8/2/2010
RALAT
Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT DI KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU: SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK
Membuat model persawitan nasional dalam usaha memahami permasalahan terkait dengan perkembangan industri sawit yang selama ini terjadi.
M.Ikhlas Khasana (2506100014)
LOGO
Mengetahui berbagai dampak persawitan nasional saat ini.
kebijakan
Tujuan Penelitian
Memperoleh alternatif kebijakan yang berpihak pada upaya pengembangan persawitan nasional.
Pembimbing : Prof.DR.Ir.Budisantoso Wirjodirdjo,M.Eng
Contents
Latar Belakang
Pendahuluan
Kondisi CPO dunia (1999-2004)
Pangsa
Pendahuluan ekspor
7,37 %
produksi
Metodologi Penelitian
3,18 %
5,93 %
konsumsi
3,06 %
7,7 %
4,12 %
7,33 % 7,67 %
Pengumpulan & Pengolahan Data
Peluang 16,37 %
Usaha 13,62 %
Analisa Hasil Simulasi
Kesimpulan dan Saran
Pendahuluan
Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana memodelkan pengembangan persawitan serta dampak yang mungkin terjadi di daerah-daerah sentra penghasil sawit, sehingga para pengambil kebijakan dapat mengevaluasi keefektifan kebijakan yang dilakukan serta mampu menentukan kebijakan yang tepat. Dampak yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah dampak terhadap penerimaan petani, luas areal hutan konservasi dan suhu
Volume ekspor
12,04 %
Luas lahan
Kebijakan
Pendahuluan
Konsumsi domestik
Produksi
Dampak
?
Nilai ekspor
Kondisi Industri Kelapa Sawit Indonesia(1998-2003)
Tujuan
Membuat model persawitan nasional dalam usaha memahami permasalahan terkait dengan perkembangan industri sawit yang selama ini terjadi. Mengetahui berbagai dampak persawitan nasional saat ini.
kebijakan
Tujuan Penelitian
Memperoleh alternatif kebijakan yang berpihak pada upaya pengembangan persawitan nasional.
1
8/2/2010
Pendahuluan
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian Batasan : 1.
2.
3.
Asumsi :
Dalam konteks ruang yaitu daerah sentra penghasil sawit di kabupaten Siak, Propinsi Riau. Kajian penelitian lebih ditekankan pada memberikan alternatif skenario kebijakan berdasarkan hasil simulasi ditingkat daerah dimana penelitian ini dilakukan. Aspek lingkungan tidak dijabarkan secara mendalam.
Pendahuluan
Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada koordinat 10 16’ 30” — 00 20’ 49” Lintang Selatan dan 1000 54’ 21” 102 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik geografls memiliki kawasan pesisir pantai yang berhampiran dengan sejumlah negara tetangga dan masuk kedalam daerah segitiga pettumbuhan (growth triangle) Indonesia - Malaysia - Singapura.
1. Kebijakan yang ada merupakan kebijakan pemerintah Kabupaten Siak, Propinsi Riau saat ini yang tidak berbenturan dengan kebijakan pemerintah pusat . 2. Kondisi ekonomi global yang mempengaruhi persawitan nasional adalah diluar kendali pemerintah.
Kabupaten Siak terbentuk melalui UU 53 tahun 1999 tanggal 12 Oktober bersama beberapa kabupaten/kota di Propinsi Riau. Kabupaten Siak merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Sumber utama APBD berupa DBH Migas sebesar 60%. APBD dalam 3 tahun terakhir sekitar Rp 2 T. Umumnya masyarakat bekerja di bidang pertanian (34% dari jumlah tenaga kerja) baik di lahan pribadi maupun milik swasta. Sektor pertanian menyumbang kontribusi sekitar 19 % PDRB. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak dalam 3 tahun terakhir 7.6%.
Metodologi Penelitian
Manfaat Penelitian
Mendapatkan pemahaman secara mendalam mengenai persawitan nasional
Manfaat Penelitian Dapat memberikan rekomendasi atas berbagai skenario kebijakan pengembangan persawitan nasional.
A
Pengumpulan & Pengolahan Data
Metodologi Penelitian
Identifikasi Variabel
A
1. Supply-Demand 2. Hutan-Lahan 3. Produktivitas-Harga 4. Pendapatan 5. Lingkungan
2
8/2/2010
Pengumpulan & Pengolahan Data
InputOutput Diagram
Pengumpulan & Pengolahan Data
Konseptualisasi Model
Input Tak Terkendali Inflasi Harga CPO internasional Harga CPO olahan internasional Harga TBS Kebakaran Hutan Illegal Logging Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar
Lingkungan
Iklim Kebijakan Pemerintah
Output Dikehendaki
Peningkatan Produktivitas Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Areal Hutan Konservasi
Konseptualisasi Model
Causal Loop Diagram
Persawitan Nasional
Output Tak Dikehendaki
Input Terkendali Bea ekspor Kapasitas industri Kualitas CPO Nilai tambah CPO terhadap TBS Produktivitas lahan
Penurunan Produktivitas Penurunan Produksi
Pengelolaan
Pengumpulan & Pengolahan Data
Formulasi Model
Sub-model Supply-Demand
Pengumpulan & Pengolahan Data
Formulasi Model
Sub-model Hutan-Lahan Sub-model Produktivitas-Harga
Pengumpulan & Pengolahan Data
Formulasi Model
Sub-model Pendapatan
Pengumpulan & Pengolahan Data
Verifikasi & Validasi
Verifikasi : Pengujian untuk menguji kesesuaian atau ketepatan logika pada model dan memastikan tidak ada error yang terjadi pada model yang dibangun
Sub-model Lingkungan
Verifikasi model
Verifikasi unit check
3
8/2/2010
Pengumpulan & Pengolahan Data
Verifikasi & Validasi
Pengumpulan & Pengolahan Data
Verifikasi & Validasi
Validasi produktivitas lahan perkebunan rakyat
hasil simulasi
aktual
2,722
2,800
0=
Berdasarkan hasil output dari software Minitab diperoleh nilai Pvalue = 0,722. Karena nilai P-value > α=0,05, maka terima Ho dan dinyatakan bahwa rata-rata harga CPO internasional hasil simulasi tidak berbeda dengan rata-rata harga CPO internasional.
Pengumpulan & Pengolahan Data
Verifikasi & Validasi
2,8 ton Hipotesa untuk uji validasi ini, yaitu: H0: d = 0 (tidak ada perbedaan data) H1: d ≠ 0 (terdapat perbedaan data)
3,049 2,841 2,894 3,702 3,075
Pengumpulan & Pengolahan Data
Verifikasi & Validasi
Validasi produktivitas lahan perkebunan swasta
hasil simulasi
aktual
3,937
4,050
4,410
Berdasarkan hasil output dari software Minitab diperoleh nilai P-value 0,141. karena nilai P-value > α=0,05 maka terima Ho dan dinyatakan bahwa rata-rata produktivitas lahan perkebunan rakyat hasil simulasi tidak berbeda dengan rata-rata produktivitas lahan perkebunan rakyat.
Pengumpulan & Pengolahan Data
Verifikasi & Validasi
0 = 4,05 ton Hipotesa untuk uji validasi ini, yaitu: H0: d = 0 (tidak ada perbedaan data) H1: d ≠ 0 (terdapat perbedaan data)
Pengumpulan & Pengolahan Data
Berdasarkan hasil output dari software Minitab diperoleh nilai P-value 0,142. karena nilai P-value > α=0,05 maka terima Ho dan dinyatakan bahwa rata-rata produktivitas lahan perkebunan swasta hasil simulasi tidak berbeda dengan rata-rata produktivitas lahan perkebunan swasta.
4,186 5,354 4,447
Verifikasi & Validasi
Validasi produktivitas lahan PTPN 0=
4,108
4,62 ton Hipotesa untuk uji validasi ini, yaitu: H0: d = 0 (tidak ada perbedaan data) H1: d ≠ 0 (terdapat perbedaan data)
hasil simulasi
aktual
4,494
4,620
5,034 4,690 4,778 6,112 5,077
4
8/2/2010
Pengumpulan & Pengolahan Data
Verifikasi & Validasi
Pengumpulan & Pengolahan Data
Desain Skenario
Desain skenario dibuat dengan mengembangkan model dengan penambahan sub model pembiayaan pemerintah. Pembiayaan tersebut meliputi sektor perkebunan sawit dan sektor kehutanan. Sehingga sub model hutan-lahan dan sub-model pendapatan berubah menjadi :
Berdasarkan hasil output dari software Minitab diperoleh nilai Pvalue 0,139. karena nilai P-value > α=0,05 maka terima Ho dan dinyatakan bahwa rata-rata produktivitas lahan PTPN hasil simulasi tidak berbeda dengan rata-rata produktivitas lahan PTPN. sub model hutan-lahan
Pengumpulan & Pengolahan Data
Desain Skenario
sub-model pendapatan
Analisa Hasil Simulasi
Pada hasil simulasi terlihat peningkatan penerimaan baik petani sawit, swasta maupun PTPN dari kondisi existing sampai ke skenario 3. Hal tersebut dikarenakan produktivitas kebun masing-masing diberi pendanaan oleh pemerintah. Trend terus meningkat tetapi dengan proporsi yang tidak sama karena masing-masing skenario memberikan peningkatan produktivitas terhadap perkebunan masing-masing secara berbeda. Pada skenario 4, penerimaan petani menjadi sangat berbeda dikarenakan pada skenario 4 ada pembiayaan sektor kehutanan dimana terjadi perubahan pada luas lahan sawit, harga TBS dan produktivitas lahan yang mengakibatkan perubahan pada penerimaan petani.
Analisa Hasil Simulasi
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa trend penerimaan petani hampir mendekati penerimaan swasta dan penerimaan PTPN. Hal tersebut dikarenakan skenario yang dirancang memang bertujuan untuk membuat penerimaan masing-masing tipe perkebunan relative sama sehingga tidak ada kecemburuan petani terhadap penerimaan perkebunan swasta maupun PTPN yang selama ini jauh berbeda akibat produktivitas lahan yang tidak sama. Alokasi pembiayaan dari pemerintah bertujuan meningkatkan produktivitas masing-masing lahan. Porsi pembiayaan yang lebih besar pada perkebunan rakyat telah membuat penerimaan petani meningkat, relative tidak berbeda jauh dari perkebunan lain.
Analisa Hasil Simulasi
Hasil simulasi menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya penerimaan negara akan terus turun akibat kebijakan pembiayaan sektor kehutanan. Ada saat dimana penerimaan negara lebih tinggi dan ada saat penerimaan negara lebih rendah. Hal tersebut karena pada kondisi existing terdapat bea ekspor yang mengatur porsi jumlah ekspor CPO. Bea ekspor mengatur berdasarkan harga CPO internasional. Semakin tinggi harga CPO internasional makin tinggi bea yang dikenakan. Selain itu juga terdapat tindakan untuk mengimpor CPO namun tidak serta merta bisa diterapkan melainkan dengan aturan bahwa impor dilakukan ketika produksi lebih kecil dari konsumsi dan ekspor. Dengan adanya situasi seperti itu ditambah adanya perubahan luas areal hutan konservasi yang berdampak pada luas areal kebun sawit, maka dimungkinkan penerimaan menjadi seperti pada grafik
5
8/2/2010
Analisa Hasil Simulasi
Hasil simulasi pada skenario ini menunjukkan bahwa tidak selamanya luas areal hutan konservasi akan terus berkurang. Adanya upaya pembiayaan sektor kehutanan yang meliputi program reboisasi, penanggulangan illegal logging dan penanggulangan kebakaran hutan ternyata dapat memberi hasil positif. Namun upaya ini harus disertai komitmen pengawasan yang ketat dari pemerintah. Hal ini setidaknya dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat akibat perubahan fungsi hutan dimana keberadaan hutan merupakan sebuah titipan untuk generasi mendatang.
Kesimpulan dan Saran
Dari kondisi existing diketahui terjadi deforestasi tanpa henti akibat perubahan fungsi hutan menjadi lahan dan terjadi peningkatan suhu bumi. Penerimaan petani sawit, PTPN dan swasta tidak seimbang dikarenakan tingkat produktivitas masingmasing lahan berbeda dimana penerimaan petani paling rendah diantara ketiganya. Produktivitas lahan sawit di Siak ( 4 ton per Ha) lebih rendah daripada produktivitas rata-rata nasional ( 4.5 ton per Ha).
Dari berbagai skenario yang disimulasikan, maka diketahui skenario yang memberikan dampak kenaikan penerimaan bagi petani sawit, swasta maupun PTPN adalah skenario 1,2 dan 3. Skenario 3 paling ideal bagi petani karena penerimaan mereka tiap Ha lahan tidak jauh berbeda dengan penerimaan perkebunan swasta maupun PTPN. Tidak jauh berbeda karena produktivitas kebun rakyat meningkat lebih tinggi dari kebun swasta dan PTPN. Adapun skenario 4 menunjukkan deforestasi dapat diperlambat namun berdampak pada penerimaan baik bagi petani, perkebunan swasta, PTPN maupun penerimaan negara. Skenario 4 juga menunjukkan penurunan laju peningkatan suhu bumi.
Analisa Hasil Simulasi
Hasil simulasi menunjukkan bahwa laju peningkatan suhu bumi berkurang. Hal tersebut karena skenario 4 berisi ada upaya pemerintah di sektor kehutanan melalui pembiayaan untuk program reboisasi, penanggulangan illegal logging dan penanggulangan kebakaran hutan. Hal tersebut menyebabkan tingkat penyerapan karbon yang didasari atas luas hutan yang ada, meningkat juga. Peningkatan penyerapan karbon yang menjadi faktor tingkat efek rumah kaca tersebut membuat efek rumah kaca menjadi berkurang sehingga suhu bumi tidak naik dengan cepat.
Kesimpulan dan Saran
Pada penelitian persawitan selanjutnya diharapkan ada kajian lebih luas mengenai dampak lingkungan dari system persawitan ini (system dinamics for sustainable palm oil). Pada penelitian persawitan berikutnya diharapkan adanya kajian mengenai bagaimana Indonesia sebagai produsen CPO terbesar bisa menentukan harga jual CPO yang saat ini ditentukan oleh pihak lain. Pada penelitian persawitan berikutnya diharapkan kajian bagaimana kesiapan Indonesia memanfaatkan sawit sebagai sumber energi.(system dinamics on Energy from palm oil) Pada penelitian selanjutnya diharapkan kajian mengenai potensi pengembangan nilai tambah sawit dari pengembangan produk turunannya. Pada penelitian selanjutnya diharapkan kajian mengenai sistem pengawasan dan tingkat pengawasan pada industri persawitan.
LOGO
6