Modul ke:
Metodologi Penelitian Kuantitatif Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah (Lanjutan)
Fakultas
ILMU KOMUNIKASI Program Studi
Penyiaran www.mercubuana.ac.id
Finy F. Basarah, M.Si
Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah (Lanjutan) Metodologi Penelitian Kuantitatif •Ruang lingkup: Pengetahuan teoritis mengenai pengertian dan ruang lingkup Metode Penelitian •Kompetensi: Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ruang lingkup Metodologi Penelitian Sosial.
Berpikir Ilmiah • • • •
Merumuskan masalah Mengajukan hipotesis Melakukan verifikasi data Menarik kesimpulan
Berpikir Analitis (Deduksi) • Berpikir analitis atau deduktif adalah suatu proses berpikir, yang mempergunakan premispremis khusus. • Deduksi dapat dinyatakan suatu proses berpikir dari hal-hal yang umum menuju halhal yang khusus.
Proposisi dan Silogisme • Proposisi berarti pernyataan yang menolak ataupun menerima, membenarkan suatu kondisi. • Silogisme adalah suatu argumen yang terdiri dari tiga buah proposisi: dua proposisi awal desebut premis mayor dan premis minor, sedangkan proposisi terakhir disebut konklusi. • Jadi, konklusi dibentuk dari dua proposisi sebelumnya.
• Umumnya ada empat silogisme yang digunakan dalam berpikir analitis, yaitu kategoris, bersyarat, pilihan atau alternatif, dan melerai atau disjungtif
Silogisme Kategoris • Semua orang Minang, senang masakan pedas (premis mayor). • Zainal orang Minang (premis minor). • Jadi, Zainal senang masakan pedas (konklusi).
Silogisme Bersyarat • Orang Batak kelahiran Tarutung kalau bicara suaranya keras (premis mayor). • Si Bonar orang Batak kelahiran Tarutung (premis minor). • Jadi, si Bonar kalau bicara suaranya keras (konklusi).
Silogisme Pilihan atau Alternatif • Amin tamat S-1 harus memilih kerja atau lanjut kuliah S-2 (premis mayor). • Umar memilih kerja (premis minor). • Jadi, Umar tidak lanjut kuliah S-2 (konklusi).
Silogisme Melerai atau Disjungtif • Anggota Dewan harus mengawal penggunaan APBN oleh Pemerintah (premis mayor). • Umar anggota Dewan (premis minor). • Jadi, Umar harus mengawal penggunaan APBN oleh Pemerintah (konklusi).
Berpikir Sintesis (Induksi) • Berpikir sintesis berangkat dari fakta, data, berbagai kasus individual atau pengetahuan yang bersifat khusus, menuju konklusi yang umum.
Induksi Komplit • Cara berpikir sintesis-konklusi diperoleh dari berpikir induksi komplit yang menghasilkan tingkat kepercayaan yang tinggi. • Cara seperti ini hanya dapat efektif dan efisien jika digunakan untuk permasalahan “kecil”, yaitu permasalahan yang dihadapi oleh populasi yang tidak besar/banyak.
• Hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: – Seberapa luas cakupan analisis seseorang. – Bagaimana kompleksitas masalah yang dipertanyakan. – Bagaimana kredibilitas orang yang melakukan analisis. – Seberapa besar dana yang mendukung aktivitas ini. – Apakah waktu untuk bekerja semacam ini tersedia dan cukup memadai.
• Contoh induksi ini adalah sbb.: – Aswin, alumni angkatan 2011, dari Universitas X, berkarier baik di instansi pemerintah. – Joko, alumni angkatan 2011, dari Universitas X, berkarier baik di instansi pemerintah. – Busra, alumni angkatan 2011, dari Universitas X, berkarier baik di instansi pemerintah. – Nani, alumni angkatan 2011, dari Universitas X, berkarier baik di instansi pemerintah. – Konklusinya: Pendidikan yang baik di Universitas X.
Induksi Tidak Komplit • Kesimpulan dirumuskan dengan mempergunakan sebagian saja dari hasil observasi terhadap objeknya, tetapi berlaku bagi keseluruhan kelompok atau jenis objek yang dikenai kesimpulan umum itu.
Induksi Sistem Bacon • Bacon menganjurkan agar semua orang yang menginginkan kebenaran harus mengobservasi sendiri variabel-variabel yang dijadikan alat ukur kebenaran yang diinginkan. • Sehubungan dengan itu, untuk mencapai kebenaran, Bacon (Nawawi, 2003: 19) mengukur variabel-variabel dengan tiga jenis pencatatan ciri-ciri (tabulasi) sbb.:
• Pencatatan ciri-ciri positif, yaitu gejala-gejala yang pasti timbul jika terdapat suatu peristiwa atau kondisi. • Pencatatan ciri-ciri negatif, yakni gejala-gejala yang tidak timbul jika terdapat suatu peristiwa atau kondisi. • Pencatatan variasi gejala, yakni ada tidaknya perubahan gejala-gejala jika terjadi perubahan-perubahan pada suatu peristiwa atau kondisi.
Sikap Ilmiah • Sifat ilmiah yang paling utama adalah sikap objektif dalam ari cinta kebenaran, bersikap jujur, dan berkemauan menjelaskan sesuatu berdasarkan fakta. • Sikap ilmiah juga mencakup keterbukaan dalam arti siap menerima kritik, menghargai pendapat orang lain, dan bersedia mengadakan introspeksi diri.
Terima Kasih Finy F. Basarah, M.Si