METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan penellitian cross sectional yang dilakukan di Perusahaan Rokok Kembang Arum, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan keterjangkauan lokasi oleh peneliti yaitu di wilayah industri rokok Kabupaten Kudus. Penelitian dilaksanakan selama bulan April sampai Mei 2011.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah buruh pabrik rokok di Perusahaan Kembang Arum. Pengambilan contoh penelitian dilakukan secara purposive di Bagian Produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan pertimbangan bahwa seluruh pekerja pada bagian tersebut adalah wanita dan pada bagian tersebut merupakan lokasi yang paling beresiko terpapar debu di udara tempat kerja. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah wanita usia dewasa dengan kisaran usia 19-64 tahun, bersedia mengisi kuesioner yang telah disiapkan peneliti, mempunyai kesanggupan untuk diwawancarai. Populasi pekerja di Perusahaan Rokok Kembang Arum adalah 116 orang. Sebanyak 76 orang bekerja di bagian produksi.
Bagian produksi dibedakan
menjadi dua, yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKM) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Pekerja bagian produksi SKT sebesar 72 orang, tetapi pekerja yang memenuhi kriteria inklusi hanya sebanyak 55 orang yang selanjutnya menjadi contoh penelitian.
Urutan pengambilan contoh penelitian dijelaskan dalam
Gambar 2. Pekerja Perusahaan Kembang Arum 116 orang Pekerja Bagian Produksi 76 orang Bagian Produksi SKT 72 orang Contoh Penelitian 55 orang Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh
26
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, gaya hidup, konsumsi pangan, kualitas udara di dalam lingkungan kerja, status gizi, dan status kesehatan. Pengambilan data dilakukan oleh mahasiswa gizi masyarakat IPB yang dibantu tim Balai Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Semarang dan tim Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. Data karakteristik individu yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan masa kerja diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Selain itu, data karakteristik sosial ekonomi yang meliputi pendidikan, pendapatan, besar keluarga juga diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data berat badan diukur menggunakan timbangan analog. Pengukuran dilakukan pada subjek dengan cara berpijak pada timbangan, pandangan lurus ke depan tanpa menggenggam atau menyentuh apapun. Alas kaki serta barang lainnya seperti dompet dan sebagainya yang dapat menambah berat dilepas, kemudian angka petunjuk dibaca. Data tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise. Pengukuran dilakukan terhadap responden dengan cara berdiri tegak tanpa alas kaki sejajar alat pengukur. Tumit, bokong, dan kepala bagian belakang menempel ke dinding dalam sikap tegak. Alat pengukur diturunkan sampai menyentuh kepala bagian atas, kemudian angka petunjuk dibaca. Data konsumsi pangan dikumpulkan dengan metode recall 1 x 24 jam. Pada hari tersebut juga dilakukan record aktivitas fisik contoh. Pengambilan data dilakukan oleh enumerator dengan metode wawancara langsung dan pencatatan kuesioner contoh. Data gaya hidup meliputi data kebiasaan olahraga, data kebiasaan merokok, serta data kebiasaan mengonsumsi alkohol.
Data kebiasaan
berolahraga mencakup jenis olahraga, durasi olahraga, dan frekuensi olahraga. Data kebiasaan merokok meliputi jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, lama merokok, usia awal merokok, jenis rokok, serta keberadaan anggota keluarga yang merokok di rumah. Data kebiasaan mengkonumsi alkohol meliputi jumlah alkohol (minuman keras) yang dikonsumsi selama satu bulan, jenis alkohol dan jumlah alkohol. Data kualitas udara di lingkungan kerja diukur melalui pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja dan suhu udara tempat kerja. Menurut BSN
27
(2004), pengukuran dilakukan berdasarkan SNI 16-7058-2004 dengan metode dan cara pengukuran sebagai berikut: Prinsip Alat diletakkan pada titik pengukuran setinggi zona pernapasan, pengambilan contoh dilakukan selama satu jam dan kadar debu total yang diukur ditentukan secara gravimetri. Peralatan a) High volume sampler (HVAS) dilengkapi dengan pompa pengisap udara dan selang silikon atau selang teflon; b) Timbangan analitik dengan sensitivitas 0,01 mg; c) Pinset; d) Desikator, suhu (20 ± 1) oC dan kelembaban udara (50 ± 5) %; e) Flowmeter; f)
Tripod;
g) Termometer; h) Higrometer. Bahan Filter hidrofobik (misalnya PVC dan fiberglass) dengan ukuran pori 0,5 µm. Prosedur Kerja 1. Persiapan Simpan filter yang diperlukan ke dalam desikator selama 24 jam. ↓ Timbang filter sampai diperoleh berat konstan, minimal 3x penimbangan. ↓ Catat berat filter blanko dan filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1 (mg). ↓ Letakkan filter di dalam holder setelah diberi nomor (kode). ↓ Masukkan filter contoh ke dalam high volume sampler holder dengan menggunakan pinset dan tutup bagian atas holder. Gambar 3 Prosedur kerja persiapan pengambilan contoh debu (BSN 2004)
28
2. Pengambilan Contoh Debu Hubungkan HVAS dengan pompa pengisap udara dengan menggunakan selang silikon atau teflon. ↓ Letakkan HVAS pada tiitk pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar debu) dengan mengunakan tripod. ↓ Hidupkan pompa pengisap udara dan lakukan pengambilan contoh. ↓ Bersihkan debu luar holder untuk menghindari kontaminasi setelah selesai pengambilan contoh. ↓ Pindahkan filter dengan menggunakan pinset ke kaset filter. ↓ Masukkan ke dalam desikator selama 24 jam. Gambar 4 Prosedur kerja pengambilan contoh debu (BSN 2004)
3. Penimbangan Filter blanko dan filter contoh ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik yang sama. Kemudian, hasil penimbangan berat filter contoh sebelum dan sesudah pengukuran dicatat.
4. Perhitungan Kadar debu total di udara dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: C = (W2 - W1) – (B2 – B1) (mg/l) V atau C = (W2 - W1) – (B2 – B1) x 103 (mg/m3) V keterangan: C
= kadar debu total (mg/l) atau (mg/m3).
W2
= berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg).
W1
= berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg).
29
B2
= berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg).
B1
= berat filter blanko sebelum pengambilan contoh (mg).
V
= volume udara pada waktu pengambilan contoh (l).
Pengukuran suhu dilakukan dengan meletakkan termometer ruang pada tempat kerja. Pencatatan dilakukan pada dua jam yang bebeda yaitu jam 09.00 dan jam 13.00 kemudian dirata-ratakan.
Kelembaban udara diukur dengan
menggunakan hygrometer dengan cara meletakkan alat ukur tersebut pada ruang kerja. Data status kesehatan meliputi kejadian sakit, skor morbiditas, keluhan kesehatan, dan pengukuran data pengukuran pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik diperoleh melalui data pengukuran tekanan darah dengan menggunakan Sphygmanometer. Tekanan darah yang diukur berupa Tekanan darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD). petugas
Dinas
Kesehatan
Pengukuran TDS dan TDD dilakukan oleh
Kabupaten
Kudus
dengan
menggunakan
Sphygmmomanometer dan manset besar. Pengukura tekanan darah dilakukan membalut lengan dengan selembar kantong karet yang dapat digembungkan yang terbungkus dalam sebuah manset dan yang digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Pemompaan mengakibatkan tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai 200 mmHg yang cukup untuk menjepit arteri brakhial sehingga darah tidak dapat lewat dan denyut nadi pergelangan menghilang. Tekanan diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan dengan menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat terdengar. Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom air raksa dalam manometer diaggap sebagai tekanan sistol. Kemudian tekanan di atas arteri brakhilalis perlahan-lahan dikurangi sampai terdengar bunyi jantung atau pukulan denyut arteri dengan jelas dapat didengar atau dirasakan.
Titik pada saat bunyi mulai menghilang umumnya dianggap
tekanan diastol. Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan meletakkan tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis) pada titik nadi. Titik nadi (daerah yang denyutannya paling keras) yaitu nadi radialis di pergelangan tangan di sisi ibu jari. Langkah selanjutnya yaitu menekan perlahan titik nadi kemudian dihitung jumlah denyutannya selama satu menit.
30
Frekuensi napas dihitung berdasarkan jumlah tarikan napas dalam satu menit. Satu pernapasan adalah satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data populasi buruh pabrik rokok, dan gambaran umum perusahaan. Jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data No
Variabel
Jenis Data
Cara pengumpulan
1
Karakteristik Individu
• Umur
Wawancara menggunakan kuesioner
• Jenis kelamin • Masa kerja
2
Karakteristik Sosial Ekonomi
• Pendidikan • Upah
Wawancara menggunakan kuesioner
• Pendapatan keluarga • Besar keluarga 3
Aktivitas Fisik Pekerja
4
Gaya Hidup
Jenis dan lama kegiatan harian • Kebiasaan olahraga • Kebiasaan merokok
Record aktivitas fisik 1 x 24 jam Wawancara menggunakan kuesionaire
• Kebiasaan mengonsumsi alkohol 5
Konsumsi Pangan
• Tingkat kecukupan zat gizi
Recall 1 x 24 jam
6
Kualitas Udara Lingkungan Kerja
• Kadar debu total
Pengukuran kadar debu total, suhu, dan kelembaban di udara tempat kerja
• Suhu • Kelembaban udara
7
Status Gizi
• Berat badan • Tinggi badan
8
Status Kesehatan
• Kejadian sakit • Tekanan darah • Denyut nadi • Frekuensi napas
Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan fisik
31
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data menggunakan software komputer yaitu Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0 for windows. Proses pengolahan meliputi kegiatan editing, coding, entry. Data gambaran umum perusahaan dan karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, besar keluarga, dan masa kerja dikategorikan berdasarkan kriteria tertentu.
Data tersebut kemudian
dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Kegiatan berolahraga yang diteliti meliputi kebiasaan olahraga, jenis olahraga, durasi olahraga dan frekuensi olahraga. Frekuensi olahraga diketahui berdasarkan jumlah beberapa kali contoh berolahraga dalam seminggu. Kebiasaan merokok dari responden yang meliputi jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, lama merokok, usia awal merokok, serta keberadaan anggota keluarga yang merokok di rumah.
Kebiasaan mengonsumsi alkohol
meliputi jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi selama satu bulan. Data jumlah makanan yang dikonsumsi responden dikonversikan dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam ukuran berat (gram) dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan sehingga diperoleh konsumsinya sendiri (Supariasa et al. 2002). Rumus untuk menghitung kandungan energi dan zat gizi yang dikonsumsi adalah sebagai berikut: Gij = BPj x Bddj x Kgij 100 100 Keterangan:
Gij
= zat gizi yang dikonsumsi dari pangan
BPj
= berat pangan j yang dikonsumsi (gram)
Bddj
= bagian yang dapat dimakan (dalam % atau g dari 100 g pangan j)
Kgij
= kandungan zat gizi pangan j
Penghitungan kebutuhan energi berdasarkan pengeluaran energi total menggunakan angka metabolisme basal dan aktivitas fisik (FAO/WHO/UNO 2001).
Pengeluaran energi tersebut dihitung berdasarkan jenis kegiatan dan
alokasi waktu tiap kegiatan, yaitu dengan mengalikan lamanya masing-masing kegiatan dengan physical activity rate (PAR). Kemudian physical activity level (PAL) atau faktor aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus: Faktor aktivitas = ∑ (Kj) (Wj) (PAL) 24
32
Keterangan:
Kj = Faktor kelipatan energi kegiatan terhadap EMB (PAR) Wj = Alokasi waktu untuk kegiatan j
Faktor aktivitas ini kemudian dikalikan dengan Angka Metabolisme Basal (AMB). AMB yang digunakan adalah berdasarkan Oxford equation dalam WNPG (2004) yaitu: •
AMB wanita usia 19-29 tahun
= 13.4 BB + 517 kkal
•
AMB wanita usia 30-60 tahun
= 9.59 BB + 687 kkal
Berat badan yang digunakan adalah berat badan aktual jika contoh berstatus gizi normal, dan berat badan ideal berdasarkan AKG 2004 jika contoh berstatus gizi kurang dan lebih. Rumus untuk menghitung kebutuhan energi orang dewasa adalah sebagai berikut : Kebutuhan energi = Faktor aktivitas x AMB Perhitungan tingkat kecukupan energi dilakukan dengan membandingkan konsumsi energi sehari dengan kebutuhan per hari. Tingkat kecukupan energi = Konsumsi energi aktual x 100 % Kebutuhan Perhitungan tingkat konsumsi atau tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan konsumsi energi sehari dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2004. Tabel Angka kecukupan protein, vitamin C, dan zat besi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Angka kecukupan protein, zat besi dan vitamin C bagi orang Indonesia (AKG 2004) Usia (tahun)
Kecukupan Protein (g)
Kecukupan zat besi (mg)
Kecukupan vitamin C (mg)
19-29
50
26
75
30-49
50
26
75
50-64
50
12
75
Sumber: WNPG (2004) Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan protein, vitamin c, dan zat besi adalah sebagai berikut: Tingkat kecukupan zat gizi = Konsumsi zat gizi aktual x 100 % AKG Selanjutnya, status gizi contoh dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). IMT diperoleh dari perbandingan indeks antropometri berat badan (kg)
33
dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2) (Supariasa et al. 2002). Rumus untuk menentukan indeks massa tubuh yaitu: IMT (kg/m2) = Berat Badan (kg) Tinggi Badan2 (m2) Data status kesehatan yang dikumpulkan adalah kejadian pernah atau tidak pernah sakit, jenis penyakit, skor morbiditas, keluhan kesehatan, dan data tekanan darah.
Skor morbitas diperoleh dengan mengalikan lama hari sakit
dengan frekuensi sakit untuk setiap jenis penyakit. Skor Morbiditas = Lama hari sakit x Frekuensi Sakit Data tekanan darah contoh diklasifikasikan menurut klasifikasi yang ditetapkan oleh Chobanian et al. (2003).
Klasifikasi tekanan darah disajikan
pada Tabel 5 adalah sebagai berikut: Tabel 5 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (Chobanian et al. 2003) Kategori
Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120 – 139
80 – 89
Hipertensi Stadium 1
140 –159
90 – 99
Hipertensi Stadium 2
≥ 160
≥ 100
Data kualitas udara lingkungan kerja didapatkan dengan mengukur salah satu parameter kimia yaitu kadar debu di udara.
Menurut SE-01/MEN/1997
diacu dalam BSN (2004) nilai ambang batas (NAB) debu tembakau adalah 10 mg/m3.
Sementara
itu,
menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
1405/Menkes/SK/XI/2002 persyaratan untuk suhu dan kelembaban udara dalam ruangan yaitu 18-28oC dan 40%-60%. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia yang terdiri dari: 1. Deskriptif (Persentase rata-rata) Deskriptif statistika yang dianalisis kualitas udara di dalam lingkungan kerja, meliputi data gaya hidup, tingkat konsumsi energi dan zat gizi, status gizi, dan status kesehatan.
34
2. Inferensia Uji korelasi Pearson a. menganalisis hubungan antara umur dengan status gizi dan status kesehatan b. menganalisis hubungan antara masa kerja dengan status gizi dan status kesehatan c. menganalisis hubungan antara pendapatan per kapita dengan status gizi dan status kesehatan d. menganalisis hubungan aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status kesehatan e. menganalisis hubungan status gizi dengan skor morbiditas, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik Uji Chi-square Uji Chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan status kesehatan. Uji Regresi Linear Uji regresi linear digunakan untuk menganalisis pengaruh tingkat kecukupan energi terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan skor morbiditas sebagai variabel kontrol. Pengakategorian variabel dan kriteria dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian No 1
2
Variabel Kadar Debu (BSN 2005)
Kategori Udara
Suhu Udara (Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/
Kriteria
1. < NAB
< 10 mg/m3
2. ≥ NAB
≥ 10 mg/m3
1. Memenuhi
18-30 oC
2. Tidak memenuhi
< 18 oC dan >30 oC
1. Memenuhi
65-95 %
2. Tidak memenuhi
< 65% dan >95%
1. Dewasa muda
(19 - 29 tahun)
2. Dewasa madya
(30 - 49 tahun)
3. Dewasa akhir
(50 - 64 tahun)
2002) 3
Kelembaban Udara (Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/ 2002)
4
Umur (WNPG 2004)
35
Tabel 6 Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian (lanjutan) No 5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Variabel
Kategori
Kriteria < 6 tahun
Pendidikan
1.
Tidak tamat SD
(Ketentuan Peneliti)
2.
SD/sederajat
6 - <9 tahun
3.
SMP/sederajat
9 - <12 tahun
4.
SMA/sederajat
12 tahun
5.
Perguruan Tinggi
> 12 tahun
Upah Kerja/Bulan (SK 561.4/69/2010 dalam Pramudjito 2010)
1.
≥ UMR Kab. Kudus
≥ Rp 850 000.00
2.
< UMR Kab. Kudus
< Rp 850 000.00
Pendapatan per kapita (Rp/bulan)
1.
Rendah
P < ( x – SD)
2.
Sedang
( x –SD) ≤ P ≤ ( x+SD)
3.
Tinggi
P > (x + SD)
Garis Kemiskinan Propinsi Jawa Tengah
1.
Miskin
< Rp 192 432.00
2.
Tidak Miskin
≥ Rp 192 432.00
Garis Kemiskinan Internasioanl pada Millennium Development Goals
1.
Miskin
< 1 US$ (< Rp 8 535.00)
2.
Tidak Miskin
≥ 1 US$ (≥ Rp 8 535.00)
Besar Keluarga (Hurlock 1993)
1.
Besar
≥ 8 orang
2.
Sedang
5-7 orang
3.
Kecil
≤ 4 orang
1.
Baru
MS < ( x – SD)
2.
Sedang
( x –SD) ≤ MS ≤ ( x+SD)
3.
Lama
MS > ( x +SD)
1.
Rendah
DO < ( x – SD)
2.
Sedang
( x –SD) ≤ DO ≤ ( x+SD)
3.
Tinggi
DO > ( x +SD)
1.
Rendah
FO < ( x – SD)
2.
Sedang
( x –SD) ≤ FO ≤ ( x+SD)
3.
Tinggi
FO > ( x +SD)
1.
Baik
DO ≥ 30 dan FO ≥ 3
2.
Kurang Baik
DO < 30 dan FO < 3
Masa Kerja (MS)
Durasi Olahraga (DO)
Frekuensi (FO)
Olahraga
Kebiasaan Olahraga
36
Tabel 6 Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian (lanjutan) No
Variabel
15
Kebiasaan Merokok a.
Jumlah Rokok yang dihisap sehari (Windham et al 2005)
Kategori
Kriteria
1. Rendah
1-9 batang
2. Sedang
10-19 batang
3. Berat
≥ 20 batang
b. Lama Merokok (LM)
LM < ( x – SD) ( x –SD) ≤ LM ≤ ( x+SD) LM > ( x +SD)
c. Usia Awal Merokok (UAM)
UAM < ( x – SD) (x –SD) ≤ UAM ≤ (x+SD) UAM > ( x +SD)
16
Kebiasan Alkohol
Konsumsi
Jumlah Konsumsi
JKA < ( x – SD)
Alkohol (JKA)
( x –SD) ≤ JKA ≤ ( x+SD) JKA > ( x +SD)
17
18
19
Tingkat Energi
Tingkat Protein
Kecukupan
Kecukupan
Tingkat kecukupan vitamin C, dan zat besi (Gibson 2005)
1. Defisit tingkat berat
< 70 % AKG
2. Defisit tingkat sedang
70 – 79 % AKG
3. Defisit tingkat ringan
80 – 89 % AKG
4. Normal
90 – 119 % AKG
5. Lebih
≥ 120 % AKG
1. Defisit tingkat berat
< 70 % AKG
2. Defisit tingkat sedang
70 – 79 % AKG
3. Defisit tingkat ringan
80 – 89 % AKG
4. Normal
90 – 119 % AKG
5. Lebih
≥ 120 % AKG
1. Kurang
< 77 % AKG
2. Cukup
≥ 77 % AKG
37
Tabel 6 Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian (lanjutan) No
Variabel
Kategori
Kriteria
20
Status Gizi (WHO 2005)
1. Sangat kurus
< 14.9
2. Kurus
15.0 - 18.4
3. Normal
18.5 – 22.9
4. Gemuk
23.0 – 27.5
5. Obesitas
27.6 - 40.0
6. Obesitas I
≥ 40.0
21
Skor Morbiditas (Sugiyono 2009)
1. Rendah
< 21.7
2. Sedang
21.7 – 43.34
3. Tinggi
> 43.35
Tekanan Darah (Chobanian et al. 2003)
1. Normal
<120/80
2. Prehipertensi
120/80-139/89
3. Hipertensi Stadium 1
140/90-159/99
4. Hipertensi Stadium 2
≥160/100
1. Bradikardi
<60 kali/menit
2. Normal
60-80 kali/menit
3. Takikardi
>80 kali/menit
1. Normal
10-20 kali/menit
2. Di atas nomal
>20 kali/menit
22
23
24
Frekuensi Denyut Nadi (Pearce 2006)
Frekuensi Pernapasan (Pearce 2006)
Definisi Operasional Aktivitas fisik adalah seluruh aktivitas pekerja yang dilakukan di perusahaan di tambah dengan aktivitas pekerja di luar perusahaan pada hari kerja. Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu rumah. Contoh adalah wanita yang bekerja sebagai buruh pabrik rokok di Perusahaan Kembang Arum Bagian Produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berada pada rentang usia 19-64 tahun. Denyut nadi adalah jumlah denyut nadi pada pergelangan tangan contoh selama satu menit. Frekuensi napas adalah kecepatan pernapasan contoh dalam satu menit. Satu kali pernapasan berarti satu kali contoh menghirup napas dan satu kali contoh mengeluarkan napas.
38
Kadar debu total di udara tempat kerja adalah jumlah debu total yang berada di udara tempat kerja dengan nilai ambang batas (NAB) 10 mg/m3. Kebiasaan merokok adalah aktivitas individu dalam menghirup asap rokok baik secara aktif maupun pasif yang meliputi jumlah, jenis, dan lama merokok dalam sehari, usia awal merokok, serta keberadaan anggota keluaraga yang merokok di rumah. Kebiasaan olahraga adalah tingkah laku dan aktivitas seseorang dalam melakukan olahraga yang meliputi frekuensi dan durasi yang dipilih selama satu bulan terakhir. Kelembaban udara adalah kondisi kelembaban udara ruang kerja yang diukur dengan menggunakan hygrometer. Konsumsi alkohol adalah kebiasaan minum alkohol (minuman keras) contoh yang meliputi jumlah alkohol (minuman keras) yang dikonsumsi selama satu bulan dan jenis alkohol. Konsumsi energi pangan adalah jumlah dan jenis energi yang dikonsumsi pekerja dari makanan. Masa kerja adalah lamanya contoh bekerja pada bagian produksi sigaret kretek tangan (SKT) di Perusahaan Kembang Arum yang dinyatakan dalam tahun. Merokok adalah aktivitas contoh menghisap rokok baik secara aktif maupun pasif. Morbiditas adalah kejadian pernah atau tidak pernah sakit yang ditentukan berdasarkan jenis penyakit, lama sakit, frekuensi sakit, keluhan kesehatan selama satu bulan terakhir. Olahraga adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan contoh secara sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial di luar aktivitas fisik yang harus dilakukannya. Pendapatan per kapita adalah total pendapatan keluarga contoh dibagi jumlah anggota keluarga. Pendidikan adalah lama pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti contoh. Status gizi adalah kondisi tubuh contoh yang menggambarkan kesetimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi, yang ditentukan melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam kg/m3.
39
Status kesehatan adalah kondisi kesehatan yang dialami contoh, yang diukur berdasarkan kejadian sakit, skor morbiditas, keluhan kesehatan, serta tekanan darah, denyut jantung, dan frekuensi napas contoh. Suhu udara adalah kondisi suhu kering pada ruang kerja yang diukur dengan menggunakan termometer pada pukul 09.00 dan 13.00 WIB. Tekanan darah adalah banyaknya tekanan darah dalam mmHg contoh yang terdiri dari tekanan darah sistolik dan diastolik yang diukur dengan Spygnomanometer. Tekanan darah diastolik adalah tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot jantung (tekanan pada saat jantung berelaksasi) yang diukur dengan Sphygmanometer dalam satuan mmHg. Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang dihasilkan otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri (tekanan pada saat jantung berkontraksi) yang diukur dengan Sphygmanometer dalam satuan mmHg. Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antar jumlah energi dari makanan yang dikonsumsi pekerja selama sehari dengan kebutuhan berdasarkan PAL (physical activity level) dan BMR (basal metabolic rate). Tingkat kecukupan zat gizi adalah perbandingan antar jumlah protein, vitamin C dan zat besi yang dikonsumsi dengan AKG 2004.