JURNAL HUKUM IIAN KUAIIITAN
MGDIM$!
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh
v@L"
{ N@" 3
Septemben Z@nfl
JURNAL HUKUM SEBAGAI LAYANAN PUBLIK BI\GI PENCARI KEADILAN, KEPASTIAN DAN KEMANFAATAN HUKUM H. M. Hanafiah Muddin
KEADILAN BAGI KORBAN PELANGGARAN BERAT HAM MASA LALU DI ACEH Sulaiman IMPLEMENTASI KONSEP PEMIDANAAN INTEGRATIF MELALUI PIDANA BERSYARAT (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH) Ainal Hadi dan Kurniawan REFORMASI POLITIK HUKUM PERUNDANG.UNDANGAN YANG BERWATAK RESPONSIF Lintje Anna Marpaung PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DALAM UPAYA MEMBANGUN PELUANG USAHA Teuku Ahmad Yani IMPLEMENTASI U N DANG.U NDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN PENEGAKAN HUKUMNYA DI PROVINSI LAMPUNG Zainab Ompu Jainah
SEJARAH SINGKAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH Pada mulanya Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh bernama Sekolah Tinggi llmu Hukum (STIH) Muhammadiyah Banda Aceh yang didirikan pada tahun 1986 yang diprakarsai oleh
lkatan Sarjana Muhammadiyah dan direstui oelh Majelis Pendidikan dan Pengajaran Wilayah (Mapendapwil) Muhammadiyah Daerah lstimewa Aceh No. E/03/1969 tanggal 2 Januari 1969. Sekolah Tinggi llmu Hukum (STIH) Muhammadiyah Banda Aceh sebelumnya bernama a; Hukum-,d-an.llmu Pengetahuan Masyarakat Muhammadiyah Banda Aceh, yang Dekan S.H, berakhir maka perguruan tinggi ini dipimpin oleh Dekan 13nya adalati$.-WAlfah-'Oaudj . :. , .et"_ iati''S;Fl.1x9'7&..1$6); dalam periode ini status terdaftar juga telah diusahakan, namun belum .s-$}g$!.kenemimpinan Asmaliah, s.H. berakhir maka perguruan Tinggiinidipimpin oleh S:!,,{1e76-1e7e}. liang Untuk memenuhi ketehtuan Pemerintah tentang Perguruan Tinggi Swasta maka awal tahun
ba'q{Xi!
t976
n*atftrq.@,tWt
Tinggi llmu Hukum (srlH)
rM*kPer€clebvg-n- Kemasyarakatan dirubah namanya menjadi sekolgh -,'i
Muhamffii'i.il''n*."i.*' 1 ]t. 1 r i -
,--
STtH dijabjfu. . zajnaliAiiiiiii.a&,tt{:paAq.ehun ig6.q lggtig:tl?,sTtH Muhamr.nadiyah Banda Aceh memperoteh
Setelah periode T. M. Juned, S.H. berakhir maka mulai
r ngurtr;%iffie[an
izin operasional dari Kopertis Wilayah I No. 023/PD/KOP/1981fanglal
l september
1981. Selanjutnya
yaitgil Fdk!,ltas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fikultas Teknik, Fakultas MIPA dan Fakultas Tarbiyah, berikutnya dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.l No.267 /O/1.9g9 tanggal 3 Mei 1989 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh diberikan Status DlAKUl. Terakhir dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.l No. 0251/0/1991 tanggal 5 Mei L991 Fakultas Hukum UNMUHA diberikan status DTSAMAKAN;yaitustatqstdrtingg! pada Perguruan Tinggi Swasta. Dekannya tetap dipercayakan pada Sdr. H. ZainalAbidin. AB, S.H. Kemudian pada tahun 1992 Dekan Fakultas Hukum UNMUHA dilanjutkan oleh Sdr. Drs. H.M. yusuf Hasan, S.H.
Berikutnya pada tanggal 11 Agustus 1998 dengan Surat Keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayaan R.l No. 00014/Ak-1.1/UMKIHK/VI|l/7998, Fakultas Hukum UNMUHA telah mendapat predikat TERAKREDITASI, dan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor: 019/BAN-PT/Ak-X/St/Vlll/2007, tanggal 25 Agustus 2007 tentang Perpanjangan Status Terakreditasi, sehingga semua kegiatan Administrasi Akademik dikelola secara
mandiri.
illlllltilIilililrililfiilil
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN
voL.1 NO,3
MEDIASI
tssN 2087-4758
MEDIASI Mediasi adalah jurnal ilmiah berkala yang diterbitkan oleh Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh (FH-UNMUHA) tiga kali setahun. Jurnal Hukum dan Keadilan Mediasi memiliki visi menjadi jurnal llmiah yang terdepan dalam pengembangan llmu Hukum dengan prinsip-prinsip syariat lslam. Redaksi Jurnal Hukum dan Keadilan Mediasi menerima naskah artikel laporan penelitian, artikel lepas dan resesi buku yang sesuai dengan visi Jurnal Hukum dan Keadilan Mediasi . Naskah yang dikirim terdiri dari 15 sampai dengan 25 halaman kwarto (A4) dengan 1,5 spasi.
Jurnal Hukum dan Keadilan
Naskah dilengkapi dengan biodata penulis.
Alamat Redaksi : Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh,
Jln
Muhammadiyah Nomor 91 Telpon 0651,28423 Batoh Banda Aceh 23245 Fax 0651
34091; Email : http://www.huku
m.
u n
mu
[email protected];
website
ha.ac.idl
SUSUNAN PENGURUS Penanggung Jawab Ketua Pengarah Ketua Penyunting
Sekretaris Penyunting Staf Penyunting
: H. M. Hanafiah Muddin, : H. Riza Nizarli, SH.,MH : Sulaiman, SH.,M.Hum : lra Damayanti, ST
:
SH.,M.Hum
1". Yusri ZA, SH.,MH
2. Fadhlullah, SH.,M.S 3. Dr. Ramli Gadeng, M.Pd
4. 5. 6. 7. 8.
M. Thaib Zakaria, SH.,MH Aminah Tanjung, SH.,M.Hum Jenda lngan Mahuli, SH.,M.Hum
Tata Usaha
Syukriah, SH.,MH Syukri Rahmat, SH.,M.Kn. 9. M. Zaki, SH.,M.Kn : Drs. Anwar Effendy, SH
Benda ha ra
: Meutia, SH
Mitra Bestari
: L. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11,.
Susunan Pengurus
Prof. Dr. Al-Yasa Abubakar, MA Prof. Dr. Syahrizal, SH.,MA Prof. Dr. Faisal A. Rani, SH.,MH Prof. Dr. Suteki, SH.,M.Hum Prof. Dr. A. Hamid Sarong, SH.,MH Dr. Darwinsyah Minin, SH.,MS Dr. Taqwaddin, SH.,SE.,MS Dr. lskandar A. Gani, SH.,MH Husni lbrahim Tiba, SH.,MH Yasril, SH.,MH Yusran 5abi, SH.,M.Si
:
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN
voL.1 NO.3 lssN 2087-4758
MEDIASI
DAFTAR ISI Susunan Pengurus
I
Daftar lsi
iii
Kata Pengantar
Pedoman Penulisan
Jurnal HUKUM SEBAGAI LAYANAN PUBLIK BAGI PENCARI KEADILAN, KEPASTIAN DAN KEMANFAATAN HUKUM H. M. Honofioh
Muddin
1.
KEADILAN BAGI KORBAN PELANGGARAN BERAT HAM MASA LALU DIACEH
Suloimon
31
IMPLEMENTASI KONSEP PEMIDANAAN INTEGRATIF MELALUI PIDANA BERSYARAT (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI BANDAACEH)
Ainol Hadidan
Kurniowan
5g
REFORMASI POLITIK HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERWATAK RESPONSIF
Lintje Anno
Marpoung
g9
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DALAM UPAYA
MEMBANGUN PELUANG USAHA Teuku Ahmad Yani I
M PLEM ENTASI U N
1.24
DANG-UN DANG
LI
NGKU NGAN HI DU P DAN
PENEGAKAN HUKUMNYA DI PROVINSI LAMPUNG
Zoinob Ompu Jainoh
Daftar lsi
1.52
iit
vol.1
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN MEDIASI
NO.3
lssN 2087-4758
PENGANTAR PENYUNTING
Assalomu oloikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah atas Rahmat Allah
Subhana
wataala,
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha)telah dapat
menerbitkan Jurnal Hukum dan Keadilan MEDIASI untuk Vol. Penerbitan Jurnal MEDIASI
No.3
Edisi September 20i.1
No.
3.
ini berisikan
6
l_
(enam) tulisan ilmiah yang berasal dari Dosen Fakultas Hukum Unmuha, baik Dosen Tetap Yayasan, Dosen Luar Biasa dan juga dari alumni.
Topik dalam edisi
ini kami upayakan untuk
menampilkan
pembahasan dari berbagai aspek hukum, seperti hukum adat, hukum
ekonomi, hukum ketenagakerjaan, pembaharuan hukum dan tentang tanggung jawab sosial sebuah Perseroan Terbatas (pT). pada penerbitan
edisi berikutnya kami akan selalu berupaya untuk mengajak para doser-
dalam lingkup Unmuha dan dosen-dosen di luar Unmuha serta para
alumni Fakultas Hukum Unmuha, agar dapat menyumbangkan karya tulis terbaiknya untuk dipublikasikan melaluiJurnal Mediasi ini.
Pengantar Penyunting
voL.1 NO,3
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN
tssN 2087-4758
MEDIASI
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh, yang selalu mengarahkan, mendorong dan
memotivasi kami agar Jurnal Hukum dan Keadilan MEDIASI dapat
diterbitkan secara berkelanjutan dengan menampilkan karya-karya ilmiah yang bermutu. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak-bapak dosen yang telah menyumbangkan tulisan ilmiahnya untuk
dipublikasikan melalui Jurnal Hukum MEDIASI No. 3 ini. Semoga karya
tulis
Bapak-bapak akan dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Semoga Allah Subhana Wataala akan selalu melindungi dan meridhoi usaha-usaha kita. Amin Yarabbalalamin.
W osso la m uo I oi ku
m
W r.Wb.
Banda Aceh, September 2011
Tim Penyunting
VI
Pengantar Penyunting
vol.1
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN MEDIASI
NO.3
lssN 20874758
MEDIASI, NAMA DIBERIKAN
Semua teman-teman pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) sepakat, bahwa dari beberapa nama yang dimunculkan untuk Jurnal Hukum dan Keadilan yang akar diterbitkan, yang terpilih adalah nama MEDIAS|.
Terpilihnya nama MEDIASI ini bukanlah suatu kebetulan spontanitas begitu saja tanpa suatu alasan, akan tetapi melalui suatu prosees diskusiyang penuh argumentasi dan kealotan.
Beberapa nama yang muncul pada waktu Mediasi, Keadilan, Advokasi dan lain-lain.
itu adalah
Mirzar-
Pengertian Mediasi : 1'. Mediasi adalah proses penengah/ perantara suatu konfrik terhadap dua pihak yang bermasalah. (google-internet, yahoo, answer). 2. Mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan menengahi. (Kamus lnggris-lndonesia, Karangan Johan M. Echols dan Hassan Shadily). 3. Mediasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh mediator untuK membantu para pihak yang bersengketa dalam bernegosiasi dan
berkomunikasi sehingga
tercipta kesepakatan
(http://goklassirait. blogspot.com/20
07
baru. /07 /mediasi. htm l.27ma ret2
0L1)
4'
Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator. (peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008)
Dari empat pengertian Mediasi tersebut dapat diambi kesimpulan bahwa pengertian Mediasi adalah usaha utuk menengahi,,, menjadi perantara dalam menyelesaikan suatu permasalahan/ sengketa antara 2 pihak atau lebih, sehingga tercapai suatu kesepakatan bersama.
Mediasi
voL,1 NO.3
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN MEDIASI
tssN 2087-4758
Dari makna yang terkandung pada pengertian mediasi tersebut dan dikaitkan dengan kegiatan pelayanan pada masyarakat yang pernah diberikan oleh Fakultas Hukum Unmuha, maka dipandang tepat bila MEDIASI diabadikan sebagai nama pada Jurnal Hukum dan Keadilan yang diterbitkan oleh Fakultas Hukum Unmuha. Dengan mengangkat nama Mediasi ini, diharapkan dimasa-masa mendatang para pimpinan, dosen dan para alumni Fakultas Hukum Unmuha dapat selalu berperan membantu masyarakat sebagai mediator dalam menyelesaikan berbagai permasalahan hukum/ sengketa yang terjadi diantara para pihak di tengah-tengah masyarakat.
Penyelesaian sengketa/ perselisihan dengan model mediasi sangat sering dilakukan di lndonesia dan khusunya pada masyarakat Aceh.
Di Aceh, penyelesaian perselisihan/ sengketa secara damai di
luar pengadilan hampir selalu dilakukan oleh masyarakat.
Bahkan
sekarang sudah terkenal penyelesaian sengketa secara adat (menurut
hukum adat yang dianut masyarakat) dan proses penyelesaiannya melalui suatu peradilan adat. Sebagaimana halnya penyelesaian sengketa secara mediasi, maka penyelesaian sengketa secara adat pun yang ingin dicapai adalah penyelesaian sengketa atau pengakhiran sengketa, tanpa menyorot tajam siapa yang bersalah, siapa yang benar, siapa yang kalah dan siapa yang menang. Akan tetapi yang diinginkan adalah para pihak yang bersengketa dan masyarakat tetap rukun kembali, damai, harmonis, saling menerima dan saling ikhlas.
Demikianlah cara-cara penyelesaian sengketa dengan cara mediasi, dan akhirnya Jurnal Hukum dan Keadilan Fakultas Hukum Unmuha, MEDIASI nama diberikan.
vill
Mediasi
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN MEDIASI
VOL.1 NO
;
lssN 2087{758
PEDOMAN PENULISAN JURNAL HUKUM DAN KEADILAN MEDIASI
BENTUK NASKAH
Jurnal Hukum dan Keadilan Mediasi menerima naskah bentuk hasil pere : : (research papaers) atau artikel ulasan (review) dan resensi buku (book re, =-,, baik dalam bahasa lndonesia maupun bahasa lnggris
CARA PENGIRIMAN NASKAH
Penulis mengirimkan tiga eksemplar naskah serta cD berisi naskah terseb-:
alamat redaksi
:
.:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Acel^. _: : Muhammadiyah No 91 Banda Aceh 23245, Telpon 0651 29423, Fax l,:i 3409L, E-ma il : ju rnalmed iasi.fhu
[email protected] _
FORMAT NASKAH Naskah yang dlkirim terdiri atas 15
s/d 20 halaman kwato (A4) dengar ;::: ganda. Naskah dilengkapi dengan Biodata penulis. Semua halaman ^a:,3termasuk tabel, lampiran, dan referensi harus diberi nomor urut ha :-.Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut,iudul, dan sumber kutipan. \,a.,. diserahkan dalam bentuk hardcopy (print-out) dan softcopy dalam CD. Sistematika penulisan disesuaikan dengan kategori artikel yang 2,.-
di Jurnal Hukum dan Keadilan Mediasi. Naskah yang r-.:,, dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu artikel hasil penelitian, art,re. ulasan dan artikel resensi buku. sistematika penulisan untuk masing---. -. kategori artikel adalah sebagai berikut : dipublikasikan
A.
SISTEMATIKA NASKAH ARTIKEI. HASIL PENELITIAN JUDUL NASKAH ABSTRAK, dibuat dalam bahasa lnggris atau bahasa lndonesia
200 kata, dan disertai kata kunci (key-word), maksimal ditulis satu spasi dan dalam satu paragraf.
I.
lebit
.
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penelitian dan perumusan permasalaha-
Pedoman Penulisan
--.-;
5 kata. -:.:-..
vol.1
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN
NO.3
rssN 2087-4758
MEDIASI METODE PENELITIAN
il.
Berisi metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian, antara lain meliputi spesifikasi penelitian, materi penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknis pengolahan data, dan analisis data.
ilt.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Berisi hasil penelitian berikut analisisnya tv.
B.
KESIMPULAN DAN SARAN
SISTEMATIKA NASKAH ARTIKEL ULASAN JUDUL NASKAH
ABSTRAK,dibuat dalam bahasa lnggris dan bahasa lndonesia, dan disertai kata kunci (key-word), maksimal 5 kata. Abstrak ditulis satu sPasi dan dalam satu paragraf.
I.
PENDAHULUAN
ll.
PEMBAHASAN
Berisi latar belakang penulisan dan perumusan permasalahan
Berisi pembahasan terhadap permasalahan yang dikaji dalam naskah
III. c.
KESIMPULAN DAN/ATAU SARAN
SISTEMATIKA NASKAH ARTIKET RESENSI BUKU
Naskah ditulis diatas kertas kwarto (A ), terdiri atas 5 s/d 7 halaman, dengan spasi ganda. Naskah dilengkapi dengan sac sampul buku yang i rese nsi. SUMBER KUTIPAN
d
I.
Sumber kutipan ditulis menyesuaikan sistem catatan perut (bodynote alau sidenote) Ditulis sbb
:
A. Satu Penulis : (Brownle, 1981:845); B. Dua penulis : Frucot dan Shearon, 1991:311); C. Tiga atau lebih dari dua penulis: (Hotstede et'al',1990:23); D. Sumber kutipan yang berasal dari institusi sebaiknya ditulis akronim institusiKRH N, 2O0O:2I)
Pedoman Penulisan
rssil
MEDIASI
2.
mJ
voLr
JURNAL HUKUM DAN KEADILAN
aE74nl
Sumber kutipan yang berasal dari website ditulis dengan st.,Jsdr+dlf sbb : Nama penulis, judul tulisan (;;;), nama website, alamat an ire. tanggal dan waktu download, Contoh: Rohman, Sulaiman, Publik !S Dukung Bill Clinton, http;,',.rrro
kompas.com/kompas-cetak/9902/15/inlpub;24.htm, diunduh
@
Senin, 24 Oktober 2005, jam 13.56 wib.
DAFTAR PUSTAKA
Penulisan Daftar Pustaka disusun alfabetis dengan susunan setiap sebagai berikut
g.
nicrter
:
BUKU-BUKU Contoh
Manan, Bagi,2002, Menyonsong Fajar Otonomi Daeroh, Yogyakarta, Ull Press JURNAL
Contoh Sulaiman, 2010, Model Penyelesaian Konflik dalam Perspektif Hukum Respornsrm JurnalEuZum danAeadilqn MediosiT Vol 1, No.3 BAB DALAM BUKU Contoh Cribb, Robert, 1-99, Nation: Making lndonesia in Emerson, Donald K ,iedrc, lndonesia Beyyond Suhorto, New York, An East Gate Book publishers. TESTS/DTSERTASt
Contoh:
Rizanizarli, 2OO4, Perlindungan
dan Pemenuhan Hak Anak, Tess offi
dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh. MAKALAH
Contoh : Rizanizarli, 2004, Strategi Pengembangan Hukum di Aceh, Makahf' pada Workshop Pengembangan Hukum di Aceh, Banda Aceh Peraturan perunda ng-unda ngan disusun secara hirarhikal.
Pedoman Penulisan
tXl
IMPLEMENTASI KONSEP PEMIDANAAN INTEGRATIF MELALUI PIDANA BERSYARAT (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADTLAN NEGERT BANDA ACEH)*) lmplementation of tntegrotive penalization concept by conditionat sentence (A study in Territory of Jurisdiction Bando Aceh District court) The
Oleh
:
Ainal Hadi dan Kurniawan Dosen Fakultas Hukum IJniversitas Syiah Kualo
Abstrak Pidana bersyorat pada dosornyo dopat mewujudkan tujuon pemidanaan yong integratif. lmplementosi konsep pemidanoan
integrotif tersebut tercermin poda dosor pertimbongon dolom penjatuhon pidana bersyarot don pelaksonon pengowosan don pe m bi m bi ng
a
n terpi da no be rsyo rat.
Tujuon penelitian
ini
odorah untuk mengetahui
dosar
pertimbongan penjatuhan pidono bersyorot, peloksonaon pengowoson
dan pembimbingan terpidono bersyorot, implementasi konsep
pemidonaon integratif poda pidano bersyorot Hasil penelition menunjukkan bahwo pertimbangan penjotuhan pidano bersyorot didosarkon pada: kerugian yong ditimbutkan tindak pidona, terdakwa baru pertoma koli melakukan tindok pidona, terdokwa
mosih berusio muda/anok, terdakwo teloh memboyar gonti kerugion kepado korbon, tindok pidano terjadi dikotangon keluarga, terdakwo tidok ditohdn; Peloksonoan pengowoson oreh kejoksaon mosih bersifot pemontauon (posif), sementdro pembimbingon terpidona bersyorat oleh BAPA9 tidok dapat diloksonokan korena tidak ada penyerahon terpidano bersyorot dari jaksa kepado; Konsep pemidanoon integratif sebohagian sudoh dapot diterapkarr poda pidana bersyarot sebagai soronct perlindungon masyarokat, sarono solidoritas sosiol, don sdrono
*) Kontrak Penelitian Nomor: 034a1H11/LK-pNBp/2010 Tanggal 6 Mei 5E
2010
Ainal Hadi dan Kurniawan
pengimbolon, nomun masih songot kurong sebagai sorono pencegors' khusu s.
Disaronkon kepodo pemerintoh agor dibentuk suotu lembc;: yong berfungsi sebagoi pemberi odvis kepado hakim dalom penjotunc'
pidono bersyarat, disamping perlu dituniuk lembogo pengo$.: perodilon untuk bertindak sebogoi koordinotor dolom pengowoson oc' pe m bi m bi
ngon terpidono bersya rot.
Kata Kunci: lmplementasi, Pemidanaan lntegratif, Pidana Bersyarat
A.
Pendahuluan
Falsafah pemidanaan yang bersifat pembalasan (retributrf terhadap pelaku kejahatan yang dahulu sangat kental, berangsur-angsu' mencair seiring dengan semakin membaiknya peradaban manusia yang
ditandai dengan kesadaran untuk memberi penghargaan terhadap
martabat manusia yang tersesat. Secara perlahan pula falsafah pembalasan mulai ditinggalkan, berganti dengan falsafah pencegahan
(deterrence) dan pemulihan
terkait efektivitas
diri terdakwa (rehabilitasi).
pemidanaan terhadap pelaku
Studi-studi kejahatan
merekomendasikan untuk diadakannya integrasi terhadap falsafah pemidanaan retributif, deterrence dan rehabilitotif
.
Ditinjau dari alat yang dipergunakan untuk mewujudkan konsep
pemidanaan yang integratif seperti tersebut
di atas, saat ini
instrumennya masih ada dan berlaku adalah pidana (hukuman) yang
tercantum dalam Pasal 10 KUHP yaitu: hukuman mati; hukuman penjara; hukuman kurungan; dan hukuman denda.
Diantara instrumen tersebut
di atas,
hukuman penjara dan
kurungan yang berwujud perampasan kemerdekaan terpidana menjadi
Ainal Hadi dan Kurniawan
59
primadona
di kalangan
hakim, bahkan terlihat seperti dipaksakan
sehinga terhadap tindak pidana yang tergolong ringan pun kedua jenis
hukuman ini tetap diberlakukan melalui pidana yang singkat (dalam
bentuk pidana kurungan atau pidana penjara l- hari sampai dengan ltahun).
Alternatif dari pidana kurungan atau penjara singkat yang seharusnya diambil adalah pidana bersyarat (voorwoardelijke veroordeling/, dimana si terpidana dengan vonis hukuman kurungan atau hukuman penjara kurang dari i- tahun atas pertimbangan hakim
tidak usah menjalani pidana tersebut
di lembaga
pemasyarakatan.
Sebagaimana diatur dalam pasal 14a KUHp:
Pidana bersyarat hanya dapat dijatuhkan bilamana memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1,. Dalam putusan
yang menjatuhkan pidana penjara,
asal
lamanya tidak lebih dari satu tahun. Jadi daram hal ini pidana
bersyarat dapat dijatuhkan dalam hubungan dengan pidana penjara, dengan syarat hakim tidak ingin menjatuhkan pidana
lebih dari satu tahun. yang menentukan bukanrah pidana yang diancamkan atas tindak pidana yang dilakukan, tetapi pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa.
2.
Pidana bersyarat dapat dijatuhkan sehubungan dengan pidana kurungan, dengan ketentuan tidak termasuk pidana
kurungan pengganti denda. Mengenai pidana kurungan ini
tidak diadakan pembatasan, sebab maksimal dari pidana kurungan adalah satu tahun.
60
Ainal Hadi dan Kurniawan
Lembaga semacam pidana bersyarat ini di Amerika Serikat yang
disebut dengan probation berkembang cukup pesat dan cukup efektif. Probotion hanya dijatuhkan terhadap kejahatan ringan dan tidak dapat dijatuhkan terhadap kejahatan pembunuhan dan perkosaan, narkotika,
dan kejahatan mengenai senjata.
Dalam penyusunan Rancangan Kitab Undang_Undang Hukum Pidana lndonesia Tahun 2004, konsep pemidanaan integratif yang
terkait dengan pidana bersyarat sudah diterapkan daram jenis-jenis pidana dengan nama pidana pengawasan yang bentuknya identik dengan pidana bersyarat.
Penjatuhan pidana bersyarat di pengadiran Negeri Banda Aceh
dalam kurun waktu Januari-Juri 2010 masih bervariasi dirihat dari jenis tindak pidana dan ratar berakang perakunya, di samping itu jumrah pelaku yang dijatuhi pidana bersyarat relatif sedikit.
Berdasarkan har-har tersebut diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1' Apakah dasar pertimbangan daram penjatuhan pidana bersyarat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan dan pembimbingan terpidana bersyarat?
3'
Bagaimanakah imprementasi konsep pemidanaan integratif pada pidana bersyarat tersebut?
B.
Tinjauan pustaka Pengkajian yang
lebih mendalam
pada
memunculkan ide-ide dasar pemidanaan
Ainal Hadi dan Kurniawan
filsafat pemidanaan
yang
menjernihkan
6L
pemahaman tentang hakikat pemidanaan sebagai tanggungjawab subjek
hukum terhadap perbuatan pidana dan otoritas publik kepada negara berdasarka atas hukum untuk melakukan pemidanaan' Sedangkan teori
pemidanaan berada dalam proses keilmuan yang mengorganisasi,
menjelaskan
dan memprediksi tujuan pemidanaan bagi
negara,
masyarakat dan subjek hukum terpidana.l
Filsafat pemidanaan menurut M. Sholehuddin mempunyai dua fungsi, yaitu: Pertama, fungsi fundamental yaitu sebagai landasan dan asas normatif atau kaidah yang memberikan pedoman, kriteria atau paradigma terhadap masalah pidana dan pemidanaan. Fungsi ini secara
normal dan intrinsik bersifat primer dan terkandung di dalam setiap ajaran sistem filsafat. Maksudnya setiap asas yang ditetapkan sebagai prinsip maupun kaidah itulah yang diakui sebagai kebenaran atau norma yang wajib ditegakkan, dikembangkan dan diaplikasikan. Kedua, fungsi
teori, dalam hal ini sebagai meta-teori. Maksudnya filsafat pemidanaan berfungsi sebagai teori yang mendasari dan melatarbelakangi setiap
teori pemidanaan. Berdasarkan kedua f ungsi diatas dalam proses implementasinya, penetapan sanksi pidana dan tindakan merupakan aktivitas program legislasi dan/atau yudikasi untuk menormatifkan jenis dan bentuk sanksi (pemidanaan) sebagai landasan keabsahan penegakan
hukum melalui penerapan sanksi.2)
Dalam kaitannya dengan pidana bersyarat menurut Muladi bilamana didayagunakan dapat memenuhi tujuan pemidanaan yang
t
Dwidla Priyatno, Sistem Peloksanoon Pidona Peniaro Aditama, Bandung, 2006, hal. L3. 62
di Indonesio, PT. Refika
Ainal Hadi dan Kurniawan
bersifat integratif, yakni sebagai sarana perlindungan masyarakat, solidaritas sosial, pencegahan (umum dan khusus) dan pengimbalan.3) Di dalam hukum pidana lndonesia, pidana bersyarat merupakan
salah satu alternatif yang sangat penting dari pidana perampasan kemerdekaan, karena penerapan pidana bersyarat mengandung keuntungan-keuntungan sebagai berikut: Pertamo, pidana bersyarat
akan memberikan kesempatan kepada terpidana untuk memperbaiki dirinya di masyarakat, sepanjang kesejahteraan terpidana dalam hal ini dipertimbangkan sebagai hal yang lebih utama daripada risiko yang
mungkin diderita oleh masyarakat. Kedua, pidana
bersyarat
memungkinkan terpidana untuk melanjutkan kebiasaan-kebiasaan hidupnya sehari-hari sebagai manusia, yang sesuai dengan nilai-nilai
yang ada
di
masyarakat. Ketiga, pidana bersyarat akan mencegah
terjadinya stigma yang diakibatkan oleh pidana
perampasan
kemerdekaan. Pada akhirnya yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa
pidana bersyarat dapat memenuhi tujuan pemidanaan yang bersifat
integratif, dalam fungsinya sebagai sarana pencegahan (umum dan khusus), perlindungan masyarakat, memelihara solidaritas masyarakat dan pengimbalan.a)
Dalam penjelasan umum RKUHP 2004 ditegaskan bahwa jenis pidana ini bersama dengan pidana denda perlu dikembangkan sebagai
alternatif dari pidana perampasan kemerdekaan jangka pendek (short
') M. Shol"hud din, Sistem Sanksi Dolam Hukum Pidono, tde Dasor Double Track System lmplementasinyo, Raja Grafika Persada Jakarta, 2003, hal. 80. t) Mrludi, Lemboga Pidano Bersyarot, Alumni, Bandung, 2O02, hal.237 . al tbid, hal.1.52-153.
Ainal Hadi dan Kurniawan
63
prison sentence) yang akan dijatuhkan oreh hakim, sebab dengan pelaksanaan ketiga jenis pidana ini terpidana dapat dibantu untuk membebaskan
diri dari rasa bersalah, di samping untuk menghindari
efek destruktif dari pidana perampasan kemerdekaan.
Demikian pula masyarakat dapat berinteraksi dan berperan serta secara aktif membantu terpidana dalam menjalankan kehidupan sosialnya secara wajar dengan melakukan hal-har yang bermanfaat.
Pengaturan mengenai pidana bersyarat (voorwaorderijke veroordelingl terdapat pada pasal 14a sampai 14f KUHp. Dalam pidana bersyarat, dikenal syarat umum dan syarat khusus. syarat umum ialah terpidana bersyarat tidak akan melaksanakan delik apapun dalam waktu yang ditentukan, sedang syarat khusus akan ditentukan oleh hakim.
Sebaiknya menurut Jonkers, penerapan pidana bersyarat dilakukan dengan hati-hati, sehingga pidana bersyarat hanya dijatuhkan
jika hakim berdasarkan penyelidikan yang teliti, yakin bahwa dapat diadakan pengawasan yang cukup untuk dipenuhi syarat umum, yaitu bahwa terpidana tidak akan merakukan derik, dan syarat-syarat khusus jika sekiranya syarat-syarat itu ada.s)
Adapun pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat dilakukan oleh jaksa, sebagaimana ditentukan dalam pasal 30 ayat (1) huruf c Undang-Undang No. 16 Tahun 2oo4 tentang Kejaksaan Republik lndonesia yaitu: di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang melakukan pengawasan terhadap peraksanaan putusan
t)
64
rbid.,h"l.31,4
Ainal Hadi dan Kurniawan
pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersya rat.
Selanjutnya terhadap terpidana bersyarat perlu diberikan pembimbingan oleh BAPAS sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan
dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Kesulitan dalam penerapan pidana bersyarat di lndonesia ialah adanya anggapan dalam masyarakat, terutama korban delik seakan-akan
putusan pidana bersyarat itu sinonim dengan bebas (vrrysproak) karena
terpidana bebas berkeliaran. Begitupun pidana bersyarat jarang sekali dijatuhkan, mungkin tidak sampai satu persen dari kejahatan ringan.u)
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai beri kut:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan dasar pertimbangan dalam penjatuhan pidana bersyarat.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan
pelaksanaan pengawasan dan
pembimbi ngan terpidana bersyarat.
3. Untuk mengetahui
dan
menjelaskan implementasi konsep
pemidanaan integratif pada pidana bersyarat tersebut.
6)
Loc. Cit.
Ainal Hadi dan Kurniawan
65
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan hukum secara umum dan hukum pidana pada khususnya. Bagi praktisi hukum
penelitian
ini
dan pemerintah daerah, hasil
diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam
menentukan alternatif pidana penjara yang singkat, dan untuk
pedoman penyusunan program-program pengawasan
dan
pembimbingan terpidana bersyarat.
E. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda
Aceh dengan pertimbangan adanya perbedaan yang
cukup
signifikan antara jumlah perkara dengan pidana bersyarat dengan
itu dalam Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh juga terdapat institusi BAPAS sebagai
yang tidak. Di samping
pembimbing terpidana bersyarat. 2. Metode Pengumpulan Data
a. Studi
Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer dalam bentuk
kasus-kasus (putusan pidana bersyarat), Kitab UndangUndang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan, Undang-Undang Nomor 16
66
Ainal Hadi dan Kurniawan
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik lndonesia, peraturan
Pemerintah Nomor 3r- Tahun 1999 tentang pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan pemasyarakatan. Selanjutnya digunakan bahan hukum sekunder yang untuk memperjelas
permasalahan tersebut, berupa buku_buku, jurnal, makalah ilmiah, laporan hasil penelitian dan bentuk tulisan-tulisan
lain yang berkaitan. Di samping itu
diperlukan pula bahan hukum tersier, yakni berupa kamus bahasa, kamus hukum, akan digunakan untuk menjelaskan
istilah-istilah sehingga memudahkan dalam memahami data dan informasi yang diperoleh.
b. Wawancara
Pengumpulan
data di samping melakukan
studi
kepustakaan, dilakukan juga wawancara dengan
nara
sumber yang terkait dengan penelitian
ntuk
ini,
u
memperdalam informasi dalam memperjelas data_data kepustakaan yang telah diinfentarisir. Narasumber terdiri dari: 1) Hakim pengadilan Negeri Banda Aceh.
2) Jaksa pada Kejaksaan Negeri Banda Aceh 3) Pembimbing Kemasya ra kata n pada
Balai
Pemasyarakatan Banda Aceh
4) 5) 6)
Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh Kepala Kejaksaan Negeri Banda Aceh Kepala Balai pemasyarakatan Banda Aceh
Ainal Hadi dan Kurniawan
67
3. Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan wawancara Penggunaan
di
analisis secara kualitatif.T)
data kualitatifs) untuk menarik kesimpulan
atas
pokok permasalahan yang diajukan dengan cara menggunakan
metode deskriptif analitis. Data-data hukum yang telah diidentifikasi akan digunakan untuk menguraikan
dan
menjelaskan konsep pemidanaan integratif. Dengan demikian,
diperoleh suatu kesimpulan mengenai implementasi konsep pemidanaan integratif dalam penjatuhan pidana bersyarat di Pengadilan Negeri Banda Aceh.
Hasildan Pembahasan
F.
1.
Pertimbangan Dalam Penjatuhan Pidana Bersyarat Dalam kurun waktu Januari sampai dengan Juli Tahun 2010, Pengadilan Negeri Banda Aceh telah menjatuhkan pidana
bersyarat untuk 1.1. perkara pidana (16 orang terpidana), meliputi tindak pidana penganiayaan, kekerasan di muka umum, penghinaan, pencurian, kelalaian yang menyebabkan orang mati/luka, dan tindak pidana di bidang farmasi. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
t)
Soerjono Soekanto, Pengontor Penelitian Hukum, Penerbit Universitas lndonesia (Ul-
Press), Jakarta, 1986, hal. 69. t) Joko Srb.gy o, P., MetodePenelition Dolam Teori dan Proktek, Rineka Cipta, Jaka rta,
L991, hal. 94.
Ainal Hadi dan Kurniawan
Tabel Penjatuhan pidana Bersyarat pada pengadilan Negeri Banda Aceh Bulan Januari-Juli 2010 No
Tindak Pidana
Dijatuhkan
Tidak
Pida na
Dijatuhkan
Bersya
rat
Pidana Bersya
rat
Jumlah Perkara yang dijatuhkan Pidana Penjara Tidak Lebih
Dari
1 Tahr rn 1
Penggelapan
5
5
3
6
I
1
2
Penganiayaan
3
Pemalsuan surat
4
Kekerasan dimuka umum
3
3
5
Penghinaan
1
1
6
Pencurian (pemberatan)
7
Pencurian
8
Kejahatan perkawinan
9
Kelalaian (luka)
10
Kelalaian (mati)
11
Penadahan
T2
Perbuatan td
3
5
5
2
3
2
2
1
1
2
t
2
3
1
1
1
1
1
L
24
24
1
menyenangkan 13
Senjata tajam
L4
Narkotika
15
Farmasi
16
Kehutanan
17
Senjata Api
18
KDRT
1
1.
tt
Ainal Hadi dan Kurniawan
1
T
5
5
2
2
56
67
69
Sumber: Register Pengadilan Negeri Banda Aceh (data diolah) Tahun 20L0 Dari tabel di atas terlihat bahwa pada umumnya pidana
bersyarat tersebut hanya diberikan kepada tindak pidana yang
diatur dalam KUHP, hanya
l
kasus tindak pidana
di luar
KUHp
(tindak pidana bidang farmasi). Apabila dilihat dari lamanya pidana yang dijatuhkan (pidana penjara/kurungan tidak lebih
dari 1 tahun) maka ada 67 kasus yang dimungkinkan untuk dijatuhi pidana bersyarat, namun hakim hanya menjatuhkan pidana bersyarat pada 11 kasus saja.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penjatuhan pidana bersyarat dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.
Kerugian yang ditimbulkan dari Tindak pidana
Pemidanaan terutama ditujukan
untuk
memberikan
perlindungan kepada masyarakat, di samping tentunya untuk memperbaiki pelaku tindak pidana. Untuk maksud tersebut
pelaku
menjalani pidananya di
Lembaga
Pemasyarakatan/RUTAN. Adapu n pidana bersyarat memberi
ka n
kesempatan kepada hakim untuk memerintahkan terpidana yang dijatuhi pidana penjara/kurungan yang lamanya tidak lebih
dari satu tahun supaya tidak menjalani pidana tersebut dengan syarat-syarat tertentu. Dalam rangka perlindungan masyarakat itu pula pemberian
pidana bersyarat dilakukan secara selektif 70
dengan
Ainal Hadi dan Kurniawan
pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh hakim. pertimbangan
tersebut sepenuhnya diserahkan kepada hakim yang utamanya didasarkan pada kerugian yang ditimbulkan oleh pelaku
dari
tindak pidana tersebut, seberapa besar keresahan yang timbul dalam masyarakat. oreh karena itu kepada peraku tindak pidana Narkotika, psikotropika, lllegal Logging, dan yang mendapat sorotan dan prioritas penanggulangannya dari pemerintah tidak diberikan pidana bersyarat e). Selanjutnya hakim dalam mempertimbangkan menjatuhkan
pidana bersyarat ataukah tidak didasarkan pada kerugian, penderitaan korban dan meresahkan masyarakat. Hal yang terakhir ini ini penting agar tidak timbul persepsi yang keliru dalam masyarakat, karena sedikit sekali anggota masyarakat
yang menyadari maksud dari pidana bersyarat tersebut, sementara secara kasat mata pelaku kejahatan yang dijatuhi pidana bersyarat bebas berkeliaran melakukan kegiatannya
sehari-harilo).
Pertimbangan hakim seperti tersebut di atas dengan tidak
memberi peluang pidana bersyarat terhadap pelaku tindak pidana yang mendatangkan kerugian besar bagi masyarakat
dapat terlihat pada perkara narkotika (24 kasus), penggelapan (5 kasus), pencurian dengan pemberatan (5 kasus), tindak pidana
t'
W.*.n..r.
6 Agustus 2010.
"'Wawancara, Tanggal 6 Agustus 20L0
Ainal Hadi dan Kurniawan
7I
Senjata Api (5 kasus) yang dijatuhi pidana penjara berkisar antara 2 bulan l-0 hari sampai dengan
l-
tahun.
Konsistensi hakim dalam penerapan pidana yang demikian
itu patut dipertahankan dan mendapat dukungan serta apresiasi
dari masyarakat dan pemerintah. Disamping itu masih perlu dilakukan evaluasi terhadap kasus-kasus pidana bersyarat yang pernah dijatuhkan, karena masih ditemukan tindak pidana yang berpotensi meresahkan dan menimbulkan kerugian yang cukup
besar bagi masyarakat maupun negara. Contoh pada tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin (No. 11/pid.
B/10/ PN BNA) dengan terdakwa Ariani Binti Jalaluddin (44 tahun), Majelis Hakim yang bersidang memutuskan untuk menjatuhkan pidana peniara selama
6
bulan dengan masa
percobaan l- tahun kepada terpidana yang melakukan kejahatan sebagaimana diatur dalam pasal 81 ayat (2) huruf c
jo. pasal 4L
ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Padahal hakim dalam pertimbangannya menyatakan tindak pidana yang dilakukan terpidana Membahayakan Masyarakat
dan disebutkan sebagai unsur yang memberatkan
pidana
terdakwa.
b. Terdakwa baru pertama kali melakukan tindak pidana Maksud dari penjatuhan pidana bersyarat ialah untuk memberi kesempatan kepada terhukum supaya dalam tempo percobaan itu memperbaiki diri dengan tidak melakukan pidana
72
Ainal Hadi dan Kurniawan
atau tidak melanggar perjanjian yang diberikan kepadanya dengan pengharapan
jika berhasil, hukuman yang
telah
dijatuhkan kepadanya itu tidak akan dijalankan buat selamalamanya. Penekanan dari maksud penjatuhan pidana bersyarat
itu adalah untuk perbaikan pelaku selama masa percobaan yang
telah ditetapkan hakim, ini menyiratkan pula pelaku yang berkesempatan menerima pidana seperti di atas adalah mereka
yang baru pertamakali melakukan tindak pidana (tidak untuk resid ivis)11).
Apabila Jaksa berpendapat bahwa pelaku berdasarkan pemeriksaan
di sidang pengadilan bersalah melakukan tindak
pidana yang didakwakan dapat mengajukan dalam surat tuntutan agar hakim menjatuhkan pidana bersyarat terhadap pelaku, dengan pertimbangan tindak pidana yang dilakukan tersebut baru pertama kali dilakukannyat').
c. Terdakwa masih berusia muda/anak Hakim dalam mempertimbangan penjatuhan pidana juga terikat pada azas kepastian hukum, azas keadilan dan azas manfaat. Dalam perkara yang tidak meresahkan dimana pelaku
yang terlibat masih berusia muda/anak (usia sekolah atau sedang melanjutkan pendidikan) maka pilihan pidana bersyarat
lebih diutamakan apabila pertimbangan untuk
tt)
pengenaan
Wa*ancara, tanggal 6 Agustus 2010.
")Wa*ancar", tanggal 11 Agustus 2010
Ainal Hadi dan Kurniawan
73
tindakan tidak lagi memungkinkan. pidana bersyarat akan lebih
bermanfaat untuk memperbaiki dan memberi kesempatan mereka melanjutkan pendikan, sekaligus untuk mencegah dampak buruk saat menjalani pidana penjara bersama_sama
terpidana dewasa, mengingat belum tersediannya
LApAS
khusus anak yang memadai untuk pembinaan merekal3). Dalam tabel di atas, terlihat pidana bersyarat dijatuhkan
hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh kepada pelaku yang berusia muda antara
Il
sampai dengan 22 tahun yang
melakukan tindak pidana pencurian biasa
(1
kasus),
penganiayaan (L kasus), dan kekerasan dimuka umum (3 kasus).
d. Terdakwa telah membayar ganti kerugian kepada korban; Pertimbangan hakim dalam putusan pidana bersyarat
adalah adanya kesediaan korban untuk membayar kerugian sebagai akibat dari tindak pidana tersebut kepada korban
(sudah tercapai perdamaian anatara pelaku dan korban sebelum persidangan). Hal ini dapat ditelusuri pada 2 perkara masing_masing:
Pertama: Perkara pidana No.
2j/
pid. B/IO/PN BNA dengan
Terdakwa Chandra Maulana Bin tndra Samsir (19 Tahun), dan Hermansyah sitorus Bin Jamaruddin sitorus (1g rahun) daram kasus kekerasan di muka umum (pasal 170 ayat (1) KUHp) yang
menyebabkan korban Nazaruddin Bin Abdurrahman menderita tt)
74
Wawancara, Tanggal 7 Agustus 2010
Ainal Hadi dan Kurniawan
luka. Majelis Hakim menjatuhkan pidana peniara dengan masa percobaan
4
bulan
8 bulan. Kedua: Perkara pidana No.
63/Pid. B/10/PN BNA dengan terdakwa
Muhammad
lkhsafuddin Bin Rusliadi (15 Tahun) dalam kasus kelalaian yang
menyebabkan matinya orang. Dalam kecelakaan lalu lintas
tersebut menyebabkan meninggalnya korban Asnawi
Bin
lbrahim. Majelis Hakim menjatuhkan pidana peniara selama
1
bulan dengan masa percobaan 10 bulan.
e. Tindak Pidana terjadi di kalangan keluarga Tindak pidana yang terjadi di kalangan keluarga yang diselesaikan dalam jalur formal akan mendatangkan kerugian yang lebih besar, disamping aib keluarga dapat diketahui oleh
umum, keutuhan keluargapun akan terancam. Bahkan dalam beberapa tindak pidana dalamKUHP (pencurian dalam keluarga
misalnya) mensyaratkan adanya pengaduan korban supaya pelaku tindak pidana dapat dituntut. Menurut narasumber dari Kejaksaan tindak pidana dikalangan keluarga, utamanya terkait
dengan kekerasan dalam rumah tangga menjadi salah satu prioritas untuk dipertimbangkan pemberian pidana bersyarat. Hal ini kasuistis sifatnya, dalam kondisi korban sangat terancam
dengan keberadaan pelaku, maka pilihan pidana badanlah yang
to)
harus diterapkanla). Dua perkara kekerasan dalam rumah
r ai
tangga yang diadili di Pengadilan Banda Aceh (data Januari-Juli
f-:-
W"*.n..r.,
tt) Tanggal 13 Agustus 201,0
Ainal Hadi dan Kurniawan
75
74
wat'. a -
..-
2010) oleh hakim tidak dijatuhkan pidana bersyarat, terpidana
dijatuhi pidana badan sesuai dengan pidana dalam surat tuntutan jaksa yaitu masing-masing
7
bulan penjara untuk
M.Taufik Hidayat Bin P. Slamet Binjai (POLRI), dan
6
bulan
penjara Thabrani Bin H.M.Taib (PNS).
f.
Terdakwa tidak ditahan
Penahanan terdakwa selama proses penyelesaian perkara pada dasarnya tidak menutup kemungkinan yang bersangkutan
itu dijatuhkan pidana bersyarat. Hakim
dalam
perkara kekerasan dimuka umum dengan terdakwa
Deni
Saputra Bin Asnawi dan kawan-kawan juga menjatuhkan pidana
peniara
8
bulan dengan masa percobaan L tahun, padahal
terdakwa dan kawan-kawan dikenakan penahanan pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilanls) Dari perkara-perkara yang dijatuhkan pidana bersyarat, menunjukkan bahwa mayoritas terpidana bersyarat sejak bulan
Januari-Juli 201.0,
tidak ditahan untuk
memudahkan
penyelesaian perkara mereka. Demikian pula sebaliknya, 56
perkara yang tidak diberikan pidana bersyarat kesemua terpidanannya pernah ditahan untuk pemeriksaan perkara.
tt)
76
Wa*ancara, Tanggal 6 Agustus 2010.
Ainal Hadi dan Kurniawan
2.
Pelaksanaan Pengawasan
dan
Pembimbingan Terpidana
Bersyarat
Tanggung
jawab untuk melakukan pengawasan
terhadap terpidana menurut ketentuan Pasal 14d ayat (1) KUHP dibebankan pada kejaksaan. Ketentuan yang sama juga termuat
c Undang-Undang Nomor 16 2004 tentang Kejaksaan Republik lndonesia yaitu: Di
dalam Pasal 30 ayat (1) huruf Tahun
bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat
Dalam praktiknya pengawasan yang dilakukan oleh kejaksaan lebih bersifat pemantauan. Jaksa setelah adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap yang isinya berupa penjatuhan pidana bersyarat, cukup mengingatkan terpidana mengenai syarat-syarat yang tidak boleh dilanggar selama masa percobaan, kemudian terpidana diminta untuk datang melapor
ke kejaksaan satu atau dua kali dalam seminggu. Jadwal lapor yang sudah ditetapkan inipun tidak rigid sifatnya, adakalanya terpidana (karena satu dan lain hal) datang melapor sekali dalam
dua minggu. Dalam kondisi seperti ini pihak kejaksaan tetap
dapat melakukan pemantauan berdasarkan informasi
dari
kepolisian. Jika ada terpidana bersyarat terlibat dalam suatu tindak pidana, maka yang bersangkutan segera dipanggil untuk
selanjutnya diajukan kembali guna menjalani hukumannya.
Ainal Hadi dan Kurniawan
77
Sejauh
ini dengan
pemantauan yang dilakukan belum ada
terpidana bersyarat yang melakukan pelanggaran.
tu)
Terkait dengan cara atau mekanisme pengawasan terhadap terpidana bersyarat, sampai saat ini belum ada aturan khusus yang mengaturnya, undang-undang hanya menentukan kewenangan melakukan pengawasan terhadap putusan pidana bersyarat tersebut ada pada jaksa. pengawasan yang sifatnya
aktif, artinya jaksa selalu memonitor setiap aktivitas terpidana bersyarat, tidak mungkin dilakukan mengingat banyaknya tugas
dan pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Disamping itu juga
belum terbangun sistem kerjasama dengan pihak-pihak yang ikut terlibat dalam pengawasan/pembimbingan terpidana.
17)
lnstansi terkait yang wajib melakukan pembimbingan
terhadap terpidana bersyarat adalah Balai pemasyarakatan Kelas ll Banda Aceh. Dari Laporan kegiatan BAPAS Kelas ll Banda
Aceh untuk bulan Juli 20L0 terlihat bahwa tidak ada bimbingan
terhadap klien pidana bersyarat, padahal sampai dengan bulan
Juli 2010 tersebut pengadilan telah menjatuhkan
putusan
pidana bersyarat untuk l-1 tindak pidana. Menurut penuturan narasumber, kondisi seperti ini sudah berlangsung cukup lama. Pasca tsunami
tahun 2004 BAPAS tidak lagi terlibat dalam
bimbingan terpidana bersyarat.
'u)
tti
78
W.*.nc.rr,
Tanggal
W"wancara, Tanggai
ll il
Agustus 2010 Agustus 2010
Ainal Hadi dan Kurniawan
Pembimbingan terhadap terpidana bersyarat lebih bersifat menyadarkan terpidana dari prilakunya yang tidak baik.
Penyadaran dilakukan dengan memberikan nasehat-nasehat (konseling), menetapkan jadwal lapor klien, dan home visit. sejauh ini belum ada pembimbingan dalam bentuk pemberian
tertentu bagi terpidana. Secara administratif beberapa dokumen digunakan dalam pembimbingan klien terpidana bersyarat yaitu: Laporan keterampilan/keahlian
Penerimaan Klien, pengisian Kartu Bimbingan dan penyuluhan, dan Laporan Perkembangan Klien.
Kartu Bimbingan dan penyuluhan berisikan data_data berkenaan dengan tanggal lapor (datang/kembali) disertai paraf petugas. Di samping itu terdapat Laporan perkembangan Klien
yang dibuat setiap bulan. pada dokumen ini
petugas
menerangkan Pertama: ldentitas, Kedua: Keadaan klien, keluarga dan lingkungan (tempat tinggal selama menjalani
bimbingan; keadaan tempat tinggal
dan
lingkungannya;
Pekerjaan yang dilakukan klien selama dalam masa bimbingan;
Cara klien berpakaian; Kegiatan ibadah dengan baik
dan
sungguh-sungguh; dan prilaku klien selama masa bimbingan
terhadap petugas,masyarakat, keluarga, dan ketentuan yang berlaku), Ketiga: Evaluasi pembimbing Kemasyarakatan (masalah kesulitan yang dihadapi klien, dan usaha_usaha dan
cara mengatasinya), dan Keempat: Saran
pembimbing
Kemasyarakatan. Pada akhir pembimbingan ditandai dengan
Ainai Hadi dan Kurniawan
79
Surat Pengakhiran Bimbingan yang ditujukan kepada Kejaksaan dan Pengadilan Negeril8).
3.
lmplementasi Konsep Pemidanaan lntegratif Pada Pidana Bersyarat
Berdasarkan konsep pemidanaan integratif (oleh Muladi), maka sejumlah perkara yang diputus dengan pidana bersyarat dapat dilihat apakah memenuhi tujuan pemidanaan
yang bersifat integratif, yakni sebagai sarana perlindungan masyarakat, solidaritas sosial, pencegahan (umum dan khusus) dan pengimbalan.
a.
Pemidanaan sebagai sarana perlindungan masyarakat
Tujuan pidana sebagai perlindungan masyarakat pada dasarmya merupakan tujuan semua pemidanaan (termasuk
tujuan dari pidana bersyarat). Dalam konteks ini sangat tidak bijaksana jikalau hakim pada perkara yang meresahkan masyarakat, melalui vonisnya melepaskan pelaku kejahatan tersebut dalam waktu yang singkat kedalam masyarakat. Dari
persfektif
ini,
pertimbangan hakim
dan jaksa
yang
mengutamakan aspek kerugian yang ditimbulkan dari tindak
pidana tersebut termasuk keresahan yang terjadi dalam masyarakat dalam penjatuhan pidana bersyarat pertimbangan-pertimbangan lainnya
telah
di
atas
menghindarkan
sebagian kecil masyarakat yang terlanjur melanggar aturan tt)
80
Wa*.n.ara, tanggal
7 Agustus 2010.
Ainal Hadi dan Kurniawan
dari penderitaan pidana pencabutan kemerdekaannya yang berjangka pendek. Dengan hukumpidana
menghindarkan sebagian kecil terpidana dari pengaruh buruk
pidana pencabutan kemerdekaan, maka masyarakat akan terlindung dari kemungkinan timbulnya penjahat yang lebih berat, yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
b.
Pemidanaan sebagai sarana Solidaritas Sosial Pidana bersyarat sebagai sarana memelihara solidaritas
masyarakat, dapat terwujud apabila hakim dalam putusan
pidana bersyarat tersebut menetapkan pula syarat-syarat
khusus (perjanjian istimewa) disamping syarat sebagaimana tersebut dalam Pasal 1,4
c
KUHp
umum
yaitu:
E
terpidana akan mengganti kerugian yang timbul karena perbuatan yang dapat dihukum itu, semuanya atau untuk sebagian saja yang ditentukan dalamtempo yang
akan
ditetapkan, yang kurang lamanya dari pada tempo percobaan
itu . Pemenuhan syarat
khusus (apabila ditetapkan hakim) oleh
terpidana merupakan bentuk solidaritas sosial terpidana kepada korban.
Ditinjau dari putusan pidana bersyarat yang telah dijatuhkan terhadap
1_1
perkara pidana di atas, hakim belum
pernah menetapkan syarat-syarat khusus (perjanjian istimewa)
tersebut, melainkan hanya menetapkan syarat umum dalam amar putusannya seperti: Menetapkan pidana tersebut tidak
Ainal Hadi dan Kurniawan
8L
perlu dijalani kecuali apabila dikemudian hari terpidana sebelum
lewat masa percobaan selama E;berakhir telah
bersalah
melakukan perbuatan yang dapat dipidana;
Penetapan syarat-syarat khusus (perjanjian istimewa)
tersebut dalam undang-undang sifatnya fakultatif, dengan demikian hakim boleh menetapkan syarat-syarat itu ataupun tidak.
Diantara perkara-perkara yang telah diputus dengan pidana bersyarat terdapat 2 perkara dimana antara pelaku dan korban sudah terdapat perdamaian sebelum putusan diucapkan. Kesedian pelaku yang telah mengganti kerugian yang dialami
korban tersebut digunakan sebagai salah satu pertimbangan
yang meringankan terdakwa sehingga dijatuhkan be rsya
c.
pidana
rat.
Pemidanaan sebagai sarana pencegahan Umum/Khusus
Perbaikan terpidana merupakan tujuan yang paling
penting dari serangkaian tujuan pemidanaan. perbaikan terpidana dalam pemidanaan bersyarat mengandung konsekuensi mutlak harus adanya pengawasan terhadap terpidana bersyarat. pengawasan yang sifatnya pemantauan belaka tentunya tidak banyak membawa manfaat bagi perbaikan
terpidana. Lemahnya pengawasan membawa citra yang kurang baik bagi lembaga pidana bersyarat, menimbulkan kesan sebagai
82
Ainal Hadi dan Kurniawan
pemberian (kemurahan hati) hakim. Jadi laksana macan ompong yang tidak punya kekuatan apa -apa.
Secara normatif kepastian dilakukannya pengawasan
oleh kejaksaan terhadap terpidana bersyarat merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi. Hal ini ditegaskan dalam pasal 14a ayat (4) sebagai berikut:
itu
( moksudnya pidono bersyorat) tidak diberikan, melainkan jika hakim dapat berkeyakinan, Perintah
sesudah dilakukan pemeriksaan yang teliti, bahwa dapat
dilakukan pengawasan yang cukup terhadap orang yang
dihukum itu dalam hal memenuhi perjanjian umum, bahwa ia tidak akan melakukan perbuatan yang dapat dihukum dan dalam hal memenuhi perjanjian istimewa, jika sekiranya itu diadakan juga;
Di samping pengawasan, terhadap terpidana bersyarat
penting pula diberikan pembimbingan. praktik menunjukkan, lebih dari 5 tahun terhadap terpidana bersyarat dalam Wilayah
Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh tidak
dilakukan
pembimbingan oleh petugas BAPAS, dikarenakan klien tersebut secara hukum belum diserahterimakan.
Ketentuan Pasal 37 Peraturan pemerintah Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan menyebutkan
Ainal Hadi dan Kurniawan
:
83
(1)
Dalam hal putusan hakim memutuskan pidana bersyarat,
wajib latihan kerja sebagai pengganti pidana denda, atau pengembalian anak kepada orangtua atau wali, Jaksa
wajib
menyerahkan terpidana
dan anak yang
bersangkutan kePada BAPAS. (2\
Penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1)
dilakukan dengan pembuatan berita acara. (3)
Tembusan berita acara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) disampaikan kepada hakim Pengawas dan Pengamat setempat. (4)
Terpidana Bersyarat wajib mengikuti secara tertib program bimbingan yang dilaksanakan oleh BAPAS'
Selanjutnya terpidana bersyarat dapat pula dicabut statusnya sebagai klien oleh Menteri atas usul Kepala BAPAS
menurut Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 3l- Tahun 1999 yaitu: Klien terpidana bersyarat, pembebasan bersyarat atau
cuti menjelang bebas yang dicabut statusnya
sebagai
klien wajib menjalani pidana yang ditangguhkan dan atau sisa Pidana aPabila:
a. Mengulangi melakukan tindak b. Menimbulkan
84
pidana;
keresahan dalam masyarakat;
Ainal Hadi dan Kurniawan
c.
Tidak mentaati ketentuan perjanjian atau syaratsyarat, baik syarat khusus maupun syarat umum, bagi terpidana bersyarat;
d.
Tidak mengikuti atau mematuhi
program
pembimbingan yang ditetapkan oleh BApAS; atau e. Pindah
alamat atau tempat tinggal tanpa melapor
kepada BAPAS yang membimbing.
Ketentuan di atas telah menunjuk secara tegas bahwa
Jaksa lah yang berkewajiban untuk menyerahkan terpidana bersyarat kepada BAPAS. Jadi posisi BApAS dalam hal ini adalah sebagai pihak yang menunggu (pasif). Di sisi lain terkait dengan
pembimbingan terpidana tersebut BAPAS mempunyai posisi yang strategis, bahkan dapat bertindak sebagai inisiator (aktif)
dalam hal terjadinya hal-hal tersebut pada pasal 4l- untuk pencabutan status klien terpidana bersyarat sehingga yang bersangkutan wajib menjalani pidana yang ditangguhkan dan atau sisa pidananya.
Peraturan Pemerintah Nomor
sekaligus
telah
31 Tahun 1999 ini
menyeimbangkan kepentingan antara
pembimbingan terpidana bersyarat dengan pengawasan
terpidana bersyarat. Dengan demikian hakim
disamping
mempertimbangkan hal-hal mengenai terpidana secara subyektif dan obyektif, juga harus mempertimbangkan dan
Ainal Hadi dan Kurniawan
85
memastikan pelaksanaan pengawasan
dan
pembimbingan
terpidana bersyarat tersebut.
d.
Pemidanaansebagaisaranapengimbalan Pidana sedikit atau banyak pastilah mengandung unsur
penderitaan atau nestapa. Menurut penulis dalam kaitannya dengan pidana bersyarat ini, pengimbalan yang biasa diartikan sebagai pembalasan (walaupun tidak mutlak sifatnya) terlihat pada penjatuhan pidana yang tidak bersyarat. Dari tabel di atas
dapat terlihat jumlah pidana yang tidak bersyarat ini jumlahnya
jauh lebih banyak (56 perkara) dibandingkan pidana bersyarat
(11 perkara). Pidana yang tidak bersyarat ini ditinjau lamanya (16 hari pidana penjara sampai dengan
l
dari
tahun)
memenuhi syarat untuk penjatuhan pidana bersyarat, namun mengingat sifat perbuatan maupun latar belakang pelakunya,
maka untuk tujuan pengimbalan pidana penjara
singkat
dianggap lebih tepat. Sifat perbuatan yang tercela dan latar belakang pelaku yang sulit diperbaiki dengan sarana pidana
bersyarat juga ditunjukkan dengan pengenaan penahanan terhadap pelakunya selama pemeriksaan perkara berlangsung.
86
Ainal Hadi dan Kurniawan
D. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan 1
.
Adanya kesamaan pandangan/pertimbangan hakim dan jaksa penuntut umum daram penjatuhan pidana bersyarat. pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana bersyarat tersebut berum didukung oleh praktik peraksanaan pengawasan dan pembimbingan terpidana bersyarat yang memadai.
2'
Pengawasan terpidana bersyarat oreh jaksa masih terbatas pada
pemantauan (pasif)akibat belum adanya aturan yang khusus
mengenai
tata cara
pengawasan tersebut.
Sementara
pembimbingan terpidana bersyarat tidak dapat diraksanakan oreh petugas BApAS karena tidak dirakukan serahterima
terpidana oreh
jaksa kepada BApAS sebagai pembimbing.
3'
lmplementasi konsep pemidanaan integratif pada pidana bersyarat terlihat jelas sebagai sarana pencegahan khusus.
Saran
7. Disarankan kepada pemerintah agar dibentuk suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemberi advis apakah hakim perru memberikan
pidana bersyarat ataukah menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa.
2. Disarankan kepada pemerintah agar menunjuk lembaga pengawas yang sudah eksis di bidang peradiran (seperti Hakim pengawas dan Pengamat) untuk dapat bertindak sebagai koordinator dalam pengawasan dan pembimbingan terpidana bersyarat.
Ainal Hadi dan Kurniawan
87
Daftar Pustaka A.Z Abidin Farid, A. Hamzah, Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudon Delik don Hukum Penitensier, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Dwidja Priyatno, Sistem Peloksonoan Pidona Penjora di Indonesio, Refika Aditama, Bandung, 2(X)6. Harsono, HS, Sistern Boru Pembinoon Noropidono, Penerbit Djambatan, Jakarta,2OO6. Subagyo, Joko P, Metode Penelition Dolom Teori Don Prokek, Rineka Cipta, Jakarta, 1991Lamintang P-A-F, Hukum Penitensier lndonesio, Armico, Bandung, 1984.
Muladi, Barda Nawawi Arief, Bungo Rompai Hukum Pidono, Alumni, Bandung,1992. Muladi, Lembogo Pidono Bersyarot, Alumni, Bandung,2fi)2. Soerjono Soekanto, Pengantor Penelition Hukum, Penerbit Universitas lndonesia (Ul-Press), Jakarta, L986.
88
Ainal Hadi dan Kurniawan