Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
ANALISIS PERBEDAAN PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ANTARA SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) (Studi Kasus Usaha Kerajinan di Kampung Batik Laweyan) Meynani Dwi Sekar Sari 1), Kim Budiwinarto 2) 1)
Mahasiswa Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNSA 2) Dosen Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNSA
ABSTRACT Calculation of the cost of production is a very important activity undertaken by every company, the competition in the global world today not only demands the company to produce as much as possible but how the producers of goods is appropriate in the method of calculating the price produksinya.Apabila calculation of production cost less precise in Calculation, then what will happen is the price of goods production is too expensive so that the product is not interested consumers, on the contrary if the price is too low it will attract consumers to buy products produced by the company but this results in sales can not cover production costs if this condition continues Then it can lead to corporate bankruptcy. The object of this study is the cost that became the focus of the activities in the Kampung Batik Laweyan Enterprises to determine the allocation of raw material costs, labor costs and factory overhead costs charged to the product. The conclusion of this research is the activity based costing system approach to determine the cost of production of batik cloth in Laweyan is appropriate because the cost sharing is clear based on the trigger cost and resources consumed by each product. The cost of production of batik is calculated by conventional system and activity based costing (ABC) system, there is no significant difference in the cost of production either conventionally or activity based costing (ABC). Keywords: Raw Material Cost (BBB), Labor Cost (BTK), Factory Overhead Cost (BOP).
PENDAHULUAN Kegiatan oprasional suatu badan usaha, pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba.Apapun strategi yang dilakukan adalah untuk laba. Dari laba yang diperoleh perusahaan akan bertahan (survive) dan tumbuh (grow). Bertahan artinya perusahaan tidak merugi dan tumbuh artinya perusahaan dapat berkembang. Sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan alat strategi kunci untuk perusahaan yang bersifat kompleks.Dalam hal tersebut, sistem penentuan biaya berdasarkan
aktivitas (Activity Based Costing) dinilai mampu menutupi kelemahan dari sistem tradisional (konvensional) dalam pengaruhnya terhadap keakuratan data biaya.Manfaat sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menghasilkan informasi keakuratan biaya untuk pentuan Harga Pokok Produk (HPP). Kampung Laweyan yang identik dengan kampung batik, sebagian besar penduduknya merupakan saudagar batik yang sangat terkenal di Indonesia.Mayoritas penduduk di kampung ini bekerja sebagai pengrajin batik. Batik-batik itu dipajang
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 38
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
langsung di depan rumah mereka yang disulap menjadi ruang pamer atau butik. Ada yang terlihat mewah ada pula yang sederhana, tapi nuansa kuno tetap dipertahankan. Berdasarkan teori dan fakta yang ada di dalam perhitungan harga pokok produksi usaha kampung Batik di Laweyan terdapat gap atau kesenjangan karena menurut teori yang ada bahwa perhitungan konvensional digunakan untuk menghitung harga pokok produksi pada usaha yang menghasilkan output yang homogen, sedangkan fakta yang ada di lapangan produk yang dihasilkan oleh usaha kampung Batik Laweyan ada jenis output meliputi batik tulis sehingga kemungkinan ada ketidakakuratan dalam menentukan harga pokok produksi dan akan berimbas pada ketidakakuratan harga jual produk. Oleh karena itu menimbulkan pertanyaan berapa besarnya harga pokok produksi yang akurat dan efisien untuk produk Batik di Laweyan sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan dengan menggunakan sistem Activity Based Costing. Usaha Kampung Batik Laweyan yang masih menggunakan sistem konvensional dalam penentuan harga pokok produksi dengan output lebih dari satu produk mengakibatkan ketidakakuratan perhitungan harga pokok produksi, untuk perhitungan dengan sistem activity based costing sendiri belum pernah dicoba maupun diteliti sehingga penulis tertarik mengadakan penelitian untuk menganalisis perbedaan penghitungan harga pokok produksi antara sistem konvensional dengan sistem activity based costing kampung batik di Laweyan. PERUMUSAN MASALAH Sehingga dari paparan penjelasan di atas maka timbul permasalahan sebagai berikut:
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
1.
2.
3.
Apakah penghitungan harga pokok produksi dengan sistem konvensional pada usaha kampung batik di Laweyan, berdistribusi normal? Apakah penghitungan harga pokok produksi dengan sistem activity based costing (ABC) pada usaha kampung batik di Laweyan, berdistribusi normal? Apakah perbedaan antara sistem konvensional dan activity based costing (ABC) pada usaha kampung batik di Laweyan?
LANDASAN TEORI 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi menurut Blocher dkk (2000:90) adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode berjalan. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009:60) menyatakan harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Harga pokok produksi juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Seperti yang telah dikemukakan oleh Simamora (2000:547) yang mendefinisikan biaya produksi adalah biaya yang adigunakan untuk membeli bahan baku yang dipakai dalam membuat produk serta biaya yang dikeluarkan dalam mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi. Berdasarkan beberapa pendapat tentang harga pokok produksi di atas maka dapat dikemukan bahwa harga pokok produksi adalah total biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. 2. Manfaat harga pokok produksi Manfaat harga pokok produksi menurut Mulyadi (1999:71) manfaat Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 39
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
informasi harga pokok produksi adalah sebagai berikut : a. Menentukan harga jual produk b. Memantau realisasi biaya produksi c. Menghitung laba atau rugi periode tertentu d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalamproses yang disajikan dalam neraca 3. Unsur–unsur Harga Pokok Produksi Dalam memproduksi suatu produk, akan diperlukan beberapa biaya untuk mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. 4. Sistem Activity Based Costing Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas menurut Mulyadi (2003:53) adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalamjangka panjang melalui pengolahan aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut meng gunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing) menurut Slamet (2007:103) merupakan sistem pembebanan biaya dengan cara pertama kali menelusuri biaya aktivitas kemudian ke produk. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa activity based costing adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dan terfokus pada aktivitas- aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa dengan tujuan menyajikan informasi mengenai harga pokok produksi yang
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
5.
6.
7.
8.
9.
akurat, yang nantinya akan digunakan oleh manajer dalam mengambil keputusan. Konsep Dasar Sistem Activity Based Costing Ada dua keyakinan dasar yang melandasi sistem activity based costing menurut Mulyadi (2003:52) yaitu: a. Cost in caused. b. The causes of cost can be managed. Analisis Penggerak pada Sistem Activity Based Costing Aktivitas (activity) menurut Blocher dkk (2007:222) adalah perbuatan, tindakan, atau pekerjaan spesifik yang dilakukan. Suatu pekerjaan dapat berupa suatu tindakan atau kumpulan dari beberapa tindakan. Manfaat Sistem Activity Based Costing Activity based costing membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya konvensional. activity based costing juga memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana komposisi perbedaan produk, jasa dan aktivitas perusahaan yang memberi kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka panjang. Manfaat sistem Activity Based Costing (ABC) menurut Supriono (2007:280) yaitu: a. Menentukan biaya produk secara lebih akurat b. Meningkatkan mutu pembuatan keputusan c. Menyempurnakan perencanaan strategis Keterbatasan Sistem Activity Based Costing Keterbatasan Penggunaan Sistem activity based costing menurut Blocher dkk (2000:127) adalah: a. Alokasi b. Mengabaikan biaya c. Pengeluaran waktu yang dikonsumsi Kelebihan Sistem Activity Based Costing
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 40
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
Sistem activity based costing memiliki beberapa kelebihan menurut Hansen dan Mowen (2011:36), antara lain: a. Sistem activity based costing dapat memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya konvensional berdasarkan alokasi yang hanya menggunakan penggerak yang dilakukan oleh volume. b. Sistem activity based costing lebih jauh mengakui hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan kegiatan. c. Sistem activity based costing menghasilkan banyak informasi mengenai kegiatan dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. d. Sistem activity based costing menawarkan bantuan dalam memper baiki proses kinerja yang menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengidentifikasikan kegiatan yang banyak pekerjaan. e. Sistem activity based costing menyediakan data yang relevan hanya jika biaya setiap kegiatan adalah sejenis dan benar-benar proposional. 10. Perbandingan SistemKonvensional dan Sistem Activity Based Costing Perbedaan antara sistem biaya konvensional dan Activity Based Costing menurut Emblemsvag (2003:103) itu seperti siang dan malam, namun sumber perbedaan ini terletak pada dasar asumsi : a. Sistem biaya konvensional, yaitu produk mengkonsumsi sumber daya, dan biaya yang dialokasikan dengan menggunakan dasar alokasi tingkat unit. b. Activity Based Costing, yaitu produk mengkonsumsi aktivitas, mereka tidak langsung menggunakan sumber daya.
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
Biaya yang dilacak menggunakan driver bertingkat. Activity based costing merupakan suatu alternatif dari penentuan harga pokok produksi konvensional. Dimana penentuan harga pokok produksi konvensional adalah full costing dan variable costing, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu dengan menggunakan teknologi informasi dalam proses pengolahan produk dan dalam mengolah informasi keuangan. Perbedaan antara kedua metode ini dapat dilihat di tabel. Perbedaan Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Konvensional dan Sistem Activity Based Costing Penentuan harga pokok produksi konvensional Fokus
Lingkup
Produk Kalkulasi biaya produk untukpelaporan keuangan
Ketetapan
Perusahaan manufaktur
Manfaatan
Biaya pengendalian
Penentuan harga pokok produksi Activity Based Costing Aktivitas Biaya produksi, pengembangan dan penelitian, biaya pemasaran serta layanan pelanggan. Semua jenis perusahaan Pengurangan biaya melalui analisis aktivitas dan perbaikan berkelanjutan.
Sumber : Mulyadi 2006
11. Sistem Biaya Konvensional Penentuan harga pokok produksi konvensional terdiri dari full costing dan variable costing. Perhitungan harga pokok produksi menurut Slamet (2007:98) hanya membebankan biaya produksi pada produk. Biaya produk biasanya dimonitor dari tiga komponen biaya yaitu: bahan
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 41
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Pada sistem biaya konvensional, pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk tidak memilikitantangan khusus. Biayabiaya ditekankan pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung, atau penelusuran pendorong yang sangat akurat, dan sebagian besar sistem konvensional didesain untuk memastikan bahwa penelusuran ini dilakukan. Sedangkan pembebanan biaya overhead pabrik akan menimbulkan masalah dalam pembebanan biaya ke produk, karena hubungan antara masukan dan keluaran tidak dapat diobservasi secarafisik. Penggerak tingkat unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, upah tenaga kerja langsung, jam mesin, dan bahan langsung. Sistem biaya konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu biaya tetap dan biaya variabel dengan memperhatikan perubahanperubahan dalam unit atau volume produksi. Jika unit produk atau penyebab lain yang sangat berkaitan dengan unit yang diproduksi, seperti jam kerja langsung atau jam mesin dianggap sebagai cost driver yang penting. Cost driver berdasarkan unit atau volume ini digunakan untuk menetapkan biaya produksi kepada produk. Sistem ini dianggap lebih akurat untuk menentukan harga pokok produksi. Padahal metode ini juga masih tidak mempertimbangkan biaya yang berubah karena aktivitas atau proses yang berbeda dalam tiap aktivitas. 12. Keterbatasan Sistem Biaya Konvensional Sistem penentuan harga pokok konvensional, yang mendasarkan pada
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
volume sangat bermanfaat menurut Blocher dkk (2000:117) jika: a. Tenaga kerja langsung dan bahan merupakan faktor yang dominan dalam produksi. b. Teknologi stabil c. Ada keterbatasan produk 13. Kelemahan Sistem Biaya Konvensional Sistem biaya konvensional dapat dikatakan sebagai sistem biaya yang ketinggalan jaman atau telah usang. Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan jaman menurut Slamet (2007:103) adalah: a. Hasil dari penawaran sulit dijelaskan. b. Harga pesaing nampak lebih rendah sehingga kelihatan tidak masuk akal. c. Produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi d. Manajer operasional ingin menghentikan produk-produk yang kelihatan menguntungkan. e. Marjin laba sulit dijelaskan f. Pelanggan tidak mengeluh atas naiknya harga g. Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberi data biaya bagi proyek khusus, dan h. Biaya produk berubah karena peru bahan peraturan pelaporan KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan Produk Batik Tulis Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead Pabrik
Harga Pokok Produksi dengan Sistem Konvensional Perbandingan antara HPP dengan Sistem Activity Based Costing dan Sistem Konvensional
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 42
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
HIPOTESIS Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori yang digunakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah: Ho : Diduga tidak ada penghitungan harga pokok produksi sistem kon vensional di Kampung Batik Lawe yan, tidak berdistribusi normal. Ha : Diduga penghitungan harga pokok produksi sistem konvensional di Kampung Batik Laweyan, terdistri busi normal. Ho : Diduga tidak ada penghitungan harga pokok produksi sistem ABC di Kampung Batik Laweyan, tidak berdistribusi normal. Ha : Diduga penghitungan harga pokok produksi sistem ABC di Kampung Batik Laweyan, berdistribusi normal. Ho : Diduga tidak ada perbedaan yang Signifikan antara penghitungan har ga pokok perusahaan dengan peng hitungan harga pokok sistem kon vensional dengan sistem ABC di Kampung Batik Laweyan. Ha : Diduga ada perbedaan yang signifi kan antara penghitungan harga pokok sistem konvensional dengan sistem ABC di Kampung Batik Laweyan METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian, objek penelitian ini adalah biaya harga pokok produksi yang menjadi fokus dalam pembuatan 8 usaha kerajinandi batik laweyandan membandingkan sistem activity based costing dengan sistem konvensional mana yang lebih akurat menghitung harga pokok produksi tersebut. Pada usaha kerajinan di Kampung Batik Laweyan untuk mengalokasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik secara tepat dan akurat.
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
2. Subjek Penelitian, yang menjadi subjek penelitian ini adalah di Kampung Batik Laweyan yang berlokasi di Solo, Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian dimulai dari akhir Desember 2015 sampai dengan selesai. 3. Jenis Penelitian, jenis penelitian ini adalah kualitatif berdasarkan eksplanatory research, yaitu penelitian yang tujuannya untuk mengungkapkan atau mengexplore atau menjelaskan secara mendalam tentang variabel tertentu dan penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini akan mengkaji lebih dalam untuk perhitungan dengan sistem activity based costing dengan sistem konvensionaldalam menentukan harga pokok produksi pada usaha kerajinan di Kampung Batik Laweyan. 4. Variabel Penelitian, variabel penelitian ini adalah biaya-biaya yang menjadi fokus aktivitas dalam pembuatan batik antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. 5. Metode Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah datanya memiliki distribusi normal. Penelitian ini menggunakan pengujian dengan menggunakan metode analisis Kolmogorov-Smirnov dengan kreteria pengujian asymptotic significant (two tailed) alpha (a = 0,05), maka data memenuhi asumsi berdistribusi normal. b. Uji perbedaan rata-rata 1) Apabila datanya berdistribusi normal maka untuk mengetahui perbedaan rata-rata menggunakan uji t. 2) Apabila datanya tidak berdistribusi normal maka untuk mengetahui perbe daan rata-rata menggunakan mannwhitney
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 43
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Tulis berdasarkan Sistem Activity Based Costing Tabel 1. Batik Mahkota BBB BTK Jumlah Meter Rp % Rp % 300 5.400.000 92,95 6.000.000 103,29 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
BOP Rp % 6.027.219,66 103,76
HPP (Rp) 17.427.219,66
HPP/ meter 58.090,73
Tabel 2. Batik Cempaka BBB BTK Jumlah Meter Rp % Rp % 300 5.400.000 37,19 27.000.000 185,97 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
BOP Rp 11.155.709,52
% 76,84
HPP (Rp) 43.555.709,52
HPP/ meter 145.185,69
Tabel 3. Batik Puspa Kencana BBB BTK Jumlah Meter Rp % Rp % 300 5.400.000 130,15 1.200.000 28,93 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
BOP Rp % 5.847.219,66 140,92
HPP (Rp) 12.447.219,66
HPP/ meter 41.490,73
Tabel 4. Setia Lukisan Batik Jumlah BBB BTK Meter Rp % Rp % 300 5.400.000 108,94 3.750.000 75,66 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
BOP Rp % 5.720.719,68 115,40
HPP (Rp) 14.870.719,68
HPP/ meter 49.569,06
Tabel 5. Batik Tresno Mukti Jumlah BBB BTK Meter Rp % Rp % 300 5.400.000 88,26 8.100.000 132,39 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
BOP Rp 4.855.709,52
% 79,35
HPP (Rp) 18.355.709,52
HPP/ meter 61.185,69
Tabel 6. Batik Pandono Jumlah BBB BTK BOP Meter Rp % Rp % Rp 300 5.400.000 102,09 7.500.000 141,79 2.968.373,68 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
% 56,12
HPP (Rp) 15.868.373,68
HPP/ meter 52.894,57
Tabel 7. Batik Jofa BBB BTK BOP Jumlah Meter Rp % Rp % Rp 300 5.400.000 108,70 6.750.000 135,87 2.753.189,44 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
% 55,43
HPP (Rp) 14.903.189,44
HPP/ meter 49.677,29
Tabel 8. Batik Gress Tenan BBB BTK Jumlah Meter Rp % Rp % 300 5.400.000 89,67 8.100.000 134,49 Sumber : data primer yang diolah Desember 2015
BOP Rp 4.568.199,28
% 75,84
HPP (Rp) 18.068.199,28
HPP/ meter 60.227,33
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 44
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
Tabel 9. Penentuan HPP Batik Tulis Berdasarkan Sistem Konvensional Perusahaan
Jumlah meter 300 300 300 300 300 300 300 300
BBB (Rp)
BTK (Rp)
BOP (Rp)
HPP (Rp)
Batik Mahkota 5.400.000 Batik Cempaka 5.400.000 Batik Puspa Kencana 5.400.000 Setia Lukisan Batik 5.400.000 Batik Tresno Mukti 5.400.000 Batik Pandono 5.400.000 Batik Jofa 5.400.000 Batik Gress Tenan 5.400.000 Jumlah 43.200.000 Sumber : Data primer yang diolah Desember 2015
6.000.000 27.000.000 1.200.000 3.750.000 8.100.000 7.500.000 6.750.000 9.450.000 69.750.000
8.913.498 14.609.499 8.793.498 10.769.499 7.224.498 4.829.499 4.564.500 7.514.499 67.218.990
20.313.498 47.009.499 15.393.498 19.919.499 20.724.498 17.729.499 16.714.500 22.364.499 180.168.990
HPP/ meter (Rp) 67.711,66 156.698,33 51.311,66 66.398,33 69.081,66 59.098,33 55.715,00 74.548,33 600.563,3
Tabel 10. Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem Konvensional denganSistem Activity Based Costing (ABC) Perusahaan Batik Mahkota Batik Cempaka Batik Puspa Kencana Setia Lukisan Batik Batik Tresno Mukti Batik Pandono Batik Jofa Batik Gress Tenan Jumlah
HPP Konvensional (Rp) 20.313.498 47.009.499 15.393.498 19.919.499 20.724.498 17.729.499 16.714.500 22.364.499 180.168.990
Analisis Perbandingan Sistem Konvensional dengan Sistem Activity Based Costing (ABC), Penelitian ini melibatkan 8 perusahaan batik tulis kampung batik Laweyan Surakarta pada bulanDesember 2015.Dari 8 perusahaan akan
HPP ABC (Rp) 17.427.219,66 43.555.709,52 12.447.219,66 14.870.719,68 18.355.709,52 15.868.373,68 14.903.189,44 18.068.199,28 155.496.340,44
diteliti perbedaan harga pokok produksi dengan sistem konvensional dan sistem activity based costing (ABC). Hasil survey diperoleh data yang dideskripsikan seperti pada tabel 11. sebagai berikut :
Tabel 11. Deskripsi harga pokok produksi Sistem Perhitungan
Min
Max
Rata-rata
SD
Konvensional Activity Based Costing
15.393.498,00
47.009.499,00
22.521.123,75
10.156.311,03
Nilai sig dengan Uji K-S 0,195
12.447.219,66
43.555.709,52
19.437.042,56
9.941.203,201
0,122
Dari tabel tersebut nampak bahwa ratarata harga pokok produksi dengan menggunkan sistem konvensional adalah sebesar Rp 22.521.123,75- dengan stardar deviasi sebesar Rp 10.156.311,03, harga pokok minimumnya sebesar Rp15.393.498,00, dan harga pokok maksimumnya sebesar Rp 47.009.499,00. Sedangkan rata-rata harga pokok produksi dengan menggunkan sistem activity based costing (ABC) adalah sebesar
Rp19.437.042,56,dengan stardar deviasi sebesar Rp 9.941.203,201, harga pokok minimumnya sebesar Rp12.447.219,66, dan harga pokok maksimumnya sebesar Rp43.555.709,52. Uji normalitas dilakukan terhadap harga pokok produksi dengan sistem konvensional dan sistem activity based costing (ABC). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data apakah normal atau
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 45
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
tidak normal secara analitik dan akan menentukan uji statistik yang sesuai. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan ujiKolmogorov-Smirnov. Apabila sebaran data normal, maka analisis yang akan digunakan untuk mengetahui perbedaan harga pokok produksi batik tulis dengan sistem konvensional dan sistem activity based costing (ABC) adalah uji t (statistik parametrik). Hasil uji Kolmogorov-Smrinov dapat dilihat pada tabel 4.11 dari tabel tersebut nampak bahwa nilai signikansinya yang diperoleh dari bantuan software SPSS adalah 0,195 untuk uji normalitas data harga pokok produksi batik tulis dengan sistem konvensional dan 0,122 untuk uji normalitas
data harga pokok produksi batik tulis dengan sistem activity based costing (ABC). Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05, ternyata data harga pokok produksi batik tulis yaitu dengan sistem konvensional dan sistem activity based costing (ABC) adalah berdistribusi normal, karena nilai sig> 0,05. Setelah asumsi kenormalan data dilakukan dan ternyatadata harga pokok produksi batik tulis dengan sistem konvensional dan sistem activity based costing (ABC) adalah berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji t. Dengan bantuan software SPSS diperoleh hasil sperti yang disajikan pada tabel 12 berikut ini:
Tabel 12 perhitungan uji t
Di dalam uji t, terdapat 2 dasar perhitungan yang tergantung dari hasil uji varians kedua kelompok tersebut [sitem konvensional dan sistem activity based costing (ABC)] yaitu dengan uji Levene. Dari hasil perhitungan uji Levene, diperoleh F-hitung sebesar 0,001 dengan nilai sig sebesar 0,981 (lihat tabel 4.25). Dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05, ternyata nilai sig> 0,05, sehingga data harga pokok produksi batik tulis dengan sistem konvensional dan sistem activity based costing (ABC) adalah sama (homogen/equal variances assumed). Dari hasil perhitungan dengan menggunakan dasar equal variances assumed diperoleh nilai t sebesar 0,614 dengan nilai sig sebesar 0,549. Dengan
menggunakan taraf signifikan sebesar 0,05, ternyata nilai sig> 0,05, sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pokok produksi batik tulis dengan sitem konvensional dan sistem activity based costing (ABC). Dengan kata lain, bahwa perbedaanharga pokok produksi batik tulis dengan sitem konvensional dan sistem activity based costing (ABC) adalah tidak signifikan. Oleh karena itu, secara empiris bahwa hasil perhitungan harga pokok produksi batik tulis dengan sitem konvensional dan sistem activity based costing (ABC) adalah sama, sehingga untuk menentukan harga pokok produksi batik tulis bisa menggunakan sistem konvensional maupun sistem activity based costing (ABC)
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 46
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka selanjutnya dapat disimpulkan bahwa: Harga pokok produksi batik tulis menggunakan sistem activity based costinglebih kecil dan akurat apabila dibandingkan dengan sistem konvensional yang karena benar-benar mencerminkan konsumsi sumber daya yang sebenarnya. Perbedaan yang terjadi antara harga pokok produksi menggunakan sistem konvensional dan sistem activity based costing disebabkan karena pembebanan overhead pada masingmasing produk. 1. Dengan menggunkan sistem konvensional adalah sebesar Rp 22.521.123,75- dengan stardar deviasi sebesar Rp 10.156.311,03, harga pokok minimumnya sebesar Rp 15.393.498,00, dan harga pokok maksimumnya sebesar Rp 47.009.499,00. 2. Sedangkan rata-rata harga pokok produksi dengan menggunkan sistem activity based costing (ABC) adalah sebesar Rp 19.437.042,56, dengan stardar deviasi sebesar Rp 9.941.203,201, harga pokok minimumnya sebesar Rp 12.447.219,66, dan harga pokok maksimumnya sebesar Rp 43.555.709,52. 3. Harga pokok produksi batik tulis dihitung dengan sistem konvensional dan sistem activity based costing (ABC), tidak terdapat perbedaan signifikan hasil perhitungan harga pokok produksi baik secara sistem konvensional maupun sistem activity based costing (ABC). REFERENSI Blocher, Edward J., Chen Kung H. Lin, Thomas W.2000. Manajemen Biaya: Dengan Tekanan strategik. Jakarta: Salemba Empat.
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
-------. 2001. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat. -----. 2007. Cost Management: Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Jakarta: Salemba Empat. Eddy Yusuf. Analisis Biaya Produksi Berdasarkan PerhitunganMetode Activity Based Costing dan Metode Konvensional (Studi Kasus di PT. Braja Mukti Cakra), Infomatek Volume 6Nomor 4. 2004. Emblemsvag, Jan. 2003. Life Cycle Costing : Using Activity-Based Costing and Monte Carlo Methods to Manage Future Costs and Risks. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen 2006. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. ---------- 2009. Managerial Accounting: Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat. ---------- 2011. Managerial Accounting: Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat. Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang. Yogyakarta: BPFE. Horngren, Charles T., Dastar., Srikant M. Foster, dan George. 2005. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Media Kumar, Sameer dan Matthew. 2007. Supply Chain Cost Control Using ActivityBased Management. New York: Auerbach Publications. Mulyadi. 1999. Akuntansi Manajerial. Yogyakarta: Aditya Medika ---------- 2000. Akuntansi Biaya. Edisi Lima. Yogyakarta: Aditya Medika. ---------- 2001. Sistem Akuntansi , Edisi Ketiga. Yogyakarta: Salemba Empat. ---------- 2003. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. -----------2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 47
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
ISSN 2085-2215 Vol.14 No.4 Oktober 2016
Mulyadi, dan Setiawan Jhonny. 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat ya Penekanan Manajerial. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Media. Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat Slamet, Achmad. 2007. Penganggaran, Perencanaan dan Pengendalian Usaha. Semarang: UNNES Press. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Supriono.2007. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Tekhnologi Maju dan Globalisasi edisi II. Yogyakarta: BPFE. Rr. Eka SriMulyanti.PerhitunganHarga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (ABC) System Pada Perusahaan GarmentCV. Layonsari Kuta. Skripsi Fakultas EkonomiUniversitas Udayana. 2003. Yuita Andriani. Analisis Penggunaan Sistem Activity Based Costing dalam Meningkatkan Akurasi Biaya (Studi Kasus: PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Bekasi). Skripsi FakultasEkonomi Universitas Gunadarma. 2003.
Pengaruh Capital……….Periode 2009-2013 | 48