PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP Oleh: Imas Teti Rohaeti (1) Bambang Avip Priatna (2) Endang Dedy (2) ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen yang dilakukan kepada siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai sampel penelitian. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Treffinger, sementara kelas kontrol diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model konvensional. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol, serta untuk mengetahui apakah siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika. Hasil yang diperoleh adalah bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol dan siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika. Siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan model Treffinger pada pembelajaran matematika. Kata kunci: kemampuan berpikir kreatif, model pembelajaran Treffinger ABSTRACT This was a quasi experimental study to eighth grade students in 2nd cluster one of junior high school at Bandung, used experiment class and control class as the sample. The experiment class was received Treffinger model in mathematics learning, and the control class was received conventional model. The aim of this was to find out the difference improvement of student’s creative thinking ability who have received Treffinger learning model with student’s creative thinking ability who have received conventional learning model, and to find out the student’s attitudes toward the implementation of Treffinger model in mathematics learning. The result of this study showed that improvement of student’s creative thinking ability who have received Treffinger learning model significantly higher than students who have received conventional learning. Students give positive attitude towards the implementation of Treffinger model in mathematics learning. Keywords: creative thinking ability, Treffinger learning model
Pendahuluan Pesatnya pengetahuan
dan
perkembangan teknologi
ilmu
adalah munculnya permasalahan hidup yang
memberikan
kompleks dan kompetitif. Untuk menghadapi
dampak yang begitu besar terhadap berbagai
tantangan
ini,
diperlukan
Sumber
Daya
aspek kehidupan. Salah satu dampak tersebut
Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki
keahlian hidup (Life Skills) yang baik untuk
Selain itu, menurut Suherman, dkk. (2003: 56)
bersaing dan berkompetisi. Oleh sebab itu,
kemampuan berpikir kreatif akan membentuk
diperlukan peningkatan kualitas SDM dalam
seseorang
menyelesaikan permasalahan yang ada.
masalah. Karena manusia kreatif akan memiliki
terampil
dalam
memecahkan
Salah satu cara untuk meningkatan
banyak gagasan dalam memecahkan masalah
kualitas SDM adalah melalui pendidikan. Hal
dan akan memilih pemecahan masalah dengan
ini sesuai dengan pendapat Nugraha (2009)
menggunakan
yang menyatakan bahwa peningkatan SDM
masalahnya,
dapat dilakukan dengan adanya pendidikan
biaya, dan tenaga yang diperlukan untuk
yang baik. Hal ini sesuai dengan tujuan
melaksanakan gagasan tersebut.
nasional
bangsa
mencerdaskan meningkatkan
Indonesia
yaitu
kehidupan SDM
untuk
bangsa
melalui
cara
yang
misalnya
Kemampuan
relevan
dengan
berdasarkan
waktu,
berpikir
kreatif
dan
mendapatkan perhatian yang cukup besar
pendidikan
dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya
nasional. Adanya pencanangan pendidikan
yang
nasional di Indonesia diharapkan terciptanya
kemampuan berpikir kreatif adalah melalui
manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri,
pembelajaran
maju,
(Pomalato, 2005) menyatakan bahwa dalam
cerdas,
kreatif,
profesional,
dan
produktif.
dilakukan
kurikulum
Peningkatan
kualitas
SDM
untuk
meningkatkan
matematika.
Sumarmo
matematika, salah satu tujuan
ditandai
pembelajaran matematika adalah menjadikan
dengan terbentuknya manusia yang kreatif.
siswa mempunyai pandangan yang lebih luas,
Ruseffendi (Nugraha, 2009: 1) menyatakan
memiliki
bahwa salah satu
matematika, sikap kritis, objektif, terbuka,
indikator peningkatan
kualitas SDM adalah terbentuknya manusia
sikap
menghargai
kegunaan
inovatif, dan kreatif.
yang kreatif. Sifat kreatif akan tumbuh bila
Selain itu, dalam standar isi satuan
dilatih dan dibiasakan sejak awal untuk
pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran
melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan, dan
matematika (Peraturan Menteri Pendidikan
memecahkan masalah.
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Salah satu kemampuan yang dibutuhkan
standar isi) disebutkan bahwa mata pelajaran
dalam pemecahan masalah adalah kemampuan
matematika perlu diberikan kepada semua
berpikir
2)
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
menyatakan bahwa menurut Career Center
membekali peserta didik dengan kemampuan
Maine Department of Labor USA, kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
berpikir
kreatif,
kreatif.
kreatif
Mahmudi
merupakan
(2010:
salah
satu
kemampuan yang dikehendaki dunia kerja.
serta
kemampuan
bekerjasama.
Siswono (2009), menyatakan bahwa selama ini
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
penalaran mencakup berpikir dasar (basic
kritis,
thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan
dan
kreatif,
serta
kemampuan
bekerjasama telah menjadi fokus dan perhatian pendidik
matematika,
dan
Selain itu, Sudiarta (Mustakim, 2006)
perhatian pada upaya meningkatkan berpikir
mengemukakan bahwa di Indonesia prestasi
kreatif dalam matematika jarang atau tidak
dan minat belajar matematika masih rendah
pernah dikembangkan.
karena
Hal
ini
namun
menyebabkan
fokus
berpikir kreatif (creative thinking).
pembelajaran
matematika
masih
kemampuan
didominasi aktivitas latihan-latihan pencapaian
berpikir kreatif siswa Indonesia masih jauh dari
mathematical basic skills atau perhitungan
sempurna.
matematika
Trends
in
International
dasar
semata.
Sudiarta
juga
Mathematics and Science Study (TIMSS)
mengemukakan bahwa dari pengamatan dan
(2009) menyatakan bahwa pada tahun 2007
hasil
Indonesia berada pada ranking 36 dari 48
berpikir kreatif 35 orang siswa, ternyata hanya
negara
siswa
3 (tiga) siswa yang termasuk kategori cukup
internasional kelas VIII. Dalam penelitian yang
kreatif, 12 (dua belas) siswa termasuk kategori
dilakukan TIMSS tahun 2007 ini, kompetensi
kurang kreatif, dan 20 (dua puluh) siswa
siswa yang diamati antara lain pengetahuan,
termasuk kategori tidak kreatif.
untuk
penerapan,
dan
skor
matematika
penalaran,
tes awal
penjenjangan kemampuan
sedangkan
Salah satu penyebab yang mungkin
materinya mencakup pokok bahasan bilangan,
adalah model pembelajaran yang selama ini
aljabar, geometri, data, dan peluang. Menurut
diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari
hasil analisis TIMSS 2007, rata-rata skor
penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli,
matematika siswa Indonesia untuk setiap
seperti Sulivan, Ruseffendi, dan Marpaung
kemampuan yang diteliti masih di bawah rata-
(Pomalato, 2005) yang menyatakan bahwa
rata skor matematika siswa internasional untuk
pembelajaran matematika yang dilakukan di
kemampuan pengetahuan berada pada ranking
dalam kelas pada umumnya hanya terpusat
ke-38, kemampuan penerapan berada pada
pada guru, yang mengakibatkan siswa menjadi
ranking ke-35, dan kemampuan penalaran
malas dan kurang bergairah dalam menerima
berada pada ranking ke-36 dari 48 negara.
pelajaran.
Kurangnya kemampuan penalaran ini dapat
Selain itu, pada umumnya orientasi
disebabkan oleh kemampuan berpikir kreatif
pengajaran matematika itu kepada hasil, soal-
siswa yang masih kurang, karena kemampuan
soalnya
berpikir
pemahaman,
kreatif
merupakan
bagian
dari
terutama
mengenai
keterampilan,
ingatan,
disuapi,
dan
penalaran. Hal ini sejalan dengan pendapat
semacamnya, siswa tidak pernah dituntut untuk
Krulick dan Rudnick (Sulianto, 2011) bahwa
mencoba strategi sendiri atau cara alternatif
dalam memecahkan masalah, pada umumnya
menyebabkan siswa menjadi malas dan kurang
siswa duduk di atas kursi selama proses
bergairah
pembelajaran. Kondisi ini menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa siswa tidak memberikan
pembelajaran matematika masih belum mampu
sikap yang positif.
dalam
menerima
pelajaran,
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
Uraian di atas mencerminkan bahwa
siswa. Padahal kemampuan berpikir kreatif
pembelajaran matematika saat ini belum
sangat diperlukan agar peserta didik dapat
mampu menumbuhkan sikap positif siswa
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
terhadap matematika serta belum mampu
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
mengoptimalkan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
berpikir
pasti, dan kompetitif.
diperbaiki. Upaya yang dapat dilakukan untuk
Model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran
matematika
dapat
peningkatan
kreatif,
sehingga
kemampuan masih
perlu
memperbaiki pembelajaran matematika saat ini adalah
dengan
menawarkan
model
menimbulkan kesan yang positif maupun
pembelajaran yang mampu menyelesaikan
negatif pada diri siswa. Kesan tersebut dapat
permasalahan yang ada, khususnya yang
dilihat
berkaitan kemampuan berpikir kreatif siswa.
dari
sikap
siswa
selama
proses
pembelajaran itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat
yang
dikemukakan
Ruseffendi
Salah satu model pembelajaran yang menangani kreativitas secara langsung adalah
(Darhim, 2004) yang menyatakan bahwa
model
terdapat keterkaitan antara sikap dengan proses
(2005:
pembelajaran matematika.
pembelajaran Treffinger melibatkan dua ranah,
Sikap siswa yang positif dapat membantu dalam
mewujudkan
tujuan
pembelajaran
pembelajaran 5)
Treffinger.
menyatakan
Pomalato
bahwa
model
yaitu kognitif dan afektif, serta terdiri dari tiga tahapan penting, yaitu tahap pengembangan
matematika itu sendiri, termasuk di dalamnya
fungsi
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
keterbukaan kepada gagasan-gagasan baru dan
Hal
yang
berbagai kemungkinan tahap pengembangan
dikemukakan oleh Begle (Darhim, 2004) yang
berpikir dan merasakan lebih kompleks dengan
menyatakan bahwa sikap positif terhadap
penekanan kepada penggunaan gagasan dalam
matematika berkorelasi positif dengan hasil
situasi kompleks disertai ketegangan dan
belajar matematika, yang terlihat dari lulusnya
konflik, serta tahap pengembangan keterlibatan
siswa tersebut dalam suatu atau keseluruhan
dalam tantangan nyata dengan penekanan
tes, sehingga terjadi peningkatan kompetensi
kepada penggunaan proses-proses berpikir dan
yang telah dirumuskan dalam kurikulum.
merasakan secara kreatif untuk memecahkan
Namun,
masalah secara bebas dan mandiri.
ini
sejalan
model
dengan
pendapat
pembelajaran
yang
divergen,
dengan
penekanan
Berdasarkan
Uraian
di
atas,
maka
dilakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada
penerapan
model
Treffinger
pada
pembelajaran matematika untuk meningkatkan
Metode dan Prosedur Analisis Data
kemampuan berpikir kreatif siswa SMP.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
kuasi
eksperimen
dengan
menggunakan desain non-equivalent control
Masalah dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang seperti yang
group design. Subjek dalam penelitian ini
telah diuraikan di atas, maka permasalahan
adalah siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri
yang akan dibahas dalam penelitian ini
di Kota Bandung yang berada pada satu cluster
difokuskan
kemampuan
ke-2 semester ganjil tahun akademik 2013/
memperoleh
2014. Sampel yang digunakan terdiri atas dua
berpikir
pada
kreatif
perbedaan siswa
yang
pembelajaran dengan model Treffinger dan
kelas,
pembelajaran konvensional. Tujuan utama
memperoleh pembelajaran matematika dengan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini
menggunakan model Treffinger, dan kelas
adalah untuk mengetahui apakah peningkatan
kontrol
kemampuan
konvensional.
berpikir
kreatif
siswa
yang
memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
yaitu
yang
kelas
eksperimen
memperoleh
yang
pembelajaran
Variabel bebas dalam penelitian ini
Treffinger lebih tinggi
adalah model Treffinger pada pembelajaran
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
matematika. Adapun yang merupakan variabel
konvensional, serta untuk mengetahui apakah
terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
Siswa memberikan sikap positif terhadap
berpikir kreatif siswa.
penerapan model Treffinger pada pembelajaran Matematika.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
bantuan
program
SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi Hipotesis
17.0. Pengolahan data dilakukan dengan
1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
melakukan uji inferensi yang terdiri dari uji
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
normalitas, uji homogenitas varians, dan uji
matematika dengan model pembelajaran
perbedaan dua rata-rata, untuk kemudian
Treffinger lebih tinggi daripada siswa yang
dilakukan
memperoleh pembelajaran konvensional.
hipotesis yang telah dirumuskan.
2. Siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan
model
Treffinger
pembelajaran Matematika.
pada
penyimpulan
untuk
menjawab
maka pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
Hasil Penelitian Secara menunjukkan
umum bahwa
hasil kemampuan
yang
memperoleh
pembelajaran
penelitian
matematika dengan model pembelajaran
berpikir
Treffinger lebih tinggi daripada siswa yang
kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran
memperoleh pembelajaran konvensional.
Treffinger lebih tinggi dibandingkan dengan
2. Siswa memberikan sikap positif terhadap
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
penerapan
model
Treffinger
pada
pembelajaran Matematika.
uji perbedaan dua rata-rata terhadap data gain ternormalisasi siswa kelas eksperimen dan
Daftar Pustaka
siswa kelas kontrol yang menunjukkan nilai
Darhim,
sig.(2 tailed) dengan syarat equal variances assumed adalah 0,014, sehingga nilai
sig 2
=
0,007 < 𝛼 = 0,05. Ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi secara signifikan dari pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol. Selain itu, berdasarkan hasil uji one
(2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Konseptual terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Mahmudi, A. (2010). Pengaruh Strategi MHM Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Persepsi terhadap Kreativitas. Makalah. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/ [13 Januari 2013]
sample t-test terhadap data angket skala sikap siswa kelas eksperimen diperoleh nilai sig = 0,000, maka nilai
sig 2
= 0,000 < 𝛼 = 0,05.
Dengan kata lain siswa memberikan sikap positif secara signifikan terhadap penerapan model
Treffinger
pada
pembelajaran
matematika.
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisis,
temuan
dan
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
Mustakim. (2006). Upaya Meningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dan Prestasi Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. [Onlone]. Tersedia: http://mustakim200671.blogspot.com/ 2012/03/berpikir-kreatif-matematikprestasi.html. [14 Desember 2012] Nugraha, D. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Skripsi Jurusan Ilmu Komputer FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Permendiknas Nomor 22. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Pomalato, S. W. Dj. (2005). Pengaruh Penerapan Model Treffinger pada Pembelajaran Matematika dalam Mengembangkan Kemampuan Kreatif dan Pemecahan Masalah Siswa. Disertasi PPS UPI : Tidak diterbitkan. Siswono, E. Y. T. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. [Online].Tersedia:http://suaraguru.wor dpress.com/2009/02/23/meningkatkan -kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ [5 Desember 2012] Suherman, E. dan Turmudi. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI. Sulianto, J. (2011). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://www.dikti.go.id/index.php?opti on=com_content&view=article&id=1 867%3Apendekatan-kontekstualdalam-pembelajaran-matematikauntuk-meningkatkan-berpikir-kritispada-siswa-sekolahdasar&catid=159%3Aartikelkontributor&Itemid=145 [16 Juni 2013] TIMSS. (2009). Highlight From TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourth and Grade Students in an International Context. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/ [16 Juni 2013]