BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai PT KAI (Persero) atau "Perseroan" adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur, dan mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia. Wilayah operasi Perseroan mencakup seluruh provinsi di pulau Jawa dan sebagian besar pulau Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung. Perusahaan ini menyediakan jasa angkutan barang dan angkutan penumpang menggunakan kereta api. Angkutan barang menggunakan kereta api mencakup angkutan peti kemas, batu bara, parsel, barang curah dann barang jenis lainnya. Sedangkan untuk jasa angkutan penumpang mencakup angkutan rute jarak jauh, jarak menengah, dan jarak dekat. Untuk jasa angkutan penumpang jarak jauh dibagi menjadi angkutan penumpang kelas eksekutif (K1), kelas bisnis (K2) dan kelas ekonomi (K3) (Profil Perusahaan PT Kereta Api Indonesia, 2013). Tingginya animo masyarakat terhadap penggunaan jasa transportasi kereta api jelas menandakan bahwa kereta api masih menjadi alat transportasi andalan.
Gambar I. 1 Grafik alasan penumpang memilih kereta api untuk melakukan perjalanan (PT Kereta Api Indonesa, 2013)
1
Berdasarkan survei kepuasan pelanggan yang dilakukan tahun 2013, diketahui bahwa 51,44% responden memilih menggunakan moda kereta api karena alasan kenyamanan, 22,58% responden memilih karena alasan kelancaran perjalanan dan 8,66% responden memilih karena tarif yang murah. Adapun grafik survey kepuasan pelanggan terdapat pada Gambar I.1.Dalam meningkatkan keuntungan kompetitif dan layanan guna menjawab tingginya animo masyarakat terhadap penggunaan jasa transportasi kereta api, PT KAI memiliki rencana strategis untuk melakukan penyatuan layanan kelas K3 dan K2 menjadi kelas baru, rencana ini tentunya turut mempengaruhi perubahan interior kelas. Peningkatan layanan oleh PT KAI juga telah mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan pelanggan jasa angkutan kereta api. Dalam rangka melakukan realisasi ini PT KAI sedang merancang desain yang tepat untuk kelas baru tersebut. Hal ini akan menghasilkan variasi kebutuhan dari berbagai aspek termasuk kursi penumpang kereta api. Kursi penumpang merupakan komponen yang menjadi perhatian utama dalam pengembangan desain interior kelas baru. Hal ini karena kursi penumpang merupakan salah satu komponen interior yang berinteraksi dengan user sepanjang perjalanan.
(a)
(b)
Gambar I. 2 Kursi penumpang kereta api (a) kursi penumpang kelas bisnis (k2), (b) kursi penumpang kelas ekonomi (K3)
2
Rancangan kursi penumpang yang digunakan pada kereta K2 dan K3 saat ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar I.2. merupakan hasil rancangan tahun 1987. Versi desain ini perlu diperbaharui dengan cara melakukan benchmarking dengan desain kursi kelas sejenis (Hapsari, 2016).
Gambar I. 3 Desain Konsep Kursi Kereta Api (Hapsari, 2016) Tahapan desain dalam penelitian sebelumnya telah melalui langkah evaluasi ekperimen terhadap sample produk kursi kereta sejenis dari negara yang memiliki industri kereta api yang maju, seperti Jepang. Penentuan konsep desain ini berdasarkan persepsi dari pengguna yang meliputi tampilan, spesifikasi komponen dan mekanisme kursi. Namun desain yang dihasilkan masih sebatas konsep yang menyesuaikan dengan kemampuan industri dalam negeri Indonesia. Pengembangan rancangan selanjutnya dihadapkan pada pilihan antara penggunaan konsep rancangan modular atau konsep rancangan integral. Konsep rancangan modular memberikan keseimbangan terhadap tiga hal yaitu: create variety untuk kustomisasi, utilize similarities untuk standarisasi produksi masal dan reduce
3
complexity untuk penanganan produk yang lebih baik (Miller, 1998). Konsep modular dinilai cocok dengan karakteristik kursi penumpang kereta api karena memiliki keunggulan pada beberapa aspek. Kursi penumpang kereta api haruslah memenuhi variasi kebutuhan pelanggan untuk dapat memaksimalkan layanan dan mampu bersaing dengan moda transportasi lainnya. Kursi penumpang kereta api juga harus memenuhi syarat untuk diproduksi masal sesuai dengan rencana strategis perusahaan dalam merealisasikan layanan kereta api penumpang kelas baru. Selain itu konsep modular menawarkan independensi dan interchangeability yang tinggi dibanding konsep integral sehingga memiliki keunggulan dalam maintenance dan serviceability (Foss, 1998). Sesuai dengan rencana strategis perusahaan aspek maintenance dan serviceability merupakan aspek yang harus diperhatikan mengingat kursi penumpang kereta api sebagai komponen interior yang digunakan dalam intensitas tinggi dan berinteraksi langsung dengan pelanggan selama perjalanan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengembangan modular product adalah sebagai berikut:
Gambar I. 4 Tahapan Pengembangan Modular Product (Bahns, Gebhardt, & Krause, 2013) Rancangan modular kursi penumpang kereta api dengan konsep modularity juga telah diterapkan dalam berbagai public transport. Penerapan konsep ini dilakukan dalam pengembangan rancangan modular kursi penumpang pada pesawat komersial, contohnya dalam proyek penelitian yang didirikan oleh kementrian Ekonomi dan Teknologi federal Jerman (Bahns et al., 2013). Pendekatan ini telah sukses
4
menghasilkan rancangan modular pada kursi penumpang pesawat komersial. Sehingga pendekatan ini dinilai cocok untuk dapat diterapkan dalam pengembangan rancangan kursi penumpang kereta api. Dengan adanya urgensi untuk merealisasikan rancangan hingga dapat diproduksi masal dan memenuhi variasi kebutuhan pelanggan, konsep rancangan kursi penumpang kereta api yang telah dibuat sebelumnya perlu dilanjutkan pada tahap development and configuration modules hingga menjadi modular product sesuai dengan tahapan pengembangan modular product yang dapat dilihat pada gambar I.4 Oleh karena itu, penelitian ini akan ditujukan untuk merealisasikan rencana strategis PT KAI untuk membuat rancangan modular dari kursi penumpang kereta pada kelas baru berdasarkan pendekatan konsep modularity. I.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana rancangan modular kursi kereta api penumpang kelas baru dengan pendekatan konsep modularity di PT Kereta Api Indonesia? I.3 Tujuan Penelitian Memberikan usulan rancangan modular kursi kereta api penumpang kelas baru dengan pendekatan konsep modularity di PT Kereta Api Indonesia I.4 Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki batasan sehingga penelitian akan menjadi lebih fokus dan sesuai dengan tujuan penelitian. Batasan ruang lingkup penelitian adalah data data yang diambil. Adapun data-data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini tidak memperhitungkan metode dan mekanisme perakitan komponen kursi penumpang kereta api kelas baru. 2. Penelitian ini tidak sampai pada tahap testing pada alternatif modul terpilih 3. Penelitian ini tidak dilakukan hingga tahap prototyping
5
I.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi penulis ialah mampu menerapkan ilmu perancangan produk dan ergonomi
khususnya
konsep
modularity
untuk
kemudian
dapat
dimplementasikan dengan melakukan perancangan modular product pada kursi penumpang kereta api kelas baru.
2. Perusahaan akan mengetahui kelebihan dari konsep yang diusulkan. Kelebihan tersebut diantaranya akan terdapat desain baru yang lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan desain maupun teknologi. Kursi usulan ini akan memunculkan suatu alternatif solusi bagi perusahaan untuk dapat diterapkan pada seluruh kereta api kelas baru nantinya
3. Memberikan referensi bagi mahasiswa lain/perusahaan/pemilik industri yang bergerak dalam pembuatan kursi kereta api jika ingin melakukan pengembangan desain kursi kereta api kelas bisnis ini ke tahap yang lebih lanjut. I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan Pada bab ini diuraikan latar belakang permasalahan yaitu realisasi pengembangan interior layanan kereta kelas baru oleh PT Kereta Api Indonesia khusunya pengembangan kursi penumpang. Tahapan perancangan yang dilakukan telah sampai pada tahap konsep produk sehingga perlu dilanjutkan ke tahap development and configuration modules hingga menjadi modular product menggunakan pendekatan konsep modularity. Selain itu juga terdapat perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika dalam penulisan.
6
Bab II
Landasan Teori Dalam bab ini, terdapat dasar teori yang berhubungan dengan penelitian pada rancangan modular product usulan kursi penumpang kereta api kelas baru yang akan dibahas dan dasar teori yang berhubungan dengan penelitian perancangan dan pengembangan produk. Tujuan dari bab ini adalah membentuk kerangka berpikir dan sebagai landasan teori yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan perancangan hasil akhir.
Bab III
Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah langkah pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan rumusan masalah dari penelitian tersebut. Metode pemecahan masalah disusun berdasarkan tahapan perancangan modular product dan melihat kondisi nyata kursi pada gerbong kereta penumpang K2 dan gerbong kereta K3. Langkah langkah penelitian secara rinci meliputi tahap perumusan masalah, tahap pengumpulan data, pengolahan data yang menghasilkan usulan rancangan modular kursi penumpang kereta kelas baru.. Selanjutnya diakhiri oleh analisa kesimpulan.
BAB IV
Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini ditampilkan data data yang dikumpulkan melalui berbagai proses seperti observasi secara langsung maupun data dari perusahaan PT Kereta Api Indonesia mengenai kursi penumpang kereta K2 dan kursi penumpang kereta K3 eksisting. Data yang ditampilkan berikutnya diperoleh dari peneliti sebelumnya mengenai usulan konsep produk dari kursi penumpang kereta api kelas baru. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sesuai dengan tahapan pengolahan data yang telah dijelaskan pada metodologi penelitian.
7
BAB V
Analisis Pada bab ini dilakukan analisis terhadap alternatif pilihan modul terbaik yang dilakukan pada BAB IV. Analisis ini akan mencakup analisis modular product dan spesifikasi rancangan modular usulan kursi penumpang kereta api.
BAB VI
Kesimpulan Dan Saran Pada bab ini ditampilkan kesimpulan dari hasil penelitian, beserta saran untuk perusahaan yang bersangkutan dan penelitian selanjutnya
8