ICRA Indonesia Rating Feature January 2011
Metodologi Pemeringkatan untuk Lembaga Pembiayaan bukan Bank Lembaga pembiayaan bukan bank (Lembaga Pembiayaan) memainkan peran yang penting dalam pasar keuangan di Indonesia. Dibandingkan dengan bank, lembaga pembiayaan memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam struktur pengendalian dan pengoperasian, dan juga diberi kebebasan untuk memberikan pinjaman tanpa harus memprioritaskan sektor-sektor tertentu, ataupun harus mencadangkan dana wajib kepada bank sentral. Namun, terdapat aturan-aturan yang membatasi jasa-jasa apa saja yang dapat ditawarkan oleh lembaga pembiayaan dan pilihan-pilihan pembiayaan yang dapat mereka peroleh. Lembaga pembiayaan juga tidak diperbolehkan menggalang dana langsung dari masyarakat. Pada umumnya, lembaga pembiayaan di Indonesia memberikan jenis-jenis kredit sebagai berikut:
Pembiayaan Konsumen (Untuk pembelian kendaraan komersial dan non komersial, barangbarang elektronik, dan lain-lain) Sewa Guna Usaha Anjak piutang Usaha kartu kredit Perusahaan modal ventura Pembiayaan infrastruktur
Dalam melakukan pemeringkatan terhadap lembaga pembiayaan, ICRA Indonesia melakukan evaluasi atas resiko bisnis dan resiko keuangan dari perusahaan, dan menggunakan hasil evaluasi tersebut untuk memproyeksikan tingkat dan kestabilan dari kinerja keuangan perusahaan tersebut di masa depan berdasarkan berbagai macam kemungkinan skenario yang ada. Peringkat ditentukan berdasarkan azas “going concern” dan bukan hanya berdasarkan penilaian atas tingkat aset dan hutang perusahaan pada suatu tanggal tertentu saja. Parameter-parameter umum yang digunakan untuk menilai resiko bisnis dan resiko keuangan dari suatu lembaga pembiayaan ( seperti ditunjukkan oleh daftar di bawah) dibahas secara mendalam pada dua bagian berikut ini. Metodologi ini tidak bertujuan untuk membahas seluruh parameter pemeringkatan yang digunakan dalam pemeringkatan kredit dari lembaga pembiayaan, namun bertujuan menyampaikan secara umum kerangka kerja yang digunakan saat melakukan pemeringkatan.
Resiko Bisnis o Kondisi lingkungan operasional perusahaan o Struktur Kepemilikan o Franchise dan ukuran (size) perusahaan, posisi kompetitif o Manajemen, sistem dan strategi dari perusahaan, struktur tata kelola
Resiko Keuangan o Kualitas dari aset yang dimiliki perusahaan o Likuiditas o Profitabilitas o Kecukupan Modal
Walaupun terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk menilai resiko bisnis dan resiko keuangan, seberapa penting suatu parameter dibandingkan dengan parameter yang lainnya dapat berbeda-beda untuk setiap perusahaan, tergantung potensi dari parameter tersebut untuk merubah profil resiko secara keseluruhan dari perusahaan. Sebagai contoh, dalam lingkungan operasional perusahaan yang sedang normal, suatu perusahaan pembiayaan konsumen yang relatif baru dapat menunjukkan profitabilitas yang sangat baik, namun hal itu mungkin tidak dapat dipertahankan setelah melalui beberapa siklus usaha. Oleh karena itu, bobot yang lebih tinggi akan dikenakan pada profil resiko bisnis dibandingkan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang memiliki profil resiko bisnis yang kuat dan kinerja keuangan yang stabil akan dianggap lebih baik dibandingkan perusahaan lain yang kinerja keuangannya sama atau bahkan lebih baik, tapi memiliki profil resiko bisnis yang lebih lemah. ICRA Indonesia
RESIKO BISNIS Penilaian yang dilakukan ICRA Indonesia atas resiko bisnis dilakukan dengan analisis yang menyeluruh atas kondisi lingkungan operasional perusahaan (operating environment), serta nilai franchise, kualitas aset, manajemen dan sistem yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Karena sebagian besar dari parameter ini bersifat kualitatif, ICRA Indonesia berusaha menghilangkan terjadinya subyektivitas dengan cara mendapatkan dan menilai informasi berdasarkan sub parameter yang terdefinisikan, yang akan diperbandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Analisis yang dilakukan juga mempertimbangkan penilaian ICRA Indonesia akan kinerja dari berbagai sektor, prospek ekonomi di masa yang akan datang, serta hal-hal yang berhubungan dengan kondisi lingkungan operasional perusahaan.
Lingkungan Operasional Perusahaan
Lingkungan operasional perusahaan dapat amat mempengaruhi prospek pertumbuhan dan kualitas aset dari perusahaan pembiayaan dan oleh karenanya memiliki peran penting dalam pemeringkatan. Dalam melakukan penilaian akan lingkungan operasional perusahaan, ICRA Indonesia mempertimbangkan kondisi ekonomi secara keseluruhan, prospek dari industri dimana kelompok aset yang sedang diberikan pembiayaan beroperasi serta kondisi peraturan yang ada. Contoh, untuk perusahaan pembiayaan konsumen untuk mobil komersial, tingkat kegiatan ekonomi dan biaya pengapalan/pengangkutan barang adalah sangat penting untuk diketahui, sementara untuk perusahaan pembiayaan perumahan, prospek industri real estate penting dicermati baik dari sisi peningkatan nilai aset maupun dari sisi kualitas aset. Perubahan-perubahan dalam peraturan dapat secara signifikan mempengaruhi (baik secara positif maupun negatif) besarnya kerugian kredit (credit losses) dari perusahaan pembiayaan. Sebagai contoh, Sistem Informasi Debitur (SID) yang dibuat Bank Indonesia bertujuan untuk membantu lembaga pembiayaan mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu akan debitur mereka. Namun, kenyataan di lapangan, saat ini lembaga pembiayaan masih mengalami kendala teknis dalam memanfaatkan SID, dikarenakan belum adanya data kependudukan yang baku (masih terbuka kemungkinan untuk seorang debitur memiliki lebih dari satu kartu identitas dengan alamat berbeda). Hal ini tentu saja berakibat pada lemahnya validitas informasi yang dihasilkan dari SID. Intensitas persaingan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profil kredit dari suatu lembaga pembiayaan, dikarenakan intensitas kompetisi saat ini atau yang diantisipasi akan terjadi akan mempengaruhi prospek pertumbuhan, laba dan strategi manajemen perusahaan. Evaluasi dari ICRA Indonesia memfokuskan pada tingkat kompetisi saat ini dan juga keatraktifan suatu segmen untuk mengundang kompetisi baru dengan menilai beberapa faktor termasuk potensi pertumbuhan, halangan untuk masuk (entry barriers) dan tingkat pengembalian setelah memperhitungkan resiko.
Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dapat memainkan peran kunci dalam profil kredit suatu perusahaan. Perusahaan induk (promoter) yang kuat dan sinergi yang strategis antara bisnis lembaga pembiayaan dan bisnis perusahaan induk dapat berdampak positif bagi profitabilitas, likuiditas dan permodalan dari lembaga pembiayaan tersebut yang pada akhirnya bermanfaat bagi profil kreditnya. Dalam menilai struktur kepemilikan suatu lembaga pembiayaan, parameter-parameter yang menjadi bahan penilaian adalah : profil kredit dari pemilik, struktur kepemilikan saham lembaga pembiayaan tersebut, sinergi operasional antara lembaga pembiayaan dengan promoter , tingkat keterlibatan promoter dalam lembaga pembiayaan, tingkat komitmen dan rekam jejak promoter dalam menyediakan dukungan dana.
Struktur Tata Kelola
ICRA Indonesia mempercayai struktur tata kelola perusahaan yang memadai adalah hal yang penting untuk memberikan keyakinan bahwa kewenangan yang diberikan kepada lini manajer dari suatu lembaga pembiayaan dilaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan, dan prosedur-prosedur tersebut tidak bertentangan dengan acuan kebijakan dan tujuan-tujuan strategis secara luas dari lembaga pembiayaan tersebut. Evaluasi ICRA Indonesia terhadap struktur tata kelola dari lembaga pembiayaan mencakup penilaian aspek-aspek struktural dari dewan komisaris dan komite setingkat dewan komisaris dan penilaian akan berjalannya fungsi dari bermacam-macam komite dewan komisaris.
ICRA Indonesia
Page 2 of 6
Franchise dan ukuran perusahaan
Bagi suatu lembaga pembiayaan, kekuatan franchise menentukan kapasitas dari perusahaan pembiayaan untuk tumbuh dan di saat yang sama mempertahankan tingkat pengembalian yang wajar yang telah mempertimbangkan faktor resiko, juga untuk mempertahankan kehandalan pendapatan (resilience of income) dan memfasilitasi prediktabilitas dari kinerja keuangannya di masa yang akan datang. Penting untuk diingat, suatu perusahaan pembiayaan dengan pangsa pasar yang signifikan (perusahaan yang besar karena posisinya dibandingkan pasar secara keseluruhan) maupun pemain segmentasi khusus (niche player- perusahaan yang lebih kecil karena target pasarnya yang unik atau karena hubungannya yang kuat dengan para pemain utama di target segment yang mereka tuju) dapat memiliki franchise yang kuat yang dapat bermanfaat bagi profil kredit mereka. Sementara untuk ukuran perusahaan, biasanya penilaian dilakukan dengan memperhatikan bauran kredit dari lembaga pembiayaan dan hal ini memiliki pengaruh terhadap posisi kompetitif, keberagaman, konsentrasi resiko kredit, stabilitas pendapatan dan fleksibilitas keuangan dari perusahaan.
Manajemen, sistem dan strategi
Kualitas dari manajemen (terutama dewan direksi), kebijakan dan sistem, ekspektasi pemegang saham dan strategi yang diambil untuk mengelola ekspektasi-ekspektasi tersebut serta kualitas akuntansi adalah batu fondasi yang digunakan sebagai bangunan profil resiko kredit dari suatu lembaga pembiayaan. Faktor-faktor ini akan semakin penting untuk lembaga pembiayaan yang baru dibentuk, dengan rekam jejak yang masih pendek, atau lembaga pembiayaan yang mengalami perubahan profil bisnis. Dalam mengevaluasi manajemen , sistem dan strategi dari suatu lembaga pembiayaan, ICRA Indonesia melakukan penilaian atas posisi kompetitif perusahaan (kemampuan untuk merubah norma pinjaman dan/atau bunga pinjaman), ketergantungan pada jasa sub kontrak (outsourcing), kecepatan pertumbuhan, kecepatan tanggap terhadap perubahan-perubahan pasar, rekam jejak dan pengalaman dewan direksi (dalam hubungannya dengan rencana pertumbuhan dan siklus umur dari kredit yang diberikan). Selain itu juga seberapa terdiversifikasi portofolio kredit (pinjaman)-nya. Untuk rekam jejak, evaluasi dilakukan berdasarkan siklus bisnis yang telah dilewati. Perusahaan pembiayaan konsumen untuk mobil (dimana jangka waktu pinjaman biasanya 3-4 tahun) yang sdh beroperasi 5-6 tahun dapat dianggap memiliki rekam jejak yang cukup baik. Namun, perusahaan pembiayaan perumahan berusia sama hanya akan dianggap memiliki rekam jejak berkualitas rata-rata karena jangka waktu pinjaman untuk KPR adalah antara 15-20 tahun. Kemudian, bila perusahaan melakukan ekspansi ke produk atau wilayah baru, rekam jejak maupun pengalaman manajemen mungkin tidak akan mencapai tingkat sejajar dengan perusahaan dengan pertumbuhan stabil yang tumbuh pada lokasi dan produk yang sama. Seluruh pemeringkatan kredit, termasuk untuk sektor lembaga pembiayaan, melihat pentingnya mengikutsertakan penilaian akan kualitas dari manajemen perusahaan yang sedang diperingkat, dan juga kekuatan/kelemahan yang diakibatkan karena perusahaan tersebut berada dibawah suatu kelompok perusahaan tertentu. Penilaian ini sebagian besar bersifat subyektif, walaupun rekam jejak dari manajemen bisa dijadikan faktor pendukung yang aktual. Biasanya, diskusi yang mendalam dilakukan dengan manajemen perusahaan lembaga pembiayaan yang diperingkat yang bertujuan untuk memahami tujuan-tujuan, rencana dan strategi bisnis dan pandangan manajemen mengenai kinerja di masa lalu dan prospek kinerja di masa depan. Beberapa faktor yang dinilai adalah: o o o o o o
ICRA Indonesia
Pengalaman dari promoter/manajemen pada bidang usaha lembaga pembiayaan tersebut. Komitmen dari promoter/manajemen terhadap bidang usaha lembaga pembiayaan tersebut. Sikap dari manajemen atas pengambilan dan pengendalian resiko. Kebijakan pengelolaan resiko dari lembaga pembiayaan tersebut (resiko kredit dan resiko pasar) Kekuatan dari perusahaan lain dalam satu grup perusahaan yang sama dengan lembaga pembiayaan tersebut. Kemampuan dan kemauan dari grup untuk mendukung lembaga pembiayaan tersebut misalnya melalui penambahan modal, bila diperlukan.
Page 3 of 6
Evaluasi yang cermat atas kebijakan pengelolaan resiko harus dilakukan karena hal itu memberikan panduan penting dalam mengevaluasi pengaruh dari kondisi krisis (stress events) atas likuiditas, profitabilitas dan permodalan dari perusahaan. ICRA Indonesia membandingkan kebijakan-kebijakan underwriting yang dimiliki lembaga pembiayaan tersebut dengan kelaziman (best practices) di industri untuk melakukan penilaian terhadap profil resiko perusahaan tersebut. Penilaian profil resiko juga melibatkan evaluasi terhadap praktek-praktek pelaksanaan bisnis lembaga pembiayaan tersebut (dilakukan sendiri vs dilakukan pihak lain), disamping sistem penagihan dan pengawasan mereka. ICRA Indonesia juga mengevaluasi rencana-rencana bisnis dan strategi dari lembaga pembiayaan tersebut dan juga ekspektasi pemegang saham dari perusahaan. Walaupun pemeringkatan yang ditetapkan ICRA Indonesia ditujukan untuk pemegang surat hutang, memenuhi ekspektasi pemegang saham adalah penting karena, bila tidak, strategi perusahaan tersebut juga bisa mengalami perubahan (untuk memenuhi ekspektasi pemegang saham), yang pada akhirnya akan mempengaruhi profil kreditnya.
RESIKO KEUANGAN (FINANSIAL)
Kualitas Aset Kualitas aset berperan penting dalam memprediksi kinerja finansial perusahaan pembiayaan di masa yang akan datang. Fokus dari evaluasi atas kualitas aset adalah pada proyeksi kerugian selama perusahaan beroperasi (lifetime losses), perubahan kerugian menurut beberapa skenario, pengaruh biaya-biaya yang timbul akibat pemberian kredit (credit costs) terhadap profitabilitas dan penyangga (cushions) yang tersedia (dalam bentuk modal atau penyisihan/provisi) untuk melindungi pemegang surat hutang dari pemburukan kualitas aset yang tidak terduga. Dalam melakukan evaluasi atas kualitas aset dari lembaga pembiayaan, ICRA Indonesia menilai kualitas dari proses evaluasi kredit dan norma pemberian kredit, tingkat resiko dari portofolio kredit, ketertarikan terhadap resiko (risk appetite), ketersediaan data untuk memfasilitasi keputusan kredit, dan rekam jejak dalam mengelola portofolio pinjaman dalam beberapa siklus bisnis perusahaan. Penilaian juga dilakukan atas konsentrasi resiko kredit, kecenderungan (trend) dalam kelayakan pelanggan, trend dalam kredit bermasalah (disesuaikan dengan umur dari kredit bermasalah tersebut), % aset bermasalah (non-performing assets-NPA) kotor, % NPA bersih dan NPA bersih dibandingkan dengan total modal dan sebagainya. Disamping itu, seberapa terdiversifikasinya aset dari lembaga pembiayaan tersebut juga merupakan indikator penting dari kualitas asetnya. Dalam melakukan penilaian atas diversifikasi, faktor-faktor yang pada umumnya diperhatikan mencakup bauran kredit, resiko kredit, sebaran (granularity) dari portofolio, diversifikasi geografis, dan profil peminjam. Tingkat diversifikasi yang tinggi dapat membentengi lembaga pembiayaan dari pengaruh pemburukan kondisi di satu segmen. Tapi, diversifikasi ke segmen-segmen yang lebih beresiko belum tentu meningkatkan ketahanan dari perusahaan dan oleh karenanya belum tentu akan memperbaiki peringkat. Kemampuan suatu lembaga pembiayaan untuk mengelola diversifikasi, terutama dalam bisnis yang jumlahnya banyak dan/atau wilayah-wilayah baru adalah suatu hal penting, sepenting kedalaman manajemen dan kemampuan untuk mengadopsi keahlian dan tehnik-tehnik yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis. Indikator-indikator dari kualitas aset dapat berbeda tergantung dari kelompok aset, profil peminjam, norma pencatatan/pengakuan NPA dan kebijakan akuntansi dalam mencatat hapus buku (write-offs). Karena itu, membandingkan indikator-indikator ini antara perusahaan yang berkecimpung dalam kelompok aset yang berbeda mungkin tidak memberikan hasil yang berarti. Untuk membuat perbandingan lebih berarti, ICRA Indonesia melakukan perbandingan atas kredit bermasalah pada tingkat 30hari+, 60 hari+, 90 hari+ untuk kelompok aset dan profil peminjam yang sama, disesuaikan dengan pengenaan hapus buku. Bila tersedia, analisis static pool dapat digunakan karena memberikan estimasi yang cukup berarti atas kerugian yang terjadi pada berbagai tahap yang terdapat dalam suatu siklus kredit dan juga proyeksi kerugian yang terjadi selama perusahaan beroperasi. Analisis ini juga terbebas dari distorsi yang disebabkan oleh tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi.
Likuiditas Penting bagi perusahaan pembiayaan untuk menjaga profil likuiditas yang cukup untuk menjaga lancarnya aktivitas pendanaan mereka termasuk untuk meningkatkan nilai aset dan juga memenuhi kewajiban/komitmen secara tepat waktu. Penting juga bagi perusahaan pembiayaan
ICRA Indonesia
Page 4 of 6
untuk mengelola resiko tingkat suku bunga karena hal itu dapat mempengaruhi profitabilitas di masa depan. Penilaian ICRA Indonesia terhadap likuditas mencakup evaluasi atas kebijakan likuiditas perusahaan, profil jatuh tempo dari aset dan kewajiban yang dimilikinya dan kesenjangan yang terjadi serta cadangan (back-up) yang tersedia untuk mengisi kesenjangan tersebut. Evaluasi yang dilakukan ICRA Indonesia juga memfokuskan pada diversifikasi dari sumber-sumber pendanaan dan kualitas dari sumber-sumber pendanaan tersebut (sering kali diukur melalui ketersediaan sumber-sumber tersebut pada saat krisis).
Profitabilitas Kemampuan suatu lembaga pembiayaan untuk menghasilkan laba yang memadai adalah hal yang penting baik dilihat dari sisi pemegang saham maupun pemegang surat hutang. Fokus dari evaluasi yang dilakukan ICRA Indonesia adalah memprediksi tingkat dan kualitas dari pendapatan di masa yang akan datang dengan secara cermat mengamati elemen-elemen dasarnya – selisih bunga pinjaman dan bunga simpanan (interest spreads), pendapatan non bunga (fee based income), biaya operasional dan biaya-biaya yang terjadi akibat pemberian kredit (credit costs). Evaluasi atas profitabilitas dimulai dengan interest spreads (imbal hasil kredit dikurangi biaya bunga atas sumber pendanaan (cost of funds)) dan trend-nya dengan adanya perubahan pada lingkungan operasional perusahaan, posisi likuiditas dan strategi perusahaan. Penilaian juga dilakukan atas kemampuan perusahaan pembiayaan menghasilkan pendapatan non bunga (pendapatan berbasiskan fee). Porsi yang lebih tinggi dari pendapatan berbasiskan fee menandakan adanya diversifikasi dan karenanya dapat meningkatkan kehandalan dari pendapatan dan oleh karenanya positif bagi profil resiko perusahaan. Setelah melakukan penilaian atas arus pendapatan, ICRA Indonesia mengevaluasi efisiensi kegiatan operasional (biaya operasional dibandingkan total aset, dan rasio biaya terhadap pendapatan) dan kemudian membandingkan kedua parameter ini dengan perusahaan lain di industri yang sama. Akhirnya, credit cost diestimasi berdasarkan profil kualitas aset dari perusahaan tersebut. Profitabilitas (laba setelah pajak sebagai % dari total aset dan laba setelah pajak sebagai % dari rata-rata modal) kemudian dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Perlu dipahami bahwa imbal hasil ekuitas (ROE) yang tinggi belum tentu menghasilkan peringkat yang tinggi, karena profitabilitas yang tinggi mungkin disertai resiko melekat yang tinggi, yang mungkin memiliki volatilitas yang lebih tinggi dan lebih sulit untuk diprediksi.
Kualitas Akuntansi Kebijakan pelaporan akuntansi yang konsisten dan wajar adalah pra-syarat untuk evaluasi keuangan dan perbandingan dengan perusahaan sejenis. ICRA Indonesia melakukan tinjauan atas kebijakan akuntansi, catatan atas laporan keuangan dan catatan auditor secara detil. Penyimpangan yang terjadi dari praktek akuntansi yang berlaku umum (GAAP) kemudian dicatat dan laporan keuangan dari emiten disesuaikan untuk merefleksikan akibat dari penyimpangan tersebut.
Kecukupan Modal Modal suatu lembaga pembiayaan memberikan proteksi tingkat kedua bagi pemegang surat hutang (proteksi tingkat pertama adalah laba perusahaan) dan oleh karena itu, kecukupan modal (sehubungan dengan resiko pasar, kredit dan operasional yang melekat padanya) adalah hal penting yang harus diperhatikan saat melakukan pemeringkatan. Seberapa beresiko produk pinjaman tersebut dan seberapa terkonsentrasinya portofolio pinjaman menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk memberikan tingkat perlindungan yang diinginkan oleh pemegang surat hutang yang dikeluarkan suatu lembaga pembiayaan. Kebutuhan akan modal berbasiskan resiko bervariasi sesuai dengan konsentrasi dari dan tingkat resiko dari bauran produk (product mix) tersebut seperti yang diindikasikan pada gambar berikut.
ICRA Indonesia
Page 5 of 6
Bagan 1: Matriks kebutuhan modal berbasiskan resiko
Konsentrasi Portofolio
Kerugian kredit dan variabilitas yang diperkirakan Rendah
Tinggi
Tinggi
Moderat
Tinggi
Rendah
Rendah
Cukup tinggi
ICRA Indonesia memulainya dengan modal yang disesuaikan (sebagaimana dijelaskan pada bagian kualitas akuntansi) dan mempertimbangkan kemampuan internal untuk menambah modal dan kemungkinan adanya dukungan kuat dari perusahaan induk/perusahaan dalam satu grup, dan juga mengevaluasi kecukupan modal berbasiskan resiko dari lembaga pembiayaan tersebut untuk kategori pemeringkatan tertentu. ICRA Indonesia juga melakukan evaluasi atas kualitas dari modal suatu lembaga pembiayaan, disamping tingkat permodalannya. Persentase yang lebih tinggi dari modal “Tier I” dilihat sebagai hal yang lebih baik, karena sifatnya yang jauh lebih permanen. Disamping itu, kemampuan suatu lembaga pembiayaan untuk memenuhi peraturan kecukupan modal (seperti rasio permodalan dengan total pinjaman) yang dipersyaratkan juga dievaluasi. Ringkasan Pemeringkatan kredit yang diberikan oleh ICRA Indonesia adalah suatu representasi simbolis dari opini ICRA Indonesia saat ini terhadap resiko kredit relatif sehubungan dengan instrumen yang diperingkat. Opini tersebut dihasilkan setelah melalui evaluasi yang mendalam terhadap resiko bisnis dan keuangan dari lembaga pembiayaan tersebut dan evaluasi tersebut dipergunakan untuk memproyeksikan tingkat dan stabilitas dari kinerja keuangan lembaga pembiayaan tersebut di masa depan dalam beberapa skenario yang mungkin terjadi. Walaupun beberapa parameter digunakan untuk menilai profil resiko dari suatu lembaga pembiayaan, seberapa penting suatu parameter dibandingkan parameter yang lainnya (kualitatif maupun kuantitatif) dapat berbeda-beda di tiap-tiap perusahaan, tergantung potensi dari parameter-parameter tersebut untuk merubah profil resiko keseluruhan dari perusahaan tersebut.
© Copyright, 2011, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya.
*)Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari ICRA’s Credit Rating Methodology for Non-Banking Finance Companies
ICRA Indonesia
Page 6 of 6