METODE PENELITIAN Pengembangan metodolog penelitian untuk memahami fenomena kualitas
dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian dipergunakan tata pikir eklektif dalam memilih dan mengkombinaslkan berbagai filsafat ilmu pengetahuan, sehingga didapatkan pengetahuan yang dapat menggarnbarkan dan menjelaskan fenomena kualitas dan efektivitas kegatan penyuluhan pertanian mendekati realita. Filsafat ilmu pengetahuan positivisme empiris, rasionalisme, dan phenomenologs dlkombinasikan dengan menggunakan tata pikir eklektif sebagai landasan untuk merancang metode penelitian ini. Menurut positivisme empiri, ilmu atau pengetahuan yang valid adalah ilmu yang dibangun dari fakta empiris. Dari s e g ontologik realita yang menjadi obyek
penelitian
dapat
dipecah-pecah,
dapat
dipelajari
independen,
dieliminasikan dari obyek lain dan &pat dikontrol. Dari segi epistemologi, positivisme menuntut dipilahnya subyek peneliti dengan obyek penelitian, agar diperoleh hasil yang obyektif. Berpikir positivistik adalah berpilur tentang fakta empiris yang teramati, yang terukur, dapat dieliminaslkan serta dimanipulasikan, dilepaskan dari satuan besamya. Satuan terkecil obyek penelitian adalah variabel penelitian (Muhadjir, 1996). Pendekatan tersebut di atas disebut pendekatan kuantitatif. Menurut positivisme rasional ilmu yang valid merupakan abstraksi, simplifikasi, atau idealisasi dari realita dan terbukti koheren dengan sistem logikanya. Menurut konstruktivisme kntis pengetahuan ilmiah hanya bisa dlkembangkan dengan cara tidak langsung, yakni melalui telaah gagasan yang dikembangkan oleh manusia dalam piluran (Wuisman, 1996). Menurut filsafat ilmu pengetahuan phenomenologi, sunber ilmu bukan hanya empiri sensual, juga meliputi phenomena yang lain seperti persepsi, pemikiran, kemauan, keyakinan subyek tentang sesuatu di luar subyek. Dalam penelitian Qmana obyek penelitiannya adalah manusia, maka filsafat
phenomenologi relatif sesuai untuk merancang metode dalam penelitian ini. Phenomenologi menuntut pendekatan holistik, mendudukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi ganda, melihat obyek dalam satu konteks natural, bukan parsial. Metode ini disebut pendekatan kualitatif. Positivisme lemah dalam ha1 membangun konsep teoritik, karena relatif lebih banyak bersifat verifikasi teori, tetapi secara operasional relatif sangat efisien (Muhadjir, 1996). Kebenaran itu tidak hanya dapat diukur dengan indra peneliti saja, ada kebenaran yang dapat d~tangkapdari pemaknaan manusia atas empiri sensual. Pendekatan posivistik kuantitatif generalisasi dikonstruksi dari rerata keragaman individual atau rerata frekuensi dengan mengendalikan galat. Kebenaran dicari lewat hubungan kausal linier. Teori kebenaran yang dianut termasuk teori kores pondensi. Pendekatan kualitatif mengejar kebenaran lewat diketemukan surnber terpercaya sehngga hal-ha1 yang hakilu, yang esensial dapat diketemukan. Untuk mendapatkan pemahaman yang relatif realistis tentang suatu fenomena sosial, Brannen (1997), Singarimbun dan Sofian (1995), Miles dan Huberman (1992) mencoba menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan kelemahan dan kelebihan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam mengembangkan metode penelitian, maka dalarn penelitian ini Qgabungkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan mengambil bentuk pendekatan kualitatif menunjang pendekatan kuantitatif (Moleong, 1997). Berdasarkan pendekatan tersebut di atas, maka untuk memahami dan mempelajari fenomena kualitas dan efektivitas kegatan penyuluhan pertanian digunakan metode survai, yang kuantitatif dikombinasikan dengan metode phenomenolog yang kualitatif. Metode survai dapat dipergunakan untuk penelitian ekspalanatori maupun penelitian deskriptif. Disamping itu metode survai mempunyai kelebihan dalam pengurnpulan informasi dari individuindividu dengan biaya relatif rendah, kemunglunan untuk merampatkan kepada
populasi,
sifatnya luwes, memungkinkan menggunakan
berbagai cara
pengurnpulan data, menjadikan peneliti lebih peka terhadap berbagai masalah potensial yang semula tidak diketahui, merupakan alat yang berguna bag peneliti
untuk menguji berbagai teori (Black dan Champion, 1992; Kerlinger, 1996; Nazir, 1985; Vredenbregt, 1978; Bailey, 1978; Singarimbun dan Sofian, 1995).
Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Untuk memahami dan menjelaskan fenomena efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia, maka dirancang berbagai model teoritis, yang diuji dalam penelitian ini. Variabel-variabel terpilih, yang diukur untuk menguji model teoritis tersebut adalah sebagai berikut: 1. (Y 1). Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian 2. (Y2). Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian 3. (Xl). Motivasi penyuluh pertanian 4. (X2). Kepribadian penyuluh pertanian 5. (X3). Harga diri penyuluh pertanian 6. (X4). Kompetensi penyuluh pertanian
7. (X5). Kemampuan operasional penyuluh pertanian 8. (X6). Iklim organisasi penyuluhan pertanian 9. (X7). Kualitas pemberdayaan penyuluh pertanian 10. (X8). Kualitas teknologi pertanian 11. (X9). Kualitas informasi pertanian
12. (X 10). Kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian 13. (X 11). Kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara membenkan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 1985). Pengukuran adalah pemberian angka pada obyek-obyek atau kejadiankejadian menurut suatu aturan (Kerlinger, 1996; Black dan Champion, 1992). Pengukuran pada hakekatnya merupakan langkah-langkah sistimatis dalam mengukur variabel atau konstrak yang meliputi kegiatan menentukan dimensi konsep penelitian, merurnuskan ukuran untuk masing-masing dimensi, menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan, menentukan tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur (Singarimbun dan Sofian, 1995). Berdasarkan definisi operasioanal dan definisi pengukuran tersebut Q atas maka konsepkonsep, konstrak-konstrak yang dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang diamati dalam penelitian ini, dioperasionalk.an
dan diukur sebagai berikut:
1. (Yl) Kualitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kualitas kegatan penyuluhan pertanian adalah paduan sifat-sifat jasa penyuluhan pertanian yang hberikan oleh Penyuluh Pertanian, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuh kebutuhan-kebutuhan para petani baik yang dinyatakan maupun yang tersirat. Kualitas kegatan penyuluhan pertanian diukur dengan lima inhkator yaitu, materi penyuluhan pertanian, domain yang disentuh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, memfasilitasi keputusan-keputusan petani, keberpihakan kepada petani dan intensitas kunjungan Penyuluh Pertanian ke wilayah kerjanya. Masing-masing indikator diberikan skor 1-3.
2. (Y2) Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian adalah manfaat kegiatan penyuluhan yang hrasakan oleh petani dan tingkat kepercayaan petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Masing-masing atribut untuk mengukur variabel efektivitas penyuluhan pertanian diberikan nilai 1-3. Skor efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian merupakan total dari semua nilai atribut dikalikan dengan jurnlah petani penilai untuk masing-masing penyuluh pertanian. Tabel 3.1. Indikator, atribut efektivitas penyuluhan kegiatan pertanian Variabel (Y2). Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian
Indikator 1.Manfaat jasa penyuluhan pertanian
Atribut 1.Memecahkan masalah
usaha tani 2. Mengembangkan usaha tani 3. Upaya-upaya memecahkan masalah 4. Usaha tani yang paling menguntungkan 5. Upaya-upaya mendapatkan permodalan, kesempatan berusaha, , pemasaran 6. Menambah pengetahuan dan ketermpilan 7. Meningkatkan produksi 8. Materi penyuluhan pada saat kunjungan 9. Kunjungan kekelompok
1. Kepercayaan petani
terhadap kompetensi penyduh pertanian
1. Memecahkan
permasalahan usaha tani 2. Mengembangkan usaha tani 3. Memecahkan masalah pasca panen 4. Menambah pengetahuan dan keterampilan 5. Masalah permodalan 6. Masalah saprodi 7. Masalah jenis usaha tani paling menguntungkan 8. Masalah produksi 9. Kesempatan berusaha
Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian dikategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Variabel efektivitas juga dipergunakan
untuk mengukur variabel kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian, sehingga indikatornya sama dengan indikator variabel efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian.
3. (XI)Motivasi Penyuluh Pertanian Motivasi adalah perilaku bertujuan yang menunjukan intensitas perilaku atau semangat kerja. Intensitas perilaku dipengaruhi oleh kekuatan motif atau kebutuhan. Makin kuat motif makin tinggi intensitas perilaku. Motivasi dukur dengan kekuatan motif. Total skor motif merupakan ukuran intensitas perilaku Setiap atribut diberikan nilai dari -3 sarnpai dengan + 3. Pengukuran motivasi penyuluh pertanian menggunakan alat ukur motivasi yang dikembangkan oleh (Wahjosumidjo, 1987). Tabel 3.2. Indikator, atribut motivasi penyuluh pertanian
I
Variabel [ (XI).Motivasi penyuluh
Indikator 1. Aktualisasi diri
pertanian
Atribut 1. Pekerjaan menarik dan , menantang 2. Komitmen pada pekerjaan 3. Kebanggaan terhadap hasil kqa 4. Pengawasan minimal 1. Kesesuaian imbalan 2. Kejelasan deslaipsi tugas 3. Jaminan hari tua 4. Keamanan kerja 1. Penghargaanatas prestasi 2. Implementasi keterampilan 3. Persaan terbaik 4. Penarnpilan pimpinan 1. Kenaikan insentif 2. Kondisi kerja 3. Insentif individual 4. Peralatan kerja
1 5. Kebutuhan sosial
1. Situasi kerja 2. Pengawasan 3. Kegiatan sosial 4. Hubungan informal
4. (X 2) Kepribadian Penyuluh Pertanian Kepribadian penyuluh pertanian adalah sifat percaya I r i , keterbukaan, ambisi dan kedewasaan yang dimiliki oleh Penyuluh Pertanian. Rasa percaya diri
dan ambisi diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh (Lauster, 1999). Sifat berambisi dan kematangan penyuluh pertanian diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh (Iskandar, 1999). Skor kepribadian penyuluh pertanian merupakan penjumlahan skor sifat percaya diri, ambisi, keterbukaan, dan kedewasaan.
5. (X 3) Harga Diri Penyuluh Pertanian
Harga diri adalah citra petani tentang para penyuluh pertanian. Harga diri penyuluh pertanian diukw dengan menjumlahkan skor kepuasan kerja penyuluh pertanian, kebanggaan terhadap profesi penyuluh dan karakteristik pekejaan. Tabel 3.3. Indikator dan atribut harga diri penyuluh pertanian Variabel (X 3). Harga diri penyuluh pertanian
Indikator 1.Kepuasan kerja
2. Kebanggaan terhadap
profesi
3. Karakteristik pekejaan
.
Atribut 1. Ketersediaan dan
kemudahan mendapatkan angka kredit 2. Kelancaran kenailcan pangkat 3. Keadilan penghargaan 4. Perasaan dihargai 5. Penerimaan terhadap hasil kej a 1. Bekerja di organisasi penyuluhan 2. Bekej a pada jabatan struktural 1. Kebabasan mengambil keputusan 2. Porsi pekejaan terhadap peningkatan pendapatan 3. Variasi keterampilan yang diperlukan dalam pekejaan 4. Kepentingan pekerjaan bagi orang lain 5. Kejelasan pekerjaan dengan penilaian prestasi
Tabel 3.3 lanjutan
r
T
I
I
6. Tingkat keterarnpilan yang
diperlukan dalam pekerjaan 7. Kesederhanaan pekerjan 8. Kesempatan berinisiatif 9. Penyelesaian pekerjaan 10. Kejelasan penilaian 11. Kepentingan pekejaan
6. (X 4) Kompetensi Penyuluh Pertanian Kompetensi penyuluh pertanian adalah kemampuan yang dimiliki oleh penyuluh pertanian untuk menghasilkan kinerja yang prima yaitu memuaskan para petani. Kompetensi diukur dari dua indikator yaitu kemampuan teknis dan pengetahuan yang dimiliki oleh penyuluh pertanian. Tingkat kompetensi merupakan penjumlahan skor atribut-atribut indikator. Setiap atrbut cbberikan skor 1-5. Tabel 3.4. Indikator, atribut kompetensi penyuluh pertanian Variabel (X 4). Kompetensi penyuluh pertanian
I
Inhkator
Atribut
1. Kemampuan teknis
1. Mengidentifdcasi kebutuhan 2. Memprioritaskan kebutuhan 3. Pemecahan masalah teridentifikasi 4. Menyampaikan informasi 5. Menyediakan alternatif usaha tani 6. Pemecahan masalah insidental 7. Mendapatkan surnberdaya usahatani 8. Metode penyuluhan 9. Memilih metode penyuluhan 10. Kegiatan penyuluhan 11. Kebutuhan teknologi lokal spesifik 12. Komoditi lokal spesifik 13. Sistem sosial pedesaan 14. Latar belakang petani 15. Kebutuhan sasaran 16. Menetapkan materi 17. Strategi komunikasi 18. Menumbuhkan kelompok 19. Meningkatkan dinamika kelompok 20. Merencanakan usaha pertanian 2 1. Teknologi produksi agribisnis 22. Teknologi produksi lokal spesifik 23. Pertanian sebagai bisnis 24. Proses pembangunan pertanian
1
Tabel 3.4 lanjutan 2. Tingkat pengetahuan
25. Petani belajar 26. Struktur sosial pedesaan 1. Perilaku manusia 2. Teknik motivasi 3. Metode penyuluhan pertanian 4. Dinamika kelompok 5. Dinamika organisasi 6. Kepemimpinan 7. Sistem dan stntktur sosial 8. Perencanaan penyuluhan partisipatif 9. Identifikasi dm analisis masalah 10. Teknik komunikasi 11. Teknologi produksi lokal spesifik 12. Sistem usahatani lokal spesifik 13. Menejemen usahatani 14. Analisis kebutuhan petani 15. Pembuatan alat peraga 16. Survei pasar 17. Perakitan teknologi 18. Teknologi produksi lokal spesitik 19. Bisnis pertanian 20. Proses pembangunan pertanian 2 1. Bagaimana petani belajar 22. Partisipatory
9
7. (X 5) Kemampuan Operasional Penyuluh Pertanian Kemarnpuan operasional Penyuluh Pertanian adalah surnberdaya yang dimillu oleh Penyuluh Pertanian untuk menjangkau wilayah kerjanya. Kemarnpuan operasional penyuluh pertanian diukur dengan menggunakan indikator: (1) jurnlah biaya operasional penyuluhan yang dmilki oleh penyuluh pertanian, dberikan skor 1-5; (2) penguasaan alat transportasi, diberikan skor 1-5;
dan (3) jarak dari tempat tinggal ke wilayah kerja, diberikan skor 1-5. Kemampuan operasional penyuluh pertanian merupakan total skor indikator.
8. (X 6)Iklim Organisasi Penyuluhan Pertanian Iklim organisasi penyuluhan pertanian adalah perasaan individu dalam organisasi tentang organisasi penyuluhan pertanian, yang meliputi perasaan terhadap pemimpin, pekerjaan, insentif, harga diri, interaksi atau komunikasi,
teman sejawat, kejelasan tanggung jawab, kematangan pimpinan Nilai skor variabel merupakan total nilai skor atribut. Setiap atribut hberikan skor 1-5. Tabel 3. 5. Indkator, atribut lklim organisasi penyuluhan pertanian Variabel
Indikator
(X 6). Iklim organisasi penyuluhan pertanian
1 Kepuasan terhadap lingkungan kerja
2. Kejelasan tanggung jawab
3. Kematangan pimpinan
-
Atribut 1. Sensitivitas pimpinan terhadap permasalahan 2. Jumlah dukungan pimpinan terhadap pemecahan masalah 3. Solusi terhadap permasalahan pribadi 4. Jumlah tanggung jawab 5. Kejelasan dan ketegasan tanggung jawab 6. Persaan dihargai oleh pimpinan atas prestasi kerja 7. Persaan d i g a i oleh pimpinan atas ide-ide 8. Jumlah pemikiran yang diterima oleh pimpinan dan teman sejawat 9. Respons pimpinan atas permasalahan insidentil 10. Respon teman sejawat terhadap prestasi kerja 11. Keamanan dan kepastian kej a 12. Kepastian karier 13. Kemudahan berkomunikasi ' dengan pimpinan 14. Keefektivan respon pimpinan 15. Kepuasan terhadap kerja sarna 16. Kepuasan terhadap peningkatan kompetensi 1. Kejeiasan tujuan dm sasaran kegiatan penyuluhan 2. Kemungkimm pencapaian tujuan 3. Kejelasan Cara-cara pencapaian tujuan dm sasaran penyuluhan 4. Kejelasan tugas dan tanggung jawab 5. Kejelasan rincian tugas dan tanggung jawab 6. Kejelasan cara-cara penyelesaian tugas dan tanggung jawab 1 Kejelasan prosedur pelayanan 2. Kejelasan prosedur pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan penyuluhan 3. Kejelasan prosedur penyelenggaraan penyuluhan 4. Kemauan mernikul tanggung jawab 5. Keinginan berprestasi
9. (X 7) Kualitas Pemberdayaan Penyuluh Pertanian
Pemberdayaan penyuluh pertanian adalah upaya-upaya yang dilaksanakan
untuk meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian. Pemberdayaan diukur dengan 3 indikator yaitu: kualitas supervisi, kualitas materi pelatihan di Balai Penyuluhan Pertanian dan kualitas pelaksanaan pelatihan. Setiap atribut diberikan skor 1-5. Skor indikator rnerupakan total skor atribut. Skor pemberdayaan merupakan penjumlahan skor setiap indikator. Tabel 3. 6. Indikator, atribut pemberdayaan penyuluh pertanian Variabel
Indikator
Atribut
1. Kualitas supervisi
1. Ketepatan waktu supervisi 2. Kesesuaian supervisi dengan kebutuhan lapangan 1. Manfaat atas kegiatan supervisi
2. Kualitas materi latihan
1. Kesesuaian materi latihan dengan kebutuhan petani 2. Kekomprehensipan maten latihan 3. Ketepatan waktu penyampaian materi dengan kebutuhan petani
3. Kualitas pelatihan
1. Kehadiran pelatih di Balai Penyuluhan Pertanian 2. Durasi pelatihan di Balai Penyuluhan Pertanian 3. Manfaat pelatihan yang dirasakan 4. Kualitas metode pelatihan
penyuluh perkmian
10. (X 8) Kualitas Teknoiogi Pertanian
Teknologi pertanian adalah kurnpulan data, informasi yang telah teroganisir untuk meningkatkan produksi usaha tani. Kualitas teknologi pertanian diukur
dengan indikator kesesuaian teknologi pertanian dengan kebutuhan petani, pemanfaatan teknolog sebagai materi penyuluhan pertanian dan ketersehaan
teknologi pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian setiap saat. Setiap atribut diberikan skor 1-5. Skor kualitas teknologi merupakan total skor atribut.
Tabel 3. 7. Inhkator, atribut kualitas teknologi pertanian Variabel (X 8). Kualitas teknologi pertanian
Indikator 1. Kesesuaian teknologi
pertanian dengan kebutuhan petani
2. Ketersediaan teknologi pertanian
Atribut 1. Perencanan usaha tani yang
menguntungkan 2. Pemecahan masalah produksi usaha pertanian 3. Kesesuaian dengan kondisi sosial ekonomi petani 4. Peningkatan pendapatan 5. Ketersediaan uang segar 6. Keakuratan teknologi 7. Kekonprehensipan 1. Ketepatan teknologi dengan
kegiatan di lapangan 2. Ketersediaan teknologi setiap saat 3. Ketersediaanjenis teknologi 4. Ketersediaanjumlah
teknologi 5. Kemudahan mendapatkan teknologi di luar BPP
11. (X 9) Kualitas Informasi Pertanian Informasi pertanian adalah data, fakta, informasi dan teknologi yang diperlu kan untuk menyusun perencanaan usaha tani dan pengambilan keputusan usaha tani. Kualitas informasi pertanian diukur dengan inhkator kesesuaian informasi dengan kebutuhan petani dan ketersedian informasi di Balai Penyuluhan Pertanian. Skor kualitas informasi pertanian adalah penjurnlahan setiap skor indikator. Skor indkator merupakan total skor atribut. Setiap atribut diberikan skor 1-5.
Tabel 3. 8. Indlkator, atribut kualitas informasi pertanian
Indikator
Variabel (X 9). Kualitas informasi
Atribut
1. Keseasuaian 1. Memperlancar tugas-tugas dengan kebutuhan 2. Sebagai rnateri penyuluhan
2. Ketersediaan informasi
1. Ketepatan waktu 2. Ketersediaanjumlah dan jenis
12. (X 10) Kualitas Kebijaksanaan Organisasi Penyuluhan Pertanian Kebijaksanan penyuluhan pertanian adalah hal-ha1 yang harus dikerjakan oleh penyuluh pertanian. Kebijaksanaan penyuluhan pertanian diukur dengan menggunakan indikator pengaturan tugas-tugas atau alokasi waktu kerja penyuluh pertanian, fleksibilitas dan otonomi penyuluh pertanian. Kualitas kebijaksanaan penyuluhan pertanian merupakan skor penjumlahan setiap skor indkator. Skor indikator merupakan total skor atribut. Setiap atribut diberikan skor 1-5. Tabel 3. 9. Indikator, atribut kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian Atribut
Indikator
Variabel
1. Pengaturan tugas
(X 10) Kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian
1. Pengembangan komoditi
2. 3. 4. 5.
Merespon kebutuhan pasar Pencapaian target program Penyesuaian rekomendasi teknologi Melarang petani mengembangkan komoditi 6. Penjabaran program 7. Kegiatan penyuluhan mendukung program 8. Merespon kebutuhan petani 9. Alokasi waktu untuk kegiatan penyuluhan 10. Keikutsertaan dalam pertanggung jawaban program
-
-
4
Tabel 3.9 lanjutan 2. Fleksibilitas
1. Waktu kerja melayani penugasan
pimpinan 2. Waktu kerja melayani kebutuhan petani 3. Memberi informasi sesuai program 4. Memberikan alternatif usaha tani 5. Programa penyuluhan penjabaran program 6. Waktu kerja untuk memecahkan masalah petani 3. Otonomi
1. Penetapan tujuan dan sasaran 2. Cara pencapaian tujuan dan sasaran 3. Dasar penyusunan rencana kerja 4. Prioritas programa penyuluhan 5. Pemecahan masalah program 6. Pengembangan komoditi sesuai dengan permintaan atasan
13. (X 11) Kompleksitas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian adalah, tingkat kompleksitas lingkungan fisik wilayah kerja, tingkat kompleksitas lingkungan sosial wilayah kerja. Kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian diukur dengan 2 indikator. Nilai skor variabel merupakan total nilai skor indikator. Skor indikator merupakan total skor atribut. Setiap atribut diberikan skor 1-5. Tabel 3. 10. Indikator, atribut kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian Variabel (X 1 1). Kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian
Indikator
Atribut
1. Lingkungan fisik wilayah kerja
1. Luas wilayah kerja 2. Jumlah agroekosistem
2. Liigkungan sosial wilayah kerja
1. Jumlah petani yang
seharusnya dilayani oleh penyuluh peranian 2. Tingkat penyebaran tempat tinggal petani
Pengumpulan Data Penelitian ini bersifat eksplanatori dan deskriptif Bersifat eksplanatori dengan maksud untuk menjelaskan fenomena kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian yang cenderung terus menurun. Data kuantitatif yang diperlukan untuk menjelaskan fenomena tersebut dI atas, dikwnpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan. Untuk memberikan makna terhadap hasil analisis data kuantitatif, dipergunakan data kualitatif sebagai ilustrasi. Jenis data yang dIkurnpulkan terhri atas data primer, baik kuantitatif maupun kualitatif, dan data sekunder. Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara berdasarkan kuesioner terstruktur. Data primer kualitatif lkumpulkan dengan cara indepth zntewiew kepada beberapa responden dan informan. Inforrnasi dikumpulkan dengan alat tape recorder. Data sekunder diperoleh dari hasil-hail penelitian yang sudah ada dan kajian pustaka, serta data yang telah dikumpulkan oleh BPS dan instansi lain yang mempunyai data relevan dengan penelitian. Untuk menjamin validitas data, maka pengumpulan data juga mempergunakan metode triangulasi (data dicek ulang dan sumber lain, dan dengan metode lain).
Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian diawali dengan kegiatan uji coba alat ukur yang dilaksanakan pada bulan Februari 2000 dI Bogor. Hasil uji coba alat ukur penelitian di Bogor disempurnakan dengan cara menguji coba kembali alat ukur tersebut di Nusa Tenggara Barat sebelum dipergunakan untuk penelitian. Uji coba alat ukur tersebut dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Mei 2000. Pelaksanaan penelitian dImulai dan bulan Juni 2000 sampai dengan bulan Maret 200 1
Lokasi Penelitian Tingkat perkembangan suatu masyarakat sangat menentukan peran dan kegiatan penyuluhan pertanian yang seharusnya dilaksanakan (Mosher, 1978). Todaro (1978) mengatakan besarnya sumbangan relatif sektor pertanian terhadap product domestic bruto dapat dipergunakan, sebagai salah satu indikator untuk mengetahui tingkat perkembangan masyarakat. Lokasi penelitian htetapkan dengan metode stratified purposive sampling. Provinsi lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan: (1) tingkat perkembangan suatu masyarakat; (2) adanya sentra produksi komoditi perdagangan dalam ha1 ini hortikultura semusim dan sentra komoditi subsisten (pangan); dan (3) kemudahan mendapatkan data. Kabupaten lokasi penelitian di setiap Provinsi dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan tingkat komersialisasi suatu wilayah, yang ditentukan dengan pendekatan jenis komoditi yang dikembangkan. Pada umumnya masyarakat tani di sentra produksi komoditi perdagangan relatif lebih komersial dari petani .& sentra produksi komoditi subsisten. Kecamatan lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan kecarnatan sebagai sentra produksi komolti dominan yang sesuai dengan, pertimbangan memilih lokasi penelitian tingkat Kabupaten. Dengan menggunakan data PDRB 1997 (BPS, 1998) dan untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka masyarakat Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah perkembangan yaitu: (1). Perkembangan wilayah I (PDRB 5 18,93 YO) meliputi Provinsi DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, DIY, Jawa Tengah (2). Perkembangan wilayah 11 (PDRB, 18,94-25,77 %) meliputi Provinsi Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan.
(3). Perkembangan wilayah III (PDRB > 25,77 %) meliputi Provinsi Kalimantan
Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT, Maluku, Aceh, Jambi, Bengkulu, Lampung. Riau, Irian Jaya. Kalimantan Timur. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka penelitian ini dilaksanakan Q tiga Provinsi yaitu: Provinsi Jawa Timur, Lampung, dan Nusa Teng gara Barat. Penelitian di Provinsi Jawa Timur yang mewakili perkembangan masyarakat wilayah I, dilaksanakan di Kabupaten Malang sebagai sentra produksi komoditi perdagangan dan Ngawi sebagai sentra produksi komoditi subsisten. Penelitian di Kabupaten Malang Qlaksanakan di Kecamatan Batu, Bumiaji, Jun Rejo, Pujon yang meliputi 18 Desa. Penelitian di Kabupaten Ngawi di Kecamatan Padas, Geneng, Paron yang meliputi 17 Desa. Penelitian di Provinsi Lampung yang mewaluli perkembangan masyarakat wilayah II, dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah sebagai sentra produksi komoditi subsisten dan & Lampung Barat sebagai sentra produksi komoditi perdagangan. Penelitian di Kabupaten Lampung Tengah dilaksanakan di Kecamatan Seputihraman, dan Punggur yang meliputi 18 Desa. Penelitian Q Kabupaten Lampung Barat Qlaksanakan di Kecamatan Balik Bukit, Sukau, Belalau, Batu Brak, dan Sekincau yang meliputi 18 Desa. Penelitian di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mewaluli perkembangan masyarakat wilayah III, Qlaksanakan di Kabupaten Lombok Barat sebagai sentra produksi komoditi subsisten, dan di Kabupaten Lombok Timur sebagai sentra produksi komoditi perdagangan. Penelitian di Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan di Kecamatan Nannada, dan Labu Api yang meliputi 18 Desa. Penelitian di Kabupaten Lombok Timur llaksanakan di Kecamatan Sukamulia, dan Kecamatan Lenek yang meliputi 18 Desa. Dengan demiluan penelitian ini dilaksanakan pada 3 Provinsi, yang meliput 6 Kabupaten, 18 Kecamatan dan 107 Desa.
Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah Penyuluh Pertanian & lapangan
dan petani dimana Penyuluh Pertanian terpilih bertugas. Penyuluh pertanian dipilih secara stratzfied random sampling. Stratifikasi Penyuluh Pertanian disusun dengan mempertimbangkan tingkat kinerjanya yang mewaluli dari kinerja tertinggi sampai yang terendah menurut penilaian koordinator penyuluh pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian. Kerangka sampel petani sebagai penilai efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian ditetapkan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Petani-petani yang dipilih sebagi kerangka sampel hams yang sudah kenal dengan Penyuluh Pertanian Lapangan responden. Berdasarkan kerangka sampel tersebut, petani responden dipilih secara rendom. Jurnlah responden yang terpilih dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3. 11. Tabel 3. 11. Jurnlah lokasi dan responden penelitian
Keterangan: BPP = Balai Penyuluhan Pertanian.
Kesahihan dan Keterandalan Kesahihan Kesalvhan berkaitan dengan ketepatan suatu alat ukur untuk mengukur suatu konsep yang ingin diukur. Suatu alat ukur dikatakan sahih, kalau alat ukur
tersebut mengukur secara akurat konsep yang sebenarnya ingin diukur (Kerlinger, 1996; Singarimbun dan Effendi, 1995). Mengacu pada pendapat Kerlinger (1996), Singarimbun dan Effendi (1995), Downie dan Health dalarn (Black dan Charnpon, 1992), tingkat kesaluhan alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga bentuk yaitu: (1) kesahihan konstruk (construct validity), (2) kesahihan isi (content validity), dan (3) kes&han konkuren (predictive validity).
Kesahihan Indikator Makna penelitian ini adalah untuk menunjukkan motivasi, kompetensi, harga diri, kepribadian, kemarnpuan operasional, kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian, kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian, lklim organisasi penyuluhan pertanian kualitas teknologi pertanian, kualitas informasi pertanian, kualitas pemberdayaan penyuluh pertanian, perilaku usaha tani mempengaruhi efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian di sentra produksi
komoditi perdagangan dan komoditi subsisten. Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan sebuah sistem, sehngga tingkat dinarnikanya dipengaruhi oleh subsistem yang lain, hluarnya yaitu fungsi informasi, h g s i pelayanan, fungsi pengaturan, fungsi penelitian. Dengan demikian dinamika kegiatan penyuluhan pertanian di pengardu oleh faktor-faktor internal dan eksternal (Sutarto, 1998; Salusu, 1998; Gibson et al., 1997).
Kesahihan Isi Kesahhan isi didasarkan pada pendapat para pakar baik dari berbagai kajian pustaka maupun pendapat para pembimbing. Kesahihan logika yaitu membandingkan kajian pustaka dengan fenomena dinamika organisasi penyuluhan pertanian, perilaku para penyuluh pertanian di lapangan dan respon petani terhadap kegiatan penyuluh pertanian.
Kesahihan Konkuren Kesahihan konkuren didasarkan pada hubungan yang teratur antara efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian dengan dinamlka organisasi penyuluhan pertanian, antara dinamika organisasi dengan faktor-faktor internal dan faktorfaktor ekstemal. Kesahihan ini dapat diketahui melalui korelasi parsial antar variabel yang dipergunakan untuk mengukur konsep-konsep yang dipergunakan untuk mempelajari fenomena dinamika penyuluhan pertanian.
Keterandalan Keterandalan bersangkutan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur suatu konsep atau konstruk memberikan hasil p e n w a n yang konsisten (Black
dan Champion, 1992; Kerlinger, 1996; Singarimbun dan Effend, 1995). Mengacu pada pendapat Kerlinger (1996), Singarimbun dan Effend (1995), untuk mendapatkan alat ukur dengan keterandalan yang tinggi, maka alat ukur yang akan dpergunakan untuk mengumpulkan data diuji dengan metode test dan retest, yang artinya alat ukur yang sama &uji coba pada responden yang sama dalam
waktu yang berbeda. Kemuhan hasil pengukuran pertama dengan hasil pengukuran kedua dikorelasikan dengan metode korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
r=
N(C.XY) - (ZXXY) ,/[NL:x' -(SX)~I[NXY~ -(xY)~]
Keterangan: r = koefisien korelasi; N= jurnlah kasus; X= variabel bebas; Y= variabel tergantung.
Tabel 3.12. Hasil uji korelasi antar pertanyaan dalam suatu variabel yang diukur Simbul
Nama variabel
Koefesien korelasi Sentra Komoditi Sentra Komoditi hortikultura subsisten 0,80** 0,82** 0,78** 0,81** 0,79** 0,82** 0,76** 0,78** 0,78** 0,79** 0,73** 0,69** 0,74** 0,71** 0,72** 0,69** 0,69** 0,68** 0,77** 0,75** 0,78** 0,82** 0,79** 0,81** 0,86** 0,85**
Y1 Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian Y2 Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian X1 Motivasi Penyuluh Pertanian X2 Kepribadian Penyuluh Pertanian X3 Harga diri Penyuluh Pertanian X4 Kompetensi Penyuluh Pertanian X5 Kemampuan operasional X6 Iklim organisasi X7 Kualitas pemberdayaan X8 Kualitas teknologi X9 Kualitas inforrnasi X10 Kualitas kebijaksanaan XI1 Kompleksitas wilayah kerja Keterangan: * nyata pada a = 0,05 dan sangat nyata pada a = 0,01
I
**
I
Kuesioner yang andal menunjukkan koefisien korelasi yang nyata, yaitu apabila nilai a hitung lebih kecil dari a yang ditetapkan dalam pengujian. Hal ini dapat Qberikan makna bahwa nilai pengukuran pertarna dan kedua konsisten. Bila koefisien korelasinya tidak nyata maka alat ukur tersebut perlu diperbaiki, terutama item-item yang tidak konsisten.
Analisis Data Penelitian ini menggambarkan kualitas dan efektivitas kegratan penyuluhan pertanian dan mempelajari hubungan kausal antar berbagai variabel terpilih untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan penelitian. Alat analisis yang tepat untuk keperluan tersebut adalah dengan menggunakan analisis desknptip
dan model hubungan kausal, yang memun&nkan
untuk Qhitung besarnya
pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung faktor-faktor indipendent terhadap kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian. Semua data dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 7.5 dan 10.05. Analisis data dilaksanakan terhadap tujuh lupotesis penelitian.
(1) Tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian di Provinsi Jawa Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Barat tidak berbeda nyata dalam hal: materi penyuluhan pertanian yang dberikan oleh Penyuluh Pertanian, domain perilaku yang disentuh dalam melaksanakan kegatan penyuluhan pertanian, memfasilitasi keputusan-keputusan petani, keberpkakan kegiatan penyuluhan pertanian kepada petani, dan intensitas kunjungan Penyuluh Pertanian ke wilayah kerjanya. Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis dengan analisis ragam. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000) bentuk umum d m model linier aditif adalah sebagai berikut: Yij= p + ti -i-q j Dimana i = 1,2, ... .,t dan j
Yij
=
=
1,2, .....r
Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian pada propinsi ke i dan penyuluh pertanian ke j
p = R a m umum kualitas kegatan penyuluhan pertanian z
i
= Pengaruh propinsi ke i
~ i j = Pengaruh acak pada propinsi ke-
i dan penyuluh pertanian ke- j
(2) Tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian di sentra produksi komoditi perdagangan tidak berbeda nyata dengan kualitas kegiatan penyuluhan pertanian di sentra produksi komoditi subsisten dalam ha1 materi penyuluhan pertanian yang diberikan oleh Penyuluh Pertanian, domain perilaku yang disentuh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, memfasilitasi keputusan-keputusan petani, keberpihakan kegiatan penyuluhan pertanian kepada petani, dan intensitas kunjungan Penyuluh Pertanian ke wilayah kerjanya. Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis uji beda rataan dengan
(3) Sumberdaya penyuluhan pertanian yang dikuasai oleh Penyuluh Pertanian kurang sesuai dengan perubahan sikap dan perilaku usaha tani petani yang semakin komersial Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis koefisien kontingensi C dengan rumus sebagai berikut:
Dimana n =jurnlah contoh, dan X2 = Nilai chi square
(4) Tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan tidak dipengaruhi oleh motivasi penyuluh pertanian, kepribadian penyuluh petanian, harga diri penyuluh pertanian, kompetensi penyuluh pertanian, kemampuan operasional penyuluh pertanian, iklim organisasi, kua- litas pemberdayaan, kualitas teknologr pertanian, kualitas informasi pertanian, kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluh pertanian, dan kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian. Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalis dengan metode analisis lintas. Gasperzs (1992) mengatakan koefisien lintasan &pat ditelusuri dari model regresi linier berganda. Model linier regresi berganda dalam penelitian ini adalah: Y = bo + bl Xl+b2X2+b3X3+ b4&+ ... ..bpXp
Dimana: Y= variabel talc bebas Xi = variabel bebas ke- i, untuk i = 1,2, ....p bi = koefisien regresi parsial tak baku, i = 1,2, ....p bo = intersep Selanjutnya apabila S, didefinisikan sebagai simpangan baku contoh dari variabel tak bebas Y, SX1,Sd, ... .S, sebagai simpangan baku contoh d m variabel bebas XI, X2,...Xp maka dari model diatas dapat dhitung koefisien regresi baku yang sering disebut juga koefisien beta sebagai berikut:
Sxi Bi = bi ----------
;
i = 1 , 2 ,...... p
SY Dengan mendefinisikan Ci sebagai koefisien lintasan dari variabel baku Zi (variabel bebas Xi yang dibakukan sehingga berdistribusi normal dengan nilai rata-rata no1 dan ragam satu), maka pada dasarnya koefisien Ci = koefesien lintasan. (5) Tingkat efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian & Provinsi Jawa Timur,
Larnpung dan Nusa Tenggara Barat tidak berbeda nyata dalam hal: pemecahan masalah yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan, pengembangan altematif-alternatif usaha pertanian, peningkatan produksi usaha tani, pengembangan permodalan, pemasaran hasil pertanian, pengembangan
usaha
pertanian,
kemudahan
mendapatkan
saprodi,
berhubungan dengan pihak ketiga, dan peningkatan kompetensi para petani. Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis dengan analisis ragam. Menurut Mattjik clan Sumertajaya (2000) bentuk umum dari model linier aditif adalah sebagai berikut: Yij = p + Ti + Eij Dimana i = 1,2, ... .,t dan j
=
1,2, .....r
Yij = Kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian pada propinsi ke i dan penyuluh pertanian ke j p = Rataan m u m kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian z Eij
= Pengaruh provinsi ke
= Pengaruh acak pada
i
provinsi ke- i dan penyuluh pertanian ke- j
(6) Tingkat kepuasan petani terhadap materi penyuluhan dan metode penyuluhan pertanian yang dipergunakan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan tidak berhubungan nyata dengan perubahan sikap dan perilaku usaha tani petani yang semakin komersial Data untuk menguji hpotesis tersebut dianalisis koefisien kontingensi C dengan m u s sebagai berikut:
Dimana n =jumlah kasus; X2 = Nilai Chl- square (7) Tingkat kepuasan petani terhadap kegatan penyuluhan pertanian tidak
ditentukan oleh kemarnpuan Penyuluh Pertanian untuk memenuhl kebutuhankebutuhan petani dalam ha1 peningkatan pendapatan, pengembangan alternatif-alternatif usaha pertanian, peningkatan produksi usaha tani, pengembangan permodalan, pemasaran hasil pertanian, pengembangan usaha pertanian, kemudahan mendapatkan saprodi, berhubungan dengan pihak ketiga untuk mendapatkan solusi, dan metode penyuluhan pertanian yang sesuai dengan pernasalahan yang dihadapi oleh para petani. Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalis dengan metode analisis lintasan. Gasperzs (1992) mengatakan koefisien lintasan dapat dtelusuri dan model regresi linier berganda. Model linier regresi berganda dalarn penelitian ini adalah: Y = bo + bl Xl+b2X2+b3X3+ b4&+ ... ..bpJ(p Dimana: Y= variabel tak bebas
Xi = variabel bebas ke- i, untuk i = 1,2, ....p bi = koefisien regresi parsial tak baku, i = 1,2, ....p bo = intersep Selanjutnya apabila S, didefinisikan sebagai simpangan baku contoh dari variabel tak bebas Y, SX1,S*, ....ST sebagai simpangan baku contoh dari variabel bebas XI, X2,...X, maka dari model diatas dapat dihitung koefisien regresi baku yang sering disebut juga koefisien beta sebagai berikut: Sxi Bi = bi ---------; i = 1 , 2 ,...... p SY Dengan mendefinisikan Ci sebagai koefisien lintasan dari variabel baku Zi (variabel bebas Xi yang dibakukan sehingga berdistribusi normal dengan nilai
rata-rata no1 dan ragam satu), maka pada dasarnya koefisien C,
=
koefesien
lintasan. (8) Perkembangan atribusi dan perilakx usahatani petani responden
Untuk mempelajari dan memahami perubahan atribusi dan peril& usahatani petani, data kualitatif dianalisis melalui tahapan pengorganisasian data, koding dan analisis. Proses analisis data kualitatif melalui tahapan data, kata kunci, tema, kategori, hubungan antar kategori-kategori dan interpretasi (Poenvandari, 1998). Data atribusi dan perilaku usaha tani petani sebelumnya hperoleh dengan metode studi pustaka dan wawancara dengan beberapa informan yang diperkirakan mengetahui tentang atribusi dan perilaku usaha tani masa lalu. Perubahan atribusi dan perilaku usaha tani petani dibandingkan dalam perspektif waktu antara hasil telaahan pustaka dengan hasil analisis data kualitatif. (9) Pembangunan model Pembangunan model penjelasan kualitas dan efektivitas kegiatan penyulpertanian dikonstruksi dari hasil analisis data kuantitatif dan hasil analisis data kualitatif dengan menggunakan tata pihr linier, relasi, dan kausalistis. (10)
Konstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian SPP LARIISE Konstruksi sistem penyuluhan pertanian SPP LARIISE dilakukan berdasarkan hasil pemaknaan interpretatif, ekstrapolatif dari hasil analisis data kuantitatif, data kualitatif dan hasil observasi lapangan. Kemudian hasil-hasil tersebut dikonstruksi dengan menggunakan tata pikir analitis, relasi, kausalistis, holistik, padu, ekologis, dan divergen.