MODEL LIVE SKILL EDUCATION DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENURUNKAN DISTRESS Rin Widya Agustin, Salmah Lilik, Nugraha Arif Karyanta, Aditya Nanda Priyatama
ABSTRAK Keberfungsian mental yang sehat dan kuat adalah kebutuhan mendasar dan vital keberlangsungan hidup manusia. Berhadapan dengan stressfull yang signifikan, mahasiswa sebagai generasi berkualitas bangsa diharapkan menunjukkan performa maksimal dan optimal dalam setiap peranannya sebagai wujud prestasi yang berarti tanggung jawab dan kemajuan diri selajutnya kemajuan bangsa. Distress yang dialami mahasiswa sebagai dampak ketidakberhasilan menghadapi stress akan menghalangi pencapaian performa yang diharapkan. Keberhasilan menghadapi stress ditentukan oleh proses mental yang berfungsi positif. Pelatihan Mental Control merupakan model live skill education berupa program intervensi dalam rangka membantu menurunkan tingkat distress yang dialami Mahasiswa. Program ini diharapkan menjadi salah satu strategi pembangunan manusia generasi bangsa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pelatihan Mental Control untuk menurunkan tingkat distress mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitihan eksperimental berupa pretest-postestcontrol group design. Subyek penelitian 46 Mahasiswa Distres beberapa Fakultas di Universitas Sebeles Maret Surakarta, dibagi dalam kelompok eksperimen dan kontrol dengan non random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner distress untuk pretest, postest dan tindak lanjut. Kemudian, data dianalisis menggunakan analisis Mann – Whitney U-test atau Perbandingan Gain Score. Hasil evaluasi terhadap penerapan ketampilan self control sebelumnya, merumuskan perubahan fungsi dan kedudukan self talk yang sebelumnya sebagai salah satu dari 5 aspek self control menjadi media dalam proses pengendalian proses-proses mental yang signifikan bekerja dalam stress. Dengan demikian rumusan perubahan ini disebut Ketrampilan Mental Control. Hasil analisis data menunjukkan perhitungan nilai Mann – Whitney U adalah 115,500 dengan signifikansi 0,001 (p < 0,05), terdapat perbedaan gain score antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah perlakuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pelatihan Mental Control efektif untuk menurunkan tingkat distress mahasiswa. Perbandingan mean menujukkan perbedaan yang signifikan antara Distress between pre-post pada Kelompok Eksperimen, sebaliknya dengan Kelompok Kontrol. Keywords: Pelatihan Mental Control, Distress, Model Live Skill Education, Mahasiswa. muda menjadi keprihatinan yang mendalam. BAB I
Berita tawuran, unjuk rasa yang berujung
PENDAHULUAN
tindakan anarkhi, berbagai bentuk tindak kriminalitas dari pemukulan, pengkrusakan,
A. Latar Belakang Masalah Mencermati fenomena permasalahan
penganiayaan hingga pembunuhan. Di sisi lain maraknya seks bebas dalam berbagai
hingga penyimpangan perilaku generasi
1
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
bentuknya hingga keterlibatan penggunaan
ketidakpastian, karena kekurangan informasi
obat
Kondisi
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi situasi
mengarahkan
atau karena tidak mungkin menyelesaikan
kebutuhan darurat akan upaya intervensi
sesuatu yang ambigu; evaluasi terhadap
serius dan intensif. Menggarisbawahi bahwa
makna. Segala kejadian dan ketidakpastian
generasi muda ini adalah ujung tombak
di luar kendali individu, hingga peluang
harapan
upaya
terlarang
keprihatinan
NARKOBA.
ini
tentunya
bangsa,
berbangsa.
penerus
kehidupan
ini
tentunya
Upaya
penanganan
mendasar
adalah
stress
yang
melakukan
paling evaluasi
membutuhkan perhatian dan dukungan besar
pemaknaan yang kita lakukan terhadap
pemerintah dan setiap pihak.
situasi, permasalahan atau orang lain. Hal ini
Berbagai bahwa
penelitian
berbagai
melaporkan
permasalahan
dan
dilakukan
dengan
pengendalian
mental
pengelolaan
dan
functioning
atau
penyimpangan perilaku generasi muda ini
disebut self control sebagai salah satu
dilatar belakangi kondisi ketertekanan yang
pendekatan
dialami. Tekanan atau stresss tidak mungkin
situasional control.
terhindarkan,
terjadi
selain
Pada penelitian sebelumnya oleh
mengatasi
Salmah Lilik (2010), dimana dilakukan
stress akan memunculkan distress, yaitu
pengujian pelatihan self control dalam
berbagai gangguan fisik dan psikososial
managemen stres terhadap penurunan distres
hingga mengarahkan kondisi aweakness
membuktikan
individu. Sebaliknya keberhasilan
yang
Pelatihan Self Control dapat menurunkan
berulang dalam pengalaman menyelesaikan
tingkat distress. Penelitian ini melakukan
ketertekanan
evaluasi terhadap penerapan aspek-aspek
individu.
selalu
stress
dan
dialami
stress
penanganan
Kegagalan
akan
membangun
stress
being. Kondisi optimal individu utnuk
merumuskan ketrampilan mental, kemudian
menampilkan performa terbaik.
menguji kembali pengaruhnya terhadap Ketrampilan
yang
bahwa
dalam
distress.
control
signifikan
tolerance dan pencapaian psychological well
Stress dapat terjadi atas berbagai
self
secara
ini
dilakukan,
mengarahkan
kondisi. Rice (1999) mengungkapkan tiga
proses mental berfungsi positif menjadi
faktor yang memungkinkan suatu kejadian
strategi dasar bagi individu untuk terhindar
sebagai
dari distress.
stressfull
emosionalitas
atau
terkait
2
tidak,
dengan
yaitu
kejadian;
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
B.
Perumusan Masalah
BAB II
Permasalahan dalam penelitian ini
LANDASAN TEORI
adalah: “Apakah Pelatihan Self Control Skill dengan
A. Tinjauan Pustaka
pendekatan Experiential Learning, hasil
Self control dalam penelitian ini
evaluasi penerapan aspek-aspek self control
berbeda dengan self control pada umumnya
yang talah dilakukan sebelumnya, efektif
(seperti berbagai penelitian-penelitian yang
menurunkan tingkat Distress Mahasiswa?”
diuraikan di atas). Konsep self control pada umum
C.
untuk sesuai dengan moral, hukum, norma
Self
social dan berbagai aturan dan pengelolaan.
pendekatan
Berbeda dengan hal tersebut, self control
Experiential Learning untuk menurunkan
dalam penelitian ini merupakan mental
tingkat Distress Mahasiswa.
proses yang signifikan bekerja dalam stres.
Control
bertujuan
untuk
untuk
mengetahui
ini
kemampuan
mengendalikan pikiran, emosi dan perilaku
Tujuan Penelitian
Penelitian
merupakan
keefektifan Skill
Pelatihan
dengan
Proses mental ini akan menentukan apakah D.
kondisi stres yang dialami individu akan
Manfaat Penelitian
Keberfungsian mental yang sehat mengarahkan
kesehatan
optimal
fungsi
mental hingga dapat diharapkan performa
mencapai
dampak positif atau negatif
(distres). Penelitian
awal
dasar
penelitian
yang
pada setiap peranan yang dijalankan sebagai
penelitian
ini
pribadi, mahasiswa, Hal ini menjadi strategi
dilakukan
peneliti
intervensi
dan
Pengaruh Pelatihan Self Control terhadap
developmental dalam rangka peningkatan
Penurunan Tingkat Distress Mahasiswa
kualitas hidup dan kehidupan pribadi,
penelitian ini telah diterbitkan dalam Jurnal
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Psikologia,
Pemikiran
Mengarahkan individu mengatasi dan/atau
Psikologi,
Universitas
terhindar dari kondisi distress. Selanjutnya
volume 5 nomor 3 Oktober 2010. Penelitian
upaya ini mengarahkan pada perkembangan
ini merupakan penelitian eksperimental yang
diri yang lebih optimal. Mencapai kualitas
membuktikan keefektifan pelatihan self
mental yang sehat dan kuat.
control dalam menurunkan tingkat distress.
curative
preventive
3
adalah
sebagai
sebelumnya,berjudul
dan
Penelitian
Sumatra
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Utara
Berbeda dengan self control pada umumnya,
berupa
suatu
aktivitas
dan sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki.
pengendalian tingkah laku, pengendalian
Pada dasarnya setiap individu tidak
tingkah laku mengandung makna yaitu
dapat menghindarkan diri dari kondisi stres,
melakukan
yang penting dan dapat dilakukan adalah
pertimbangan-pertimbangan
terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu
melatih
untuk bertindak. Semakin tinggi self control
mengatasi stres. Keberhasilan menghadapi
semakin
terhadap
stres akan membawa dampak positif atau
tingkah laku. Self control yang dimaksudkan
konstruktif, sebaliknya kegagalan berarti
adalah satu pendekatan dalam managemen
terjadinya
stress.
menjadikan seseorang berada dalam situasi
intens
pengendalian
Manajemen stres adalah upaya pengelolaan
atau
penanganan
yang
diri
yang
untuk
menghadapi
dampak
mengganggu
negative
dan
yang
(discomfort
atau
distress).
dilakukan individu dalam menghadapi stres.
Distress
adalah
situasi
yang
Terdapat dua pendekatan dalam strategi
terganggu atau discomfort yang dialami
menghadapi stes (coping stres), yaitu self
individu
control dan situasional control. Situasional
kegagalan menghadapi stress, sehingga
control
solving,
individu lemah dan menunjukkan berbagai
asertivitas, resolusi konflik dan manajemen
gangguan fisik dan psikologis (Selye, 1974
waktu. Penelitian ini mengambil focus. Self
dalam Rice 1999; Crow, 1997, dalam Rice
control menuntut pengambilan tanggung
1999).
jawab dalam bereaksi terhadap situasi. Agar
teridentifikasi adalah depression, anxiety,
dapat
social impairment dan hypochondriasis
melibatkan
mengelola
problem
stres
secara
efektif,
individu harus memahami apa yang mereka
tanggung
pemikiran
dan
jawab
Empat
ketidakberhasilan
elemen
distress
atau
yang
(Goldberg, 1972).
butuhkan dan inginkan secara emosional, mengambil
akibat
Manajemen
stres
atau
upaya
terhadap
pengelolaan yang dilakukan individu dalam
mereka,
menghadapi dan mengatasi stres dapat
membebaskan diri mereka sendiri dari
dilakukan dengan dua pendekatan, self
tanggung jawab yang tidak pada tempatnya
control dan situasional control. Situasional
dan upaya untuk mengontrol orang lain,
control
serta mengembangkan harapan yang realistis
asertivitas, resolusi konflik dan manajemen
perilaku
4
melibatkan
problem
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
solving,
waktu. Self Control dalam manajemen stres
penyakit
melibatkan pengelolaan lima aspek proses
kemarahan yang sesuai akan menurunkan
mental yang secara signifikan memainkan
stres.
peranan dalam stres. Lima proses mental tersebut
adalah,
gangguan.
Pengelolaan
Self Control menuntut pengambilan
expectation.
tanggung jawab dalam bereaksi terhadap
Pengharapan yang negative meningkatkan
situasi. Agar dapat mengelola stres secara
kecemasan
Mengidentifikasi
efektif, individu harus memahami apa yang
berubah
mereka butuhkan dan inginkan secara
tujuan-tujuan
dan
pertama
serta
stres. untuk
dan
menghadapi berbagai perubahan dengan
emosional,
optimis dan sikap positif akan memfasilitasi
terhadap pemikiran dan perilaku mereka,
coping dan manajemen yang optimal. Kedua
membebaskan diri mereka sendiri dari
dan ketiga adalah mental imagery dan self
tanggung jawab yang tidak pada tempatnya
talk. Self talk memiliki pengaruh yang sama
dan upaya untuk mengontrol orang lain,
sebagaimana
mengembangkan harapan yang realistis dan
gambaran
mental.
Mental
mengambil
imagery dan self talk yang negative dapat
sesuai
mengakibatkan kecemasan dan symptom
yang dimiliki.
psikosomatik. Sedangkan mental imagery
dengan
tanggung
jawab
keterbatasan-keterbatasan
Pelatihan
merupakan
suatu
dan self talk yang positif akan membantu
kegiatan yang dirancang untuk suatu tujuan
mengembangkan kepercayaan diri, coping
tertentu. Adapun konsep dasar pelatihan
yang efektif dan perasaaan umum well
merupakan
being. Keempat adalah perfeksionis dan
perencanaan dan kontrol, bukan merupakan
pengharapan yang tidak realistis. Upaya
belajar acak dari pengalaman; pelatihan
untuk mengendalikan perilaku orang lain
harus
mengarahkan pada stres, kecemasan, frustasi
perubahan konsep, ketrampilan atau sikap
dan kemarahan. Untuk menghindarinya,
seseorang, baik yang mengacu pada individu
individu
mengembangkan
maupun kelompok; pelatihan diharapkan
pengharapan yang realistis untuk dirinya
dapat meningkatkan tampilan kerja dan
sendiri dan menerima bahwa dirinya tidak
melalui hal tersebut akan meningkatkan
dapat mengambil kendali atas perilaku orang
efektivitas
lain. Kelima adalah kemarahan. Kemarahan
individu atau kelompok tersebut bekerja
yang kronis memunculkan symptom fisik,
(Hinrichs dalam Bremly, 1996). Pelatihan
harus
5
proses
sistematis
menitikberatkan
bagian
pada
dengan
terjadinya
organisasi
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
dimana
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah EXPERIENCING (MENGALAMI)
sebagai program intervensi atau penanganan terhadap individu yang menunjukkan atau mengalami kondisi distres akibat kegagalan
PUBLISHING (MENGUNGKAPKAN)
APPLYING (MENERAPKAN)
menghadapi dan mengatasi stres yang ia alami.
Hasil
yang
diharapkan
melalui
program intervensi ini adalah penurunan
PROCESSING (MENGUNGKAPKAN PROSES)
GENERALIZING (MENYIMPULKAN)
kondisi distres yang dialami individu. Program penelitian
ini
langkah-langkah
intervensi
akan
dalam
dirancang
intervention
dengan mapping,
seperti bagan intervention mapping (dalam Barholomew, Parcel, Kok dan Goolieb, 2001).
Intervention
Mapping
Step
1:
Preparing matrics of proximal program objectives. Dalam perancangan intervensi, termasuk dalam bentuk pelatihan, tujuan harus ditetapkan secara rinci dan jelas. Bila tujuan telah ditetapkan secara jelas, maka akan lebih mudah untuk menentukan metode dan mengevaluasi keberhasilan pelatihan. Tujuan dalam pelatihan dapat dibagi dalam tiga domain perilaku berdasarkan taksonomi tujuan intruksional menurut Bloom (Bloom dalam Kohl & Brussow, 1995).
theory-based
methods
and
practical strategies. Pelatihan menggunakan metode
experiential
learning
dengan
menggunakan experiential learning cycle sebagai berikut:
yang
digunakan
dalam
pelatihan adalah metode belajar orang dewasa atau adult learning, sering disebut dengan
experiential
experiential
learning.
learning
terdiri
Proses
atas
lima
komponen, yaitu experiencing (mengalami) tahapan
ini sering disamakan dengan
permainan, tetapi sebenarnya dapat lebih luas daripada permainan. Prinsip dasarnya dalam proses ini adalah mengalami atau doing something, permainan merupakan salah satu metode yang dapat dan sering digunakan dalam tahapan ini. Publishing (mengungkapkan), tahapan kedua dalam proses ini adalah mengungkapkan hal-hal yang
sudah
dialami
pada
tahapan
sebelumnya. Generalizing (menyimpulkan),
Intervention Mapping Step 2: Selecting
Metode
tahapan ini merupakan proses induktif yaitu proses pengumpulan data yang tersistematis sehingga
dapat
kesimpulan. proses),
membantu
penarikan
Processing (mengungkapkan
tahapan
selanjutnya
adalah
penarikan kesimpulan dari seluruh proses
6
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
yang
telah
dilakukan.
Applying
Pemberian waktu untuk sendiri, dapat
(menerapkan), tahapan terkahir dari proses
digunakan dalam memberi kesempatan pada
ini adalah mencoba merencanakan untuk
partisipan menyimpulkan, mengorganisasi
menerapkan dalam kehidupan yang nyata.
pengalaman yang sudah mereka alami.
Metode dalam experiential learning. Terdapat
5
metode
sentral
Fantasi. Memberi kesempatan kepada
dalam
partisipan untuk mengeksplorasi perasaan
experiential learning (Walter & Marks,
dan pikirannya serta untuk lebih memahami
1981) yaitu Simulasi, merupakan model
dirinya,
atau representasi dari pengalaman manusia.
asosiasi-asosiasi.
misalnya
dengan
melakukan
Latihan, merupakan aktivitas melibatkan
Metode pelatihan untuk mengajarkan
langsung dengan isi/materi yang harus
ketrampilan menurut Kohl & Brussow
dipelajari.
(1995) terdapat beberapa teknik/metoda
Interaksi
kelompok,
menggunakan interaksi kelompok sebagai
yang
pengalaman belajar itu sendiri atau menjadi
ketrampilan,
format kelompok sebagai tempat untuk
mempresentasikan kasus
mempelajari sesuatu. Role play, interaksi
suatu kelompok kecil
individu
yang
demonstration, pelatih menjelaskan dan
sebenarnya. Dalam bermain peran partisipan
memberi contoh perilaku, prosedur atau
dapat memainkan peran sebagai orang lain
proses.
games/structured
atau berperan sebagai dirinya yang seolah-
peserta
pelatihan
olah
tertentu.
permainan yang membutuhkan penerapan
Pergerakan tubuh, menggunakan aktivitas
ketrampilan. Dimana pelaksanaan diawasi
tubuh
dan
oleh pemimpin atau pelatih. Simulasi,
tubuh.
peserta pelatihan mempelajari ketrampilan
Contohnya relaksasi, latihan fisik dan
dalam seting yang mirip dengan yang
sebagainya.
sesungguhnya.
melibatkan
berada
untuk
meningkatkan
dalam
perilaku
situasi
mengembangkan kesadaran
akan
Selain metoda sentral, juga terdapat metoda
pendukung,
seperti
observasi.
Mengamati partisipan lain melakukan role play, simulasi atau tugas-tugas lain dapat diperoleh pembelajaran dan umpan baik.
7
cocok
untuk
mengajarkan
suatu
case
study,
yaitu
untuk
dibahas
peserta pelatihan.
experiences,
melakukan
Teaching/learning
suatu
team,
bekerjasama antara 3-6 orang dan masingmasing saling membantu dalam penguasaan ketrampilan. Intervention Producing
Mapping
program
Step
components
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
3: and
materials.
Langkah
selanjutnya
dalam
C. Hipotesis
menyususn intervensi adalah menyususn
Berdasarkan tinjauan kepustakaan
segala komponen dan material intervensi
dan kerangka berpikir di atas maka diajukan
dalam hal ini dalam bnentuk pelatiahan.
hipotesis penelitian yaitu: Pelatihan Self
Termasuk di dalamnya adalah alur proram
Control Skill efektif untuk menurunkan
pelatihan sebagai intervensi hingga segala
tingkat distress mahasiswa
bentuk material yang dibutuhkan. Intervention Mapping Step 4: Adoption and implementation plan. Pada tahap ini,
BAB III
seluruh rancangan telah diwujudkan dan
METODE PENELITIAN
siap untuk digunakan selengkapnya dalam modul intervensi. Segala hal termasuk
A. Jenis Penelitian
materi, material, prosedur pelaksanaan telah siap untuk digunakan.
eksperimental dengan
Intervention Mapping Step 5: Planning for evaluation. Rancangan evaluasi yang akan dilakukan untuk melihat efektivitas hasil
dan
proses
dipersiapkan di
Penelitian ini merupakan penelitian
intervensi
sini. Bentuk,
harus material
blindrandomized
rancangan
controlled
single
trial
yang
ditujukan untuk mengetahui hasil uji akhir dengan
mengendalikan
hasil
uji
awal
sebagai
cara mengendalikan kovariabel
(Pratiknya, 2003).
evaluasi telah ditentukan disini dan siap digunakan. B. Identifikasi Variabel B. Kerangka Pikir Variabel bebas: Pelatihan Self Control Skilll Variabel tergantung: Distress
self control skill
mahasiswa distress
distress menurun
C. Definisi Operasional Variabel Pelatihan self control skill dalam proses sistematis dengan perencanaan dan kontrol untuk memberikan ketrampilan self
8
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
control, yaitu mengelola atau menendalikan
D. Teknik Pengambilan Sampel
lima aspek proses mental yang secara signifikan memainkan peranan dalam stres. Lima proses mental tersebut adalah, pertama expectation,
mental
imagery,self
talk,
perfeksionis dan pengharapan yang tidak realistis
dan
kemarahan.
Dengan
ketrampilan berarti individu mengambil tanggungjawab dalam bereaksi terhadap situasi,
memahami
apa
yang
mereka
butuhkan dan inginkan secara emosional, dapat mengambil tanggungjawab terhadap
Subjek
penelitian
adalah
mahasiswa pada beberapa bidang studi yang berdasarkan survey penelitian Rice (1999) memiliki nilai stressor yang sedang hingga tinggi, yaitu Psikologi, Kedokteran, Teknik, MIPA, Hukum dan Akuntansi. Teknik pengambilan sampling,
sampel
artinya
adalah
purposive
pengambilan
sampel
dilakukan dengan memilih subjek yang keterwakilannya
sudah
ditentukan
berdasarkan kriteria inklusi penelitian.
pemikiran dan perilaku, membebaskan diri sendiri dari tanggungjawab yang tidak pada tempatnya dan upaya untuk mengontrol
D. Instrumen Penelitian dan nalisis
orang lain, mengembangkan harapan yang
Statistik
realistis dan sesuai dengan keterbatasanSkala pengukuran
keterbatasan yang dimiliki. Distress
adalah
situasi
yang
terganggu atau discomfort yang dialami individu
akibat
ketidakberhasilan
atau
kegagalan menghadapi stress, sehingga individu lemah dan menunjukkan berbagai gangguan fisik dan psikologis (Selye, 1974 dalam Rice 1999; Crow, 1997, dalam Rice 1999).
Empat
elemen
distress
yang
teridentifikasi adalah depression, anxiety, social impairment dan hypochondriasis
General
Health
distress
Quesionnaire
(GHQ),
Goldberg (1972). GHQ dirancang untuk melihat
4
elemen
distress
9
yang
teridentifikasi: depression, anxiety, social impairment dan hypochondriasis. Data yang terkumpul
diolah
dan
dianalisis
menggunakan program SPSS versi 17 untuk uji statistik uji t tidak berpasangan, akan dipakai
untuk
signifikansi
perbedaan
variabel dengan tingkat kemaknaan 5% (Sastroasmoro dan Ismael, 2006).
(Goldberg, 1972).
yaitu
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
rancangan pelatihan. Dengan demikian, atas dasar
BAB V
perubahan
ini
maka
di
dalam
penelitian ini pelatihan self control berubah
HASIL DAN PEMBAHASAN
rumusan menjadi Pelatihan Mental Control. 2. Modul Pelatihan Mental Control
A. Persiapan Penelitian 1. Evaluasi Penerapan Self Control Skill
Modul Pelatihan Mental Control
Berdasarkan penerapan ketampilan
merupakan penyempurnaan Modul Pelatihan
self control,dalam proses pelatihan dimana
Self Control. Perubahan paling signifikan
dilakukan melalui perumusan aspek-aspek
adalah fungsi dan kedudukan self talk
self control dalam managemen stres dengan
sebagai media dalam proses pengendalian
menggunakan
experiential
pengelolaan proses-proses mental dalam
learning mengarahkan pada suatu evaluasi.
managemen stres. Perubahan selanjutnya
Setelah melalui proses pelaksanan pelatihan
adalah menyempurnakan dan modifikasi
self control dengan pendekatan experiential
teknik, permainan, skenario dan kasus-kasus
learning ditemukan fakta, bahwa untuk
dalam proses pelatihan.
mengarahkan masing-masing aspek self
Modul Pelatihan Mental Control memuat
control dilakukan melalui media self talk,
seluruh dasar, tujuan, petunjuk proses
dimana self talk merupakan salah satu aspek
belajar dan material serta evaluasi program
dalam self control yang memiliki kebutuhan
pelatihan, termasuk jadwal pelatihan. Modul
untuk dikelola dan diarahkan agar berfungsi
pelatihan terdapat dalam lampiran.
lebih positif untuk terhindar dari stres.
3. Persiapan Alat Pengumpulan Data
pendekatan
Dengan demikian evaluasi yang dilakukan
Pada penelitian alat ukur yang
mencapai pada kesimpulan bahwa self talk
digunakan adalah kuesioner untuk mengukur
lebih
tingkat distres berupa
berfungsi
sebagai
media
dalam
pengelolaan proses-proses mental. Dengan
Questionnaire
demikian berarti self talk semdiri telah
digunakan untuk mengukur tingkat distress
berfungsi positif.
mahasiswa. GHQ adalah sebuah instrumen
Atas evaluasi ini, maka penelitian ini
skrening dengan model self administration.
mengubah rumusan self control. Perubahan
GHQ dirancang untuk mengidentifikasi dua
ini selanjutnya menuntut perubahan rumusan
kelas dasar dari masalah: “ketidakmampuan
1 0
(GHQ).
General Helath Penelitian
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
ini
Table 5.7. Mann-Whitney Test Ranks
untuk menunjukkan fungsi-fungsi normal ‘sehat’
seseorang”
dan
menemukan
PENUGASAN
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TOTAL EKSPERIMEN KONTROL
23
29.98
689.50
23
17.02
391.50
Total
46
fenomena baru dari suatu kondisi alamiah distress. Kuesioner ini telah teruji reliabilitas dan
validitasnya.
Reliabilitas
diukur Test Statisticsa
beberapa teknik, yaitu: korelasi test-retest setelah 6 bulan adalah 0.90 (N=20).
TOTAL Mann-Whitney U
115.500
Reliabilitas split-half item adalah 0.95 untuk
Wilcoxon W
391.500
853 responden. Reliabilias Inter-rater untuk
Z
12 intervieu menunjukkan disagreement
-3.398
Asymp. Sig. (2-tailed)
.001
a. Grouping Variable: PENUGASAN
hanya 4% dari skor simptom. Studi validitas terhadap instrumen ini telah dilakukan di beberapa negara dan telah menggunakan prosedur pembandingan yang terarah. Hasil studi yang dilakukan di Inggris, Australia dan Spanyol menunjukkan sangat konsisten, dengan korelasi antara dua jarak skala 0.76
Tabel tersebut di atas menunjukkan nilai Mann – Whitney U adalah 115,500 dengan signifikansi 0,001 (p < 0,05) menunjukkan bahwa data berbeda secara signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan gain score antara kelompok
sampai 0.81.
disimpulkan B. Analisis Statistik
bahwa
Pelatihan
Mental
Control efektif untuk menurunkan tingkat distress mahasiswa.
1. Uji hipotesis Hasil perhitungan uji asumsi dasar menyatakan bahwa data penelitian tidak normal dan tidak homogen, maka data dianalisis menggunakan perhitungan statistic non-parametrik. Dalam hal ini adalah Mann – Whitney U-test yang merupakan uji nonparametrik pengganti independent sample t-
2. Analisis Deskriptif Berikut
ini
adalah
gambaran
perbandingan skor distress untuk pretes, postes dan postes lanjut pada kelompok eksperimen
dan
kelompok
control.
Perbedaan Rata-rata skor distress cukup besar pada kelompok eksperimen saat sebelum dan sesudah perlakuan, Pelatihan
test.
1 1
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Sangat Komunikatif
Mental Control, dengan selisih rata-rata 7.869. Pada kelompok control, menunjukkan perbedaan
skor
distress
yang
tidak
signifikan antar pretes dan postes pertama,
Cara Trainer Melakukan Pelatihan
yaitu 0.435
Rata-rata Distress
Perbandingan Mean 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Cara Penyajian Materi Pelatihan
Sistematika Dan Alur Pelatihan
Eksperimen
Kontrol
Pretes
14,478
12,565
Postes 1
6,869
12,13
Postes 2
7,869
11,173 Efek Setelah Pelatihan
3. Hasil Analisis Evaluasi Proses proses
dilakukan
oleh
Pengetahuan Yang Didapat
subjek penelitian untuk menilai jalannya kegiatan Pelatihan Mental Control. Evaluasi dilakukan dengan mengisi kuesioner pada lembar evaluasi proses yang dilakukan
Perasaan Setelah Pelatihan
setelah pemberian perlakuan selesai. Hasil Analisis Evaluasi Proses dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.10. Evaluasi Proses Pelatihan Mental Control Aspek yang Jumlah Persen Dinilai Alternatif Subyek (%) A. Teknik Penyajian Pelatihan
1 2
39,13
Komunikatif Kurang Komunikatif
14
60,87
0
0
Membosankan Sangat Luwes Terarah
0
0
6
26,087
Luwes Terarah
16
69,565
Kaku
0
0
Tidak Jelas
1
4,348
Sangat Efektif
2
8,696
Efektif
21
91,304
Kurang Efektif
0
0
Tidak Efektif
0
0
B. Manfaat Pelatihan Sangat Memahami 5
Diagram 5.1. Perbandingan Rata-rata Skor Distress Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Evaluasi
9
Isi Materi Dalam Modul Kualitas Materi Dalam
65,217
Memahami Kurang Memahami Tidak Memahami Sangat Menambah
18
78,261
0
0
0
0
9
39,13
Menambah Tidak Menambah
14
60,87
0
0
Bingung Sangat Bersemangat
0
0
9
39,13
Bersemangat Kurang Bersemangat Tidak Bersemangat
14
60,87
0
0
0
0
C. Modul Pelatihan Sangat Memahami 2 Mudah Memahami 19 Kurang Memahami 2 Sulit Memahami 0
8,696 82,609 8,696 0
Sangat Bagus
4
17,391
Bagus
17
73,913
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Modul
Kesesuaian Materi Modul Dengan Tujuan
Kurang Bagus
2
8,696
proses mental dalam self control berfungsi
Tidak Bagus
0
0
positif. Dengan demikian, berarti self talk
Sangat Sesuai Sesuai
8 15
34,783 65,217
sendiri telah berfungsi positif. Rumusan
Kurang Sesuai
0
0
baru ini disebut dengan Mental Control.
Tidak Sesuai
0
0
Pemberian pelatihan
ini
perlakuan
berupa
dimaksudkan
untuk
menurunkan tingkat Distresss mahasiswa. A. Pembahasan
Beberapa
hasil
analisis
Perbandingan
Rerata menunjukkan tercapainya tujuan Hasil penelitian membuktikan bahwa Pelatihan
Ketrampilan
efektif
menurunkan
mahasiswa.
Pelatihan
tersebut. Hasil analisis perbandingan mean
Mental
Control
pretes dengan postes 1 pada Kelompok
tingkat
distress
Eksperimen
Mental
Control
tingkat Distresss yang signifikan. Hasil
terlihat
terjadi
penurunan
merupakan rumusan baru ketrampilan self
analisis
control, dimana self talk salah satu aspek
Kelompok Kontrol semakin memperkuat
dalam self control berubah fungsi dan
kesimpulan ini. Tingkat Distress pada
kedudukan
menjadi
media
Perbandingan
Rerata
pada
di
dalam
Kelompok Kontrol , dimana tidak diberikan
pengendalian proses-proses mental
dalam
perlakuan Pelatihan Mental control
self control, proses-proses mental yang signifikan
bekerja
dalam
stress
tidak
terjadi penurunan yang signifikan,
agar
Kondisi sedikit kenaikan tingkat
berfungsi lebih positif, sehingga terhindar
distress
dari distress.
Eksperimen
(1
poin) untuk
pada
Kelompok
tindak
lanjut,
Evaluasi yang dilakukan mencapai
mengindikasikan bahwa di dalam proses
pada kesimpulan bahwa self talk lebih
belajar ketrampilan mental dalam hal ini
berfungsi sebagai media dalam rangka
adalah
pengelolaan proses-proses mental. Individu
membutuhkan pengalaman penerapan secara
mengenali kondisi negatif dirinya, kemudian
berulang hingga menjadi pola perilaku yang
melaui self talk individu mengidentifikasi
lebih kuat. Dengan demikian dibutuhkan
sumber
upaya pembimbingan secara intensif hingga
kemudian
fungsi
negatif
dalam
mengarahkan
1 3
dirinya,
masing-masing
ketrampilan
Mental
Control,
mencapai ketrampilan yang diharapkan.
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Pelatihan
Mental
control
yang
sebelumnya, fungsi ini dijelaskan sebagai
merupakan hasil evaluasi dari pelatihan self
self control dalam managemen stres, dimana
control telah menunjukkan fungsinya dalam
proses-proses
menurunkan tingkat distress mahasiswa,
dikendalikan sedemikian rupa sehingga
namun demikian modul pelatihan ini akan
berfungsi positif, tidak distress, sehat mental
terus diperbaiki dan disempurnakan untuk
artinya tidak mengalami kondisi yang
semakin berfungsi efektif dan optimal.
menggaggu akibat menghadapi situasi yang
mental
yang
bekerja
Kondisi penuh ketertekanan atau
menekan, bahkan sebaliknya lebih efektif
stressfull dipengaruhi oleh tiga factor (Race,
dan optimal. Proses-proses mental ini
1999), yaitu emosionalitas, ketidakpastian
biasanya
dan
disadari
evaluasi
terhadap
makna.
Pada
bekerja apalagi
saja
tanpa
dikendalikan
atau
penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa
diarahkan,
Emosionalitas
Ketidakpastian
management stres proses-proses ini disadari
dikendalikan
selanjutnya dikendalikan dan diarahkan agar
cenderung
dan
tidak
dapat
kemunculannya.
faktor
emosionalitas
dijelaskan sebagai faktor yang muncul pada umumnya
tidak
terkendali
dan
dalam
demikian
self
control
untuk
berfungsi positif. Penelitian ini, lebih merumuskan bahwa Ketidakpastian memang tidak dapat
unpredictable. Factor Ketidakpastian seperti
dikendalikan
kematian, bencana alam dst, tentu tidak
Ketidakpastian seperti kematian, bencana
dapat
dengan
alam dst, tentu tidak dapat dikendalikan
demikian kondisi ini pastilah merupakan
individu, cara pandang individu terhadap
stresfull yang tidak terhindarkan. Sementara
kondisi ini menentukan kondisi stresfull
faktor evaluasi atau penilaian terhadap
individu, dengan demikian upaya untuk
makna
terhindar
dikendalikan
dapat
individu,
dikendalikan
individu
kemunculannya.
dari
stress
Factor
menghadapi
sebagaimana yang diharapkan. Pemaknaan
ketidakpastian adalah dengan mengubah
individu dipengaruhi oleh skemata diri,
pemaknaan kita terhadap ketidakpastian.
kejadian dan orang lain.
Bagaimana
Cara pandang individu dalam memaknai
individu berpikir terhadap diri, kejadian dan
ketidakpastian dengan cara negative akan
orang lain akan mempengaruhi pemaknaan
mengarahkan stres dan kemarahan serta
yang
emosi negative lainnya. Ini adalah fungsi
dilakukannya.
Dalam
1 4
penelitian
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
perfectionist-unrealistic
expectation-
controlling others.
1. Self Control menjadi Mental Control, dengan perubahan rumusan dan aplikasi
Penjelasan ini mengubah rumusan
untuk fungsi dan kedudukan self talk sebagai
sebelumnya dimana, faktor emosionalitas
media dalam pengendalian proses-proses
dijelaskan sebagai faktor yang muncul pada
mental dalam managemen stres.
umumnya
tidak
terkendali
dan
2. Terjadi penurunan tingkat Distress yang
unpredictable. Penelitian ini merumuskan,
signifikan
emosionalitas bahkan merupakan kondisi
setelah mengikuti Pelatihan Mental Control.
yang menjadi tanggungjawab individu itu
3. Pada
pada
kondisi
Kelompok
awal,
Eksperimen
tingkat
Distress
sendiri, manusia dapat mengatur emosi
Kelompok Eksperimen lebih tinggi daripada
dirinya, manusia dapat mengatur emosi
Kelompok Kontrol. Setelah perlakuan, pada
dalam
mengevaluasi
Kelompok Eksperimen terjadi penurunan
pemaknaannya terhadap pengalaman emosi
tingkat Distress yang cukup signifikan
yang dialaminya dan terhadap orang lain
(7.869) dan terjadi sedikit penurunan tingkat
yang terlibat. Hal ini menunjukkan bahwa
Distress yang sangat tidak signifikan pada
kondisi stres dan emosi individu terhadap
Kelompok Kontrol (0.435).
dirinya
ketidakpastian,
dengan
baik
kejadian,
permasalahan
dan
orang
dilkendalikan
melalui
situasi,
4. Hasil pengujian lanjut menunjukkan sedikit
dapat
kenaikan (1,000) tingkat distress Kelompok
lain
fungsi
evaluasi
Eksperimen,
yang
mengindikasikan
terhadap makna. Fungsi ini adalah fungsi
kebutuhan akan upaya lebih intensif di
evaluasi terhadap makna.
dalam memperkuat penggunaan ketampilan Mental Control dalam kehidupan sehari-hari hingga menjadi pola tingkah laku yang
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
menetap. 5. Pelatihan Self control terbukti efektif untuk menurunkan tingkat Distress.
A. Kesimpulan B. Saran Penelitian ini mencapai kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bagian dari
1 5
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
khususnya bidang kajian psikologi klinis,
kelompok individu dengan latar belakang
lebih
dalam
permasalahan distress yang lain, seperti
pengendalian proses-proses mental melalui
dalam dunia karir, usaha, lansia dst. Dan
Mental Control dengan memanfaatkan self
menguji kompetensi mental sehat seperti
talk untuk terhindar dari distress.
toleransi stres dan psychological well being
merumuskan
strategi
di
2. Bagi pihak pengelola program pendidikan
setelah melakukan pembimbingan secara
tinggi dan kemahasiswaan dapat melatih
intensif penggunaan ketrampilan Mental
ketrampilan Mental Control, membangun
Control dalam kehidupan sehari-hari agar
softskill mahasiswa hingga berdaya untuk
menjadi ketrampilan yang
mengarahkan
menjadi pola perilaku yang menetap.
terhindar hingga
diri
lebih
dan/atau dapat
sehat
mengatasi
mencapai
mental, Distress
prestasi
yang
maksimal kehidupan akademik maupun sebagai dalam kehidupan pribadi. 3. Bagi praktisi terkait yang bertanggungjawab atas permasalahan Distress individu, dapat membangun ketrampilan Mental control individu dalam menangani permasalahan distress maupun membangun kesehatan mental
individu
dengan
menghindari
distress. 4. Bagi masyarakat secara umum dengan berbagai profesi dan aktivitasnya dimana setiap
saat
stressfull
dihadapkan disarankan
pada
kondisi
membangun
ketrampilan Mental Control dirinya secara memadai agar tidak mengalami Distress dan/atau mengatasi distress yang dialami.. 5. Bagi
Peneliti
keberfungsian
lain, Mental
1 6
untuk
kuat hingga
DAFTAR PUSTAKA Bartholomew,L.K, Parcel,G.S, Kok,G. dan Goolieb,H.H. 2001. Intervention Mapping. Designing Theory and Evidence-Saved Health Promition Program. McGraw-Hill.Higher. Education Bloom, B. 1956. Taxonomy of Education Objectives, Handbook I. New York: David McKey Boenish.E & Haney.C.M. 1998. The Stress Owner’s Manual, Meaning, Balance & Health in Your Life. PT Grasindo Jakarta. Bolin, 2004. Self control, Perceived Opportunity and Attitudes as Predictors of Academic Dishonesty. Journal of Psychology. Vol 138. pg 101
menguji
Control
bagi
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Bramley, P. 1996, Evaluating Training Effectiveness. London : McGraw-Hill Publishing Company. Calhoun, JF & Acocella, JR 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationship, New York:McGraw-Hill Inc. Carson.R.C. 7 Butcher. J. N. (1992). Abnormal Psychology and Modern Life.Illinois: Scott, Foremen and Company. Feldman. RS. 1999. Understanding Psychology.McGraw-Hill College Graziano, A.M & Raulin, M.L.2000. Research Methods: A Process of Inquiry.. Allyn and Bacon. Hoerger & Mace, 2006. A. Computerized Test of Self control Predicts Classroom Behavior. Journal of Applied Behavior Analysis. Vol.34 397-408 Hurlock, E.B. 1994. Perkembangan: Suatu Sepanjang Rentang Jakarta: Erlangga
Psikologi Pendekatan Kehidupan,
Johnson S.L. 1997. Therapist’s Guide to Clinical Intervention, The 1-2-3’s of Treatment Planning. Academic Press. Kapanee & Rao, 2007. Attachment Style in Relation to Family Functioning and Distres in College Students. Journal of the Indian Academy of Applied
1 7
Psychology. Vol. 33. pg.15-21. The American Psychological Association. Kashalikar S.J. 2001. Stress, Understanding & Management, A Way to Total Wellbeing” Second Edition. Bhalani Publishing House, Mumbai India. Lopez & Snyder. 2003. Positive Psychological Assessment. A Handbook of Models and Measures. American Psychological Association. Woshington, DC. McDowell. I & Newel. C. 1996. Measuring Health, A Guide to Rating Scale and Questionaires. Oxford University Press. Nasir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Neff, Bicard & Enco, 2001. Assessment of Impulsivity and The Development of Self control in Students with Attention Deficit Hyperativity Disorder. Journal of Applied Behavior Analysis. Vol.34. pg 397-408 Oaten & Cheng, 2005. Academic Examination Stress Impairs Self control. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. Vol.24. pg.254. The American Psychological Association. Ogden, Jane2001. Health Psychology. A. Text Book. McGraw-Hill Higher Education
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Padus.E. 1992. The Complete Guide to Your Emotion and Your Health . Rodale Press, Emmaus, Pennsylvania.
Sarafino.E.P. 1990Health Psychology. Biopsychosocial Interactions. New York: John Wiley& Sons, Inc.
Pannen dan Sajati, 2005. Pendidikan Orang Dewasa. UNS Pres.
Scannell, Edward E. and John W Newstrom, Still More Games Trainers Play, McGrawhill, Inc. Printed in United States of Amirica.
Pettinger.R, 2002. Stress Management. Capstone Publishing (a Wiley Company) Reber. A.S. 1985. Dictionary of Psychology. Pinguin Books Rice
P.L. 1999. Stress and Health. Brooks/Cole Publishing Company.
Ryff.C.D. & Singer.B.H. 1996. PsychologicalWell Being: Meaning, Measurement and Implications for Psycholterapy Research. Journal os Psychoterapy Psychosomatics, 65, 1423 Ryff.C.D.1989. Happiness is Everything, or is it? Exploration on the Meaning Psychological Well Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 1069-1081. Salmah, Lilik. 2010. Pengaruh Pelatihan Self Control terhadap Penurunan tingkat Distress Mahasiswa (Skripsi) Magister Psikologi Terapan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Santrock, J.W. 1995. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.
1 8
Stein. S.J. & Book. H.E. 2002. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. (terj. T. Hermaya; Ed. Yovita Hardiwati. Cetakan keenam. Jakarta: PT Grasindo. Tenggara. H., Zamralita dan Suyasa, P.T.Y.S. 2008. Kepuasan Kerja dan Kesejahteraan Psikologis Karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi. 10, 96-115 Tohaputra, A.,H 1998, Al Qu`ran dan Terjemahannya, Semarang: ASYSIFA` Vernoy & Kyle.2002. Behavioral Statistics in Action. McGraw-Hill Higher Education Vohs, Schmeichel, Nelson, Baumeister, Twenge & Tice, 2008. Making Choices Impairs Subsequent Self control: A Limited-Resource Acount of Decision Making, Self Regulation and Active Initiative. Journal of Personality and Social Psychology 2008 vol. 94. no. 5 883-898. The American Psychological Association.
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Waryono.P. 1994. Hubungan antara Toleransi Stres dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa. Magister Manajemen UGM, Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Zautra.A.J. 2003. Emotions, Stress and Health. Oxford University Press.
1 9
Model Live Skill Education dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Menurukan Distress – Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS