Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PRAKUALIFIKASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI DI SEBUAH PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS Guntur Gantara dan Udisubakt Ciptomulyono Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Surabaya Email:
[email protected] ABSTRAK Pemilihan Kontraktor merupakan aspek penting dalam proyek konstruksi. Prakualifikasi dilakukan untuk memastikan perusahaan mendapatkan kontraktor yang terbaik dan memenuhi kualitas yang diinginkan. Saat ini Prakualifikasi belum dilakukan secara komprehensif, dimana prakualifikasi lebih didasarkan pada persyaratan formalitas sehingga masih memungkinkan kontraktor yang tidak layak untuk dapat lolos. Untuk itu dikembangkan sebuah proses penilaian prakualifikasi kontraktor konstruksi dengan memanfaatkan teknik Analytic Hierarchy Process (AHP) di sebuah perusahaan minyak dan gas. Di sini sistim evaluasi dan proses seleksi ditinjau berdasarkan proses pengambilan keputusan multi kriteria sehingga didapatkan sistim penilaian yang sesuai dengan kebutuhan proyek, yaitu penilaian dukungan finansial, kinerja terdahulu, pengalaman proyek, kemampuan SDM, dan kemampuan manajemen sehingga didapatkan penilaian yang komprehensif. Metode penelitian meliputi identifikasi kriteria dari focus grup discussion, pengumpulan data pembobotan criteria melalui kuisioner, dan wawancara dengan narasumber. Data-data tersebut dianalisa dengan metode AHP untuk mencari bobot dari kriteria yang ada. Selanjutnya hasil pembobotan digunakan untuk membuat model hierarki untuk penentuan kontraktor yang lulus prakualifikasi. Dari penelitian ini diperoleh model prakualifikasi kontraktor untuk mendapatkan kontraktor berkinerja baik dalam pelaksanaan kontrak konstruksi dengan mempertimbangan semua kriteria yang diperlukan. Kata kunci: Prakualifikasi, Analytical Hierarchy Process (AHP), Kontrak, Konstruksi, Proyek
PENDAHULUAN Pemilihan kontraktor merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan sebuah proyek konstruksi. Perusahaan dapat membuat kontrak dengan sangat sempurna, tetapi bila kontraktor yang terpilih tidak mampu atau tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan, maka perusahaan akan tetap menjadi pihak yang dirugikan. Perusahaan umumnya akan menyerahkan pekerjaan kepada peserta lelang dengan harga yang terendah untuk memenuhi kewajiban di hukum dalam mengamankan dana dan kepentingan milik umum, mencegah penipuan, kolusi, dan nepotisme, serta untuk mencapai kualitas konstruksi yang sebanding dengan harga-harga yang adil dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penunjukan kontraktor untuk proyek-proyek konstruksi yang ada di industri perminyakan, Perusahan-perusahaan Minyak dan Gas sebagai kontraktor atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dari SKK Migas yang mewakili Negara harus mengikuti proses ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
tender berdasarkan peraturan pemerintah, yaitu aturan lelang PTK No.007-REVISION1/PTK/IX/2009 (BPMIGAS, 2009). Dalam peraturan tersebut ditekankan bahwa penentuan dari pemenang adalah diambil dari harga penawaran terendah dari peserta lelang. Berdasarkan pengamatan di sebuah perusahaan minyak dan gas, dalam hal ini di PT Z, seringkali didapatkan beberapa kasus bahwa kontraktor peserta lelang dengan harga terendah tersebut ternyata memiliki kinerja yang di bawah standar yang berarti juga berkonsekuensi meningkatnya biaya maintenance dan operasi. Buruknya kualitas dari pekerjaan, penyelesaian proyek yang tertunda, seringnya tersendatnya proyek, hingga pemberhentian adalah beberapa masalah-masalah yang kadang dihadapi yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh prinsip peserta lelang dengan harga terendah. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Mengembangkan model aplikasi yang dapat digunakan untuk prakualifikasi kontraktor konstruksi di sebuah perusahaan minyak dan gas, dalam hal ini Perusahaan Z, berdasarkan proses AHP. Mengeksplorasi dan menentukan kriteria yang potensial mempengaruhi pemilihan kontraktor konstruksi perusahaan minyak dan gas dalam prakualifikasi. Manfaat dari penelitian ini adalah: Memberi referensi pemanfaatan AHP untuk membuat sebuah model aplikatif agar didapat proses prakualifikasi kontraktor konstruksi yang komprehensif dan objektif di perusahaan minyak. Prakualifikasi Kontraktor Prakualifikasi dapat didefinisikan sebagai penyaringan kontraktor konstruksi oleh pemilik pekerjaan atau perwakilan mereka sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan untuk kesuksesan kinerja proyek, dalam rangka untuk memastikan kompetensi atau kemampuan kontraktor untuk berpartisipasi dalam Proyek. Dengan prakualifikasi, kontraktor yang ingin mengikuti lelang suatu proyek harus memiliki kualifikasi tertentu sebelum dapat menyampaikan dokumen pelelangan atau sebelum dapat mengajukan proposal (Clough dan Sears, 1994). Prakualifikasi dari kontraktor bertujuan untuk mengeliminasi kontraktor yang tidak kompeten, kontraktor yang diperkirakan tidak dapat menyelesaikan proyek tepat waktu, berkemampuan finansial rendah, serta tidak berpengalaman dari proses pelelangan. Prakualifikasi dapat membantu pemilik pekerjaan dalam mencapai keberhasilan dan penggunaan dana mereka secara efisien setelah memastikan bahwa hanya kontraktor yang berkualifikasilah yang dapat mengerjakan proyek konstruksi. Selanjutnya karena keterampilan, kemampuan, dan efisiensi dari kontraktor yang berkualifikasi tersebut, penyelesaian sebuah proyek dapat dilakukan sesuai dengan estimasi biaya dan waktu yang telah ditentukan (Clough dan Sears, 1994). Metode Prakualifikasi Kontraktor Sejumlah penelitian telah difokuskan pada prakualifikasi kontraktor. Prakualifikasi dapat memberikan pemberi pekerjaan fasilitas yang dapat mewakili pengeluaran uang yang efektif dan efisien. Russel dan Skibniewski menyebutkan bahwa proses prakualifikasi kontraktor kurang mendapat perhatian di masa lalu. Russel dan Skibniewski mencoba untuk menggambarkan Proses prakualifikasi kontraktor bersama dengan pengambilan keputusan strategi dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses. Mereka menyampaikan 5 metode yang ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
telah temukan digunakan untuk Proses prakualifikasi kontraktor: dimensional weighting, prakualifikasi dua-langkah, strategi dimension-wide, formula prakualifikasi, dan penilaian subjektif (Russel dan Skibniewski, 1988). Metode-metode tersebut dirancang dengan tujuan umum untuk memperkenalkan prosedur yang efisien dan sistematis untuk prakualifikasi kontraktor. Dalam beberapa kasus, pemberi kerja dapat mendasarkan kontraktor pilihan mereka dengan penilaian subyektif dan bukan pada pendekatan terstruktur. Pengambilan keputusan untuk prakualifikasi kontraktor melibatkan kriteria yang lebar yg biasanya berisi informasi kualitatif dan subjektif. Proses yang ada merupakan seni dimana penilaian subjektif, berdasarkan pengalaman pribadi seseorang, menjadi bagian yang penting dari proses (Russel dan kawan-kawan, 1990) Kriteria dalam Prakualifikasi Kriteria keputusan digunakan dalam proses seleksi untuk memilih kontraktor yang tepat untuk sebuah proyek memberikan perusahaan tugas untuk menentukan apakah sebuah kontraktor layak dan cukup kompetensinya untuk berkinerja dengan baik, sesuai budget, tepat waktu, dan memenuhi standard kualitas dan keselamatan. Russel telah menyoroti beberapa parameter yang dimasukan sebagai kriteria, sbb: reputasi, kinerja sebelumnya, kestabilan financial, referensi, pengalaman, kapasitas kontraktor, beban pekerjaan saat ini, dan keahlian teknis (Russel & Skibniewski, 1988). AHP Multi-Criteria Decision Making Metode AHP dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan pembobotan kriteria yang optimal. Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970 untuk memberikan metodologi yang sederhana namun teoritis dalam kriteria dalam mengevaluasi alternatif. Ini bertujuan untuk mengukur prioritas relative untuk satu set alternatif pada skala rasio, berdasarkan penilaian dari pembuat keputusan dan menekankan pentingnya penilaian intuitif pembuat keputusan serta konsisten dari perbandingan alternatif dalam keputusan proses pembuatan (Saaty, 1988). Dengan menerapkan AHP, kriteria dapat diprioritaskan dan diurutkan berdasarkan daftar dari kontraktor-kontraktor yang mengikuti prakualifikasi dan dapat diurutkan untuk memilih kontraktor yang memenuhi syarat untuk mengikuti pelelangan. Selain itu juga penentuan kelayakan sebuah kontraktor untuk mengikuti pelelangan juga dapat dilakukan berdasarkan nilai (scoring) yang didapat dari hasil model AHP dimana sudah diperhitungkan pembobotan berbeda untuk masing-masing kriteria sesuai dengan prioritasnya METODE PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini diperlukan langkah-langkah yang dibuat secara sistematis dan terstruktur untuk dijadikan sebagai referensi.
ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian
Dalam tahap pengumpulan data, tinjauan pustaka yang berhubungan dengan penelitian dilakukan, pengamatan terhadap data-data dan pelaksanaan prakualifikasi yang ada, metode yang digunakan dalam proyek penelitian, dan rencana kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Termasuk dalam tahap ini dilakukan juga identifikasi kriteria-kriteria yang akan dipakai dalam prakualifikasi. kriteria diidentifikasi dengan melakukan observasi di lapangan dan juga melakukan analisa terhadap sistem prakualifikasi yang ada. Data-data didapat dari focus grup discussion, kuisioner dan wawancara dengan ahli (expert judgment) yang mewakili tim terkait. Data-data tersebut dianalisa dengan metode AHP untuk mencari bobot dari kriteria yang ada. Data yang dikumpulkan digunakan untuk membuat model hierarki untuk pemilihan kontraktor dengan AHP. Narasumber terpilih mewakili masing-masing pemangku kepentingan yang berkaitan dengan kontrak konstruksi yaitu Project Engineering Team, SCM/Procurement Team, Operations Team, dan Construction Team. Selanjutnya kuesioner dirancang dan disebarkan untuk penentuan expert judgement sesuai kebutuhan penelitian. Sebelum tahap ini berakhir, data-data hasil kuesioner tersebut sudah dikumpulkan. Dalam tahap ini juga diadakan pengumpukan data prakualifikasi kontraktor serta penentuan deskriptor dari masing-masing sub kriteria untuk keperluan assessment data kontraktor saat pengolahan data. Setelah diidentifikasi kriteria apa saja yang digunakan dalam proses prakualifikasi, maka dilakukan pembobotan berdasarkan prioritas terhadap masing-masing kriteria. Penentuan prioritas terhadap masing-masing kriteria menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) melalui kuesioner yang diberikan kepada narasumber dan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan bantuan software Expert Choice sampai didapatkan bobot dari setiap kriteria yang ada. Karena setiap kriteria mempunyai tingkat pengaruh yang berbeda, maka bobot yang diberikan kepada kriteria tersebut akan berbeda-beda. Untuk itu dilakukan perhitungan ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
berdasarkan expert judgment dalam AHP sehingga didapatkan pembobotan yang paling objektif dan dapat dijadikan dasar pemilihan ataupun pengurutan dari kontraktor-kontraktor yang ada. Berdasarkan referensi terhadap proses prakualifikasi yang ada dan masukan dari narasumber, ditentukan nilai minimum kelulusan dari kontraktor-kontraktor konstruksi yang mengikuti prakualifikasi. HASIL DAN DISKUSI Penentuan Kriteria Prakualifikasi Langkah selanjutnya ialah menentukan kriteria-kriteria dalam prakualifikasi kontraktor. Fokus Group Decision yang terdiri dari karyawan senior di Tim Konstruksi, Operasi, Tim Manajemen Proyek, Tim Pengadaan, dan Manajemen merumuskan kriteriakriteria yang harus dimiliki oleh sebuah kontraktor yang berkualifikasi. Kesehatan, lingkungan, dan keselamatan tentu saja menjadi kriteria yang paling utama, tetapi sesuai dengan ruang lingkup penelitian, sehubungan dengan telah adanya prakualifikasi khusus tentang manajemen kesehatan, lingkungan, dan keselamatan (HESM – Health, Envorinmental, and Safety Management) di Perusahaan Z, maka kriteria ini tidak termasuk dalam kriteria yang dibahas. Sebagai hasilnya, kriteria-kriteria prakualifikasi kontraktor konstruksi yang adalah sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar 2. Kriteria-kriteria Prakualifikasi Kontraktor Konstruksi
Kriteria-kriteria yang didapatkan dari focus group discussion, adalah sebagai berikut: Pengalaman Kontraktor Pengalaman kontraktor sangat dibutuhkan terutama di industri perminyakan, dimana resiko kecelakaan cukup besar, demikian juga lingkup pekerjaan yang lebih spesifik dan mempunyai tingkat bahaya yang tinggi. Dalam kriteria ini didapat dua sub kriteria sbb: Tipe proyek yg diselesaikan dan Ukuran proyek yg diselesaikan. Dukungan Finansial Kondisi keuangan yang baik sangat penting untuk dimiliki oleh sebuah perusahaan konstruksi. Kontraktor di perusahaan minyak dan gas membutuhkan modal yang cukup kuat, karena proses pembayaran biasanya baru dapat dilakukan setelah perkembangan kemajuan proyek sudah mencapai pencapaian tertentu secara bertahap. Kontraktor diharuskan mempunyai finansial yang cukup agar dapat lulus dalam prakualifikasi ini. ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Kinerja Kontraktor di Proyek Sebelumnya Kinerja dari proyek sebelumnya menunjukan bagaimana track record sebuah perusahaan konstruksi. Dalam kriteria ini didapat dua sub kriteria yaitu Kinerja dalam mencapai kepuasan klien dan Kinerja dalam mencapai jadwal sesuai kontrak. Sumber daya Manusia Sumber daya manusia yang baik diharapkan akan menjadi penyokong keberhasilan sebuah proyek konstruksi. Dalam Kriteria ini dibagi dalam dua subkriteria yaitu Kompetensi Akademis dari Sumber Daya Manusia dan Pengalaman Kerja dari Sumber Daya Manusia Manajemen dari Kontraktor Kualitas manajemen sebuah perusahaan menjadi salah satu penentu keberhasilan sebuah kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi. Kriteria ini dapat dilihat berdasarkan adanya kebijakan pengendalian kualitas dan manajemen proyek yang baik. Kontraktor yang mempunyai kebijakan manajemen proyek dan pengendalian kualitas lebih baik lebih disukai dalam prakualifikasi ini. Penentuan bobot untuk masing-masing kriteria dan sub kriteria Setelah diketahui kriteria apa saja yang masuk dalam proses prakualifikasi kontraktor dan penentuan heirarki dari prakualifikasi, maka dilakukan pembobotan terhadap masingmasing kriteria. Penentuan prioritas terhadap masing-masing kriteria tersebut adalah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) melalui kuesioner yang diberikan kepada pihak pengambil keputusan (decision maker). Langkah selanjutnya adalah dilakukannya pengolahan data dengan bantuan software Expert Choice (EC) untuk mendapatkan bobot dari setiap kriteria yang ada. Dari hasil perhitungan kriteria utama 1 sampai dengan kriteria utama 5 berdasarkan kuesioner kepada para narasumber dan menggunakan software Expert Choice didapatkan bobot untuk masing-masing kriteria, yaitu Pengalaman di proyek: 0.255, Dukungan finansial: 0.230,. Kinerja di Proyek Sebelumnya: 0.173, Sumber Daya Manusia dari Kontraktor: 0.146, dan Manajemen dari Kontraktor : 0.196. Kemudian dilakukan pembobotan (pairwise comparation) untuk subkriteria sehingga didapat hasil program Expert Choice sebagai berikut:
Gambar 3. Pembobotan (Pairwise Comparation) untuk Subkriteria
ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Selanjutnya dilakukan perhitungan pembobotan sebenarnya, hasil dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Pembobotan Sebenarnya No 1.1 1.2 2.0 3.1 3.2 4.1 4.2 5.0
Kriteria dan Sub Kriteria Tipe proyek yg diselesaikan Ukuran proyek yg diselesaikan Dukungan Finansial Kinerja dalam mencapai kepuasan klien Kinerja dalam mencapai jadwal sesuai kontrak Kompetensi Akademis dari SDM Pengalaman Kerja dari SDM Manajemen
Bobot 0.19125 0.06375 0.230 0.115391 0.057609 0.0365 0.1095 0.196
Berdasarkan persyaratan, diperlukan nilai 70 dari skala 100 untuk memastikan bahwa kontraktor mempunyai kualifikasi yang cukup untuk mengerjakan proyek di perusahaan Z. Berdasarkan threshold tersebut, didapat hasil 4 kontraktor yang lulus prakualifikasi sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Prakualifikasi Kontraktor
Sementara 4 (empat) perusahaaan yang lain tidak lulus karena nilainya tidak memenuhi syarat dan tidak dapat mengikuti proses pelelangan lebih lanjut. KESIMPULAN 1. Dalam prakualifikasi kontraktor konstruksi, perusahaan pemilik pekerjaan dapat menggunakan proses AHP prosesnya agar didapatkan hasil prakualifikasi yang lebih komprehensif. Dari penelitian ini telah dikembangkan sebuat model aplikatif untuk prakualifikasi kontraktor konstruksi di perusahaan minyak dan gas (Perusahaan Z) berdasarkan proses AHP. 2. Dari hasil pembobotan kriteria-kriteria untuk prakualifikasi berdasarkan AHP expert judgement dapat dilihat bahwa bobot tertinggi adalah pada Pengalaman di Proyek sebesar 25.5%, selanjutnya Dukungan Finansial 23%, Manajemen 19.6%, Sumber Daya Manusia 14.6%, dan terakhir Kinerja di Proyek Sebelumnya 13%. Dengan demikian Pengalaman di proyek Sebelumnya menjadi kriteria yang mempunyai potensial paling besar untuk mempengaruhi pemilihan kontraktor kontruksi di pemilihan kontraktor konstruksi perusahaan minyak dan gas. Saran 1. Proses prakualifikasi di perusahaan Z dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menggabungkan HESM dan prakualifikasi yang dibahas dalam penelitian ini 2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelitian tentang pengaruh dari hasil ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
prakualifikasi terhadap jumlah peserta lelang yang layak serta pengaruhnya terhadap waktu dan biaya di sebuah perusahaan minyak. DAFTAR PUSTAKA Al-Harbi, K. A. S. (2001). Application of the AHP in Project Management. International Journal of Project Management , 19, 19-27. Anagnostopoulos, K. P., & Vavatsikos, A. P. (2006). An AHP Model for Construction Contractor Prequalification. Operational Research , 333-346. BPMIGAS. (2009). Pedoman Tata Kerja Nomor: 007-REVISI-1/PTK/IX/2009 (1 ed.). Jakarta: BPMIGAS. Ciptomulyono, U. (2005). Model Multikriteria AHP dan Goal Programming untuk Pemilihan Perencanaan Proyek Pembangkit Listrik yang Berwawasan Lingkungan. Optima Jurnal Keilmuan aplikasi teknik dan Manajemen Industri , 137. Clough, R. H., & Sears, G. A. (1994). Construction Contracting. New York: Wiley. Fong, P. S., & Choy, S. Y. (2000). Final Contractor Selection Using Analytical Hierarchy Process. Construction Management and Economics , 18, 547-557. Indoasia BU, C. (2010). Business Process Procedure - SCM. Jakarta: Chevron. Russel, J. (1996). Contractor Prequalification, Choosing The Best Constructorand Avoiding Constructor Failure (1 ed.). New York: ASCE Press. Russel, J. S., & Skibniewski, M. J. (1988). Decision Criteria in Contractor Prequalification. Journal of Management in Engineering , 4 (1), 148-164. Russel, J. S., Benson, C. H., & Fox, P. J. (1990). A Stochastic Decision Model for Contractor Prequalification. Computer-Aided Civil and Infrastructure Engineering , 285-297. Saaty, T. L. (1988). Multi Criteria Decision Making - The Analytic Hierarchy Process (2nd ed.). Pittsburgh: University of Pittsburgh. Sonmez, e. a. (2002). Applying Evidential Reasoning to prequalifying Construction Contractor. Journal of Management in Engineering , 1, 111.
ISBN : 978-602-97491-8-2 B-4-8