38
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan metode survai dengan tujuan mencari data dan fakta mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan efektifitas pemberdayaan masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) di TNBBS. Penelitian ini menguraikan fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di lapangan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapat gambaran secara faktual dan akurat mengenai fakta-fakta tersebut, hubungan antara fenomena yang diteliti, menguji hipotesis, membuat makna serta implikasi dari hasil yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, kuesioner dan wawancara dengan unit analisis individu masyarakat peserta program pemberdayaan MDK di TNBBS. Observasi atau pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek untuk keperluan pencarian data tentang masyarakat kawasan TNBBS. Instrumen berupa kuesioner berisi serangkaian pertanyaan yang dijabarkan dari variabel-variabel penelitian. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang digunakan mengarah kepada tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat untuk mengembangkan perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dalam bidang ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Wawancara dilakukan terhadap responden dan pihak-pihak terkait lainnya dengan tujuan untuk mendukung data yang diperoleh melalui kuesioner. Dengan menggunakan ketiga teknik pengumpulan data ini, diharapkan dapat saling melengkapi sehingga data yang dikumpulkan merupakan data lengkap, akurat dan konsisten (Sugiyono 2011). Selain ketiga teknik tersebut, juga dilakukan dokumentasi untuk memperoleh data-data sekunder.
Lokasi dan Waktu Penelitian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) terletak di bagian selatan Pulau Sumatera (gambar 6) yang secara geografis terletak pada 4o31’ - 5o57’ LS dan 103o34’ - 104o43’ BT. Secara administratif, kawasan ini termasuk dalam Provinsi Lampung dan Provinsi Bengkulu), dimana lokasi penelitian termasuk dalam Provinsi Lampung. Penelitian dilakukan di Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu sebagai desa lokasi pemberdayaan masyarakat MDK. Peta lokasi penelitian sebagaimana dalam Lampiran 3. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari survei pendahuluan, penyusunan kerangka sampling, penyusunan kuesioner, uji coba kuesioner, pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisis data dilakukan selama 9 (sembilan) bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan November 2012.
39
Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah masyarakat sasaran program pemberdayaan Model Desa Konservasi (MDK) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Penentuan lokasi desa sebagai lokasi sampel ditentukan berdasarkan kerangka sampel data kegiatan pemberdayaan masyarakat MDK di TNBBS. Terdapat 2 (dua) pekon/desa lokasi kegiatan pemberdayaan MDK di TNBBS yaitu Pekon Sukaraja (daerah penyangga) dan Kubu Perahu (enclave). Penentuan total sampel ditentukan berdasarkan rumus Slovin, sedangkan jumlah sampel di kedua pekon ditentukan mewakili jumlah populasi masyarakat peserta program pemberdayaan MDK di masing-masing desa/pekon. Unit analisis dalam penelitian ini adalah petani anggota kelompok penerima manfaat program pemberdayaan MDK. Secara rinci proses pengambilan sampel adalah sebagai berikut: TNBBS
SPTN Wilayah I Sukaraja
SPTN Wilayah II Bengkunat
Pekon Sukaraja
Pekon Kubu Perahu
SPTN Wilayah III Krui
MDK: 50 orang
MDK: 90 orang
67 Responden Dengan rincian: 1. Kel. Wana Lestari 20 orang 2. Kel. Eka Tunggal Makmur 15 orang 3. Kel. Tunas Karya 22 orang 4. SPKP 10 orang
37 Responden Dengan rincian: 1. Kel. Mulya Tani Harapan Maju 8 orang 2. Kel. Pemuda Mandiri 12 orang 3. Kelompok eks penerima manfaaat program MDK 17 orang
Total sampel = 104
SPTN Wilayah IV Bintuhan
Desa/Pekon ditentukan berdasarkan lokasi program pemberdayaan MDK Jumlah masyarakat sasaran kegiatan MDK pada masingmasing desa Jumlah sampel/responden di masing-masing desa diambil mewakili jumlah populasi masyarakat peserta program pemberdayaan MDK
Total sampel ditentukan dengan rumus Slovin: n= N N (α)2+1 n = jumlah sampel N = populasi α = 0.05
Keterangan: SPTN: Seksi Pengelolaan Taman Nasional MDK: Model Desa Konservasi SPKP: Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan
Gambar 3 Proses pengambilan sampel
40
Pengembangan Instrumen Penelitian Jenis Data Jenis data adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner dan wawancara untuk memperoleh data mengenai karakteristik masyarakat sekitar kawasan, dan kriteria/karakteristik program pemberdayaan yang diduga mempengaruhi efektifitas pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan skala pengukuran, data dalam penelitian ini sebagian besar meliputi skala ordinal, seta sebagian kecil skala nominal dan rasio. Data sekunder berupa dokumen-dokumen tentang gambaran umum kawasan TNBBS dan data desa tempat dilaksanakan penelitian dan data terkait yang mendukung, misalnya: (1) Sosial ekonomi secara umum seperti kependudukan, mata pencaharian dan lain-lain; (2) Sejarah pengelolaan hutan TNBBS dan keadaan wilayah hutan seperti letak dan tata batas; (3) Peta lokasi penelitian; dan (4) Keadaan umum daerah penelitian
Variabel Penelitian Variabel/peubah penelitian terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel tidak bebas (dependent variable) sebagai berikut: (1). Variabel bebas (x), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen (y) yaitu efektifitas pemberdayaan masyarakat di TNBBS. Variabel independen terdiri dari: (a). Karakteristik sosio-demografi masyarakat sasaran (x1), yaitu ciri yang melekat dalam diri individu masyarakat yang terdiri dari: umur, pendidikan formal, pelatihan, pekerjaan, pendapatan, kepemilikan lahan, jumlah tanggungan keluarga, asal etnis pemukim, keikutsertaan dalam kelompok dan keterdedahan terdadap informasi; (b). Interaksi dan akses masyarakat terhadap taman nasional (x2), yang terdiri dari: tingkat ketergantungan responden terhadap sumberdaya taman nasional, manfaat langsung keberadaan taman nasional bagi responden, keterlibatan dalam program pemberdayaan MDK dan akses masyarakat dalam kegiatan taman nasional. (c). Faktor pendekatan program pemberdayaan (x2) masyarakat yang meliputi kesepahaman, kelembagaan, fasilitator, pendampingan, bentuk kegiatan pemberdayaan, jejaring kerja dan kemitraan, monitoring dan evaluasi. (2). Variabel tidak bebas (y), terdiri dari: (a). Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat MDK dalam rangka konservasi TNBBS (y1) baik partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam pemanfaatan dan partisipasi dalam monitoring dan evaluasi. (b). Kemandirian masyarakat dalam mengembangkan perilaku (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang meliputi bidang ekologi, ekonomi dan sosial budaya (y2).
41
Definisi operasional Untuk memperoleh batasan yang jelas, variabel dan subvariabel yang diteliti didefinisikan secara operasional sehingga dapat dilakukan pengukuran. Parameter pengukuran menggunakan pernyataan dalam skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2009). Definisi operasional variabel-variabel dalam kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut: (1). Karakteristik sosio-demografi adalah ciri yang melekat pada individu berupa karakteristik sosial dan kependudukan yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia, mata pencaharian, pendidikan, suku bangsa (etnis), pendapatan, keluarga, serta sosial budaya, hubungannya dengan orang lain dan sebagainya. (2). Umur, adalah usia responsen dihitung dari lahir hingga saat penelitian, dinyatakan dalam tahun. (3). Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh/dicapai responden, dinyatakan dalam strata/tingkat pendidikan. (4). Pelatihan, adalah pendidikan di luar pendidikan formal (non formal) berupa kegiatan pelatihan yang pernah atau sedang diikuti responden dalam 3 tahun terakhir, diukur berdasarkan frekuensi mengikuti pelatihan. (5). Mata pencaharian adalah status pekerjaan atau jenis pekerjaan utama responden pada saat dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini mata pencaharian dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu petani dan non petani. (6). Pendapatan, adalah penghasilan responden yang diperoleh dari berbagai sumber baik pekerjaan tetap maupun sampingan dalam satu bulan, dinyatakan dalam rupiah dengan kategorisasi berdasarkan pada kondisi eksisting responden (data riil lapangan pada waktu dilakukan penelitian). (7). Kepemilikan lahan adalah luas lahan yang dimiliki oleh responden, dinyatakan dalam satuan hektar per kepala keluarga. (8). Jumlah tanggungan keluarga, adalah jumlah anggota keluarga yang menetap dan menjadi tanggungan kepala keluarga, dinyatakan dalam jiwa/KK. (9). Etnis pemukim adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dengan kesatuan sosial lainnya berdasarkan budaya, bahasa dan lainnya dan diukur berdasarkan asal etnis responden apakah merupakan etnis asli atau etnis pendatang. (10). Keikutsertaan dalam kelompok/organisasi adalah keikutsertaan yang dinyatakan/diukur melalui keaktifan responden dalam kelompok/organisasi masyarakat berbasis kehutanan maupun diluar kehutanan. (11). Keterdedahan terhadap informasi merupakan proses pada responden untuk mencari informasi yang dapat membantu mereka menentukan perilaku (berkaitan dengan pemberdayaan) yang diukur melalui intensitas masyarakat dalam mencari informasi baik dari teman kelompok, penyuluh, dan pihak lain, kunjungan, membaca, mendengarkan maupun menonton. (12). Interaksi dan akses terhadap taman nasional adalah hubungan positif masyarakat dengan kawasan taman nasional dan tingkat akses masyarakat terdahap sumber daya taman nasional yang tercermin dari tingkat interaksi/ketergantungan masyarakat terhadap taman nasional, manfaat
42
(13).
(14).
(15).
(16).
(17).
(18).
(19).
(20).
(21).
(22).
langsung taman nasional yang dirasakan dan keterlibatan dalam kegiatan tanam nasional. Tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya taman nasional adalah tingkat ketergantungan responden terhadap sumberdaya TNBBS dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dinyatakan dalam frekuensi interaksi responden dengan kawasan. Tingkat manfaat langsung keberadaan taman nasional yang dirasakan adalah respon masyarakat terhadap keberadaan taman nasional yang dinyatakan dalam seberapa besar manfaat langsung kawasan yang dirasakan oleh responden (baik ekonomi, ekologis, dan sosial budaya). Tingkat keterlibatan dalam program pemberdayaan MDK adalah keikutsertaan responden dalam kegiatan pemberdayaan MDK, diukur dengan lamanya responden terlibat dalam kegian tersebut. Tingkat akses masyarakat dalam kegiatan taman nasional adalah sejauh mana masyarakat memperoleh kesempatan atau terlibat dalam kegiatan taman nasional baik dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi. Diukur melalui intensitas keikutsertaan masyarakat (dalam kegiatan apa saja masyarakat terlibat). Pendekatan pemberdayaan dalam konteks ini adalah pelaksanaan kesatuan aspek-aspek tujuan, prinsip, strategi, kriteria dan bentuk atau karakteristik pemberdayaan yang diterapkan oleh program pemberdayaan MDK di TNBBS dalam mendorong patisipasi dan kemandirian masyarakat sasaran. Kesepahaman merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur terkait secara terus-menerus agar tercapai kesepahaman atau kesamaan pandangan baik mengenai kegiatan pemberdayaan maupun mengenai manfaat dan fungsi pengelolaan kawasan konservasi. Dalam hal ini termasuk adanya kegiatan sosialisasi intensif dari pihak TNBBS dan tingkat pemahaman masyarakat dengan adanya sosialisasi tersebut. Kelembagaan adalah seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat (baik norma adat, lembaga lokal maupun lembaga eksternal yang menukung pemberdayaan) dimana masyarakat telah mendefinisikan secara mandiri mengenai aturan tersebut, bentuk peran, fungsi dan aktifitas yang jelas, pemberian kesempatan dan tanggung jawab berkaitan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan TNBBS. Kelembagaan diuukur melalui keberadaan dan kejelasan aturan aturan setempat dan adanya lembaga lain yang mendukung MDK. Fasilitator adalah orang yang memberikan pendampingan dalam proses pemberdayaan masyarakat, diukur melalui kemampuannya dalam melakukan fungsi/perannya di bidang pemungkinan (enabling), penguatan (empowering), perlindungan (protecting), dan pendukungan (supporting) dalam rangka membantu masyarakat menuju kemandirian. Pendampingan suatu proses atau mekanisme mendampingi masyarakat berupa interaksi dinamis antara fasilitator dengan masyarakat sasaran dalam rangka pemberdayaan yang pengukurannya melibatkan intensitas dan kualitas (kesesuaian tujuan, metode, arah komunikasi, pembelajaran) dalam proses pemberdayaan. Bentuk kegiatan pemberdayaan merupakan kegiatan yang dipilih dalam pemberdayaan yang meliputi (a) peningkatan kapasitas masyarakat
43
(23).
(24).
(25).
(26).
(27).
(28).
(29).
(30).
(kegiatan belajar masyarakat dapat berupa pelatihan dengan substansi pengembangan perilaku masyarakat terutama keterampilan yang bersifat aplikatif dan pelatihan lain yang mendukung kegiatan masyarakat); (b) pengembangan ekonomi usaha produktif (pengembangan usaha produktif masyarakat berdasarkan potensi lokal, penerapan teknologi tepat guna, kerja sama dengan stakeholder dan pasar pengguna hasil usaha masyarakat); (c) penguatan kelembagaan (upaya untuk membentuk, meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan atau organisasi lokal termasuk kelompokkelompok yang ada melalui fasilitasi dan pembinaan); dan (d) bantuan fisik/material. Dalam konteks ini hal tersebut diukur melalui tingkat proporsi berbagai bentuk kegiatan yang sesuai dengan kondisi potensi dan kebutuhan masyarakat setempat. Jejaring kerja dan kemitraan, merupakan upaya pengembangan jejaring kerja dan mencari mitra yang mendukung kepentingan pemberdayaan diukur melalui ada tidaknya mitra dalam pemberdayaan MDK terkait dukungan dan peran di bidang masing-masing yang relevan. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan dalam mengarahkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat, menilai, serta tindak lanjut termasuk adanya alternatif pemecahan masalah. Diukur melalui intensitas monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pemberdayaan. Partisipasi adalah peran serta masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan yang diukur berdasarkan tingkat partisipasi dari tingkat terendah sampai dengan tertinggi. Partisipasi dalam perencanaan adalah peran serta masyarakat dalam proses perencanaan kegiatan diukur dengan tingkat partisipasi masyarakat dari tingkat terendah (pasif) sampai tingkat tertinggi. Partisipasi dalam pelaksanaan adalah peran serta masyarakat dalam melaksanakan kegiatan diukur dengan tingkat partisipasi masyarakat dari tingkat terendah (pasif) sampai tingkat tertinggi. Partisipasi dalam pemanfaatan adalah peran serta masyarakat dalam memanfaatkan hasil kegiatan diukur dengan tingkat partisipasi masyarakat dari tingkat terendah (pasif) sampai tingkat tertinggi. Partisipasi dalam evaluasi adalah peran serta masyarakat dalam menilai hasil kegiatan diukur dengan tingkat partisipasi masyarakat dari tingkat terendah (pasif) sampai tingkat tertinggi. Kemandirian adalah kemampuan responden dalam mengembangkan perilaku (aspek kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam bidang ekologi, ekonomi dan sosial budaya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kelestarian kawasan.
Matriks pengembangan instrumen Matrik pengembangan instrumen menjelaskan secara rinci mengenai variabel, sub variabel, indikator, cara pengukuran serta skala data yang digunakan. Matrik pengembangan instrumen berdasarkan variabel yang telah ditentukan adalah sebagaimana dalam tabel berikut (Tabel 3 – Tabel 7):
44
Tabel 3 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala karakteristik sosiodemografi responden Sub variabel
Indikator
Pengukuran
Skala
(1).
Umur
Karakteristik umur
1. 2. 3. 4.
Tidak produktif (0 – 15 tahun) Kurang Produktif ( ≥ 65 tahun) Produktif (50 – 64 tahun) Sangat produktif (15 – 49 tahun)
(2).
Pendidikan
Karakteristik pendidikan
1. 2. 3. 4.
Tidak tamat SD dan tamat SD/sederajad SLTP, SLTA dan sederajad Diploma (D1, D2 atau D3) Lulus PT (S1, S2, S3)
Ordinal
(3).
Pelatihan
Karakteristik pendidikan non formal
1. 2. 3. 4.
Tidak pernah mengikuti pelatihan Jarang mengikuti pelatihan (1 – 2 kali) Sering (3 - 5 kali dalam 3 tahun terakhir) Sangat sering (> 5 kali dalam 3 tahun terakhir
Ordinal
(4).
Mata pencaharian
Karakteristik sosial ekonomi
1. Petani 2. Non Petani
(5).
Pendapatan
Karakteristik sosial ekonomi
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah (< Rp 500.000) Rendah (> Rp 500.000 – 1 jt) Tinggi (> Rp 1 jt – 1,5 juta) sangat tinggi (> Rp 1,5 juta)
Rasio
(6).
Kepemilikan lahan
Karakteristik sosial ekonomi
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah (tidak mempunyai lahan) Rendah (0,1 – 0,5 ha) Tinggi (0,51 – 1 ha) Sangat Tinggi (> 1 ha)
Rasio
(7).
Jumlah tanggungan keluarga
Karakteristik demografi
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah (0 -2 jiwa) Rendah (3-4 jiwa) Tinggi (4-5 jiwa) Sangat Tinggi (>5 jiwa)
Rasio
(8).
Etnis pemukim (Status migrasi)
Karakteristik sosial budaya
1. Etnis asli 2. Etnis pendatang
Nominal
(9)
Keikutsertaan dalam kelompok/ organisasi
Karakteristik kelembagaan responden
1. 2. 3. 4.
Tidak aktif dalam kelompok Kurang aktif dalam kelompok Aktif dalam kelompok Sangat aktif dalam kelompok
Ordinal
(10) .
Keterdedahan terhadap informasi
Karakteristik sosial responden
1. 2. 3. 4.
Tidak pernah memperoleh informasi Memperoleh informasi dari 1-2 sumber Memperoleh informasi dari 3-4 sumber Memperoleh informasi dari > 4 sumber
Ordinal
Rasio
Nominal
45
Tabel 4 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala interaksi dan akses terhadap taman nasional Sub Variabel Tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya TN
Indikator Pengukuran Adanya 1. Sangat sering, semua kebutuhan dipenuhi ketergantungan dengan mengambil sumberdaya kawasan terhadap sumber daya kawasan
2. Sering, sebagian besar kebutuhan dipenuhi dengan mengambil sumberdaya kawasan 3. Jarang/sesekali masuk kawasan untuk mengambil sumberdaya 4. Tidak pernah mengambil sumberdaya TN untuk kebutuhan hidupnya
(2)
Tingkat nanfaat sumberdaya TN yang dirasakan
Respon masyarakat terhadap manfaat langsung TNBBS
1. Tidak merasakan manfaat Merasakan satu manfaat saja, (ekonomi, ekologi dan atau sosial budaya) 2. Merasakan paling tidak 2 manfaat 3. Merasakan semua manfaat dari 3 aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya
Ordinal
(3)
Tingkat keterlibatan dalam program MDK
Peran aktif dalam kegiatan/program pemberdayaan
1. 2. 3. 4.
Ordinal
(4)
Tingkat akses terhadap kegiatan TNBBS
Tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan TN
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Ordinal
Akses dalam perencanaan
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Ordinal
Akses dalam pelaksanaan
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Ordinal
Akses dalam pemanfaatan
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Ordinal
Akses dalam evaluasi
1. 2. 3. 4.
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Ordinal
(1).
Tidak pernah terlibat Jarang terlibat Sering terlibat Sangat sering/selalu terlibat
Skala Ordinal
46
Tabel 5 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala pendekatan pemberdayaan (1).
(2).
(3).
(4)
Sub Variabel Kesepahaman
Kelembagaan pendukung
Fasilitator
Pendampingan
Indikator Kejelasan informasi yang disampaikan oleh pihak pengelola dan penyuluh dengan masyarakat untuk mencapai kesepahaman
1. 2. 3. 4.
Pengukuran Tidak ada sosialisasi Memberikan informasi, tidak jelas Memberikan informasi, jelas Memberikan informasi dengan sangat jelas
Skala Ordinal
Pemahaman masyarakat berkaitan informasi mengenai MDK
1. 2. 3. 4.
Belum mengerti Kurang mengerti Mengerti Mengerti sangat jelas
Ordinal
Keberadaan dan kejelasan aturan baik tertulis maupun tidak
1. 2. 3. 4.
Tidak ada aturan Masih dalam proses pembuatan Ada, tetapi tidak jelas Ada, dan jelas
Ordinal
Keberadaan dan aktifitas organisasi eksternal yang mendukung kegiatan pemberdayaan
1. Tidak ada 2. Ada, tidak mempunyai kegiatan 3. Ada, mempunyai kegiatan, tidak sesuai kebutuhan 4. Ada, mempunyai kegiatan, sesuai dengan kebutuhan
Ordinal
Kemampuan dalam pendekatan pada masyarakat (kualitas hubungan dengan masyarakat)
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang baik Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam fungsi enabling yaitu melakukan mediasi, negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber Kemampuan dalam fungsi empowering (memberikan masukan, informasi positif dan terarah berdasarkan pengetahuan, pengalamannya Kemampuan dalam fungsi protecting meliputi interaksi dengan lembaga eksternal (menggunakan media, meningkatkan hubungan dan membangun jejaring kerja) Kemampuan dalam fungsi supporting(keterampilan teknis, kemampuan berkomunikasi, mengelola anggaran, dsb)
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang baik Baik Sangat baik
Ordinal
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang baik Baik/memadai Sangat baik/memadai
Ordinal
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang baik Baik/memadai Sangat baik/memadai
Ordinal
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang baik Baik/memadai Sangat baik/memadai
Ordinal
Intensitas pendampingan memadai
1. 2. 3. 4.
Sangat jarang Jarang Sering Sangat sering
Ordinal
Kesesuaian antara tujuan kegiatan pendampingan (MDK) dengan harapan responden.
1. 2. 3. 4.
Sangat tidak sesuai Kurang sesuai Sesuai Sangat sesuai
Ordinal
47
Tabel 5 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala pendekatan pemberdayaan (lanjutan) Sub Variabel
(5).
Bentuk Pemberdayaan
Indikator Komunikasi/penyampaian informasi yang mendukung program pemberdayaan
1. 2. 3. 4.
Pengukuran Sangat tidak baik Kurang baik Baik Sangat baik
Skala Ordinal
Manfaat hasil yang dicapai dalam MDK sesuai dengan harapan masyarakat
1. 2. 3. 4.
Sangat tidak bermanfaat Kurang bermanfaat Bermanfaat Sangat bermanfaat
Ordinal
Keseluruhan proses pembelajaran berjalan baik untuk mendukung tercapainya tujuan
1. 2. 3. 4.
Tidak baik Kurang baik Baik Sangat baik
Ordinal
Peningkatan kapasitas masyarakat sesuai keterampilan yang diperlukan
1. 2. 3. 4.
Tidak ada pelatihan Ada, tidak sesuai kebutuhan Ada, kurang sesuai kebutuhan Ada, sesuai kebutuhan
Ordinal
Pengembangan usaha produktif sesuai dengan potensi yang ada
1. 2. 3. 4.
Tidak sesuai Kurang sesuai Sesuai Sangat sesuai
Ordinal
Pengembangan jaringan dan pemasaran mendukung usaha produktif
1. 2. 3. 4.
Tidak ada Ada, tidak mendukung Ada, kurang mendukung Ada dan sangat mendukung
Ordinal
Upaya penguatan kelembagaan (fasilitasi pembentukan kelompok, pembagian tugas dan aturan)
1. 2. 3. 4.
Tidak ada Kurang Ada, belum berjalan baik Ada, berjalan dengan baik
Ordinal
perbandingan banyaknya bantuan dalam bentuk materi atau fisik dengan bantuan bentuk lain dalam kegiatan MDK (sesuai kebutuhan)
1. Tidak seimbang, hampir Ordinal semua berupa bantuan fisik/material saja 2. Kurang seimbang 3. Seimbang tetapi belum sesuai kebutuhan 4. Sangat seimbang sesuai kebutuhan
(6).
Jejaring kerja dan kemitraan
Adanya mitra yang terlibat dan berperan sesuai bidang masingmasing
1. Tidak ada mitra 2. Dalam proses mengembangkan 3. Ada mitra, belum berfungsi dengan baik 4. Ada mitra, berfungsi dengan baik
Ordinal
(7).
Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dalam semua kegiatan dalam MDK sehingga program terarah, terdapat penilaian, serta tindak lanjut termasuk adanya alternatif pemecahan masalah.
1. Tidak ada 2. Hanya dilakukan pada sebagian kecil kegiatan 3. Dilakukan pada sebagian besar kegiatan 4. Dilakukan pada seluruh kegiatan
Ordinal
48
Tabel 6 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel partisipasi Sub Variabel
Indikator
Pengukuran
Skala
(1).
Partisipasi dalam perencanaan
Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan MDK
1. Tingkat partisipasi sangat rendah (partisipasi manipulatif/pasif dan informasi) 2. Tingkat partisipasi rendah (partisipasi konsultasi dan sumberdaya) 3. Tingkat partisipasi tinggi (partisipasi kolaborasi) 4. Tingkat partisipasi sangat tinggi (partisipasi kendali)
Ordinal
(2).
Partsipasi dalam pelaksanaan
Peran serta masyarakat dalam melaksanakan MDK
1. Tingkat partisipasi sangat rendah (partisipasi manipulatif/pasif dan informasi) 2. Tingkat partisipasi rendah (partispasi konsultasi dan sumberdaya) 3. Tingkat partisipasi tinggi (partisipasi kolaborasi) 4. Tingkat partisipasi sangat tinggi (partisipasi kendali)
Ordinal
(3).
Partisipasi dalam pemanfaatan
Peran serta masyarakat dalam memanfaatkan hasil MDK
1. Tingkat partisipasi sangat rendah (partisipasi manipulatif/pasif dan informasi) 2. Tingkat partisipasi rendah (partispasi konsultasi dan sumberdaya) 3. Tingkat partisipasi tinggi (partisipasi kolaborasi) 4. Tingkat partisipasi sangat tinggi (partisipasi kendali)
Ordinal
(4).
Partisipasi dalam evaluasi
Peran serta masyarakat dalam menilai hasil kegiatan MDK
1. Tingkat partisipasi sangat rendah (partisipasi manipulatif/pasif dan informasi) 2. Tingkat partisipasi rendah (partispasi konsultasi dan sumberdaya) 3. Tingkat partisipasi tinggi (partisipasi kolaborasi) 4. Tingkat partisipasi sangat tinggi (partisipasi kendali)
Ordinal
Tabel 7 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel kemandirian Sub Variabel (1).
Indikator
Kemandirian dalam bidang ekologi/konservasi kawasan Aspek Tingkat pengetahuan/ pemahaman pengetahuan masyarakat taman nasional (kognitif) Tingkat pengetahuan/ pemahaman masyarakat fungsi taman nasional
Pengetahuan masyarakat dalam mengidentifikasi manfaat-manfaat kawasan TN (manfaat ekonomi, ekologi dan sosial budaya) Pengetahuan masyarakat tentang akibat tindakan merusak kawasan
Pengukuran
Skala
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Ordinal
Ordinal
49
Tabel 7 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel kemandirian (lanjutan) Sub Variabel
Indikator
Pengukuran
Skala
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik sangat baik Sangat kurang Kurang Baik sangat baik Sangat kurang Kurang Baik sangat baik Sangat kurang Kurang Baik sangat baik Sangat kurang Kurang Baik sangat baik Sangat kurang Kurang Baik sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam konservasi kawasan TNBBS yang tercermin dari intensitas keikutsertaan masyarakat dalam mendukung kelestarian kawasan
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam memanfaatkan kawasan TN secara bijaksana tanpa merusak
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam melakukan pencegahan dan mengurangi tindakan yang mengakibatkan kerusakan kawasan Kemampuan dalam mentaati peraturan berkaitan dengan himbauan untuk menjaga kelestarian dan tidak merusak hutan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan menerapkan pengelolaan lahan sesuai dengan kaidah konservasi
1. 2. 3. 4.
Tidak pernah Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Pengetahuan masyarakat tentang aturan dan sanksi bagi tindakan merusak hutan Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lahan yang memperhatikan kaidah konservasi Aspek persepsi dan sikap (afektif)
Kesadaran akan pentingnya konservasi kawasan TNBBS
Kesadaran tentang manfaat penting TNBBS dari segi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya TNBBS Kesadaran terhadap dampak perambahan dan tindak ilegal lain yang merusak hutan Kesadaran tentang pentingnya mematuhi peraturan berkaitan dengan pengelolaan TN Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pentingnya pengelolaan lahan yang memperhatikan kaidah konservasi Aspek tindakan/ keterampilan (psikomotorik)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
50
Tabel 7 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel kemandirian (lanjutan) Sub Variabel (2).
Indikator
Pengukuran
Skala
Kemandirian dalam bidang ekonomi Mengetahui cara meningkatkan pendapatan tanpa harus masuk(merusak) ke dalam kawasan
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mengetahui potensi yang dimiliki untuk dikembangkan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mengetahui cara mengembangkan jaringan kerja dan pemasaran
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mengetahui cara untuk meningkatkan mutu/daya saing
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran untuk mengolah lahan secara optimal tanpa melakukan perambahan atau kegiatan lain dalam kawasan Kesadaran terhadap pentingnya mengenali dan menggali potensi untuk dikembangkan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran terhadap pentingnya mencari cara untuk mengembangkan potensi
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mengetahui cara mengembangkan potensi agar mermanfaat Mengetahui sarana prasarana yang diperlukan bagi pengembangan usaha Mengetahui bagaimana cara memperoleh modal yang diperlukan bagi pengembangan usaha Mengetahui teknologi tepat guna yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
Aspek persepsi dan sikap (afektif)
Kesadaran terhadap pentingnya sarana prasarana yang diperlukan bagi pengembangan usaha
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
51
Tabel 7 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel kemandirian (lanjutan) Sub Variabel
Indikator
Skala
Kesadaran terhadap pentingnya modal yang diperlukan bagi pengembangan usaha
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran tentang pentingnya menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktifitas
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran akan pentingnya meningkatkan mutu/daya saing
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam meningkatkan pendapatan tanpa merusak kawasan TN
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan mengenali/mengali potensi yang dimiliki untuk dikembangkan Kemampuan mengembangkan potensi agar bermanfaat
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam mengupayakan ketersediaan sarana parsarana bagi pengembangan usaha
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam mengupayakan modal bagi pengembangan usaha
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam menerapkan teknologi tepat guna
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan dalam mengembangkan jaringan kerja
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan meningkatkan mutu/daya saing
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran tentang pentingnya mengembangkan jaringan kerja dan pemasaran untuk meningkatkan produktifitas
Aspek tindakan/ keterampilan (psikomotorik)
Pengukuran
Ordinal
Ordinal
52
Tabel 7 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel kemandirian (lanjutan) (3).
Sub Variabel Indikator Kemandirian dalam bidang sosial budaya Aspek Mengetahui cara mengembangkan pengetahuan kapasitas/kemampuan (kognitif)
Pengukuran
Skala
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mengetahui pentingnya beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran akan pentingnya upaya mengembangkan kapasitas diri
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran akan pentingnya mematuhi aturan-aturan
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran akan pentingnya bekerjasama dan mengembangkan kelompok
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kesadaran pentingnya beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Kemampuan melakukan upaya untuk pengembangan kapasitas diri
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mampu mematuhi aturan-aturan
1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mampu bekerja dalam kelompok
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik Sangat kurang Kurang Baik Sangat baik
Ordinal
Mengetahui adanya aturan-aturan berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat Mengetahui tentang kerjasama, pengembangan kelompok dan kelembagaan dalam pemberdayaan
Aspek persepsi dan sikap (afektif)
Aspek tindakan/ keterampilan (psikomotorik)
Mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
Ordinal
Ordinal
53
Kisi-kisi instrumen Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari 96 pertanyaan dengan rincian, 13 (tiga belas) pertanyaaan untuk kerakteristik individu; 27 (dua puluh tujuh) pertanyaan untuk faktor pendekatan pemberdayaan; 4 (empat) pertanyaan untuk partisipasi masyarakat; dan kemandirian 52 (lima puluh dua) pertanyaan. Kisi-kisi Instrumen secara rinci diuraikan dalam Lampiran 4.
Uji Instrumen Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel diperlukan instrumen yang valid dan reliabel pula. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, dan reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal (Sugiyono 2011). Validitas internal merupakan kesahihan penelitian apabila kreiteria dalam instrumen secara teoritis mencerminkan apa yang akan diukur. Sedangkan validitas eksternal merupakan kesahihan penelitian apabila terdapat kesesuaian antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta di lapangan. Hal ini berarti instrumen yang valid harus dikembangkan berdasarkan teori yang mendukung dan fakta empiris di lapangan. Instrumen dalam penelitian ini diuji validitasnya melalui validitas internal dan eksternal. Pengujian tersebut dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) definisi operasional variabel yang akan diukur; (b) studi literatur (pustaka) sebagai referensi (acuan); (c) konsultasi dengan pembimbing (ahli); (d) uji coba instrumen di lapangan; (e) mempersiapkan format tabulasi jawaban; (f) menghitung korelasi menggunakan pendekatan korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation). Model pengujian dengan pendekatan korelasi item-total dikoreksi digunakan untuk menghilangkan spurious overlap, yaitu adanya tumpang tindih atau pengaruh kontribusi masing-masing skor item terhadap skor total. Untuk menghilangkan efek spiruous overlap tersebut maka koefisien korelasi item-total dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item dengan skor total (Kusnendi, 2008). Untuk menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid atau tidak maka para ahli menetapkan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah ítem hal ini berarti apabila nilai koefisien korelasi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 mengindikasikan item tersebut memiliki validitas yang memadai (Kusnendi 2008). Reliabilitas diuji menggunakan metode cronbach alpha dengan rumus: n α=
n-1
[ 1-
∑Vi
Vt
]
Keterangan: α : Koefisien cronbach alpha n : Jumlah item Vi : Varians skor tiap-tiap item ∑Vi : Jumlah varians skor tiap-tiap item Vt : Varians total
54
Alat ukur dinilai cukup reliabel apabila nilai koefisien cronbach alpha (α) lebih besar dari kisaran 0.5 – 1.0. Menurut Babbie (1989), suatu instrumen dianggap cukup reliabel apabila nilai koefisien alpha ≥ 0.6. dengan ukuran kemantapan sebagai berikut: (a). (b). (c). (d). (e).
Nilai koefisien alpha 0.00 – 0.20 berarti kurang reliabel Nilai koefisien alpha 0.21 – 0.40 berarti agak reliabel Nilai koefisien alpha 0.41 – 0.60 berarti cukup reliabel Nilai koefisien alpha 0.61 – 0.80 berarti reliabel Nilai koefisien alpha 0.81 – 1.00 berarti sangat reliabel
Berdasarkan uji instrumen, diperoleh koefisien cronbach alpha (α) untuk uji reliabilitas dan korelasi item-total dikoreksi untuk uji validitas sebagai berikut: Tabel 8 Hasil uji instrumen penelitian Variabel Variabel bebas (x)
Variabel tidak bebas (y)
1. Karakteristik demografis dan sosial 2. Interaksi dan akses terhadap TNBBS 3. Pendekatan pemberdayaan 1. Partisipasi 2. Kemandirian
Jumlah item
Skala ordinal
Uji reliabilitas (Croanbach Alpha)
Ket
Uji validitas (corrected item-total correlation)
36
1-4
56
1-4
Ket
0.940
Sangat reliabe l
0.257 – 0.790
Valid
0.958
Sangat reliabe l
0.263 – 0.745
Valid
Berdasarkan uji reliabilitas, instrumen penelitian termasuk dalam kategori sangat reliabel. Dengan demikian instrumen dapat dikatakan memiliki konsistensi terhadap respon atau pengukuran pada fenomena yang sama. Sedangkan pada uji validitas, pada umumnya semua item instrumen valid pada koefisien korelasi item total dikoreksi lebih besar dari koefisien korelasi minimum (0,25). Hal ini berarti bahwa instrumen dapat mengukur apa yang akan diukur.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Nazir 2009). Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan penelitian atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid dan reliabel, sehingga diperlukan kecermatan dalam memilih teknik yang tepat.
55
Dalam penelitian ini, data di peroleh melalui pengamatan di lapangan (observasi), kuesioner, wawancara serta dokumentasi. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data secara langsung terhadap obyek penelitian. Kuesioner dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tertulis kepada sejumlah masyarakat sebagai responden. Sebagian besar kuesioner menggunakan kuesioner tertutup (telah disediakan alternatif-alternatif jawabannya), dimana pertanyaan diarahkan untuk mengetahui karakteristik individu, pendekatan pemberdayaan, partisipasi dan kemandirian masyarakat. Wawancara dilakukan untuk mendukung data penelitian. Wawancara dilakukan terhadap masyarakat, pihak pengelola TNBBS, penyuluh, serta pihak-pihak terkait lainnya. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pencatatan dan pengumpulan dokumen yang sudah ada tentang gambaran umum kawasan TNBBS, data desa dan data terkait yang mendukung penelitian.
Analisis Data Pengolahan dan analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian karena data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis (Nazir 2009). Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik individu, pendekatan pemberdayaan dan efektifitas pemberdayaan MDK di TNBBS. Data hasil penelitian dianalisis untuk memperoleh hubungan berbagai variabel yang diteliti, dan memberikan penjelasan secara kualitatif sebagai pendukung. Data yang diperoleh dari kuesioner dikelompokkan menurut variabel yang telah ditentukan, menggunakan skoring dan pengkategorian. Analisis yang dilakukan adalah: (1) Memberikan skor pada setiap data dan kemudian di tabulasi; (2) Menggolongkan, menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban. Skor yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert yang digunakan terdiri dari 4 (empat) tingkat yang merupakan gradasi dari sangat rendah/jelek sampai sangat tinggi/baik. Kemudian data diolah menggunakan tabulasi distribusi frekuensi dan kemudian dianalisis. Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata dua populasi yang mewakili lokasi penelitian, yaitu Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu, digunakan uji nonparametrik yaitu uji beda Mann-Whitney. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan analisis korelasi Rank Spearman. Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dengan rumus/persamaan: N
6
Σ di2 i =1
rs = 1-
n (n2 – 1)
Keterangan: rs = Koefisien korelasi spearman di = Selisih antar jenjang n = Banyaknya sampel
56
Koefesien korelasi merupakan pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1, yang berarti koefisien korelasi dapat bernilai positif dan dapat pula negatif. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel (De Vaus 2002) adalah sebagai berikut: (a). (b). (c). (d). (e). (f). (g).
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel 0,01 – 0,09 : Korelasi kurang berarti (sangat lemah) 0,10 – 0,29 : Korelasi lemah 0,30 – 0,49 : Korelasi cukup (moderat) 0,50 – 0,69 : Korelasi kuat 0,70 – 0,89 : Korelasi sangat kuat ≥ 0.90 : Korelasi mendekati sempurna
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0.