III.
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian di lapang dilaksanakan mulai bulan Agustus hingga Oktober 2010 dan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data hingga penyusunan perencanaan.
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010)
Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok
16
3.2 Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Global Positioning System (GPS) untuk cross check antara data sekunder dengan kondisi di lapang, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering untuk mengukur suhu dan kelembaban udara, serta komputer dengan program Adobe Photoshop CS3, ArcView 3.3, AutoCAD 2009, Surfer 8, Ms. Office Excel dan Ms. Word 2007 untuk pengolahan data dan penulisan.
3.3 Batasan Studi Batasan studi dan penelitian ini sampai pada tahap perencanaan ruang terbuka hijau (RTH). Perencanaan RTH bertujuan mengameliorasi iklim Kecamatan Beji sehingga diperoleh kenyamanan termal secara fisik. Perencanaan dilakukan setelah meneliti hubungan antara penggunaan dan penutupan lahan dengan faktor-faktor iklim mikro (suhu udara, kelembaban udara dan angin) sebagai penentu kenyamanan termal. Perencanaan meliputi penentuan lokasi, jenis dan fungsi RTH, hingga pemilihan tanaman. Batas lokasi penelitian sesuai batas wilayah administratif Kecamatan Beji dimana batas unit pengamatan berupa poligon dan batas perencanaan berdasarkan hirarki administratif Kecamatan Beji.
3.4 Metode Metode awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pengumpulan data primer dan sekunder di lapang. Selanjutnya dengan metode rasional dilakukan analisis terhadap faktor-faktor iklim mikro dan lahan Kecamatan Beji, mencari keterhubungan antara RTH dan tingkat kenyamanan termal, dan menentukan jumlah RTH yang dibutuhkan untuk kenyamanan termal. Secara rasional pula dilakukan pengalokasian dan perencanaan RTH
dengan
penyesuaian terhadap aspek legal yang perlu dipertimbangkan.
3.5 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan sesuai tahapan perencanaan menurut Simonds (1983) yaitu melalui tahapan persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan. Bagan alur tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.
17
Gambar 10. Bagan Alur Tahapan Penelitian Penjelasan dari tiap tahapan penelitian adalah sebagai berikut: 3.5.1
Persiapan Studi Tahap persiapan studi terdiri dari persiapan administrasi dan persiapan teknis.
Persiapan administrasidilakukan dengan pembuatan surat pengantar dari Departemen Arsitektur Lanskap yang ditujukan kepada Dinas Kesatuan Bangsa Kota Depok untuk memperoleh izin penelitian serta mendapat surat pengantar ke kantor dinas terkait sumber data sekunder. Persiapan teknis berupa penyediaan peta Kecamatan Beji, persiapan alat dan bahan serta penjadwalan waktu pengambilan data.
3.5.2
Inventarisasi Inventarisasi atau pengumpulan data mencakup aspek umum, aspek fisik,
aspek sosial, dan aspek legal dari Kecamatan Beji. Data terdiri atas data primer (hasil observasi di lapang) dan data sekunder (hasil studi pustaka dan dari kantor dinas terkait). Deskripsi data tiap aspek seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis, Interpretasi, Tipe dan Sumber Data Jenis Data Interpretasi Data Tipe Data Aspek Umum Letak, batas, - Batas administratif Sekunder luas wilayah - Luas wilayah studi Tata Guna - Perumahan Primer dan Lahan - Perdagangan/Jasa Sekunder - Pendidikan - Pertanian - Jalan - RTH Penutupan - Terbangun Primer dan Lahan - Badan air Sekunder -RTH
Sumber Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Dan Lapang
Citra Satelit Quickbird dan Lapang
18
Lanjutan Tabel 2 Jenis Data Interpretasi Data Aspek Biofisik Tanah Jenis dan tekstur
Tipe Data
Sumber
Sekunder
Topografi
Kemiringan
Sekunder
Iklim
Primer dan Sekunder
Vegetasi
- Curah hujan - Suhu - Kelembaban - Angin Jenis vegetasi
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Data Iklim (BMG) dan Lapang
Aspek Sosial Aspek Legal
Demografi Peraturan Terkait
Primer dan Sekunder Sekunder Sekunder
Dinas Pertamanan, dan Lapang Badan Pusat Statistik Undang-Undang
Pengumpulan data sekunder spasial dan teks menjadi langkah awal dalam memperoleh informasi pendahuluan sebagai dasar penelitian. Pada tahap inventarisasi dilakukan pengolahan data sekunder penggunaan dan penutupan lahan untuk menghasilkan peta-peta yang berguna dalam penentuan lokasi pengambilan data primer suhu dan kelembaban udara. Agar hasilnya sesuai dengan kondisi saat ini maka terlebih dahulu dilakukan cross check dengan kondisi lapang saat ini. Berikut ini penjelasan dari peta-peta yang dikerjakan pada tahap inventarisasi serta teknis pengumpulan data primer iklim mikro: a. Peta Penutupan Lahan Penutupan lahan terkait dengan vegetasi, struktur atau fitur-fitur lain yang menutupi lahan. Penutupan lahan diketahui melalui interpretasi visual citra Quickbird dari Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok dengan penyesuaian Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Beji 2009 dan pengecekan di lapang. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) identifikasi citra dilakukan berdasarkan tujuh karakteristik dasar yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, warna, tekstur, dan situs. Proses identifikasi dibantu dengan menetapkan kunci selektif berupa foto citra dengan keterangannya. Dalam identifikasi citra dilakukan digitasi. Digitasi adalah kegiatan pemasukan data menggunakan software ArcView dengan mendeliniasi langsung pada layar untuk fitur poligon atau garis sehingga dihasilkan beberapa penutupan untuk setiap informasi tematik yang berbeda.
19
b. Peta Penggunaan Lahan Penggunaan lahan adalah aspek pemanfaatan ruang, mencakup jenis kegiatan pemanfaatan ruang dan penyebarannya dalam ruang. Klasifikasi penggunaan lahan ditetapkan melalui penggabungan dan penyesuaian data dari Badan Pusat Statistik Kota Depok, Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Beji (Lampiran 3) serta hasil cross cek di lapang. Pembuatan peta juga dilakukan dengan proses digitasi dengan software ArcView. c. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara Perbedaan penutupan lahan (berkaitan penggunaan lahan) mempengaruhi penerimaan radiasi dan reradiasi ke sekitar dan menciptakan perbedaan iklim mikro. Karenanya, lokasi pengukuran dapat ditentukan berdasarkan jenis penutupan dan penggunaan lahan. Hal tersebut dinilai lebih efektif karena jumlah lokasi pengukuran dapat lebih sedikit (dibandingkan metode grid) dan tetap mewakili kondisi termal wilayah. Hal ini memudahkan pengukur, mengingat keterbatasan alat (hanya satu) dan wilayah Kecamatan Beji yang luas (1.509,7 ha). Dari Peta Penggunaan Lahan dan Peta Penutupan Lahan Kecamatan Beji diketahui penutupan lahan meliputi lahan terbangun, RTH dan badan air. Lahan terbangun terdiri atas penggunaan lahan pemukiman, perdagangan dan jasa, perguruan tinggi, dan jalan raya. Badan air meliputi sungai, kolam budidaya dan situ. RTH mayoritas berupa lahan campuran, hutan kota, taman kota dan pemakaman umum. Berdasarkan penutupan dan penggunaan lahan tersebut dilakukan pemilihan lokasi secara acak. Lokasi tersebar di seluruh wilayah studi agar dapat dibuat spasial sebaran kondisi termal. Pengukuran juga dilakukan di luar wilayah karena kondisi termal kawasan dipengaruhi kondisi termal sekitar. Wilayah luar Kecamatan Beji umumnya memiliki penutupan dan penggunaan lahan sama dengan area tepi perbatasan sehingga diasumsikan iklim mikro tidak berbeda. Pengukuran luar wilayah hanya dilakukan di ujung tepi Hutan Kota Universitas Indonesia di Jakarta Selatan. Luas hutan yang besar sangat berpengaruh menciptakan perbedaan iklim mikro yang akan nampak secara spasial. Dari proses pemilihan didapat 14 lokasi dengan deskripsi seperti pada Tabel 3.
20
Tabel 3. Lokasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Kecamatan Beji No. Lokasi Penutupan Penggunaan Deskripsi 1 Taman Kota RTH Lingkar Universitas Indonesia (UI) 2 Hutan Kota UI
RTH
3 Juragan Sinda
Terbangun
4 H. Mustafa
Terbangun
5 TPU 6 Kampung Pocin
RTH Terbangun
7 Margo City
Terbangun
8 Danau UI 9 Kampung Curug
Badan air Terbangun
10 Ladang Pertanian
RTH
11 Perum Depok Mulya I
Terbangun
12 Perum Depok Mulya III
Terbangun
13 Setu Pladen 14 Mall Depok
Badan air Terbangun
Taman Kota
Lokasi di tepi Jalan Margonda Raya, berbatasan dengan DKI Jakarta Hutan Kota Pengukuran di tepi pada dua lokasi: (1) wilayah Beji dan (2) luar/DKI Perumahan Dominan rumah kos swadaya KDB sedang Perumahan Dominan permukiman swadaya KDB tinggi Pemakaman Dikelilingi pemukiman Perumahan Rumah kos/permukiman swadaya KDB tinggi dan rapat Perdagangan Pusat perbelanjaan dan jasa Setu Dikelilingi RTH UI Perumahan Pemukiman diselingi swadaya ladang Lahan Pohon buah dan umbi campuran Perumahan Perumahan KDB formal sedang, sekitarnya permukiman padat Perumahan Perumahan KDB formal sedang, sekitarnya perumahan swadaya dengan ladang Setu Dikelilingi pemukiman Perdagangan Pusat perbelanjaan dan jasa
Pengukuran suhu udara (°C) dan kelembaban relatif (%) dilakukan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Suhu udara didapat dari nilai termometer bola kering. Kelembaban relatif ditentukan dari selisih nilai termometer bola basah dengan nilai termometer bola kering (Lampiran 2). Pengukuran dilakukan tiga waktu (jam 07.00, 13.00 dan 16.00) saat cuaca cerah dengan dua kali pengulangan. Pengukuran dilakukan pada hari berbeda secara bergantian. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat dan wilayah yang luas. Spasial persebaran lokasi seperti pada Gambar 11.
21
Gambar 11. Foto dan Sebaran Empatbelas Titik Lokasi Pengukuran 3.5.3
Analisis Pada tahap analisis ditampilkan data-data dan dilakukan analisis terhadap
faktor-faktor iklim mikro dan kenyamanan termal terkait RTH untuk ameliorasi iklim. Analisis meliputi analisis kenyamanan termal, analisis jumlah dan alokasi RTH dan analisis RTH untuk kenyamanan termal. a. Analisis Kenyamanan Termal Analisis kenyamanan termal terdiri atas analisis iklim mikro (radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara, angin), Temperature Humidity Index serta kenyamanan termal ideal. Berikut penjelasan masing-masing:
22
Penerimaan Radiasi Matahari Penerimaan
radiasi
matahari
terkait
topografi
kawasan
mempengaruhi iklim mikro. Kemiringan lahan diklasifikasikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian 1981 mengenai penentuan kawasan lindung, dimana terbagi dalam lima rentang yaitu (1) Kelerengan 0 – 8%; (2) Kelerengan 8 – 15%; (3) Kelerengan 15 – 25%; (4) Kelerengan 25 – 40% dan (5) Kelerengan > 40%. Analisis membahas pengaruh dan keterkaitan kelerengan wilayah terhadap ikim mikro Kecamatan Beji yang berguna kemudian dalam solusi perencanaan.
Suhu dan Kelembaban Udara Langkah awal yaitu pengolahan data suhu udara (T) dan kelembaban udara (dalam hal ini kelembaban relatif atau RH) hasil pengukuran di lapang. Kedua data tersebut ditabulasi, dilakukan perhitungan, serta dibuat grafiknya untuk mengetahui fluktuasinya berdasarkan waktu pengukuran dan tipe penutupan dan penggunaan lahaan. Rumus ratarata suhu udara harian (Tr) =
(
)
.
Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap hasil tabulasi suhu dan kelembaban serta spasial peta isoplet suhu udara dan kelembaban udara yang dibuat dengan program Surfer 8.
Angin Angin sebagai salah satu komponen penting iklim mikro secara efisien menggabungkan perbedaan suhu dan kelembaban udara di lanskap. Spasial, arah dan besar kecepatan angin dianalisis pengaruhnya terhadap kenyamanan termal di Kecamatan Beji.
Temperature Humidity Index (THI) Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara dipergunakan untuk menghitung nilai THI dengan rumus THI = 0.8T +
(
)
.T
adalah nilai suhu udara (°C) dan RH adalah kelembaban udara (%). Hasil perhitungan THI kemudian digolongkan menjadi area tidak nyaman (THI < 21 dan THI > 28) dan area nyaman (THI 21 – 28).
23
Sebaran dan spasial nilai THI tiap lokasi pengukuran dibuat bantuan software ArcView. Tiap lokasi pengukuran dapat diperoleh perwakilan areanya dengan poligon thiessen sehingga didapat luasan area nyaman dan tidak nyaman. Data spasial dan tabular dianalisis untuk mengetahui keterkaitan faktor pembentuk iklim mikro terhadap kenyamanan termal pada beragam lokasi.
Kenyamanan Termal Ideal Setelah diketahui nilai kenyamanan termal kemudian ditentukan nilai kenyamanan termal ideal untuk Kecamatan Beji dari kondisi termal harapan. Penentuan ini berguna dalam tahapan sintesis selanjutnya untuk penentuan luasan RTH sesuai nilai THI harapan.
b. Analisis Jumlah dan Alokasi RTH Analisis diawali dengan mengkaji lahan Kecamatan Beji dan dilanjutkan analisis RTH untuk kenyamanan termal dan analisis alokasi RTH.
Lahan Kecamatan Beji (analisis berkaitan penggunaan lahan, penutupan lahan serta keberadaan RTH) Penggunaan lahan melalui Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Beji yang telah dibuat pada tahapan persiapan dapat dihitung luasannya dan dianalisis berkaitan keberadaan RTH di tiap tipe penggunaan lahan. Hal ini diperlukan untuk mendukung tahapan sintesis dan perencanaan dalam menentukan distribusi RTH. Penutupan Lahan melalui Peta Penutupan Lahan Kecamatan Beji yang telah dibuat sebelumnya akan dihitung luas dan persentasenya. Sebaran juga dianalisis sehingga diketahui area tinggi terbangun yang memerlukan RTH atau area berpotensi sebagai RTH. RTH dianalisis berkaitan jenis dan persebaran sesuai hirarki administratif. Vegetasi dianalisis berkaitan kenyamanan termal.
RTH untuk Kenyamanan Termal Luasan RTH dan nilai THI sebagai parameter kenyamanan termal dicari hubungannya
melalui persamaan regresi linier. Dari
persamaan tersebut dapat diperoleh luas RTH pendugaan beserta kebutuhan penambahannya.
24
Alokasi RTH Keberadaan penggunaan lahan berkaitan keberadaan RTH di Kecamatan
Beji
dikaji
berkaitan
hirarki
administratif
dan
kesesuaiannya dengan aspek legal, penggunaan lahan serta Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kecamatan Beji, Kota Depok. 3.5.4
Sintesis Pada tahap ini dilakukan overlay peta-peta hasil analisis sehingga
dihasilkan kawasan yang membutuhkan penambahan dimana dapat diketahui intensitas perencanaan RTH sesuai satuan unit analisis. 3.5.5
Perencanaan Perencanaan diawali dengan penentuan konsep yang ditujukan untuk
mengarahkan perencanaan yang dibuat, yaitu perencanaan RTH yang mampu mengameliorasi iklim sehingga tercipta kenyamanan termal. Dari konsep utama kemudian dilakukan pengembangan konsep. Pengembangan konsep RTH meliputi konsep ruang dan vegetasi. Perencanaan RTH mengikuti hasil dari pengembangan konsep, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Rencana ruang RTH Rencana ini meliputi perencanaan bentuk, pola dan persebaran RTH. Perencanaan pola dan pesebaran lokasi RTH dilakukan sesuai hasil sintesis lokasi yang membutuhkan RTH serta penggunaan lahan yang ada. Perencanaan bentuk berkaitan dengan kesesuaian lokasi dan tingkat kebutuhan kenyamanan. Bentuk RTH dapat berupa hutan kota, taman, jalur hijau, area konservasi, lahan pertanian dan sebagainya. Perencanaan ruang juga termasuk fungsi dan aktivitas di dalamnya. b. Rencana vegetasi Perencanaan vegetasil berkaitan pemilihan tanaman yang mampu lebih efektif mempengaruhi atau memodifikasi iklim mikro. Tanaman dipilih berdasarkan ciri fisik (arsitektural) maupun fisiologis serta terkait strata maupun kombinasi tanaman penutup tanah, semak, perdu dan pohon dalam mempengaruhi iklim mikro.