METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Desember 2007 sampai dengan Februari 2008 di dam parit Citeko sub DAS Ciliwung hulu, yang secara administratif terletak di Kecematan Megamendung Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. (Gambar 2) Terdapat 7 lokasi dam parit pada DAS Citeko yang masing – masing lokasinya ditetapkan berdasarkan ordo sungai 2 dan 3. Metode yang digunakan adalah dengan mengetahui kondisi biofisik dari masing – masing dam parit kemudian membandingkan efektivitas dari kelima dam parit di DAS Citeko. (Gambar 3)
3.2 Pengumpulan Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data tinggi permukaan aliran permukaan pada dam parit. Sedangkan data sekunder adalah data curah hujan dan informasi biofisik dam parit yang meliputi jenis tanah, topografi, penggunaan lahan dan jenis tanah. 3.2.1 Topografi Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100 % sama dengan kecuraman lereng 45º . Untuk mendapatkan data lereng dapat digunakan dua cara yaitu dari peta topografi dan pengukuran langsung dengan menggunakan alat altimeter.
16
1 : 7500
Gambar 2. Peta Lokasi Tempat Penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Dam Parit Citeko
17
3.2.2 Jenis Tanah Jenis tanah dapat diketahui dengan cara menggunakan peta tanah ataupun pengukuran di lapang. Secara umum jenis tanah di hulu Ciliwung adalah tanah – tanah andisol yang berasal dari endapan abu vulkan Gunung Pangrango. Jenis tanah yang diamati di lapang meliputi struktur tanah dan tekstur tanah. 3.2.3 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan diperoleh berdasarkan informasi dari peta penggunaan lahan yang sudah ada dan pengamatan lapangan dengan mencatat penggunaan lahan yang mendapat manfaat dari dam parit dan pola penanaman.
3.3 Perhitungan Debit pada Dam Parit 3.3.1 Perhitungan Kecepatan Sesuai dengan keadaan pembangunan dam parit yang telah ada di beberapa mikro DAS di kawasan DAS Ciliwung, maka untuk keperluan menjawab tujuan penelitian ini akan dilakukan penetapan potensi air yang dapat ditampung oleh dam parit, yaitu dengan mengukur ketinggian permukaan air. Pengukuran tinggi permukaan air pada dam parit digunakan meteran dengan waktu yang ditentukan setelah hujan berhenti. Pengukuran tinggi permukaan air dari dasar penampang sungai yang paling dalam sampai tinggi permukaan air. Ketinggian air diukur pada tiga titik dam parit, yaitu ketinggian air sebelum dam parit, setelah dam parit dan ketinggian air pada spillway. Ketiga titik pengukuran ini digunakan untuk mengetahui besarnya debit yang masuk ke dalam dam parit, debit yang keluar dari dam parit dan debit air yang masuk ke saluran irigasi. Pengukuran ketinggian air pada tiga titik tersebut juga dilakukan pada setiap dam parit. Perhitungan
debit pada ketiga titik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
18
efektivitas dam parit, yaitu adanya air yang masuk ke saluran irigasi sehingga mengurangi debit puncak dan mencegah banjir. Pengukuran ketinggian air digunakan untuk menghitung kecepatan. Secara teoritis perhitungan kecepatan aliran permukaan dapat dihitung berdasarkan rumus yang telah dikemukakan oleh Manning tahun 1985. Selain perhitungan kecepatan dengan rumus manning, kecepatan air juga diukur dengan menggunakan alat berupa pelampung dan stopwatch. Pengukuran kecepatan dilakukan pada dua kondisi yaitu pada kondisi hujan dan tidak hujan. Perhitungan kecepatan dengan menggunakan rumus manning berdasarkan pada ketinggian air dan luas permukaan pada saluran yaitu sebagai berikut : 2
1 V = R 3S n
1 2
Keterangan : V = Kecepatan Air (m2/detik) n = Kekasaran Permukaan R = Jari – jari Hidrologi (m) S = Kemiringan Saluran (m)
3.3.2 Pengukuran Debit Hujan merupakan faktor masukkan yang tidak dapat dirubah. Penelitian ini mengukur debit pada dam parit. Data curah hujan harian didapatkan dari stasiun klimatologi terdekat dengan tempat penelitian. Tren dari aliran permukaan didapatkan dengan mengukur aliran permukaan yang terjadi pada dam parit pada waktu debit puncak terjadi kemudian menganalisa dari data hasil pengukuran dan data curah hujan
19
harian, sehingga dengan melihat tren yang ada dapat dianalisis efektivitas dam parit dalam menurunkan debit sungai sebagai usaha mengendalikan banjir. Q=VxA Dimana :eQ
= debit (m3/detik)
A = Luas Permukaan dam parit V = Kecepatan air
3.3.3 Form Pengukuran Ketinggian Air Tabel 1. Form Pengukuran Ketinggian Air Lokasi : Tanggal : a. Mulai hujan : NO Sungai sebelum Dam (cm) Tepi Tengah
b. Selesai hujan : Dam Parit (cm) Sungai sesudah Dam (cm) Tepi Tengah Tepi Tengah
3.4 Metode Rasional Metode rasional telah digunakan secara meluas sejak pertengahan abad ke 19 untuk merancang sistem drainase/pengairan. Hal ini disebabkan karena kesederhanaan metode ini. Ide utama dari metode ini adalah laju aliran permukaan akan meningkat sampai waktu konsentrasi tertentu (Tc). Tc didefinisikan sebagai waktu dimana seluruh bagian DAS, berkontribusi terhadap peningkatan aliran permukaan di outlet. Intensitas hujan (i) dan luas DAS (A) adalah komponen utama dalam sistem, pengaruh aliran permukaan yang terjadi juga disebabkan oleh faktor koefisien aliran permukaan (C), nilai C berkisar antara 0-1. Rumus umum metode rasional adalah sebagai berikut (Chow, 1988) : Q=CiA
atau
Q = 0.277 C i A
20
Keterangan : : debit puncak (m3/dtk) : koefisien run off, tergantung pada karakteristik DAS (tak berdimensi) : intensitas curah hujan, untuk durasi hujan (D) sama dengan waktu konsentrasi (Tc) (mm/jam) : luas DAS (km2)
Q C I A
Konstanta 0.277 adalah faktor konversi debit puncak ke satuan (m3/dtk) (Seyhan, 1995). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan debit dengan menggunakan metode rasional adalah : 1. Perhitungan laju puncak aliran permukaan di outlet adalah fungsi dari rata-rata curah hujan selama waktu konsentrasi, jadi debit puncak bukan merupakan akibat dari kejadian hujan yang lebih intensif pada waktu yang singkat, dimana mungkin hanya sebagian wilayah DAS saja yang berkontribusi terhadap aliran permukaan di outlet 2. Waktu konsentrasi, merupakan waktu dimana aliran permukaan terjadi dan aliran tersebut merupakan kontribusi dari seluruh bagian di DAS 3. Intensitas hujan tetap selama kejadian hujan
3.5 Analisis multifungsi dam parit dalam skala sub DAS Analisis multifungsi dam parit menggunakan beberapa pendekatan yaitu : 1. Menentukan efektivitas pembangunan dam parit dalam usaha pengendalian banjir. Efektivitas adalah rasio dari debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang masuk ke dam parit. Air pada dam parit dibuang ke saluran irigasi malalui spilway dan dialirkan ke area target irigasi, sehingga debit yang keluar dari dam parit berkurang. Adanya penurunan debit diharapkan dapat mengurangi potensi banjir. 2. Menghitung nilai manfaat ekonomi dari dam parit. Penilaian nilai manfaat ekonomi dari dam parit ditunjukkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan
21
untuk membangun dam parit dibandingkan dengan manfaat yang dirasakan setelah pembangunan dam parit. Manfaat ekonomi air dam parit dihitung dengan melihat keuntungan produksi dari komoditas yang dominan dari lahan pertanian target irigasi. Lahan yang digunakan untuk menghitung manfaat ekonomi air dam parit adalah lahan yang terdapat pada target irigasi dam parit Citeko 4 atau CT4. Hal tersebut didasarkan pada air yang masuk ke lahan pertanian target irigasi CT4 lebih banyak daripada CT5. Komoditas yang mendominasi pada lahan pertanian CT4 adalah padi. 3. Keuntungan pembangunan dam parit dihitung menggunakan b/c ratio, yaitu perbandingan antara keuntungan produksi selama 5 tahun (umur minimal dam parit) dengan biaya pembuatan dam parit. Bila nilai b/c lebih dari 1 maka pembangunan dam parit memberi manfaat dan layak dilaksanakan. Akan tetapi jika nilai b/c kurang dari 1 maka pembangunan dam parit tidak bermanfaat dan tidak layak dilaksanakan. Bila pembangunan dam parit bermanfaat maka dapat diaplikasikan dalam satu DAS.
22
No.
Jumlah Kebutuhan Air Rata-rata Untuk :
Liter per hari*)
1.
Semua kebutuhan rumah tangga setiap orang
130 – 380
2.
Tanaman padi tiap m2
3.
Sayur mayur tiap m2
4.
Tanaman keras tiap pohonnya
5.
Seekor kuda atau keledai (450 kg)
30 – 45
6.
Seekor sapi jantan atau sapi yang tidak menyusui (450 kg)
35 – 70
7.
Seekor sapi perah (450 kg) **)
70 – 150
8.
Seekor babi (45 kg)
4–6
9.
Seekor domba (45 kg)
4–6
10.
100 ekor ayam
20 - 35
Tabel 2. Perkiraan Jumlah Pemakaian Air Aliran Dam Parit
23
*) Suhu udara sekitar 320C **)Termasuk untuk pembersihan kandang, Sumber : Frevert et al., dalam Arsyad, 2000
Alat dan Bahan 1. Peta tematik digital mencakup informasi penggunaan lahan, topografi, jenis tanah dan jaringan hidrologi skala 1 : 25.000 2. Meteran
unt
24
3. uk mengukur tinggi permukaan air aliran sungai 4. Seperangkat alat tulis 5. Data iklim harian
Lokasi
:
Tanggal
:
a. Mulai hujan : NO
b. Selesai hujan :
Sungai sebelum Dam
Dam Parit (cm)
Sungai sesudah Dam
(cm) Tepi
(cm) Tengah
Tepi
Tengah
Tepi
Tengah
1
25
2.3. Metodologi
2.3.1. Kriteria dan indikator desain bangunan dam parit 3. Berdasarkan pendekatan tersebut di atas maka tahapan kegiatan utama penelitian untuk validasi pengembangan dam parit dan aplikasi irigasi, yaitu : Shwab et al. 1981 dalam Arsyad 2000 telah menyusun Nilai Cr yang ditentukan berdasarkan tipe penggunaan lahan seperti disajikan pada Tabel 2 dan 3 Tabel 2. Koefisien aliran permukaan (Cr) untuk DAS pertanian Faktor konversi dari Kelompok B ke Tanaman penutup dan kondisi hidrologi
Kelompok
Kelompok
Kelompok
A
C
D
1. Tanaman dalam baris buruk
0.89
1.09
1.12
2. Tanaman dalam baris baik
0.86
1.09
1.14
3. Padi-padian, buruk
0.86
1.11
1.16
4. Padi-padian, baik
0.84
1.11
1.16
5. Padang rumput gembala, lahan kering
0.81
1.13
1.18
0.64
1.21
1.31
dengan pergiliran tanaman, baik 6. Padang rumput potong, permanen,
26
baik 7. Hutan dewasa, baik
0.45
1.27
1.40
Keterangan : Kelompok A : Pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat (Entisols) Kelompok B : loess dangkal, lempung berpasir (Entisols) Kelompok C : lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik rendah dan tanah-tanah berkadar liat tinggi (Inceptisols, Alfisols, Ultisols, oxisols) Kelompok D : tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat, plastis dan tanah-tanah salin tertentu (Vertisols, Halaquepts)
Tabel 3. Koefisien aliran permukaan (C) untuk daerah urban Macam daerah
Koefisien Cr
1. Daerah perdagangan -Pertokoan (down town)
0.70 – 0.90
-Pinggiran
0.50 – 0.70
2. Pemukiman -Perumahan Satu Keluarga
0.30 – 0.50
-Perumahan Berkelompok, Terpisah-Pisah
0.40 – 0.60
-Perumahan Berkelompok, Bersambungan
0.60 – 0.75
-Suburban
0.25 – 0.40
-Daerah Apartemen
0.50 – 0.70
3. Industri -Daerah ringan
0.50 – 0.80
27
-Daerah berat (padat)
0.60 – 0.90
4. Taman, pekuburan
0.10 – 0.25
5. Tempat bermain
0.20 – 0.35
6. Daerah stasiun Kereta Api
0.20 – 0.40
7. Daerah belum diperbaiki
0.10 – 0.30
8. Jalan
0.70 – 0.95
9. Bata -Jalan, hamparan
0.75 – 0.85
-Atap
0.75 – 0.95
3. Menentukan kebutuhan air di lokasi target irigasi dam parit Pada bagian ini terdapat 3 sektor kebutuhan yang perlu diperhatikan yaitu : kebutuhan air untuk tanaman, manusia dan ternak. Kebutuhan air tanaman dapat dihitung dengan software WARM (Runtunuwu. et all 2004). Software ini menghitung kebutuhan air berdasarkan indeks kecukupan air yaitu nisbah antara evapotranspirasi aktual tanaman dengan potensial/maksimalnya (ETR/ETM). Kisaran nilai dari indeks kecukupan air adalah dari 0-1, semakin tinggi nilainya maka semakin baik potensi produksi tanaman, sebaliknya semakin rendah nilainya maka tanaman tersebut berpotensi mengalami penurunan hasil atau bahkan gagal berproduksi akibat kekurangan air. Untuk nilai ETR/ETM yang rendah, perlu dilakukan tindakan penambahan irigasi suplementer. Setiap tanaman akan berbeda-beda batas toleransi kekeringannya. Kebutuhan air untuk manusia dan ternak disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perkiraan Jumlah Pemakaian Air Usaha Tani
28
No.
Jumlah kebutuhan air rata-rata untuk :
Liter per hari*)
11.
Semua kebutuhan rumah tangga setiap orang
12.
Seekor kuda atau keledai (450 kg)
30 – 45
13.
Seekor sapi jantan atau sapi yang tidak menyusui
35 – 70
130 – 380
(450 kg) 14.
Seekor sapi perah (450 kg) **)
70 – 150
15.
Seekor babi (45 kg)
4–6
16.
Seekor domba (45 kg)
4–6
17.
100 ekor ayam
20 - 35
*) Suhu udara sekitar 320C **)Termasuk untuk pembersihan kandang, Sumber : Frevert et al., dalam Arsyad, 2000
4. Aplikasi Teknik Pemberian Irigasi Aplikasi teknik pemberian air irigasi akan dilakukan berdasarkan kondisi lapang, dengan alternatif pemberian yang memungkinkan dilaksanakan oleh petani setempat adalah dengan metode gravitasi atau penyiraman secara tradisional dengan pengangkutan air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman berasal dari sumber air (dam parit). Aplikasi teknik pemberian air irigasi dilakukan apabila nilai ETR/RTM kurang dari 0,65 yang terjadi pada musim kemarau. Pengamatan akan dilakukan pada pertanaman di lahan petani dengan pengaturan jadwal tanam yang sesuai. Hasil pengamatan produksi diharapkan dapat memberi gambaran perbedaan produksi akibat pemberian irigasi tambahan.
5. Mempelajari Dampak Pengembangan Dam Parit terhadap Karakteristik DAS
29
Dampak pembangunan dam parit selain dapat dilihat dari segi peningkatan produktivitas lahan juga dapat dilihat pada perubahan fungsi hidrologis DAS. Untuk melihat perubahan karakteristik DAS dilakukan pemodelan fungsi transfer dengan menggunakan model H2U yang telah dimodifikasi (Kartiwa, 2004). Selanjutnya, dengan menetapkan kecepatan aliran lereng yang menuju ke jalur aliran sungai, pdf waktu tempuh butir hujan pada lereng dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:
ρ v (t ) =
Vv lo
.e
−
Vv .t lo
dengan : ρv(t)
: pdf lereng sebagai fungsi waktu t.
Vv
: kecepatan aliran rata-rata pada lereng
lo
: panjang rata-rata jalur hidraulik pada lereng
t
: interval waktu
Sedangkan untuk menghitung pdf waktu tempuh butir hujan pada jaringan sungai, digunakan persamaan sebagai berikut: ⎛ n.V ρ RH (t ) = ⎜⎜ RH ⎝ 2.L
n 2
n.V .t n −1 − RH ⎞ 1 2. L 2 ⎟ . ⎟ ⎛ n ⎞ .t .e ⎠ Γ⎜ ⎟ ⎝2⎠
dengan : ρRH(t) : pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t. n
: order maksimum DAS
VRH : kecepatan aliran rata-rata pada jaringai sungai L
: panjang rata-rata jalur hidraulik pada jaringan sungai
30
Γ
: fungsi gamma
t
: interval waktu
Untuk mendapatkan pdf DAS, dihitung berdasarkan hasil konvolusi antara pdf lereng dengan pdf jaringan sungai : ρ DAS ( t ) = ρ v ( t ) ⊗ ρ RH ( t )
ρDAS(t):
pdf DAS sebagai fungsi waktu t.
ρv(t)
pdf lereng sungai sebagai fungsi waktu t.
:
ρRH(t) :
pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t.
Untuk menghitung debit aliran permukaan, digunakan rumus sebagai berikut :
Q ( t ) = S [PN ( t ) ⊗ ρ ( t ) ]
Q(t)
: debit aliran permukaan pada waktu t
S
: luas DAS
PN(t) : intensitas hujan neto pada waktu t ρ(t)
: pdf waktu tempuh butir hujan pada waktu t
dihitung dari pdf panjang alur hidraulik berdasarkan penetapan kecepatan aliran 8
: simbol konvolusi
Setelah diketahui volume debit maka dengan mengintegrasikan parameter kapasitas simpan dam parit dalam model, maka dapat ditentukan perubahan karakteristik aliran permukaan sesaat. Diagram alir kegiatan analisis manfaat dam parit untuk mengetahui aliran sesaat disajikan pada Gambar 1. Karakteristik Geometrik DAS
Kecepatan aliran (VL dan Vl) di Mikro DAS
Karakteristik Morfometrik DAS
Model prediksi aliran permukaan H2U
Q aliran permukaan sesaat
Curah hujan sesaat
31 Parameter dimensi dam parit
Gambar 1. Diagram alir kegiatan analisis manfaat dam parit untuk mitigasi banjir Panen hujan dan aliran permukaan dengan teknologi dam parit untuk menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon DAS selang waktu antara curah hujan maksimum dan debit puncak. Hubungan antara curah hujan, debit aliran dan waktu respon disajikan pada Gambar 2.
1250
0
Hujan t1
20
Sebelum panen
750
t2
40
Sesudah panen
500
Q1 250
Hujan (mm)
Debit (m3/dt)
1000
60
Q2
0
80 0
10
20
30
40
Waktu (jam)
32
Gambar 2.
Hubungan antara curah hujan, debit aliran dan waktu respon
Q1 adalah volume dan waktu terjadinya debit puncak sebelum dibangun dam parit. Q2 adalah volume dan waktu terjadidnya debit puncak setelah dibangun dam parit.
6. Pengamatan karakteristik debit di lapangan Pengamatan dilakukan dengan mengamati tinggi permukaan air harian menggunakan fiskal yang dipasang pada inlet dan intake masing masing dam parit. Pengamatan harian dilakukan pada jam yang sama sehingga dapat diketahui perubahan debit harian selama setahun. Untuk memvalidasi perilaku debit akan dilakukan pengamatan kurva debit yaitu pengamatan debit dari sebelum hujan sampai selesainya hujan dan debit kembali normal pada salah satu DAS mikro.
33
Penelitian ini dilaksanakan di hulu sungai Ciliwung, selain karena rawan banjir sungai ciliwung merupakan sungai strategis yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia. Terakhir kali pada tahun 2007 telah terjadi banjir besar – besaran yang sempat melumpuhkan ibukota Indonesia Distribusi curah hujan yang tidak merata secara spasial dan temporal menyebabkan kelebihan air di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Pengelolaan sumber daya air baik yang berasal dari curah hujan, mata air maupun air tanah dalam belum dilakukan secara optimal. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan/kekeringan air di musim kemarau dan kelebihan air di musim hujan (banjir) yang berdampak terganggunya proses produksi pertanian. Pengembangan teknologi dam parit berfungsi menampung curah hujan dan aliran permukaan dan mendidtribusikan ke lahan pertanian, sehingga dapat meningkakan ketersediaan air bagi pertanian di musim kemarau dan mengurangi volume dan kecepatan laju aliran permukaan di musim hujan. Untuk keperluan tersebut penelitian potensi air hujan yang dapat dipanen, debit aliran permukaan, posisi dan dimensi dam parit serta perhitungan kebutuhan air penting dilakukan. Selain itu pembangunan dam parit, bak penampungan air dan jaringan irigasi diperlukan dalam suatu sistem pengelolaan sumberdaya air untuk meningkatkan produktivitas lahan. Adanya sedimentasi yang berasal dari hasil erosi dan kemudian terakumulasi kedalam waduk dam parit. Erosi dan sedimentasi tidak hanya menurunkan debit sungai tetapi juga mengurangi volume air waduk. Sedimentasi pada dam parit tidak hanya mengurangi volume waduk pada dam tetapi juga mengurangi volume air yang akan dialirkan ke lahan – lahan pertanian. Sementara itu, apabila dalam praktek pengelolaan DAS dan penerapan tata guna lahan yang tidak dilakukan secara terpadu dan tidak terencana dengan baik, salah satunya dapat mempengaruhi proses terjadinya erosi dan sedimentasi. Erosi adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh media alami yang berupa air (air hujan). Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi disebut sedimen. Sedangkan sedimentasi (pengendapan) 34
adalah proses terangkutnya/ terbawanya sedimen oleh suatu limpasan/aliran air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau maupun kawasan tepi teluk/laut (Arsyad, 1989). Erosi dapat mempengaruhi produktivitas lahan yang biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil sedimen.
Salah satu indikator pesatnya pembangunan di kawasan tersebut adalah pertumbuhan penduduk. Menurut sensus penduduk tahun 1980 dan 2000 jumlah penduduk kawasan Bopunjur dalam kurun waktu dua puluh tahun, penduduknya mencapai dua kali lipat, yakni dari 5,7 juta menjadi 11,7 juta. Faktor demografi yang paling berpengaruh terhadap pesatnya pertumbuhan tersebut adalah dari faktor imigrasi, dimana dalam tahun 2000 tercatat jumlah imigran yang masuk ke daerah tersebut sebesar 1,1 juta orang (Alihar, 2002). Perkembangan penduduk yang pesat akan seiring dengan peningkatan kebutuhan akan lahan. Menurut Hardjanto (2002) dalam kurun waktu 10 tahun (tahun 1990 – 2000), di kawasan Bopunjur telah terjadi peningkatan penggunaan lahan untuk pemukiman sebesar 300% dari 5.999,8 ha menjadi 18.644,8 ha, sebaliknya telah terjadi penurunan luas sawah sebanyak lebih dari 50% yaitu dari 28.348,7 ha menjadi 10.825,8 ha. Rencana Tata Ruang Bopunjur (Keppres No. 114/ 1999) mengarahkan sebagian besar kawasan tersebut sebagai daerah resapan (84%), sedangkan kawasan perkotaan hanya 16 % (Hardjanto,2002)
35
Hujan merupakan air yang jatuh dipermukaan bumi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang paling banyak diukur selain salju, es, kabut dan embun. Di daerah tropis umumnya dan di Indonesia khususnya yang dimksud presipitasi yang diukur adalah hujan. Presipitasi adalah bentuk pengendapan atau pengembalian air yang telah diuapkan ke atmosfir ke permukaan bumi. Pengembalian ini akan berlangsung setelah uap air tersebut memenuhi syarat untuk dikembalikan ke permukaan bumi, diantaranya adalah apabila uap air telah mengalami pengembunan sehingga butir air atau es dan menmpunyai kecepatan jatuh dan ukuran yang cukup. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjiradalah curah hujan rata – rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan berbeda – beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yaitu curah hujan harian, curah hujan bulanan dan curah hujan tahunan. Hasil – hasil yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sederetan uji, baik menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut.
Input
PROSES
Output
- Metode - Mesin - Material Rancangan acak kelompok baik digunakan jika keheterogenan unit percobaan berasal dari satu sumber keragaman. Selain itu rancangan acak kelompok baik digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam mempersiapkan unit percobaan homogen dalam jumlah besar. Komponen keragaman unityang perlu diperhatikan dalam menentukan 36
pembentukkan kelompok adalah komponen keragaman diluar perlakuan yang ikut mempengaruhi respon dari unit percobaan. Namun demikian kelompok yang dibentuk hendaknya menghindari terjadinya interaksi dengan perlakuan yang diberikan terhadap unit – unit percobaan.
37