Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
METODE KONTAK TIDAK LANGSUNG UNTUK UJI KEPEKAAN PINJAL PADA TIKUS TERHADAP INSEKTISIDA Ristiyanto, Farida Dwi Handayani dan Arief Mulyono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin 123, Telp. 0298-327096, Salatiga THE SUSCEPTIBILITY TEST OF FLEAS ON RATS AGAINTS INSECTICIDE USING THE INDIRECT CONTACT METHOD ABSTRACT On January 2005, an indirect contact method to test the susceptibility of flea in rat was conducted in the plague laboratory Nongkojajar Health Center, Pasuruan Regency. This study was aimed to know the appropriateness of a gadget to test the susceptibility of fleas in rats.The result show that the gadget can be used to examine the susceptibility of fleas on rats toward insecticide. Domestic fleas Xenopsylla cheopis and sylvatic flea Stivalius cognatus fleas were susceptible to fenitrothion 2,5%, by direct contact method was also susceptible in the indirect contact method. In the direct contact method, LT50 for X. cheopis on domestic rats Rattus rattus diardii was 12 minutes, however in the indirect method 18 minutes were needed for LT50. LT95 for X. cheopis was 60,9 minutes for direct contact method and 62,3 minutes for indirect contact method. Sylvatic fleas S. cognatus in Rattus exulans, LT50 was 16 minutes for the direct contact method and 31 minutes for the indirect contact method, whereas LT95 was 59 minutes for the direct contact method and 114 minutes for the indirect contact method. Key words : Fleas susceptibility, indirect contact method, Xenopsylla cheopis, Stivalius cognatus
ABSTRAK Pada bulan Januari 2005, uji metode tidak langsung untuk uji kepekaan pinjal pada tubuh tikus telah dilakukan di Laboratorium Pes Puskesmas Nongkojajar Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan alat uji kepekaan pinjal pada tubuh tikus terhadap insektisida (metode kontak tidak langsung).Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat uji kepekaan pinjal pada tubuh tikus terhadap insektisida (metode kontak tidak langsung) dapat digunakan untuk uji kepekaan pinjal. Pinjal Xenopsylla cheopis dan Stivalius cognatus peka terhadap insektisida fenitrothion 2,5%, baik dengan metoda kontak lagsung maupun metode kontak tidak langsung. LT50 (Lethal Time 50%) pada metode kontak tidak langsung, pinjal X. cheopis yang diinvestasikan pada tikus rumah Rattus rattus diardii adalah 18 menit dan pada metode kontak langsung, LT50 pinjal X. cheopis adalah 12 menit. LT95 pada pinjal yang sama untuk metode kontak langsung adalah 60,9 menit dan 62,3 menit untuk metode kontak tidak langsung. Pinjal tikus hutan S. Cognatus pada tikus ladang Rattus Exulans, LT50 adalah 16 menit untuk metode kontak langsung dan 31 menit untuk metode kontak tidak lamgsung, sedangkan LT95 untuk S. Cognatus pada metoda kontak langsung adalah 59 menit dan 114 menit untuk metode kontak tidak langsung. Kata kunci : Kepekaan pinjal, metode kontak tidak langsung, Xenopsylla cheopis, Stivalius cognatus JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
61
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
pinjal per inang mempunyai makna
PENDAHULUAN Pinjal
epidemiologi.
termasuk
serangga
Peningkatan
rata-rata
jumlah jenis pinjal tertentu pada inang
holometabolous/metamorfosis sempurna,
mengindikasikan risiko
karena daur hidupnya melalui 4 stadium
dari tikus ke manusia di suatu daerah
yaitu : telur - larva - pupa – dewasa.
epizootik pes (Dennis T, D, 1999).
Stadium pradewasa (telur, larva, dan
Dalam
penularan pes
penanggulangan
pes,
pupa) hidup bebas di alam dan memakan
pengendalian pinjal merupakan prioritas
seresah atau organisme renik lainnya,
utama.
sedangkan stadium dewasa, pinjal bersifat
dikembangkan oleh Simond pada tahun
parasit di permukaan tubuh inangnya
1898 yaitu, tindakan penanggulangan pes
(ektoparasit). Pinjal menyukai inang yang
harus dimulai dengan pengendalian pinjal
berambut
vektor
seperti
mamalia
ordo
Prinsip
pes
ini
lebih
pertama
dahulu
kali
daripada
Monotremata, Marsupialia, Insektivora,
pengendalian inang reservoirnya (Gratz,
Chiroptera,
Edentata,
Pholidota,
1983).
Lagomorpha,
Rodentia,
Carnivora,
Hyracoidea,
dan
Artiodactyla,
tetapi
WHO pengendalian
jarang ditemukan pada mamalia ordo
penanggulangan
Dermaptera,
metode
Primata,
Tubulidentata,
merekomendasikan pinjal wabah
dusting.
untuk pes
adalah
Dusting
adalah
Proboscidia, atau Perissodactyla. Diantara
penaburan bubuk insektisida pada tempat
jenis pinjal dan inangnya tersebut, yang
yang diduga sebagai jalan tikus (runway)
paling
atau sarang tikus (WHO, 1975).
penting
berperan
di
bidang
kesehatan adalah pinjal yang hidup pada
Di Indonesia, pengendalian pinjal vektor
mamalia bangsa rodentia khususnya tikus
pes menerapkan metode tersebut. Tetapi
dan bangsa Carnivora, khususnya kucing
untuk
dan anjing. Pinjal merupakan
pencemaran
vektor
meningkatkan
efisiensi
lingkungan,
dan telah
utama penyakit pes dan murine typhus
dikembangkan metode bumbung bambu
(Gratz, 1983).
(metode ’dust-pring’) atau pipa pralon
Pengetahuan bionomi jenis pinjal
berinsektisida (dust-lon’) (Sub. Direktorat
dan inangnya merupakan hal pokok untuk
Zoonosis, 1999). Disamping itu, pernah
menduga risiko kejadian penyakit yang
pula dilakukan penggunaan pengabutan
ditularkan pada manusia dan menentukan
insektisida (fogging) (Ristiyanto, 1995),
strategi pengendaliannya secara efektif.
Menurut Gratz, penyemprotan rumah
Pada penularan penyakit tertentu, jumlah
dalam
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
pemberantasan
malaria
dapat 62
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
menurunkan populasi pinjal rumah
dan
kebun,
di habitat
tetapi
kondisi yang sebenanrnya, maka diuji
tidak
coba metoda kontak tidak langsung.
berpengaruh pada pinjal di tubuh dan
Metode ini berprinsip pada uji insektisida
sarang tikus (Gratz, 1983).
Sebelum
terhadap pinjal yang masih berada pada
melakukan pengendalian pinjal secara
tubuh tikus. Sejauh ini belum diketahui
kimiawi (dusting), biasanya dilakukan uji
adanya publikasi tentang metode tidak
kepekaan pinjal terlebih dahulu dengan
langsung tersebut. Uji kepekaan pinjal
alat yang telah ditentukan oleh World
pada tubuh tikus terhadap insektisida ini
Health Organization (WHO, 1975).
disebut metode kontak tidak langsung.
Test kit merupakan perangkat uji
Mulai tahun 1994 hingga kini
kepekaan pinjal terhadap insektisida yang
metode pengendalian vektor pes di daerah
telah
World
enzootik pes Kabupaten Pasuruan, Jawa
Health Organization (WHO). Alat, bahan
Timur menggunakan bumbung bambu
serta
tercantum
(atau pipa pralon) berinsektisida (Sub.
dalam lembar kerja WHO tahun 1975
Direktorat Zoonosis, 1999). Terkait pada
dengan judul Instruction for determining
metode pengendalian ini, maka perlu
the susceptibility or resistance of fleas to
dipertimbangkan adanya alat uji kepekaan
insecticide
Rev.1.
pinjal dengan memanfaatkan insektisida
kontak
yang
direkomendasikan cara
Prinsip
oleh
penggunaannya
WHO/VBC/75.588.
alat
tersebut
adalah
menempel
di
tubuh
tikus.
tersebut,
maka
langsung pinjal dengan lembar kertas
Berdasarkan
berinsektisida yang diuji pada konsentrasi
makalah
dengan waktu paparan yang telah di
mengkaji dan mengetahui efektivitas
tentukan. Cara ini dikenal dengan metode
metode kontak tidak langsung.
uraian
ini memperkenalkan metode,
kontak langsung (WHO. 1975). Dalam rangka mengembangkan metode kontak langsung dan untuk memperoleh data kepekaan pinjal pada BAHAN DAN CARA KERJA Lokasi dan waktu penelitian
Pasuruan, Jawa Timur pada bulan Januari 2005.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pes
Tutur
Nongkojajar,
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
Kabupaten
63
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
Komposisi bahan dan alat uji untuk 3 ulangan Alat uji bumbung bambu/pipa pralon berinsektisida terdiri atas : 1. 2.
1 buah
6 gram serbuk insektisida yang akan
diuji
(insektisida
fenitrothion)
kotak papan bertutup
berukuran 100 x 20 x 20 cm
9.
1 batang pipa pralon diameter 10
10. 2 aspirator pinjal
cm dan panjang 40 cm. Bila tidak
11. 1 buah Stopwatch
ada pipa pralon dapat digunakan
12. 12 tabung reaksi dan 1 rak tabung
bumbung bambu dengan ukuran
13. 5 ekor tikus perlakuan dan 1 ekor
30 gram umpan jagung
tikus kontrol
sama. 3.
8.
6 kantong kain berukuran 30 x 40
14. 40 ekor pinjal Xenopsylla cheopis
cm.
dan
20
ekor
4.
1 buah nampan putih/ember putih
cognatus.
5.
2 buah sisir
6.
10 lembar formulir
7.
alat tulis secukupnya
pinjal
Stivalius
Sebelah kiri dan kanan lempeng
Cara kerja
dorong diberi pegangan kawat kecil,
1. Pembuatan kotak uji Kotak uji bertutup dibuat dari
yang
memungkinkan
papan kayu ukuran 100 x 20 x 20 cm,
digerakkan
ke
yang kemudian dibagi melintang
belakang.
Agar
menjadi
I
mudah digerakkan dari luar, maka
merupakan ruang untuk tikus dan
kotak uji diberi celah membujur di
pinjal yang akan diuji. Ruang II
sisi kiri dan kanan. Dengan demikian,
untuk tempat pipa paralon (diameter
tikus yang ada di dalam pipa pralon
10
mudah
cm
2
ruangan.
dan
Ruang
panjang
40
cm)
didorong
depan
lempeng
lempeng
keluar.
dan
ke
dorong
Karena
berinsektisida. Skema kotak uji dan
kotak uji dan pipa pralon terletak
perlengkapannya
bebas, maka pipa pralon dapat mudah
terpampang
di
gambar 1.
dilepas dan diganti.
Pipa pralon dilengkapi dengan
Sekat pemisah kotak uji berupa
sekat alat dorong yang berupa lembar
kawat kasa tebal ukuran 15 x 15 cm.
plastik/mika
bulat
Sekat ini diberi pegangan kawat
(diameter 10 cm dan tebal 0,4 cm).
panjang 10 cm di sebelah kiri dan
berbentuk
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
64
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
kanan. Agar sekat ini dapat dikeluar
Tutup kotak berupa kawat kasa
masukkan, maka di tengah-tengah
anti tikus ukuran 30 x 15cm yang
kotak sisi kanan dan kiri kotak kayu
diberi bingkai kayu. Masing-masing
dibuatkan celah melintang. Dengan
ruang (I dan II) mempunyai tutup
gerakan
yang terpisah.
tersebut
memungkinkan
untuk membuka atau menutup pipa pralon tempat tikus.
Gambar 1. Skema alat uji kepekaan pinjal pada badan tikus dipasang
Pengambilan sampel tikus dan pinjal
pada
sore hari pukul
15.00 WIB – selesai, kemudian diambil keesokan harinya pukul
a. Koleksi tikus Tikus ditangkap dengan 200
07.00–selesai.
Tikus
yang
perangkap kawat berukuran 21 x
tertangkap dimasukkan ke dalam
12 x 10cm,
kelapa
kantong kain ukuran 30 x 40 cm,
bakar. Penangkapan dilakukan di
diberi label (tanggal, habitat, dan
habitat rumah dan kebun/ladang.
kode lokasi), selanjutnya dibawa
Di
ke laboratorium untuk diproses
berumpan
masing-masing
habitat
di
pasang 100 perangkap. Perangkap JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
65
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
Tikus dalam kantong kain dibersihkan
dari
ektoparasit
tikus beradaptasi untuk beberapa saat.
terutama pinjalnya dengan sisir. Cara membersihkan tikus dari ektoparasitnya,
tikus
Jenis pinjal yang digunakan
dipegang pada bagian leher dan
dalam penelitian ini adalah pinjal
badan sedemikian rupa sehingga
X. cheopis dan S. cognatus. Pinjal
tikus
Kemudian
X. cheopis diambil dari tikus
kantong dibuka perlahan-lahan.
rumah R. rattus diardii yang
Tubuh tikus disisir pada bagian
ditangkap di Dusun Sulorowo,
punggung dan perut secara hati-
Desa
Kayukebek,
Kecamatan
hati
Tutur
Nongkojajar,
Kabupaten
tetap
di
hidup.
atas
penyisiran arah
yaitu
b. Koleksi pinjal
nampan.
berlawanan
tumbuh
Selanjutnya,
rambut tikus
ektoparasitnya
pada
Arah dengan
Pasuruan, Jawa Timur. Adapun
tikus.
pinjal S. cognatus diambil dari
dicari
tikus kebun R. exulans yang
bagian
ditangkap. Kedua jenis pinjal yang
telapak kaki, pangkal ekor, ujung
tertangkap
hidung, dan telinga. Tikus yang
dipelihara
di
telah
Penelitian
dan
bersih
dari
ektoparasit
di
daerah
tersebut
Balai
Besar
Pengembangan
dimasukkan dalam perangkap dan
Vektor dan Reservoir Penyakit
ditutup dengan kantong kain agar
(B2P2VRP), Salatiga
2. Uji kepekaan pinjal pada badan tikus a. Cara menginvestasikan pinjal pada tikus Tikus yang telah bersih dari ektoparasit
dan
berada
perangkap
tikus
dalam
dimasukkan
dalam kantong kain. Kemudian kantong
kain
perlahan-lahan
dibuka
secara
sehingga dapat
untuk pintu masuk tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi yang JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
berisi
pinjal
dituangkan
pada
tubuh tikus. Saat menuangkan tabung reaksi berisi pinjal pastikan tikus dalam keadaan tenang dan tepat
pada
badan
tikus.
Selanjutnya kantong tikus ditutup kembali, diamkan beberapa saat. b. Cara pengujian Pipa pralon yang telah diisi insektisida dan umpan jagung ditempatkan pada ruang II kotak uji dan dipastikan pipa pralon 66
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
tersebut
tidak
bergerak/bergesar.
dapat Kawat
kasa
pelan, dan segera lubang pinta pralon/bumbung
bambu
segera
ditutupkan tepat pada mulut pipa
diberi kantong kain. Kemudian
pralon dan pintu atas ruang I
tikus dikeluarkan dari pipa pralon
ditutup rapat.
dengan cara mendorong sekat
Tikus dalam kantong kain
yang berada dalam pipa pralon ke
dan telah berpinjal dimasukkan
depan, dengan demikian tikus
dalam ruang I kotak uji, kemudian
akan terdorong ke luar masuk
pintu atas kotak uji ruang I ditutup
dalam
rapat. Kantong kain diperiksa
berada dalam kantong kain tikus
secara teliti, apabila terdapat pinjal
disikat di atas nampan putih, pinjal
yang tertinggal pada kantong kain
yang jatuh di nampan diambil
tersebut
dengan
dengan aspirator dan disimpan
menggunakan aspirator, kemudian
dalam tabung reaksi yang telah
dimasukkan dalam tabung reaksi
disediakan. Pinjal yang mati dan
dan selanjutnya tabung tersebut
hidup dihitung dan dicatat dalam
dituangkan pada badan tikus yang
formulir,
berada pada ruang I kotak uji
selama 24 jam.
diambil
melalui pintu atas yang hanya tertutup
kawat
kasa
bagian
kantong
kain.
selanjutnya
Setelah
disimpan
Pada uji ini lama waktu paparan adalah
15 menit, 30
tengahnya. Kemudian kawat kasa
menit, 60 menit, 120 menit dan
pemisah ruang I dan II dibuka
1440 menit dan ulangan sebanyak
lebar-lebar,
akan
3 kali, serta 1 kontrol. Pinjal yang
pipa
digunakan adalah
masuk
maka
tikus
dalam
pralon/bumbung bambu dengan
diinfestasikan
sendirinya, karena gelap. Setelah
diardii dan S. cognatus pada R.
tikus
pipa
exulans. Untuk kontrol uji ini
pralon/bumbung bambu diamkan
dipakai seekor tikus rumah R.
beberapa saat sesuai dengan waktu
rattus diardii yang diinfestasi
yang telah ditentukan. Sesudah
pinjal X. cheopis sebanyak 10 ekor
waktu yang telah ditentukan habis,
dan ditempatkan di perangkap
maka
kawat yang ditutup dengan kain.
masuk
pintu
dalam
ruang
I
dibuka,
pada
X. cheopis R.
rattus
demikian pula kawat pemisah ruang I dan II dibuka secara pelanJURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
67
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
S.
3. Uji kepekaan pinjal dengan metode standard WHO/VBC/ 75.588. Rev.1
digunakan
pinjal
cheopis
kapas. Cara kerja uji kepekaan pinjal dilakukan sesuai dengan
1440 menit dan ulangan sebanyak
prosedur
3 kali, serta 1 kontrol. Pinjal yang
WHO/VBC/
75.588.
Rev.1.
digunakan adalah X. cheopis dan
kepekaan pinjal dengan metode standard
ANALISIS DATA
WHO/VBC/75.588. Data hasil uji kepekaan pinjal
berpasangan
langsung) dianalisis dengan probit v.6.
1966).
dengan
hasil
Rev.1
(metode
kontak langsung) menggunakan uji t
pada badan tikus (metode kontak tidak dibandingkan
X.
kontrol
di tabung reaksi yang ditutup
15 menit, 30
menit, 60 menit, 120 menit dan
dan
Untuk
sebanyak 10 ekor dan ditempatkan
Pada uji ini lama waktu paparan adalah
ognatus.
(Cambell
dan
Stanley,
uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
diinvestasikan pada tikus rumah R. rattus
diardii dan tikus ladang R. exulans Hasil uji kepekaan pinjal X. cheopis
masing-masing berturut-turut selama 12
dan S. cognatus pada badan tikus
menit, dan LT95 (Lethal time 95%) selama
terhadap insektisida fenitrothion 2,5 %
60,9 menit. Untuk pinjal S. cognatus
(metode kontak tidak langsung) dapat
ladang R. exulans LT50 dan LT95, yaitu
dilihat pada tabel 1. Hasil analisis probit
masing-masing berturut-turut 16 menit
memperlihatkan bahwa, LT50 (Lethal time
dan 59 menit.
50%)
pinjal
X.
cheopis
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
yang
68
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
Tabel 1. Mortalitas, LT50 dan LT95 pinjal X. cheopis pada tikus R. rattus diardii dan pinjal S. cognatus pada tikus R. exulans dengan uji metode kontak tidak langsung terhadap insektisida fenitrothion 2,5 %. Jumlah pinjal yang diuji
Jenis pinjal
Jumlah pinjal kontrol
Jumlah kematian dalam ekor (%) per menit 15
30
60
120
1440
LT50
LT95
menit
menit
16 23 30 30 30 18 62,3 (53,3) (76,7) (100) (100) (100) 6 7 13 15 15 15 5** 31 114 S. cognatus (40) (46,7) (86,7) (100) (100) Keterangan : 3 ulangan setiap perlakuan dan 1 kontrol (1 tabung/ulangan atau kontrol berisi 10 ekor pinjal X. cheopis atau 5 ekor pinjal S. cognatus); (1)* = kematian pinjal S. cognatus pada kontrol 1 ekor (10%) 30
X. cheopis
10*
Hasil uji kepekaan pinjal X. cheopis
rumah R. rattus diardii dan tikus ladang
dan S. cognatus terhadap insektisida
R. exulans akan terbunuh apabila ke dua
fenitrothion
tikus tersebut berada di dalam pipa
standard
2,5%
dengan
WHO/VBC/75.588.
metode Rev.1
pralon/bumbung
bambu
berinsektisida
diperlihatkan pada tabel 2. Hasil analisis
fenitrothion 2,5% selama 62,3
probit menunjukkan bahwa, LT50 untuk
sedangkan untuk S. cognatus 114 menit.
pinjal X. cheopis, yaitu 12 menit,
Menurut Lim et al (1980), pinjal X.
sedangkan untuk pinjal S. cognatus, yaitu
cheopis dan S. cognatus yang diperoleh
16 menit. LT95 kedua jenis pinjal tersebut
dari rumah dan ladang Kecamatan Selo
± 1 jam (60 menit).
Kabupaten
Hasil uji ke dua metode tersebut, baik
dengan metode kontak langsung
Boyolali
peka
menit,
terhadap
fenitrothion 1%, dengan LT50 selama 31 menit untuk X. cheopis
WHO/VBC/75.588. Rev.1 dan metode
untuk
kontak
LT95.selama 111 menit untuk X. cheopis
tidak
langsung
diprediksikan
bahwa, pinjal X. cheopis dan S. cognatus
S.
cognatus,
dan 70 menit sedangkan
dan 110 menit untuk S. cognatus.
masih peka terhadap fenitrothion 2,5%,. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa, semua pinjal X. cheopis pada badan tikus
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
69
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
Tabel 2. Mortalitas, LT50 dan LT95 pinjal X. cheopis dan pinjal S. cognatus dengan uji metode kontak langsung (metode standard WHO/VBC/75.588. Rev.1) terhadap insektisida fenitrothion 2,5% Jumlah pinjal / jenis tikus
Jumlah pinjal yang diuji
Jumlah pinjal kontrol
X. cheopis
30
S.. cognatus
15
Jumlah kematian pinjal dalam ekor (%)
LT50
LT95
menit
menit
15 menit
30 menit
60 menit
120 menit
1440 menit
10*
19 (53,3)
23 (76,7)
30 (100)
30 (100)
30 (100)
12
60,9
5(1)**
7 (40)
11 (46,7)
13 (86,7)
15 (100)
15 (100)
16
59
Keterangan : 3 ulangan setiap perlakuan ; setiap ulangan 1 ekor tikus R. rattus diardii diinvestasi 10 ekor pinjal X. cheopis dan 1 ekor tikus R. exulans diinvestasi 5 ekor pinjal S. cognatus ; * = kontrol, 1 ekor tikus R. rattus diardii diinvestasi 10 ekor pinjal X. cheopis ; ** = kontrol, 1 ekor tikus R. exulans diinvestasi 5 ekor pinjal S. cognatus
Uji ke dua metode, metode kontak langsung
dan
metode
kontak
fenitrothion 2,5%. Tetapi apabila dilihat
tidak
secara seksama (uji t-berpasangan), ada
langsung, memperlihatkan hasil yang
perbedaan yang bermakna tentang lama
sama, yaitu pinjla X. cheopis dan S.
waktu yang dibutuhkan insektisida untuk
cognatus masih peka terhadap insektisida
membunuh pinjal (p<0,05).
Tabel 3. Hasil uji t berpasangan waktu yang dibutuhkan LT50 dan LT95 pada metode kontak langsung dan metode kontak tidak langsung untuk pinjal X. cheopis dan S. cognatus. Metode kontak langsung
Metode kontak tidak langsung
LT50 menit
LT 95 menit
LT50 menit
LT95 menit
X. cheopis
12ac
60,9bd
18ac
62,3bd
S. cognatus
16eg
59fh
31eg
114fh
Jenis pinjal/ jumlah jenis tikus
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
70
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
Waktu insektisida
yang
fenitrothion
dibutuhkan 2,5%
untuk
metode kontak langsung insektisida pada kertas uji kontak langsung dengan pinjal.
membunuh pinjal dengan metode kontak
Menurut
langsung (LT50 12 menit dan LT95 60,9
membersihkan badannya dengan menjilati
menit untuk X. cheopis ; LT50 16 menit
dan menggosok-gosokkan kaki ke seluruh
dan LT95 59 menit untuk S. cognatus)
badan telah menyebabkan tersebarnya
relatif
dengan
insektisida yang menempel di bagian
metoda tidak langsung (LT50, 18 menit
ventral ke seluruh bagian tubuh (Kartman,
dan : LT95 62,3 menit untuk pinjal X.
1958).
lebih
cepat
daripada
Kartman,
kebiasaan
tikus
cheopis pada R. rattus diardii : LT50 31
Pada pelaksanaan metode tidak
menit dan LT95 114 menit untuk pinjal S.
langsung ini masih ditemui kesulitan
cognatus pada R. exulans). Perbedaan
untuk mencegah terlepasnya tikus dari
lama waktu ke dua metode tersebut
kotak uji. Kesulitann itu terutama terjadi
kemungkinan
dengan
pada saat menginvestasikan pinjal ke
keberadaan pinjal terhadap insektisida.
tubuh tikus, memasukkan tikus ke ruang
Pada metode kontak tidak langsung
I, dan mengeluarkan tikus dari pipa
kemungkinan keberadaan pinjal jauh dari
pralon. Untuk mencegah lepasnya tikus
insektisida yang ditaburkan pada dasar
mungkin perlu ketelitian, kehati-hatian,
pipa dan menempel pada bagian ventral
dan keterampilan pelaksana penelitian.
tubuh tikus. Akibat cara penaburan ini
Selain itu, konstruksi kotak uji perlu
insektisida tidak mudah tersebar merata
disempurnakan.
pada
tubuh
berhubungan
tikus.
Sebaliknya,
pada 2. Pada metode kontak tidak langsung
KESIMPULAN DAN SARAN
LT50 selama 18 menit dan LT95 Dari penelitian ini dapat ditarik
selama 62,3 menit untuk pinjal X.
kesimpulan dan saran sebagai berikut:
cheopis, serta LT50 selama 31 menit
1. Metode
dapat
dan LT95 114 menit untuk pinjal S.
digunakan untuk uji kepekaan pinjal
cognatus. Waktu-waktu tersebut lebih
terhadap insektisida. Pinjal X. cheopis
lama
( pada tikus R. rattus diardii ) dan S.
digunakan dengan metode kontak
cognatus ( pada tikus R. exulans )
langsung, yaitu LT50 selama 12 menit
ternyata peka terhadap insektisida
dan LT95 selama 60,9 menit untuk X.
fenitrothion 2,5%.
cheopis, sedangkan untuk S. cognatus
kontak
langsung
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
dibandingkan
waktu
yang
71
Ristiyanto. et. al, Metode kontak tidak langsung
LT50 selama 16 menit dan LT95 hanya
59 menit.
UCAPAN TERIMA KASIH
pengolahan data, dr. Ponco Kencana, Puji
Santoso, Sugiarto, Sandi dan Sulkhan Penulis mengucapkan terima kasih
Puskesmas
Nongkojajar,
Kabupaten
kepada sdr. B. Yuliadi yang membantu
Pasuruan , Jawa Timur yang telah
membuat
kotak
membantu
Muhidin
yang
uji,
Soekarno
membantu
dan dalam
menyediakan
fasilitas
penelitian lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Dennis T, D, and Gage, K.L. Plague manual. WHO/CDS/CSR/EDC/99.2. 1999. Gratz, N.G. and A.W.A. Brown, 1983. Fleas biology and control. WHO /VBC/83.874. Kartman, L. 1958. An insecticide - bait boxes method for the control of sylvatic plague vectors. Journal of Hygiene. 56. (4). 455-456.
Ristiyanto, Sustriayu Nalim dan Hadi Swasono, 1995. Perbandingan efektivitas pengabutan dan penaburan malathion 5 % dalam upaya pengendalian vektor penyakit tular rodensia. Sub
Direktorat Zoonosis. Pedoman Pemberantasan Pes Di Indonesia Dir.Jend. P2B2. Jakarta.1999.
World Health Organization, 1975. Instruction for determining the susceptibility or resistance of fleas to insecticide. WHO/VBC/75.588. Rev.
JURNAL VEKTORA Vol. 1 No. 1
72