MODEL KONSEPTUAL PEMBINAAN GURU SD PASCA SERTIFIKASI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Sri Utaminingsih Dosen PGSD Universitas Muria Kudus Email:
[email protected]
Abstract The teacher certification Policy need to be followed up with supervision to improve the teaching – learning qualification. The Purpose to improve conceptual models for supervision base competency is to increase the teacher quality. This model as the result of theoretical study and field study. From theoretical study can be identified supervision technical through teaching clinic, workshop, FGD, lesson study, sharing of experiance. For the effective model in supervision based on competency is need to be applied real research. Key words: Conceptual Models, Elementary Teacher, Pst Certification, Competency
PENDAHULUAN Sertifikasi guru yang sudah terlaksana sejak tahun 2006 ternyata belum mampu meningkatkan kualitas kinerja guru, hal ini seperti yang ditemukan dari hasil kajian Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008 menunjukkan, meski lolos sertifikasi, nilai kompetensi guru rata-rata di angka kisaran 52-64 persen, tak sedikit guru yang nilai kompetensinya terus menurun. Menurut hasil penelitian Baedhowi (2005) rata-rata nilai untuk kompetensi pedagogik para guru yang lolos sertifikasi sebesar 54,33 persen, nilai kompetensi kepribadian 52,37 persen, kompetensi profesional 64,36 persen dan kompetensi sosial sebesar 53,92 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan sertifikasi untuk dapat mendongkrak kualitas pendidikan belum bisa diharapkan banyak. Hasil uji kompetensi di Jawa Tengah tahun 2008 terhadap 274 guru SD dan MI yang dinyatakan layak mengajar
pada guru SD sebanyak
67,93%, MI 51.24 %, sisanya guru SD kurang layak mengajar sebanyak 28.11%
184
dan MI 27,97%, untuk guru yang tidak layak SD sebanyak 3,96 % dan MI 20,64%. Pada tahun 2010 Guru SD di Jawa Tengah cukup banyak menempati urutan kedua secara nasional yaitu 194.948 guru, sedangkan guru yang sudah sertifikasi lima puluh persen lebih. Jumlah guru yang besar dan bermutu merupakan potensi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Kualitas pendidikan dipengaruhi kualitas pembelajaran, dan kualitas pembelajaran sangat tergantung oleh kompetensi guru (Mulyasa, 2007), dengan demikian menunjukan kualitas guru merupakan hal yang layak kita analisa lebih mendalam. Pada manajemen pendidikan upaya peningkatan kualitas kinerja guru diperlukan adanya supervisi (pembinaan). Di Jawa Tengah untuk pembinaan guru pascasertifikasi dilaksanakan dengan teaching clinic, dan kegiatan ini baru diadakan beberapa kali padahal sertifikasi sudah berlangsung sejak tahun 2006. Permasalahannnya adalah peserta teaching clinic terbatas yaitu masing-masing kabupaten hanya tiga (3) guru. Terbatasnya waktu dan anggaran, model teaching clinic belum bisa dirasakan oleh semua guru pascasertifikasi terutama guru SD. Maka
diperlukan
model
pembinaan
bagi
guru
pascasertifikasi
secara
berkelanjutan, terjangkau dan benar-benar mengembangkan kompetensi guru. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pengembangan model konseptual pembinaan guru SD pascasertifikasi berbasis komptensi di Kabupaten Demak? Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dapat dirumuskan tujuan sebagai
berikut:
Mengembangkan
model
konseptual
pembinaan
guru
SD
pascasertifikasi berbaisi kompetensi untuk peningkatan mutu pendidikan yang efektif
khusunya pendidikan dasar sebagai institusi formal dan awal bagi perkembangan peserta didik. Konsep Pembinaan Guru Guru memegang peranan penting dalam pembelajaran, karena itu kualitas guru tetap memegang peranan kunci, hal itu sesuai hasil riset Fourie (2000:89) yang menyatakan bahwa tenaga kependidikan (guru) dan program pembelajaran tidak dapat pisahkan dari kualitas pendidikan. 185
Sistem pembinaan guru penting untuk peningkatan kualitas pendidikan. Menurut L. Ackof (2009) sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya,
sedangkan pembinaan adalah rangkaian usaha pemberian bantuan
kepada guru untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar (Depdikbud, 1985:3; Depdikbud, 1986:5). Dalam system pembinaan guru maka karakteristik profesionalisme guru adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, dimana kualitas ini akan berdampak pada kualitas siswa didik. Merujuk pendapat Kusnandar (2005:45) guru dikatakan profesional jika guru memperoleh latihan atau pendidikan dengan baik dan memiliki pengalaman, hal ini guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Guru profesional adalah guru yang berkualitas, berkompetensi,
dan guru yang dikehendaki untuk
mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi
proses
belajar
mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik. Untuk menunjukkan profesionalisme guru maka diberikan sertifikasi guru sebagai salah satu bentuk pengakuan profesionalisme dimana proses perolehan sertifikat pendidik bagi guru. Sertifikat pendidik yang diperoleh guru berlaku sepanjang yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sertifikat pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sertifikat diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi. Kompetensi yang harus dikuasai oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Di Jawa Tengah pembinaan guru pascasertifikasi dilakukan salah satunya dengan model Teaching Clinic. Program ini merupakan 2 program yang berkelanjutan yaitu : 1) merupakan pelatihan teaching clinic yang dinamakan kegiatan fasilitasi teaching clinic pascasertifikasi guru dalam jabatan dengan langkah-langkah diagnostik, treatmen dan rencana kegiatan tindak lanjut, 2)
186
implementasi teaching clinic dengan langkah-langkah kegiatan pengembangan kompetensi, monev, hasil monev untuk tindak lanjut Sistem pembinaan guru profesional dimulai oleh pendidik dengan membuat evaluasi diri terkait semua kegiatan yang dilaksanakan, baik pada kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih pserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Kegiatan pembinaan dilaporkan dalam laporan kinerja sesuai dengan format tertentu, yang didukung semua bukti pendukung dan laporan tahun sebelumnya. Kemudian diserahkan kepada penilai untuk dinilai dan mendapatkan verifikasi. Penilai dalam menilai diharapkan memakai prinsip saling asah, asih, asuh. Pendidik yang kurang akan memperoleh bimbingan dan penjelasan dari penilai agar kinerja sesuai dengan peraturan perundangan. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong peningkatan profesionalisme pendidik pada sekolah yang bersangkutan. Pendekatan dan Model Pembinaan Pendekatan dalam pembinaan secara teknik ada tiga pendekatan, yaitu pendekatan langsung (directive approach), pendekatan tidak langsung (non directive approach), pendekatan kolaboratif (collaborative approach) (Gwynn (1961) dalam Ibrahim Bafadal (2006). Teknik supervise atau pembinaan memiliki banyak variasinya, Gwynn (1961) dalam Ibrahim Bafadal (2006), mengelompokkan teknik supervisi menjadi dua kelompok, yaitu teknik
perorangan
(individual
devices)
dan
teknik
kelompok (group devices). Model-model pembinaan guru sudah banyak dikembangkan, hasil Penelitian Wayan Santyasa (2012) menemukan model yang dikembangkan di Bali untuk guru-guru di SMP dan Bali adalah perlunya pembelajaran dan asesmen inovatif, lesson study, dan penelitian tindakan kelas. Ngabiyanto (2011) menganjurkan untuk peningkatan kompetensi paedagogik dengan menggunakan lesson study, case study, dan teaching clinic
187
Kompetensi Guru Kompetensi
sebagai
aspek-aspek
pribadi
dari
seorang
yang
memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior yang meliputi sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (LOMA,s Competency Dictionary, 1998 dalam Judissuseno 2008: 37). Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil sehingga menghasilkan pembelajarn yang berkualitas (Hamzah Uno, 2007: 18). Guru harus menyadari bahwa sebagai manusia yang berada dalam institusi pendidikan harus mudah menerima membuka diri menerima perubahan untuk terus berkembang sehinggga menjadi orang yang berkompeten dalam profesinya. Pengembangan kompetensi guru, menurut Hopkins (2010: 47), berarti cara-cara guru untuk menilai terus menerus dirinya sendiri dengan tetap membuka diri akan perkembangan zaman yang terjadi. Pengembangan kompetensi sangat terkait erat dengan ketrampilan dan kecerdasan kognitif. Untuk itu agar guru tetap terjaga kekiniannnya akan ketrampilan dan kecerdasan kognitif maka guru harus terus mengikuti seminar, lokakarya dan berkarya. Pada standar nasional pendidikan dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Kompetensi guru dalam pratiknya merupakan kompetensi yang utuh, untuk itu dalam pembinaan guru pascasertifikasi perlu dijadikan pedoman agar guru lebih profesional
METODE PENGEMBANGAN MODEL Artikel ini dimaksudkan untuk memberikan masukan dalam pembinaan guru SD Pasca Sertifikasi, dimana perlu dikemukakan sebuah model atau desain untuk pola pelaksanaan pembinaan, oleh karena itu maka penyusunan model konseptual tidak/belum melaksanakan penelitian secara utuh, tetapi hanya mengkaji konsep dan teori dilengkapi dengan wawancara sepintas sekedar untuk mencari dukungan dalam membentuk konsep model. 188
Pengembangan desain model pembinaan guru SD pascaserifikai dengan melalui kajian teoritik tentang teori-teori pembinaan, pembinaan pascasertfikasi melalui teaching clinik dan
kompetensi guru. Hasil kajian teori dan kajian
empiris selanjutnya disiskusikan melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan teman-teman sejawat di FKIP UMK. Untuk menambah informasi tambahan tentang kondisi lapangan sebagai kajian empiris maka dengan wawancara pada guru-guru peserta sertifikasi mulai tahun 2006 sampai sekarang dan dinas pendidikan kabupaten Demak yaitu Bapak Drs Moh Afan Noor, M.Pd selaku kepala dinas dan Bapak Drs Gatot Santosa, M.Pd, Kabid dilingkungan dinas pendidikan kabupaten Demak. Prosedur
pengembangan
model
konseptual
pembinaan
guru
SD
pascasertifikasi berbasis kompetensi dapat dilihat pada bagan alur gambar 1.1 dibawah ini: Kajian Pengembangan Model Pembinaan Guru Pascasertifikasi
Kajian Teoritik
Kajian Empirik Model Konseptual Model Pembinaan Guru SD Pascasertifikasi Berbasis Kompetensi
Gambar 1.1. Skema Prosedur Kajian Pengembangan Model Konseptual
PEMBAHASAN Selama ini pembinaan guru pascasertifikasi hanya bersifat administrasi seperti terpenuhi jam mengajar, mempunyai silabus dan RPP, tetapi belum melihat secara kualitas, sehingga belum dapat mendeteksi guru apakah setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru lebih profesional. Untuk itu pembinaan guru SD pascasertifikasi sangat penting dalam rangka meningkatkan profesionalismenya,
189
hal ini merupakan upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan kinerja profesionalisme guru dan juga klaim dari masyarakat terhadap rendahnya profesionalme guru-guru SD. Dengan model pembinaan guru SD pascasertifikasi berbasis kompetensi diharapkan dapat membuat guru lebih profesional. Beberapa sistem pembinaan guru pascasertifikasi di antaranya model teaching clinic perlu dikembangkan lebih lanjut karena pada dasarnya teaching clinic hampir sama dengan workshop atau seminar yang tentunya membutuhkan persiapan dan dana yang besar. Waktu pembinaan dengan model taching clinic hendaknya tidak isendental tetapi berkelanjutan. Aktor atau pihak yang terlibat tentunya diharapkan tidak hanya dari provinsi tetapi juga dari kabupaten, walaupun dari hasil wawancara ternyata banyak aktor dikabupaten yang tidak memahami model teaching clinic dan ada juga yang baru mendengar nama model ini. Teknik pembinaan guru SD pascasertifikasi di Kabupaten Demak dari hasil observasi dan wawancara terhadap 50 guru memberikan gambaran pada tabel sebagai berikut : Tabel 1.1. Hasil Observasi dan Wawancara tentang Teknik Pembinaan Guru SD Pascasertifikasi di Kabupaten Demak N0 1. 2.
Teknik Pembinaan Seminar Diskusi terstruktur atau tidak terstruktur
Jumlah
Persentase
16
32%
50
100%
4.
Rapat
50
100%
5.
Workshop
2
4%
6.
Teaching clinic
0
0%
7.
Lesson Study
2
4%
Seminar merupakan teknik pembinaan yang banyak disukai oleh guruguru SD pascasertifikasi walau hanya sekitar 32%, mereka beralasan seminar lebih murah, mendapat ilmu waktu juga tidak lama dan memperoleh sertifikat. Seminar yang diikuti biasanya diadakan oleh perguruan tinggi atau lembaga lain 190
di Wilayah kabupaten Demak. Informasi seminar diperoleh guru melalui dinas kabupaten selanjutnya diteruskan ke UPTD Kecamatan kemudian gugus baru diinformasikankan ke guru. Seminar merupakan tempat belajar atau sebagai bentuk pembelajaran kelompok dengan pendalaman materi yang dibimbing oleh seorang yang ahli (Sahertian, 2000 :111). Selama ini guru dalam seminar masih sebatas sebagai peserta, belum banyak yang mempunyai kesadaran untuk ikut berpartisipasi dengan mengirimkan makalah. Diskusi terstruktur dalam arti diskusi yang telah direncanakan baik waktu dan materi serta pelaksanaannya lebih formal sering diikuti guru melaui forum KKG ditingkat gugus atau kecamatan yang diadakan secara terjadwal yaitu dikabupaten Demak khsusnya di tiap gugus hari sabtu berdasarkan kelompok guru kelas utnuk sekolah dasar dan guru bidang studi untuk tingkat SMP dan SMU. Guru kelas satu berkumpul dengan guru kelas sau, begitu seterusnya, walaupun dalam pelaksanaannya banyak yang berupa diskusi tidak terstruktur, sharing of experiance atau tukar pengalaman tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru saat mengajar. Sharing of experiance akan efektif bila dalam kegiatan tersebut benar-benar diagendakan sharing tidak sekedar curhat, artinya apa yang dicurhatkan mempunyai makna, dianalisa, disarikan dan disimpulkan. Menurut Sahertian (1981:106) kegiatan sharing of experiance perlu dipersiapakn secara sistematis agar tujuan tercapai dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) menentukan tujuan, 2)menentukan pokok masalah, 3) memberikan kesempatan semua peserta untuk menyumbangkan pendapat, 4) merumuskan kesimpulan sementara. Diskusi dalam pembinaan disini merupakan dikusi sebagai proses kelompok, diharapkan kedepan forum diskusi bisa ditingkatkan menjadi diskusi panel yaitu diskusi suatu masalah yang didampingi oleh sejumlah ahli dalam masalah yang didikusikan. Menurut Syaiful Sagala (2010:184) diskusi panel merupakan percakapan tingkat tinggi-Glorified Conservation yang terdiri moderator, panelis, expert, partisipan. Rapat banyak diikuti oleh guru-guru dan 100% semua guru pernah mengikuti rapat, dalam rapat yang melakukan pembinaan adalah kepala sekolah, 191
pengawas atau dinas. Materi pembinaan biasanya banyak yang bersifat himbauan dengan sertifikasi agar lebih meningkatkan kuaitas pembelajaran dikelas atau informasi-informasi terkait dengan perkembangan pendidikan. Pembinaan melalui rapat akan akan mempunyai dampak yang baik bagi peningkatan kualitas guru bila direncanakan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Menurut Syaiful Sagala (2010: 117), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan rapat dengan guru agar rapat efektif antara lain : 1) menegaskan tujuan, masalah yang menjadi bahan rapat, 3)masalah pribadi guru, 4) pengalaman-pengalaman guru saat mengikuti rapat, 5) partisipasi guru, 6) situasi dan kondisi rapat. Workshop atau atau kegiatan belajar kelompok juga merupakan teknik pembinaan yang disenangi guru hanya karena membutuhkan waktu agak lama dan jenis workshop atau pelatihan terbatas baru sedikit guru yang mengikutinya. Beberapa guru
telah mengikuti workshop antara lain pengembangan media
pembelajaran, pengembangan pembelajaran tematik dll. Lesson study merupakan model pembinaan yang jarang dilakukan, sedangkan teaching clinic belum ada yang mengikuti dan model tersebut masih asing bagi guru-guru SD pascasertifikasi di Kabupaten Demak. Dari hasil studi pendahuluan tersusunlah model konseptual pembinaan guru
pascasertifikasi berbasis kompetensi dapat dilihat pada gambar 1.2. dibawah ini:
192
Pendekatan Pembinaan (Waktu, Aktor, Prosedur )
Kompetensi Guru (Teridentifikasi Jelas)
Teknik Pembinaan (seminar, observasi, diskusi, validasi, rapat, dll)
Pembinaan Guru SD Pascasertifikasi
Input
Proses
Fasilitasi Pembinaan
Output
Implementasi Pembinaan Work Kegiatan pengembangan Kompetensi
Diagnostik Kompetensi Guru
Monev Pembinaan
Monitoring
Treatment
Guru SD Pascasertifikasi Profesional
Assesment Individual
Rencana Kegiatan
RTL Kelompok
Model Pembinaan Guru SD Pascasertifikasi Berbasis Kompetensi
Gambar. 1.2. Kerangka Konseptual Model Pembinaan Guru SD Pascasertifikasi 193
Outcomes
Dalam pembinaan guru pascasertifikasi dikaji dari sisi pendekatan pembinaan, kompetensi guru yang akan dikembangkan, teknik pembinaan harus harus jelas. Pendekatan pembinaan memakai pendekatan klinis yaitu disesuaikan dengan kebutuahn guru dan pembinaan karena memang dibutuhkan serta diinginkan guru.
Disini ditentukan waktu pembinaan, siapa yang melakukan
pembinaan dan prosedur pembinaan. Waktu pembinaan disepakati oleh guru diluar jam pelajaran sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Pembinaan bisa dilakukan oleh pengawas, Kepala sekolah, teman sejawat atau mendatangkan ahli. Teknik pembinaan bisa berbentuk workshop, Focus Grup Discassion/FGD, sharing of experiance, seminar, rapa dll. Pada tahapan pembinaan, input pembinaan diawali fasilitasi pembinaan dengan melakukan diagnosa komptensi guru yang perlu ditingkatkan. Kegiatan ini tidak harus dilaksanakan dalam satu waktu, misalnya pada pertemuan pertama teridentifikasi kompetensi-kompetensi guru, pada pertemuan selanjutnya analisa treatmen untuk mengatasi kesulitan guru dan rencana yang dperlu dilakukan. Contoh pemetaan pada fasilitasi ditingkat gugus dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.2.Contoh Pemetaan fasilitasi pembinaan guru SD pascasertifikasi berbasis kompetensi Indikator Kompetensi Guru Analisa Pemecahan yang Perlu ditingkatkan Sulitnya menyusun Perlu pemahaman RPP tematik tematik
Kesulitan menyusun LKS Kesulitan dalam menciptakan pembelajaran aktif
Rencana Tindak Lanjut Fokus Grup Discassion (FGD) dengan mengundang ahli
Perlu praktik menyusun Teaching Clinic RPP tematik Workshop Diskusi panel Perlu pemahaman FGD dengan pembelajaran aktif teman sejawat Mengembangkan model-model Diskusi Panel pembelajaran aktif
194
Waktu Minggu I
Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu I
Minggu II
Tidak semua guru mengalami kesulitan semua kompetensi, dari hasil quesioner yang diberikan pada guru-guru SD peserta PLPG sebelum sertifikasi, 60% guru membutuhkan pembinaan kompetensi profesional, 95 % membutuhkan pembinaan kompetensi paedagogik, 30% kompetensi sosial dan 60% komptensi kepribadian. Hal ini diperkuat
hasil penelitian Ngabiyanto (2011:1) yang
menemukan adanya kelemahan pada kompetensi paedagogik guru, untuk itu dia menyarankan perlunya model – model pembinaan guru untuk paedagogik dengan memberikan pelatihan penelitian tindakan kelas, case study, dan juga pembelajaran inovatif. Pujasari dan Nurdin (2009) menyimpulkan bahwa dengan kompetensi professional yang memadai diharapkan guru dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan belajar siswa. Namun kompetensi profesional perlu diwujudkan pula dalam bentuk standar kompetensi yang memadai dan hal tersebut memerlukan alat ukur dan alat control yang tepat agar semua guru dapat dan mampu mencapai kompetensi professional yang diharapkan sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh stake holder dunia pendidikan. Pada tahap implementasi proses pembinaan guru pascasertifikasi berbasis kompetensi, guru lebih nyaman bila dilakukan secara kelompok dan bersifat kolegial. Semua guru berpendapat bahwa pembinaan guru yang dilakukan dengan formal malah kan membuat suasana kaku dan tegang, seolah-olah pembina atau supervisor adalah atasan dan guru bawahan. Tabel 1.3. Implementasi Pembinaan Guru SD Pascasertifikasi Kompetensi yang dikembangkan Paedagogik Profesional Kepribadian
Sosial
Teknik pembinaan Teaching clinic FGD Workshop Lesson Study ESQ (Emosional Sipiritual Question) FGD Konseling Guru Sharing Of Experiance
195
Sifat pembinaan Kelompok Kolegial Kelompok Kolegial Individual Kelompok Kolegial Individual Kelompok Kolegial
Dalam monitoring bisa dilakukan saat pelaksanaan pembinaan maupun dengan melakukan kunjungan kelas. Bila dilaksankan saat pembinaan maka yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesulitan guru, keaktifan guru dalam memberikan gagasan atau pendapat, hasil pembinaan kompetensi apakah ada peningkatan atau belum. Dalam monitoring perlu dilakukan penilaian agar pembinaan mempunyai dampak nyata, karena kalau tidak ada penilaian guru tidaks serius. Sanaky (2005) menyatakan bahwa penilaian terhadap profesi guru tidak hanya sekedar pada aspek administrasi dan manajemen saja, tetapi masalah guru lebih luas dan kompleks, menyangkut kemampuan profesional, personal, sosial termasuk perilaku dan kurangnya penghargaan yang layak terhadap profesi guru. Penilaian harus dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan dan kompetensi pada bidang kependidikan.
Hasil monitoring dan penilaian perlu
ditindaklanjuti dengan program berkelanjutan bila teknik
pembinaan yang
dipakai dalam model pembinaan guru SD pascasertifikasi sudah tepat, bila belum diperlukan kajian atau analisis yang mendalam untuk mendapatkan teknik pembinaan yang sesuai dengan permasalahan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN Pembinaan guru SD pascasertifikasi sangat penting, sehinggga dengan sertifikasi membuat guru
lebih profesional sehingga mampu memberikan
kontribusi yang besar dalam peningkatan mutu pendidikan. Pengembangan model konseptual pembinaan guru SD pascasertifikasi berbasis kompetensi merupakan sebuah gagasan konseptual hasil kajian teoritik dan kajian lapangan dengan model yang didalamnya menggunakan teknik pembinaan yang bervariasi seperti teaching clinic, FGD, workshop, sharing of experiance dll. Penggunaan teknik pembinaan berdasarkan diagnosa kompetensi. Hal ini berbeda dengan pembinaan dalam arti umum yang biasanya dilakukan pengawas atau kepala sekolah hanya sebatas formalitas atau kegiatan rutin kunjungan. Kajian lebih lanjut diharapkan dapat menemukan model pembinaan yang efektif sehingga sertifikasi guru dapat meningkatkan mutu pendidikan. Secara
196
teoritis kajian ini dapat menambah khasaanah keilmuan dan memberikan kontribusi pemikiran tentang pengembangan prosedur, strategi dan teknik dalam pembinaan guru SD pascasertifikasi. Dalam pembinaan guru pascasertifikasi disarankan dinas pendidikan dan
kepala sekolah bersikap tegas, untuk memberikan teguran lisan, peringatan tertulis, penghentian sementara, maupun penghentian permanen tunjangan profesi pendidik terhadap guru bila berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kinerja tidak memenuhi persayaratan yang ditentukan dalam peraturan perundangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, L.W. (1991). , Increasing Teacher Effectiveness, UNESCO: International Institute for Educational Planning, Paris. Baedhowi. (2008). Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan Profesionalisme Guru Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September 2008) www.jurnal.ump.ac.id Diakses 20 Desember 2010 Ditjen PMPTK. (2007). Pengertian, tujuan, manfaat dan dasar hukum sertfikasi guru. www.sertifikasiguru.org/uploads/file/panduan/faq/pdf. diakses 03 Januari 2011 Fourie, (2000). Vocational School and Workplace (Case study in South Africa); Human Resource Development Quarterly, vol.3,n0 1 Spring Wiley Periodicals Oemar Hamalik. (2006). Pendidikan Guru Kompetensi.Jakarta: PT. Bumi Aksara
Berdasarkan
Pendekatan
Hargreves, A. (1994). Changing Teachers, Changing Times: Teachers’ Work and Culture in the Post modern Age, Cassell, London. Hopkins,K.R. (2010). Teaching How to Learn in a What-to-Learn Culture. CA: Jossey-Bass, San Fransisco. Ibrahim Bafadal, (2006). Pentingnya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1, Nomor 2, Maret 2006
197
Kusnandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ludwig von Bertalanffy (1901--1972) was one of the most important theoretical biologists of the first half of this century; researched on comparative physiology, on www.isss.org/lumLVB.htm acces 26-52012 Ngabiyanto (2011). Model Pembinaan Guru Pendidikan Kewarganegaraan Pascasertifikasi Di Kota Semarang, Integralistik , No.1/Th. Xxii/2011, Januari-Juni 2011 Muhamad Nurdin. 2004. Kiat menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Prisma Sophie Mantja, Willem. (1998) Pidato Pengukuhan Guru Besar” Manajemen Pembinaan Guru Berwawasan Sumber Daya Manusia: Kajian Empirik; IKIP Malang Romelan.
(2011). Sistem Pembinaan Profesional Guru ;http://www.slideshare.net/NASuprawoto/sistem-pembinaanprofesional-guru-sd-presentation diakses 25-5-2011
SD
Sanaky, Hujair AH. (2009), Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Safiria Insania Press dan MSI, Yogyakarta Sahertian, P.A dan Mataheru. F (1981). Prinsip dan tehnis Supervisi Pendidikan. Usaha Nasional. Surabya Syaiful Sagala (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Alfa Beta. Bandung. Sergiovanni, T.J., & Starratt, R.J. ()1993. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw-Hill Wayan Santyasa. (2012). Keberadaan Dan Kepentingan Pengembanganmodel Pelatihan Untuk Pembinaan Profesi Guru, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha; www.sumber-artikel.com/ diakses 4/4/2012 jam 20.00 wib
198