METODE PENELITIAN Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku konsumsi, dan persepsi remaja putri SMU dan SMK dikaitkan dengan kesiapan reproduksi adalah cross sectional. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian irli akan dilakukan di Kota Bogor, dengan responden siswi di dua SMU (SMUN 1 dan SMUN 3) dan dua SMK (SMKN 1 dan SMKN 3). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposif (purposive sampling). Pemilihan Sekolah Menengah Umum dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di Kota Bogor dan sebagian besar lulusannya cenderung memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan pemilihan Sekolah Menengah Kejuruan berdasarkan pertimbangan sebagian besar muridnya adalah remaja putri yang setelah lulus mereka diharapkan segera mandiri (bekerja atau menikah). Waktu pengambilan data dimulai pada bulan Juni sampai Agustus 2002.
Contoh dan Cara Pengambilan Contoh
Contoh penelitian adalah remaja putri SMU dan SMK kelas dua di Kota Bogor. Pertimbangan memilih siswi kelas dua dikarenakan mereka pada umumnya berusia 17 tahun, yang oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai usia menuju kedewasaan dan mengganggu ujian akhir nasional (UAN) pada saat pengambilan data dilakukan.
Pengambilan contoh penelitian dilakukan dengan acak (random sampling) berdasarkan daftar nama siswa. Sehingga pada akhirnya terpilih 105 siswi sebagai contoh penelitian, dengan rincian 52 siswi SMU dan 53 siswi SMK.
26 siswi
26 siswi
27 siswi
26 siswi
0 = 105 siswi
Gambar 2. Diagram pengambilan contoh penelitian
Jenis dan Cara Pengambilan Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi keadaan umum sekolah, daftar nama siswa, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga. Data primer yang dikumpulkan meliputi sosial ekonomi keluarga dan responden, pengetahuan gizi dan reproduksi, perilaku konsumsi, sumber informasi, status gizi (berat badan, tinggi badan, dan hemoglobin) serta persepsi terhadap kesehatan reproduksi. Pengumpulan data primer (sosial ekonomi, pengetahuan gizi dan reproduksi, perilaku konsumsi, sumber informasi, serta persepsi terhadap kesehatan reproduksi) menggunakan teknik wawancara. Data persepsi terhadap kesehatan reproduksi dikumpulkan dengan instrumen kuesipner yang dimodifikasi dari premarital sexual permissiveness scale (PSPS). Kuesioner persepsi, pengetahuan gizi dan reproduksi yang digunakan telah diuji validitasnya dengan menggunakan rumus korelasi product moment (Notoatmodjo, 2002). Data berat badan diperoleh melalui penimbangan menggunakan timbangan berat badan digital (digital balance scale) merek Tronno, kapasitas 150 kg dengan ketelitian 0 , l kg. Sedangkan data tinggi badan diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0 , l cm. Status besi, atau kadar hemoglobin diperoleh dari pengambilan darah oleh tenaga profesional laboratorium klinik dan analisis biokimia darah gengan metode Cyanmethemoglobin di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Depkes Bogor. Ringkasan jenis data dan cara pengambilan data disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis dan cara pengumpulan data Pengumpulan Data
Data Berat badan
Penimbangan langsung dengan timbangan berat badan digital (digital balance scale) merek Tronno, kapasitas 150 kg, ketelitian 0 , l kg.
Tinggi badan
Pengukuran dengan microtoise, ketelitian 0 , l cm.
Umur, identitas keluarga, pendapatan Wawancara menggunakan kuesioner. dan pekerjaan orang tua, uang jajan, sumber informasi, pengetahuan gizi, perilaku konsumsi, pengetahuan reproduksi dan persepsi terhadap kesehatan reproduksi Pengambilan darah oleh tenaga profesional laboratorium Winik yang telah disertifikasi dan analisa biokimia darah dengan metode Cyanmethemoglobin di laboratorium Puslitbang Gizi Bogor.
Status besi (hemoglobin)
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah terkumpul dikelompokkan menurut peubahnya, selanjutnya hubungan antar peubah dianalisis secara deskriptif dan diuji statistik dengan menggunakan paket program Statistical Product and Senlice Solution (SPSS) versi 10 (Santoso, 2001). Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi yang ddiukur meliputi pendidikan orang tua, pendapatan per kapita keluarga, besar keluarga, dan uang jajan responden. Pendidikan orang tua responden diukur berdasarkan lama sekolah dalam tahun, kemudian dikelompokkan dengan kategori pendidikan dasar (0-6 tahun),
pendidikan menengah (7-12 tahun), dan pendidikan tinggi (>I2 tahun).
Pendapatan per kapita keluarga diperoleh dari total pendapatan keluarga per bulan dibagi jumlah anggota keluarga. Pengolahan data pendapatan keluarga dilakukan setelah pendapatan per kapita dikategorikan menjadi tiga, yaitu pendapatan rendah (X < x-ISD), pendapatan sedang (x-1SD < X < x+lSD), dan pendapatan tinggi (X > x+lSD). Besar keluarga diukur dari jumlah anggota keluarga. Kriteria besar keluarga menurut BPPS dalam Pranadji (2001) dibedakan atas keluarga kecil jika jumlah anggota kurang dari atau sama dengan 4 orang, sedang jika jumlah anggota 5 sampai 7 orang, serta besar jika jumlah anggota lebih dari 7 orang. Data uang jajan responden diukur dari rata-rata uang jajan yang diterima per bulan. Uang jajan dikelompokkan dengan kriteria rendah (X < x-ISD), sedang (x1SD < X < x + l SD), dan tinggi (X > x + l SD).
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Pengetahuan gizi dan kesehatan dinilai dengan skor, yang dihitung dari jawaban responden atas 25 pertanyaan mengenai jenis, fungsi dan sumber zat gizi; kebutuhan dan status gizi; masalah gizi remaja; makanan fast food; serta rokok dan kesehatan. Hasil penilaian akan memperoleh skor tertinggi 25 dan skor terendah 0. Pengetahuan gizi dikategorikan menjadi tiga, yaitu pengetahuan gizi baik, sedang, dan kurang (Khomsan, 2000). Tabel 3. Kategori pengetahuqn gizi menurut skor pengetahuan gizi
I Skor[ Pengetahuan GiziI Pengetahuan Gizi I Kurang 1. 1 ~ 6 0 % I
1 1
I
2. 3.
1
1
I
60 - 80%
> 80%
I
Sumber: Khomsan (2000)
II I
Sedang Baik
II I
Pengetahuan Reproduksi
Pengetahuan reproduksi responden juga ditentukan menurut skor terhadap 10 pertanyaan, dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah sehingga diperoleh skor maksimal 10 dan skor minimal 0. Kriteria skor pengetahuan reproduksi lebih dari 80% skor maksimal dikatakan baik, antara 60-80% dari skor maksimal dikatakan sedang, dan kurang dari 60% dari skor maksimal dikatakan kurang. Status Gizi
Status gizi remaja dinilai dengan rumus indeks massa tubuh (IMT), yaitu menghitung data dari berat dan tinggi badan dengan rumus IMT sebagai berikut (WHO, 1995): lndeks massa tubuh (IMT) =
berat badan (kg) tinggi badan x tinggi badan (m2)
Klasifikasi status gizi remaja yang dihitung dari IMT tersebut dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kurus (gizi kurang), normal, dan gemuk (gizi lebih) yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi status gizi remaja menurut indeks massa tubuh (IMT)
/
No
I
Nilai IMT (BB/TB2)
1.
<18,5
2.
18,5 - 25,O
3.
> 25,O
Sumber: Depkes RI (1996)
Status Gizi Kurus (gizi kurang) Normal Gemuk (gizi lebih)
Status besi (kadar hemoglobin) ditentukan dengan membandingkan hasil pemerikasaan kadar Hb responden dengan kadar Hb rujukan untuk anemia yaitu kurang dari 12,O g/dL (!Mi0 dalam Soekirman, 2001). Konsumsi Pangan Konsumsi pangan dinilai dari kebiasaan makan dan diet, konsumsi fast food, dan kebiasaan merokok. Kebiasaan makan diukur dari skor gabungan antara pengetahuan gizi (aspek kebutuhan dan status gizi serta aspek masalah gizi remaja), sikap gizi, dan praktek makan dan diet. Sikap gizi ditentukan menurut skor dari 10 pertanyaan, dengan skor 2 untuk jawaban benar, skor 1 untuk jawaban raguragu, dan skor 0 untuk jawaban salah. Praktek makan dinilai dari skor jawaban responden atas 5 pertanyaan mengenai frekuensi makan, komposisi makanan, produk pelangsing, serta kebiasaan memuntahkan kembali makanan yang dimakan. Hasil penilaian kebiasaan makan dikategorikan baik apabila skor lebih dari 80% dari total skor maksimal, kategori sedang apabila skor berkisar antara 70%
hingga 80% dari total skor maksimal, dan kategori kurang apabila skor kurang 70% dari total skor maksimal. Data konsurnsi fast food diukur dari frekuensi konsumsi fast food per minggu. Kebiasaan merokok diukur berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi responden setiap hari dan dikatakan perokok jika mengonsumsi rokok minimal Ibatang sehari dan bukan perokok jika tidak mengonsumsi rokok setiap hari. Persepsi terhadap Kesehatan Reproduksi Persepsi terhadap kesehatan reproduksi dinilai menggunakan skor, yang dihitung dari jawaban responden atas 25 pertanyaan mengenai aspek kemampuan (ability) yaitu usia reproduksi dan perawatan alat reproduksi, keberhasilan (success)
yaitu status gizi dan konsumsi, serta hubungan seksual, keamanan (safety) meliputi alat kontrasepsi, aborsi, dan penyakit menular seksual. Hasil penilaian persepsi akan memperoleh skor tertinggi 50 dan skor terendah 0. Pengelompokan persepsi terdiri dari kategori baik (total skor 2 nilai median atau persentil 50) dan kategori baik (total skor < nilai median atau persentil 50). Kesiapan Reproduksi Kesiapan reproduksi dinilai dari skor gabungan antara status gizi (IMT), status besi, dan persepsi. Status gizi normal, status besi tidak anemia, dan persepsi baik diberi skor 2. Sebaliknya status gizi kurus atau gemuk, status besi anemia, dan persepsi kurang baik diberi skor 1. Sehingga hasil penilaian kesiapan reproduksi memperoleh skor tertinggi 6 dan skor terendah 3. Kesiapan reproduksi dikategorikan baik apabila memperoleh skor 6, kategori sedang apabila memperoleh skor 5, dan ketegori kurang apabila skor kurang dari 5. Analisis Data Uji korelasi Spearman's dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Uji beda t digunakan untuk menganalisis perbedaan berbagai variabel di SMU dan SMK. Uji regresi berganda digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang berhubungan dengan kesiapan reproduksi digunakan. Definisi Operasional Remaja putri adalah siswi yang duduk di kelas 2 pada Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan. Status gizi remaja adalah keadaan tubuh yang diakibatkan konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan. Untuk mengukur status gizi remaja digunakan
indikator indeks massa tubuh (BB-kg)/(~B-rn~)dan status besi (Hb). Berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh responden dikelompokkan menjadi status gizi kurus, normal, dan gemuk. Sedangkan dari pengukuran hemoglobin dikelompokkan menjadi anemia dan tidak anemia (normal). Karakteristik sosial ekonomi merupakan keadaan sosial dan ekonomi keluarga
dari remaja yang meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, besar keluarga, dan uang jajan responden. Pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendapatan per kapita keluarga serta uang jajan responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Sedangkan besar keluarga dibedakan atas keluarga kecil, sedang, serta besar. Pengetahuan gizi adalah kemampuan remaja untuk menjawab pertanyaan
mengenai makanan dan gizi, makanan fast food, masalah gizi remaja, gizi dan diet remaja, serta rokok, gizi dan kesehatan. Skor atas jawaban pengetahuan gizi dikelompokkan dalam pengetahuan gizi rendah, sedang, dan tinggi. Pengetahuan reproduksi adalah kemampuan remaja yang diukur dari jawaban
atas pertanyaan tentang alat, usia, proses dan faktor-faktor yang berpengaruh pada reproduksi. Penilaian terhadap pengetahuan reproduksi dikelompokkan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Konsumsi pangan adalah kebiasaan remaja mengonsumsi rokok atau tembakau
dan makanan, dalam bentuk kebiasaan makan untuk mempertahankan atau menurunkan berat badan (diet), konsumsi fast food dan kebiasaan merokok. Selanjutnya konsumsi pangan dibedakan menjadi kurang, sedang, dan baik.
Kebiasaan makan dan diet merupakan wujud tindakan remaja terhadap diet dan makanan yang mencakup pengetahuan gizi (kebutuhan dan status gizi serta masalah gizi remaja), sikap gizi, serta praktek makan dan diet remaja untuk mempertahankan bentuk tubuh atau menurunkan berat badan, kemudian dikategorikan menjadi perilaku kurang, sedang, dan baik. Konsumsi fast food adalah frekuensi fast food yang dikonsumsi remaja yang dikategorikan mengonsumsi dan tidak mengonsumsi fast food. Kebiasaan merokok adalah frekuensi dan jumlah rokok yang dihisap remaja, selanjutnya dibedakan menjadi merokok dan tidak merokok. Persepsi terhadap kesehatan reproduksi adalah pandangan atau penilaian remaja untuk mencapai reproduksi sehat. Persepsi terhadap kesehatan reproduksi dikategorikan menjadi persepsi kurang dan persepsi baik. Kesiapan reproduksi adalah kemampuan fisik dan kesiapan mental remaja terhadap reproduksi yang diukur dari status gizi dan persepsi terhadap kesehatan reproduksi. Kesiapan reproduksi responden dikategorikan menjadi kurang, sedang, dan baik.