METODE TAHFIDZUL QUR’AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM TAHFIDZUL QUR’AN (SDITQ) AL IRSYAD DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd.I)
Oleh: ARIF RAHMAN HAKIM NIM: 11508012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013
METODE TAHFIDZUL QUR’AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM TAHFIDZUL QUR’AN (SDITQ) AL IRSYAD DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd.I)
Oleh: ARIF RAHMAN HAKIM NIM: 11508012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ُﺧَﯿْﺮُﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠﱠﻢَ اﻟْﻘُﺮْآنَ وَﻋَﻠﱠﻤَﮫ “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori)
PERSEMBAHAN Untuk kedua Orang tua ku yang aku cintai Untuk segenap keluarga besar Yayasan Amanah Ambarawa Untuk teman-teman LDK dan KAMMI yang sangat luar biasa Untuk keluarga besar Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran Untuk semua sahabat seperjuangan di Bumi Para Wali
KATA PENGANTAR
ِﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠّٰـﮫِ اﻟﺮﱠﺣْﻤٰﻦِ اﻟﺮﱠﺣِﯿﻢ
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Metode Tahfidzul Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad Desa Butuh Kecamatan Tengaran Tahun 2013. Sholawat berserta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah Saw. yang menjadi Uswatun Hasanah bagi semesta alam, semoga Allah Swt. senantiasa merahmati beliau dan pengikutnya hingga akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan banyak terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Drs. Sumarno Widjadipa M.Pd selaku Ketua Progdi PGMI. 3. Suwardi M.Pd selaku Pembimbing yang telah memberi petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. 5. Ustadz Muhammad Zainuddin, S.Pd.I selaku kepala sekolah SDITQ Al-Irsyad dan para Ustadz yang telah memberi bantuan kepada penulis dalam penelitian. 6. Kedua orang tua ku yang sangat aku sayangi dan telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak H. Kamilun Al-Kusai dan Ibu Hj. Yurfi’ah Yusuf yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Ustadz Muhammad Ahyani yang telah menuntun disetiap tapak jalan kehidupan di rantau ini, Jazakumullah Khairan Katsira. 9. Seluruh sahabat ku yang sangat luar biasa LDK Darul Amal dan KAMMI, Semoga Allah senantiasa memperkuat langkah dakwah ini dimana pun kita berada. 10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan terima kasih banyak atas bantuan yang telah diberikan selama ini. Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis hanya bisa berdoa semoga Allah Swt. membalasnya dengan kebaikan disetiap ketulusan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Aamiin ya Robbal ‘alamin
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak dan semua jauh dari kesempurnaan, demikian juga halnya dengan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan guna kebaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat untuk penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin ya Robbal ‘alamin.
Ambarawa, 17 Agustus 2013 Penulis
ABSTRAK Hakim, Arif Rahman. 2013. Metode Tahfidzul Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad Desa Butuh Kecamatan Tengaran Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Suwardi, M.Pd Kata Kunci: Metode Tahfidzul Qur’an di SDITQ Al-Irsyad Ada suatu keunikan yang peneliti temui dimana mungkin kita sering menemui para penghafal Al-Qur’an bagi usia dewasa dan remaja, bahkan tidak jarang juga yang menghafalnya ketika mereka sudah lanjut usia. Disini peneliti mencoba melakukan penelitian pada penghafal Al-Qur’an di usia anak-anak. Mungkin suatu yang sangat luar biasa karena dalam masa-masa usia yang relatif sangat muda dibandingkan dengan yang lain mereka justru bisa menguasai hafalan AlQur’an secara keseluruhan yaitu 30 juz. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang metode yang digunakan pada Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an di SDITQ Al-Irsyad. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) bagaimanakah metode tahfidzul qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad desa Butuh kecamatan Tengaran tahun 2013 ? (2) bagaimanakah hasil pelaksanaan hafalan Al-Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad desa Butuh kecamatan Tengaran tahun 2013 ? (3) Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan hafalan Al-Quran di SDITQ Al-Irsyad ? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan metode wawancara, observasi dan juga dokumentasi. Tahapan penelitian ini meliputi tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa, (1) metode tahfidzul qur’an yang digunakan di SDITQ adalah metode Pakistani, jenis metode ini meliputi diantaranya adalah Sabak, Sabki dan Manzil. Tujuan metode ini adalah untuk mempermudah siswa dalam menghafal dan menjaga hafalannya. Media yang digunakan yaitu: Al-Qur’an, buku iqro’, buku tajwid, handphone MP3, Al-Qur’an digital, alat tulis, formulir hafalan siswa. Langkah-langkah pelaksanaan metode ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan pelajaran umum, hanya saja metode dan media yang digunakan berbeda dengan yang lainnya, Peranan guru sangat dibutuhkan karena perlu perhatian yang banyak, kesabaran, konsentrasi serta
komitmen dalam membina hafalan siswa. Sedangkan peranan siswa merupakan sebagai pembelajar lansung dan aktif, (2) hasil penggunaan metode ini cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan jumlah hafalan siswa dan prestasi lomba. Kelebihan dari metode ini adalah kegiatan hafalan siswa menjadi terprogram, (3) faktor pendukung bagi siswa di asrama dan non asrama antara lain: proses menghafal dipantau lansung oleh ustadz, suasana kondusif dan sarana prasana yang memadai, memiliki teman-teman yang sama-sama menghafal, terkondisikan oleh jadwal. Faktor Penghambat bagi siswa asrama dan non asrama adalah: malas, kurang memuroja’ah hafalan, tidak berbakat menghafal, mengantuk, lupa, banyak bermain. Motivasi yang diberikan yaitu, memberikan reward voucer belanja, hadiah berupa perlengkapan alat tulis, memberikan perhatian kasih sayang, nasehat serta tausiyah mengenai keutamaan menghafal. Cara mengatasi faktor diantaranya: memberikan pembinaan kepada siswa, mengevaluasi kendala yang ditemui, memberikan motivasi dan nasehat kepada siswa agar senantiasa rajin menghafal, berkerja sama dengan pihak wali siswa dalam mengatasi kendala tersebut serta memberikan hukuman yang mendidik bagi siswa melanggar ketika kegiatan tahfidz.
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO ...............................................................................
ii
JUDUL ......................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................
vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
ABSTRAK ................................................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Fokus Penelitian .............................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
8
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................
8
E. Penegasan Istilah ............................................................................
9
F. Metode Penelitian ..........................................................................
10
G. Sistematika Penulisan .....................................................................
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Menghafal Al-Qur’an .............................
23
1. Definisi Menghafal Al-Qur’an ..................................................
23
2. Landasan Menghafal Al-Qur’an ...............................................
24
3. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an .............................................
24
4. Etika Membaca dan Langkah-Langkah Menghafal Al-Qur’an ..
27
5. Syarat Menghafal Al-Qur’an ....................................................
29
6. Pemeliharaan Hafalan Al-Qur’an ..............................................
32
7. Problematika Menghafal Al-Qur’an ..........................................
35
8. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an .......
38
B. Metode Tahfidzul Qur’an ...............................................................
41
1. Pengertian Metode Tahfidzul Qur’an ........................................
41
2. Jenis-Jenis Metode Tahfidzul Qur’an ........................................
42
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Kondisi Umum Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad .........................................................................
47
B. Metode Tahfidzul Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad .............................................
52
C. Hasil Penggunaan Metode Tahfidzul Qur’an di SDITQ Al-Irsyad ..
66
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur’an di SDITQ Al-Irsyad.............................................
72
E. Temuan Penelitian ..........................................................................
77
BAB IV PEMBAHASAN A. Metode Tahfidzul Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an Al-Irsyad ............................................................
79
B. Hasil Penggunaan Metode Tahfidzul Qur’an di SDITQ Al-Irsyad ........................................................................
88
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur’an di SDITQ Al-Irsyad ...............................
93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................
98
B. Saran ..............................................................................................
100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
101
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waktu Penelitian.........................................................................
14
Tabel 3.1 Jumlah Hafalan Siswa Semester Genap .......................................
80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Komponen Analisis Data ……………………………………….
16
Gambar 3.1 Susunan Struktur Organisasi Sekolah ......................................
62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Kode Penelitian
Lampiran
2
Pedoman Penelitian
Lampiran
3
Foto Kegiatan Tahfidzul Qur’an
Lampiran
4
Denah Sekolah
Lampiran
5
Visi dan Misi Sekolah
Lampiran
6
Struktur Organisasi Sekolah
Lampiran
7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran
8
Jumlah Hafalan Siswa
Lampiran
9
Surat Ijin Penelitian
Lampiran
10
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran
11
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran
12
Daftar Nilai SKK
Lampiran
16
Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran
14
Riwayat Hidup Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Al-Qur’an secara harfiah berarti “Bacaan Sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan apapun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu (Shihab, 1999: 3). Menurut A.W Munawwir dalam kamus Al Munawwir, Al-Qur’an berarti bacaan. Dengan demikian A.W Munawwir memaknai Al-Qur’an sebagai masdar. Sedangkan menurut M. Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Qur’an adalah bentuk masdar yang mengartikan sebagai isim maf’ul yaitu maqru’ artinya yang dibaca. Secara istilah Menurut Muhammad Ali Ash Shobuny, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang melemahkan tantangan musuh (mu’jizat) yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul yang terakhir dengan perantara malaikat Jibril, tertulis dalam beberapa mushaf, dipindahkan (dinukil) kepada kita secara mutawatir, merupakan Ibadah dengan membacanya. Dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An Nas (Munjahid, 2007: 26) Al-Qur’an dikenal dengan banyak sebutan, di antaranya Al-Furqon (pembeda), Ad-Dzikr (pengingat), Al-Huda (petunjuk), Al-Ma’uidah (pemberi nasihat), Al-Mubin (penjelas), dan lain sebagainya sesuai dengan apa yang
disebutkan dalam Al-Qur’an sendiri. Hal ini selaras dengan pandangan bahwa konsep-konsep Al-Qur’an itu memiliki sifat dan peran utama untuk membentuk pola pikir umat Islam tentang berbagai hal yang menyangkut kehidupannya, sehingga mereka menyadari akan setiap persoalan yang mesti dipecahkannnya.
Al-Qur’an
membentuk
pandangan
hidup
manusia,
memberinya kesadaran akan segala hal, menentukan apa yang harus diperbuat dan dihindari. (Khoiri, 1999: 37) Sebagaimana pengertian tentang Al-Qur’an, membacanya merupakan suatu ibadah maka disini penulis mengutip salah satu keutamaan membaca Al-Qur’an sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. 35: 29-30) Dalam suatu hadist dikatakan juga bahwa Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : “ Orang-orang yang pandai membaca Al-Qur’an digolongkan bersama as-safarah al Kiram al Bararah (para Nabi dan Syuhada’) dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan gagap (kurang fasih bacaannya karena berat lidahnya dan sulit membetulkannya) namun hatinya sangat ingin membacanya maka ia mendapatkan dua pahala” (HR. Muslim) Dalam riwayat lain Rasulullah Saw. bersabda: Artinya: “Dan dari Ibnu Mas’ud R.a berkata: telah bersabda Rasulullah Saw. : “Barang siapa membaca satu huruf Al-Qur’an maka baginya sepuluh kebaikan dalam setiap huruf. Aku tidak mengatakan: ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf” (HR. Turmudzi) (Nawawi, 1999: 119) Dari firman Allah Swt. dan sabda Rasulullah di atas jelas bahwa mempelajari Al-Qur’an sangat mulia nilainya. Tidak hanya membaca, menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu metode yang digunakan oleh Rasulullah dalam menerima wahyu dari Allah melalui perantara malaikat Jibril. Menghafal Al-Qur’an merupakan sebab diselamatkannya seseorang dari api neraka. Bahkan dalam hadist yang diriwatkan oleh Ahmad, disebutkan,” Seandainya Al-Qur’an dimasukkan ke dalam sebuah kulit dan dilemparkan ke dalam api, maka ia tidak akan terbakar.” (Hadist riwayat
Ahmad dan lainnya). Abu Umamah berkata.” Sesungguhnya Allah tidak menyiksa hati yang menghafal Al-Qur’an dengan api neraka.” Penghafal Al-Qur’an akan selalu bersama dengan para malaikat yang mulia dan taat. Dalam sebuah hadist redaksi dari Bukhari disebutkan, “Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an dan menghafalnya adalah bersama para malaikat yang mulia dan taat.” Alangkah mulianya seseorang yang dapat bersama dengan mereka (malaikat), yang disebutkan Allah Swt. (Badwilan, 2009: 19). Dalam Al-Qur’an Allah Swt. Berfirman:
Artinya: “Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang di tinggikan lagi disucikan, berada ditangan para penulis (malaikat) yang mulia lagi berbakti.” (QS. 80: 13-16) Situs www.hariandepok.com mengatakan bahwa salah seorang seorang pemain bola yang bernama Cristiano Ronaldo mengagumi Al-Qur’an dan menghafal surah Al-Fatihah. Bukan hanya itu Ronaldo pun menghafal huruf hijaiyah. Hal ini disampaikan oleh rekan sejawatnya yang seprofesi dengan Ronaldo yaitu Mesut Ozil. Ronaldo membenarkan kesaksian dari Ozil, “Banyak yang tidak percaya kalau saya mengagumi Al-Qur’an, tapi memang begitulah kenyataannya, setiap Ozil membaca Al-Qur’an, saya senantiasa merasa damai, dan hati saya pun menjadi sejuk,” kata Ronaldo
kepada media Spanyol. (http://www.hariandepok.com/christiano-ronaldosudah-hafal-surat-al-fatihah.html, diambil tanggal 15 April 2013). Semoga hal ini menjadi kesadaran bagi kita sebagai umat Islam bahwa menghafal AlQur’an merupakan suatu kemudahan yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Seperti kutipan di atas bahwa seorang non muslim seperti Cristiano Ronaldo dan masih banyak yang lainnya bisa menghafal Al-Qur’an bahkan mereka merasa damai dan membawa kesejukan didalam hati. Dewasa ini menghafal Al-Qur’an dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang ada disekitar kita. Tidak hanya itu, Al-Qur’an hanya dipandang sebagai suatu ritual keagamaan yang hanya sebatas membacanya saja. Mereka para penghafal hanya dianggap sebagai tukang baca do’a dan maksimal hanya sebagai seorang imam masjid ketika sholat. Jika kita mengetahui bahwasanya menghafal Al-Qur’an merupakan suatu aktifitas yang sangat mulia dimata Allah Swt. dan semoga kita pun memuliakan para penghafal Al-Qur’an yang ada disekitar kita. Disisi lain, para penghafal Al-Qur’an pun merasakan bahwa menghafal Al-Qur’an menjadi suatu aktifitas yang membosankan serta melelahkan, tidak jarang di antara para pelajar hafalan Al-Qur’an yang putus asa di masa masa pembelajarannya sehingga tidak mampu dan tidak sanggup menyelesaikan Al-Qur’an secara keseluruhan yaitu 30 juz. Selain itu, bagi para hafidz (penghafal Al-Qur’an) juga memiliki kendala dalam mempertahankan halafannya. Salah satu kendala terbesar bagi para hafidz yaitu malas mengulangi hafalan (muroja’ah) yang telah mereka kuasai sehingga
menjadikan mereka lupa akan surah dan ayat yang dulu pernah mereka hafal. Hal ini menjadikan suatu kerugian besar bagi yang bersangkutan jika ia menyadari hal tersebut. Ada suatu keunikan yang penulis temui ketika merumuskan penelitian ini, dimana mungkin kita sering menemui para penghafal Al-Qur’an bagi usia dewasa dan remaja, bahkan tidak jarang juga yang menghafalnya ketika mereka sudah lanjut usia. Penulis mencoba melakukan penelitian pada penghafal Al-Qur’an di usia anak-anak. Hal ini mungkin suatu yang sangat luar biasa karena dalam masa-masa usia yang relatif sangat muda dibandingkan dengan yang lain mereka justru bisa menguasai hafalan AlQur’an secara keseluruhan yaitu 30 juz. Bahkan seorang anak kecil yang bernama Durottul Muqoffa, bocah kelahiran 1998 ini sudah hafal Al-Qur’an 30 Juz pada usia 6 tahun. Jika anak-anak seusianya bermain dan tidur ditemani boneka, justru si Ova, ia biasa dipanggil, sehari hari-harinya ditemani kitab suci Al-Qur’an. Ibu kandungnya, Mundasah, menuturkan bahwa ia mulai melatih Ova pada usia 3.5 tahun (Yulianingsih dan Abdurrahman, 2013: 144) Dalam menghafal Al-Qur’an dibutuhkan suatu cara atau metode yang digunakan agar hafalan Al-Qur’an menjadi terprogram. Metode yang digunakan ini juga diharapkan nantinya dapat membantu hafalan menjadi efektif. Di zaman yang serba canggih pada saat ini, kita bisa menemukan banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk membantu proses penghafalan Al-Qur’an. Hal ini bisa kita temui di media elektronik dan juga
di media cetak. Selain itu, kita juga dapat menemukan dan mengikuti metodemetode tahfidzul qur’an yang dipakai pada instansi pendidikan formal atau pun non formal. Dalam melaksanakan metode tahfidzul qur’an hendaknya dipandu dan dibimbing lansung oleh pemandu tahfidz yang berkompeten dalam penghafalan Al-Qur’an. Hal ini bertujuan agar hafalan yang sudah kita dapatkan bisa dipantau dan dibina oleh pemandu tahfidz jika terdapat kesalahan. Salah satu instansi pendidikan formal yang mengunggulkan program tahfidzul qur’an adalah Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) AlIrsyad di desa Butuh kecamatan Tengaran. Sekolah dasar ini menggunakan metode tahfidz dalam membantu siswa menghafal Al-Qur’an. Atas dasar pemikiran inilah akhirnya penulis memutuskan untuk mengadakan penelitian guna mengetahui aktifitas kegiatan penghafalan Al-Qur’an yang dilaksanakan pada suatu instansi sekolah dasar dengan mengambil judul “METODE TAHFIDZUL QUR’AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM TAHFIDZUL QUR’AN
(SDITQ)
Al-IRSYAD
DESA
BUTUH
KECAMATAN
TENGARAN TAHUN 2013”
B. Fokus Penelitian Berpijak dari latar belakang di atas, maka ada beberapa pokok fokus penelitian penulis teliti, yaitu: 1. Bagaimanakah metode tahfidzul qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad desa Butuh kecamatan Tengaran tahun 2013?
2. Bagaimanakah hasil pelaksanaan hafalan Al-Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad desa Butuh kecamatan Tengaran tahun 2013? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan hafalan Al-Qur’an di SDITQ Al-Irsyad ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui metode tahfidzul qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad desa Butuh kecamatan Tengaran tahun 2013?. 2. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan hafalan Al-Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad desa Butuh kecamatan Tengaran tahun 2013 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan hafalan Al-Qur’an di SDITQ Al-Irsyad
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi beberapa pihak, di antaranya adalah:
1. Bagi lembaga sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan serta informasi untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan judul tersebut dan juga sebagai dasar untuk mengambil kebijakan di masa yang akan datang. 2. Bagi siswa Untuk
menumbuhkan
motivasi
bagi
siswa
agar
semakin
meningkatkan kecintaan mempelajari Al-Qur’an. 3. Bagi peneliti Sebagai tambahan pengalaman dan wawasan baru yang nantinya dapat dijadikan modal untuk meningkatkan proses belajar sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
E. Penegasan Istilah 1. Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentu, makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan (Surakhmad, 1982: 96). Menurut Asril (2011: 4) Cara atau teknik-teknik tertentu yang dianggap baik (efisien dan efektif) 2. Tahfidzul Qur’an dalam bahasa Arab berasal dari kata hafidzo-yahfadzhuhifzhon yang berarti menghafal. Sedangkan Al-Qur’an juga merupakan bahasa Arab yang artinya adalah bacaan atau yang dibaca. Secara Istilah
yang dimaksud dengan hifdzhi Al-Qur’an adalah menghafal Al-Qur’an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat Al-Fatiha hingga surat An-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil kepada kita dengan jalan mutawwatir (Munjahid, 2007: 74) 3. Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) merupakan sekolah yang berada di bawah naungan yayasan Al-Irsyad dan berada di Desa Butuh Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Sekolah ini mempunyai program unggulan dibidang penghafalan Al-Qur’an.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8)
Selain itu, metode ini memusatkan pada penyelidikan terhadap cara manusia memaknai kehidupan sosial mereka, serta bagaimana manusia mengekspresikan
pemahaman
mereka
melalui
bahasa,
suara,
perumpamaan, gaya pribadi, maupun ritual sosial (Daymon, 2008: 5).
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta peneliti, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya
baik melalui
perencanaan,
pelakasana pengumpulan data, analisis data serta pada hasilnya menjadi laporan penelitian. Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Desa Butuh Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 1 bulan mulai tanggal 15 Juli sampai 14 Agustutus 2013 di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an.
Tabel 1.1 Waktu Penelitian No.
Waktu
Kegiatan
1.
Juni
Penyusunan Proposal
2.
Juli
Permohonan ijin lokasi penelitian
3.
Juli
Pengumpulan Data
4.
Juli
Analisis Data
5.
Agustus
Penyusunan Laporan
Alasan peneliti dalam memilih lokasi penelitian di sekolah ini adalah karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang mempunyai program unggulan di bidang penghafalan Al-Qur’an serta juga mempunyai predikat baik di bidang agama khususnya pembelajaran AlQur’an. Hal ini di buktikan dari banyaknya jumlah penghargaan yang diterima dari sekolah tersebut dalam lomba di bidang Al-Qur’an 4. Sumber Data
Sumber data yang peneliti gunakan dalam hal ini adalah menggunakan teknik snowball sampling yaitu peneliti memilih orang tertentu berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. (Sugiyono, 2011: 219). Sumber data yang diperoleh peneliti bisa dibagi menjadi dua antara lain :
a.
Data primer adalah data yang didapatkan oleh peneliti secara lansung dari lokasi penelitian melalui pengamatan dan wawancara. Dalam
hal ini peneliti mencari data secara lansung melalui kepala sekolah, guru-guru yang mengajar di SDITQ Al-Irsyad, siswa SDITQ AlIrsyad Butuh-Tengaran dan juga melalui kegiatan pengahafalan AlQur’an yang di lakukan pada SDITQ Al-Irsyad Butuh-Tengaran. b.
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui berbagai sumber bacaan serta yang lainnya. Data ini meliputi dokumendokumen penting mengenai SDITQ Al-Irsyad Butuh-Tengaran seperti lokasi, profil, sejarah,visi misi sekolah, brosur, RPP hafalan Al-Qur’an, lembaran setoran hafalan Al-Qur’an. Data-data ini digunakan untuk melengkapi penemuan dan memperkuat informasi yang didapat oleh peneliti melalui wawancara dengan para informan yang bersangkutan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data ini peneliti menggunakan beberapa metode antara lain :
a.
Pengamatan
Pada sebagian penelitian yang ada pengamatan merupakan suatu metode yang sering digunakan dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk membaca gambaran kondisi yang diteliti sebelum mendokumentasikan informasi yang didapat. Selain itu pedoman
pengamatan juga bertujuan mempermudah peneliti dalam menyusun rencana penelitian yang akan dilakukan.
b.
Wawancara
Wawancara dilakukan bertujuan untuk mencari informasi yang jelas melalui informan di lokasi penelitian. Peneliti menggunakan wawancara yang terstruktur karena peneliti sudah mengetahui tentang informan yang diperoleh.
Esterberg mendefinisikan interview sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2002: 231)
c.
Dokumentasi
Dokumen yang dimaksud oleh peneliti adalah data-data yang diperoleh guna mempelajari dan menganalisa dokumen yang berhubungan dengan metode tahfidzul qur’an agar data yang diperoleh semakin lengkap. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2011: 240). Dokumen ini bisa berupa lokasi, profil, sejarah, visi misi sekolah, brosur sekolah,
RPP hafalan Al-Qur’an, lembaran setoran hafalan Al-Qur’an, dan nilai rapor
6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti. Sebagai alat pengumpul
data,
instrumen
berhubungan
erat
dengan
teknik
pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis metode penelitian. Karena itu, secara tidak lansung instrumen penelitian akan menyesuaikan dengan metode penelitiannya. Akibatnya, dikenal beberapa jenis instrumen penelitian sesuai dengan jenis metodenya tadi (Sudrajat dan Subana, 2011: 127) Alat ukut dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian (Sugiyono, 2011: 102) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : a.
Pedoman Pengamatan Pada pedoman ini berisi tentang pengamatan peneliti terhadap metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad, hasil dari penggunaan metode tersebut hingga faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam proses menghafal Al-Qur’an
b.
Pedoman Wawancara Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan pedoman wawancara terstruktur. Dalam wawancara terstruktur ini, peneliti akan memberikan pertanyaan yang sama kepada setiap responden dan mencatat setiap hasil wawancara yang sudah dilaksanakan. Pertanyaan yang akan digunakan oleh peneliti nantinya akan berkaitan dengan metode tahfidzul qur’an pada SDITQ Al-Irsyad, hasil dari metode hafalan Al-Qur’an yang digunakan dan faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam menghafal Al-Qur’an
c.
Analisis Dokumen Digunakan untuk menganalisis dokumen-dokumen yang mendukung dalam penelitian tersebut
7. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011: 244)
Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angkaangka. Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara di antaranya. Wawancara, observasi, intisari dokumen. Untuk itu analisa kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Huberman & Matthew, 1992: 16) Secara rinci dalam proses analisis data digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Komponen analisis data: model alir (Huberman & Matthew, 1992: 18)
a. Reduksi Data Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun
ringkasan, membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai. Ada beberapa hal yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian. b. Penyajian Data Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian daya yang baik merupakan suatu cara utama bagi penyajian data yang shahih. c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlansung.
Verifikasi
itu
kemungkinan
setingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam penganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan demikian verifikasi kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur
menjadi relevan. Dalam hal ini penulis menggunakan tabel triangulasi. 8. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2011: 267) Untuk pengecekan keabsahan data, peneliti menggunakan teknik perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi dan menggunakan bahan referensi. a.
Perpanjangan Pengamatan Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas data karena peneliti kembali mengamati ke lapangan dengan wawancara ulang pada kepada sumber data yang ditemui ataupun yang baru. Hal ini dilakukan agar yang semulanya peneliti dianggap sebagai orang asing dan masih dicurigai dapat membangun hubungan baik antara peneliti dengan nara sumber semakin akrab.
b.
Meningkatkan Ketekunan.
Pengamatan secara cermat serta berkesinambungan merupakan salah satu cara yang digunakan peneliti dalam meningkatkan ketekunan dalam pengumpulan data. Hal ini digunakan untuk mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul agar penyajian data lebih akurat dan sistematis. Selain itu dengan membaca berbagai macam referensi
yang
berkaitan
akan
mendukung
peneliti
dalam
mengkoreksi data yang sudah terkumpul. c.
Triangulasi Triangulasi merupakan teknik yang digunakan dalam memeriksa keabsahan daya yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pembanding data tersebut. Hal ini dapat diperoleh dengan beberapa cara, antara lain: 1.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2.
Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil wawancara informan yang berbeda.
3.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.
4.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
d.
Bahan Referensi Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2011: 275). Salah satu bahan referensi disini adalah foto-foto yang di ambil ketika melakukan penelitian. Selain itu, camera dan alat perekam suara juga dapat membantu dalam mendukung kredibilitas data yang ditemukan.
9. Tahap-Tahap Penelitian Dalam melakukan penelitian ini peneliti melewati berbagai tahaptahap yang digunakan dalam menyusun laporan, antara lain : a.
Tahap Pra Lapangan Pada tahapan ini peneliti mencoba memperhatikan berbagai macam persoalan serta mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam penelitian nantinya. Persiapan yang dimaksud disini berupa menyusun rancangan penelitian, perizinan dalam melakukan penelitian, menilai lokasi tempat penelitian, serta mencari informasi melalui informan yang bersangkutan.
b.
Tahap Penelitian Peneliti dalam tahapan ini mencoba bersungguh-sungguh dalam mencari serta mengumpulkan data yang didapat. Serta
melakukan observasi dan wawancara melalui informan di lokasi penelitian. c.
Tahap Analisis Pada tahapan ini peneliti berusaha menemukan data serta membuat kesimpulan dari hasil penelitiannya.
G.
Sistematika Penulisan Berikut ini penulis coba uraikan sistematika penulisan agar dapat mudah di pahami dalam menelaah pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Bab I : Pendahuluan Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup pendekatan dan rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data, pengecekan keabsahan data, dab tahapantahapan penelitian.
Bab II : Kajian Pustaka Berisi kajian pustaka yang mencakup tinjauan umum tentang menghafal Al-Qur’an dan metode tahfidzul qur’an. Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian Berisi tentang paparan data dan temuan penelitian yang mencangkup kondisi umum Sekolah Dasar Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad, metode tahfidzul qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad, hasil dari penggunaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ
Al-Irsyad,
faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
pelaksanaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad, Bab IV : Pembahasan Berisi mengenai pembahasan temuan penelitian yang ada di lapangan. Mencangkup metode tahfidzul qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad, hasil dari penggunaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad, faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad, Bab V : Penutup Berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Menghafal Al-Qur’an 1. Definisi Menghafal Al-Qur’an Menurut etimologi, kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. Dalam terminologi, istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan,sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali (http://www.referensimakalah.com/2012/12/menghapalalquran-pengertian-dasar-hukum-tujuan-dan-hikmah.html,
diambil
tanggal 30 Mei 2013) Tahfidzul Qur’an dalam bahasa Arab berasal dari kata hafidzoyahfadzhu-hifzhon yang berarti menghafal. Sedangkan Al-Qur’an juga merupakan bahasa Arab yang artinya adalah bacaan atau yang dibaca.
Secara Istilah yang dimaksud dengan hifdzhi Al-Qur’an adalah menghafal Al-Qur’an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat Al-Fatiha hingga surat An-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil kepada kita dengan jalan mutawwatir (Munjahid, 2007: 74) 2. Landasan Menghafal Al-Qur’an Para ulama sepakat bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Apabila di antara anggota masyarakat ada yang sudah melaksanakannya maka bebaslah beban anggota masyarakat yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya. Prinsip fardhu kifayah ini dimaksudkan untuk menjaga Al-Qur’an dari pemalsuan, perubahan, dan pergantian seperti yang pernah terjadi terhadap kitab-kitab yang lain pada masa lalu Imam as-Suyuti dalam kitabnya, al-Itqan mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya menghafal Al-Qur’an itu adalah fardhu kifayah bagi umat.” (343: 1) (Sa’dullah, 2008: 19) 3. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an Seorang penghafal Al-Qur’an dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan lingkungannya. Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah
Saw.
Artinya:
“Pelajarilah
Al-Qur’an
dan
bacalah,
sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur’an dan membacanya adalah seperti tempat air penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar ke mana-mana. Barang siapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Qur’an adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik” (HR. Tirmidzi, Ibnu majah, Ibnu Khuzaimah, serta Ibnu Hibban. Tirmidzi menilai hadist ini adalah hasan) Dari hadist di atas nampak jelas keutamaan menghafal Al-Qur’an hingga Rasulullah mengibaratkan seperti minyak misik, dengan berarti seseorang yang memakainya memberikan bau wangi kepada orang-orang dan lingkungan di sekelilingnya. Dengan demikian orang yang menghafal Al-Qur’an diharapkan dan hampir dapat dipastikan dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan lingkungan. (Munjahid, 2007: 75) Sedangkan dalam buku Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an dikatakan bahwa, menurut para ulama di antara beberapa faedah menghafal Al-Qur’an adalah: a.
Jika disertai dengan amal saleh dan keikhlasan maka ini merupakan kemenangan dan kebahagian di dunia dan di akhirat. Tidak kita ragukan lagi bahwa ikhlas dan mengharapkan pahala Allah adalah syarat sah dan diterimanya amal. Sesungguhnya
setiap amal yang kosong dari sifat ikhlas tidak akan memberikan buah. (Al-Mulham,2013: 25) b.
Orang yang menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang. Karena itu para penghafal Al-Qur’an lebih cepat mengerti teliti, dan lebih hati-hati kerena banyak latihan untuk mencocokan ayat serta membandingkan dengan ayat lainnya.
c.
Menghafal Al-Qur’an merupakan bahtera ilmu. Karena akan mendorong seseorang yang hafal Al-Qur’an untuk berprestasi lebih tinggi daripada teman-temannya yang tidak hafal Al-Qur’an, sekalipun umur, kecerdasan, dan ilmu mereka berdekatan.
d.
Penghafal Al-Qur’an memiliki identitas yang baik, akhlak, dan perilaku yang baik.
e.
Penghafal Al-Qur’an mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara thabi’I (alami), sehingga bisa fasih berbicara dan ucapannya benar.
f.
Jika menghafal Al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat di dalam Al-Qur’an berarti ia telah banyak menguasai arti kosakata bahasa Arab, seakan-akan ia telah menghafalkan sebuah kamus bahasa Arab.
g.
Dalam Al-Qur’an banyak sekali kata-kata bijak (hikmah) yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Dengan menghafal Al-Qur’an, seseorang akan banyak menghafalkan kata-kata tersebut. Bahasa dan ulub (susunan kalimat) Al-Qur’an sangatlah memikat dan mengandung sastra Arab yang tinggi. Seseorang penghafal Al-Qur’an yang mampu menyerap wahana sastranya, akan mendapatkan dzauq adabi (rasa sastra) yang tinggi. Hal ini bisa bermanfaat dalam menikmati sastra Al-Qur’an yang akan menggugah jiwa, sesuatu yang tak mampu dinikmati oleh orang lain.
h.
Dalam Al-Qur’an banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan dengan ilmu Nahwu dan Sharaf. Seseorang penghafal Al-Qur’an akan dengan cepat menghadirkan dalil-dalil dari ayat Al-Qur’an untuk suatu kaidah dalam ilmu Nahwu dan Sharaf.
i.
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat hukum. Seseorang penghafal Al-Qur’an akan dengan cepat pula menghadirkan ayatayat hukum yang ia perlukan dalam menjawab satu persoalan hukum.
j.
Seorang penghafal Al-Qur’an setiap waktu akan selalu memutar otaknya agar hafalan Al-Qur’annya tidak lupa. Hal ini akan menjadikan hafalannya kuat. Ia akan terbiasa menyimpan memori dalam ingatannya. (Sa’dullah, 2008: 22)
4. Etika Membaca dan Langkah-Langkah Menghafal Al-Qur’an Adapun etika membaca Al-Qur’an adalah: a.
Menggosok gigi sebelum membaca Untuk memuliakan kitab suci Allah Swt. disunatkan sebelum membaca Al-Qur’an bersiwak/menggosok gigi dalam dan dimulai dari arah kanan mulutnya. Selain itu ketika seseorang bersiwak supaya berdo’a sebagai berikut: Artinya: “Ya Allah berikanlah keberkahan padaku di dalam bersiwak Hai Dzat yang Maha penyayang di antara yang penyayang”
b.
Bersuci Sebaiknya sebelum seorang membaca Al-Qur’an bersuci lebih dahulu. Walaupun ijma’ kaum muslimin membolehkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan berhadats kecil. Imam anNawawi mengharamkan membaca Al-Qur’an bagi orang junub (berhadats besar) dan wanita yang sedang haidh
c.
Membaca di tempat yang suci Sebaiknya bagi orang yang membaca Al-Qur’an memilih tempat yang suci. Sedang yang paling utama adalah di dalam masjid, karena masjid adalah tempat yang mulia, suci dan terpelihara dari najis. Selain itu jika diniat i’tikaf dia akan memperoleh pahala i’tikaf.
Adapun membaca Al-Qur’an di jalan, dibolehkan asal berniat sungguh-sungguh, tetapi jika diniati main-main hukumnya menjadi makruh, sebagai makruhnya orang membaca Al-Qur’an dalam kondisi mengantuk. Karena dikhawatirkan akan salah bacaannya. d.
Menghadap kiblat Sebaiknya bagi orang yang membaca Al-Qur’an menghadap kiblat. Karena sebaik-baiknya majlis adalah menghadap kiblat. Hendaknya ia duduk dengan khusyuk’ merendahkan diri dan pandangannya seperti berada di majlis gurunya. Ini adalah yang utama. Namun jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan berdiri, berbaring dan di atas kasurnya atau lain-lainnya sebenarnya bolehboleh saja tetapi tidak seutama jika dilakukan sambil duduk dan menghadap kiblat.
e.
Membaca ta’awwudz Menurut Jumhur Ulama’ sebelum membaca Al-Qur’an disunatkan untuk membaca ta’awwudz lebih dahulu sedangkan menurut sebagian ulama’ salaf disunnatkan membaca Ta’awwudz sesudah membaca Al-Qur’an. (Munjahid, 2007: 60). Sebagaimana pendapat sebagian di antara kita, bahwa menghafal Al-Qur’an bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan gampang. Perlu kita mengerti
dalam menghafal
Al-Qur’an harus
langkah-langkah yang dicapai antara lain, yaitu:
memperhatikan
a.
Keinginan yang tulus dan niat yang kuat untuk menghafal AlQur’an
b.
Pelajari aturan-aturan membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan seorang guru yang memperlajari dan mengetahui dengan baik aturan-aturan tersebut (Badwilan, 2009: 96).
c.
Membaca dengan benar
d.
Target hafalan harian (Az-zawawi, 2013: 70)
e.
Memuroj’ah (mengulangi) hafalan yang sudah dikuasai
5. Syarat Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu amalan yang sangat mulia, hal ini terbukti banyak di antara para sahabat Rasulullah yang menghafal Al-Qur’an. Untuk memotifasi diri agar kemudian kita menghafal Al-Qur’an, di antaranya adalah kita mengetahui apa saja syarat dalam menghafal Al-Qur’an agar setiap aktifitas menghafal AlQur’an kita senantiasa berpijak pada aturan yang baik dan benar. Di antara syarat dalam menghafal Al-Qur’an adalah: a.
Mempersiapkan diri secara pribadi Mempersiapkan diri secara pribadi dalam hal ini adalah menyiapkan niat yang ikhlas serta kuat dalam menjalani proses menghafal Al-Qur’an pada hari-hari selanjutnya
b.
Membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar Al-Qur’an Al-Karim merupakan bacaan yang baik, namun kita pun juga membacanya dengan baik dan benar yaitu sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang sudah kita miliki dan pelajari. Di samping bacaan yang benar dan baik, juga dianjurkan untuk lancar membaca. Dengan demikian insyaAllah akan menghasilkan suatu hafalan yang benar dan baik pula (Sugianto, 2004: 52) Ilmu
tajwid
menurut
bahasa
artinya
membaguskan.
Sedangkan menurut istilah adalah: “Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi hak dan mustahaknya” (Anwar, 2013: 11) c.
Memiliki akhlaq yang terpuji (Aklaqul Karimah) Hal ini menjadi suatu yang penting ketika Al-Qur’an dihafal oleh orang-orang yang memiliki akhlaq yang baik, karena menghafal Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa. Dan ilmu ini tidak akan diturunkan kepada orang-orang yang berbuat kemungkaran, sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh AlWaqi’ (guru Imam Syafi’i) berkata : “Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan dihidayahkan kepada orang yang ahli maksiat”
d.
Bersemangat, disiplin dan istiqomah dalam menghafal Al-Qur’an
Orang yang mempunyai keinginan yang kuat dibuktikan dengan semangat yang kuat pula dalam mencapai apa yang ia tujukan. Kemudian barulah seorang calon hafidz harus disiplin dan istiqomah dalam menghafal Al-Qur’an. e.
Talaqqi kepada seorang guru Hal ini juga harus diperhatikan mana kala seorang penghafal Al-Qur’an benar-benar memiliki kemauan yang kuat dalam menghafal Al-Qur’an. Muhammad bin Sirrin dan Annas bin Malik pernah menyatakan,“Ilmu itu agama, maka perhatikanlah orangorang yang hendak kalian ambil agamanya” Seorang murid harus menatap gurunya dengan penuh hormat seraya meyakini bahwa gurunya orang yang unggul. Sikap demikian lebih mendekatkan seorang murid untuk memperoleh kemanfaatan ilmu.
Guru
tahfidz
adalah
seseorang
yang
membimbing,
mengarahkan, dan menyimak hafalan para penghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an tidak diperbolehkan sendiri tanpa seorang guru, karena di dalam Al-Qur’an banyak terdapat bacaan-bacaan sulit (musykil) yang tidak bisa dikuasai hanya dengan mempelajari teorinya saja (Sa’dullah, 2008: 33) 6. Pemeliharaan Hafalan Al-Qur’an Rasulullah Saw. menganjurkan agar Al-Qur’an selalu dibaca, dihafal dan diwajibkan untuk membacanya di dalam shalat. Al-Qur’an
merupakan satu-satu-satunya kitab suci yang kemurniannya telah dijamin oleh Allah Swt. hingga hari akhir tidak akan mengalami perubahan, penambahan maupun pengurangan. Tidak ada satu huruf pun yang bergeser atau berubah dari tempatnya dan tidak satu huruf atau kata pun yang mungkin dapat disisipkan di dalamnya oleh siapa pun (Sugiato, 2004: 44). Dalam hal ini, Allah Swt. menegaskan dalam firman-Nya. Artinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubahrubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. 6: 115) Selain itu, Nabi Muhammad Saw. mengisyaratkan bahwa menghafal Al-Qur’an itu ibarat berburu di hutan. Apabila pemburu ini pusat perhatiannya ke binatang yang ada di depannya, tidak memerhatikan hasil buruannya, maka hasil buruannya ini akan lepas pula. Begitu pula orang yang menghafal Al-Qur’an kalau pusat perhatiannya tertuju hanya kepada materi baru yang dihafalnya saja, sedang materi yang sudah dihafal ditinggalkannya, maka akan sia-sia karena hafalannya itu bisa lupa atau hilang (Sa’dullah, 2008: 85) Dari apa yang dikatakan oleh Rasulullah di atas jelaslah bahwa pemeliharaan hafalan itu sangatlah penting mengulangi kembali hafalan (muroja’ah) Al-Qur’an merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menguatkan hafalan. Dalam sebuah hadist yang telah diceritakan oleh
Yahya bin Yahya, ia berkata,”Saya belajar kepada Malik dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: Artinya : “Perumpamaan orang yang menghafal Al-Qur’an adalah bagaikan unta yang diikat lehernya. Apabila kau mengikatnya kuat dan tepat, maka terpeliharalah. Dan manakala mengikatnya tidak kuat, maka ia akan lepas dan lari” (Muttafaq ’alaih) Berikut ini ada beberapa kiat-kiat supaya hafalan Al-Qur’an tidak luntur dan lupa, antara lain: a.
Materi yang sudah dihafal hendaknya diperdengarkan (disima’) kepada orang lain yang ahli, jangan mempercayai diri sendiri karena kerap kali sering salah. Nabi Muhammad sendiri disima’ hafalannya oleh Malaikat Jibril pada tiap tahun di bulan Ramadhan.
b.
Untuk memperkokoh hafalan yang telah ada perlu diulang-ulang pada waktu shalat sendirian, menjadi imam dalam shalat berjama’ah, atau bersama penghafal lainnya secara darusan (mudarosah) yang menjadikan kita aktif dalam membaca. Atau juga dijadikan sebagai dzikir pada seriap keadaan, baik dalam keadaan duduk, berdiri, berjalan-jalan maupun bepergian, asalkan kondisi badan dalam keadaan fit dan fresh (segar) kalau hafalan sudah betul-betul melekat sebagaimana hafal surat Al-Fatihah, maka barangkali sulit untuk lupa kembali.
c.
Lakukan proses menghafal secara kontinyu (istiqomah) tanpa ada masa jeda (bosan) kecuali pada saat-saat istirahat. Karena dengan sesekali ditinggalkan mungkin suasananya akan menjadi baru dan lebih fresh
d.
Lakukan menghafal maupun mengulang hafalan Al-Qur’an pada saat kondisi badan sedang fit, fresh (segar) dan tidak lapar agar tidak mengantuk. Karena dalam menghafal perlu energi banyak untuk mensuplai darah segar ke otak, badan kalau loyo akan mengganggu dalam proses menghafal. Di samping itu, usahakan pada saat menghafal berada dalam ruangan yang terang dan tidak ribut kecuali oleh suara penghafal lainnya.
e.
Usahakan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, karena akan mengganggu pikiran sehingga konsentrasi terhadap hafalan menjadi hilang.
f.
Lakukan kegiatan mengulang hafalan dengan konsentrasi penuh pada bidang hafalan, karena kalau tidak dengan konsentrasi maka akan memakan waktu lama, dan mulut komat-kamit tak tentu arah akhirnya capek dan menyebalkan.
g.
Mendengarkan hafalan Al-Qur’an dari kaset-kaset atau mempelajari terjemahan, hal ini akan membantu melekatkan hafalan. (Sugianto, 2004: 106)
7. Problematika Menghafal Al-Qur’an Di antara problematika menghafal Al-Qur’an antara lain: a.
Lupa ayat-ayat yang sudah dihafal Kejadian ini merupakan hal yang banyak terjadi dikalangan para penghafal Al-Qur’an. Maka solusi yang terbaik dalam hal ini adalah mengulangi kembali serta menguatkan hafalan yang sudah dikuasai selama ini.
b.
Banyak kesamaan di antara ayat-ayat Al-Qur’an Mutasyabihat, adalah istilah untuk menyebut ayat-ayat yang mirip di dalam Al-Qur’an. Kemiripan antar ayat ini ada yang sama persis, ada yang perbedaan satu huruf, ada juga yang mirip tapi memiliki beberapa perbedaan (Muhith, 2012: 34). Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang diulangi kembali namun hal ini tidaklah sama dengan ayat sebelumnya karena pada sambungan ayat akan menunjukkan perbedaan makna. Maka dalam hal ini, seorang penghafal Al-Qur’an hendaknya juga mengetahui arti dan maksud dari ayat tersebut agar tidak keliru dalam mengucapkannya atau pun salah sambung ayat.
c.
Gangguan Asmara Fenomena ini merupakan hal yang langka terjadi di kalangan penghafal Al-Qur’an, adapun yang terjadi mungkin hanya sebagian kecil saja. Persoalan itu muncul karena mayoritas penghafal AlQur’an itu berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik dengan lawan jenis. Hal ini dianggap wajar karena proses alamiah yang muncul pada masa pubertas tersebut. Persoalan ini bisa diantisipasi dengan tidak membiarkan bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, dan lain-lain. Namun juga terkadang gangguan asmara ini bukan merupakan suatu gangguan yang berarti bahkan bisa dijadikan sebagai pemicu semangat dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur’an jika yang bersangkutan bisa menyikapi dengan bersifat kedewasaan.
d.
Sukar menghafal Keadaan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain tingkat intelegensi questioner (IQ) yang rendah, pikiran sedang kacau, badan kurang sehat atau fresh, kondisi di sekitar sedang gaduh sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dan lain-lain. Persoalan ini sebenarnya bisa diantisipasi sendiri oleh penghafal karena dialah yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
e.
Melemahnya semangat menghafal Al-Qur’an Hal ini biasa terjadi pada waktu menghafal berada pada juzjuz pertengahan. Ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan yang harus digarap masih panjang. Untuk mengantisipasinya dengan kesabaran yang terus menerus dan punya keyakinan (optimis) kalau pekerjaan menghafal ini akan berangsur-angsur bisa terlewati dan sampai khatam. Selain itu seorang penghafal juga dapat membuat variasi-variasi dalam menghafal, misalnya dengan menghafal selangseling antara juz-juz awal dan juz-juz akhir sehingga bertemu di pertengahan Al-Qur’an (juz 1, 30, 2, 29, 3, 28…) sebagai antisipasi untuk menghindari kejenuhan.
f.
Tidak istiqomah Problem ini pun sering dihadapi oleh penghafal Al-Qur’an. Penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman yang bukan penghafal Al-Qur’an untuk mengadakan aktifitas yang tidak ada kaitannya dengan belajar, sehingga banyak waktu yang terbuang. Adakalanya juga penghafal Al-Qur’an yang memiliki tingkat IQ sedang atau rendah terpengaruh dengan cara dan pola penghafal yang memiliki tingkat IQ yang tinggi yang membutuhkan waktu sebentar dalam menghafal. Untuk mengantisipasi hal ini, kembali pada tingkat kesadaran penghafal itu sendiri dan arahan atau bimbingan dari guru.
8. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an Ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang dalam menghafal Al-Qur’an di antaranya yaitu faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Qur’an. Pada faktor pendukung, seorang penghafal AlQur’an lebih memudahkan dirinya dalam menguasai hafalan Al-Qur’an yang ia pelajari. Sedangkan pada faktor penghambat, seorang penghafal merasa kesulitan atau merasakan hambatan dalam proses menghafal AlQur’an. Pada bahasan ini penulis akan mencoba menguraikan satu persatu dari faktor tersebut. a.
Faktor Pendukung Menghafal Al-Qur’an Faktor ini di antaranya yang mendukung untuk memudahkan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an adalah: 1.
Selalu bertawakal kepada Allah Setiap hafalan yang sudah dikuasai hendaknya selalu iringi dengan sikap tawakal hal ini akan menjadikan seorang penghafal senantiasa optimis dalam menguasai hafalannya, bukan hanya itu bahkan pada setiap sendi kehidupan seseorang hendaknya
senantiasa
bertawakal
kepada
Allah
Swt.
sebagaimana yang difirmankan dalam kitab suci Al-Qur’an, Artinya: “ Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan
urusan
(yang
dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. 65: 3) 2.
Menguatkan niat dalam menghafal Al-Qur’an Niat yang ikhlas akan senantiasa menjaga seseorang dalam menunaikan suatu amalan. Begitu juga demikian ketika seseorang mengikhlaskan diri untuk menghafal Al-Qur’an maka ia akan senantiasa terjaga dari lemah semangat dalam mencapai tujuannya
3.
Menjaga diri dari kemaksiatan Orang yang senantiasa disibukkan oleh kemaksiatan menjadikan ia tidak mempunyai waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang menghafal Al-Qur’an hendaknya memperhatikan hal ini agar hati yang sudah terjaga oleh AlQur’an bisa senantiasa tentram.
4.
Mencintai Al-Qur’an Cinta pada Al-Qur’an, membaca dan menghafalnya, merupakan faktor penting untuk anda dalam menghafal AlQur’an. Karena anda tidak akan mampu untuk menghafal AlQur’an kecuali jika hati anda sudah mencintainya, karena anda
tidak akan bisa menghafalkan Al-Qur’an sedangkan anda membencinya (Ad-Nadani, 2012: 35) Dalam buku Metode Praktis Cepat Hafal Al-Qur’an dikatakan, janganlah anda menjadikan Al-Qur’an hanya untuk mengisi sisa waktu anda. Kami telah banyak menjumpai orangorang
yang menghafal
Al-Qur’an,
ketika
ditanya
oleh
pembimbing mengenai keterlambatan hafalan atau ulangan hafalan yang harus mereka selesaikan pada hari itu, mereka justru menjawabnya dengan meminta maaf karena adanya urusan-urusan dunia yang menyibukkannya, sehingga ia tidak dapat mencapai target hafalan hariannya (Az-Zawawi, 2013: 41). Dari fenomena di atas tampaklah bahwa kecintaan kepada Al-Qur’an dikalahkan oleh kecintaan duniawi yang senantiasa menjadikan lemahnya semangat dalam menghafal AlQur’an. 5.
Memelihara kesehatan dengan baik Kesehatan seseorang, baik kesehatan fisik maupun psikis (rohani) yang sedang menghafal Al-Qur’an harus selalu dijaga, supaya pencapaian target hafalan tidak terganggu. Gangguan pada
fisik
contohnya
seperti
penyakit
mata,
telinga,
tenggorokan, flu, panas, dingin, dan lain-lain yang akan
mengganggu konsentrasi menghafal. Hal ini dapat dicegah dengan cara banyak berolah raga. Memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter, menjaga agar tidak kurang tidur dan lainlain (Sa’dullah, 2008: 68) b.
Faktor penghambat menghafal Al-Qur’an 1.
Banyak dosa dan maksiat Karena hal itu membuat seorang hamba lupa pada AlQur’an dan melupakan dirinya pula, serta membutakan hatinya dari ingat kepada Allah Swt. serta serta dari membaca dan menghafal Al-Qur’an
2.
Tidak
senantiasa
mengikuti,
mengulang-ulang,
dan
memperdengarkan hafalan Al-Qur’an-nya 3.
Perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia menjadikan hati terikat dengannya, dan pada gilirannya hati menjadi keras, sehingga tidak bisa menghafal dengan mudah.
4.
Menghafal banyak ayat pada waktu yang singkat dan pindah ke selainnya sebelum menguasainya dengan baik.
5.
Semangat
yang
tinggi
untuk
menghafal
di
permulaan
membuatnya menghafal banyak ayat tanpa menguasainya dengan baik, kemudian ketika ia merasakan dirinya tidak
menguasainya dengan baik, ia pun malas
menghafal dan
meninggalkannya (Badwilan, 2009: 204) B. Metode Tahfidzul Qur’an 1. Pengertian Metode Tahfidzul Qur’an Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentu, makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian tujuan (Surakhmad, 1982: 96). Sedangkan Tahfidzul Qur’an dalam bahasa Arab berasal dari kata hafidzo-yahfadzhu-hifzhon yang berarti menghafal (Munjahid, 2007: 74). Tahfidzul Qur’an juga bisa diambil dari kata Hifdh. Hifdh merupakan bentuk masdar dari kata hafidho-yahfidhu yang berarti menghafal. Sedangkan penggabungan dengan kata Al-Qur’an merupakan bentuk idhofah yang berarti menghafalkannya. Dalam tataran praktisnya, yaitu membaca dengan lisan sehingga menimbulkan ingatan dalam pikiran dan meresap masuk dalam hati untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (Zamani dan Maksum, 2009: 20) Jadi bisa disimpulkan Metode Tahfidzul Qur’an adalah suatu cara yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an untuk mencapai suatu tujuan penghafalan yang efektif dengan cara membaca dan menimbulkan dalam pikiran serta meresap masuk kedalam hati untuk diamalkan di kehidupan sehari-hari.
2. Jenis-Jenis Metode Tahfidzul Qur’an Dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan cara atau metode yang proses penghafalan Al-Qur’an. Metode ini dapat ditemukan di sekolahsekolah Islam atau pun pada lembaga tahfidzul qur’an yang ada di lingkungan sekitar kita. Antara lain metode-metode yang digunakan adalah : a.
Metode Takrir Suatu metode mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada instruktur (guru) yang fungsinya adalah untuk menjaga agar materi yang sudah dihafal tidak kelupaan. Metode ini dapat diterapkan bagai anak-anak yang berada di TK maupun yang di kelas I SD/MI,
b. Metode Ziyadah Satu hari menghafal 1 halaman. Santri boleh menyetor langsung 1 halaman, atau satu halaman dibagi 3, baru kemudian disetorkan: -1/3 halaman ke-1 disetorkan setelah shubuh -1/3 halaman ke-2disetorkan setelah ashar -1/3 halaman ke-3 disetorkan setelah maghrib. c.
Metode Muroja’ah Juz yang dihafal dimulai dari juz 30, juz 29 lalu juz 1, juz 2 dst. Untuk juz 30, banyak santri yang sudah hafal. Untuk manajemen waktu agar semua santri bisa maju maka santri boleh setor maksimal.
d. Metode Mutaba`ah Metode ini dapat diterapkan disetiap jenjang pendidikan terutama yang berada di kelas I, II sampai kelas VI, langkahlangkahnya adalah : 1.
Guru membaca dan mengahafalkan 1 ayat dari satu surat, kemudian para siswa disuruh menirukan
2.
Setelah para siswa dianggap bisa, maka dapat dilanjutkan dengan guru membaca dari ayat pertama sampai ayat yang kelima, kemudian siswa menirukan
3.
Di akhir pelajaran guru bersama para siswa membaca ayat tersebut bersama-sama
e.
Metode Broken Ball Metode ini dapat diterapkan pada jenjang SD/MI kelas IV-VI dan jenjang seterusnya, langkah-langkahnya adalah: 1.
Guru mengahafal surat dan para siswa menirukan
2.
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 3 atau 5 siswa
3.
Guru memnyuruh para siswa bersama kelompoknya untuk menghafal surat bersama kelompoknya
4.
Guru menyuruh setiap kelompok mengajukan hafalan
5.
Guru menyuruh seluruh kelompok hafalan secara bergantian
f.
Metode Quesioner Metode ini dapat diterapkan di semua jenjang, tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hafalan yang telah dihafalkan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1.
Guru dan murid mengulang surat yang telah dihafalkan
2.
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan, baik dengan model asilah anis surah, yaitu guru membaca potongan ayat dari satu surat, kemudian murid disuruh menebak nama surat tersebut, model yang lain adalah asilah anil ayat, yaitu guru membaca 1 ayat kemudian siswa disuruh melanjutkan. Dapat pula model pertanyaan-pertanyaan lain
g.
Metode Baidhawiy Dengan metode ini diharapkan semua siswa ikut serta dan terlibat dalam kegiatan hafalan al-Qur`an, langkah-langkahnya adalah: 1.
Guru membuat kelas menjadi 1 kelompok dan posisi duduknya melingkar
2.
Guru memberitahukan para siswa surat yang akan dihafalkan
3.
Guru membaca 1 ayat dari surat tersebut
4.
Guru memerintahkan setiap santri hafalan satu persatu dengan bergiliran dan bergantian
h. Metode Taqdim Metode ini untuk mengetahui kualitas hafalan siswa secara individual, langkah-langkahnya adalah
i.
1.
Guru bersama siswa menghafalkan bersama ayat-ayat al-Qur`an
2.
Guru menyuruh siswa mengajukan hafalannya secara individual
Metode Mudhaharah Metode ini untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri, dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas hafalan Al-Qur`an atau menambah hafalan, langkah-langkahnya adalah : 1.
Guru bersama siswa menghafalkan surat
2.
Guru menyuruh siswa maju ke depan kelas dan memimpin hafalan,
3.
Guru menyuruh siswa tersebut bersama siswa yang lain menghafal surat secara bergantian
4.
Guru memerintahkan siswa tersebut memberikan pertanyaan kepada beberapa temannya
(http://roufberkarya.blogspot.com/2011/05/metode-pembelajarantahfidzul-quran.html) j.
Metode Yadain Kata Yadain menurut bahasa berasal dari kata Yadun artinya tangan, Yadain artinya dua tangan. Sedangkan menurut istilah Metode
Tahfidz
Qur’an
Yadain
adalah
suatu
cara
untuk
memudahkan menghafal Al-Qur’an dengan tujuan untuk mengetahui
bunyi ayat Al-Qur’an, nama surat, terjemah, nomor ayat, nomor halaman, letak kiri kanan, dan letak juz dengan menggunakan bahasa visualisasi kedua tangan.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi Umum Sekolah Dasar Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad 1. Letak Geografis Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an terletak di desa Butuh kecamatan Tengaran kabupaten Semarang. Lebih tepatnya Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an beralamat di Jl Solo-Semarang Km 45 Desa Butuh Kec. Tengaran Kab. Semarang Pro. Jawa Tengah PO. Box 134 Salatiga Kode Pos 50700. Telp (0298) 321568. (D/LG/01) Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an dikelilingi oleh pohon bambu dan juga pemukiman warga sehingga menjadikan suasana sekolah menjadi asri. Selain itu SDITQ Al-Irsyad bertempat satu komplek dengan Pesantren Islam Al-Irsyad. Sarana dan prasana yang mendukung juga menjadikan nilai tambah pada pesantren yang mempunyai 3 jenjang pendidikan ini yaitu SDITQ, MTS & MA. Sarana prasarana yang diberikan antara lain yaitu, Gedung sekolah berlantai 2, halaman sekolah yang luas, lapangan olah raga seperti lapangan bola, badminton serta lapangan voli, kolam renang dan juga asrama tiga lantai. Selain itu untuk SDITQ juga dilengkapi arena outdoor sebagai sarana bermain di area asrama mereka tinggal.
2. Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Tahfidzul Qur’an (SDITQ) AlIrsyad Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad berada di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam Al-Irsyad. Didirikan oleh beberapa asatizah yang bergabung dalam pengurus cabang Al-Irsyad AlIslamiyah Semarang yang utamanya dipelopori oleh ustadz Umar Abdat Rahimahullah Ta’ala. Berdirinya di awal tahun hijriah 1408 H pada tanggal 1 Muharram bertepatan dengan 26 Agustus 1986 dengan membangun 6 (enam) lokal kelas. Adapun kegiatan belajar mengajar di mulai pada bulan Dzulqo’idah 1409 H atau bertepatan dengan bulan Juli 1988. Di awal perjalanannya, Pesantren Islam Al-Irsyad membuka 2 (dua) jenjang pendidikan yaitu jenjang Mutawasithoh atau Mts dan jenjang Tajribi diperuntukkan untuk lulusan SMP/Mts & SMA sederajat. Masa belajar 1 tahun sebagai cikal bakal I’dad Mu’allimin atau MA. (D/SS/02) Kemudian atas desakan beberapa wali santri dan demi pengembangan selanjutnya, pesantren membuka jenjang Madrasah Ibtidaiyah Tahfidzul Qur’an (MITQ), pada tahun ajaran 2001/2002 MITQ bergabung dan menginduk di bawah naungan Depag. Kemudian pada permulaan tahun pelajaran 2007/2008, MITQ mencoba untuk pindah naungan ke Diknas karena adanya beberapa alasan. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang no :
821.2/3336.A/2007 tentang izin pendirian sekolah tertanggal Unggaran, 16 Nopember 2007 maka sejak saat itulah, penggunaan nama SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an) Al-Irsyad, mulai dipakai. 3. Sekilas Profil Pesantren Islam Al-Irsyad a.
Badan Hukum Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran berdiri di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam Al-Irsyad (YPIA) yang berlokasi di Jl. Petek No. 13 Semarang berdasarkan Akte Notaris Muhammad Hafidh, SH No. 5/2006
b.
Dewan Yayasan Tanggung jawab Dewan Yayasan adalah bertugas untuk mengontrol dan mengambil kebijakan yang bersifat umum bagi pengembangan dan operasional Pesantren (D/PS/03). Dewan Yayasan dipimpin oleh seorang Ketua Yayasan dan dalam menjalankan tugas dan fungsi hariannya membentuk struktur yang dikenal dengan Dewan Pengawasan dan Pengembangan Pesantren (DPP). Susunan Strukturnya adalah sebagai berikut: Ketua
: Cholid Bawazier
Anggota Bidang Pembangunan & Keu
: Nadji Abdat
Bidang SarPras dan Umum
: Muhammad Harharah
Bidang Organisasi & Manajemen
: Cholid Bawazier
Bidang Pendidikan & Pengajaran
: Thoriq Abdat
c.
Struktur Bidang SDITQ Struktur Bidang di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah
: Muhammad Zainuddin, S.Pd.I
2. Waka Kurikulum
: Muh Ahyani, S.Pd.I
3. Waka Administrasi
: Slamet Widodo, A.Md
4. Waka Kesiswaan
: Sutarwan, S.Pd.I
5. Waka Laboratorium
: Muhammad Arifin Siregar, S.Kom
6. Bendahara
: Saifudin Mujiono, S.Pd.I
7. Sie Perpustakaan
: Rustoni, S.Pd.I
8. Sie Bimbingan Konsling
: Surtrisno
9. Wali Kelas I
: Muh Ahyani, S.Pd.I
10. Wali Kelas II
: Hendra Prabawa, S.Pd.I
11. Wali Kelas III
: Mukhtafi Billah, SH
12. Wali Kelas IV
: Andi Tri Cahyo, S.Pd
13. Wali Kelas V
: Tohilman, S.Pd.I
14. Wali Kelas VI
: Sutarwan, S.Pd.I
Gambar 3.1 Susunan Struktur Organisasi Sekolah (D/SO/04) 4. Visi dan Misi SDITQ Al-Irsyad a.
Visi Sekolah Diakui sebagai salah satu Pondok Pesantren Islam terbaik di wilayah Nusantara maupun Mancanegara yang bermanhaj Salaful Ummah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah). (D/VM/05)
b.
Misi Sekolah 1.
Terwujudnya pesantren dengan fasilitas yang memadai
2.
Terciptanya lulusan yang menguasai bidang agama dan bahasa Arab, Inggris, Indonesia dengan aktif dan setiap uni setara dengan SBI
3.
Lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang lebih tiggi baik di dalam maupun luar negeri
4.
Terwujudnya warga belajar yang peduli terhadap kebersihan
5.
Terwujudnya warga belajar yang memiliki akhlak
6.
Lulusan dengan hasil UN tinggi, diakui oleh pemerintah
7.
PIA mempunyai kualitas berstandar ISO
8.
Memperoleh akreditas A dengan nilai minimal 95
9.
Manejemen sekolah berstandar BNSP
B. Metode Tahfidzul Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah seorang guru tahfidzul qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an AlIrsyad mengatakan bahwa: “Metode tahfidzul qur’an di SDITQ dinamakan Metode Pakistani karena metode ini di datangkan lansung dari Pakistan yang dibawakan oleh Syeikh Ali dari timur tengah”. (W/MTQ/THN/02/21-07-2013/R-02) Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa metode tahfidzul qur’an yang dilaksanakan di SDITQ Al-Irsyad adalah Metode Pakistani, yang mana metode tersebut di bawakan oleh seorang syeikh yang bernama Syeikh Ali dari timur tengah. Penuturan lansung yang disampaikan oleh THN mempunyai kesamaan dengan hasil wawancara peneliti dengan MAN bahwa : “Sebagaimana yang kita sudah terapkan selama ini bahwa metode yang kita gunakan di SDITQ untuk tahfidz kita namakan dengan metode Pakistani”. (W/MTQ/MAN/05/26-07-2013/R-05) Dari kedua sumber informasi tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa Metode yang selama ini digunakan oleh Sekolah Dasar Islam
Tahfidzul Qur’an Al-Irsyad adalah Metode Pakistani. Metode ini dibawakan lansung oleh seorang pengajar yang bernama Syeikh Ali dari Pakistan tepatnya di daerah timur tengah sehingga dinamakan metode Pakistani. 1. Jenis Metode yang Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari MAN, mengatakan bahwa: “Metode Pakistani mempunyai 3 jenis antara lain yaitu sabak, sabki dan manzil. Sabak adalah hafalan baru, sabki merupakan hafalan kemaren yang dihafal siswa dan manzil itu hafalan siswa yang sudah satu juz dan harus disetorkan secara berulang kali”. (W/MTQJ/MAN/05/26-072013/R-05)
Dari wawancara yang telah dilakukan, pendapat ini mempunyai kesamaan informasi yang disampaikan oleh STN, bahwa: “Pakistani itu ada sabak, sabki dan manzil. Sabak bisa dikatakan juga sebagai hafalan baru, jika siswa mau menghafal satu juz selama setahun maka siswa harus bisa menghafal minimal 3 baris setiap hari. Kalau sabki itu seperti murojaah hafalan yang terakhir kemarin. Kalau manzil itu keseluruhan hafalan harus dimujoja’ah dan disetorkan minimal seperempat juz habis maghrib”. (W/MTQJ/STN/04/24-07-2013/R-04)
Berdasarkan buku panduan dari Metode Tahfidzul Qur’an di SDITQ Al-Irsyad, peneliti menemukan kesamaan dari hasil wawancara tersebut. Disana dikatakan bahwa metode diadaptasi dari Pakistani : Metode sabak, sabqi, manzil. - Sabak : Setoran baru - Sabqi : Setoran yang sudah dihafal kemarin ¼ juz.
- Manzil : Setoran hafalan yang sudah mencapai 1 juz (D/BKTQ/06) Dari penuturan kedua sumber informasi tersebut dan diperkuat dari buku panduan metode tahfidzul qur’an dapat diambil kesimpulan bahwa metode Pakistani yang selama ini digunakan sebagai metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad adalah jenis mtode yang menggabungkan antara Sabak, Sabki dan Manzil dalam suatu tahapan pelaksanaan tahfidzul qur’an di SDITQ. Dapat diketahui juga bahwa Sabak merupakan hafalan Al-Qur’an baru siswa yang sudah disetorkan pada hari itu, Sabki merupakan hafalan Al-Qur’an siswa yang dilakukan kemaren kemudian disetorkan kembali. Sedangkan Manzil yaitu hafalan Al-Qur’an siswa yang sudah mencapai satu juz kemudian disetorkan secara berkala sebanyak sepermpat juz setelah magrib. 2. Tujuan Metode Tahfidzul Qur'an Diterapkan di SDITQ Al-Irsyad Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada THN mengatakan bahwa : “Tujuan ini pada intinya membantu siswa dalam menghafal serta mempermudah siswa menghafal dan menjaga hafalannya. Karena pada metode ini mempunyai 3 cara menghafal Al-Qur’an yaitu Sabak yang artinya setoran baru, sabki itu setoran yang sudah dihafal kemarin dan manzil persiapan setoran hafalan yang sudah mencapai satu juz”. (W/MTQT/THN/02/21-07-2013/R-02)
Selain itu, tujuan pelaksanaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ juga disampaikan oleh SFN bahwa :
“Tujuannya untuk melancarkan, mematangkan dan membenahi hafalan siswa baik dari segi makhrojul huruf dan juga tajwidnya”. (W/MTQT/SFN/03/24-07-2013/R-03)
Peneliti menemukan kesamaan berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, seperti yang disampaikan oleh salah seorang ustadz yang mengampu hafalan pada pagi itu bahwa kegiatan ini ditujukan bagi siswa yang ingin melancarkan bacaan dan juga hafalan mereka. Namun bagi siswa yang non asrama kegiatan pagi ini merupakan kegiatan mereka untuk menyetorkan hafalan Al-Qur’an yang telah mereka hafal di rumah. (P/MTQT/01/16-07-2013). Sedangkan pada sore harinya mereka juga melakukan kegiatan tahfidzul qur’an Hanya saja perbedaan kegiatan kali ini dengan yang lain yaitu kegiatan ini ditujukan bagi siswa yang sudah hafal satu juz atau lebih. Mereka memuroja’ah hafalan mereka secara bersama sama. Setelah mereka selesai memurojaah, mereka kembali kehadapan ustadz pengampu tahfidz yang ada di halaqohnya untuk menyetorkan hafalan yang pernah ia hafal dulunya. Setoran hafalan untuk kegiatan tahfidz kali ini dibatasi yaitu seperempat juz saja akan tetapi kegiatan ini berkesinambungan sesuai lanjutan setoran mereka dan tercatat di buku pemantau. (P/MTQT/04/17-07-2013) Dari hasil wawancara dan juga pengamatan yang telah dilakukan peneliti mengambil kesimpulan bahwa pada intinya tujuan dari penerapan
metode
tahfidzul
qur’an
di
SDITQ
adalah
untuk
mempermudah siswa dalam menghafal dan menjaga hafalannya. Selain itu tujuan dari metode yang diterapkan ini juga untuk melancarkan serta membenahi hafalan siswa dari segi makharijul huruf dan tajwid. Secara umum tujuan metode ini diterapkan sesuai dengan jenis metode yang ada. Sabak yang dilakukan pada subuh dan pagi hari bertujuan untuk menambah hafalan siswa baik asrama maupun non asrama. Sabki yang dilakukan pada sore harinya bertujuan agar mereka mempersiapkan hafalan untuk ayat yang akan mereka hafal atau pun memurojaah hafalan yang telah lalu. Sedangkan Manzil yaitu kegiatan yang dilakukan selepas sholat maghrib bertujuan untuk menyetorkan hafalan yang sudah mencapai satu juz kepada ustadz pengampu hafalan sebanyak ¼ juz secara berkala 3. Alasan Pemilihan Metode Tahfidzul Qur'an yang Diterapkan di SDITQ Al-Irsyad Alasan pemilihan metode ini disampaikan oleh ZDN dan THN, bahwa : “Kami memilih metode ini karena sebelum tahun 2009 belum ada metode baku yang diterapkan oleh SDITQ dalam tahfidzul qur’an. Akhirnya setelah kami melakukan studi banding ke Ponpes Jamilurrahman di Jogjakarta dan Ponpes Bukhori di Solo kami menemukan metode yang cocok untuk diterapkan pada kegiatan tahfidzul qur’an di SDITQ AlIrsyad. Selain itu metode ini juga efektif dalam menjaga hafalan bagi siswa karena dikontrol oleh sabak, sabki dan manzil”.(W/MTQA/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
“Alasannya yaitu menghafal menjadi mudah dan hafalannya bagus. Dan manzil bertujuan mempersiapkan biar lancar. Hal ini juga pernah saya terapkan di MAN 1 Salatiga dan pesantren lainnya, hasilnya sangat bagus dan hafalan siswa menjadi kuat”. (W/MTQA/THN/02/21-072013/R-02)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada dua informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada awalnya pemilihan metode ini dikarenakan belum ada metode baku yang menjadi landasan awal dalam kegiatan tahfidz di SDITQ. Akan tetapi setelah melakukan studi banding ke Ponpes Jamilurrahman di Jogjakarta dan Ponpes Bukhori di Solo, pihak SDITQ Al-Irsyad menemukan metode yang tepat untuk diterapkan sebagai metode tahfidzul qur’an. Pemilihan metode ini didukung dengan sabak, sabki dan manzil sebagai tahapan dalam menghafal dan dirasa efektif dalam menjaga hafalan siswa. Selain itu metode ini juga membantu siswa menghafal dan menjadikan hafalannya kuat dan bagus. 4. Media yang Digunakan Pada Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ AlIrsyad Dalam penggunaan media pada metode tahfidz ini disampaikan oleh ZDN bahwa: “Media yang kita gunakan tidak begitu banyak. Hanya saja media utama yaitu Al-Qur’an sangat diperlukan sekali dan juga MP3 Murotal AlQur’an yang diperdengarkan oleh ustadz pemandu melalui HP. Kalau media lain yang digunakan yaitu alat tulis siswa” .(W/MTQM/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
Penuturan ZDN mempunyai kesamaan berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan bahwa ada juga ustadz yang memperdengarkan murotal Al-Qur’an dari Handphonenya agar siswa dapat menirukan nada irama bacaan Al-Qur’an. (P/MTQM/02/16-072013) Selain itu Media yang digunakan juga disampaikan oleh THN dan SFN mengatakan bahwa: “Medianya yang digunakan pada pelajaran ini yaitu Al-Qur’an. Ini menjadi media utama dan juga media selanjutnya ada MP3 untuk memperdengarkan murotal atau tartil. Di samping itu buku tulis dan pena juga diperlukan untuk mengisi kegiatan lain siswa yang telah menyetorkan hafalan agar menuliskan ayat yang telah dihafalkan agar tulisan siswa rapi dan melatih siswa menulis selain itu juga digunakan untuk mengkondisikan siswa. Dan yang perlu diperhatikan juga dalam metode ini yaitu media Al-Qur’an yang kalau bisa diusahakan agar tidak gonta-ganti. Karena ini bisa mengacaukan hafalan siswa yang masih tahap awal menghafal dan menjadikan hafalannya terganggu karena cetakannya yang berbeda-beda”. (W/MTQM/THN/02/21-07-2013/R-02)
“Medianya kita ndak begitu banyak menggunakan antara lain ada AlQur’an, buku tajwid, MP3 yang didengarkan oleh pengampu tahfidz atau disini bisa dikatakan sebagai musyrif, bahkan ada juga siswa yang bawa Al-Qur’an digital tapi hanya beberapa siswa saja tentunya yang pakai media digital ini hanya siswa yang berada. Kita perbolehkan selama itu tidak mengganggu pembelajaran. Selain itu kita larang misalnya membawa hp dan mainan lainnya”. (W/MTQM/SFN/03/24-07-2013/R03)
Hal tersebut juga mempunyai kesamaan seperti yang peneliti amati di lapangan bahwa masing-masing siswa menggunakan mushaf AlQur’an mereka masing-masing. (P/MTQM/01/16-07-2013). Namun ada juga yang setelah selesai membaca mereka ditugaskan untuk menulis
ayat Al-Qur’an dibuku tulis mereka guna menguatkan hafalannya. (P/MTQM/02/16-07-2013) Penuturan selanjutnya mengenai penggunaan media dalam metode tahfidz ini juga disampaikan oleh STN, bahwa : “Medianya Al-Qur’an dan iqro', formulir mutaba’ah, dan juga MP3 murotal yang disetel dari HP musyrif”. (W/MTQM/STN/04/24-072013/R-04)
Hal ini juga mempunyai kesamaan dilapangan ketika peneliti mengamati kegiatan tahfidzul qur’an, bahwa hanya saja siswa kelas bawah seperti kelas satu dan dua membawa iqro sebagai bacaan mereka dan untuk kelas atas seperti 3, 4, 5 dan 6 membawa Al-Qur’an, (P/MTQM/02/16-07-2013) Dari penuturan lansung informan di atas dan juga pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam metode tahfidz ini tidak begitu banyak. Media utama yang diperlukan dalam metode ini yaitu Al-Qur'an, adapun media lainya yang mendukung metode ini adalah Buku tajwid yang digunakan untuk membenarkan bacaan siswa, Mp3 yang disetelkan melalui handphone pengampu hafalan agar siswa dapat menirukan irama dan makhrojul huruf, Al-Qur'an digital yang dibawa oleh siswa sebagai AlQur'an elektronik yang bisa dibaca dan didengarkan bacaannya, alat tulis untuk mengisi waktu luang siswa yang telah selesai menghafal, Iqro'
yang dibaca oleh kelas 1 dan 2, dan juga Formulir Mutaba'ah yang digunakan sebagai pemantau jumlah hafalan siswa. 5. Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an yang Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Langkah-langkah pelaksanaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad, sebagaimana yang disampaikan oleh THN dan SFN bahwa: “Langkah-langkahnya yaitu ustadz memimpin halaqoh dimulai dengan salam dan berdoa, setelah itu ustadz mengingatkan agar siswa menghafal dan membaca Al-Qur’an dan kegiatan intinya siswa menghafal bersama-sama. Kegiatan yang terakhir yaitu ustadz kembali memotivasi siswa dan mengisi kolom hafalan siswa diakhiri doa kafarotul majlis serta salam”. (W/MTQL/THN/02/21-07-2013/R-02)
“Langkah-langkahnya tidak ada yang berbeda dengan pembelajaran umum lainnya. Hanya saja disini pembelajarannya berbeda dan metodenya pun juga berbeda. Untuk kegiatan awal, guru mengucapkan salam, berdoa dan ustadz memotivasi siswa dan meminta siswa membacakan Al-Qur’an dan disimak oleh ustadz, bahkan ada juga yang dibacakan dulu oleh ustadznya kemudian siswa menyimak, atau mereka berpasangan saling membaca dan mendengarkan hafalannya, setelah itu baru disetorkan kepada ustadz. Kalau sudah selesai biasanya guru menyuruh siswa menulis ayat-ayat Al-Qur’an untuk mengisi waktu luang. Jika semua siswa sudah menyetorkan hafalannya kemudia ustadz menutup pelajaran dengan salam dan berdoa”. (W/MTQL/SFN/03/2407-2013/R-03)
Hal ini mempunyai kesamaan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan, bahwa kegiatan yang berlansung pada pagi itu dimulai dengan salam dan berdoa. (P/MTQL/02/16-07-2013). Setelah mereka lancar dalam menghafal ayat sambungan yang lalu, mereka secara bergiliran maju kehadapan musrif untuk meyetorkan ayat yang
sudah mereka hafal. Di antara siswa masih ada bacaan yang kurang tepat maka musrif pun membetulkan setiap hafalan siswa. Setelah masingmasing siswa maju untuk menyetorkan hafalan maka musyrif pun mengisi formulir hafalan mereka guna untuk memantau berapa jumlah hafalan siswa. Setelah kegiatan ba’da subuh dilaksanakan musyrif kembali mengingatkan kepada siswa yang tadi bacaannya kurang tepat untuk diperbaiki dan yang sudah tepat untuk dilancarkan. Setelah itu musyrif menutup dengan membaca doa kafaratul majlis dan siswa pun bergegas meninggalkan masjid. (P/MTQL/01/16-07-2013) Selain itu peneliti juga menemukan kesamaan dalam dokumen mengenai Langkah-langkah kegiatan tahfizul Qur’an di SDITQ AlIrsyadz
sebagaimana
yang
tertera
pada
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran. (D/RPP/07) Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan. Dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur'an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad tidaklah jauh berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran lainnya. Hanya saja materi dan metode yang digunakan berbeda dengan pelajaran umum. Kegiatan awal dibuka dengan absen dan berdoa kemudian ustadz memberikan motivasi tentang keutamaan menghafal dan membaca sebelum kegiatan tahfidz al-qur'an dimulai. Pada kegiatan inti siswa mempersiapkan hafalan yang akan disetorkan. persiapan yang dilakukan siswa dalam hafalan antara lain dengan membaca dan memuroja'ah
kembali. setelah itu disetorkan kepada ustadz yang mengampu hafalan di halaqoh masing-masing. Setelah siswa menyetorkan hafalannya, ustadz mengisi formulir hafalan masing-masing siswa. Untuk mengkondisikan siswa yang telah menyetorkan hafalan, ustadz meminta untuk menuliskan ayat yang dihafal kedalam buku tulis. Ada juga yang diminta untuk mempersiapkan setoran sabki dan menyimak bacaan atau hafalan siswa lainnya. Kegiatan penutup diakhiri dengan motivasi dari ustadz dan membaca doa kafaratul majlis serta salam. 6. Suasana Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Hasil
wawancara
yang
dilakukan
peneliti
kepada
ZDN
mengatakan bahwa : “Suasana ketika siswa menghafal bisa dikatakan kondusif karena disana lansung dipimpin oleh ustadz yang mengampu tahfidz. Kalau ribut bisa kita maklumi karena proses menghafal tidak hanya diingat melainkan diucapkan dulu baru setelah itu bisa diingat oleh siswa”.(W/MTQS/ZDN/01/21-07-2013/R-01) Hal ini mempunyai kesamaan dengan pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan, bahwa suasana terbilang kondusif meski ada beberapa siswa yang bercerita namun suasana kembali seperti semula karena siswa yang bercerita mendapat arahan dari ustadz untuk memurojaah hafalannya. (P/MTQS/02/16-07-2013). Pada sore hari ini kegiatan menghafal berlansung di tempat yang sama seperti selepas subuh tadi yaitu di masjid. Setelah para siswa melakukan sholat ashar
berjamaah mereka lansung berkumpul kembali membuat halaqoh mengelilingi ustadz. (P/MTQS/03/17-07-2013). Tidak hanya itu, ada juga dari halaqoh lain yang keluar dari masjid dan membuat lingkaran di dalam saung atau sebuah gubuk yang buat dari bambu. (P/MTQS/03/1707-2013) Selain itu MAN dan SFN juga menyampaikan bahwa : “Ya yang namanya anak kecil tentu masih banyak bermain maka terkadang ada juga siswa yang ngomong-ngomong sendiri dengan temannya. Tapi bisa diarahkan oleh ustadz masing-masing. Suasananya memang ramai tapi itu semua terkondisikan oleh hafalan masing-masing siswa dan itu lumrah”. (W/MTQS/MAN/05/26-07-2013/R-05)
“Suasananya enjoy, tidak menyikapi siswa berlebihan jika ribut karna biasanya kalau ribut dan setelah diarahkan kembali siswa biasanya manut, tapi kita tetap fokus pada tambahan hafalan. Kadang siswa bosan dengan tempat hafalan yang sering digunakan dan kita sering juga berganti ganti tempat hafalan. Ya bisa dikatakan sudah kondusif karna siswanya juga aktif menghafal”. (W/MTQS/SFN/03/24-07-2013/R-03)
Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti mengenai kegiatan tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad, dapat disimpulkan bahwa suasana pelaksanaan metode tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad terbilang kondusif. Hal ini dikarenakan suasana ketika proses kegiatan tahfidzul qur'an bisa dikendalikan lansung oleh ustadz yang bertugas sebagai pengampu hafalan siswa. Meski terkadang ditemui siswa yang mengantuk dan bercerita dengan teman di sebelahnya namun tidaklah berlansung lama karena
ustadz mengarahkan siswa untuk kembali menghafal. Selain itu suasana yang ada di kegiatan tahfidzul qur'an juga di enjoykan karena ustadz tidak terlalu berlebihan dalam menyikapi jika menemukan siswa yang berbicara atau mengantuk. Selain itu tempat yang digunakan untuk pelaksanaan tahfidzul qur'an juga berganti-ganti. pada intinya SDITQ berusaha untuk menyediakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam melakukan tahfidzul qur'an. 7. Peranan Guru Dalam Menerapkan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad ZDN menyampaikan dalam wawancara yang dilakukan peneliti, mengatakan : “Peranan guru di sini sangat vital sekali, karena diperlukan perhatian yang banyak dalam memandu tahfidz serta dibutukan kesabaran dan konsentrasi. Selain itu juga dibutuhkan komitmen dari pengampu tahfidz untuk mengontrol hafalan siswa”.(W/MTPG/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
Peranan guru yang disampaikan oleh ZDN mempunyai kesamaan pendapat yang disampaikan oleh MAN dan SFN, bahwa : “Peranan guru sangat menentukan disini terutama dalam membimbing siswa untuk membetulkan bacaan dan tajwid siswa. Dan setiap pembimbing juga harus bisa memotivasi tiap-tiap siswa”. (W/MTPG/MAN/05/26-07-2013/R-05) “Disini guru itu sebagai pengajar lansung dan penerima setoran. Dan mengawasi siswa ketika menghafal dan juga memotivasi siswa jika ada yang lambat dalam menghafal dan mempunyai kendala lain”. (W/MTPG/SFN/03/24-07-2013/R-03)
Berdasarkan penuturan lansung yang disampaikan oleh kedua informan tersebut, peneliti menemukan kesamaan dilapangan mengenai peranan guru dalam menerapkan metode tahfidz di SDITQ Al-Irsyad, bahwa jika ada terdapat kesalahan dalam membacanya maka ustadz membetulkan bacaannya. (P/MTPG/03/17-07-2013) Dari penuturan informan dan juga pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad sangatlah dibutuhkan sekali. Peran guru disini di antaranya adalah sebagai pengajar lansung dan juga sebagai pemberi motivasi kepada siswa. Dalam proses tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad guru harus bisa mengkondisikan siswanya agar bisa tetap fokus dalam menghafal. Selain itu ustadz juga harus bisa membimbing siswa dan membetulkan bacaan baik dari segi makharijul huruf serta tajwid siswa. Ustadz yang mengampu hafalan siswa juga berperan sebagai motivator untuk membangkitkan semangat siswa dalam menghafal. Disini terlihat jelas bahwa guru juga harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan pembelajaran yang edukatif bagi siswa di SDITQ Al-Irsyad.
8. Peranan Siswa Dalam Melaksanakan Metode Tahfidzul Qur'an yang Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan STN bahwa “Penanan siswa merupakan faktor utama untuk pelaksanaan ini. Karna sebagai pelaku utama kalau tidak mau hafalan maka kegiatan tidak akan berjalan”. (W/MTPS/STN/04/24-07-2013/R-04)
Hal ini juga disampaikan oleh ZDN dan SFN bahwa : “Disini siswa berperan sebagai pelaku lansung yang menghafal AlQur’an dan juga harus memiliki motivasi yang tinggi untuk menambah hafalan”.(W/MTPS/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
“Siswa itu sebagai pembelajar lansung, karena mereka menghafal sendiri apa yang sudah menjadi kewajibannya”. (W/MTPS/SFN/03/2407-2013/R-03)
Peneliti juga menemukan hal yang serupa ketika melakukan pengamatan di lapangan yaitu disini tampak para siswa sangat bersemangat dalam membaca. (P/MTPS/03/17-07-2013) Menurut wawancara dan pegamatan yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa peran siswa dalam tahfidzul qur’an menjadi faktor utama keberhasilan proses tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad. Hal ini dikarenakan siswa menjadi pembelajar lansung dalam kegiatan tahfidzul qur'an. Siswa harus bisa mengkondisikan diri untuk tetap istiqomah
dalam menghafal. Selain itu juga dibutuhkan motivasi yang kuat dari siswa agar senantiasa menambah dan menjaga hafalannya. C. Hasil Penggunaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Menurut informasi yang diperoleh peneliti yang disampaikan oleh informan bahwa: “Hasilnya Alhamdulillah baik, karena metode ini ternyata dapat membantu siswa dalam meningkatkan hafalannya serta membantu para ustadz untuk memantau hafalan siswa”.(W/HPMT/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
Penuturan lain yang serupa juga disampaikan bahwa : “Hasilnya Alhamdulillah baik, siswa rajin menghafal meski terkadang bosan dengan kegiatan menghafal tapi itu tidak berlansung lama karena kegiatan siswa selalu diawasi oleh musyrif selama 24 jam bahkan disetiap kamar juga dipasang cctv”. (W/HPMT/SFN/03/24-07-2013/R-03)
Pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan mempunyai kesamaan dengan pentuturan di atas bahwah mereka seakan akan berlomba lomba untuk segera menyetorkan hafalan mereka dan beralih pada kegiatan lainnya. (P/HPMT/04/17-07-2013) Menurut wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil dari penggunaan metode ini hasilnya baik dan dapat menjadikan siswa bersemangat dalam menghafal
1. Prestasi yang Diraih Oleh Siswa di Bidang Tahfidzul Qur’an Menurut pemaparan lansung yang disampaikan oleh informan bahwa : “Prestasi yang di raih siswa yang baru baru ini yaitu Juara 3 Nasional di Musabaqoh Hifzul Qur’an Nusantara 1 dan Harapan 2 pada lomba yang sama. Belum lama ini SDITQ juga meraih juara umum pada tingkat Propinsi Jawa Tengah”. (W/HPP/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
“Untuk prestasi yang diraih siswa belum lama ini menjadi juara 3 nasional dan juga ada juara di tingkat kecamatan dan propinsi”. (W/HPP/MAN/05/26-07-2013/R-05)
Hal tersebut juga ditemukan oleh peneliti ketika melakukan tinjauan ke lokasi bahwa terdapat beberapa tropi yang diperoleh oleh siswa SDITQ Al-irsyad di bidang tahfidzul qur’an dan bisa dilihat pada lampiran 4. Kegiatan tahfidzul qur’an di SDITQ tidak hanya berprestasi di lingkup kecamatan melainkan juga sampai ke tingkat nasional. Disini peneliti menyimpulkan bahwa prestasi yang diperoleh siswa dibidang tahfidzul qur’an sangat memuaskan. Hal ini terlihat dari penuturan lansung oleh ZDN dan MAN serta didukung oleh jumlah tropi yang diperoleh siswa dibidang tahfidz.
1. Jumlah Hafalan Siswa Ketika Menggunakan Metode Tahfidzul Qur'an yang Ada di SDITQ Al-Irsyad Menurut
informasi
yang
ditemukan
peneliti
dilapangan
mengatakan : “Jumlah hafalan siswa selalu meningkat jika menggunakan metode ini, akan tetapi semua tergantung dari masing-masing kecerdasan siswa. Ada yang menghafal 3 baris bahkan ada juga yang hanya sebaris. Tapi pembelajaran yang kami terapkan tidak ada pemaksaan. Dan kami berusaha untuk menerapkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa akan tetapi tetap fokus pada hafalan”. (W/HPJH/STN/04/24-072013/R-04) “Hafalan siswa dengan yang lainnya tentu berbeda, hanya saja bagi siswa yang rajin menghafal maka ini akan membantunya dalam meningkatkan jumlah hafalannya. Dan juga tergantung kepada kecerdasan masing-masing anak”. (W/HPJH/ZDN/01/21-07-2013/R-01) Jumlah hafalan siswa dengan menggunakan metode ini dapat dilihat berdasarkan dokumen jumlah hafalan siswa sebagai berikut (D/JHS/09):
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9
NIS
11546 08231 10413 10416 10415 10412 12532 09211 09212
NAMA
A B C D E F G H I
KLS
6 6 6 6 6 6 5 5 5
HAFALAN YANG DIMILIKI JUMLAH HAFALAN 2 4 4 4 7 7 3.5 4+ 3+
HAFALAN TERAKHIR JUZ DIHAFAL 30-28 30-27 30-27 30-27 30-24 30-24 30-29 30-26 30-27
NO
NIS
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9
11546 08231 10413 10416 10415 10412 12532 09211 09212
A B C D E F G H I
Tabel 3.1 Jumlah Hafalan Siswa Semester Genap Halaqoh 9 SDITQ Al-Irsyad
Jumlah hafalan siswa berdasarkan penuturan sumber informasi dan juga temuan peneliti dilapangan dapat diketahui bahwa hafalan AlQur’an di antara siswa berbeda-beda. Selain itu jumlah hafalan siswa juga dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan masing-masing siswa serta tingkat motivasi siswa dalam menghafal. Hafalan siswa yang mempunyai kecerdasan tinggi dan motivasi yang kuat dalam menghafal akan membantu siswa untuk menambah hafalan Al-Qur’an. 2. Kualitas Bacaan Hafalan Siswa Ketika Menggunakan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Menurut penuturan sumber informasi mengenai kualitas bacaan hafalan siswa dengan menggunakan metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad mengatakan bahwa : “Kualitas bacaan siswa itu ada yang biasa, sedang, dan bagus. Biasa itu golongannya ya masih terbata-bata dan tajwid serta makrojnya juga belum bagus, yang golongan sedang itu sudah lancar tapi belum begitu sempurna. Kalau yang bagus itu santri sudah menguasai makhroj dan tajwid serta mulai mengiramakan bacaannya. Karena dengan mengiramakan bacaan maka siswa juga akan mudah mengingat dan menghafalnya”. (W/HPKB/THN/02/21-07-2013/R-02)
“Bacaannya sudah lumayan bagus tapi untuk kelas rendah seperti kelas satu dan dua tentu masih terbata bata. Kalau mereka menghafal biasanya dituntun oleh musyrifnya, dibacakan dulu terus mereka menirukan secara berulang ulang. Kalau untuk kelas atas mulai dari kelas 3 sampai kelas 6 sudah bagus karena sudah belajar tajwid dan sering mendengarkan murotal”. (W/HPKB/SFN/03/24-07-2013/R-03)
Irama yang mereka gunakan terdengar bagus dan ada juga yang membaca
Al-qur’an
dengan
intonasi
yang
datar
tetapi
tetap
memperhatikan tajwid dan makharijul huruf. (P/HPKB/02/16-07-2013) Hal lain juga disampaikan oleh sumber informasi, beliau menyampaikan bahwa: “Kualitasnya berbeda-beda dan tergantung dari siswanya. Kalau siswanya rajin membaca maka bacaanya menjadi bagus. Untuk bacaan, kami di SDITQ menjagarkan tajwid dan mahrojul huruf”. (W/HPKB/ZDN/01/21-07-2013/R-01) Kesimpulan yang bisa diambil dari wawancara dan pengamatan peneliti di atas yaitu kualitas bacaan hafalan siswa di SDITQ Al-Irsyad sudah tergolong bagus. kualitas bacaan siswa bisa diklasifikasikan menjadi biasa, sedang dan bagus. Klasifikasi ini menunjukkan bahwa kualitas bacaan hafalan siswa di SDITQ juga bervariasi. Namun peneliti menemukan adanya siswa yang sudah bisa mengiramakan bacaannya dan memperhatikan makharijul huruf serta tajwid bacaan. Hal ini sudah menunjukkan bahwa bacaan siswa sudah mempunyai kemajuan karena siswa yang bisa mengiramakan bacaan serta memperhatikan kaidah tajwid tergolong sudah bagus. Bagi kelas bawah seperti kelas 1 dan 2 kegiatan menghafal dibimbing lansung oleh ustadz dengan cara membacakan dan kemudian ditirukan oleh siswa. Bagi siswa kelas 3 sampai kelas 6 mereka menghafal dengan cara membaca dan mengulangi bacaannya hingga hafal. Jika terdapat
kesalahan dalam bacaan maka ustadz membetulkan bacaan siswa yang salah. 3. Kelebihan
dan
Kekurangan
Metode
Tahfidzul
Qur'an
yang
Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Hasil wawancara peneliti bersama informan menemukan tentang kelebihan dan kekurangan metode tahfidzul qur’an sebagai berikut: “Di antaranya kelebihan metode ini yaitu cepat menghafal. Jika metode manzil diterapkan maka hafalan siswa menjadi kuat. Kekurangannya ketika hafalan siswa sudah banyak maka waktu yang digunakan untuk setoran dan muroja’ah pun juga banyak. Jika hal ini tidak terpenuhi maka hafalan menjadi tidak kuat. Hal ini tidak hanya berlaku untuk metode ini saja karna hampir setiap halafan Al-Qur’an jika tidak di muroja’ah terus akan tidak kuat dan juga butuh waktu untuk muroja’ah”. (W/HPKK/STN/04/24-07-2013/R-04)
“Kelebihannya metode ini bisa mendeteksi kemampuan siswa sehingga untuk memacu hafalan siswa menjadi terukur. Kalau kekurangannya waktu terbatas dan kembali kepada kemampuan masing-masing ustadz dalam mengajarkan metode ini”. (W/HPKK/MAN/05/26-07-2013/R-05)
“Untuk kelebihannya yaitu kegiatan hafalan siswa menjadi terprogram dan juga membantu dalam mengontrol hafalan siswa karna dibantu juga oleh data hafalan siswa. Kalau untuk kekurangan dari metode ini adalah biasanya dari segi waktu masih kurang karena metode ini memerlukan waktu yang cukup banyak juga”. (W/HPKK/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
Menurut informasi di atas dapat diketahui bahwa kelebihan metode tahfidzul qur'an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad yaitu kegiatan hafalan siswa menjadi terprogram dan terpantau. Selain itu ustadz yang mengampu tahfidz juga terbantu dengan metode ini karena
bisa memantau dan mengontrol hafalan siswa dari data hafalan. Metode ini juga terbilang cepat dalam menghafal dan menjadikan hafalan siswa menjadi kuat. Kelebihan lain dari metode ini yaitu dapat mendeteksi kemampuan
siswa
sehingga
ustadz
pengampu
hafalan
dapat
menyesuaikan dalam memacu hafalan siswa. Kekurangan dari metode ini antara lain yaitu, waktu yang digunakan akan menjadi lebih lama jika hafalan siswa bertambah. Hal ini dikarenakan hafalan siswa yang disetorkan akan menjadi lebih lama jika telah cukup banyak hafalan yang dimilikinya. Memerlukan waktu yang cukup banyak menjadikan hal ini sebagai kelemahan dalam metode tahfidz yang dilakukan. Akan tetapi perihal ini sudah dianggap biasa dan lumrah terjadi karena waktu yang digunakan dalam mengahafal dan memuroja'ah yang banyak tidak hanya berlaku untuk metode ini saja melainkan juga berlaku kepada kegiatan tahfidz yang menggunakan metode lainnya. Kelemahan dalam menjalankan metode ini juga tergantung kepada kemampuan ustadz yang sebagai pengampu hafalan siswa. dengan cara mengkondisikan kegiatan hafalan yang lebih baik serta menentukan waktu yang digunakan maka akan membantu proses kegiatan ini berjalan kondusif dan efisien.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Hasil penelitian mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad dapat dilihat sebagai berikut: “Faktor pendukungnya ada dua faktor yaitu bagi yang di asrama dan non asrama. Bagi siswa yang tinggal di asrama maka akan dipandu oleh musyrif selama 24 jam, suasana kondusif dan sarana prasarana yang memadai. Sedangkan untuk siswa non asrama yaitu siswa mendapatkan pengawasan dan perhatian lansung dari orang tua dan dapat menyesuaikan jadwal hafalan sendiri di rumah. Faktor penghambat juga terbagi dua yaitu dari internal siswa dan eksternal. Dari internal siswa biasanya antara lain yaitu siswa sering malas, kurang memuroja’ah hafalan, tidak berbakat menghafal, kurang membaca dan lupa akan bacaan yang telah dihafal. Dan kalau pagi biasanya mereka ada juga yang mengantuk. Sedangkan eksternalnya adalah sering bermain dan juga karena pengaruh lingkungan”. (W/FPP/THN/02/2107-2013/R-02)
Dari penuturan di atas dapat diketahui bahwa faktor pendukung dan penghambat dibedakan menjadi dua yaitu bagi siswa asrama dan non asrama. Bagi siswa asrama faktor pendukungnnya adalah proses menghafal akan dipantau oleh musyrif selama 24 jam. Suasana yang kondusif dan sarana prasarana juga menjadi faktor pendukung bagi siswa yang tinggal di asrama. Sedangkan bagi siswa non asrama, faktor pendukungnya antara lain yaitu siswa mendapatkan pengawasan lansung dari orang tua dan juga dapat menyesuaikan jadwal hafalannya sendiri. Faktor penghambat siswa dalam pelaksanaan metode tahfidz antara siswa yang di asrama dan non asrama tidak jauh berbeda. Kendala yang
sering ditemukan yaitu siswa sering malas, kurang muroja’ah hafalan, tidak berbakat menghafal, mengantuk dan lupa. Adapun faktor penghambat yang lainnya yaitu sering bermain dan menjadikan siswa lalai dalam menghafal. “Pendukung untuk metode ini biasanya selalu di bimbing oleh musyrif. Kalau non asrama kami bekerja sama dengan orang tua agar selalu memperhatikan hafalan siswa. Penghambatnya biasanya kalau anak asrama itu sering banyak bermain dan hampir sama juga dengan yang non asrama. Bahkan bagi anak yang non asrama sering menonton tv jadi menyebabkan hafalannya terganggu karna terfokus menonton dan ndak jarang juga mereka yang non asrama menceritakan kembali di kelas kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka tonton di rumah”. (W/FPP/SFN/03/2407-2013/R-03)
Dari penuturan di atas mengatakan bahwa faktor pendukung bagi siswa di asrama yaitu dibimbing lansung oleh musyrif. Sedangkan bagi siswa non asrama, pihak SDITQ berkerja sama dengan orang tua siswa agar selalu memperhatikan hafalan siswa. Faktor penghambat bagi siswa yang menghafal di asrama yaitu siswa sering banyak bermain. Bagi siswa non asrama faktor penghambatnya adalah seringnya siswa menonton tv dan menyebabkan hafalannya terganggu karena terlalu fokus dengan apa yang ditontonya. Tidak jarang juga siswa non asrama ketika kembali ke sekolah menceritakan apa yang ia tonton kepada teman-temannya. Dari pengamatan dilapangan peneliti menemukan, seperti yang dilakukan oleh seorang siswa non asrama pada pagi ini yang bernama Usamah. Ia menyetorkan hafalan yang telah ia hafal di rumah. Usamah mengatakan kalau hafalan yang ia lakukan di rumah lansung diawasi oleh orang tuanya, bahkan guna untuk menambah hafalan dan menguatkan
hafalannya Usamah diberikan oleh orang tuanya kursus untuk hafalannya kepada seorang ustadzah yang ada di lingkungan tempat ia tinggal. (P/FPP/02/16-07-2013) Pengamatan di atas merupakan salah satu faktor pendukung bagi siswa non asrama. Perhatian yang diberikan oleh orang tua ternyata mampu untuk memantau hafalan siswa. Perhatian yang diberikan oleh orang tua salah satunya yaitu memberikan kursus hafalan. Hal ini juga efektif bagi orang tua untuk mengawasi dan menambah hafalan sang anak. 1. Motivasi yang Diberikan untuk Meningkatkan Hafalan Siswa di SDITQ Al-Irsyad Hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengatakan, “Motivasi yang diberikan kepada siswa dalam meningkatkan hafalannya antara lain yaitu memberikan reward dan juga menyemangati agar mereka senantiasa meningkatkan hafalannya. Untuk reward biasanya kami memberikan voucer belanja kepada siswa untuk digunakan di kantin ponpes. Bukan hanya reward untuk belanja saja yang kami berikan melainkan juga pemberian alat-alat tulis untuk siswa yang berhasil meningkatkan hafalannya”. (W/MMH/ZDN/01/21-07-2013/R01)
Dari penuturan lansung di atas diketahui motivasi yang diberikan untuk siswa dalam meningkatkan hafalan yaitu, memberikan reward dan memberikan semangat agar siswa meningkatkan hafalannya. Reward yang diberikan oleh pihak SDITQ Al-Irsyad antara lain memberikan voucer belanja di kantin ponpes dan juga memberikan alat tulis bagi siswa yang meningkatkan hafalannya.
Sumber lain juga menyampaikan, “Kami berikan hadiah untuk siswa yang meningkatkan hafalannya dan tausiyah. Perhatian kasih sayang secara umum tanpa membeda bedakan siswa serta nasehat. Biasanya kalau siswa mencapai satu juz kami dan orang tua juga memberikan hadiah sesuai dengan keinginan siswa tentu hadiah yang diberikan yang mendidik”. (W/MMH/SFN/03/24-072013/R-03)
“Untuk meningkatkan hafalan kami selalu memberi semangat kepada siswa baik lewat tausiyah ataupun nasehat. Untuk siswa yang sudah mencapai satu juz kami berikan reward berupa hadiah baik dari sekolah maupun orang tua. Dari pihak SDITQ biasanya ada voucer jajan di Amin Mart swalayannya Al-Irsyad. Kalau dari orang tua biasanya tergantung dari permintaan masing-masing anak”. (W/MMH/STN/04/24-07-2013/R-04)
Penuturan informan di atas diketahui bahwa selain hadiah yang diberikan ada juga motivasi yang disampaikan oleh ustadz melalui nasehat dan tausiyah. Selain itu perhatian kasih sayang juga diberikan oleh pihak SDITQ agar siswa bersemangat dalam menghafal. Ada pun dari pihak orang tua siswa, motivasi yang diberikan bisa berupa hadiah akan tetapi tergantung dari permintaan masing-masing anak. Hasil pengamatan di lapangan, peneliti menemukan kesamaan seperti wawancara di atas yaitu setelah para siswa selesai membaca mereka bersama sama mendengarkan tausiyah dari ustadz tentang keutamaan menghafal, sedangkan di halaqoh lain ada juga yang memotivasi tentang kemudahan yang didapat jika menghafal Al-Qur’an salah satunya adalah mendapatkan beasiswa keluar negeri seperti alumni Pesantren Al-Irsyad. (P/MMH/03/17-07-2013)
Dari wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa motivasi yang diberikan oleh pihak SDITQ berupa voucer belanja di kantin ponpes, alat-alat tulis dan juga tausiyah tentang keutamaan menghafal serta kemudahan yang diperoleh bagi yang sudah menghafal 30 juz. Sedangkan hadiah yang diberikan oleh orang tua biasanya tergantung dari permintaan masing-masing siswa. 2. Cara Mengatasi Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti bahwa : “Awalnya kami beri pembinaan kepada siswa, jika tidak maka diberi hukuman mendidik hal ini agar siswa menjadi insyaf kalau apa yang dilakukannya seperti banyak bermain itu bisa membuatnya lalai dengan hafalannya. Dan kami juga memberikan nasehat dan memotivasi mereka agar tetap rajin dan istiqomah mengahafal”. (W/CMFP/SFN/03/24-072013/R-03)
“Untuk mengatasi faktor penghambat metode ini, kami berusaha menyediakan waktu untuk mengkaji ulang apa saja kendala yang dihadapi atau mengevaluasi. Dan juga apabila kendalanya dari siswa maka kami berusaha untuk tetap memotivasi dan menyediakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa”. (W/CMFP/STN/04/2407-2013/R-04)
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa untuk mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur’an, pihak SDITQ memberikan pembinaan kepada siswa, serta mengkaji atau mengevaluasi tentang kendala yang ditemui. Apabila kendala yang ditemui berasal dari siswa maka akan diberikan nasehat dan motivasi
agar mereka tetap rajin dan istiqomah menghafal. Namun, jika menemui suatu pelanggaran maka akan diberikan hukuman yang mendidik. Selain itu sumber lain juga menyampaikan, “Kita selalu mencoba bekerja sama dengan orang tua dalam meningkatkan dan mencari jalan keluar bagi siswa yang terkendala dalam hafalannya. Kemudian kita ada pembinaan juga dan pendampingan. kita juga berikan hukuman mendidik jika anak melangar tata tertib dalam kegiatan tahfidz”. (W/CMFP/MAN/05/26-07-2013/R05) “Biasanya kami sering evaluasi dalam hal ini dan ada juga rapat rutin mingguan serta memberikan motivasi kepada siswa yang kurang semangat dalam menghafal”.(W/CMFP/ZDN/01/21-07-2013/R-01)
Menurut penuturan di atas dapat diketahui bahwa dalam mengatasi faktor penghambat pelaksanaan metode tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad, pihak SDITQ mencoba bekerja sama dengan orang tua untuk mencari jalan keluar bagi siswa yang terkendala dalam hafalannya. Dan juga mengevaluasi dalam rapat rutin mingguan serta meningkatkan motivasi bagi siswa. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam mengatasi faktor penghambat di kegiatan tahfidzul qur’an perlu adanya kerja sama antara pihak sekolah dan juga orang tua siswa. Pihak sekolah juga memberikan pembinaan dan motivasi dalam pelaksanaan kegiatan tahfidz agar tetap menyenangkan. Selain itu juga adanya hukuman yang mendidik agar siswa tetap menjaga hafalannya.
E.
Temuan Penelitian 1. Metode Tahfidzul Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad adalah Metode Pakistani. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan metode ini dibawakan lansung oleh Syeikh Ali yang berasal dari Pakistan timur tengah. 2. Jenis metode ini di antaranya adalah sabak, sabki dan manzil. Sabak adalah hafalan siswa yang baru disetorkan, sabki adalah hafalan siswa yang telah disetorkan kemaren dan sedangkan manzil adalah hafalan 1 juz siswa yang kemudian disetorkan secara berkala sebanyak 1/4 juz setiap habis maghrib. 3. Alasan pemilihan metode ini adalah karena belum adanya metode baku yang digunakan untuk tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad. Selain itu metode ini juga efektif dalam penambahan hafalan siswa. 4. Langkah-langkah pelaksanaan metode ini di antaranya adalah: - Kegiatan awal dimulai dengan absen dan berdoa, kemudian ustadz memotivasi siswa tentang keutamaan membaca dan menghafal AlQur’an. Selanjutnya siswa memurojaah hafalan secara bersama-sama. - Kegiatan inti yaitu, siswa mempersiapan hafalan dan kemudian disetorkan kepada ustadz pengampu hafalan masing-masing. Jika siswa telah setoran hafalan maka ustadz mengkondisikan siswa agar mempersiapkan hafalan sabki, atau menuliskan ayat Al-Qur’an kedalam
buku tulis. Ada juga yang disuruh oleh ustadz untuk menyimak hafalan temannya. - Kegiatan penutup yaitu ustadz kembali memotivasi siswa serta mempersiapkan diri agar membaca dan menghafal di asrama atau di rumah masing-masing. Kemudian di akhiri dengan doa kafaratul majlis dan salam. 5. Metode ini bagus untuk diterapkan dalam kegiatan menghafal sehari-hari.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Metode Tahfidzul Qur’an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad Dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an dibutuhkan suatu cara atau metode yang digunakan agar kegiatan berjalan efektif dan efisien. Menurut Surakhmad (1982: 96) mengatakan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentu, makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. sedangkan Asril (2011: 4) juga menjelaskan metode sebagai cara atau teknik-teknik tertentu yang dianggap baik (efesien dan efektif). Tahfidzul Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu hafidzo-yahfadzhu-hifdzhon yang artinya menghafal (Munjahid, 2007: 74). Metode tahfidzul qur’an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad dinamakan dengan metode Pakistani. Metode ini dibawakan lansung oleh Syeikh Ali yang berasal dari Pakistan. Metode ini mempunyai 3 tahapan dalam proses menghafal yaitu: sabak, sabki dan manzil. Sabak yaitu hafalan baru siswa yang dilakukan pada hari itu, sabki yaitu hafalan yang sudah dilakukan siswa pada hari sebelumnya, sedangkan manzil yaitu hafalan satu juz siswa.
1. Jenis Metode yang Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Jenis metode ini di antaranya adalah : a.
Sabak : Setoran baru
b.
Sabqi : Setoran yang sudah dihafal kemarin
c.
Manzil : Setoran hafalan yang sudah mencapai 1 juz Metode ini dibimbing lansung oleh ustadz yang mengampu hafalan
siswa dalam suatu halaqoh. Sabak bertujuan untuk menambah hafalan siswa, sabki bertujuan agar siswa melancarkan hafalan sebelumnya, dan manzil bertujuan untuk menguatkan hafalan siswa secara keseluruhan. Jenis metode yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad mempunyai kesamaan dengan jenis metode yang disampaikan Sa’dullah (2008: 55) metode campuran yaitu kombinasi antara metode seluruh dengan metode bagian. Mula-mula dengan membaca satu halaman berulang-ulang, kemudian pada bagian tertentu dihafal tersendiri. Kemudian diulang-ulang kembali secara keseluruhan. Di antara metode-metode tersebut, metode campuran adalah yang banyak diakai orang untuk menghafal Al-Qur’an. 2. Tujuan Metode Tahfidzul Qur'an Diterapkan di SDITQ Al-Irsyad Tujuan metode ini diterapkan di SDITQ Al-Iryad yaitu: a.
Mempermudah siswa menghafal
b.
Mempermudah siswa menjaga hafalannya
c.
Melancarkan dan membenahi hafalan siswa dari segi makharijul huruf dan tajwid.
Tujuan ini juga mempunyai pendapat yang sama mengenai menjaga hafalan yang disampaikan oleh Munjahid (2007: 85) memelihara dan menjaga hafalan agar hafalan tetap melekat kuat pada ingatan seorang hafidz jauh lebih berat. Karena hal ini dilakukan secara rutin selama hayat masih dikandung badan. Selain itu pembenahan dari segi makharijul huruf dan tajwid juga menjadi tujuan dari pelaksanaan metode ini. Seperti yang disampaikan oleh Anwar (2013: 17) Makharijul huruf adalah menyebutkan dan membunyikan huruf-huruf yang ada dalam Al-Qur’an yang mana banyak semuanya berjumlah 19 buah, terbagi ke dalam 5 mawadhi. Maka yang dikatakan dengan mawadhi ialah tempat letaknya makharaj-makharaj. Anwar (2013: 17) juga menjelaskan mengenai hukum mempelajari ilmu tajwid bahwa mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah. Sedangkan hukum membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid adalah fardhu a’in. 3. Alasan Pemilihan Metode Tahfidzul Qur'an yang Diterapkan di SDITQ Al-Irsyad Alasan pemilihan metode tahfidzul qur’an yang diterapkan oleh SDITQ Al-Irsyad yaitu karena belum adanya metode baku yang digunakan dan juga metode ini efektif dalam menjaga hafalan. Pada awalnya metode yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad belum baku, namun setelah diadakan studi banding ke ponpes lain akhirnya pihak
SDITQ Al-Irsyad menemukan metode Pakistani. Setelah diterapkan ternyata metode ini efektif dalam menambah hafalan siswa. Kemudian dijadikanlah metode ini sebagai metode yang baku dalam kegiatan tahfidz di SDITQ Al-Irsyad. Selain itu alasan dalam pemilihan metode yang baik juga disampaikan oleh Az-Zawawi (2013: 64) ada banyak sekali metode yang diajukan oleh para ulama dalam menghafal Al-Qur’an, yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai anda menggunakan lebih dari satu metode. Sebab, hal itu merupakan kesalahan yang sangat fatal. Jangan pula anda mengubah metode yang telah anda gunakan sebelumnya. Jangan sampai anda mengubah metode hanya karena mengalami kesulitan di tengah jalan dalam menghafal Al-Qur’an. Sabar dan tabahlah dalam menjalani tahapan-tahapan metode tersebut. Sebab, sesuatu yang agung memerlukan usaha yang agung pula. 4. Media yang Digunakan Pada Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ AlIrsyad. Media yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur’an adalah : a.
Al-Qur’an
b.
Buku iqro’
c.
Buku tajwid
d.
Handphone untuk menyetel MP3
e.
Al-Qur’an digital
f.
Alat tulis
g.
Formulir hafalan siswa Media Al-Qur’an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad tidak
berganti ganti cetakan. Hal ini di khawatirkan akan mengganggu hafalan siswa. Menurut Az-Zawawi (2010: 55) bahwa jika anda mengganti-ganti cetakan mushaf maka posisi-posisi ayatnya juga akan berubah-ubah. Hal ini bisa membuyarkan pikiran dan mempersulit hafalan. Sedangkan penggunaan buku tajwid juga disampaikan oleh Anwar (2013: 14) mengatakan penggunaan buku tajwid bertujuan untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam membaca Al-Qur’an. MP3 yang diperdengarkan melalui handphone serta penggunaan AlQur’an digital bertujuan agar siswa dapat menirukan nada irama yang dibacakan melalui media tersebut. Hal ini juga disampaikan oleh AzZawawi (2010: 51) bahwa hal ini bisa membantu anda dalam mengulangi dan menguatkan hafalan. Hendaknya anda juga memuroja’ah terhadap apa yang telah anda hafalkan kepada seorang yang ahli membaca AlQur’an sehingga dapat mengoreksinya. Hal serupa juga disampaikan oleh Sugianto (2004: 106) mendengarkan hafalan Al-Qur’an dari kaset-kaset atau mempelajari terjemah, hal ini akan membantu melekatkan hafalan. Selain itu Alat tulis yang digunakan oleh siswa juga bertujuan untuk mengisi waktu luang
siswa dan mengkondisikan siswa. Media itu juga bertujuan agar siswa menguatkan hafalannya dan melatih tulisan agar rapi. Ad-Nadani (2010: 80) mengatakan bahwa: Tulislah halaman yang ingin anda hafalkan, cobalah cara ini ! sungguh telah jelas bahwa manusia tidak akan lupa apa yang telah anda tulis akan terekam dalam pikiran dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan formulir hafalan siswa digunakan sebagai pemantau perkembangan jumlah hafalan yang dimiliki siswa. 5. Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an yang Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Langkah-langkah pelaksanaan metode tahfidzul qur’an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad tidak jauh berbeda dengan pembelajaran lain pada umumnya. Hanya saja media dan metode yang digunakan berbeda. Langkah-langkah pelaksanaan metode tahfidzul qur’an di SDITQ Al-Irsyad sebagai berikut: - Kegiatan awal dimulai dengan absen dan berdoa, kemudian ustadz memotivasi siswa tentang keutamaan membaca dan menghafal AlQur’an. Selanjutnya siswa memurojaah hafalan secara bersama-sama. - Kegiatan inti yaitu, siswa mempersiapan hafalan dan kemudian disetorkan kepada ustadz pengampu hafalan masing-masing. Jika siswa
telah setoran hafalan maka ustadz mengkondisikan siswa agar mempersiapkan hafalan sabki, atau menuliskan ayat Al-Qur’an kedalam buku tulis. Ada juga yang disuruh oleh ustadz untuk menyimak hafalan temannya. - Kegiatan penutup yaitu ustadz kembali memotivasi siswa serta mempersiapkan diri agar membaca dan menghafal di asrama atau di rumah masing-masing. Kemudian di akhiri dengan doa kafaratul majlis dan salam. Dalam melaksanakan kegiatan hafalan, siswa terlebih dahulu berdoa. Hal ini juga disampaikan oleh Az-Zawawi (2010: 46) bahwa doa adalah permohonan kepada Allah, ini adalah permintaan pertolongan dan bantuan kepada Allah semata. Berdoa’alah kepada Allah dan yakinlah bahwa doa anda akan dikabulkan. Karena Dia tidak menolak orang yang berdoa kepada-Nya. 6. Suasana Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Suasana pelaksanaan di SDITQ Al-Irsyad terbilang cukup kondusif dikarenakan siswa bisa diarahkan lansung oleh ustadz pengampu hafalan. Selain itu suasana bising yang terjadi ketika menghafal bisa dikatakan lumrah. Hal ini
karena masing-masing siswa terkondisikan oleh
hafalannya. Ada pun siswa yang bercerita dengan teman disebelahnya ataupun bergurau maka ustadz lansung mengkondisikan agar mereka fokus kembali menghafal. Perihal menjauhi senda gurau dalam kegiatan
menghafal juga di jelaskan oleh Munjahid (2007: 68) bahwa, jika sedang membaca atau dibacakan Al-Qur’an, hendaklah didengarkan dan dihayati dengan sungguh-sungguh dan jangan bicara sebelum bacaan Qur’an itu selesai agar mendapat rahmat Allah. Selain itu dalam suasana pelaksanaan metode ini, tidak semua siswa yang menghafal melainkan juga ada yang melancarkan bacaan, dan memuroja’ah hafalan mereka masing-masing. Lokasi dan menentukan jadwal yang tepat juga akan mempengaruhi suasana siswa dalam menghafal. Seperti suasana selepas subuh berbeda dengan suasana menghafal siswa ketika menghafal selepas pelajaran pertama disekolah. Suasana
siswa
ketika
menghafal
selepas
subuh
lebih
tenang
dibandingkan dengan yang dilakukan diwaktu jam pelajaran sekolah. Selain itu suasana menghafal siswa di lokasi yang lebih nyaman cendrung lebih kondusif dari lokasi lainnya. Sa’dullah (2008: 44) mengatakan pilihlah waktu dan tempat sesuai dengan keinginan, yang membuat pikiran tenang, dan konsentrasi dalam menghafal. Hindari menghafal di tempat yang panas, tempat yang banyak orang, dan tempat yang membuat pikiran kita cepat jenuh. Pilihlah tempat yang sejuk, indah dan nyaman. Badwilan (2009: 196) juga menyampaikan hal lain yaitu ada beberapa waktu yang dianggap baik untuk menghafal Al-Qur’an, antara lain: waktu sebelum datang fajar, setelah shalat Subuh, dan waktu di
antara shalat Maghrib dan Isya. Di samping itu, ada penelitian ilmiah yang menguatkan bahwa waktu tengah hari juga merupakan waktu konsentrasi yang paling utama, tetapi sebagian besar ulama cenderung pada dua waktu yang pertama dan kedua. 7. Peranan Guru Dalam Menerapkan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad. Peran guru atau ustadz dalam kegiatan tahfidz sangat dibutuhkan sekali. Selain itu peran ustadz sangat vital, dikarenakan perlunya perhatian yang banyak dan dibutuhkan kesabaran, konsentrasi serta komitmen para ustadz dalam membina hafalan. Peranan guru di antaranya adalah sebagai pembimbing siswa, mengontrol bacaan dan hafalan siswa dan sebagai motivator siswa. Az-Zawawi (2013: 84) mengatakan bahwa selama anda dapat menemukan guru mengaji yang ahli Qori’ yang bagus bacaannya, maka hal itu akan sangat bagus. Guru tersebut dapat mendengarkan bacaan anda dan membenarkan kesalahan-kesalahan anda serta mengajari anda tentang ilmu tajwid. Hal ini sangat bermanfaat bagi diri anda. Sa’dullah (2008: 32) mengatakan seorang calon hafidz hendaknya berguru (talaqqi) kepada seorang guru yang hafidz Al-Qur’an, telah mantap agama dan ma’rifat serta guru yang telah dikenal mampu menjaga dirinya. Muhammad bin Sirrin dan Annas bin Malik pernah
menyatakan, “Ilmu itu agama, maka perhatikanlah orang-orang yang hendak kalian ambil agamanya” Selain itu Sugianto (2004: 116) juga menyampaikan tentang guru pembimbing, mengarahkan dan menyimak hafalan-hafalan Al-Qur’an. Hafalan yang tanpa diperdengarkan kepada guru pembimbing kurang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Karena ada kalanya menurut diri penghafal sendiri, hafalan itu sudah benar dan baik, namun ketika diperdengarkan (disetorkan) ternyata masih banyak terjadi kesalahan harokat, kalimat maupun karena adanya ayat-ayat yang serupa tapi tak sama. 8. Peranan Siswa Dalam Melaksanakan Metode Tahfidzul Qur'an yang Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Peranan siswa dalam melaksanakan metode tahfidzul qur’an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad merupakan faktor utama keberhasilan hafalannya. Siswa juga diharapkan memiliki motivasi yang tinggi agar senantiasa menambah dan menjaga hafalannya. Selain itu siswa juga merupakan pembelajar lansung. Hal ini dikarenakan siswalah yang menghafal Al-Qur’an sesuai dengan arahan pemandu hafalan masingmasing. Motivasi yang tinggi dalam menghafal merupakan salah satu kunci keberhasilan hafalan siswa. Selain itu, motivasi yang dimiliki siswa dapat menjadi penangkal dalam menghadapi kesulitan dan hambatan ketika
menghafal. Sa’dullah (2008: 80) mengatakan faktor paling dominan menentukan motivasi untuk menghafal Al-Qur’an adalah diri kita sendiri. Hal ini karena kita sendirilah yang akhirnya mengambil keputusan tentang apa yang hendak kita lakukan dan bertanggung jawab atas hasil yang kita capai. B. Hasil Penggunaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Hasil dari penggunaan metode ini cukup baik. Terlihat dari prestasi akademik dan juga non akademik yang diraih siswa. Penggunaan metode ini juga efektif dalam menambah hafalan siswa dan menjadikan siswa bersemangat serta aktif ketika pelajaran di kelas. Meski ada beberapa siswa yang merasa bosan dan malas namun setelah diberikan motivasi maka siswa pun kembali bersemangat. Salah satu indikasi keberhasilan dari metode yang digunakan di SDITQ adalah menjadikan siswa bersemangat dan aktif. Hal ini juga disampaikan oleh Az-Zawawi (2010: 35) ia berpesan bahwa, wahai saudaraku yang tercinta ! anda lihat para penghafal Al-Qur’an, bagaimana mereka mendapatkan semangat, giat beraktifitas dan menunaikan semua hakhak persaudaraan. Dengan demikian, berpegang terguhlah kepada Al-Qur’an, agar Allah mengaruniakan rasa semangat dan giat dalam beraktivitas kepada Anda ! berpegang teguhlah, agar anda dapat menempatkan diri di antara orang-orang yang pertama dalam setiap kebaikan ! Allah akan menolong anda dalam menulis tugas-tugas sekolah tanpa merasa lelah dan bosan, serta dalam waktu yang sangat singkat. Saya tidak akan mengatakan pada anda, “Cobalah!”
1. Prestasi yang Pernah Diraih Oleh Siswa di Bidang Tahfidzul Qur’an Prestasi yang diraih oleh siswa terlihat dari jumlah tropy yang dimiliki siswa. Prestasi siswa di ajang lomba tahfidz mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan sampai ke tingkat nasional. Sa’dullah (2008: 97) seorang hafidz yang biasa mengikuti MHQ akan memiliki hafalan yang kuat, di samping bacaan Al-Qur’an yang lebih baik dibanding dengan yang lain. Hal ini disebabkan, sebelum mendapat giliran membaca di mimbar seorang hafidz, ia mampu menjawab semua pertanyaan dari tim penilai. Agar hafalannya tetap kuat, maka ketika melakukan takrir/latihan seorang hafidz harus membiasakan baca Al-Qur’an dengan tartil (pelan sesuai kaidah tajwidnya) Prestasi yang telah diperoleh siswa merupakan suatu kebanggan tersendri bagi siswa, orang tua dan juga pihak SDITQ Al-Irsyad. Hal ini tentu bukan karena suatu kebetulan saja, melainkan atas peran orang tua, para ustadz dan juga siswa. Prestasi yang diperoleh siswa juga dapat menjadi salah satu motivasi siswa agar bersemangat dalam meningkatkan hafalannya. Selain itu prestasi siswa diajang lomba merupakan suatu impian dan harapan bagi mereka. Al Mulham (2013: 56) menyampaikan bahwa disebutkan oleh para psikolog dalam mewujudkan impian dan merupakan prisip terpenting untuk merealisasikan impian anda menghafalan Al-Qur’an adalah anda bertanggung jawab 100% terhadap impian anda.
Menentukan tujuan dan menetapkan secara jelas akan melahirkan sebuah komitmen bagi anda dan membantu anda memulai menghafal dengan membuat langkah inovasi dalam mewujudkannya. Bukan itu saja. Hal ini juga akan memberikan kepada anda perasaan bahwa tujuan ini adalah milik anda yang akan membantu anda untuk selalu fokus. Badwilan (2009: 180) juga mengatakan bahwa ini merupakan media yang bisa menguatkan pentingnya memupuk kompetisi di antara para pelajar. Memberikan hadiah atau penghargaan kepada yang menang, sehingga
akan
mendorong
untuk
mengeluarkan
potensi-potensi
tersembunyi dalam dirinya. Dari sana, apa yang diinginkan bisa terwujud serta kesenangan dan kebahagian bisa dirasakan. 2. Jumlah Hafalan Siswa Ketika Menggunakan Metode Tahfidzul Qur'an yang Ada di SDITQ Al-Irsyad Jumlah hafalan siswa di SDITQ Al-Irsyad berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dan motivasi. Sa’dullah (2008: 78) mengatakan intelegensi atau kemampuan intelektual
dan bakat
merupakan faktor penting untuk mencapai suatu prestasi. Namun, keduanya tidak akan bermanfaat apabila seseorang tidak memiliki motivasi yang memadai. Walaupun hasil tes kecerdasan menunjukkan angka yang tinggi jika seseorang tidak ingin memanfaatkan kelebihan tersebut, maka semua menjadi tidak berarti. Namun, sebaliknya jika seseorang hanya memiliki kecerdasan yang biasa-biasa saja, tetapi ia
memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi maka tidak mustahil ia akan meraihnya 3. Kualitas Bacaan Hafalan Siswa Ketika Menggunakan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Kualitas bacaan siswa dengan menggunakan metode ini berbedabeda. Hal ini tergantung dari rajin atau tidaknya siswa membaca AlQur’an. Selain itu juga tergantung dari siswa dalam menerapkan kaidah tajwid dan makharijul huruf yang sudah diajarkan. Kualitas bacaan siswa bisa diklasifikasikan menjadi biasa, sedang dan bagus. Kualitas bacaan siswa yang tergolong biasa yaitu bacaan siswa yang masih terbata-bata dan tajwid serta makharijul hurufnya belum begitu tepat. Biasanya hal ini dialami oleh siswa di kelas bawah. Sedangkan tingkatan sedang atau lumayan bagus yaitu bacaan siswa yang sudah lancar tapi belum begitu sempurna. Terakhir bacaan siswa yang tergolong bagus yaitu bacaan siswa yang sudah menguasai tajwid dan makharijul huruf serta sudah bisa mengiramakan bacaannya. Sugianto (2004: 52) menjelaskan di dalam menghafal Al-Qur’an, diutamakan memiliki kemampuan baca yang benar dan baik. Suatu bacaan dianggap benar, bilamana telah menerapkan ilmu tajwid. Dan dianggap baik, bilamana bacaan itu rata dan diutamakan berlagu (berirama). Di samping bacaan yang benar dan baik, juga dianjurkan untuk lancar membaca. Dengan demikian, insyaAllah akan menghasilkan
suatu hafalan yang benar dan baik pula. Selain itu Badwilan (2009: 109) juga menerangkan bahwa dengan melagukan bacaan, maka bisa membantu hafalan dan membiasakan lidah untuk
membaca dengan
irama tertentu, sehingga bisa mudah mengenali kesalahan ketika terjadi ketidakseimbangan bacaan dan irama yang biasa untuk suatu ayat. 4. Kelebihan
dan
Kekurangan
Metode
Tahfidzul
Qur'an
yang
Digunakan di SDITQ Al-Irsyad Kelebihan dari penggunaan metode ini di antaranya adalah kegiatan hafalan siswa di SDITQ Al-Irsyad menjadi terprogram dan terpantau. Metode ini juga dapat membantu ustadz pengampu tahfidz untuk mengontrol hafalan siswa dari data hafalan. Selain itu metode ini dapat
mendeteksi
kemampuan
siswa
sehingga
ustadz
dapat
menyesuaikan dalam memacu hafalan siswa. Al-Mulham (2013: 16) hafalan harian yang terprogram rapi lebih baik dari pada hafalan harian yang terputus. Di antara hal penting dalam menghafal Al-Qur’an AlKarim adalah komitmen diri dengan hafalan harian. Ini bisa dilakukan dengan cara menyisihkan waktu yang tidak bisa diganggu gugat. Kekurangan dari pelaksanaan metode ini yaitu membutuhkan waktu yang lama jika hafalan siswa bertambah. Selain itu kemampuan ustadz dalam mengampu hafalan siswa juga sangat dibutuhkan. Hal ini menjadi suatu kendala dalam pelaksanaan metode tahfidz di SDITQ AlIrsyad dikarenakan tidak semua para ustadz yang hafidz Al-Qur’an
sebanyak 30 juz. Sa’dullah (2008: 33) mengatakan menghafal Al-Qur’an kepada orang yang tidak hafal Al-Qur’an akan menghasilkan hafalan yang kurang mantap. Seorang guru yang betul-betul hafalannya mantap, lancar, fasih dan cermat akan menghasilkan penghafal-penghafal AlQur’an yang mantap, lancar, fasih dan cermat pula. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Siswa yang bersekolah di SDITQ Al-Irsyad tidak semuanya tinggal di asrama. Jika siswa yang berdomisili di sekitar lingkungan SDITQ AlIrsyad maka diperbolehkan untuk tinggal di rumah. Sedangkan siswa yang rumahnya jauh maka diwajibkan untuk menetap di asrama. Oleh sebab itu, faktor pendukung dari pelaksanaan metode ini terdiri dari 2 bagian yaitu: 1. Siswa asrama Faktor pendukung bagi siswa yang tinggal di asrama antara lain, a.
Proses menghafal dipantau lansung oleh ustadz yang mengampu hafalan.
b. Suasana kondusif dan juga sarana prasana yang memadai c.
Memiliki teman-teman yang kesehariannya sama-sama menghafal sehingga memudahkan siswa untuk saling memuroja’ah hafalan.
d. Terkondisikan oleh jadwal hafalan yang ditetapkan oleh pihak asrama SDITQ Al-Irsyad. 2. Siswa non asrama Bagi siswa non asrama, faktor pendukungnya antara lain, a.
Mendapatkan pengawasan dan motivasi lansung dari orang tua.
b.
Dapat menyesuaikan jadwal hafalan masing-masing di rumah.
c.
Diperbolehkan untuk mengikuti kursus atau les tahfidz di rumah masing-masing.
Memiliki teman-teman yang kesehariannya sama-sama menghafal sehingga memudahkan siswa untuk saling memuroja’ah hafalan. Hal ini bisa dilakukan siswa dengan cara berpasangan dan saling menyimak bacaan temannya. Cara yang dilakukan siswa juga di jelaskan dalam metode yang disampaikan dalam Badwilan (2004: 157) yaitu metode duet. Hendaknya mencari seorang yang bisa ikut serta bersamanya dalam menghafal, dan menjadikannya sebagai teman yang menemaninya pulang pergi ke sekolah. Selain itu peran orang tua dalam mengarahkan anak untuk bisa mengikuti pembelajaran tahfidzul qur’an juga menjadi faktor keberhasihalan hafalan sang anak. Badwilan (2004: 253) mengatakan peran seorang ibu dalam mengarahkan anak-anaknya sangat penting. Dr. Qasim Ismail dosen pada fakultas
Pendidikan
Islam
dan Bahasa
Arab Universitas
al-Azhar
berkata,”Seorang ibu wajib mendorong anak-anaknya untuk menghafal Al-
Qur’an dan pergi ke masjid, menanamkan kecintaan dalam diri anak-anaknya untuk membaca Al-Qur’an, serta melakukan shalat. Sedangkan faktor penghambat kegiatan tahfidz juga dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Siswa asrama Faktor penghambat kegiatan tahfidz siswa di asrama antara lain, a.
Malas
b.
Kurang memuroja’ah hafalan
c.
Tidak berbakat menghafal
d.
Mengantuk
e.
Lupa
f.
Banyak bermain
2. Siswa non asrama Faktor penghambat siswa di asrama tidaklah jauh beda dengan siswa non asrama yaitu di antaranya, a.
Siswa sering malas dan bosan menghafal di rumah
b.
Jarang muroja’ah hafalan
c.
Banyak bermain
d.
Lupa
e.
Banyak menonton tv
f.
Pengaruh lingkungan yang tidak terkondisi oleh kegiatan menghafal.
Sugianto (2004: 100) menurut Al-Jurjani lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu
problem yang tidak hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal Al-Qur’an, namun hampir seluruh para penghafal Al-Qur’an mengalaminya. Solusi dalam mengatasi faktor lupa juga disampaikan oleh Badwilan (2009: 47) namun dengan merevisi dan mengulang maka bahan tersebut akan berpindah pada ingatan yang panjang. Oleh karena itu, anda mesti mempunyai rancangan pengulangan hafalan selain rancangan hafalan. 1. Motivasi yang Diberikan untuk Meningkatkan Hafalan Siswa di SDITQ Al-Irsyad Motivasi juga yang diberikan oleh pihak SDITQ dan juga oleh orang tua siswa. Hal ini bertujuan agar siswa bersemangat dalam menghafal AlQur’an. Motivasi yang diberikan antara lain, a.
Memberikan reward voucer belanja di kantin ponpes bagi siswa yang sudah mencapai 1 juz.
b.
Mendapatkan hadiah berupa perlengkapan alat tulis
c.
Memberikan perhatian kasih sayang, nasehat serta tausiyah mengenai keutamaan menghafal. Selain itu hadiah juga diberikan oleh orang tua sesuai dengan
permintaan masing-masing siswa. Dr. Qasim Ismail dalam Badwilan (2004: 253) menyampaikan bahwa seorang ibu bisa mendorong mereka agar menghafal Al-Qur’an dengan memberikan hadiah-hadiah yang bermanfaat.”
2. Cara Mengatasi Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur'an di SDITQ Al-Irsyad Dalam
mengatasi
faktor
penghambat
yang
ditemui
ketika
pelaksanaan metode tahfidz antara lain: a.
Memberikan pembinaan kepada siswa
b.
Mengkaji dan mengevaluasi kendala yang ditemui
c.
Memberikan motivasi dan nasehat kepada siswa agar senantiasa rajin menghafal.
d.
Berkerja sama dengan pihak wali siswa dalam mengatasi kendala tersebut.
e.
Memberikan hukuman yang mendidik bagi siswa melanggar ketika kegiatan tahfidz.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Metode tahfidzul qur’an yang digunakan di SDITQ adalah metode Pakistani. Jenis metode ini meliputi di antaranya adalah Sabak, Sabki dan Manzil. Tujuan metode ini antara lain adalah untuk mempermudah siswa dalam menghafal dan menjaga hafalannya. Alasan pemilihan metode ini karena belum adanya metode baku yang digunakan SDITQ Al-Irsyad. Media yang pada metode tahfidzul qur’an di SDITQ di antaranya: AlQur’an, buku iqro’, buku tajwid, handphone untuk menyetel MP3, AlQur’an digital, alat tulis dan formulir hafalan siswa. Langkah-langkah pelaksanaan metode ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan pelajaran umum, hanya saja metode dan media yang digunakan berbeda dengan yang lainnya. Suasana pelaksanaan metode ini cukup kondusif karena kegiatan hafalan siswa dipantau lansung oleh ustadz yang mengampu hafalan. Peranan guru sangat dibutuhkan karena perlu perhatian yang banyak, kesabaran, konsentrasi serta komitmen dalam membina hafalan siswa. Peranan siswa dalam pelaksanaan metode ini merupakan sebagai pembelajar lansung dan aktif, 2. Hasil dari penggunaan metode ini cukup baik. Hal ini terlihat dari prestasi lomba yang diikuti siswa dan juga peningkatan jumlah hafalan siswa.
Kelebihan dari metode ini yaitu menjadikan kegiatan hafalan siswa terprogram dan terpantau dengan baik. Selain itu metode yang diterapkan juga membantu siswa dalam memperbaiki bacaan hafalannya. 3. Faktor pendukung bagi siswa di asrama antara lain: proses menghafal dipantau lansung oleh ustadz, suasana kondusif dan sarana prasana yang memadai,
memiliki
teman-teman
yang
sama-sama
menghafal,
terkondisikan oleh jadwal. Bagi siswa non asrama yaitu, mendapatkan pengawasan dan motivasi lansung dari orang tua, dapat menyesuaikan jadwal hafalan masing-masing di rumah, diperbolehkan untuk mengikuti les tahfidz di rumah masing-masing. Sedangkan faktor penghambat bagi siswa di asrama tidak jauh berbeda dengan siswa yang non asrama antara lain: malas, kurang memuroja’ah hafalan, tidak berbakat menghafal, mengantuk, lupa, banyak bermain. Motivasi yang diberikan yaitu, memberikan reward voucer belanja, hadiah berupa perlengkapan alat tulis, memberikan perhatian kasih sayang, nasehat serta tausiyah mengenai keutamaan menghafal. Cara mengatasi faktor penghambat di antaranya yaitu: memberikan pembinaan kepada siswa, mengevaluasi kendala yang ditemui, memberikan motivasi dan nasehat kepada siswa agar senantiasa rajin menghafal, berkerja sama dengan pihak wali siswa dalam mengatasi kendala tersebut.
B. Saran 1. Bagi Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an (SDITQ) Al-Irsyad. Diharapkan metode tahfidzul qur’an yang sudah baku dan selama ini digunakan di SDITQ Al-Irsyad agar bisa lebih dimaksimalkan dalam pelaksanaannya. Selain itu semoga kompetensi para ustadz dalam membina hafalan juga semakin ditingkatkan karena mengingat metode ini menjadi metode unggulan dalam proses tahfidzul qur’an di SDITQ AlIrsyad,
sehingga
terlahir
alumni-alumni
SDITQ
Al-Irsyad
yang
mempunyai hafalan Al-Qur’an yang kuat dan lebih baik dari sebelumnya. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya. Diharapkan agar lebih bisa menelaah bagaimana pengaruh menghafal terhadap kecerdasan intelektual dan emosional siswa dalam kehidupan sehari-harinya. 3. Bagi sekolah atau lembaga tahfidz lainnya. Semoga metode ini bermanfaat dan bisa digunakan dalam proses tahfidzul qur’an di sekolah atau pun lembaga tahfidz yang sedang dikembangkan. 4. Bagi Orang tua Semoga metode ini menjadi motivasi dan bisa diterapkan di lingkungan sekitar. Selain itu semoga hal ini juga menjadi perhatian bagi orang tua tentang pentingkan pendidikan Al-Qur’an bagi sang anak untuk masa depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. Yusuf & Tri Maya Yulianingsih, 2013. Bocah Ajaib Pengislam Ribuan Orang, Yogyakarta: Sabil Ad-Nadani, Abdussalam, 2012. 8 Langkah Hebat Hafal Al-Qur’an, Solo: AlHambra Al-Ghazali, Muhammad, 1996. Berdialog dengan Al-Qur’an, Bandung: Mizan Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman, 1997. Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka AlKautsar Al-Mulham, Abdullah, 2013. Menjadi Hafizh Al-Qur’an Dengan Otak Kanan, Jakarta: Pustaka Ikadi Anwar, Khairul, 2013. Cara Mudah Menguasai Ilmu Tajwid, Yogyakarta: Kata Pena Ar-Ramli, Muhammad Syauman, 2007. Keajaiban Membaca Al-Qur’an, Sukoharjo: Insan Kamil Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah, 2010. Revolusi Menghafal Al-Qur’an, Solo: Insan Kamil Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah, 2013. Metode Praktis Cepat Hafal Al-Qur’an, Solo: Pustaka Iltizam Badwilan, Ahmad Salim, 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an dan Rahasia-Rahasia Keajaibannya, Yogjakarta: Diva Press Faizah, Nur, 2008. Sejarah Al-Qur’an, Jakarta: CV. Artha Rivera Hadhiri, Choiruddin, SP, 1996. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Handayani, Ela & Sesep, 2012. Menghafal Itu Gampang, Jakarta: Media kita Holloway, Immy & Christine Daymon, 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dan Public Relations & Marketing Communications, Yogyakarta: Bentang
Jamhari, Sumantri & Amirullah Syarbini, 2012. Kedahsyatan Membaca AlQur’an, Bandung: Ruang Kata Muhith, Nur Faizin. 2012. Dahsyatnya Bacaan & Hafalan Al-Qur’an, Surakarta: Shahih Munjahid, 2007. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam, Yogyakarta: Idea Press Sa’dullah, 2012. 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, Depok: Gema Insani Shihab, M. Quraish,1996. Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan Shihab, M. Quraish,1997. Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Bandung: Mizan Sudrajat & M. Subana, 2001. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV. Pustaka Setia Sugianto, Ilham Agus, 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bandung: Mujahid Press Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan Teknik Metodelogi Pengajaran. Bandung: Tarsito
Zamani, Zaki & M. Syukron Makzum, 2009. Menghafal Al-Qur’an itu Gampang, Yogyakarta: Mutiara Media (http://roufberkarya.blogspot.com/2011/05/metode-pembelajaran-tahfidzulquran.html (diambil tanggal 7 Mei 2013) (http://www.hariandepok.com/christiano-ronaldo-sudah-hafal-surat-alfatihah.html, diambil tanggal 15 April 2013) (http://www.referensimakalah.com/2012/12/menghapal-alquran-pengertian-dasarhukum-tujuan-dan-hikmah.html, diambil tanggala 30 Mei 2013)
Lampiran 1 Kode Penelitian METODE TAHFIDZUL QUR’AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM TAHFIDZUL QUR’AN (SDITQ) Al IRSYAD DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2013 1. Informan a. ZDN b. THN c. SFN d. STN e. MAN 2. Metode Kode
Metode Penelitian
W
Wawancara
P
Pengamatan
D
Dokumentasi
3. Media Penyimpanan Data Kode
Metode Penelitian
R
Rekaman
F
File
4. Kategori Kode
Keterangan
LG
Letak Geografis
SS
Sejarah Sekolah
PS
Profil Sekolah
VM
Visi Misi
NA
Nilai Akademik
BKTQ
Buku Panduan Tahfidzul Qur’an
JHS
Jumlah Hafalan Siswa
RPP
Metode Tahfidzul Qur’an
MTQ
Metode Tahfidzul Qur’an
MTQJ
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Jenis Hafalan
MTQT
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Tujuan Pelaksanaan
MTQA
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Alasan Pemilihan
MTQM
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Media
MTQL
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Langkah Pelaksanaan
MTQS
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Suasana Pelaksanaan
MTPG
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Peran Guru
MTPS
Metode Tahfidzul Qur’an Berdasarkan Peran Siswa
HPMT
Hasil Pelaksanaan Metode Tahfidzul Qur’an
HPPA
Hasil Pelaksanaan Berdasarkan Prestasi Akademik
HPP
Hasil Pelaksanaan Berdasarkan Prestasi yang diraih
HPJH
Hasil Pelaksanaan Berdasarkan Jumlah Hafalan
HPKB
Hasil Pelaksanaan Berdasarkan Kualitas Bacaan
HPKK
Hasil Pelaksanaan Berdasarkan Kelebihan dan Kekurangan
FPP
Faktor Pendukung dan Penghambat
MMH
Motivasi Meningkatkan Hafalan
CMFP
Cara Mengatasi Faktor Penghambat
Lampiran 2 Pedoman Wawancara METODE TAHFIDZUL QUR’AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM TAHFIDZUL QUR’AN (SDITQ) Al IRSYAD DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2013 Wawancara untuk Kepala Sekolah dan Guru Kode Responden : Kode Data
:
Hari/tanggal
:
Tempat
:
Waktu
:
Daftar Pertanyaan : 1. Apa metode tahfidzul qur'an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad ? a. Apa jenis metode yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad ? b. Apa tujuan metode tahfidzul qur'an ini diterapkan di SDITQ Al-Irsyad ? c. Apa alasan pemilihan metode tahfidzul qur'an yang diterapkan di SDITQ Al-Irsyad ? d. Apa saja media yang digunakan pada metode tahfidzul qur'an yang di SDITQ Al-Irsyad ? e. Apa langkah-langkah dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur'an yang digunakan diSDITQ Al-Irsyad ? f. Bagaimana suasana pelaksanaan metode tahfidzul qur'an di SDITQ AlIrsyad ?
g. Bagaimana peranan guru dalam menerapkan metode tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad ? h. Bagaimana peranan siswa dalam melaksanakan metode tahfidzul qur'an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad ? 2. Bagaimanakah hasil dari penggunaan metode tahfidzul qur'an di SDITQ AlIrsyad ? a. Bagaimana prestasi akademik yang dihasilkan siswa ketika menggunakan metode tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad ? b. Apa saja prestasi yang pernah diraih oleh siswa di bidang tahfidzul qur’an ? c. Berapa jumlah hafalan siswa ketika menggunakan metode tahfidzul qur'an yang ada di SDITQ Al-Irsyad ? d. Bagaimana kualitas bacaan hafalan siswa ketika menggunakan metode tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad ? e. Apa kelebihan dan kekurangan metode tahfidzul qur'an yang digunakan di SDITQ Al-Irsyad ? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad ? a.
Apa motivasi yang diberikan untuk meningkatkan hafalan siswa di SDITQ Al-Irsyad ?
b.
Bagaimana cara mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan metode tahfidzul qur'an di SDITQ Al-Irsyad ?
Pedoman Observasi Catatan Nomer
:
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
Objek
:
Hasil Pengamatan :
………………....................................................................................
Lampiran 3 Foto Kegiatan Kegiatan Hafalan Siswa di Sekolah
Kegiatan Hafalan Siswa di Lingkungan Asrama
Lampiran 4
Denah Lokasi
Jl Solo–Semarang Km 45 Desa Butuh Kec. Tengaran Kab. Semarang Pro. Jawa Tengah PO. Box 134 Salatiga Kode Pos 50700. Telp (0298) 321568
SDITQ AL-IRSYAD
Jl Solo–Semarang Km 45
TENGARAN
Desa Butuh Kecamatan Tengaran
Lampiran 5
VISI DAN MISI
a. Visi Sekolah Diakui sebagai salah satu Pondok Pesantren Islam terbaik di wilayah Nusantara maupun Mancanegara yang bermanhaj Salaful Ummah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah).
b. Misi Sekolah 1. Terwujudnya pesantren dengan fasilitas yang memadai 2. Terciptanya lulusan yang menguasai bidang agama dan bahasa Arab, Inggris, Indonesia dengan aktif dan setiap uni setara dengan SBI 3. Lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang lebih tiggi baik di dalam maupun luar negeri 4. Terwujudnya warga belajar yang peduli terhadap kebersihan 5. Terwujudnya warga belajar yang memiliki akhlak 6. Lulusan dengan hasil UN tinggi, diakui oleh pemerintah 7. PIA mempunyai kualitas berstandar ISO 8. Memperoleh akreditas A dengan nilai minimal 95 9. Manejemen sekolah berstandar BNSP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah
: SDITQ Al Irsyad
Kelas / Semester
: 5 / Gasal
Mata Pelajaran
: Tahfizhul Qur'an
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
Standar Kompetensi : Membaca dan hafal Al Qur'an Sesuai dengan target yang ditetapkan. Kompetensi Dasar : Membaca dan hafal Al Qur'an sesuai dengan kaidah tajwid Indikator
:
1. Siswa membaca Al Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid 2. Siswa hafal Al Qur'an sesuai dengan target yang di tetapkan dengan baik dan benar 3. Siswa termotivasi untuk membaca dan menghafal Al Qur'an setiap hari Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu : 1. Melalui murojaah bersama siswa dapat membaca dan mengulang hafalan bersama guru tahfidz/mentoring dan teman sejawatnya dengan benar. 2. Melalui setor dengan cara talaqqi siswa dapat membaca Al Qur'an dan menghafalkannya dengan benar. B. Materi Pembelajaran Membaca dan menghafal al Qur'an
C. Metode Pembelajaran 1. Murojaah bersama 2. Talaqqi 3. Tugas Individu D.
Langkah-langkah Kegiatan 1.
Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi (absen, doa, dll) b. Motivasi (keutamaan membaca dan menghafal Al Qur'an)
2.
Muroja'ah bersama
3.
Kegiatan Inti Guru mengingatkan siswa cara mengisi buku mentoring yang dimiliki a. Siswa mempersiapkan hafalan atau bacaan yang akan di setor, dengan bimbingan dan motivasi guru. b. Siswa menghadap guru untuk menyetorkan hafalan atau bacaannya kepada guru atau pembimbing. (setiap siswa mendapat jatah 4-5 menit) c. Guru mengkondisikan siswa yang telah menyetor dengan beberapa hal: 1. Meminta siswa untuk menuliskan huruf atau surat dalam buku tulis 2. Meminta siswa mempersiapkan setoran sabki pada jam mentor berikutnya. 3. Meminta siswa yang telah setor untuk menyimak bacaan atau hafalan temannya 4. Kegiatan Penutup Guru memotivasi dan memberikan tugas untuk senantiasa mempersiapkan diri dalam membaca dan menghafal dirumah dan di asrama masing-masing. Membaca do'a kafarotul majlis.
Tengaran, 16 Juli 2010 Penanggung jawab Tahfizh
Ustadz Tohilman, S.Pd.I
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Arif Rahman Hakim
Tempat/ Tanggal Lahir
: Jakarta/ 22 Juli 1989
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Jendral Sudirman 122 A Ambarawa
Pendidikan
: 1. TK Roudhotun Nasyiin Pulo Gebang, Jakarta 2. SDN 33 Jopang Mangati Payakumbuh, Sumbar 3. SMPN 2 Mungka Payakumbuh, Sumbar 4. SMA Islam Sudirman Ambarawa, Jawa Tengah
Pengalaman Organisasi
: 1. Rohis IM SMA Islam Sudirman Ambarawa 2. BPK SMA Islam Sudirman Ambarawa 3. LDK Darul Amal STAIN Salatiga 4. KAMMI Salatiga 5. PD KAMDA Semarang
Penulis,
Arif Rahman Hakim