Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN KURSI PENUMPANG KERETA API SECARA DINAMIS UNTUK MEMAKSIMALKAN PENDAPATAN Rahma Rei Sakura1), Ahmad Rusdiansyah2), dan Nurhadi Siswanto3) 1) Program Pascasarjana Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail:
[email protected] 2) dan 3) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK Pengelolaan pendapatan (revenue management) yang terdapat pada kereta api penumpang disebut sebagai Railroad Passenger Revenue Management (RPRM). Pengelolaan pendapatan pada perusahaan kereta api merupakan salah satu hal yang terpenting untuk dikelola. Perusahaan kereta api melakukan pengelolaan pendapatan karena adanya beberapa kondisi, seperti permintaan kursi yang bersifat tidak pasti, fleksibilitias penumpang, dan kapasitas kursi yang tetap. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan perusahaan perlu melakukan pengelolaan dalam mengalokasikan jumlah kursi yang disediakan. Pada penelitian ini dilakukan strategi dynamic seat allocation dengan terdapat empat kelas harga (multi-fare) dan perjalanan multi-leg serta memperhatikan adanya cancellation pada pemesanan tiket penumpang. Pada penelitian ini dikembangkan juga model simulasi diskrit untuk mendapatkan jumlah tiket yang terjual pada masing-masing rute dan kelas harga, sehingga perusahaan akan mendapatkan total expected revenue yang maksimal. Pada model simulasi tersebut, dilakukan perubahan parameter permodelan dengan menerapkan beberapa skenario. Hasil yang didapat yaitu perusahaan dapat menerapkan pembatalan pemesanan tiket penumpang kereta api dan dapat melakukan penambahan kapasitas pada masing-masing gerbong kereta. Perusahaan akan memperoleh pendapatan yang lebih baik apabila alokasi kursi pada tujuan Surabaya menuju Jakarta sebesar 50%, dan sisanya merupakan alokasi kursi untuk tujuan pada stasiun antara. Kata kunci: Kereta Api Penumpang, Pengelolaan Pendapatan, Multi-fare, Multi-leg, Dynamic Seat Allocation. PENDAHULUAN Transportasi darat merupakan salah satu jenis angkutan yang sangat dibutuhkan pada saat ini. Terdapat dua macam angkutan pada transportasi, yaitu angkutan jalan / kendaraan bermotor dan angkutan kereta api. Angkutan jalan / kendaraan bermotor yaitu moda transportasi yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai penggerak dan berada dijalan raya. Sebagai contoh angkutan jalan / kendaraan bermotor seperti motor, mobil, bis, truk, dan lain sebagainya. Sedangkan angkutan kereta api yaitu moda transportasi yang menggunakan rel sebagai jalannya dan memiliki alat angkut seperti lokomotif, gerbong penumpang, dan gerbong peti kemas. Nasution (2004) menyebutkan bahwa angkutan darat sangat fleksibel terhadap pertumbuhan permintaan dari masyarakat. Selain itu, angkutan darat juga dapat memberikan door to door service, yaitu dari tempat asal (origin) penumpang atau barang menuju tempat tujuan (destination) penumpang atau barang. Biasanya, transportasi darat seperti angkutan jalan / kendaraan bermotor digunakan untuk pengangkutan penumpang atau barang dengan ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
jarak yang ekonomis. Sedangkan angkutan kereta api akan lebih efisien apabila digunakan untuk moda transportasi darat jarak jauh dengan volume yang besar. Angkutan kereta api saat ini telah banyak diminati oleh masyarakat karena fasilitas dan kenyamanan pelanggan dapat termajin. Beberapa keunggulan yang terdapat pada angkutan kereta api seperti mampu mengangkut muatan dalam jumlah yang besar, mampu menempuh jarak jauh dengan kecepatan konstant, memiliki jadwal perjalanan yang pasti dengan frekuensi tinggi, jarang sekali terjadi kemacetan sehingga lebih terjamin kelancarannya, dan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan angkutan jalan / kendaraan bermotor. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengelola persediaan kursi penumpang agar memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kebijakan tentang persediaan kursi penumpang dan penetapan harga tiket merupakan hal penting yang harus dilakukan apabila perusahaan ingin memperoleh pendapatan (revenue) yang maksimal. Armstrong et al. (2010) menyatakan bahwa revenue management pada industri kereta api dapat disebut sebagai Railroad Passenger Revenue Management (RPRM) dan Railroad Freight Revenue Management (RFRM). Tujuan dari revenue management yaitu mencari pemaksimalan dari penumpang pada setiap leg dengan memaksimalkan semua pendapatan. Untuk service penumpang, hal ini dapat dilakukan dengan penetapan harga tiket yang specific atau pembatasan dari availability tiket penumpang. Armstrong et al. (2010) mengembangkan penelitian tentang multi-fare, multi-leg pada kereta penumpang dan single-leg, dynamic pricing pada tiket penumpang dengan asumsi bahwa terjadi bumping passenger pada UK railway. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa terjadi bumping passenger, sedangkan pada kondisi nyata di UK jarang sekali terjadi bumping passenger. Bharill dan Rangaraj (2008) meneliti tentang premium segment di Indian Railways yaitu Rajdhani Express. Bharill dan Rangaraj (2008) meneliti bagaimana strategi revenue management dapat diaplikasikan untuk meningkatkan rata-rata dari pendapatan. Dalam penelitiannya terdapat tiga macam produk yang berbeda tetapi hanya diterapkan pada perjalanan single-leg. Bharill dan Rangaraj (2008) membangun model untuk mengestimasi permintaan untuk merubah harga tiket dan penambahkan biaya seperti biaya booking cancellation. Pada You (2008), mempelajari tentang bagaimana menentukan alokasi kursi pada penumpang untuk sistem booking pada kereta api. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu memaksimalkan total pendapatan yang diharapkan dari semua perjalanan di kereta api dengan menentukan batas pemesanan untuk semua jenis tiket jaringan dengan menentukan batas pemesanan untuk semua jenis tiket. Diasumsikan bahwa terdapat dua segmen yaitu full fare dan discount fare. You (2008) menggunakan model non-linear interger programming dengan tujuan mengembangkan booking limits untuk semua jenis tiket pada kereta api. Penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan perusahaan kereta api di Indonesia melalui pemaksimalan persediaan kursi penumpang dengan mempertimbangkan penetapan batas pemesanan pada masing-masing kelas harga. Asumsi yang digunakan yaitu terdapat empat kelas harga pada kereta eksekutif (kelas A, H, I, dan J), dan terdapat cancelation. Penelitian ini menggunakan model simulasi diskrit pengelolaan pendapatan dan menerapkan beberapa skenario penjualan tiket. Rute yang digunakan adalah rute multi-leg dari Surabaya menuju Jakarta dengan melewati beberapa stasiun antara. METODE Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu tahap pengembangan model simulasi, tahap validasi dan verifikasi model simulasi, tahap percobaan numerik, dan tahap
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
perhitungan total expected revenue dan tahap analisa hasil eksperimen. Beberapa tahapan tersebut akan dijelaskan pada sub bab dibawah ini. Tahap Pengembangan Model Simulasi Tahap pengembangan model simulasi dibagi menjadi beberapa konsep, yaitu : 1. Mengidentifikasi penumpang. Identifikasi penumpang terdiri dari tujuan penumpang dalam memilih rute perjalanan (dari tempat asal ke tempat tujuan), dan kelas harga tiket kereta api yang diinginkan. Terdapat tujuh tujuan rute perjalanan yaitu Surabaya-Jakarta, Surabaya-Madiun, MadiunJakarta, Surabaya-Cirebon, Cirebon-Jakarta, Surabaya-Yogyakarta, Yogyakarta-Jakarta. 2. Menentukan batas pemesanan (booking limit). Sistem reservasi pada perusahaan kereta api harus dapat menentukan keterdesiaan kursi yang terdapat pada satu jadwal keberangkatan. Hal tersebut akan mempengaruhi penetapan batas pemesanan (booking limit). Sehingga ketika terjadi cancellation, maka perusahaan tidak mengalami kehilangan pendapatan karena terdapat kursi kosong dalam satu jadwal perjalanan kereta. Pada saat terjadi pembatalan tiket (cancellation), perusahaan harus melakukan pembayaran kembali (refund). Refund digolongkan menjadi dua, yaitu dikenakan biaya sebesar 25% dari harga tiket. Pembatalan tiket dapat dilakukan maksimal satu jam sebelum waktu keberangkatan. 3. Menentukan parameter permodelan. Parameter permodelan yang diterapkan pada penelitian ini yaitu memaksimalkan total expected revenue yang didapat pada perusahaan kereta api. Revenue pada kereta api penumpang dapat berupa menentukan batas pemesanan (booking limit), dan menentukan tujuan rute perjalanan. Menentukan batas pemesanan pada kereta api penumpang yaitu dengan menentukan berapa batas pemesanan untuk masing-masing kelas harga. Menentukan tujuan rute perjalanan yaitu dengan mengidentifikasi penumpang dengan berapa penumpang yang melakukan perjalanan dengan rute Surabaya-Jakarta dan berapa penumpang yang melakukan perjalanan dengan rute Surabaya-Madiun atau MadiunJakarta. Tahap Validasi dan Verifikasi Model Simulasi Tahap validasi dan verifikasi model simulasi dilakukan apabila model simulasi yang telah dikembangkan dapat merepresentasikan dengan kondisi nyata dan apakah dalam model yang dikembangkan mengandung error atau tidak. Validasi dilakukan dengan menguji solusi yang didapat dengan membuat set data kecil. Tahap Percobaan Numerik Berdasarkan model simulasi yang telah dilakukan validasi dan verifikasi, maka dilakukan percobaan numerik untuk melihat perfomansi model terhadap perubahan parameter input yang diberikan. Pada tahap ini, peneliti membuat beberapa eksperimen dengan melakukan skenario kebijakan dan merubah parameter agar dapat mengetahui pada kondisi seperti apa perusahaan mendapatkan pendapatan (revenue) yang maksimal. Terdapat tiga eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini. Tabel 1. menunjukkan bahwa terdapat beberapa skenario eksperimen. Skenario eksperimen pertama yaitu tujuan Surabaya-Jakarta memiliki alokasi 100% dengan mempertimbangkan ketika tidak terjadi pembatalan pemesanan dan ketika terjadi pembatalan pemesanan. Skenario eksperimen kedua yaitu tujuan Surabaya-Jakarta memiliki alokasi 80% dan alokasi tujuan sisanya seperti Surabaya-Madiun, Madiun-Jakarta, Surabaya-Cirebon, Cirebon-Jakarta, Surabaya-Yogyakarta, dan Yogyakarta-Jakarta yaitu sejumlah 20% dengan mempertimbangkan pembatalan pemesanan dan penambahan kapasitas kursi penumpang. Skenario eksperimen tiga yaitu tujuan Surabaya-Jakarta memiliki alokasi 50% dan alokasi ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
tujuan sisanya yaitu sebesar 50% dengan mempertimbangkan pembatalan pemesanan dan penambahan kapasitas. Tabel 1. Eksperimen dengan beberapa skenario Eksperimen Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3
Alokasi Tujuan A Sisanya 100 0 100 0 80 20 80 20 80 20 50 50 50 50 50 50
Cancellation (0-10%) 0 10 0 10 10 0 10 10
Kapasitas Gerbong 400 400 400 600 600 400 600 600
Keterangan : 8050 (terdapat tujuan dengan kursi kosong)
Tahap Perhitungan Total Expected Revenue dan Analisa Hasil Eksperimen Pada tahap ini, dilakukan perhitungan total expected revenue yang dihasilkan dari beberapa skenario, yaitu pada skenario yang menghasilkan pendapatan yang maksimal. Kemudian dilakukan analisa hasil eksperimen, setelah dilakukan percobaan numerik. Pada tahap ini, performansi dari model simulasi akan dievaluasi dan dianalisa hasil revenue terhadap beberapa kondisi input yang berbeda.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Penumpang datang
Periode kedatangan
T < 529
T < 1081
T < 1608
T < 2160
Tujuan rute perjalanan
No
Tujuan A
Tujuan 2
Tujuan 3
Tujuan 4
Tujuan 7
Tujuan 6
Tujuan 5
Kelas A,H,I,J
Kelas A,H,I,J
Kelas A,H,I,J
Kelas A,H,I,J
Kelas A,H,I,J
Kelas A,H,I,J
Kelas A,H,I,J
Apakah Jumlah kursi kosong A,H,I,J > 0 ?
Apakah Jumlah kursi kosong A,H,I,J > 0 ?
Apakah Jumlah kursi kosong A,H,I,J > 0 ?
Pindah kelas
Yes
No Pindah kelas
Jumlah kursi kosong A,H,I,J 1
Yes
No Pindah kelas
Jumlah kursi kosong A,H,I,J 1
No
Apakah terjadi cancel ?
No
Dispose
Yes
Dispose
Apakah terjadi cancel ?
Yes
Apakah Jumlah kursi kosong No A,H,I,J > 0 ? Pindah kelas
Yes
Jumlah kursi kosong A,H,I,J 1
No Dispose
Apakah Jumlah kursi kosong No A,H,I,J > 0 ? Pindah kelas
Yes
Jumlah kursi kosong A,H,I,J 1
No
Apakah Jumlah kursi kosong A,H,I,J > 0 ?
Pindah kelas
Jumlah kursi kosong A,H,I,J 1
Yes
Apakah Jumlah kursi kosong No A,H,I,J > 0 ? Pindah Yes kelas
Jumlah kursi kosong A,H,I,J 1
Apakah terjadi cancel ?
No
Apakah terjadi cancel ?
No
Apakah terjadi cancel ?
No
Apakah terjadi cancel ?
Yes
Dispose
Yes
Dispose
Yes
Dispose
Yes
Jumlah kursi kosong A,H,I,J 1
Apakah terjadi cancel ?
No Dispose
Yes
Jumlah kuusi kosong A,H,I,J + 1
Jumlah kuusi kosong A,H,I,J + 1
Jumlah kuusi kosong A,H,I,J + 1
Jumlah kuusi kosong A,H,I,J + 1
Jumlah kuusi kosong A,H,I,J + 1
Jumlah kuusi kosong A,H,I,J + 1
Jumlah kuusi kosong A,H,I,J + 1
Jumlah A,H,I,J jadi berangkat
Jumlah A,H,I,J jadi berangkat
Jumlah A,H,I,J jadi berangkat
Jumlah A,H,I,J jadi berangkat
Jumlah A,H,I,J jadi berangkat
Jumlah A,H,I,J jadi berangkat
Jumlah A,H,I,J jadi berangkat
Selesai
Gambar 1. Flow Chart Pengembangan Tujuan Rute Perjalanan
Gambar 1 menunjukkan algoritma pengembangan model yang dilakukan. Ketika terdapat penumpang datang, maka sistem akan mengidentifikasi waktu kedatangan penumpang. Kemudian, terdapat tujuh tujuan rute perjalanan dengan masing-masing kelas harga. Ketika terdapat penumpang yang melakukan pemesanan, maka sistem akan melakukan perhitungan dengan cara (jumlah kursi kosong pada tujuan dan kelas tersebut – 1). Ketika terjadi pembatalan pemesanan maka sistem akan melakukan perhitungan dengan cara (jumlah kursi kosong pada tujuan dan kelas tersebut + 1). Setelah itu, sistem memberikan record berapa jumlah penumpang pada tujuan dan masing-masing kelas tersebut yang jadi berangkat.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang didapatkan dari eksperimen yang telah dilakukan yaitu dapat terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Hasil Perolehan Pendapatan pada masing-masing Eksperimen Eksperimen Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3
Alokasi Tujuan A Sisanya 100 0 100 0 80 20 80 20 80 20 50 50 50 50 50 50
Cancellation (0-10%) 0 10 0 10 10 0 10 10
Kapasitas Gerbong 400 400 400 600 600 400 600 600
Revenue 177,500,000 181,720,000 239,780,000 459,813,750 302,397,500 226,880,000 466,812,250 283,500,000
Pada tabel 2, terdapat perolehan pendapatan pada masing-masing skenario eksperimen yang telah dilakukan. Pada skenario eksperimen satu, terdapat dua sub skenario yaitu dengan mempertimbangkan pembatalan pemesanan dan tidak terdapat pembatalan pemesanan. Dapat dilihat bahwa perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 177,500,000 ketika tidak mempertimbangkan pembatalan pemesanan. Berbeda dengan ketika perusahaan menerapkan pembatalan pemesanan, perusahaan memperoleh pendapatan yang lebih baik yaitu sebesar Rp. 181,720,000. Hal tersebut disebabkan karena ketika terdapat penumpang dengan pembatalan pemesanan tiket, maka perusahaan pendapatkan penambahan biaya refund sebesar 25% dari harga tiket tersebut dan tiket yang telah dibatalkan memperoleh kesempatan untuk dijual kembali. Sehingga perusahaan dapat menerapkan sistem pembatalan pemesanan pada kereta api penumpang agar memperoleh pendapatan yang lebih baik. Pada skenario kedua, terdapat tiga sub skenario yaitu alokasi tujuan untuk SurabayaJakarta sebesar 80%, dan alokasi untuk tujuan sisanya yaitu 20%. Ketiga sub skenario tersebut juga dilakukan eksperimen ketika terjadi pembatalan pemesanan atau tidak, dan ketika terjadi penambahan kapasitas. Pada sub skenario pertama, dilakukan dengan tidak mempertimbangkan adanya pembatalan pemesanan dan kapasitas yang sama dengan skenario eksperimen sebelumnya. Perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 239,780,000. Pada sub skenario kedua, dilakukan dengan mempertimbangkan adanya pembatalan pemesanan dan penambahan kapasitas, maka perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 459,813,750. Pada sub skenario ketiga, dilakukan dengan mempertimbangkan adanya pembatalan pemesanan dan penambahan kapasitas. Tetapi dalam hal ini terdapat beberapa tujuan dengan kursi kosong, yaitu pada tujuan Surabaya-Madiun, Surabaya-Cirebon, dan Surabaya-Yogyakarta. Perolehan pendapatan pada sub skenario ketiga yaitu sebesar Rp. 302,397,500. Dari ketiga sub skenario yang telah dilakukan, sub skenario yang memperoleh pendapatan yang paling tinggi yaitu pada sub skenario kedua. Hal ini disebabkan karena dalam satu rute perjalanan tidak terdapat kursi kosong pada masing-masing tujuan, mempertimbangkan adanya pembatalan pemesanan dan terjadi penambahan kapasitas. Pada skenario eksperimen ketiga, terdapat tiga sub skenario seperti pada skenario eksperimen kedua dengan alokasi Surabaya-Jakarta sebesar 50% dan tujuan sisanya sebesar 50%. Sub skenario pertama yaitu dengan tidak mempertimbangkan adanya pembatalan pemesanan dan tidak terjadi penambahan kapasitas. Perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 226,880,000. Sub skenario kedua yaitu perusahaan mempertimbangkan adanya pembatalan pemesanan tiket kereta penumpang dan terjadi penambahan kapasitas. Maka perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 466,812,250. Sub skenario ketiga yaitu perusahaan mempertimbangkan adanya pembatalan pemesanan dan terjadi penambahan ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
kapasitas, tetapi dalam hal ini terdapat beberapa rute tujuan yang memiliki kursi kosong. Tujuan rute tersebut yaitu, tujuan Surabaya-Madiun, Surabaya-Cirebon, dan SurabayaYogyakarta. Maka perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 283,500,000. Dari ketiga sub skenario yang telah dilakukan, yang memperoleh pendapatan paling tinggi yaitu pada sub skenario kedua. Hal ini disebabkan karena perusahaan memaksimalkan sumber daya yang ada dengan tidak terdapat kursi kosong pada beberapa tujuan. Berikut merupakan gambar grafik perolehan pendapatan pada masing-masing eksperimen :
Gambar 2. Grafik Perolehan Pendapatan pada masing-masing Eksperimen
Pada gambar 2 menunjukkan grafik perolehan pendapatan pada masing-masing eksperimen yang telah dilakukan. Dapat diketahui bahwa grafik yang memiliki pendapatan yang paling tinggi yaitu pada skenario tiga dengan sub skenario kedua. Pendapatan yang diperoleh yaitu Rp. 466,812,250. Hal tersebut terjadi ketika alokasi kursi pada tujuan Surabaya-Jakarta yaitu sebesar 50%, dan sisanya pada tujuan Surabaya-Madiun, MadiunJakarta, Surabaya-Cirebon, Cirebon-Jakarta, Surabaya-Yogyakarta, Yogyakarta-Jakarta yaitu sebesar 50%. Kemudian perusahaan mempertimbangkan pembatalan pemesanan tiket kereta dan terjadi penambahan kapasitas. Sehingga perusahaan dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perolehan pendapatan paling tinggi yaitu sebesar Rp. 466,812,250. 2. Perusahaan akan memperoleh pendapatan yang lebih baik apabila alokasi pada tujuan Surabaya-Jakarta (A) sebesar 50%, dengan kombinasi alokasi pada tujuan lainnya yaitu pada tujuan Surabaya-Madiun, Madiun-Jakarta, Surabaya-Cirebon, Cirebon-Jakarta, Surabaya-Yogyakarta, Yogyakarta-Jakarta sebesar 50%. 3. Perusahaan dapat menerapkan pembatalan pemesanan tiket penumpang kereta api dan dapat melakukan penambahan kapasitas pada masing-masing gerbong. Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Permasalahan dapat dikembangkan dengan menggunakan rute yang lebih lengkap dari Surabaya menuju Jakarta. Dapat dikembangkan pula ketika terjadi dynamic seat allocation dan dynamic pricing. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Alexander., Meissner, Joern., 2010. Railway Revenue Management: Overview and Models. Department of Management Science, Lancaster University Management School, United Kingdom. July, 2010. Bharill, Rohit., Rangaraj, Narayan., 2008. Revenue management in railway operations: A study of the Rajdhani Express, Indian Railways. Transportation Research Part A, 42, 1195–1207. Cadarso, Luis., Marín, Ángel., Luís Espinosa-Aranda, José., García-Ródenas, Ricardo., 2014. Train Scheduling in High Speed Railways: Considering Competitive Effects. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 162, 51 – 60. Dolgui, A., Porth, J.M., 2010. Supply Chain Engineering (Useful Methods and Techniques). Hetrakul, Pratt., Cirillo, Cinzia., 2013. A latent class choice based model system for railway optimal pricing and seat allocation. Transportation Research Part E, 61, 68–83. Hetrakul, Pratt., Cirillo, Cinzia., 2014. Accommodating taste heterogeneity in railway passenger choice models based on internet booking data. The Journal of Choice Modelling, 6, 1–16. Mumbower, Stacey., A. Garrow, Laurie., J. Higgins, Matthew., 2014. Estimating flight level price elasticities using online airline data: A first step toward integrating pricing, demand, and revenue optimization. Transportation Research Part A, 66, 196–212. Nasution, Muhammad Nur., 2004. Manajemen Transportasi. Edisi Kedua. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Phillips, Robert.L., 2005. Pricing and Revenue Optimization. United States of America. You., Peng-Sheng., 2008. An efficient computational approach for railway booking problem. European Journal of Operational Research, 185, 811–824. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-42-8