METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan obyek-obyek wisata dalam satu kesatuan kawasan tujuan wisata berdasarkan kedekatan, kemiripan daya tarik dan kemudahan aksesibilitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan obyekobyek wisata yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dikelompokkan menjadi suatu kawasan wisata. Untuk penentuan obyek wisata aktual terdefenisi tersebut terdapat tiga aspek yang menjadi dasar awal evaluasi yaitu aspek spasial, aspek fisik, aspek kelembagaan dan ekonomi dari obyek-obyek wisata. Aspek spasial lahan merupakan lahan atau areal yang menjadi posisi berdasarkan hamparan wilayah atau topografi dari suatu obyek wisata. Hasil survey dan wawancara terhadap wisatawan dilakukan untuk mengetahui persepsi dan kecenderungan keinginan wisatawan terhadap obyek wisata yang diminati. Untuk mendapatkan obyek-obyek wisata yang dapat dikembangkan, maka terlebih dahulu dilakukan proses evaluasi dari obyek-obyek wisata berdasarkan aspek fisik dan aspek kelembagaan dan ekonomi yang menjadi pendukung dari suatu obyek wisata. Adapun kriterianya yaitu: (1) jarak suatu obyek wisata dari pusat kota/pertumbuhan; (2) aksesibilitas dari jalan utama (jalan negara, jalan propinsi, jalan kabupaten); (3) sarana prasarana pendukung dari obyek wisata (hotel/penginapan, bank, rumah makan, pasar, dan lain-lain); dan (4) daya tarik obyek wisata itu sendiri. Aspek kelembagaan dan ekonomi obyek wisata yaitu adanya pengelola obyek wisata, atraksi dan hiburan, keamanan dan adanya tempat penjualan souvenir, makanan/minuman dari suatu obyek wisata. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan salah satu dokumen perencanaan pembangunan yang harus dijadikan pedoman dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan wilayah. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pariwisata dapat berlangsung secara efisien dan dapat menciptakan keterpaduan dalam pencapaian tujuan pembangunan. Dalam penelitian ini juga dilakukan proses pencocokan (match) antara posisi obyek wisata dengan rencana tata ruang
23
yang telah ada. Berdasarkan proses pencocokan tersebut diperoleh suatu sinergi yang bisa menunjang proses perencanaan pembangunan yang telah disusun. Untuk menentukan suatu kawasan wisata yang sesuai secara spasial, fisik dan RTRW maka juga dilakukan penetrasi dari kebijakan-kebijakan yang ada, agar bisa terdefinisi secara konkrit dan bisa mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Diagram alir pendekatan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan matrik pendekatan penelitian terlampir (Lampiran 2).
Rencana Tata Ruang Wilayah
Potensi Sumberdaya Wilayah
Karakteristik Wilayah
Survey dan Wawancara Obyek Wisata Aktual Terdefinisi
Potensi Daerah Pariwisata Kriteria fisik obyek wisata : 1. Jarak 2. Aksesibilitas 3. Sarana Prasarana 4. Daya Tarik
Kriteria kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi obyek wisata: 1. Pengelola 2. Atraksi/hiburan kesenian 3. Keamanan 4. Penjualan Souvenir, Makanan/ Minuman
Penentuan Satuan Kawasan Wisata (SKW)
Gambar 2 Diagram alir pendekatan penelitian
Kebijakan Pemerintah
24
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dimana obyek dan daya tarik wisata (ODTW) tersebar di 14 kecamatan dari 15 kecamatan yang ada. Pelaksanaan penelitian lapangan dilakukan bulan Juni - Agustus 2007. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder bersumber dari dinas/instasi yang terkait seperti Bappeda, BPS, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Agam dan pihakpihak terkait lainnya. Selain itu juga digunakan peta-peta seperti Peta Administrasi Kabupaten, Peta Obyek Pariwisata, Peta Jaringan Jalan, Peta Sarana Prasarana, Peta Penggunaan Lahan, Peta Lereng, Peta Sungai, Peta RTRW. Untuk data primer dilakukan pengamatan langsung ke lapangan. Unsurunsur yang dilihat meliputi aspek daya tarik obyek wisata, kondisi fisik obyek wisata seperti sarana prasarana penunjang, jalan, aksesibilitas, dan hubungan antar obyek wisata. Data karakteristik wisatawan diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner. Metode pengambilan sampel dari konsumen/pengunjung dilakukan dengan pendekatan non-probability sampling melalui metode convenience sampling, yaitu ketika responden yang dijadikan sampel sedang berada di lokasi penelitian dan mau diwawancarai. Ada screening di awal kuesioner dimana pengunjung yang dijadikan responden adalah pengunjung yang sudah pernah berkunjung sebelumnya ke tempat wisata ini minimal satu kali. Ukuran sampel yang akan diambil, mengacu pada pendapat Slovin (Umar, 2005) sesuai dengan rumus seperti sebagai berikut:
n=
dimana :
n
N 1 + ( Ne 2 )
= ukuran sampel
N = ukuran populasi e
= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir
25
Ukuran populasi mengacu pada data jumlah kunjungan yang diperoleh dari data Dinas Pariwisata, Budaya dan Seni Kabupaten Agam, yakni data kunjungan tahun 2006 yaitu sebanyak 30.869 orang dan persen kelonggaran yang ditentukan adalah sebesar 10 persen. Berdasarkan data kunjungan yang dimasukkan ke dalam rumus Slovin, maka diperoleh jumlah sampel yang akan diambil adalah:
n=
30869 1 + (30869 × 0,12 ) n=
n=
30869 309,69
30869 1 + (30869 × 0,01)
n = 99,68
Untuk memudahkan perhitungan maka jumlah sampel yang diambil dibulatkan menjadi 100 orang. Mengenai kelengkapan data dan jenis obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Agam terlihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5 Jenis dan kelengkapan data No. 1.
Jenis Data Kebijakan Pemerintah
Bentuk Data Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Kepmen, RTRW, Renstra
Sumber Data Bappeda, Dinas Pariwisata, Internet
2.
Peta Thematik
Bappeda
3.
Karakteristik ODTW
Peta Administrasi, Peta Obyek Wisata, Peta RTRW, Peta Jar. Jalan, Peta Sarana Prasarana, dll Jumlah, jenis dan sebaran obyek wisata
4.
Karakteristik Wisatawan
Data jumlah, asal wisatawan
Dinas Pariwisata, BPS, Wawancara, Quesioner
5.
Karakteristik Wilayah
Data Potensi Desa
BPS, Dinas terkait
Dinas Pariwisata, BPS, Survey Lapang
26
Tabel 6 Jenis Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Agam No. 1.
Jenis Wisata Wisata Alam - Pantai - Danau, Air Terjun, Pemandian - Pegunungan, Perbukitan - Goa - Flora dan Fauna
Jumlah Obyek 4 16 11 5 3
2.
Wisata Budaya dan Sejarah - Tugu/Benteng perang - Mesjid/Surau - Museum/Rumah Adat/Rumah pejuang - Makam pahlawan - Candi
9 21 5 15 1
3.
Wisata Minat Khusus - Olah Raga
4
Jumlah
94
Sumber : Dinas Pariwisata, Budaya dan Seni Kab. Agam
Analisis Spasial
Untuk menganalisis keruangan pariwisata di Kabupaten Agam digunakan perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografis)/Arc View 3.2 yang mampu menyederhanakan berbagai jenis data menjadi satu bentuk informasi yang baku dan komprehensif. Evaluasi potensi sumberdaya untuk pengembangan pariwisata dilakukan dengan kriteria – kriteria hasil modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini. Pengevaluasian sumberdaya yang ada dibagi menjadi dua kriteria yaitu kriteria fisik obyek wisata dan kriteria kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi obyek wisata. Ada empat parameter fisik yang dinilai yaitu jarak obyek wisata dari pusat pelayanan pariwisata, aksesibilitas obyek dari jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten, daya tarik obyek wisata, dan fasilitas pendukung obyek wisata itu sendiri. Untuk aspek kelembagaan sosial budaya dan ekonomi parameter yang digunakan yaitu pengelola obyek wisata, atraksi dalam obyek wisata, keamanan dan penjualan makanan, cendramata dan sarana di dalam obyek wisata. Penilaian potensi wisata ini dilakukan dengan model pengharkatan (scoring model) yang diacu dari model penelitian Coppock et al. (1971) dan Gunn (1979). Metode ini mengkuantitatifkan kenampakan setiap obyek wisata seperti jaringan
27
jalan dalam bentuk jarak obyek dari pusat pelayanan, sarana prasarana penunjang (hotel/penginapan, rumah makan,bank/ATM, pasar, rumah sakit/puskesmas, terminal), jenis/daya tarik obyek wisata, ada tidaknya pengelola, frekwensi pengadaan atraksi di obyek wisata, ada tidaknya petugas keamanan dan jumlah penjual cendramata dan makanan/minuman yang ada di obyek wisata. Sehingga dapat dilihat obyek yang mempunyai potensi untuk dikembangkan melalui akumulasi skor atau nilai. Masing-masing faktor dinilai dengan ketentuan seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Skoring kelas potensi pariwisata No 1. 2. 3. 4. 5.
Kelas Potensi Potensi Sangat Lemah Potensi Lemah Potensi Sedang Potensi Kuat Potensi Sangat Kuat
Skor 1 2 3 4 5
Proses analisis dalam memetakan kondisi fisik dan lingkungan obyek wisata dengan SIG untuk kemudian diseragamkan dalam fomat yang sama dan diolah lebih lanjut dengan mempergunakan tools Arc View yang sesuai dengan tujuan analisis. Adapun tools Arc View yang dipergunakan untuk penentuan obyek wisata yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Buffer atau penyangga. Buffer merupakan suatu metode analisis yang berbentuk wilayah atau zona dari suatu jarak tertentu di sekitar entitas fisik, seperti titik, garis atau poligon yang telah terdefenisi. Dalam penelitian ini, pemakaian buffer digunakan untuk memetakan posisi kelas potensi obyek wisata berdasarkan aksesibilitas dari jalan negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten. Semakin dekat suatu obyek wisata terhadap jalan, maka skoring obyek tersebut semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. 2. Logical Query Logical Query adalah suatu proses memilih feature yang atributnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi query diterapkan untuk penentuan jauh dekatnya suatu obyek dari pusat kota dengan memakai kriteria jarak, pengelola obyek wisata, atraksi, hiburan dalam obyek wisata, keamanan
28
dan ada tidaknya tempat penjualan cendramata, makan/minuman dalam suatu obyek wisata. 3. Spatial Overlay Spatial Overlay adalah operasi penggabungan feature dari dua layer ke dalam layer baru serta penggabungan secara relasional tabel atribut feature-nya. Overlay digunakan dalam penelitian ini untuk proses pencarian posisi obyekobyek wisata dalam bentangan suatu wilayah atau topografi wilayah, posisi obyek wisata di dalam satuan wilayah administrasi, posisi sungai, jalan, sarana prasarana, dan proses matching antara posisi obyek wisata dengan RTRW yang telah ada. 4. Identify Feature Within a Distance Identify Feature Within a Distance adalah operasi untuk menghitung dan mengidentifikasi obyek pembanding dengan jarak tertentu dari masing-masing input obyek dalam satu tema. Proses ini digunakan untuk penentuan potensi obyek wisata dengan parameter jumlah sarana prasarana pendukung yang ada di sekitar suatu obyek wisata. Penilaian terhadap suatu obyek wisata dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu berdasarkan parameter fisik yang berjumlah 4 (empat) parameter dan parameter kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi dengan jumlah 4 (empat) parameter. Masing-masing parameter diberikan pembobotan yang didapat dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden di lapang. Nilai bobot didapat dengan mengakumulasikan persentase jumlah responden yang memilih suatu parameter dari parameter-parameter fisik dan parameter-parameter kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi menjadi parameter utama dalam melakukan kunjungan
wisata. Setelah didapatkan bobot dari masing-masing parameter, maka dilakukan penilaian potensi pariwisata terhadap obyek wisata. Adapun untuk pembagian kriteria penilaian potensi pariwisata berdasarkan parameter fisik terlihat pada Tabel 8.
29
Tabel 8 Kriteria penilaian potensi pariwisata berdasarkan parameter fisik (Modifikasi model Gunn, 1979 dan Coppock, 1971) No
Parameter
Sangat Lemah (1)
Nilai Potensi Lemah (2)
Sedang (3)
Kuat (4)
Sangat Kuat (5) <= 15 km
1.
Jarak (J)
> 60 km
45.01-60 km
30.01-45 km
15.01 – 30 km
2.
Sarana Prasarana (SP)
Tidak terdapat sarana prasarana radius 1 km
Terdapat 1 jenis sarana prasarana radius 1 km
Terdapat 2-3 jenis sarana prasarana radius 1 km
Terdapat 4 jenis sarana prasarana radius 1 km
Terdapat lebih dari 4 jenis sarana prasarana radius 1 km
3.
Aksesibilitas (A)
>1000 m dari jalan kabupaten
500-1000 m dari jalan kabupaten
< 500 m dari jalan kabupaten
< 500 m dari jalan propinsi
< 500 m dari jalan Nasional
4.
Daya Tarik (DT)
Terdapat >3 obyek sejenis radius 1 km
Terdapat 3 obyek sejenis radius 1 km
Terdapat 2 obyek sejenis radius 1 km
Terdapat 1 obyek sejenis radius 1 km
Tidak terdapat obyek sejenis radius 1 km
Parameter Jarak
Faktor letak obyek wisata dinilai mempunyai pengaruh kuat terhadap motif wisatawan melakukan perjalanan wisata. Penetapan jarak tertentu berdasarkan letak obyek wisata yang menyebar, dimana penyebaran dari obyek wisata di Kabupaten Agam terpencar di 14 kecamatan. Jarak tempuh dari suatu obyek ke obyek yang lain di daerah ini cukup panjang. Semakin dekat suatu obyek wisata maka kesempatan pengunjung untuk mencapainya akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Suatu obyek wisata dengan jarak 0 - 15 kilometer mempunyai nilai potensi sangat kuat dengan skor 5. Untuk jarak lebih dari 15 kilometer sampai 30 kilometer mempunyai nilai potensi kuat dengan skor 4. Jarak lebih dari 30 kilometer sampai 45 kilometer mempunyai nilai potensi sedang dengan skor 3. Jarak lebih dari 45 kilometer sampai 60 kilometer mempunyai nilai potensi lemah dengan skor 2 dan jarak lebih dari 60 kilometer dengan nilai potensi sangat lemah. Parameter Sarana Prasarana
Faktor sarana prasarana penunjang suatu obyek wisata seperti penginapan, rumah makan, keberadaan bank/ATM, pasar, terminal dan rumah sakit/puskesmas cukup mendukung perkembangan suatu obyek wisata. Penilaian terhadap sarana
30
prasarana ini tidak berdasarkan pelayanan yang diberikan terhadap konsumen, tetapi berdasarkan jumlah dan jenis dari sarana prasarana tersebut terhadap suatu obyek
wisata.
Pertimbangan
jumlah
dan
jenis
sarana
prasarana
bisa
menggambarkan potensi suatu obyek wisata disamping sebagai suatu komponen untuk penentuan hirarki suatu wilayah. Semakin banyak jumlah dan jenis fasilitas maka dukungan terhadap pengembangan suatu obyek wisata akan semakin baik. Demikian pula dengan keberadaan fasilitas-fasilitas yang dekat dengan suatu obyek wisata, maka akan menjadi suatu nilai tambah bagi perkembangan obyek wisata tersebut. Fasilitas yang dinilai sebagai komponen penunjang utama dalam analisis ini adalah akomodasi, rumah makan, perbankan, pasar, terminal dan rumah sakit/puskesmas. Suatu obyek wisata dikategorikan mempunyai potensi sangat kuat dengan skor 5 apabila dalam radius satu kilometer dari obyek wisata tersebut terdapat lebih dari lima jenis sarana prasarana. Obyek wisata dengan potensi kuat dengan skor 4 apabila obyek wisata tersebut didukung oleh empat jenis sarana prasarana dalam radius satu kilometer. Untuk obyek wisata yang mempunyai dua sampai tiga jenis sarana prasarana dalam radius satu kilometer dari obyek wisata tersebut maka masuk kedalam potensi sedang dengan skor 3. Obyek wisata dengan potensi lemah dengan skor 2 apabila hanya terdapat satu jenis sarana prasarana dalam radius satu kilometer dari obyek wisata tersebut. Suatu obyek wisata yang tidak terdapat satu jenis sarana prasaranapun dalam radius satu kilometer dari obyek tersebut diberi skor 1 dengan potensi sangat lemah. Parameter Aksesibilitas
Obyek wisata merupakan tujuan akhir dari perjalanan wisata, sehingga harus mudah dicapai dan mudah ditemukan. Faktor aksesibilitas direpresentasikan dengan jarak suatu obyek wisata dari jalan utama (jalan nasional, jalan propinsi, dan jalan kabupaten), kondisi jalan dan keadaan jalan menuju obyek wisata. Secara umum kondisi jalan di Kabupaten Agam sangat cukup baik, dimana total jalan aspal yaitu sepanjang 1 038 km, jalan kerikil 289.43 km dan sisanya jalan tanah dari total panjang jalan di Kabupaten Agam sepanjang 1 747.55 km.
31
Prasarana jalan terdiri dari tiga kelas yaitu jalan negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten. Asumsi yang dibangun adalah jarak suatu obyek wisata dari jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten, apabila suatu obyek wisata semakin dekat dengan jalan utama maka nilai skor akan semakin tinggi. Untuk penilaian berdasarkan aksesibilitas, penelitian ini memberikan skor 5 apabila suatu obyek wisata mempunyai jarak lebih kecil dari 500 m dari jalan nasional dengan potensi sangat kuat. Obyek wisata yang berada pada radius 500 m dari jalan propinsi memiliki skor 4 dengan potensi kuat. Untuk obyek wisata yang mempunyai jarak kurang dari 500 m terhadap jalan kabupaten maka memiliki skor 3 dengan potensi sedang. Sedangkan untuk obyek wisata dengan posisi antara 500 m sampai dengan 1 000 m dari jalan kabupaten akan mendapatkan skor 2 dengan potensi lemah, dan untuk obyek wisata yang mempunyai jarak akses lebih dari 1 000 m terhadap jalan kabupaten memiliki skor 1 dengan potensi sangat lemah. Apabila dalam proses identifikasi posisi obyek wisata masuk kedalam dua kategori penilaian, maka nilai yang ditetapkan untuk obyek wisata tersebut adalah nilai tertinggi dari dua kategori tersebut. Parameter Daya Tarik
Faktor daya tarik terkait dengan keberadaan sejumlah obyek wisata yang sejenis dalam suatu wilayah tertentu. Semakin banyak obyek wisata yang sejenis dalam suatu area tertentu, maka daya tarik obyek tersebut akan berkurang. Penilaian obyek wisata dilakukan dengan penskoran yang dimulai dari skor satu untuk potensi sangat lemah sampai dengan skor lima dengan potensi sangat kuat. Suatu obyek wisata yang memiliki lebih dari tiga obyek wisata yang sejenis dalam radius satu kilometer akan memiliki skor 1 dengan potensi sangat lemah. Jika suatu obyek wisata memiliki tiga obyek wisata yang sejenis dalam radius satu kilometer, maka akan dikategorikan dalam potensi lemah dengan skor 2. Untuk obyek wisata yang memiliki dua obyek wisata yang sejenis dalam radius satu kilometer dikategorikan dalam potensi sedang dengan nilai skor 3. Obyek wisata yang memiliki satu obyek wisata yang sejenis dalam satu kilometer akan memiliki skor 4 dengan potensi kuat, dan apabila suatu obyek wisata dalam kisaran jarak
32
satu kilometer tidak terdapat satupun obyek wisata yang sejenis maka potensi obyek wisata tersebut masuk kedalam kategori sangat kuat dengan nilai skor 5. Penentuan nilai potensi suatu obyek wisata berdasarkan parameter fisik (PF) dilakukan dengan mengalikan nilai masing-masing parameter dengan bobot suatu parameter. Setelah didapatkan hasil dari operasi diatas, maka dilakukan penjumlahan terhadap nilai-nilai parameter fisik obyek yang dianalisis yaitu nilai jarak, jumlah sarana prasarana, aksesibilitas dan daya tarik dengan persamaan: Metode Skoring PF = (Bobot x J) + (Bobot x SP) + (Bobot x A) + (Bobot x DT) Adapun untuk pembagian kriteria penilaian potensi pariwisata berdasarkan parameter kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kriteria penilaian potensi pariwisata berdasarkan parameter kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi (Modifikasi model Gunn, 1979) No 1.
Parameter Pengelola (P)
2.
Atraksi/ hiburan kesenian (AH)
3.
Keamanan (K)
4.
Penjualan Cendramata, Makanan & Minuman (PSM)
Sangat Lemah (1) Tidak adanya pengelola Obyek Wisata Tidak adanya atraksi/ hiburan Tidak adanya petugas keamanan Tidak adanya tempat penjualan cendramata dan makanan
Nilai Potensi Sedang (3) Adanya atraksi/ hiburan 1-2 kali sebulan Terdapat 1-5 tempat penjualan cendramata dan makanan
Sangat Kuat (5) Adanya pengelola Obyek Wisata Adanya atraksi/ hiburan lebih 2 kali sebulan Adanya petugas keamanan Terdapat lebih dari 5 tempat penjualan cendramata dan makanan
Parameter Pengelola
Salah satu penentu berkembangnya suatu obyek wisata yaitu adanya pengelola dari obyek tersebut. Dengan adanya pengelola akan memberikan suatu nilai tambah dari obyek wisata, dimana secara tidak langsung akan memberikan efek positif terhadap kelestarian obyek dengan terpeliharanya aset-aset yang ada di dalam obyek wisata dan pengunjung bisa memaksimalkan pemanfaatan dari aset-aset yang ada sesuai dengan fungsinya. Pada parameter pengelola ini, penilaian terhadap suatu obyek wisata dengan melihat keberadaan pengelola dari suatu obyek wisata. Apabila suatu obyek wisata memiliki pengelola, maka di kategorikan dalam potensi sangat kuat dengan
33
skor 5 dan apabila suatu obyek wisata tidak mempunyai pengelola mendapatkan skor 1 dengan potensi sangat lemah. Parameter Atraksi, Hiburan, Kesenian
Adanya atraksi, hiburan, kesenian di suatu obyek wisata merupakan daya tarik tersendiri dari obyek wisata. Penilaian terhadap parameter atraksi, hiburan dan kesenian terhadap obyek wisata berdasarkan seberapa sering atraksi, hiburan dan kesenian dilakukan di dalam obyek wisata. Suatu obyek wisata mendapatkan nilai skor 1 dan masuk ke dalam potensi sangat lemah apabila dalam obyek wisata tersebut tidak adanya atraksi, hiburan dalam sebulan. Untuk nilai potensi sedang dengan skor 3 diberikan kepada obyek wisata yang memiliki atraksi, hiburan satu sampai dua kali dalam sebulan dan obyek wisata yang mengadakan atraksi, hiburan lebih dari dua kali dalam sebulan memperoleh skor 5 dengan potensi sangat kuat. Parameter Keamanan
Salah satu unsur lain yang pentingnya dalam dunia pariwisata adalah citra keamanan bagi wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. Parameter keamanan merupakan faktor utama bagi wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata. Faktor keamanan menjadi kunci utama untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Selain itu keamanan suatu obyek wisata juga berhubungan dengan citra (image) yang akan diciptakan produk wisata tersebut. Tidak adanya jaminan keamanan pada suatu obyek wisata akan berakibat yang kurang menguntungkan bagi pariwisata itu sendiri. Salah satu dampaknya yaitu akan terjadi pengurangan kunjungan wisatawan. Penelitian ini dalam melakukan penilaian terhadap parameter keamanan bertolak kepada ada tidaknya petugas yang menjaga keamanan suatu obyek wisata. Jika suatu obyek wisata tidak memiliki petugas keamanan akan mendapatkan skor 1 dengan potensi sangat lemah. Sedangkan suatu obyek yang memiliki petugas keamanan obyek wisata akan diberi skor 5 dengan potensi sangat kuat.
34 Parameter Penjualan Cendramata, Makanan dan Minuman
Kelengkapan sarana prasarana dalam obyek wisata seperti adanya tempattempat penjualan cendramata yang merupakan kekhasan dari suatu obyek wisata, tempat penjualan makanan dan minuman sangat diharapkan bagi para pengunjung. Penilaian terhadap obyek wisata dengan parameter ini lebih menekankan kepada kuantitas atau jumlah dari tempat penjualan cendramata, makanan dan minuman di dalam suatu obyek wisata. Suatu obyek wisata dikategorikan mempunyai potensi sangat kuat dengan skor 5, apabila obyek tersebut memiliki lebih dari lima tempat penjualan cendramata, makanan dan minuman. Obyek wisata yang memiliki satu sampai lima tempat penjualan cendramata, makanan dan minuman masuk kedalam kategori potensi sedang dengan skor tiga, dan untuk obyek wisata yang tidak mempunyai tempat penjualan cendramata, makanan dan minuman mendapatkan skor 1 dengan potensi sangat lemah. Pembagian kriteria penilaian potensi pariwisata berdasarkan parameter kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi (PKSE). Untuk proses penilaian skoring parameter PKSE sama dengan proses penilaian potensi pariwisata parameter fisik, dimana masing-masing parameter PKSE dikalikan dengan bobot parameter dan setelah itu dilakukan penjumlahan terhadap nilai-nilai parameter kelembagaan, sosial budaya dan ekonomi yang ada yaitu parameter pengelola, parameter atraksi hiburan/kesenian, parameter keamanan, dan parameter penjualan cendramata, makanan dan minuman. Parameter-parameter PSKE yang dianalisis (Tabel 8) dengan metode skoring sebagai berikut: Metode Skoring PSKE =(Bobot x P)+(Bobot x AH)+(Bobot x K)+(Bobot x PSM) Untuk mendapatkan nilai potensi pariwisata dari suatu obyek wisata, maka dilakukan pencarian rata-rata dari penjumlahan nilai skor obyek wisata dari dua pembagian kelompok penilaian yaitu metode skoring PF dan metode skoring PKSE. Metode Skoring Potensi Pariwisata =
ΣPF + ΣPKSE 2
35
Kemudian nilai skor tersebut dimasukan ke dalam klasifikasi penilaian (Tabel 10) sebagai potensi pariwisata dari potensi sangat rendah sampai potensi sangat tinggi dengan selang kelas kesesuaian ditentukan dengan rumusan (Walpole, 1982): Selang Kelas =
ΣSkorMaksimal − ΣSkorMinimal ΣKriteria
Tabel 10 Klasifikasi Penilaian Potensi Wisata No 1.
Total Nilai
Keterangan
1 – 2
Potensi Rendah
2.
2,01 – 3
Potensi Sedang
3.
3,01 – 4
Potensi Tinggi
4.
4,01 – 5
Potensi Sangat Tinggi
Sumber : Olahan rumus Walpole (1982)
Penentuan obyek wisata aktual berdasarkan kriteria (Gambar 3) dilakukan dengan proses overlay antara peta administrasi, peta obyek wisata, peta jalan dan peta sarana prasarana. Peta Administrasi
Identifikasi jarak obyek dengan kriteria letak
Peta Obyek Wisata
Peta Jalan
Peta Sarana Prasarana
Identifikasi jarak obyek dengan kriteria daya tarik
Buffer dengan kriteria letak
Identifikasi jarak obyek dengan kriteria sarana prasarana
Membangun krieria
Query dan skoring obyek berdasarkan kriteria
Data Atribut
Menampilkan obyek wisata aktual berdasarkan kriteria
Gambar 3 Diagram alir analisis obyek wisata aktual berdasarkan kriteria
36
Identifikasi data jarak obyek dengan kriteria letak, identifikasi jarak obyek dengan kriteria daya tarik, buffer dengan kriteria letak dan identifikasi jarak obyek dengan kriteria sarana prasarana. Pemanggilan (query) data atribut dan pengskoran berdasarkan kriteria dilakukan sebelum menampilkan obyek wisata aktual. Setelah didapatkan obyek wisata aktual berdasarkan kriteria, maka dilakukan proses penentuan obyek wisata aktual terdefinisi dengan proses overlay antara obyek wisata aktual berdasarkan kriteria dengan peta ketinggian lahan dan juga proses overlay antara obyek wisata aktual berdasarkan kriteria dengan peta lereng sehingga menghasilkan karakteristik obyek wisata aktual berdasarkan kelas ketinggian lahan dan kelas lereng dari lahan. Untuk mengetahui kesesuaian kawasan obyek wisata dengan RTRW, maka peta obyek wisata aktual berdasarkan kriteria dilakukan proses overlay dengan peta RTRW yang menghasilkan obyek wisata aktual berdasarkan penempatan ruang. Berdasarkan hasil proses diatas dihasilkan obyek wisata aktual terdefinisi secara keruangan, ketinggian dan lereng. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penempatan masing-masing obyek wisata berdasarkan tinggi dari permukaan laut, kemiringan suatu obyek wisata dan posisi terhadap rencana tata ruang yang telah dibuat. Dari hal tersebut diatas akan bisa mendukung arah dan rencana pengembangan dari masing-masing obyek wisata. Kebijakan-kebijakan mengenai strategi pengembangan pariwisata dari pemerintah dijadikan sebagai salah satu pendukung dalam proses pengelompokkan obyek-obyek wisata menjadi satuan kawasan wisata. Pengelompokkan obyek-obyek wisata menjadi satuan kawasan wisata didasari kemiripan daya tarik dan kedekatan obyek wisata aktual terdefinisi (Gambar 4).
37
Peta obyek wisata aktual bedasarkan kriteria
- Peta ketinggian lahan - Peta lereng
Alokasi ruang RTRW
Analisis tumpang tindih (overlay)
Analisis tumpang tindih (overlay)
Penempatan ruang obyek wisata aktual
Karakteristik obyek wisata aktual
Menampilkan obyek wisata aktual terdefinisi Kebijakan Pariwisata Analisis deskriptif penentuan SKW berdasarkan kemiripan daya tarik dan kedekatan obyek wisata
Satuan Kawasan Wisata (SKW) Potensi SKW dan Rencana Pengembangan Pariwisata Kab. Agam
Gambar 4 Diagram alir analisis satuan kawasan wisata
38 Analisis Deskriptif
Obyek wisata aktual merupakan suatu obyek wisata yang telah ada dan ditetapkan keberadaannya oleh pemerintah daerah Kabupaten Agam sebagai tempat dan tujuan wisata di Kabupaten Agam. Untuk mengetahui persepsi dan kecenderungan keinginan wisatawan terhadap obyek wisata yang diminati, maka dilakukan analisis deskriptif yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner. Responden yang dipilih yaitu wisatawan yang sering berwisata atau minimal satu kali melakukan kunjungan wisata ke Kabupaten Agam. Persepsi dan keinginan wisatawan tersebut diatas bertujuan menggali pendapat dan keinginan, ketertarikan wisatawan (demand side) terhadap jenis dan daya tarik obyek wisata aktual. Salah satu hasil dari kuisioner tersebut yaitu diperoleh suatu simpulan mengenai obyek wisata di Kabupaten Agam yang akan menjadi acuan dalam proses menentukan obyek wisata aktual berdasarkan kriteria yang ada. Analisis deskriptif juga dilakukan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai pariwisata yang ada, sehingga diketahui prioritas pengembangan dari pariwisata, arah, tujuan dan sasaran yang diharapkan dari kebijakan tersebut. Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut dijadikan salah satu acuan untuk mengelompokkan obyek-obyek wisata aktual terdefinisi. Penentuan satuan kawasan wisata dilakukan dengan analisis deskriptif yang lebih ditekankan berdasarkan kemiripan daya tarik dan kedekatan obyek wisata secara spasial, sehingga membentuk satuan-satuan kawasan wisata di Kabupaten Agam. Proses ini dilakukan setelah diperoleh obyek wisata aktual terdefinisi berdasarkan posisi obyek terhadap tata ruang, karakteristik dari obyek wisata aktual dan memperhatikan kebijakan pemerintah yang ada mengenai pariwisata di Kabupaten Agam.