METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun 2010 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yang didasarkan pada konsumsi pangan penduduk masih kurang dari anjuran WNPG 2004 yaitu 2000 kkal/kap/hr . Hal ini ditunjukkan dengan konsumsi pangan di Provinsi Papua pada tahun 2007 adalah 1984 kkal/kapita/hari dengan skor PPH yaitu 80.9 (BPS 2008). Kegiatan penelitian ini mencakup interpretasi data, rekapitulasi data, pengolahan dan analisis data di lakukan di Bogor, Jawa Barat mulai dari bulan Mei- Juli 2012. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder yang meliputi data karakteristik wilayah, konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan, dan jumlah penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data karakteristik wilayah adalah keadaan umum wilayah Provinsi Papua tahun 2010. Data konsumsi pangan hasil survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) yang digunakan adalah rata-rata kuantitas konsumsi pangan per kapita/ minggu menurut jenis dan kelompok makanan serta golongan pengeluaran penduduk di Provinsi Papua tahun 2008-2010 dan data jumlah penduduk diperoleh dari jumlah penduduk tengah tahun Provinsi Papua (20082010) diperoleh dari jenis, tahun, sumber data, dan instansi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian No. 1 2
3
Jenis data Karakteristik wilayah Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan Jumlah Penduduk dan proyeksi penduduk
Tahun 2010
Sumber data Keadaan umum wilayah
Instansi BPS, Jakarta
2008-2010
Data Susenas
BPS, Jakarta
2008-2010
Papua Dalam Angka
BPS, Jakarta
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan analisis data dilakukan dengan metode statistik deskriptif menggunakan program Microsoft Excell 2007 dan software program simulasi
18
analisis situasi dan kebutuhan konsumsi pangan wilayah (Heryatno, Baliwati, Martianto, & Herawati 2005). Berikut ini uraian secara rinci pengolahan dan analisis data pada setiap bagian. Analisis Situasi Konsumsi Pangan Analisis situasi konsumsi pangan ada dua analisis yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitataif. Aspek kuantitas yaitu mengamati tingkat kecukupan energi sedangkan aspek kualitas yaitu mengamati skor pola pangan harapan (PPH). Analisis konsumsi secara kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan terhadap Konsumsi Pangan. Kuantitas konsumsi pangan dapat diketahui dari tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP). Nilai TKE adalah proporsi konsumsi energi aktual terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi penduduk Indonesia adalah 2000 kkal/kap/hari. Nilai TKP adalah proporsi konsumsi protein aktual terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 menganjurkan konsumsi protein penduduk Indonesia adalah 52 gram/kap/hari. Jumlah konsumsi tersebut harus dipenuhi agar setiap orang dapat untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Perhitungan tingkat kecukupan gizi dirumuskan sebagai berikut : TKE = [(Konsumsi energi aktual)/(Angka kecukupan energi)] x 100% TKP = [(Konsumsi protein aktual)/(Angka kecukupan protein)] x 100% Analisis konsumsi secara kualitatif Kualitas konsumsi pangan dicerminkan oleh keanekaragaman secara seimbang. Ukuran keseimbangan dan keragaman pangan dapat dilakukan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan dikatakan terpenuhi apabila sesuai PPH. Secara implisit kebutuhan zat gizi akan terpenuhi kecuali untuk zat gizi yang sangat defisit dalam suatu kelompok pangan. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan seimbang. Jika skor PPH mencapai 100, maka wilayah tersebut dikatakan tahan pangan. Selain itu, acuan yang digunakan standar pelayanan minimum (SPM) dengan skor PPH 90 pada tahun 2015 (Tabel 3).
19
Tabel 3 Standar ideal dan target SPM tahun 2015 No
Kelompok Pangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak/lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Total Sumber: DKP, 2006
% AKE 50.0 6.0 12.0 10.0 3.0 5.0 5.0 6.0 3.0 100.0
Ideal Skor PPH 25.0 2.5 24.0 5.0 1.0 10.0 2.5 30.0 0.0 100.0
SPM Skor PPH 45 22.5 5.4 2.25 10.8 21.6 9 4.5 2.7 0.9 4.5 9.0 4.5 2.25 5.4 27.0 2.7 0.0 90.0 90.0
% AKE
Langkah-langkah pengolahan dan analisis data konsumsi dengan menggunakan software “Program Analisis Situasi dan Kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah” meliputi: 1. Pengelompokan Pangan Data pangan yang dikonsumsi rumah tangga dikonversikan dalam satuan dan jenis komoditas yang disepakati dan dikelompokkan menjadi 9 kelompok meliputi: a. Padi-padian (beras, jagung, terigu, dan hasil olahannya). b. Umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu dan hasil olahannya). c. Pangan hewani (daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan dan hasil olahannya). d. Minyak dan lemak (minyak kacang tanah, minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan lemak). e. Buah/biji berlemak (kelapa, kemiri, kenari, mete, coklat). f.
Kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang lain serta olahannya).
g. Gula (gula pasir, gula merah, sirup). h. Sayur dan buah (semua sayur dan buah serta hasil olahannya). i.
Lain-lain (bumbu dan minuman).
2. Menghitung konsumsi energi menurut kelompok pangan dan total konsumsi Perhitungan kandungan energi setiap jenis pangan yang dikonsumsi dilakukan dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Selanjutnya dijumlahkan berdasarkan kelompok pangannya. Total energi dari seluruh konsumsi pangan merupakan angka komposisi energi wilayah Papua.
20
3. Menghitung kontribusi energi tiap kelompok pangan terhadap total konsumsi energi. Kontribusi energi tiap kelompok pangan terhadap total konsumsi energi dilakukan dengan membagi energi masing-masing kelompok pangan dengan jumlah total energi dikalikan dengan 100%. 4. Menghitung tingkat kecukupan energi (%AKE) Tingkat kecukupan energi wilayah diperoleh dari perbandingan jumlah total
konsumsi
energi
terhadap
AKE
dikalikan
100%.
Nilai
ini
menggambarkan keadaan wilayah. Kontribusi konsumsi energi aktual dari tiap kelompok pangan terhadap AKE juga dihitung dan akan digunakan untuk mengitung skor PPH. 5. Menghitung skor PPH Langkah-langkah menghitung PPH adalah : 1. Dari kesembilan kelompok pangan tersebut dihitung nilai total konsumsi energinya. 2. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok pangan, dengan berdasarkan Angka Kecukupan Energi (AKE) WNPG 2004, yaitu : % AKE = [(Energi kelompok pangan)/2000] x 100% 3. Selanjutnya dengan mengalikan hasil persentase langkah kedua dengan rating/bobot akan diperoleh skor dari masing-masing kelompok pangan. Setiap kelompok pangan memeliki skor maksimum. Apabila skor melebihi range optimal, akan digunakan skor maksimal dalam range tersebut. 4. Menjumlahkan semua skor dari kelompok pangan sehingga akan diketahui skor PPH mutu pola konsumsi pangan. Pengelompokan pangan, skor, dan bobot yang digunakan sebagai standar PPH nasional diuraikan pada Tabel 4 berikut: Tabel 4 Pola pangan harapan Nasional No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelompok Pangan
Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak/lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total Sumber: DKP 2012
Pola Pangan Harapan Nasional Gram/hari
Energi (kkal)
275 90 140 25 10 35 30 230 15
1000 120 240 200 60 100 100 120 60 2000
% AKG 50.0 6.0 12.0 10.0 3.0 5.0 5.0 6.0 3.0 100
Bobot 0.5 0.5 2.0 0.5 0.5 2.0 0.5 5.0 0.0
Skor PPH 25.0 2.5 24.0 5.0 1.0 10.0 2.5 30.0 0.0 100
21
Analisis Proyeksi Konsumsi Berdasarkan Pendekatan PPH Setelah evaluasi terhadap skor PPH konsumsi pangan di wilayah, selanjutnya dilakukan penyusunan proyeksi (target) skor PPH yang akan dicapai. Provinsi Papua diharapkan mampu mencapai skor PPH 100 pada tahun 2020 dan tahun 2015 sudah mencapai skor PPH 90. Sasaran acuan skor PPH 90 pada tahun 2015 sesuai dengan standar pelayanan minimum (SPM). Penyusunan proyeksi skor PPH wilayah sebelum tahun 2015 dapat dilakukan dengan menggunakan interpolasi linier. Titik (tahun) awal skor PPH adalah hasil perhitungan PPH aktual (2010), sedangkan proyeksi akhir skor PPH adalah skor PPH 2015. Skor PPH pangan tahun proyeksi sampai dengan 2015 dihitung dengan menggunakan interpolasi linier dengan rumus berikut: Sp=S0 + dt((St-S0)/n Dimana :
Sp= skor proyeksi PPH tahun p S0= skor PPH tahun awal tahun 2010 St = skor target PPH tahun 2015 n= selisih tahun antara tahun 2015 dengan tahun awal dt= selisih waktu antara tahun yang dicari dengan tahun awal
Analisis Kebutuhan Pangan Wilayah Berdasarkan Pendekatan PPH Analisis proyeksi kebutuhan konsumsi pangan berdasarkan pendekatan PPH dihitung dengan menggunakan rumus: Proyeksi kebutuhan penduduk (Kg/Kap/Hari) Kebutuhan pangan penduduk (Kg/Kap/th)
= konsumsi (gr/kap/hari) 1000
x 365 hari x 110%
Proyeksi kebutuhan wilayah (Ton/Tahun) Kebutuhan pangan = kebutuhan pangan pddk (kg/kap/th) x Jumlah penduduk wilayah (ton/tahun)
1000
1000 dengan pendekatan ekstrapolasi atau trend Proyeksi jumlah penduduk berdasarkan perkembangan pertumbuhan untuk meramalkan pada tahun t adalah:
Pt = P0 x (1 + L) (t – 0)
Keterangan : P0 = jumlah penduduk tahun dasar
22
0 = tahun dasar L = laju pertumbuhan penduduk T = tahun yang dicari Definisi Operasional Situasi Konsumsi Pangan adalah keadaan atau kondisi pangan disuatu wilayah berdasarkan aspek kuantitas (tingkat kecukupan energi dan protein) dan aspek kualitas (skor PPH). Tingkat kecukupan Energi adalah rasio yang dinyatakan dalam persen antara rasio asupan energi aktual dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk penduduk Indonesia mengacu pada AKG berdasarkan WNPG 2004. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi setiap kelompok pangan utama dari konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.. Proyeksi Konsumsi Pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang diduga di konsumsi penduduk di suatu wilayah agar tercapai pola pangan ideal pada tahun tertentu. Proyeksi Kebutuhan Pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang disediakan agar sesuai dengan kebutuhan pangan penduduk di suatu wilayah.