METODE PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SALATIGA Ika Sri Widyaningrum, Sutriyono, Wahyudi Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga, Indonesia e-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan guru pada mata pelajaran matematika di lembaga bimbingan belajar Salatiga. Penelitian dilakukan di lembaga bimbingan belajar PRIMAGAMA, IPIEMS dan SSC. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan merekam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti proses pembelajaran dikelas. Wawancara dilakukan dengan tentor/guru matematika dan siswa di bimbingan belajar. Merekam data dilakukan dengan mengambil foto dan video selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian yang dilakukan menunujukkan pembelajarn yang dilaksanakan di PRIMAGAMA menggunakan metode driil dan metode pemberian tugas. Bimbingan belajar IPIEMS menggunakan metode tanya jawab, metode kerja kelompok dan metode driil pada proses pembelajaran yang dilaksanakan. Bimbingan belajar SSC menggunakan metode driil dan metode pemberian tugas. Berbeda dengan PRIMAGAMA, partisipasi siswa di bimbingan belajar SSC selama proses pembelajaran lebih aktif . Secara umum metode pembelajaran yang digunakan di bimbingan belajar PRIMAGAMA, IPIEMS dan SSC adalah metode driil. Kata Kunci : Metode pembelajaran
A.
Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode dan evaluasi. Metode pembelajaran adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2002), guru harus memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Penyebab guru gagal mencapai tujuan pembelajaran adalah jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan 1
terhadap karakteristik dari masing-masing metode pembelajaran. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas. Efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Menurut Lester D. Crow & Alice Crow dalam Santosa (1988) bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang secara pribadi bermutu tinggi dan terlatih dengan baik, kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri. Pelaksanaan bimbingan diperlukan adanya personal yang memiliki keahlian dan pengalaman yang khusus dalam bidang bimbingan. Aktivitas belajar matematika setiap siswa di sekolah tidak selamanya berlangsung secara wajar. Faktor cara guru menyajikan pelajaran di kelas, penguasaan bahan dan cara mengajar yang tidak baik membuat siswa malas memperhatikan pelajaran dan minat untuk belajar rendah. Menurut pendapat Purwanto (2004), faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan kepada siswanya. Dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang mereka tempuh di sekolah seperti itu, siswa tidak hanya cukup mengandalkan bekal pendidikan yang diberikan di sekolah saja untuk menjaga prestasi bahkan untuk meningkatkan prestasi belajar mereka. Pengamat pendidikan yang juga seorang pendidikan Santosa (1986) mengungkapkan dengan mengikuti bimbingan belajar berarti siswa maupun orangtua siswa yang mengirimkan anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar cenderung tidak percaya bahwa pembelajaran di sekolah mampu membawa anak mereka bisa lebih berprestasi. Oleh karena itu diperlukan usaha ekstra untuk menutup, melengkapi atau mengganti ketidakjelasannya akan suatu materi yang diberikan guru di sekolah yaitu dengan mengikuti bimbingan belajar di lembaga bimbingan belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Sudirman (2011), menyatakan ada peningkatan prestasi dan ketuntasan belajar dengan menggunakan metode demonstrasi pada pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Laila Mardhiyah (2009), adalah pembelajaran luas bangun datar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran matematika. Penelitian lain yang mendukung yaitu yang dilakukan oleh Silvia Afriani, menyatakan penggunaan metode discovery membuat siswa lebih memahami materi trigonometri dibandingkan dengan penggunaan metode ekspositori karena menjadikan siswa lebih mampu mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dengan bimbingan guru. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas dan melihat adanya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran matematika di lembaga bimbingan belajar Salatiga.
B. Kajian Teori 1.
Bimbingan Belajar Pengertian belajar dalam kamus besar bahasa indonesia (2005) adalah suatu upaya dilakukan manusia dengan jalan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Pengertian belajar menurut Edward L Walker dalam Santoso (1988), belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Menurut Thursan Hakim (2000), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan 2
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan. Pelaksanaan bimbingan diperlukan adanya personal yang memiliki keahlian dan pengalaman yang khusus dalam bidang bimbingan (Santosa (1988). Bimbingan diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa menurut Sukmadinata (2005). Pendapat tersebut dipertegas Sukardi (2002), bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Berikut ini dipaparkan fungsi bimbingan menurut Ahmadi dan Supriono (2004) ada 4 macam, yaitu preservatif, yakni memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar; preventif, yakni mencegah sebelum terjadi masalah; kuratif, yakni mengusahakan pembentukan dalam mengatasi masalah; rehabilitasi, yakni mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatment yang memadai. Berdasarkan pendapat para ahli yang sudah dikemukakan di atas mengenai pengertian bimbingan dan belajar dapat disimpulkan pengertian bimbingan belajar adalah bantuan mengatasi kesulitan belajar yang diberikan pembimbing kepada peserta bimbing agar prestasi belajarnya meningkat. 2.
Model, Pendekatan, Strategi, Teknik dan Taktik Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang dilakukan oleh guru. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik dan model pembelajaran sangat familiar dalam dunia pembelajaran dan memiliki kemiripan makna. Pendekatan pembelajaran menurut Sudrajat (2008) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatar belakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Roy Killen (1998) ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, guru perlu memilih satu strategi pembelajaran. Suherman E. (2003), menurutnya pengertian strategi adalah pendekatan yang digunakan guru dalam menggunakan informasi, memilih sumber-sumber, dan mendefinisikan peranan peserta didik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005), strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran yang khusus, sedangkan metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Metode pembelajaran digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sifatnya konseptual. Artinya bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran biasanya tidak hanya menggunakan metode secara tunggal atau hanya satu metode saja. 3
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Teknik pembelajaran menurut Sudrajat (2008) dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Guru dalam penggunaaan teknik harus menyesuaikan kondisi siswa yang diajar. Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor, sementara yang satunya lagi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Joy dan Wil dalam Rusman (2011), menjelaskan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Trianto (2007) menambahi pengerian model pembelajaran yaitu suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajran dalam tutorial. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang terstruktur secara sistematis, dan disajikan secara khas oleh guru. Jadi model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, taktik dan teknik pembelajaran. Berikut dipaparkan contoh penggunaan model, pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik mengajar agar mudah memahami masing-masing pengertian tersebut. Misalnya model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL), yaitu pembelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung untuk mempraktikkan dan mengaitkan antara materi yang diajarakan dengan situasi yang ada di lingkungan sekitar. Pendekatan yang cocok digunakan guru adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach. Dengan pendekatan lingkungan yaitu memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran, sumber dan sarana belajar. strategi yang digunakan adalah strategi belajar exposition-discovery learning yaitu, siswa dituntut dapat mengolah pikirannya sendiri sehingga dapat menemukan konsep untuk mencapai tujuan belajarnya. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri yaitu menekankan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri suatu konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru. Teknik yang digunakan guru adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir dalam mencari informasi (menemukan konsep) yang dibutuhkan. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu dan sifatnya lebih individual. Taktik yang digunakan guru pada adalah dengan menggunakan alat bantu elektronik misalnya LCD. Dengan menggunakan LCD guru dapat menampilkan langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk menemukan konsep sendiri. 3.
Metode Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran tidak lepas dari penggunaan metode mengajar. Begitu juga pembelajaran yang berlangsung di bimbingan belajar (bimbel). Para guru di bimbel berusaha menggunakan metode yang cocok dan dapat menarik perhatian siswa. Menurut Sudjana (2005) metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Sedangkan metode pembelajaran menurut Sutikno (2009) adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi 4
proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Dilain pihak, Djamarah dan Zain (2002) juga berpendapat metode adalah cara, yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kehendaknya sendiri dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Banyak bahan pelajaran yang akan terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru tanpa memperhatikan kebutuhan siswa. Metode mempunyai kedudukan sebagai alat motivasi ekstrinsik yaitu alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Metode sebagai strategi pengajaran yaitu mengatasi beberapa kondisi yang ada di kelas. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan yaitu metode dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga bisa dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode baik akan gagal jika digunakan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaanya. Sebaliknya metode yang kurang baik tapi digunakan guru yang menguasai teknik pelaksanaan bisa dikatakan berhasil. Jadi, pembelajaran dikatakan berhasil tidak tergantung dari metode yang digunakan saja tapi juga kemampuan guru menguasai dan memodifikasi metode tersebut. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Menurut Surakhmad (1973), metode mengajar banyak sekali jenisnya karena dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya; anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya; situasi yang berbagai-bagai keadaanya; fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya; pribadi guru serta kemampuan profesionilnya yang berbedabeda. Berikut ini dijelaskan metode-metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran yaitu, metode ceramah, metode ekspositori, , metode inquiri, metode driil, metode tanya jawab, metode kerja, kelompok, metode diskusi, metode demonstrasi, metode resitasi, metode inkuiri, dan metode pemecahan masalah. a. Metode ceramah Metode ceramah menurut Yamin (2006) adalah metode penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru kepada siswa. Peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran berpusat pada guru karena guru lebih aktif daripada siswa. Rumus-rumus diberikan begitu saja, penurunan rumus atau pembuktian dalil biasanya dilakukan sendiri oleh guru. Contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru. Siswa mengikuti langkah-langkah yang dikerjakan guru, meniru cara kerja dancara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Ini membuat siswa tidak bisa mengembangkan kemampuan berfikirnya karena terpaku pada apa yang diajarkan guru saja. Langkah-langkah pelaksanaan metode ceramah meliputi kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan dan kegiatan mengakhiri ceramah. b. Metode Ekspositori Metode ekspositori adalah metode penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru kepada siswa, dan siswa diharapkan dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. Langkah-langkah pelaksanaan metode ekspositori terdiri dari, membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar. Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa. Mengemukakan tujuan kemudian menyampaian materi pelajaran. Kegiatan akhir 5
menyimpulkan, untuk memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan materi. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok persoalan dan memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan. Mengaplikasikan, siswa mengerjakan tugas dan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan. c. Metode Driil Lisnawaty (1992) mengemukakan pendapatnya bahwa metode driil adalah pembelajaran untuk memperoleh suatu ketangkasan dan keterampilan latihan terhadap apa yang telah dipelajari sehingga pengetahuan itu dapat disempurnakan. dan disiap-siagakan. Metode driil digunakan untuk memperoleh kecakapan motoris seperti, menulis dan melafalkan; dan kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan dan mengenal simbol. Langkah-langkah pembelajaran dalam metode Driil terdiri dari kegiatan pelakanaan, Guru juga menyampaikan tujuan-tujuan pembelajaran dan motivasi. Tahap pelaksanaan, siswa diberi penjelasan mengenai manfaat dan tujuan dari latihan tersebut. Guru memberikan materi kemudian dilanjutkan latihan soal. Kegitan akhir yaitu siswa harus mengumpulkan hasil latihan-latihan soal yang telah dikerjakan siswa sehingga guru dapat mengecek pada bagian mana saja siswa mengalami kesulitan dan guru bisa membahasnya kembali pada pertemuan selanjutnya. d. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab menurut Djamarah dan Zain (2002) adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Metode tanya jawab digunakan untuk menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk mengetahui proses pemikiran siswa. Langkah-langkah pelaksanaan metode tanya jawab pertama kegiatan persiapan, merumuskan tujuan, menyiapkan materi dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan pada siswa. Kegiatan pelaksanaan, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajara. Kegiatan inti, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memberi penguatan bagi siswa yang dapat menjawab. Jika siswa tidak dapat menjawab alihkan ke siswa lain sampai diperoleh jawaban yang benar. Jika tidak ada satupun siswa yang menjawab dengan benar, maka guru harus menjawab dan memberi penjelasan. Kegiatan akhir, meminta siswa merangkum isi pelajaran dan guru melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. e. Metode Kerja Kelompok Moedjiono (1991) mengemukakan bahwa metode kerja kelompok diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitikberatkan pada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama. Kata lain, metode kerja kelompok (gotong royong) yaitu metode dimana siswa dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pelajaran dengan bekerjasama. Langkah-langkah pelaksanaan metode kerja kelompok sebagai berikut : Kegiatan persiapan, guru menyiapkan bahan materi yang akan diberikan pada kelompok dan membentuk kelompok. Kegiatan pelaksanaan, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan apersepsi. Siswa kemudian dibagi ke dalam kelompok, guru 6
memberikan dan menjelaskan tugas. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat untuk melaporkan hasil kerja kelompok. Peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator. Kegiatan akhir yaitu guru membantu menyimpulkan dan menerima hasil dari kerja kelompok. f. Metode Diskusi Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan permasalahan. Metode diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran mengenai suatu topik tertentu, mempertinggi partisipasi siswa secara individual. Peran guru disini sebagai pemimpin dan pembimbing diskusi agar diskusi tidak menyimpang dari topik. Sebagai pemimpin guru berhak melempar pertanyaan kepada anggota kelompok tertentu, menjaga agar tidak semua anggota berbicara serempak, mencegah diskusi dikuasai oleh siswa yang pandai berbicara saja, memberikan kesempatan kepada siswa yang pendiam dan pemalu untuk menyumbangkan ide, dan mengatur agar setiap pembicaraan dalam diskusi ditangkap jelas oleh siswa. g. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi menurut Sanjaya (2006) merupakan metode mengajar dimana guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada siswa disertai penjelasan secara lisan. Pada metode ini, guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu. Langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi yaitu, kegiatan persiapan meliputi merumuskan tujuan, menyusun materi, menyusun langkah-langkah demonstrasi dan melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan yang diperlukan. Kegiatan awal, mengatur tempat duduk agar siswa dapat memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru. Mengemukakan tujuan dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam demonstrasi. Kegiatan inti, melakukan demonstrasi dan memusatkan perhatian siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses. Kegiatan akhir pembelajaran, meminta siswa menyimpulkan pokok-pokok kegiatan demonstrasi. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami dan melakukan evaluasi. h. Metode Resitasi/Pemberian Tugas Metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu dilaporkan kepada guru. Langkah-langkah metode pemberian diawali kegiatan persiapan, merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menyiapkan pokok-pokok materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menyiapkan tugas-tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa. Kegiatan Pelaksanaan terdiri dari, kegiatan pembukaan meliputi, mengajukan pertanyaan apersepsi, memotivasi siswa danmengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan inti pelajaran, guru menerangkan garis besar materi pelajaran dan menjelaskan rincian tugas serta cara mengerjakannya. Guru meminta siswa melaporkan hasil penyelesaian tugasnya kemudian memeriksanya. Kegiatan akhir pembelajaran, guru menyuruh siswa merangkum materi yang diajarkan kemudian melakukan evaluasi. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang belum dikuasai siswa dan memberi tugas tambahan untuk memperdalam penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. 7
i.
Metode Eksperimen Metode eksperimen menurut Lisnawaty (1992) adalah suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Langkah awal memulai eksperimen biasanya guru memberikan penjelasan tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa. Pembelajaran diawali dengan melakukan pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan atau saat siswa itu sendiri melakukan percobaan. Siswa mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. Siswa kemudian merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. Langkah selanjutnya verifikasi yaitu membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan. Siswa merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, kemudian dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. j. Metode Inkuiri Metode Inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi. Langkahlangkah pelaksanaan metode inkuiri diawali dengan kegiatan persiapan yaitu mempersiapkan permasalahan yang jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Kegiatan Pelaksanaan, guru menentukan permasalahan yang ingin didalami atau dipecahkan. Identifikasi permasalahan perlu diidentifikasi dengan jelas dari tujuan sampai seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang persoalan itu. Langkah selanjutnya siswa mencari dan mengumpulkan data untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Menganalisis data yang sudah dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis. Kegiatan akhir, pengambilan kesimpulan, kesimpilan tersebut kemudian dicocokkan dengan hipotesis awal, apakah hipotesa dapat diterima atau tidak. Kegiatan akhir, guru memberikan catatan untuk menyatukan seluruh penelitian ini. k. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Metode pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Kegiatan pembelajaran meliputi, guru memberikan permasalahan dan mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengarahkan siswa untuk mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan. Siswa mencari data untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa merumuskan jawaban sementara berdasarkan data yang diperoleh. Guru mengadakan pengujian, dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Kegiatan akhir, guru bersama siswa menarik kesimpulan dari hasil temuan siswa sebagai rangkuman bersama yang merupakan penyelesaian dari permasalahan yang dibahas.
8
C.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitiannya adalah lembaga bimbingan belajar PRIMAGAMA, dan SSC .Subjek penelitian adalah siswa dan tentor/guru mata pelajaran matematika di lembaga bimbingan belajar PRIMAGAMA, IPIEMS dan SSC. Untuk mendapatkan hasil yang relevan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti proses pembelajaran dikelas. Wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa adalah wawancara tidak terstruktur. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil foto serta video selama proses pembelajaran.
D.
Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan a. Bimbingan Belajar PRIMAGAMA Pengamatan dilakukan dua kali masuk kelas yaitu kelas VIII SMP dan kelas XII IPA. Pengamatan pertama di kelas VIII SMP,pembelajaran dimulai dengan Guru mengabsen siswa, dilanjutkan mengevaluasi setiap bab pada semester 2 yang sudah selesai dipelajari. Guru menanyakan kesulitan siswa kemudian siswa menunjukan soal yang menurutnya sulit untuk diselesaikan. Memasuki kegiatan inti, guru memberikan soal yang menyerupai soal yang dibahas tadi. Tujuannnya adalah untuk mengecek pemahamann siswa, apakah sudah mengerti ataukah belum. Pembahasan soal dilakukan sendiri oleh guru. Pemberian dan pembahasan soal berlangsung 50 menit. Guru lebih aktif daripada siswa dan siswa hanya menyocokkan jawabannya dengan hasil penyelesaian guru. Guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk maju menuliskan jawabannya karena beranggapan akan menyita banyak waktu menggunakan cara seperti itu. Guru tidak menyediakan alat peraga maupun media untuk menunjang pembelajaran. Kebetulan pembelajaran disaat itu membahas bangun ruang berbentuk balok, Guru memperagakan bangun ruang dengan tempat pensil yang berbentuk balok. Kegiatan akhir pembelajaran tersisa waktu 12 menit, siswa menggunakan untuk mencatat penyelesaian soal yang dikerjakan guru. Guru tidak memberikan kesimpulan dan merangkum materi yang sudah dipelajari. Pembelajaran diakhiri dengan berdoa bersama dan salam. Pengamatan kedua di kelas XII IPA, kelas ini dipersiapkan untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi jadi pembelajaran lebih banyak ke latihan soal. Pembelajaran dimulai dengan Guru menanyakan problem yang mereka temui dari soal-soal yang diberikan pertemuan sebelumnya. Siswa menunjukkan jari dan menanyakan soal yang tidak dapat dia selesaikan. Soal tersebut diselesaikan guru di whiteboard kemudian siswa menyalinnya. Kegiatan inti, guru memberikan latihan soal kemudian siswa mengerjakan soal tersebut. Soal yang dianggapnya sulit, ditanyakan pada teman sebelahnya terlebih dulu sebelum bertanya pada guru. Guru menanyakan apakah soal sudah selesai dikerjakan atau belum. Ternyata, siswa tidak dapat menyelesaikan, akhirnya guru menyelesaikan sendiri dengan menuliskan langkah-langkah penyelesaian di whiteboard. Diakhir pembahasan setiap soal, guru menekankan rumus apa yang digunakan dalam penyelesaian soal tadi. Pembelajaran berisi pembahasan soal seperti itu sampai diakhir pertemuan, kegiatan ini berlangsung 20 menit. Kegiatan akhir digunakan untuk memberikan pekerjaan rumah dan memberikan motivasi,
9
agar siswa tidak patah semangat dan terus belajar supaya diterima di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Pembelajaran ditutup dengan doa yang dipimpin oleh guru b. Bimbingan Belajar IPIEMS Pengamatan pertama dilakukan dikelas III SD. Kegiatan Awal digunakan untuk berdoa, menyapa siswa, memberikan motivasi dan bertanya pada siswa sampai sejauh mana materi yang dipelajari disekolah. Siswa berasal dari sekolah yang berbeda-beda, materi yang mereka dapat juga berbeda-beda. Guru menuliskan di whiteboard materi apa saja yang sedang dipelajari siswa disekolah. Kegiatan inti, Guru menggabungkan materi-materi yang diterima siswa disekolah kemudian dibahas bersama di kelas. Guru menyampaian materi dengan ceramah dan tanya jawab. Guru memancing pemikiran siswa dengan pertanyaanpertanyan. Siswa aktif dikelas mereka berebut menjawab dengan mengacungkan telunjuk tangannya. Guru memberikan soal dan siswa diberikan waktu 15 menit untuk mengerjakan romawi I karena guru memperkirakan waktu tidak cukup. Pembahasan soal berlangsung 20 menit, dilakukan dengan guru mempersilahkan siswa membaca soal dan menjawab. Guru menanyakan alasan dari jawaban yang diberikan siswa dan bagaimana cara memperolehnya. Jika siswa menjawab salah, guru melempar jawabann ke siswa lain, kemudian guru menjelaskan mengapa jawaban siswa tersebut bisa salah dan memberikan cara pengerjaaan yang benar. Kegiatan akhir, waktu untuk mengerjakan soal romawi II tidak cukup, Guru meminta siswa mengumpulkan lembar soal. Guru memberikan motivasi lagi agar siswa belajar dirumah. Pembelajaran kemudian ditutup dengan doa. Pengamatan kedua dilakukan di kelas VIII, Pembelajaran dimulai dengan salam, mengabsen siswa kemudian guru menanyakan kesulitan dari materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Kegiatan inti, guru menjelaskan materi limas dan prisma dengan menggambar diwhiteboard dan memancing pemikiran siswa dengan pertanyaan-pertanyaan. Pembelajaran dilanjutkan ke latihan soal karena siswa sudah mengerti. Soal diberikan satu persatu, satu soal diberikan dan dibahas kemudian dilanjutkan pemberian soal yang kedua dan seterusnya. Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya dalam menyelesaikan, jika masih mengalami kesulitan mereka tanyakan kepada guru. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menuliskan hasil penyelesaian soal di whiteboard. Guru memberikan reward berupa bolpoin bagi siswa yang benar dalam memberikan jawaban. Terdapat siswa yang membawa soal ulangan dari sekolahnya, karena dia tidak bisa maka bertanya kepada guru. Soal kemudian dibahas bersama. Guru lalu memberikan soal yang menyerupai soal tersebut dan menyuruh siswa mengerjakan. Guru kemudian mengecek jawaban siswa dan melakuakan pembahasan. Jawaban salah yang dikerjakan siswa diberikan pembetulan. Kegiatan akhir, guru memberikan soal kepada siswa untuk dibawa pulang dan dipelajari di rumah. Guru tidak mewajibakan siswa mengerjakan karena menyadari kesibukan siswa dengan tugas disekolah dan tidak ingin membebani mereka. Guru mengulang kembali dan memberikan penekanan materi. Guru juga memberitahukan apa yang akan dipelajari pertemuan selanjutnya dan pembelajaran diakhiri dengan doa. Pengamatan ketiga, dilakukakan di kelas XI IPA, Pembelajaran dimulai dengan mengucap salam dan mengabsen siswa. Materi yang diberikan adalah materi yang sudah diberikan 2 minggu yang lalu. Guru hanya mengulang untuk memperkuat pemahaman siswa. Materi tersebut yaitu menentukan nilai maksimum dan minimum pada suatu interval. Kegiatan inti, guru memberikan soal setelah siswa paham dengan materi. Soal diberikan satu persatu, satu soal diberikan dan dibahas kemudian dilanjutkan pemberian soal yang kedua 10
dan seterusnya. Guru berkeliling menghampiri bangku siswa untuk mengecek pekerjaan mereka. Siswa menanyakan kesulitan mereka, guru menghampiri dan menjelaskan dibangku mereka. Soal selesai dikerjakan, kemudian siswa ditunjuk maju untuk menuliskan jawabannya. Jawaban siswa yang ditulis di whiteboard dicek oleh guru dan dilakukan pembahasan. Soal yang tidak dapat dikerjakan siswa, diselesaikan oleh guru. Guru kemudian membagi siswa kedalam dua kelompok, dengan setiap kelompok beranggotakan 3 siswa. Siswa duduk berkelompok dan guru membagikan satu soal di setiap kelompok. Siswa mengerjakan soal tersebut dengan kelompoknya dan guru berkeliling melihat pekerjaan siswa dalam kelompok. Guru sebagai fasilitator memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Cara melaporkan hasil kerja kelompok yang sudah selesai dengan menuliskan jawaban di whiteboard. Guru mengecek jawaban mereka kemudian melakukan pembahasan. Kegiatan akhir digunakan siswa untuk mencatat hasil pekerjaan kelompok lain yang ditulis di depan. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pertemuan selanjutnya. Doa bersama dan salam tidak dilakukan untuk mengakhiri kegiatan. c. Bimbingan Belajar SSC Pengamatan pertama di lakukan di kelas VII SMP, pembelajaran dimulai dengan mengabsen siswa, lalu membagikan lembar soal. Siswa kemudian mengerjakan soal yang diberikan guru, dalam waktu 50 menit sebelum dilakukan pembahasan. Suasana kelas menyenangkan ketika pembahasan soal berlangsung. Siswa saling berinteraksi, mereka aktif bersaut-sautan menjawab pertanyaan guru meskipun pembahasan soal hanya dilakukan oleh guru dengan menuliskan di whiteboard. Siswa yang tidak mengerti langkah penyelesaian soal langsung bertanya dan guru menjelaskan. Dalam menjelaskan kembalipun guru memikirkan waktu dan kondisi siswa dikelas. Bisa saja siswa yang sudah mengerti jelas langkah penyelesaian akan merasa bosan dan jenuh jika harus diulang kembali. Kegiatan akhir, guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar siswa dan evaluasi dari apa yang dipelajari hari ini. Pembelajarn ditutup dengan doa bersama. Pengamatan kedua, dilakukan di kelas VIII SMP, pembelajaran diawali dengan salam kemudian guru menanyakan soal yang sudah dibahas pertemuan sebelumnya. Kegiatan Inti, guru menambahkan 4 soal untuk dikerjakan. Semua materi sudah habis diberikan, jadi pertemuan diisi dengan latihan soal. Guru menanyakan kesulitan siswa mengerjakan soal kemudian menuntun dengan memberikan kisi-kisi langkah penyelesainnya. Guru berkeliling ke bangku siswa untuk meneliti pekerjaan mereka. Siswa diberi kesempatan untuk maju menuliskan jawabanya di whiteboard jika sudah selesai. Guru memberikan penekanan rumus setelah melakukan pembahasan soal. Kegiatan akhir, guru memberikan 2 soal untuk dikerjakan dirumah dan menunjuk 2 siswa untuk mengerjakan ke depan pada pertemuan berikutnya. Guru tidak memberikan evaluasi diakhir pelajaran, tapi dari penjelasan setiap soal guru sudah memberikan penguatan. Pengamatan ketiga, dilakukan di kelas IV, pembelajaran diawali doa kemudian guru membagikan lembar soal berisi 30 nomer untuk dikerjakan siswa. Materi sudah selesai dibahas semua, jadi pertemuan diisi latihan soal. Kegiatan inti, Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. Guru menanyakan kesulitan yang dialami siswa dengan menghampiri siswa. Ada siswa lain yang menunjukkan jari, bertanya mengenai soal yang dianggap sulit. Siswa kemudian disuruh maju membawa kertas soal kemeja guru, untuk dijelaskan. Penjelasan soal dari pertanyaan siswa tidak dilakukan secara terbuka, jadi siswa lain tidak tahu apa yang ditanyakan siswa tersebut. Setelah soal selesai dikerjakan guru 11
menyuruh siswa menukarkan lembar jawaban dengan teman sebelahnya untuk dikoreksi. Guru membagi 30 soal dengan jumlah siswa, jadi setiap siswa mendapat 5 soal untuk dipertanggungjawabkannya. Caranya dengan siswa membaca soal dan menjelaskan langkah penyelesaian secara singkat. Siswa menghitung jumlah kesalahan lembar jawaban siswa lainnya yang diteliti. Lembar jawaban lalu diserahkan kepada guru untuk dinilai. Lembar jawaban kembali diberikan siswa, untuh dipelajari dirumah. Kegiatan akhir, guru memberikan hukuman bagi siswa yang nilainya terendah yaitu menghapus whiteboard. Guru memberitahukan bahan latihan soal pada pertemuan selanjutnya yaitu materi bilangan romawi. Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam. 2. Hasil wawancara a. Guru dan siswa di PRIMAGAMA Guru dalam pelaksanaan pembelajaran hanya menjelaskan pokok-pokok penting materi secara singkat. Pembelajaran berpusat pada guru, karena waktu pembelajaran terbatas. Guru tidak menyediakan alat peraga dan menggunakan media pembelajaran elektonik. Whiteboard yang sering digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar. Diskusi, kerja kelompok, praktik membuat dan menghasilkan sesuatu tidak pernah dilakukan. Tanya jawab pun jarang dilakukan. Demonstrasi dilakukan jika kebetulan ada benda yang bentuknya menyerupai materi yang sedang diajarakan. Soal diberikan setelah materi selesai diberikan. Pertemuan lebih sering dilakukan dengan mengerjakan latihanlatihan soal. Jawaban soal dicocokkan bersama dengan lisan. Soal yang sulit dan tidak dapat diselesaikan oleh siswa, dibahas oleh guru. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk maju menuliskan jawabannya. Kesimpulan dari materi yang dipelajari terkadang diberikan jika ingat. Terdapat perbedaan mengajar ketika siswa akan menghadapi ujian/tes. Pertemuan lebih banyak diisi dengan latihan soal jika siswa akan menghadapi ujian/tes. Kegiatan akhir jarang memberikan kesimpulan dan ringkasan dari garis besar materi yang sudah dipelajari. Sebagai penutup kegiatan pembelajaran dilakukan doa bersama. b. Guru dan siswa di IPIEMS Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pembelajaran diawali bertanya pada siswa sejauh mana materi yang diajarkan di sekolah. Materi yang berbeda-beda tersebut digabungkan dengan materi yang diajarkan di bimbel. Apersepsi diberikan diawal pelajaran, dan menyakakan kesulitan materi sebelumnya. Guru memberikan game-game untuk membangkitkan semangat belajar siswa. Game diberikan secara kelompok dan individu. Guru juga menanyakan pekerjaan rumah, jika ada dibahas bersama-sama. Kegiatan inti, materi diberikan dengan ceramah dan tanya jawab dengan siswa, Guru tidak memberikan kesempatan siswa berdiskusi dengan temannya karena waktu habis, diskusi dilakukan secara personal antara siswa dan guru. Dalam mengerjakan soal, guru berkeliling menghampiri siswa satu persatu mengecek dan menanyakan kesulitan mereka. Jika ada siswa yang belum mengerti mereka bertanya. Jika waktu tidak memungkinkan dijelaskan diakhir pertemuan karena dapat mengganggu siswa lain. Pada materi tertentu guru mengelompokan siswa untuk membuat sesuatu. Siswa bekerja dengan teman sekelompoknya. Cara melaporakan hasil pekerjannya dengan menjawab pertanyaan yang dilempar oleh guru dan dilakukan pembahasan bersama yang kemudian diambil kesimpulan. Pembahasan soal dilakukan dengan menyuruh siswa maju kedepan kelas menulisakan jawabannya dan menjelasakan bagaimana cara memperolehnya. Terdapat perbedaan mengajar ketika siswa akan 12
menghadapi ujian/tes. Pertemuan lebih banyak diisi dengan latihan soal jika siswa akan menghadapi ujian/tes. Evaluasi diberikan diakhir pertemuan untuk mengetahui kemampuan siswa sejauh mana. c. Guru dan siswa di SSC Berdasarkan wawancara yang dilakukan, awal pembelajaran dimulai pemberian salam terlebih dahulu. Motivasi dan apersepsi jarang diberikan kepada siswa. Materi yang diberikan dengan cara lisan dan mencatatkan di whiteboard hal-hal yang pokok. Siswa kemudian menyalin catatan tersebut. Lamanya pemberian materi tergantung dari kesulitan materi dan daya tangkap siswa. Diskusi dilakukan guru jika materi yang diberikan mudah. alat peraga maupun media pembelajaran tidak digunakan. Guru biasanya mencontohkan benda konkret yang ada disekitar siswa dan menggambarkan di whiteboard, agar pemahaman siswa tidak abstrak. Guru mengalokasikan waktu dengan baik antara pemberian materi dan latihan soal. Pekerjaan rumah diberikan jika ada soal yang belum selesai dikerjakan dan jika ingin. Terdapat perbedaan mengajar ketika siswa akan menghadapi ujian/tes. Pertemuan lebih banyak diisi dengan latihan soal jika siswa akan menghadapi ujian/tes. Evaluasi dilakukan dengan menarik kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. 3. Pembahasan Hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Kegiatan Pembelajaran di Bimbel Tempat Bimbel
PRIMAGAM A
IPIEMS
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Akhir
Guru memberikan salam dan berdoa bersama. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran. Motivasi diberikan berupa pengalaman guru. Apersepsi jarang diberikan. Guru menanyakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan salam dan berdoa bersama. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran. Guru memberikan apersepsi. Motivasi diberikan berupa permainan dan cerita.
Guru memberikan soal. Pembahasan soal dilakukan oleh guru. Siswa hanya duduk memperhatikan dan mencatat. Peran siswa tidak aktif. Alat peraga tidak digunakan. Media pembelajaran hanya menggunakan whiteboard. Pertemuan diisi dengan memperbanyak latihan soal jika siswa akan menghadapi ujian/tes.
Guru memberikan pekerjaan rumah. Rangkuman dan kesimpulan diberikan guru jika ingat.
Guru memberikan materi. Tanya jawab dilakukan guru dengan siswa untuk mengasah kemampuan. Siswa dikelompokkan untuk kegiatan.. Pembahasan soal dilakukan oleh siswa dengan maju menuliskan jawabannya di whiteboard jika waktu mencukupi. Jiak waktu terbatas, guru yang melakukan pembahasan soal. Pada materi tertentu, alat peraga digunakan. Media pembelajaran
Guru memberikan reward bagi siswa yang aktif dan yang menjawab pertanyaan dengan benar. Guru memberikan rangkuman dan kesimpulan.
13
SSC
Guru memberi salam dan berdoa bersama. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran. Guru memberikan motivasi dan apersepsi jarang diberikan.
menggunakan whiteboarddan LCD. Pertemuan diisi dengan memperbanyak latihan soal jika siswa akan menghadapi ujian/tes. Guru memberikan materi, dilanjutkan pemberian contoh soal kemudian latihan soal. Pembahasan soal dilakukan oleh siswa dengan maju menuliskan jawabannya di whiteboard jika waktu mencukupi. Jika waktu terbatas, guru yang melakukan pembahasan soal.. Pembelajaran tidak menggunakan alat peraga. Media pembelajarn menggunakan whiteboard. Pertemuan diisi dengan memperbanyak latihn soal jika siswa akan menghadapi ujian/tes.
Guru memberikan pekerjaan rumah. Rangkuman dan kesimpulan kadang diberikan guru jika ingat.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti dapat menentukan metode yang digunakan pada bimbel tersebut dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung di bimbel menyesuaikan kondisi di sekolah. Setiap bimbel mempunyai kalender akademik sendiri dimana kalender tersebut mengatur jadwal pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran ketika siswa masuk ajaran baru berbeda dengan ketika siswa akan menghadapi ujian/tes. Bimbingan belajar PRIMAGAMA menggunakan metode driil dan metode pemberian tugas. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan Guru menyakan tugas pada pertemuan sebelumnya. Tugas tersebut dibahas dikelas oleh guru dan siswa memperhatikan kemudian mencatat. Guru lalu memberikan soal-soal latihan untuk di kerjakan siswa. Selama latihan berlangsung, guru memantau secara langsung hasil pekerjaan siswa. Guru mengecek hasil pekerjaan tiap siswa, sehingga guru bisa mengetahui di bagian-bagian mana saja siswa mengalami kesulitan. Setelah guru mengetahui di mana letak kesulitan siswa, guru memberikan penjelasan kembali dan menambah kuantitas latihan soal-soal. Diakhir pembelajaran guru memberikan pekerjaan rumahuntuk memperdalam penguasaan terhadap materi. Bimbingan belajar IPIEMS menggunakan metode tanya jawab, kerja kelompok dan driil. Metode kerja kelompok digunakan pada materi tertentu yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengerjakan soal atau praktik membuat sesuatu. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, dan memberikan apersepsi. Jika waktu mencukupi dan materi sesuai, terkadang siswa dibagi ke dalam kelompok untuk bekerjasama dengan temannya. Peran guru berkeliling dan menjadi fasilitator. Kegiatan akhir yaitu siswa melaporkan hasil kerja kelompok dan guru membantu memberikan kesimpulan. Pembelajaran IPIEMS juga sesuai dengan metode tanya jawab. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pelajaran. Memberi penguatan pada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Siswa yang tidak dapat menjawab, pertanyaan dialihkan ke siswa lain. Jika tidak ada siswa yang menjawab, guru yang menjawab dan memberikan penjelasan. Setiap pokok bahasan yang selesai dipertanyakan, guru meminta siswa untuk membuat kesimpulannya. Kegiatan 14
akhir, meminta siswa merangkum isi pelajaran yang dilaksanakan melalui tanya jawab. Metode driil digunakan jika materi sudah selesai dipelajari dan ketika siswa akan menghadapi ujian/tes. Pertemuan diperbanyak dengan mengerjakan latihan soal. Kegitan akhir yaitu siswa harus mengumpulkan hasil latihan-latihan soal yang telah dikerjakan, sehingga guru dapat mengecek pada bagian mana saja siswa mengalami kesulitan dan guru bisa membahasnya kembali pada pertemuan selanjutnya. Bimbingan belajar SSC menggunakan metode driil dan pemberian tugas. Langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan guru menanyakan tugas pada pertemuan sebelumnya. Tugas tersebut dibahas bersama dan siswa memperhatikan kemudian mencatat. Guru lalu memberikan soal-soal latihan untuk di kerjakan siswa. Latihan diberikan langsung, dimulai dari yang sederhana kemudian ke taraf yang lebih kompleks. Selama latihan berlangsung, guru memantau secara langsung hasil pekerjaan siswa. Guru mengecek hasil pekerjaan tiap siswa, sehingga guru bisa mengetahui di bagian-bagian mana saja siswa mengalami kesulitan. Setelah guru mengetahui di mana letak kesulitan siswa, guru memberikan penjelasan kembali tentang materi yang dianggap sulit oleh siswa serta menambah kuantitas latihan soal-soal. Diakhir pembelajaran guru memberikan pekerjaan rumahuntuk memperdalam atau menambah penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.
E.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan. Setiap bimbel mempunyai kalender akademik dimana pembelajaran yang berlangsung disesuaikan dengan kondisi, situasi dan waktu di sekolah. Ini sangat mempengaruhi dimana guru akan menggunakan metode. Metode yang digunakan ketika siswa baru memasuki ajaran baru berbeda dengan pembelajaran ketika menghadapi ujian. Pembelajaran yang dilaksanakan di PRIMAGAMA menggunakan metode driil dan pemberian tugas, partisipasi guru lebih dominan karena mempertimbangkan waktu akan terbuang sia-sia. Pekerjaan rumah diberikan sebagai pelengkap untuk memperdalam penguasaan materi yang telah dimiliki siswa. Bimbingan belajar IPIEMS menerapkan metode tanya jawab, metode kerja kelompok dan metode driil, peran siswa sangat aktif karena guru mengembangkan ide dan memacu pemikiran kritis siswa. Bimbingan belajar SSC menggunakan metode driil dan pemberian tugas dalam pelaksanaan pembelajaran. Berbeda dengan PRIMAGAMA, di SSC siswa lebih aktif karena tidak hanya duduk memperhatikan dan mencatat saja. Bimbingan belajar PRIMAGAMA, IPIEMS dan SSC mempunyai kesamaan yaitu sama-sama menggunakan metode driil dalam pelaksanaan pembelajaran.
Daftar Pustaka Afriani, Silvia. 2011. Perbedaan Prestasi Belajar Matematika yang Diajardengan Metode Ekspositori dan Discovery (Penemuan Terbimbing) pada Materi Trigonometri Kelas X di SMA Laboratorium Kristen Satya Wacana Salatiga. Tesis. Salatiga : Universitas Kristen satya Wacana. Djamarah, Syaiful Bahri & Zai, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Indonesia. 2005. UUD 45 Setelah Perubahan dan UU RI tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan Dilengkapi Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Semarang : Duta Nusindo. Mardhiyah, Laila. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas V pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di SDN Purworejo Kec. Suruh Kab. 15
Semarang Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan : teoritis dan Praktis. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pusat Bahasa (Indonesia). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Roijakkers, Ad. 1991. Mengajar dengan Sukses:Petunjuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta : Grasindo. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media. Santosa, Totok. 1986. Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah. Salatiga : PPB-FKIP Satya Wacana. Sudirman. 2011. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Tentang Operasi Penguranagn Bilangan Bulat Menggunakan Metode Demonstrasi Tutor Sebaya (Siswa Kelas IV SDN 2 Cikawung, Pekuncen Banyumas Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Mata Padi Presindo. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah : konsep,prinsip dan instrumen. 2006. Bandung : Refika Aditama. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta : Prestasi Pustaka. Yamin, Martinis. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Gaung Persada Pers. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=strategi+pembelajaran&source=web&cd=2&ved=0CCUQFj AB&url=http%3A%2F%2Fwww.teknologipendidikan.net%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2009%2F10%2F14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-danPemilihannya.pdf&ei=6fWET4XhG6fImQXJk6TkBw&usg=AFQjCNGqMOzwoKSXX0GntGFCDDlT_ _gN6g&cad=rja. 2 Mei 2012 http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-danmodel-pembelajaran. Diunduh 2 Mei 2012
16