1
Perancangan Sistem Pengandalian pH dengan Metode Adaptive Control Menggunakan Minimum Variance pada Unit Pengolahan Limbah Gas di PT HESS (Indonesia-Pangkah) Ltd. Nursinggih Wahyuni, Hendra Cordova Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] AbstrakβPengendalian pH merupakan proses titrasi antara asam dan basa. Proses titrasi asam dan basa adalah gabungan dari dua model, yaitu model statik dan model dinamik. Model statik dibentuk dari hukum kesetimbangan muatan ion berdasarkan reaksi invarian, sedangkan model dinamik dipengaruhi oleh tempat terjadinya reaksi antara asam dan basa. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain proses pengendalian titrasi asam-basa reaksi invariant. Sebagai pemodelan reaksinya adalah asam lemah H 2 S dengan basa kuat NaOH. Tempat terjadinya pengamatan adalah unit pengolah limbah gas, khususnya di bagian Observation Bassin. Sistem kendalinya menggunakan pengendalian Adaptive controljenis Model Refference Adaptive Control dikarenakan respon sistem proses titrasi asam-basa yang nonlinier. Parameter proses ΞΈ (a 1 ,a 2 ,b 1 ,b 2 ) diestimasi menggunakan Least Square Method, parameter proses dan parameter plant referensi (Ym) digunakan untuk menala PID Pengendali menggunakan algoritma Minimum Variance. Dari hasil simulasi baik open loop dan closed loop, perbedaan nilai pH yang dihasilkan olehAdaptive controladalah 0.00015, untuk laju aliran basa berbeda sekitar 1.34125x10-6. Nilai error untuk adaptive control baik pada uji setpoint dan noise sebesar 0.0003 sedangkan untuk PID pengendali sebesar 0.0004. Kata Kunciβkontrol adaptif, variansi minimum, pH, PID
I. PENDAHULUAN ndustri-industri eksplorasi minyak dan gas yang terdapat di daerah Jawa Timur sangat memperhatikan proses pengolahan limbah, dikarenakan unsur sulfur termasuk gas keluaran dari proses di industri yang berbahaya bagi makhluk hidup dan membuat karat atau korosi pada material unit-unit produksi pada industri tersebut. Untuk mengurangi dampak yang diakibatkan oleh gas sulfur tersebut, maka dilakukanlah sebuah penanganan agar kadar surfur menjadi netral. Salah satunya adalah dengan proses penetralan. Umumnya sering ditemui pada proses penetralan pH di industri dilakukan secara manual oleh operator dengan cara buka tutup katup kendali secara manual. Terkadang jenis pengendali yang digunakan tergolong pengendali tradisional.Pengendali biasa tidak bisa mengikuti perubahanperubahan yang terjadi saat proses sedang berlangsung karena memiliki parameter yang tetap. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang secara sendiri dapat menyesuaikan parameter saat proses sedang berlangsung. Dalam hal ini, pengendali yang digunakan untuk mengendalikan proses penetralan pH adalah jenis adaptif dengan metode minimum variance. Penggunaan metode ini digunakan dengan maksud untuk dapat mengatasi karakteristik pH yang nonlinier dengan menggunakan
I
minimum variance sebagai estimator.
II. METODOLOGI PENELITIAN A. Pemodelan Plant 1. Pemodelan Statik Proses Pencampuran Reaksi disosiasi asam lemah dan basa kuat yang terjadi dapat dijabarkan seperti berikut: (1) π»π»2 ππ + 2π»π»2 ππ β ππππ2 + 3π»π»2 Berdasarkan reaksi kesetimbangan pada persamaan (1), karena gas hasil dari proses di scrubber tersebut masih bersifat asam lemah, maka perlu ditambahkan larutan NaOH sebagai penetral, sehingga reaksi kesetimbangannya seperti di bawah ini: (2) ππππ2 + 3π»π»2 + 2ππππππππ β ππππ2 ππ + π»π»2 ππ Berdasarkan eksperimen [1], reaksi kimia yang terjadi pada sistem adalah: [π»π»π»π» β][π»π» + ] (3) πΎπΎππ1 = [π»π»2 ππ] [ππ 2β][π»π» + ] πΎπΎππ2 = (4) [π»π»π»π» β ] Pemodelan kesetimbangan kimia dilakukan dengan konsep dari reaksi invarian [2]. Pada sistem ini, ada dua reaksi invariant yang melibatkan aliran input, yaitu: (5) ππππ = [π»π» + ] β [ππππ β ] β [π»π»π»π» β ] β 2[ππ 2β] (6) ππππ = [π»π»2 ππ] + [π»π»π»π» β ] + [ππ 2β] Dengan: ππππ adalah jumlah konsentrasi relasi ion hidrogen (Molar) ππππ adalah jumlah konsentrasi ion sulfida (Molar) Persamaan (5) dan (6) di atas merupakan reaksi invarian saat proses berlangsung. Penggabungan kedua persamaan tersebut dengan persamaan (3), (4) dan (5) akan didapatkan pemodelan persamaan statik plant. 2πΎπΎ βπΎπΎ πΎπΎππ 1 + [π»π»ππ 1+ ]2ππ 2 πΎπΎπ€π€ [π»π» + ] [π»π» + ] = 0 (7) π₯π₯ππ πΎπΎππ 1 πΎπΎππ 1 βπΎπΎππ 2 + π₯π₯ππ + [π»π» + ] β 1 + [π»π» + ] + [π»π» + ]2 Dengan mendefinisikan model state-space nonlinier, dimana: ππ π₯π₯ = οΏ½ ππ οΏ½ ππππ π¦π¦ = ππππ Dengan π₯π₯ππ = ππππ
π₯π₯ππ = ππππ
Dengan mengubah persamaan (7) menjadi bentuk polinomial, maka persamaan tersebut akan menjadi seperti di bawah ini.
2
π₯π₯ππ οΏ½
πΎπΎ ππ 1 2πΎπΎ ππ 1 βπΎπΎ ππ 2 + 2 οΏ½π»π» + οΏ½ οΏ½π»π» + οΏ½ πΎπΎ ππ 1 πΎπΎ ππ 1 βπΎπΎ ππ 2 1+ + + 2 οΏ½π»π» οΏ½ οΏ½π»π» + οΏ½
π₯π₯ππ β πΎπΎππ1 + π₯π₯ππ πΎπΎπ€π€ +
πΎπΎππ 1 βπΎπΎπ€π€ [π»π» +]
οΏ½
[π»π» + ]
+ πΎπΎπ€π€ β
[π»π» +]2
(8)
πΎπΎ βπΎπΎ + π₯π₯ππ [π»π» + ] + π₯π₯ππ β πΎπΎππ1 + π₯π₯ππ ππ[π»π»1 + ]ππ 2 + [π»π» +] πΎπΎππ 1 βπΎπΎππ 2 βπΎπΎπ€π€ β [π»π» + ]2 β πΎπΎππ1 β [π»π» + ] β πΎπΎππ1 β πΎπΎππ2 [π»π» + ]2
2πΎπΎππ 1 βπΎπΎππ 2
+
+ π₯π₯ππ
[π»π» + ]
=
0 (9) π₯π₯ππ πΎπΎππ1 [π»π» + ]2 + π₯π₯ππ 2πΎπΎππ1 β πΎπΎππ2 [π»π» + ] + π₯π₯ππ [π»π» + ]3 + π₯π₯ππ πΎπΎππ1 [π»π» + ]2 + π₯π₯ππ πΎπΎππ1 β πΎπΎππ2 [π»π» + ] + πΎπΎπ€π€ [π»π» + ]2 + πΎπΎπ€π€ πΎπΎππ1 [π»π» + ] + πΎπΎπ€π€ πΎπΎππ1 πΎπΎππ2 β [π»π» + ]4 β πΎπΎππ1 [π»π» + ]3 β πΎπΎππ1 πΎπΎππ2 [π»π» + ]2 = 0 (10) [π»π» + ]4 + (πΎπΎππ1 β π₯π₯ππ )[π»π» + ]3 + (πΎπΎππ1 πΎπΎππ2 β πΎπΎππ1 π₯π₯ππ β πΎπΎππ1 π₯π₯ππ β
πΎπΎπ€π€π»π»+2+βπΎπΎππ1πΎπΎππ2π₯π₯ππβ2πΎπΎππ1πΎπΎππ2π₯π₯ππβπΎπΎπ€π€πΎπΎππ1π»π»+βπΎπΎπ€π€πΎπΎππ (11) 1πΎπΎππ2=0
Konsentrasi ion hidrogen [H+] dari penyelesaian persamaan (11) dapat digunakan untuk mengetahui proses statik dari plant. 2.
Pemodelan Dinamik Proses Pencampuran Proses dinamik digunakan untuk mendapatkan nilai konsentrasi xa (asam) dan xb (basa) saat proses berlangsung. Proses dinamik juga digunakan dalam pemodelan sistem dimana pemodelan yang didapatkan adalah model nonlinier. Untuk proses dinamik yang terjadi pada plant dapat diturunkan dari komponen material balance untuk reaksi invariant, sebagai berikut : ππππππ (13) = ππ1 (ππππ1 β ππππ3 ) + ππ2 (ππππ2 β ππππ3 ) ππ ππππ ππππππ ππ = ππ1 (ππππ1 β ππππ3 ) + ππ2 (ππππ2 β ππππ3 ) (14) ππππ dimana: ππ1 : laju aliran asam (L/s), ππ2 : laju aliran basa (L/s), ππππ : reasi invariant asam (Molar), ππππ : reaksi invariant basa (Molar), ππ : volume dari campuran (L). Setelah mengetahui nilai xa dan xb, selanjutnya dilakukan proses identifikasi. Pada proses identifikasi ini, akan didapatkan nilai dari estimator ππ (a 1 , a 2 , b 1 , dan b 2 ). Pendekatan yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah sistem orde-2 dengan menggunakan persamaan dalam bentuk diskrit seperti berikut. ππ1 π§π§ ππ β1 + ππ2 π§π§ ππ β2 + β― + ππππ π§π§ ππ βππ (15) πΊπΊ(π§π§) = 2 π§π§ + ππ1 π§π§ ππβ1 + ππ2 π§π§ ππβ2 + β― + ππππ π§π§ ππβππ Berdasakan persamaan di atas, maka persamaan sistem orde-2 untuk plant adalah: 0,2848π§π§ β 2,955 πΊπΊ(π§π§) = 2 (16) π§π§ β 1,592π§π§ + 2,955 B. Pemodelan Matematik Elemen Pengendalian 1. Perhitungan Gain Transmitter Transmitter atau sensor pH yang digunakan adalah jenis elektrode. Sensor ini terdiri dari 2 elektroda, elektroda pertama digunakan untuk pengukuran dan elektrode lainnya sebagai referensi. Kedua elektroda ini dipisahkan oleh partisi yang terbuat dari gelas padat. Hubungan pH dengan ion hidrogen dapat dirumuskan dengan Persamaan 3.17. Perubahan konsentrasi ion hidrogen tersebut kemudian dikonversikan kedalam sinyal keluaran listrik oleh elektroda
gelas pH sensor dengan range pengukuran pH = 0 β 14 dan sinyal keluaran 4 β 20 mA, sehingga diperoleh gain sensor/ transmitter pH : π π π π π π π π ππππππππππππππππ (17ππ) πΎπΎππππ = π π π π π π π π π£π£π£π£π£π£π£π£π£π£π£π£π£π£π£π£ π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ 20mA β 4mA 8 πΎπΎππππ = = (17ππ) 14 β 0 7 πΎπΎππππ πΊπΊππππ = (17ππ) ππ(π π ) + 1 Karena media pengiriman merupakan sinyal elektrik maka konstanta waktu yang terjadi sangat kecil dan dapat 8 diabaikan. Maka fungsi alih transmitter adalah πΎπΎππππ = . 7 Diketahui bahwa keluaran dari sensor pH berupa nilai arus antara 4 mA sampai dengan 20 mA. Nilai ini harus dikonversi terlebih dahulu menjadi nilai tegangan. Setelah konversi dari arus menjadi tegangan kemudian sinyal ini dimasukkan ke dalam ADC (Analog to Digital Converter). Diasumsikan bahwa resolusi dari ADC ini sangat tinggi serta kecepatan konversi yang tinggi pula. Jika proses ini berlangsung sangat cepat dapat diasumsikan bahwa proses konversi adalah dari nilai arus menjadi nilai pH kembali. Sehingga nilai gain dari transmiter ini adalah sama dengan 1,143. 2.
Perhitungan Gain Pompa Diafragma Pada tugas akhir ini aktuator yang digunakan adalah pompa diafragma. Pompa ini digunakan untuk mengatur laju aliran NaOH. Untuk mendapatkan fungsi transfer pompa, maka terlebih dahulu harus menghitung nilai gain dengan menggunakan persamaan seperti berikut ini. π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π (18) πΊπΊππ = π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π π Data di lapangan diperoleh data sebagai berikut: 1. Laju aliran maksimum : 200 lph = 0,056 liter/detik 2. Laju aliran minimum : 0 lph (ini diambil berdasarkan nilai terkecil dari range kontrol kapasitas pompa yaitu 0%-100%) 3. Tekanan maksimum : 14 bar = 203,052841 psi 4. Tekanan minimum : 1,5 bar = 21,755662 psi Sehingga nilai gain pompa sebesar: 0.056 πΊπΊππ = = 0,000309 181.2972 Time constant pompa dapat dicari dengan menggunakan persamaan: (19) ππππ = ππ(βππ + π
π
) ππππ merupakan konstanta waktu pompa, ππ merupakan time stroke, ΞV adalah fraksi perubahan posisi stem pada posisi normal dan R adalah perubahan dari konstanta waktu inherent pada stroking time yang bernilai 0,03 untuk jenis diafragma. Mengacu pada penelitian sebelumnya [3], nilai ππ =1,733. ππππππππ β ππππππ ππ 0,056 β 0 = =1 βππ = ππππππππ 0,056 ππππ = 1,733(1 + 0,03) = 1,785 Jadi, bentuk persamaan matematis pompa diafragma adalah: πΊπΊππ 0.000309 πΊπΊ = = ππππ π π + 1 1,785 π π + 1 Sehingga dari pemodelan komponen-komponen di atas didapatkan model closed loop seperti berikut.
3 selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai pH hasil penetralan. Berdasarkan hasil simulasi sistem open loop didapatkan grafik konsentrasi asam dan basa yang saling berpotongan. Saat terjadi proses penetralan, nilai konsentrasi asam akan turun dan konsentrasi basa akan naik sampai kedua konsentrasi tersebut bertemu/ berpotongan di suatu titik. Titik tersebut menunjukkan telah mencapai keadaan yang setimbang.
MATLAB Function Transformasi1
u_in(k)
Step
u(k)
-K-
y (k)
MATLAB Function
w(k) ID params
num(s)
Xa NaOH Xb
den(s) Gain1
Transfer Fcn Subsystem
MATLAB Function akar H+1
adaptive mv2
Transformasi2
Scope1
Gambar 2. Pemodelan Sistem Closed Loop
5.5 5
C. Perancangan Sistem Pengendalian 1
q
MATLAB Function
q
mv2
adaptation
1
1/z
u_in(k)
Unit Delay
4.5 4 2
3.5
ID params
pH
sid 2 y(k)
w(k)
3
identification
2.5
3 scrqp RQP controller
1 u(k)
2
Gambar 3. Skema Sistem Pengendalian berdasarkan Model Reference Adaptive Control
1.5 1
Setelah selesai memodelkan semua komponen, selanjutnya adalah merancang sistem pengendalian secara menyeluruh. Perancangan sistem pengendali ini difokuskan pada bagaimana merancang suatu pengendali yang mampu mengatasi karakteristik pH yang nonlinier. Metode yang dipakai untuk merancang sistem pengendali pH adalah adaptive control. Estimasi parameter proses ΞΈ plant pada sistem pengendalian berdasarkan Model Reference Adaptive Control ini didapatkan dengan menggunakan metode estimasi Recursive Least Square. Setelah mendapatkan nilai dari parameter, selanjutnya dibandingkan dengan parameter proses model matematis plant yang dijadikan referensi. Parameter proses ΞΈ dan parameter proses pada plant referensi akan digunakan untuk menala parameter persamaan diophantine (minimum variance). Pada Gambar 4, proses identifikasi oleh blok sid, blok sid menerima masukkan dari y(k) sebagai keluaran dari plant, w(k) sebagai sinyal referensi setpoint dan u_in(k) sebagai umpan balik sinyal kendali yang akan ditujukan pada aktuator. Keluaran dari blok sid adalah parameter proses (a 1 ,a 2 ,b 1 ,b 2 ). Setelah proses identifikasi (didapatkan nilai parameter ΞΈ ), selanjutnya masuk blok minimum variance. Dalam blok ini parameter ΞΈ dibandingkan dengan parameter ΞΈ referensi untuk menghitung berapa parameter pengendali PID dalam domain diskrit yang baru.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Simulasi Open Loop Pada sistem open loop tersebut terdapat proses dinamik yang dirancang sesuai dengan Persamaan (5) dan (6). Sedangkan model statik merupakan model plant penetralan pH berdasarkan reaksi invarian yang terdapat pada persamaan (7) untuk mengetahui konsentrasi larutan asam dan basa yang
0.5
0
10
20
30
40
50 waktu
60
70
80
90
100
Gambar 4. Respon pH Saat Simulasi Open Loop
Respon yang ditunjukkan oleh simulasi open loop masih belum bisa memenuhi setpoint dan selalu berosilasi antara nilai 4-4,9. Dari uji open loop diperoleh parameter proses ΞΈ . Gambar di bawah ini merupakan hasil estimasi parameter proses ΞΈ (a 1 , a 2 , b 1 , b 2 ) saat sistem open loop. 80 a1 a2 b1 b2
60 40 20 0 -20 -40 -60 -80
0
50
100
150
Gambar 5. Parameter Proses ΞΈ saat open loop
Nilai parameter proses berturut-turut adalah -1,592; 2,955; 0,2848; dan -2,955. Estimator mampu mengestimasi parameter proses a 1 pada waktu 3 detik, a 2 mampu mengestimasi pada waktu 31 detik, parameter b 1 mampu mengestimasi proses pada waktu 17 detik, dan parameter b 2 mampu mengestimasi pada waktu 29 detik. B. Hasil Simulasi Closed Loop Pada simulasi closed loop dilakukan beberapa pengujian, di antaranya pengujian setpoint 7 dan uji terhadap noise.
4 -6
8
3.5
respon pH setpoint
7
x 10
3
6 2.5
laju aliran
5 4
2
1.5
3 1
2 0.5
1 0
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0
200
250
waktu
Gambar 6. Respon sistem closed loop saat uji setpoint
Gambar 8. Perubahan Laju Aliran Basa saat uji setpoint
Berdasarkan gambar di atas, telah didapatkan bentuk kurva penetralan pH berbentuk S yang mengikuti perubahan nilai setpoint. Namun seperti terlihat pada gambar di atas, nilai pH yang dihasilkan oleh simulasi closed loop masih belum sesuai setpoint. Berdasarkan Gambar 6 di atas terlihat bahwa sistem tidak memiliki dead time, maximum overshoot, dan peak time. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan steady sebesar 38 detik. Dari simulasi closed loop tersebut didapatkan parameter proses ΞΈ yang baru, yaitu , yaitu a 1 = -0,4966, a 2 = 0,05993, b 1 = -0,002998, dan b 2 = -0,05993. 0.2 a1 a2 b1 b2
0.1
150
100
50
Berdasarkan gambar perubahan laju aliran basa, dimana terlihat bahwa laju aliran basa yang dikeluarkan melalui pompa terus berubah sampai sistem mencapai keadaan steady, setelah mencapai keadaan steady maka laju aliran basa dipetahankan tetap yaitu 3,0484x10-6. Pada waktu diberi gangguan, parameter proses mengalami perubahan, baik nilai maupun waktu. Perubahan parameter proses (a 1 ,a 2 ,b 1 ,b 2 ). Berdasarkan gambar, parameter proses selalu berubah secara signifikan ketika sistem belum mencapai keadaan steady. Lain halnya ketika sistem mencapai keadaan steady, parameter proses tetap mengalami perubahan tetapi tidak terlalu signifikan dibandingkan ketika sistem belum mencapai keadaan steady. Parameter proses pada keadaan steady adalah a 1 = -0.4006, a 2 = -0.2591, b 1 = -0.0045, dan b 2 = 0.2591. 0.6 a1 a2 b1 b2
0
0.4 -0.1
0.2 -0.2
0 -0.3
-0.2 -0.4
-0.4 -0.5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Gambar 7. Parameter Proses ΞΈ
-0.6
Berdasarkan gambar di atas, terlihat terjadi perubahan parameter proses ΞΈ antara sebelum dan sesudah ditambah sinyal kendali. Pada simulasi gambar di atas dapat dilihat bahwa estimator sudah mampu mengestimasi parameter proses a 1 pada waktu 2 detik, a 2 pada waktu 4 detik, b 1 pada waktu 4 detik, dan b 2 mampu mengestimasi pada waktu 4 detik. Dibandingkan dengan hasil estimasi pada saat open loop, dapat diketahui bahwa pada saat closed loop waktu yang dibutuhkan sistem unruk mengestimasi masing-masing parameter proses membutuhkan waktu lebih cepat jika dibandingkan dengan pada saat open loop.
-0.8
0
10
20
30
40
50
60
Gambar 8. Parameter Proses saat Diberi Gangguan
Pada waktu diberi gangguan, parameter proses mengalami perubahan, baik nilai maupun waktu. Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat diketahui lamanya waktu estimator untuk mengestimasi masing-masing parameter proses, yaitu untuk a 1 membutuhkan waktu selama 2 detik, a 2 selama 24 detik, b 1 selama 14 detik, dan b 2 selama 32 detik. Dengan adanya perubahan yang terjadi pada parameter proses saat diberi gangguan, secara langsung juga berakibat pada perubahan laju aliran basa dan respon pH terhadap setpoint. Laju aliran basa yang dihasilkan melalui pompa terus
5 bertambah naik sampai mencapai keadaan steady. Perubahan respn pH yang diakibatkan oleh gangguan terlihat pada Gambar 9 berikut.
setpoint 8
8
7
respon pH setpoint
7
6 6
5
pH
5
4
4
3 3
2 2
1 1
0 0
20
10
0
30
40
50
60
90
80
70
0
10
20
30
40
50
60
70
waktu
100
Gambar 9. Respon nilai pH pada Pengendali PID untuk uji setpoint
Gambar 9. Respon pH terhadap Noise -6
2.5
x 10
-6
4.5
x 10
4 2
3.5 3
aliran
laju aliran (l/s)
1.5
1
2.5 2 1.5
0.5
1 0
0.5 0
20
40
60
80 waktu
100
120
140
160
0
Gambar 10. Laju Aliran Basa terhadap Noise
0
50
100
150
200
250
waktu (s)
Pada penelitian ini, respon pengendali adaptif dibandingkan dengan respon sistem dengan pengendali PID. Berikut ini ditampilkan respon pH dan laju aliran basa dengan jenis pengendali PID dengan jumlah dan jenis pengujian yang sama dengan adaptive control.
Gambar 10. Respon laju aliran basa pada Pengendali PID untuk uji noise 8 respon pH setpoint
7 6
-6
4.5
x 10
5 4
4 laju aliran basa (liter/detik)
3.5
3
3 2.5
2
2
1
1.5
0
0.5 0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 10. Respon nilai pH pada Pengendali PID untuk uji noise
1
0
50
100 150 waktu (detik)
200
250
Gambar 8. Respon laju aliran basa pada pengendali PID untuk uji
Berdasarkan gambar-gambar hasil respon di atas, maka dapat dibuat tabel perbandingan antara pengendali adaptif dan pengendali PID seperti pada Tabel 1 di bawah ini.
6 Tabel 1 Perbandingan Nilai Respon antara Adaptive control dengan Pengendali PID
Jenis Uji
Setpoint
Noise
Bagian yang diamati Laju aliran basa Nilai respon pH Settling time error Laju aliran basa Nilai respon pH Settling time error
Adaptive control
Pengendali PID
3,0484 x10-6
4,4143x10-6
7,0003
7,0004
38 detik 0,0003 3,0235 x10-4
37 detik 0,0004 4,3884x10-6
7,0003
7,0004
37detik 0,0003
37detik 0,0004
C. Pembahasan Pada sistem pengendalian secara adaptif dapat diketahui bahwa terdapat perubahan nilai parameter proses ΞΈ terhadap setiap pemberian uji. Perubahan yang dialami oleh parameter proses juga meliputi waktu yang diperlukan untuk mengestimasi nilai parameter. Perubahan nilai parameter proses ΞΈ mempunyai pengaruh terhadap respon nilai pH dan laju aliran basa yang diberikan saat terjadi proses penetralan. Pada saat simulasi open loop terlihat bahwa nilai parameter proses besar, gambar respon nilai pH berfluktuatif dan tidak konstan sehingga menyebabkan sistem tidak stabil. Waktu yang diperlukan oleh pengendali untuk mengestimasi masingmasing parameter juga membutuhkan waktu yang lama jika dibandingkan dengan waktu estimasi saat sistem closed loop. Salah satu yang menjadi penyebab respon sistem open loop tidak stabil adalah karena pada sistem open loop tersebut belum dipasang pengendali (kontroler). Tujuan dari pengendali adalah mengurangi gangguan dan menstabilkan proses. Hal ini memaksa identifikasi parameter proses menjadi lebih sulit. Waktu simulasi closed loop, sistem sudah ditambahkan pengendali (kontroler) sehingga respon yang dihasilkan sudah stabil dan mendekati setpoint yang telah ditetapkan. Nilai dan waktu parameter proses menyesuaikan terhadap perubahan sistem yang terjadi, sehingga pada sistem closed loop nilai paramater proses yang dihasilkan lebih kecil daripada saat sistem open loop, baik pada saat uji setpoint dan uji gangguan. Perubahan nilai parameter proses menyesuaikan terhadap nilai setpoint yang telah ditetapkan sistem, sehingga menjaga sistem tetap stabil terhadap setpoint. Identifikasi proses pada kontrol adaptif berlangsung pada waktu yang tidak terbatas. Sehingga tidak diasumsikan estimasi parameter konstan. Berdasarkan pada simulasi yang telah dilakukan, pada grafik respon pH terdapat delay time (waktu tunda) saat akan mencapai setpoint. Adanya delay time tersebut disebabkan oleh time constant (konstanta waktu) yang terdapat pada pemodelan di aktuator (pompa). Akibat adanya delay time tersebut menyebabkan adanya keterlambatan sistem menghasilkan respon beberapa detik untuk mencapai setpoint.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari analisa data dan pembahasan pengujian kehandalan sistem pengendalian yang telah dirancang, dapat disimpulkan bahwa: β’ Pengendalian pH dengan Adaptive control dan pengendali PID untuk sistem closed loop memiliki keunggulan beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan pengendali PID. Perbedaan nilai pH yang dihasilkan oleh Adaptive control lebih kecil 0,00015. Untuk laju aliran basa berbeda sekitar 1,34125x10-6. Dan nilai error untuk adaptive control baik pada uji setpoint dan noise sebesar 0,0003 sedangkan untuk pengendali PID sebesar 0,0004. 2. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah dapat ditemukan metode lain dari pengendali adaptif yang dapat bekerja lebih baik dalam meminimumkan nilai error dari minimum variance.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimak kasih kepada PT HESS (Indonesia-Pangkah) Ltd yang telah membantu dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengambil data. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada PT Angkasa Pura II (BUMN) yang telah memberikan bantuan beasiswa.
DAFTAR PUSTAKA [1] D. Mamrosh, C. Beitler, dan K. Fisher. Consider improved scrubbing designs for acid gases. Trimeric Corp: Texas [2] Gustafsson& Waller. Dynamic Modeling and Reaction Invariant Control Of pH. Chemical Engineering Science Vol. 38 No. 3 (1983) pp 389-398. [3] Operahadi Jaya Dwi Putera. 2007. Perancangan Sistem Pengendalian pH pada Sistem Pengolahan Limbah Berbasis Adaptive control dengan Variant Forgetting Factor. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya