METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai metode penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yang menggambarkan dan menjelaskan strategi komunikasi pedagang kaki lima etnik Minang dengan penduduk asli di Pasar Jatibarang. Disamping itu juga melihat hubungan antara strategi komunikasi dengan pemahaman, daya tarik dan dorongan membeli.
Populasi dan sampel Penelitian ini melihat strategi komunikasi PKL etnik Minang dan penduduk asli yang dilihat dari sudut pandang atau persepsi pembeli. Maka yang menjadi subyek penelitian adalah pembeli meskipun tak lepas dari pengamatan terhadap pedagang itu sendiri. Populasi
dalam
penelitian ini adalah seluruh pembeli yang datang ke pasar Jatibarang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
convenience
sampling atau sampel secara kebetulan. Dikarenakan sampel dalam penelitian ini adalah pembeli maka orang yang dijadikan sampel adalah orang- orang yang mudah ditemui atau yang berada pada waktu yang tepat, mudah ditemui dan dijangkau. Orang yang dijadikan sampel adalah orang yang sudah selesai
melakukan transaksi atau membeli kepada
pedagang kaki lima etnik Minang maupun penduduk asli, setelah mereka selesai
bertransaksi
baru
kemudian
diminta
kesediaannya
untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penelitia. Mengenai jenis kelamin dan usia dipilih secara sengaja. Mengenai jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60 orang. Karena penelitian ini mencoba membandingkan antara PKL etnik Minang dan penduduk asli, maka setiap grup terdiri dari 30 orang, sesuai dengan pendapat Gay dan Diehl dalam Rahayu (2005), bahwa ukuran sampel
pada penelitian kausal perbandingan sampelnya sebanyak 30 subyek per grup. Obyek dari strategi komunikasi ini adalah PKL etnik Minang dan penduduk asli yang berjualan pakaian jadi karena umumnya PKL dipasar Jatibarang menjual pakaian jadi. Dari kelompok pakaian jadi ini juga akan dipecah menjadi pakaian dewasa, pakaian anak-anak, pakaian bayi dan pakaian dalam. Namun peneliti hanya fokus pada kelompok pedagang yang menjual pakaian jadi dewasa hal ini dikarenakan jumlah
yang
menjual pakaian jadi dewasa lebih banyak dari kelompok pakain jadi lainnya disamping itu juga pada kelompok pakaian jadi dewasa tidak terlalu
beragam dibandingkan dengan kelompok pakaian jadi lainnya.
Karena peneliti ingin membandingkan dua kelompok pedagang yaitu Minang
dengan
penduduk
asli
maka
jenis
dagangan
yang
diperbandingkan juga harus sama dari segi produk, harga dan merek. Namun untuk mengklasifikasi ketiga komponen tersebut tidaklah mudah, maka peneliti menggunakan asumsi bahwa pedagang kaki lima yang menjual pakaian jadi dewasa rata-rata tidak berbeda jauh dari segi produk, harga dan merek, karena target pembeli mereka adalah golongan menengah kebawah. Dari kedua kelompok pedagang ini akan dilakukan wawancara secara mendalam dan pengamatan bereperan serta.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Jatibarang yang terletak di kecamatan Jatibarang, kabupaten Indramayu, provinsi Jawa Barat pada bulan November- Desember
2006. Penulis sengaja memilih lokasi ini
karena pesatnya perkembangan dan semakin banyaknya Pedagang Kaki Lima perantau Minangkabau yang datang dan berjualan, walaupun pasar tersebut masih merupakan pasar tradisional yang hanya ramai pada waktu-waktu tertentu.. Pemilihan Pedagang Kaki Lima etnik perantau Minangkabau sebagai objek penelitian dikarenakan kekhususan pola perdagangan yang mereka lakukan dan penulis sudah lama tinggal
didaerah tersebut, sehingga memudahkan penulis untuk masuk serta beradaptasi dilokasi dan dalam mengumpulkan data. Agar penelitian ini lebih bermakna maka akan dibandingkan dengan PKL penduduk asli. Penulis sengaja memilih judul ini karena tertarik untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan Pedagang Kaki Lima perantau Minangkabau di pasar tradisional Jatibarang dalam menjual barang dagangan.
Data dan Instrumen Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini didahului dengan pengumpulan data sekunder terutama yang menyangkut data desa, pasar dan Pedagang Kaki Lima. Data sekunder ini diperoleh dari data jumlah pedagang di pasar Jatibarang yang diperoleh dari instansi pengelola pasar Jatibarang dan data kependudukan di desa Jatibarang yang berhubungan dengan penelitian. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari subjek penelitian dengan cara melakukan wawancara terstruktur terhadap pembeli dengan menggunakan kuisioner dan mengadakan wawancara mendalam kepada pedagang. Subjek dalam penelitian ini adalah pembeli. Untuk mendukung data ini juga diadakan wawancara terhadap kelompok Pedagang Kaki Lima perantau Minangkabau
dan penduduk asli yang
berjualan pakaian jadi yang sudah lama maupun yang baru. Pada penelitian survey, instrumen penelitian yang digunakan ada dua yaitu kuisioner dan wawancara mendalam. Instrumen dalam bentuk kuisioner berupa daftar pertanyaan tertutup yang meliputi: a. Data umum responden yang meliputi: usia, alamat, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, pendidikan dan pekerjaan b. Data strategi komunikasi verbal meliputi: berteriak, menyapa dan mempersilahkan
c. Data strategi komunikasi non verbal meliputi: tersenyum, posisi tubuh, memajang dan bandrol harga d. Data mengenai persepsi pembeli terhadap efektifitas strategi komunikasi meliputi: pemahaman, daya tarik dan dorongan membeli.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil menggunakan
kuisioner
untuk
wawancara
melihat
terstruktur dengan
perbedaan
antara
strategi
komunikasi PKL etnik Minang dengan penduduk asli akan menggunakan uji beda dengan uji T-Test menggunakan SPSS versi 12.
Tabel
dideskripsikan dan dinterpretasikan dengan penguraian yang logis. Untuk melihat
hubungan
antara
strategi
komunikasi
dengan
efektifitas
komunikasi menggunakan analisis Rank Spearman. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam akan dideskripsikan dengan penguraian yang logis secara kualitatif.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Suatu
instrumen
dikatakan
layak
untuk
digunakan
dalam
pengukuran apabila telah memenuhi syarat dalam validitas (kesahian) dan reliabilitas (keterandalan). Yang dimaksud dengan validitas dalam hal ini adalah ketepatan alat ukur dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut
Arikunto
(1998)
bahwa
validitas
adalah
keadaan
yang
menggambarkan tingkat instrumen yang digunakan mampu mengukur yang diinginkan. Suatu instrumen pengukuran dinyatakan telah memenuhi standar validitas apabila instrumen tersebut sungguh-sungguh dapat mengukur apa yang ingin diukur dan adanya derajat ketepatan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen tersebut konsisten atau hasil pengukurannya relatif tidak berbeda bila digunakan untuk mengukur
aspek yang sama yang dimaksud dengan reliabilitas mengacu kepada kemantapan, konsistensi dan ketepatan atau akurasi dari hasil penelitian tersebut, Agar diperoleh validitas instrumen, daftar pertanyaan disusun dengan cara sebagai berikut : 1. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan respoden 2. Menyesuaikan dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk memperoleh data yang sama 3. Mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah diungkapkan para ahli dari berbagai pustaka empiris 4. Memperhatikan nasihat-nasihat para ahli dan dosen pembimbing Untuk menentukan reliabilitas instrumen digunakan dengan cara terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen pada responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan karakteristik obyek penelitian. Lalu dihitung tingkat reliabilitas dengan menggunakan cronbach alpha dimana pengukuran dilakukan hanya satu kali. Metoda tersebut digunakan untuk kuisioner yang memiliki lebih banyak pilihan jawaban serta bukan merupakan skor 1 dan 0, melainkan dalam bentuk kategori dan uraian (Arikunto, 1998), sehingga melahirkan bentuk kategori dan uraian. Adapun rumus tersebut adalah: 2 ⎡ k ⎤ ⎡ ∑σ b ⎤ r11 = ⎢ ⎥ ⎢1 − σ 2 ⎥ ( ) k 1 − ⎣ ⎦ ⎣⎢ t ⎦⎥
Keterangan : r11
= Reliabilitas instrument
K Σ σb σ12
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2
= Jumlah varians butir = Varians total
Setelah kuesioner selesai disusun kemudian instrumen diuji cobakan terhadap 20 orang responden pada pembeli di pasar Citeureup Bogor Pedagang dipasar ini banyak terdapat PKL Minang.
Menurut
Ancok dalam Singarimbun (1995) angka korelasi nilai n. Jika nilai korelasi dan reliabilitas hasil perhitungan lebih besar dari tabel maka instrumen tersebut dianggap valid dan reliabel. Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen diuji pada awal pelaksanaan penelitian. Untuk instrumen komunikasi verbal diperoleh nilai R =hitung sebesar 0,776 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,444. Untuk instrumen strategi komunkasi non verbal
diperoleh nilai nilai Rhitung
sebesar 0,696 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,444. Untuk instrumen persepsi pembeli terhadap efektifitas komunikasi dengan pemahaman diperoleh nilai Rhitung sebesar 0,913 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,444. dengan daya tarik diperoleh nilai Rhitung sebesar 0,748 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,444. sedangkan dengan dorongan membeli diperoleh nilai Rhitung sebesar 0,863 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,444. Sesuai dengan kriteria perbandingan untuk menemukan reliabilitas variabel, maka alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini sudah andal dan layak dipakai.
Definisi Operasional 1. Karakteristik individu adalah identitas individu responden yang diamati dalam penelitian yang terdiri dari: a. Umur adalah lamanya tahun hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan. Diukur dalam satuan tahun b. Jenis kelamin adalah perbedaan status sosial biologis responden. Terdiri dari (1) laki-laki, (2) perempuan. c. Alamat adalah domisili atau dimana responden tinggal menetap dalam suatu wilayah.
d. Status perkawinan adalah keadaan respon dalam berumah tangga, dikategorikan sebagai (1) kawin, (2) belum kawin, (3) duda/janda e. Jumlah keluarga adalah banyaknya semua orang yang mendiami satu rumah (tempat tinggal responden. Diukur dalam jumlah jiwa f. Tingkat pendidikan adalah lamanya responden menempuh jenjang sekolah formal tertinggi yang telah diselesaikan oleh responden, terdiri dari lulusan (1) SD, (2) SMP, (3) SLTA, (4) Diploma, (5) sarjana g. Jenis pekerjaan adalah kegiatan ekonomis yang dilakukan oleh responden setiap hari. Untuk data ini dilakukan pengkodean terhadap jenis pekerjaan. 2. Strategi komunikasi adalah paduan perencanaan dan
manajemen
dalam komunikasi penjualan untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh pedagang kaki lima di pasar Jatibarang. Strategi komunikasi ini diukur berdasarkan persepsi pembeli dilihat dari aspek: a. Aspek verbal adalah segala bentuk pesan verbal yang disebut bahasa yang digunakan oleh pedagang untuk menarik perhatian pembeli yang diukur dari tiga indikator utama sebagai berikut: 1. Berteriak yaitu ucapan-ucapan yang keluar dari mulut si penjual yang cenderung lebih keras untuk dapat didengarkan juga oleh orang lain dan bukan hanya untuk yang
membeli.
Dalam
berteriak
biasanya
disampaikan mengenai: produk, harga,
yang
dan kualitas
barang dagangan. Dengan kategori (1) selalu (2) sering (3)
kadang-kadang
(4)
tidak
pernah.
Penilaian
menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan: selalu (>5 kali), sering (3-4), kadang-kadang (1-2), tidak pernah (0).
2. Menyapa yaitu ucapan-ucapan yang keluar dari mulut si penjual seperti ”mau cari apa” ataupun ucapan salam, ketika melihat pembeli lewat di depan dagangannya dan biasanya disertai dengan sikap yang ramah.
Dengan
kategori (1) selalu (2) sering (3) kadang-kadang (4) tidak pernah.
Penilaian
menggunakan
skala
berjenjang
dengan ketentuan: selalu (>5 kali), sering (3-4), kadangkadang (1-2), tidak pernah (0). 3. Mempersilahkan yaitu ucapan-ucapan yang keluar dari mulut sipenjual seperti ” silahkan lihat-lihat aja dulu” atau ”silahkan masuk” yang mempersilahkan pembeli untuk melihat-lihat barang dagangannya ataupun memegang barang dagangan. Dengan kategori (1) selalu (2) sering (3)
kadang-kadang
(4)
tidak
pernah.
Penilaian
menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan: selalu (>5 kali), sering (3-4), kadang-kadang (1-2), tidak pernah (0). . b. Aspek nonverbal adalah segala bentuk pesan selain verbal yang digunakan untuk menarik perhatian pembeli yang diukur dari tiga indikator utama sebagai berikut: 1. Tersenyum yaitu sikap ramah dari si penjual melalui senyuman saat melihat pembeli lewat atau datang. Dengan kategori (1) selalu, (2) sering, (3) kadangkadang, (4) tidak pernah. Penilaian menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan: selalu (>5 kali), sering (34), kadang-kadang (1-2), tidak pernah (0). 2. Posisi tubuh yaitu posisi kaki si penjual ketika melihat pembeli datang ataupun sedang melayani pembeli. Sub indikatornya adalah duduk dan berdiri di depan atau di samping dagangan. Dengan kategori
(1) selalu, (2)
sering, (3) kadang-kadang, (4) tidak pernah. Penilaian menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan: selalu (>5 kali), sering (3-4), kadang-kadang (1-2), tidak pernah (0). 3. Memajang adalah menampilkan barang dagangan yang ditata sedemikian rupa sehingga menarik pembeli untuk datang, seperti dimana menempatkan barang yang baru dan
yang
lama,
bagaimana
pemilihn
warnanya,
bagaimana supaya terlihat banyak dan alat apa saja yang digunakan. Dengan kategori kadang-kadang,
(4)
(1) selalu, (2) sering, (3)
tidak
pernah.
Penilaian
menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan: selalu (>5 kali), sering (3-4), kadang-kadang (1-2), tidak pernah (0). 4. Memasang bandrol harga adalah tulisan yang ditulis dengan huruf besar yang diletakkan diatas dagangan atupun
digantung
contohnya
Rp.15.000.
Yang
menginformasikan harga dari suatu produk. Dengan kategori
(1) selalu, (2) sering, (3) kadang-kadang, (4)
tidak pernah. Penilaian menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan: selalu (>5 kali), sering (3-4), kadangkadang (1-2), tidak pernah (0). 3. Persepsi pembeli terhadap PKL adalah penilaian atau pendapat yang dikemukan responden terhadap PKL etnik Minang maupun penduduk asli yang diukur dengan
tiga indikator yang meliputi: pemahaman,
daya tarik dan dorongan membeli. a. Pemahaman adalah responden menjadi tahu dan mengerti mengenai produk yang dijual oleh pedagang. Dengan indikator apakah pembeli tahu jenis barang dagangan, dapat membedakan barang yang bagus dan tidak, model yang sedang digemari, harga, merek, warna yang sedang digemari, bahan dasar, tempat membeli, dan ukuran-ukuran.
Dengan kategori (1) sangat tidak setuju (2) tidak setuju (3) cukup setuju (4) setuju (5) sangat setuju b. Daya tarik adalah tingkat persuasif yang dilakukan oleh PKL sehingga pembeli menjadi tertarik untuk datang. Dengan indikator sikap ramah, teriakan yang keras, penampilan, alat bantu, dialek, bentuk pajangan, variasi barang yang dijual, tempat mudah dijangkau. Dengan kategori (1) sangat tidak setuju (2) tidak setuju (3) cukup setuju (4) setuju (5) sangat setuju c. Dorongan membeli adalah tindakan yang dilakukan oleh pembeli untuk membeli barang dagangan. Indikator yang digunakan adalah nilai kegunaan, kepercayaan, harga, kualitas dan adanya garansi atau jaminan dari pedagang. Dengan kategori (1) sangat tidak setuju (2) tidak setuju (3) cukup setuju (4) setuju (5) sangat setuju