Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren AlKhoir Buntet Cirebon Oleh: Muhsin Riyadi, MA Abstrak
،كأن الفكرة هلذا التعليم خيذف علم النحو وعلم الصرف الصعبة يف تعلم اللغة العربية ويتم التعلم.مع أن فيه بدون شعور الطالب هم يتعلمون علم النحو وعلم الصرف مع الرتكيز على املهارات اللغوية أن هناك أربعة من املهارات وهي مهارة االستماع وبناء.ومهارة الكالم ومهارة القراءة ومهارة الكتابة وكذلك املفردات لدعم التعلم حىت يتمكن الطالب ال،الفكرة هلذا التعليم على أن تعلم اللغة العربية هو سهلة هلم يف بعض، ونتيجة لذلك.يعتربون اللغة العربية ابعتبارها اخلوف اليت تنبغي جتنبها حىت يتمكنون اللغة،األشهر ليست هلم صعوبة يف القدرة على اكتساب اللغة العربية .العربية منوا سريعا تزيد اهلدف يف مستواهم Kata Kunci: Pembelajaran Bahasa Arab, Metode, Super Intensif, Pesantren Buntet. A. Latar Belakang Bahasa Arab bisa dikatakan mempunyai pengaruh sangat besar dalam bahasa Indonesia. Banyak sekali kata-kata yang merupakan serapan dari bahasa Arab yang tersebar di berbagai bidang, mulai dari bidang agama seperti sholat, wudlu, haji dan lain sebagainya, bidang hukum seperti hakim, hukum, kitab, dan sebagainya, bidang pendidikan seperti simak, ilmu, ustadz, dan sebagainya, dan bidang-bidang lain. Uniknya meskipun bahasa Indonesia banyak sekali menyerap kosakata dari bahasa Arab,
87
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
namun tidak serta-merta membuat pembelajaran bahasa Arab menjadi mudah di Indonesia. Beberapa faktor disinyalir menjadi penyebab ketidak berhasilan dalam pembelajaran ini, diantarnya adalah strategi pembelajaran yang kurang tepat, kurang, produktif, kurang aktif dan kurang menyenangkan. Model pembelajaran selama ini berlangsung linear, menjemukan, peserta didik merasa terbebani untuk menghafalkan teks sehingga mahasiswa atau pelajar menjadi apriori dan antipati untuk mengikuti pembelajaran yang dimaksud. Fakta dilapangan khususnya di pesantren tradisional biasanya pengajaran bahasa Arab dimulai dengan pengajaran kitab-kitab Nahwu dan Sharf, lalu kemudian baru dikenalkan bahasa Arab terutama yang mengarah pada pembelajaran kitab kuning. Maka tidak heran bila banyak para santri yang hafal betul kitab Ajrumiyah, Alfiyah, Imrity dan sebagainya namun tidak dibarengi dengan kemampuan bahasa Arab yang baik. Bahkan dalam beberapa kasus bahwa progresi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran kitab ini kurang jelas, dimana peserta didik diajarkan Nahwu higga selesai tapi tidak dibatasi waktu yang tegas sehingga banyak yang memerlukan waktu lama dalam menyelsaikannya, dengan kata lain target waktu sistem ini kurang jelas dan tidak terukur. Acuan pembelajaran ini adalah selesainya pembelajaran kitab, bukan kurikulum atau standar kompetensi yang ingin dicapai. Hasilnya pembelajaran memerlukan waktu yang lama. Sementara ini pembelajaran sistem cepat dalam bahasa Arab bisa dikatakan belumlah ada. Pengajaran bahasa sistem cepat sementara ini didominasi oleh pengajaran bahasa Inggris dengan berbagai strategi pembelajaran yang memang lebih cepat, tepat, dan hasil yang signifikan dalam mencapai target. Banyak sudah lembaga bahasa seperti LIA, EF, kursus cepat bahasa Inggris di Pare Kediri, dan lainya yang menawakan
88
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
terciptanya penguasaan bahasa Inggris dalam beberapa bulan. Bahkan ada yang lebih spektakuler seperti yang dilakukan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon beberapa waktu lalu dengan mengundang beberapa trainer seperti Bp. Agus dan Bp. Al-Katiri yang menawarkan penguasaan bahasa Inggris dalam beberapa hari saja. H.M. Muhbib A. Syakur mencoba menciptakan pembelajaran bahasa Arab cepat dengan dipandu sebuah buku karangan beliau dengan judul “Cara Cepat Bisa Baca Kitab”. Beliau menamakan metode ini dengan sebutan Metode 33 karena memang merangkum kitab Nahwu dan Sharaf ke dalam 33 bab dengan mengajarkannya dalam 33 pasal disertai dengan praktikum yang sanggup diselesaikan dalam beberapa minggu saja. Sasaran utama dalam program ini adalah dalam waktu yang singkat sesuai yang diprogramkan peserta didik akan mampu membaca kitab kuning dengan lancar dan mampu menerjemahkan, sementara sasaran tambahan tentu penguasaan bahasa Arab dengan penguasaan kaidah yang tepat dan cepat. Ahmad Abu Nashor LC, Pengasuh Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon mencoba membuat terobosan baru dalam sistem pembelajaran bahasa Arab ini. Beliau menamakan sistem ini dengan sebutan “Pembelajaran Bahasa Arab Super Intensif”. Pembelajaran ini pada awalnya ditujukan untuk mengentasakan ketidaktuntasan beberapa santri dalam menguasai bahasa Arab sesuai target yang ditetapkan, dan belakangan ternyata berkembang menjadi program penguasaan bahasa Arab secara cepat. Strategi pembelajaran ini berbeda dengan pesantren tradisional pada umunya dimana para santri diajarkan kitab-kitab Nahwu dan Sharf sebelum belajar bahasa Arab, sementara di pesantren Al-Khoir ini justru santri diajarkan kosa kata dahulu, dairangkai dalam kalimat kemudian secara tidak sadar santri diajari Nahwu dan Sharaf, baru belakangan santri diajarkan kitab-kitab Nahwu dan Sharf.
89
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
Konsep pembelajaran ini seakan-akan menghilangkan Nahwu dan Sharaf untuk menghilangkan kesan sulit mempelajari bahasa Arab, padahal didalam pembelajaran ini secara ridak sadar santri diajarkan Nahwu dan Sharf. Pembelajaran dilakukan dengan menekankan pada keterampilan berbahasa (maharat al-Lughah) yakni ada empat kompetensi, yaitu keterampilan menyimak,(maharah al istima`) ketrampilan berbicra (maharah al kalam) ketrampilan membaca (maharah al qiraah), dan ketrampilan menulis (maharah alkitabah) serta dibekali penguasaan kosakata atau mufrodat untuk mendukung pembelajaran. Paradigma yang dibangun adalah belajar bahasa Arab itu mudah, sehingga santri tidak menganggap bahasa Arab itu sebagai momok yang menakutkan yang harus dihindari. Hasilnya, hanya dalam beberapa bulan, tidak ada lagi kendala terhadap target penguasaan bahasa Arab, bahkan penguasaan santri terhadap bahasa Arab berkembang pesat sehingga melebihi terget yang dicapai pada levelnya. Menariknya sistem ini adalah bila dikembangakan secara luas dengan terus dianalisa kurang lebihnya untuk dikembangkan, bukan tidak mungkin sistem ini akan bisa diterpakan di semua level pendidikan. Sistem ini bisa mengentaskan permasalah pengajaran bahasa Arab yang selam ini terjadi. Sebagai tolak ukur dalam meneliti yang nantinya bahwa pembelajaran ini dikatakan sukses atau tidak atau sama saja dengan model yang lain maka peneliti akan membandingkan dengan model pembelajaran bahasa Arab yang sudah mapan. Peneliti mengambil contoh pembelajaran bahasa Arab di LIPA Jakarta untuk dijadikan pembanding. B. Rumusan Masalah Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran bahasa Arab di Pesantren Al-Khoir Buntet dengan menggunakan metode “Super Intensif”
90
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
serta implikasinya terhadap Peningkatan Penguasaan Bahasa Arab pada para santri. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Seperti apa strategi pembelajaran bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet?
2.
Bagaimana proses pembelajaran Super Intensif di Pesantren Al-Khoir Buntet untuk meningkatakan mutu pembelajaran bahasa Arab?
3.
Seperti apa hasilnya jika sistem pembelajaran bahasa Arab “Super Intensif” ini dibandingkan dengan dengan sistem Pembelajaran bahasa Arab LIPIA yang sudah mapan?
4.
Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan strategi Super Intensif ini?
C. Pembatasan Masalah Pembelajaran bahasa Arab Super Intensif ini diterapkan dalam rangka memberikan bekal bagi para santri yang sedang belajar di Madrasah Tsanawiyah Buntet yang materinya banyak diberikan dalam bahasa Arab dan mengentaskan kendala penguasaan bahasa Arab yang selama ini masih ada di pesantren ini. Oleh karenanya penelitian ini dibatasi pada pembelajaran “Super Intensif” bagi santri Pesanten Al-Khoir Tingkat MTs yang sedang mengikuti pembekalan ini. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan
strategi Pembelajaran
Super Intensif dan
Implikasinya terhadap peningkatan mutu pembelajaran bahasa Arab pada santri Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon.
91
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
2. Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran Super Intensif di Pesantren Al-Khoir Buntet untuk meningkatakan mutu pembelajaran bahasa Arab. 3. Untuk mengukur tingkat keberhasilan sistem pembelajaran “Super Intensif” inibila dibandingkan dengan sistem pebelajaran bahasa Arab di LIPIA yang sudah mapan. 4. Untuk mendiskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan strategi Super Intensif ini. E. Signifikansi Penelitian Pembelajaran bahasa Arab Super Intensif ini relatif baru dan memang perlu banyak analisa untuk dilakukan pengembangan. Kebiasaan pengajaran bahasa Arab di pondok pesantren pada umumnya dengan menggunakan strategi tradisional yakni dengan mengandalakan kitab– kitab Nahwu dan Sharf pada awalnya dan baru melakukan pembelajaran bahasa Arab, kini dengan model ini justru sebaliknya, Nahwu dan Sharaf diajarkan belakangan setalah meguasai banyak kosakata. Dalam perombakan metode dan pembaharuan paradigma pembelajaran bahasa Arab lama ke yang baru ini tentu menemui banyak kendala. Dengan dilakukan penelitian ini maka hasilnya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Arab pada santri Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon khususnya dengan menggunakan metode Super Intensif ini. Dari hasil survey ke lapangan dijumpai brapa santri yang menuturkan bahwa ketika awalnya belajar Nahwu dan Sharaf dirasa sulit dan sunguh sebagai momok dalam pembelajaran, dengan model Super Intensif ini pembelajaran Nahwu dan Sharf terasa begitu mudah. Disela-sela pembelajaran secara tidak sadar santri diajarkan Nahwu dan Sharf, sehingga ketika dihadapkan pada kitab-kitab Nahwu semacam Ajrumiyah dan Alfiyah, para santri merasa mudah untuk menguasainya. Dengan
92
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
dianalisa secara cermat dan mendalam dalam sebuah penelitian, diharapkan strategi ini bisa lebih efektif dan efisien serta cepat berkembang dan bisa digunakan di segala level pendidikan. F. Kajian Terdahulu Beberapa kajian tentang metode praktis pengajaran bahasa asing di Indonesia memang didominasi oleh pengajaran bahasa Inggris. Namun belakangan telah ada beberapa kajian terhadap sistem pembelajaran praktis terhadap bahasa Arab ini, diantaranya adalah : 1. H.M. Muhbib A. Syakur yang menciptakan pembelajaran bahasa Arab cepat dengan dipandu sebuah buku karangan beliau dengan judul “Cara Cepat Bisa Baca Kitab”. Beliau menamakan metode ini dengan sebutan Metode 33 karena memang merangkum kitab Nahwu dan Sharaf ke dalam 33 bab dengan mengajarkannya dalam 33 pasal disertai dengan praktikum yang sanggup diselesaikan dalam beberapa minggu saja. Sasaran utama dalam program ini adalah dalam waktu yang singkat sesuai yang diprogramkan peserta didik akan mampu membaca kitab kuning dengan lancar dan mampu menerjemahkan, sementara sasaran tambahan tentu penguasaan bahasa Arab dengan penguasaan kaidah yang tepat dan cepat. 2. Dra. Hj. Rodliyah Zaenuddin, M.Ag. dengan judul “Pembelajaran Nahwu /Sharaf dan Implikasinya terhadap Membaca dan Memahami Teks-teks Arab Kontemporer pada Santri Pesantern Majelis Tarbiyah al-Mubtadiin (MTM) Desa Kempek Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon”. Dalam kajian ini banyak dsorot tentang hasil pembelajaran di pesanteren yang dimaksud sehubungan dengan kemampuan anak didiknya yang telah mendapatkan pengajaran bahasa Arab dalam memahami teks-teks Arab kontemporer seperti membaca majalah, koran, buku ilmiah dan sebagainya.
93
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
Dua kajian di atas mempunyai sasaran yang berbeda, dimana kajian pertama merupakan cara singkat belajar bahasa Arab namun berbasis Kitab Kuning, sementara yang ke dua adalah pembelajaran bahasa Arab pesantren namun ditinjau dai kemampuann santrinya dalam membaca teks Arab kontemporer. G. Kajian Teori 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab Pembelajaran bahasa Arab dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru sebagai fasilitator
dengan
mengorganisasikan
berbagai
unsur
untuk
memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran bahasa Arab hendaknya mengacu pada upaya membina dan mengembangkan keempat segi kemampuan bahasa, yaitu: kemampuan menyimak (istima'), berbicara (takallum), membaca (qiro'ah), dan menulis (kitabah), agar mampu memahami bahasa, baik melalui pendengaran maupun tulisan (reseptif), dan mampu mengutarakan pikiran dan perasaan baik secara tuli san ataupun lesan. Kamal
Ibrahim
Badawi
mengemukakan
bahwa
dalam
pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa Asing ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para guru. Menurutnya, paling tidak ada lima prinsip penting dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu: 1. Aulawiyyāt at-Taqdīm 2. ad-Diqqah 3. at-Tadarruj 4. Unsur at-Tasywīq
94
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
5. al-dalalah wa al-Matanah.1 2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Tujuan pembelajaran bahasa Arab bagi orang 'Ajam adalah seperti yang diungkapkan Rusydi Ahmad Thoimah sebagai berikut:2 1. Agar para siswa mampu mempraktekkan (menggunakan) bahasa Arab, seperti orang Arab, minimal mendekati atau mirip dengan cara orang Arab berbahasa Arab. Berkaitan dengan beberapa komponen keterampilan bahasa dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami bahasa Arab ketika mendengarnya. b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk melafalkan bahasa Arab dengan benar makhraj dan intonasinya. c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk membaca buku berbahasa Arab secara benar, lancar dan mengerti isi bahan bacaan. d. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis Arab dengan benar, jelas, dan baik. 2. Agar para siswa mengenal karakteristik dan kelebihan-kelebihan bahasa Arab dari bahasa-bahasa lain baik dari segi pelafalan, kosakata, pola kalimat, dan konsep-konsepnya. 3. Agar para siswa mengenal kebudayaan Arab dan kebudayaan Islam.
1
Kamal Ibrahim Badawi, 1407, Usūs Ta‘līm al-Lugah al-’Ajnabiyyah dalam Mużākarāt adDaurāt at-Tarbawiyyah, hal. 3 2 Rusydi Ahmad Thoimah. 1985. Dalil 'Amal fi I'dad al-Mawad al-Ta'limiyah li Barnamaj Ta'lim al-Lughah al-Arabiyah, Jami'ah Umm al-Qurra' Ma'had al-Lughah al-Arabiyah. Hal. 29
95
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
Untuk mencapai tujuan di atas, maka materi atau ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab harus mencakup unsur-unsur bahasa dan keterampilan bahasa secara proporsional.3 3. Program Pembelajaran Bahasa Arab Muhammad Ali al-Khuli4 menyebutkan bahwa ada dua jenis program pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa Asing, yaitu: a) Program Pembelajaran Bahasa Arab Reguler Yang dimaksud dengan program pembelajaran bahasa Arab regular adalah pembelajaran bahasa Arab seperti yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di bawah naungan Departemen Agama, dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tingi, dimana bahasa Arab diposisikan sebagai salah satu mata pelajaran atau mata kuliah yang harus dipelajari oleh siswa atau mahasiswa bersamaan dengan mata pelajaran lain.
5
Di antara ciri pembelajaran bahasa Arab jenis ini
adalah6 pelajaran bahasa Arab diberikan dalam rentang waktu yang lama. Contoh di tingkat Tsanawiyah diberikan selama tiga tahun pelajaran, begitu juga pada tingkat Aliyah. Sedangkan pada tingkat perguruan tinggi cukup bervariasi sesuai dengan kebijakan prguruan tinggi masing-masing. Ada yang disajikan dalam 2 semester, ada yang 3 semester, dan ada yang 4 semester. Out put yang diperoleh dari program pembelajaran bahasa Arab regular terkadang tidak maksimal dan kurang memuaskan. Dalam arti bahwa hasil proses belajar mengajar dengan pendekatan ini sering kali memberikan hasil
3
Yang termasuk unsur bahasa adalah : qawaid al-lughah, mufradat, pelafalan, dan ejaan (ashwat) , sedangkan keterampilan bahasa meliputi : istima' kalam, kitabah dan qira'ah) 4 Muhammad Ali al-Khuli,1986. Asalib Tadris al-Lughah al-Arabiyah, Riyadh, al-Mamlakah al-Arabiyah al-Su'udiyah, hal 30 5 A. Syatori, Ibid.hal/ 26-27 6 Al-Khuli, Ibid, hal. 31. lihat juga Hidayat, Ibid.
96
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
yang setengah-setengah. Akibatnya setelah mereka keluar dari jalur pendidikan yang mereka tempuh, kemampuan kebahasaan mereka tidak bias diandalkan. Kenyataan ini bisa kita lihat secara faktual di MTs, MAN, dan bahkan di Perguruan Tinggi Agama Islam. b) Program Pembelajaran Bahasa Arab Intensif Pembelajaran bahasa Arab intensif dapat diartikan sebagai proses pembelajaran bahasa Arab secara sungguh-sunguh dengan frekuensi tatap muka yang tinggi pada jenjang waktu tertentu (antara 1 minggu sampai 2 tahun), tanpa dibebani oleh mata pelajaran lain.7 Karakteristik program pembelajaran bahasa Arab intensif, sebagaimana dijelaskan al-Khuli adalah sebagai berikut:8 1. Waktu belajar Waktu belajar yang disediakan oleh program pembelajaran bahasa Arab intensif lebih banyak program reguler. Biasanya mencapai 6 jam per hari x 6 hari = 36 jam per minggu. Sedangkan pada program reguler waktu yang tersedia sekitar 1 sampai 2 jam per minggu. Maka satu tahun dalam program pembelajaran bahasa Arab intensif
sebanding dengan 15 tahun
pada program
pembelajaran bahasa Arab reguler. 2. Tujuan belajar Program regular diselenggarakan untuk mencapai berbagai keterampilan bahasa (istima', kalam, qir'ah, dan kitabah), walaupun ada kalanya memberi penekanan pada satu keterampilan bahasa
tertentu.
Sedangkan
program
intensif
biasanya
diselenggarakan untuk mencapai satu keterampilan bahasa saja pada jangka waktu tertentu (misalnya keterampilan berbicara saja, menulis saja dst.) tergantung pada alokasi waktu yang disediakan. 7 8
Al-Khuli, Ibid, hal 32 Al-Khuli, Ibid, hal. 32-33
97
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
3 Motivasi belajar Dalam program reguler motivasi belajar bahasa Arab umumnya rendah, bahkan sering dirasa pelajaran bahaa Arab itu sebagai suatu "paksaan". Sedangkan dalam program intensif jauh lebih tinggi, karena penguasaan bahasa Arab dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang mendesak. 4. Usia peserta didik Peserta didik pada program reguler adalah siswa yang berusia akademik antara 6-18 tahun sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Sedangkan peserta program intensif biasanya adalah orang dewasa meski terkadang ada juga anak-anak. 4. Media Pembelajaran Bahasa Arab Suharsimi Arikunto mengatakan “Sarana Pendidikan merupakan bagian dari proses belajar mengajar”.9 Dengan demikian pembinaan terhadap lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak didukung dengan alat atau fasilitas yang memadai. Dalam proses belajar mengajar bahasa Arab pada, ada beberapa jenis media yang dapat digunakan. Jenis tersebut antara lain: 1. Alat yang berupa Barang diantaranya a. Laboratorium Bahasa Arab (al-Ma’mal al-Lughawi) b. Computer Arab (Al-Kambiyutir Al-Arabiy) c. Perpustakaan Digital d. Parabola (al-Qamar al-Shina’iy/Shan al-istiqbal) e. Audio Visual Arab f. Audio Bahasa Arab g. Internet 9
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Teknologi dan Kejuruan, ()CV. Rajawali: Jakarta, 1989), hal. 81
98
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
h. Media Studi Islamika 2. Media yang berupa Manusia 5. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab Adapun jenis-jenis evaluasi dalam pembelajaran bahasa Arab berbeda dari sisi penyelenggara, mislnya apabila penyelenggaranya adalah lebaha resmi seperti sekolah dan kampus tentu berbeda dengan apabila penyelenggaranya adalah lembagapribadi seperti pesantren dan krusu. Beberapa model evaluasi baik tes seperti essay pilihan ganda,pidato dan sebagainya ataupun non tes seperti tugas menulis, diskusi, dan sebagainya. 6. Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Arab a. Pengertian Mutu Pembelajaran Bahasa Arab Mutu merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Pengertian mutu dalam bidang pendididkan mencakup input, proses dan output pendidikan. Input pendidikan yaitu segala sesuatu yang tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input sumber daya ini meliputi sumber daya manusia seperti guru, dosen, ustadz, kiyai, santri, mahasiswa, dan sebagainya, dan sumber daya selebihnya seperti peralatan, perlengkapan, financial,bahan dan sebagainya. Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi lembaga,
peraturan,
deskripsi
tugas,
rencana,program
dan
sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh lembaga. Dalam pelaksanaannya, proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input
99
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
lembaga (dosen, mahasiswa, silabi/kurikulum, biaya, fasilitas, dan sebagainya)
dilakukan
secara
harmonis.
Dengan
demikian
terciptalah situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning) sehingga mendorong motivasi dan minat belajar peserta didik. b. Prinsip-prinsip Mutu Pembelajaran Bahasa Arab 1) Fokus pada peserta didik 2) Perbaikan proses 3) Keterlibatan total 7. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Bahasa Arab a. Faktor Pendukung Tercapainya Mutu Pembelajaran Bahasa Arab Dalam menuju peningkatan mutu pendidikan, memang harus mendapat diseriusi, bahkan bila perlu dijadikan sebagai prioritas utama dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan tersebut, yaitu antara lain: 1) Faktor Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab : Tujuan pembelajaran bahasa Arab di pondok pesantren secara umum adalah santri bisa memahami kontek-kontek dalam kitab-kitab berbahasa Arab. Namun dewasa iniptujuan mulaibergeser bahwa santri harus mampu berbahasa Arab secara receptive dan ekspresif dengan target penguasaan antara 3000-4000 kosa kata dan idomatik yang disusun dalam berbagai tarkib dan pola kalimat yang diprogramkan layaknya di sekolah atau universitas, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi dan memahami teksteks berbahasa Arab baik klasik maupun kontemporer.
100
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
2) Peserta didik : Peserta didik yang sudah bermental tangguh tentu akan lebih mendukung proses pembelajaran. 3) Sarana dan Prasarana : Dalam rangka pembinaan terhadap lembaga pendidikan harus didukung dengan saran dan prasarana yang memadair.10 b. Faktor Penghambat Tercapainya Mutu Pembelajaran Bahasa Arab 1. Faktor Anak Didik : Kurangnya semangat dan modal peserta didik akan menjadi faktor penghabat dalam sebuah pembelajaran. 2. Faktor Pendidik : Ketrampilan pendidik dalam memformulasikan strategi pendidikan sangat berpengaruh pada hasilpendidikan, dimana pendidik yang tidak kualifaid akan menghambat tujuan pembelajaran. 3. Faktor sarana atau fasilitas : Dengan sarana yang minim tentunya akan berpengaruh pada minimnya hasil yang dicapai atau waktu pencapaian lebih lama. H. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Dalam penelitian kualitataif ini data yang dikumpulkan bukan berupa angkaangka, akan tetapi berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari wawancara,catatan lapangan, Foto, dan dokumen pribadi. Metode ini digunakan untuk melakukan penelitian kaitannya dengan pembelajaran Super Intensif dan implikasinya terhadap peningkatan penguasaan bahasa Arab pada Santri Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon. Sebagai acuan tolak ukur keberhasilan sistem pembelajaran 10
Suharsimi Arikunto Organisasi dan Administrasi Teknologi dan Kejuruan, CV. Rajawali Jakarta:1989, hal. 81
101
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
“Super intensif” ini penulis mengambil data dari pesantren Al-Khoir untuk kemudian dikomparasikan dengan lembaga pengajaran bahasa Arab yang sudah mapan yakni LIPIA. 2. Sumber dan Teknik Pengumpoulan data Terdapat dua sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yatu: primer dan sekunder. Data primer didapat dari wawancara mendalam (deep interview), dan observasi. Sedang data sekunder didapat dari penelusuran terhadap data-data yang ada di lapangan, termasuk beberapa pemikiran atau tulisan dan catatan yang memiliki relevansi dan mendukung terhadap penelitian yang diangkat. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: A. Observasi Paretisipan Observasi, difokuskan pada situasi dan kondisi tempat penyelenggaraan program pengajaran bahasa Arab Super Intensif. Yakni dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dari observasi ini akan diperoleh informasi tentang kondisi real pragram Super Intensif ini, termasuk didalamnya faktor-faktor pendukung dan penghambat. B. Interview Interview dilakukan dengan mendalam terhadap para guru dan kalangan terkait yang mendukung penelitian, seperti pengelola pesantren dan para santri. C. Dokumentasi Studi Dokumentasi, berupa penelusuran dan penelaahan atas beberapa arsip atau catatan berupa buku-buku terkait, dokumentasi resmi, catatan kasus (case records), notulen rapat, hasil penelitian lain, buku harian, dan lainnya yang dianggap relevan.
102
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
3. Tekninik dan Analisa Data Terhadap data-data yang terkumpul, peneliti melakukan proses dan analisa data. Pada tahap proses pengumpulan data, dilakukan dengan cara: mengorganisir, menyusun kategori dan tipologi, dan mengedit
data-data
yang
terkumpul.
Sedangkan
analisa
data
menggunakan analisa “deskriptif kualitatif” terhadap data-data yang telah terkumpul I. Data Pembanding dari LIPIA Berdasarkan masukan dari Pak Anaas dari LIPI ketika proposal penelitian ini diajukan, bahwa dalam pembelajaran super Intensif ini akan terlihat ukuran keberhasilan atau tidaknya dengan jelas apabila dalam tulisan ini disertakan lembaga pembanding yang sudah mapan yakni LIPIA. Dengan demikian penulis menyertakan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) yang merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu tentang agama Islam yang berada dibawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa'ud Riyadh. Berlokasi di Jakarta Selatan didirikan pada tahun 1400 H/ 1980 M yang semua pengajarannya menggunakan bahasa Arab. 1. Strategi Pembelajaran Bahsa Arab di LIPIA Pembelajaran bahasa Arab di LIPIA dibagi ke dalam 3 Level yakni : 1. Level Persiapan Bahasa/I'dad Lughowi, terdiri dari empat level, lama pendidikan 2 tahun. 2. Level Takmily/pra Universitas, lama pendidikan dua semester. 3. Level Syari'ah: memberikan gelar Bachelor/Lc dalam bidang ilmu syar'iah. Masa belajar 4 (empat) tahun. Dalam satu kelas untuk kelas Syariah bisa terdiri dari sekitar 80 peserta didik, sementara kelas persiapan atau I;dad dan Takmily/pra
103
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
Universitas jumahnya berkisar 40 peserta didik. Cri khas dalam pembelajaran di sini adalah mengandalkan kuatnya hafalan yang diwajibkan terhadap peserta didik, baik dalam hafalan surat-surat dalam Al Quran mauun Hadits Nabi, serta sbelum pembelajaran dimulai peserta didik haru sudah menghafal mufrodat lebih dahulu. Dalam penelitian ini data yang paling disorot adalah data tentang strategi pembelajaran di level Persiapan Bahasa/I'dad Lughowi, karena di level ini para peserta didiknya adalah para pemula yang baru belajar bahasa Arab, dan ini diarasa cocok untuk dijadikan data pembanding bagi program pembelajaran bahasa Arab “Super Intensif” di pesantren Al-Khoir
Buntet
karena
juga
memang
menjadikan
target
pembelajarannya adalah untuk para pemula yang baru belajar bahasas Arab. Pada
level
Persiapan
Bahasa/I'dad
Lughowi
yang
membutuhkan waktu 2 tahun ini terbagi menjadi 4 tahap yang masingmasing terdiri dari 25 sesi sebagai berikut:11 1. Tahap pertama adalah terdiri dari 25 sesi, 23 sesi untuk muhadlarah, dan 2 sesi untuk Quran dan Hadits. Pada level ini para peserta didik di dril tentang pengolahan suara yang keluar dari mulut yakni mkharijulhuruf agar lidahnya terbiasa mengucapkan bahasa Arab. Pada tahap ini yang ditekankan adalah teori Muhakarh atau meniru, yakni dengan meniru dan melihat langsung bagaimana orang Arab asli mengucapkan pelafalan kata-demi kata dalam ahasa Arab. Selain itu peserta didik di ajarkan bagaimana mendengarkan kata demi kata dalam bahasa Arab yang biasa disebut istima’, kemudian diajarkan pula menulis dan membaca bahasa arab dengan metode Imla’. Kemudian di akhir sesi diadakan Tadribat atau latihan untuk 11
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ust Abd. Fatah Pengajar Bahasa Arab LIPIApada tanggal 11-11-2012
104
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
memperlancar perserta didik. Standar kompetensi yang diinginkan adalah peserta didik mampu mendengar mengidentifikasi sistem bunyi dalam bahasa arab untuk selanjutnya menirukan suara itu, tertama sekali sering diperhatikan masalah syafhiy atau pergerakan bibir untuk membunyikan seuara tertentu. Disamping sudah harus bisa mengaplikasikan imla’ atau dikte dalam bahasa Arab. 2. Tahap ke dua terdiri dari 25 sesi, 20 sesi untuk muhadlarah, dan 3 sesi Syariah 2 sesi untuk Quran dan Hadits. Pada level ini peserta didik diajarkan gramer atau tata bahasa dalam bahasa Arab yakni dengan Nahwu dan Sharaf, mulai membahas bacaan-bacaan dari cerita atau dari teks lain dalam bahasa Arab. Pada level ini standar kompetensi yang diinginkan adalah peserta didik mulai memahami Nahwu dan sharaf. 3. Tahap ke tiga terdiri dari 25 sesi, 17 sesi untuk mukhadlarah, dan 8 sesi untuk Syariah. Pada level ini peserta didik selain diajarkan nahwu dan sharaf lanjutan melanjutkan level 2, juga diajarkan balaghah, adab atau sastra. Standar kompetensi yang diinginkan peserta didik selain memahami nahwu dan sharaf juga mulai diperkenalkan balghah agar mengerti ushlub-ushlub dalam bahasa Arab. 4. Tahap ke empat terdiri dari 25 sesi, 17 sesi untuk mukhadlarah, dan 8 sesi untuk Syariah. Dalam sesi ini diperkaya lagi tentang ilmu balaghah lengkap mulai dari bayan, ma’ani dan badi’ sambil sesekali masih diulang terru masalah olah bibir dan makhorijul khuruf. Standar kompetensi yang diinginkan adalah peserta didik mampu menguapkan lafadz bahasa arab dengan mahroj yang baik, dengan ushlub dan gramer yang tepat.
105
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
2. Sarana-prasarana LIPIA yang sekarang berada di Jl. Buncit Raya No. 5A Ragunan Jakarta Selatan, yang sebelumnya berada di Salemba Raya dan Raden Saleh adalah tergolong mapan dari berbagai sisi, mulai dari sarana-prasarane berupa gedung bertingkat, menggunakan AC yang sanggup menampung ribuan mahasiswa, lab bahasa, perpusatakaan, dosen-dosen yang kualifaid yang didatangkan langsung dari Saudi Arabia, dan tentunya sokongan dana langsung dari kerajaan Arab Saudi. 3. Faktor Pendukung danPenghambat Faktor yang menjadi pendukung utama dalam pembelajaran bahasa Arab di LIPIA ini adalah tersedianya sarana prasarana yang lengkap, tersedianya pengajar yang kualifaid baik dari Arab langsung maupun sebagian kecil dari Indonesia, serta sudah dikelompokkannya peserta didik dalam kelas-kelas tertentu sesuai hasil tes masuk sehinga memudahkan proses pembelajaran karena tiap kelas mempunyai kemampuan yang sama. Faktor penghambat utaa dari sistem pendidikan ini adalah karana bahasa Arab memang merupakan bukan bahasa ibu bagi orang Indonesia wajar memerlukan waktu lama untuk fasih berbahasa Arab seperti umumnya orang Arab dengan mahroj dan lahjah yang sama atau minimal mendekati. 4. Tujuan: 1. Menyebarluaskan bahasa Arab 2. Mendidik tenaga pengajar yang ahli dalam bidang pengajaran bahasa Arab bagi non Arab, serta membekali mereka dengan ilmu pengetahuan Islam
106
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
3. Mengembangkan kurikulum bahasa Arab di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah di Indonesia. 4. Memberikan bantuan kepada perguruan tinggi dan sekolah-sekolah berupa, teks book, buku-buku dan alat bantu/peraga. 5. Menyiapkan tulisan-tulisan ilmiah tentang bahasa Arab praktis dalam pengajaran bahasa Arab. 6. Mengadakan penataran bagi para guru bahasa Arab. I. Data Pembelajaran “Super Intensif di Pesantren Al-Khoir 1. Kondisi Obyektif Pondok Pesantren Al-Khoir Buntet Pondok Pesanren Al-Khoi Buntet adalah salah satu pondok yang berada di lingkungan Buntet Cirebon. Sebuah fenomena yang sering terdengar bahwa selama ini ketika orang mendengar pesantren dari Buntet, yang tergambar adalah sebuah pesantren yang besar dengan jumlah santri yang banyak dan dipimpin oleh seorang kiyai. Namun ternyata setelah penulis meneliti diketahui bahwa Buntet adalah nama sebuah kampung yang di dalamnya banyak dijumpai pesantrenpesantren yang tumbuh subur, mulai dari pesantren kecil yang santrinya berjumlah tidak lebih dari seratus santri, hingga pesantren besar yang santrinya mencapai ribuan santri. Al-khoir adalah salah satu pesantren yang santrinya tidak melampaui seratus santri. Satu hal yang menarik dalam pesantren ini adalah bahwa meski pesantren ini merupakan pesantren tradisional namun cara mengajarkan bahasa Arabnya menggunakan metode gabungan antara tradisional dan moderen. Sebagai pesantren tradisional dalam pondok ini diajarkan materimateri agama berbasis kitab kuning. Pengembangan nilai modernitas dalam pengajaran bahasa Arab adalah bahwa biasanya dalam pondok pesantren tradisional para santri diajakan untuk mahir membaca kitab kuning dan secara otomatis pandai berbahasa Arab secara baca dsan tulis
107
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
atau kitabah dan qira'ah,
Muhsin R
dalam pesantren ini untuk mendukung
pembelajaran materi agama yang termaktub dalam kitab kuning para santri diajarkan bahasa Arab secara itensif yang bukan saja mementingkan baca dan tulis arab, tetapi juga mementingkan aspek berbicara atau kalam dan mendengar atau istima'. Pembelajaran bahasa Arab yang belakangan disebut dengan istilah "Super Intensif" ini praktis baru berjalan selama satu tahun, namun hasilnya sungguh signifikan, para santri yang mengikuti program ini bisa terbantu dalam pemahaman teks-teks Arab pada mata pelajaran agama yang diajarkan di pondok. Demikian pula pembelajaran agama di sekolah formal yang diikuti oleh para santri juga sangat terbantu dengan adanya program pembelajaran super intensif ini. 2. Visi, Misi, Tujuan, dan Target Pembelajaran Bahasa Arab Super Intensif a. Visi: menjadikan bahasa Arab sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari (al-‘arabiyyah lil hayyat). b. Misi : membumikan bahasa Arab pada semua level pendidikan dengan enjadikan bahasa Arab bisa diterima disemua kalangan. c. Tujuan : Agar Peserta didik mampu mengaplikasikan keilmuan yang berbasis agama. Tujuan ini dicapai dengan mempersiapkan kemampuan santri dalam berbahasa Arab sehingga mempermudah pemahaman terhadap materi-materi agama yang diajarkan dalam bahasa Arab seperti Fiqih, Aqidah akhlak, Al-Qur’an hadits, dan sebagainya. 3. Waktu dan Target Pembelajaran Bahasa Arab Super Intensif : Dalam satu level pembelajaran bahasa Arab super intensif ini menghabiskan waktu selama tiga bulan. Pembelajaran ini dilaksanakan
108
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
pada setiap malam kecuali malam Jum’at, perharinya dilaksanakan selama dua jam. Dalam satu level ini target riilnya santri mampu menghafal 700 kosa kata bahasa Arab. Dengan 700 kosa kata ini diharapkan santri mampu berbahasa Arab secara baca, tulis, mendengar, dan berbicara di sekolah masing-masing santri agar mampu bersaing dengan sekolah lain. Selain itu santri mampu berprestasi di sekolahsekolah tempat santri belajar. 4. Indikator Keberhasilan Program ini dikatakan berhasil apabila seorng santri yang mengikuti program ini mampu menghafal 700 kosa kata dalam tiga bulan mengikuti program. Indikator lain adalah santri yang mengikuti program ini mampu menjuarai pidato bahasa Arab di beberapa level, dan menjuarai cerdas cermat antar sekolah baik di lingkungan Kabupaten Cirebon atau bahkan pada tingkat Nasional, serta menjadi yang terdpan dalam hal bahasa Arab di masing-masing sekolah. Berikut ini beberapa data keberhasilan alumnus program ini: 1. Juara tingkat II cerdas cermat bahasa Arab se-Pulau Jawa. 2. Dua kali Juara I lomba pidato bahasa Arab sekabupaten Cirebon. 3. Juara II lomba pidato bahasa Arab tingkat Propinsi Jawa Barat 5. Kondisi sarana dan prasarana Pembelajaran di pondok ini cenderung menggunakan media seadanya. Tidak ada laboratorium bahasa ataupun laboratorium komputer dan media canggih lainnya. Sesekali menggunakan media Video atau audio untuk medengarkan rekaman percakapan orang Arab asli.
109
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
6. Kadaan Pengajar, dan Sekolah Dalam pembelajaran “Super Intensif” ini terbagi dalam dua kelas yang perkelasny terdiri dari 35 santri.
Pengajarnya adalah hanya
seorang adalah satu orang ustadz. 7. Strategi Pembelajaran Pembelajaran bahasa “Arab Super Intensif” ini merupakan gabungan
dari
pembelajaran
bahasa
Arab
tradisional
yang
mengedepankan ketrampilan membaca dan menulis berdasarkan pemahaman
nahwu
saraf,
dan
pembelajaran
moderen
yang
mengedepankan Kalam istima’ seperti Gontor. Ide ini timbul karenamemang kalam dan Istima adalah sisi lemah padapesantren tradisional padaumumnya, sedangkan nahwu saraf adalah sisilemah pada pesantren moderen. Pembelajaran ini terbagi dalam dua level,pertama level I’dad atau persiapan, dan ke dua adalah level Advance. 1.
Level I’dad : Pada level ini selama tiga bulan penuh siswa diharuskan
menghafal
mufrodat
tak
kurang
dari
700
kosakata/mufrodat. Sebelum mulaibelajar di kelas, terlebih dahulu siswa diahruskan menghafalmufrodat yang hendak dipakai dalam pembelajaran sehingga siswa tidak kesulitan menyusun kalimat. Para siswa dilkatih sedemikian rupa sehingga bisa mengeluarkan kosakata bahasa Arab dengan lancar dan fasih. Setelah siswa atau santri hafal mufrodat dan bisa melaadzkannya maka dberikan materi kalam yang sesekali di dalamnya diselipkan pembelajaran Nahwu Sharaf dengan mentode Induktif, dalam artian praktek dahulu baru belakangan dikenalkan teori atau ditarik kesimpulan tentang gramernya. Standar kompetensi yang diinginkan adalah peserta didik mampu berbicara bahasa arab ditambah dengan
110
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
kompetensi lain yakni mendenganr, menulis dan membaca sesuai kontek keilmuan di sekolah masing masing. Dalam level ini bila siswa masih belum bisa maka akandiadakan remedial hingga bisa,sementara siswa yang lulus akan dipindahkan ke leveladvance. 2.
L evel Advance: Pada level ini merupakan level lanjutan, dimana pesertadidik sudah bisa berbicara bahasa Arab minimal dengan 700 kosakata, melafadzkan bahasa Arab dengan baik dan memahami ahasa arab minimal sesuai kontek pembelajaran agama di sekoilah masing-masing. Dalam level ini peserta didik disalurkan untuk berprestasi dalam berbagai biang bahasa Arab, seperti pidato bahasa Arab, Debat bahasa Arab, dan cerdas cermat bahasa Arab. Setiap hari selama tiga bulan siswa dilatih untuk berpidato, berdebat dan beradu argumen dalam bahasa Arab sehingga siswa terbiasa menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari. Moto dalamprogram ini adalah al-Arabiyah li-al-Hayat. Standar kompetensi yang di inginkan adalah siswa mampu debat, pidato dan cerdas-cermat menggunakan bahasa Arab. Selain itu siswa juga dimotifasi untuk menjadi yang terdepan dalam halbahasa Arab di sekolah masing masing.
8. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran 1. Faktor Pendukung 1. Lingkungan warga Pesantren Al-Khoir: dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pesantren Al-Khoir yang beralamatkan di Desa Buntet Cirebon posisinya sangat strategis dalam membentuk mental santri, terutama mental yang peduli terhadap eksistensi bahasa Arab. Dalam satu desa di Buntet ini terdapat tidak kurang dari 40 pesantren baik yang besar meupun yang kecil. Masing-masing pesantren bersaing dalam
111
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
meningkatkan mutu masing-masing pesantren terutama sekali dalam pembelajaran bahasa Arab, karena memang bahasa Arab ini adalah alat utama dalam memahami ilmu-ilmu agama. 2. Faktor Pengajar : Ustadz Abu Nashor LC, M.Ag. yang merupakan pengajar tunggal dalam pembelajaran bahasa Arab “ Super Intensif” ini adalah seorang Alumnus pondok pesantren yang kemudian meneruskan Studi S 1 ke Yaman, dan S2 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Selain mengasuh Pondok Pesantren Al-Khoir, beliau juga mengajar Bahasa Arab di Pusat Bahasa dan Budaya IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dan juga mengajar Bahasa Arab di Pondok Pesantren Al-Sighar Gedongan. Dengan demikian beliau sangat faham dengan Bahasa Arab beserta seluk-beluk pembelajaran bahasa Arab. 2. Faktor Penghambat 1. Faktor Pengajar: Pengajar di pondok inihanyalah seorang tenaga pengajar sekaliguspengasuh pondok, sehingga dalam mengajar dua kelas bahasa Arab, sering kekurangan tenaga. Hal ini menjadi kendala tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. 2. Faktor peserta didik: Peserta didik berasal dari latarbelakang pendidikan yang berbeda, sehingga ada yang sudah mulai bisa berbahasa Arab, dan ada yang samasekali belum mengenal ahasa Arab. Demikian juga dengan semeangatpeserta didik yang bervariasi sehingga cenderung membentuk kelas yang heterogen yang m=bisa menghambat pencapaian targetpembelajaran. 3. Minimnya sarana dan prasarana. J. Beberapa Temuan dan Pembahasan Beberapa hal yang menjadi temuan penting selain data di atas yang
112
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
layak diungkap di dalam penelitian ini adalah diantaranya:
Bahwa orang menyebut pesantren Buntet yang dibayangkan orang luar Cirebon sebagai satu pesantren besar yang santrinya ribuan, ternyata bayangan ini salah. Di buntet ada tidak kurangdari 40 pesantren mulai dari yang kecil dengan jumlah santri hanya puluhan, hingga pesantren yang besar yang santrinya sampai ribuan. Al-Khoir ini adalah merupakan salah satu pesantren yang baru didirikanbeberapa tahun lalu dengan jumlah santri kurang dari 100 orang, namun dengan mutu pembelajaran yangluar biasa bagus, dimana terbukti bahwa rata-rata santri yang mondok di al-khoir ini sealalu menjadi yang terdepan dalam bahasa Arabnya di sekolah masing-masing.
Pembelajaran bahasa Arab “Super Intensif” ini mnggunakan metode layaknya pembelajaran cepatbahasa Inggris yang diajar oleh seorang pengajarnya langsung tanpa melalui pengajar lain atau asisten.Dalam pembelajaran bahasa Inggris cepat, biasanya dipungut biaya tinggi seperti yang dilakukan Bp.Agus dengan menerapkan tarif Rp. 3.000.000, per paket yang selesai dalam dua-tiga minggu, sementara Bp. Alkatiri memberikan tarif dala pembelajaran bahasaInggris cepatnya Rp. 2,5 juta untuktujuh kali pertemuan. Adapun pembelajaran super intensif ini meski dengan metode da strategi mirip dan hasil yang tak kalah spektakuler, namun dilakukan atas dasar ihlas beramal.Para santri tidakdipungut biaya sepeserpun untuk mngikuti program
ini.
Dalampondok
ini
santri
hanya
diwajibakn
membayariuran untuk makan sehari-hari. Apabila sistem pembelajaran bahasa Arab Super Intensif ini diamati secara mendetail jelas dari berbagai sisi secara strategi bisa dikatakan mirip dengan yang dilakukan LIPI, akan tetapi sarana prasana dalam pesantren Al-Khoir ini jauh dari yang dikatakan cukup, bahkan bisa disebut sebagai seadanya. Beberapa hal dalam menekankan standar komeptensi terlihat
113
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
berbeda antara dua sistem ini yakni di LIPIA tidak terpaku pada jumlah mufrodat yuang dihafal, tetapi terpaku pada luasnya wilayah mufrodat yang diketahui dan duhafal sesuai dengan bidang ilmu agama yang dipelajari, sementara di Al-Khoir dalam satu level santri diharuskan menghafal tak kurang dari 700 kosa kata. Dari sisi umur, bahwa di LIPIA peserta didiknya adalah para mahasiswa yang berusia minimal 19 tahun, sementara diAl-Khoir peserta didiknya adalah santri yang merupakan siswa Tsanaiyah atau sebagian kecil Aliyah. Dari sisi pembelajaran bahasa Aarb bagi pemula dan strateginya jelas dualembaga ini empunyai kesamaan, namun dari segi umur, level pendidikan, dan wilayah kajian kebahasaan jelaskeduanya berbeda dari sisi target pembelajaran dan standarkompetensi yang diambil. K. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan,
dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Nama pembelajaran ini disebut “Super Intensif” adalah untuk memberi kesan bahwa pembelajarn ini begitu serius dan lebih dari sekedar pembelajaran reguler atau bahkan intensif sekalipun. Efeknya pembelajran semakin bersemangat dan giat meski dengan alat apa adanya. Pembelajaran ini jauh dari kesan bisnis, karena meski dilakukan dengan strategi yang mirip dengan yang dilakukan dalam intensif bahasa inggris, namun pembelajaran ini tidak dipungut biaya tambahan. Pembelajaran ini bisa dikatakan sukses dari segi bahwa untuk mempersiapakan peserta didik yang mampu berbahasa Arab
114
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
dengan kontek pembelajaran di sekolah yakni di MTs. Dan MA, dan bahkan melebihi wilayah konteks pembelajaran sekolah. 2. Saran Berdasarkan penuturan ustdz Abdul Fatah pengajar yang menjadi sumber wawancara dari LIPIA, bahwa pembelajaran bahasa Arab akan lebih cepat dan efektif bila dajar langsung oleh orang yang menggunakan bahasa Arab tersebut atau orang asli Arab. Beliau bahkan memaparkan bahwa dari Lipia disediakan pengajar asli Arab yang siapmengaja di Pondok pesantren Al-Khir apabila diminta. Dengan demikian saran dari penulis adalah sehubungan dengan masih kurangnya tenaga pengajar di Pesantren Al-Khir Untet maka alangkah baiknya menghubungi LIPIA untuk meminta kesedian tenaga pengajar agar ke depannya pembelajaran bahasa Arab diPesantren AlKhoir Buntet semakin maju,lebih efektif dan efisien.
115
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
Muhsin R
Daftar Pustaka Abdul Aziz, Nashif Mushthafa. 1983. Al-’al-’āb al-Lugawiyyah fy Ta’lim alLugah al-Arabiyyah. Riyadh: Dar al-Murih. Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab, Surabaya: Hilal Pustaka. Al-’Ashili, Abd al-’Aziz bin Ibrahim. 2002. Tharaiq Tadrīs al-Lugah alArabiyyah li al-Nathiqin bi Lugat Ukhra. Riyadh: Jami’at al-Imam Muhammad ibnu Su’ud al-Islamiyyah. Al-Khuli, Muhammad ‘Ali. 1986. Asalib Tadris al-Lughah al-‘Arabiyah. Cet. 2. al-Mamlakah al- al-‘Arabiyah al-Su’udiyah, Riyadh. Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyah li alNathiqin bi Lughat Ukhra: Asasuhu, Madakhiluhu, Thuruq Tadrisihi. al-Mamlakah al- al-‘Arabiyah al-Su’udiyah: Jami’ah Umm al-Qura. Arsyad, Azhar. 2003. Bahasa Arab dan metode pengajarannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Effendi, Ahmad Fud. 2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat. Hernowo. 2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar secara Menyenangkan. Bandung: Mizan Learning Center. Hidayat, D. (Makalah) Intensitas dan Efektivitas Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama. Ibrâhim, Hamâdah. 1987. al-Ittijâhat al-Mu’ashirah fi Tadrîs al-Lughah alArabiyah wa al-Lughât al-Hayyat al-Ukhra li Ghaer al-Nâthiqîn biha. Beirut: Dar al-Fikr al-Araby. Izzan, Ahmad. 2004. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora Utama Press.
116
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Metode Pembelajaran Bahasa Arab “Super Intensif” di Pesantren Al-Khoir Buntet Cirebon
117
Muhsin R
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015