rata-rata hasil Nilai Rata-rata Hasil Belajar belajar siswa yang di dapat adalah 69.5 90 terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya 80 di karenakan pada siklus II siswa sudah 70 77.8 mulai mengerti dengan proses pembelajaran Siklus I 69.5 60 yang baru dan pada saat proses 50 Siklus II 55.4 40 pembelajaran siswa sudah mulai bisa fokus Siklus III 30 dan mengerti dengan materi yang di pelajari 20 pada saat itu, meskipun masih ada siswa 10 yang belum mengerti dengan pembelajaran 0 Nilai Rata-Rata tetapi sebagian besar siswa dapat mengerti dengan pembelajaran.pada siklus III terjadi peningkatan juga pada siklus ini nilai rataDari bagan diatas terlihat terjadi rata hasil belajar siswa adalah 77.8, peningkatan hasil belajar siswa. Pada peningkatan ini terjadi dikarenakan karena Siklus I rata-rata hasil belajar siswa hanya siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran 55.4 dan meningkat pada siklus II menjadi menggunakan model timeline dan juga 69.4 namun KKM yang harus dicapai oleh siswa sudah berani dalam menjawab dan siswa yaitu 70 maka perlu melakukan menanyakan pertanyaan sehingga tidak ada tindakan kembali, pada siklus III nilai ratalagi siswa yang tidak mengerti dalam rata siswa meningkat menjadi 77.8. pembelajaran. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian SIMPULAN di atas bahwa pembelajaran mengggunakan Berpikir kronologis dengan metode timeline dapat meningkatkan hasil mengggunakan model timeline pada siswa blajar siswa di lihat dari hasil pemaparan di kelas V pada SD terjadi peningkatan. Hal atas hasil rata-rata yang di dapat oleh siswa ini dibuktikan dengan siswa dapat sudah melewati KKM yang di tentukan oleh membedakan antara masa lampau, sekolah. sekarang dan masa yang akan datang, lalu siswa dapat merancang garis waktu sendiri, siswa mampu memecahkan masalah dan 1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
11
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Juni 2016
REKOMENDASI DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian menggunakan model timeline dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kronologis siswa khususnya pada pembelajaran IPS pada siswa SD kelas V pada semester 2 dengan materi tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maka dari itu penulis merekomendasikan pembelajaran dengan menggunakan metode timeline untuk di gunakan oleh guru pada pembelajaran pembelajaran. Penggunaan model timeline pada pembelajaran sejarah membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa sehingga pembelajaran sejarah menjadi lebih bermakna dan lebih menyenangkan sehingga siswa tidak hanya tahu hal hal yang terdapat dalam sejarah tetapi dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : BUMI AKSARA. Annurahman (2012). Belajar dan pembelajaran. Bandung : ALFABETA Budi Setiawan (2012). Penerapan Model Garis Waktu Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kronologis Siswa Pada Pembelajaran IPS Sejarah Di Sekolah Dasar. UPI Cibiru : tidak di terbitkan Huda, miftahul.(2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran isu-isu metodis dan paradigmatis. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Herfiyanti, Ririn (2011). Penggunaaan Model Garis Waktu Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kronologis Siswa Dalam Pembelajaran IPS
Sejarah Di Sekolah Dasar. UPI Cibiru : tidak di terbitkan Kochhlar. S. K (2008). Teaching of history. Jakarta : GRASINDO. Nenden Iba Bandaisah (2010). Model garis waktu untuk meningkatkan berfikir kronologis siswa dalam pembelajaran IPS sejarah di Sekolah Dasar. UPI Cibiru : Tidak di terbitkan Nurhasanah, Siti (2013). Mengembangkan Berfikir Kronologis Siswa Melalui Model garis Waktu Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Di Kelas V SD. UPI Cibiru : tidak di terbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Purwanto, Ngalim (2007). Psikologi pendidikan. Bandung : ROSDA Rustini, Tin (2014). IPS untuk anak usia dini. Bandung: UPI Cibiru Setiamihardja, Realin. (2012). Evaluasi Pendidikan. Bandung : RIZQI PRESS. Sugiyono(2012). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung : ALFABET. Susanto, Ahmad (2011). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Yogyakarta : PENANDA MEDIA. Sutmaatmadja, Nursid.(2007). Konsep dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka. Suyono & Hariyanto.(2010). Belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar. Bandung : ROSDA. Taniredja,
Turkiran. DKK.(2013). Penelitian Tindakan Kelas untuk pengembangan profesi guru. Bandung : ALFABETA Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab