METODE CEPAT UNTUK KUANTIFIKASI RESERPIN DALAM OBAT DAN EKSTRAK Rauwolfia serpentina SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF ULTRAVIOLET
WORO DINA RACHMANTI
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
ABSTRAK WORO DINA RACHMANTI. Metode Cepat untuk Kuantifikasi Reserpin dalam Obat dan Ekstrak Rauwolfia serpentina secara Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet. Dibimbing oleh ELLY SURADIKUSUMAH dan LATIFAH KOSIM DARUSMAN. Reserpin merupakan salah satu komponen aktif utama yang terdapat dalam Rauwolfia serpentina dan banyak digunakan untuk obat antihipertensif. Metode cepat dan dapat dipercaya sangat dibutuhkan untuk mendukung pemeriksaan formula obat dan pengawasan mutu di industri farmasi. Spektrofotometri derivatif ultraviolet (SDUV) digunakan sebagai metode alternatif untuk menentukan kadar reserpin dalam akar R. serpentina dan tablet obat tanpa penambahan reagen pembentuk warna kemudian hasilnya dibandingkan dengan spektrofotometri konvensional sebagai metode rujukan. Metode SDUV dilakukan berdasarkan pengukuran amplitudo puncak spektrum dari garis dasar (Dz) pada turunan pertama di panjang gelombang 277.4 nm untuk tablet obat dan 312 nm untuk ekstrak akar. Hasil analisis secara SDUV untuk obat dan akar menunjukkan kadar reserpin berturut-turut sebesar 0.2202 mg per tablet dan 3.1122 mg per gram serbuk akar. Hasil analisis secara spektrofotometri konvensional untuk obat dan akar menunjukkan kadar reserpin berturut-turut sebesar 0.2289 mg per tablet dan 5.3741 mg per gram serbuk akar. Analisis statistika yang dilakukan dengan uji-t dan F menunjukkan kedua metode berbeda nyata pada limit kepercayaan 95% untuk analisis akar, sedangkan analisis obat menunjukkan hasil kedua metode tersebut tidak berbeda nyata. Validasi metode SDUV pada tablet obat dilakukan pada beberapa parameter. Metode SDUV menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0.9998 pada kisaran 10-50 mg/l, ketelitian sebesar 1.68% yang dinyatakan sebagai simpangan baku relatif, ketepatan perolehan kembali sebesar 60.34–94.61%, limit deteksi sebesar 1.1890 mg/l, dan limit kuantisasi 3.9634 mg/l.
ABSTRACT WORO DINA RACHMANTI. A Rapid Method for Quantification of Reserpin in Tablet and Rauwolfia serpentina Extract by Ultraviolet Derivative Spectrophotometry. Supervised by ELLY SURADIKUSUMAH and LATIFAH KOSIM DARUSMAN. Reserpine is one of major active compounds in Rauwolfia serpentina and is widely used as an antihypertensive agent. A fast and reliable method for determination of reserpine is highly desirable to support formula checking and quality control in pharmaceutical industries. Ultraviolet derivative spectrophotometry (UVDS) was performed to determine reserpine in the root of R. serpentina and the corresponding tablet without chromogenic reagent and was compared with conventional spectrophotometry as a reference method. UVDS method is based on the measurement of peak to baseline amplitude (Dz) in first derivative spectra at 277.4 nm for tablet and at 312 nm for R. serpentine. UVDS method showed the concentration reserpine in tablet was 0.2202 mg per tablet and 3.1122 mg per gram of root powder. Conventional spectrophotometry showed the concentration of reserpine in tablet was 0.2289 mg per tablet and 5.3741 mg per gram of root powder. Statistical analysis by t-test and F at 95% confidence level showed a significant difference between the results of the two methods for root analysis whereas for tablet analysis did not show significant difference between the results of the two methods. Validation of UVDS method were determined in tablet analysis for several parameters. UVDS method gave a correlation coefficient (r) of 0.9998 in the range of 10–50 mg/l, precision of 1.68% as relative standard deviation, recovery of 60.34–94.61%, limit of detection of 1.1890 mg/l, and limit of quantitation of 3.9634 mg/l.
METODE CEPAT UNTUK KUANTIFIKASI RESERPIN DALAM OBAT DAN EKSTRAK Rauwolfia serpentina SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF ULTRAVIOLET
WORO DINA RACHMANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Judul Skripsi
Nama NIM
: Metode Cepat untuk Kuantifikasi Reserpin dalam Obat dan Ekstrak Rauwolfia serpentina secara Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet : Woro Dina Rachmanti : G44201065
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Elly Suradikusumah, M.S. NIP 130350043
Prof. Dr. Latifah K. Darusman, M.S. NIP 130536681
Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP 131473999
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillahi robbil’aalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 8 Juni 2005 sampai 12 Januari 2006 di Laboratorium Kimia Analitik dan Pusat Studi Biofarmaka, Bogor dengan judul Metode Cepat untuk Kuantifikasi Reserpin dalam Obat dan Ekstrak Rauwolfia serpentina secara Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet . Skripsi ini ditulis berdasar pada data yang diperoleh selama penelitian baik melalui pengujian di laboratorium, wawancara, maupun studi pustaka. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Elly Suradikusumah, MS. dan Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman selaku pembimbing atas segala arahan, perhatian selama penelitian dan penulisan laporan ini, Hibah Penelitian A2 atas bantuan dana yang diberikan, Lab Pusat Studi Biofarmaka atas fasilitas yang diberikan, dan Mohamad Rafi, S.Si. yang telah banyak membantu mengatasi kesulitan penulis.Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta atas segala kasih sayang dan didikan yang diberikan serta kepada Mas Arief, untuk kebersamaan dan kasih sayangnya. Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Om Em atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis, Kak Budi atas diskusi-diskusi yang berharga, Bapak Rudi, Ibu Irmanida, Kak Atep, Mbak Salina, Ibu Nunuk, Ibu Enung, Bapak Ridwan, Bapak Manta, dan Bapak Kosasih. Ungkapan terima kasih juga disampaikan untuk Agung Nugraha yang merelakan hati, telinga, dan dirinya menemani penulis setiap saat. Sahabat satu tim (Ira, Novie, Nersy, Wiji, dan Egun), Dewi, Anie, Sekar, Maya, Putri, Rachmanita, Steven, Mas Heri, dan semua teman-teman Kimia angkatan 38 atas kebersamaan, semangat, bantuan, dan dorongannya, dan semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2006
Woro Dina Rachmanti
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1983 dari ayah Suyudi dan ibu Dra. Amien Widjijati. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2001 penulis lulus dari SMA negeri 61 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Kimia Dasar pada tahun ajaran 2003/2004, Kimia D3 Analisis Lingkungan pada tahun ajaran 2004/2005, Kimia Analitik Teknik Pangan dan Gizi pada tahun 2004/2005, dan Kimia Analitik III pada tahun ajaran 2005/2006. Tahun 2004 Penulis melaksanakan Praktik Lapangan di laboratorium Sucofindo, Cibitung.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................... ix PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 TINJAUAN PUSTAKA Spektrofotometri ...................................................................................................... 1 Spektrofotometri Derivatif....................................................................................... 2 Reserpin ................................................................................................................... 3 Validasi Metode Analisis......................................................................................... 3 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat ........................................................................................................ 5 Metode Penelitian .................................................................................................... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kondisi Optimum................................................................................... 6 Pengukuran Reserpin dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS......................... 10 Perbandingan Metode SDUV dan Spektrofotometri UV-VIS............................... 11 Validasi Metode Spektrofotometri Derivatif ......................................................... 11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan................................................................................................................ 13 Saran ...................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12 LAMPIRAN..................................................................................................................... 15
DAFTAR TABEL Halaman 1 Kondisi optimum pada analisis reserpin dengan metode SDUV.................................. 9 2 Hasil uji statistik metode SDUV dan metode rujukan dalam obat ............................. 10 3 Hasil uji statistik metode SDUV dan metode rujukan dalam akar ............................. 10 4 Persamaan kurva standar sebanyak tiga kali ulangan ................................................. 11 5 Parameter statistika kurva standar rata-rata ................................................................ 11 6 Data ketelitian reserpin dalam tablet obat menggunakan metode SDUV .................. 12 7 Data perolehan kembali reserpin dalam tablet obat dengan metode SDUV............... 12
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Prinsip hukum Beer ...................................................................................................... 1 2 Spektrum turunan dari absorbans pita Gauss................................................................ 2 3 Macam-macam amplitudo (a) Ds, (b) DL, dan (c) Dz .................................................... 3 4 Struktur reserpin ........................................................................................................... 3 5 Spektrum standar pada turunan ke nol (a) dan turunan pertama (b) ............................. 7 6 Spektrum standar reserpin dan akar R. serpentina pada turunan ke nol (a), pertama (b), dan kedua (c) ............................................................................................ 8 7 Spektrum turunan standar reserpin (−), contoh obat Serpasil® (−), dan contoh ekstrak akar Rauwolfia serpentina (−) ........................................................................ 9 8 Kurva standar reserpin untuk obat (a) dan akar (b) .................................................... 10 9 Kurva standar reserpin dalam analisis tablet obat....................................................... 10 10 Kurva standar reserpin dalam analisis akar R. serpentina ......................................... 10 11 Kurva standar reserpin 10–50 mg/l............................................................................. 12
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Diagram alir penelitian ............................................................................................... 16 2 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh obat turunan ke nol pada ulangan (a)1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9 .................................... 17 3 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh akar turunan ke nol pada ulangan (a)1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9 .................................... 18 4 Spektrum serapan standar reserpin pada kecepatan penyapuan 200 nm/menit dan penghalusan kedua...................................................................................................... 19 5 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh obat pada kondisi optimum ulangan (a)1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9 .................................... 20 6 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh akar pada kondisi optimum ulangan (a)1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9 .................................... 22 7 Persamaan kurva standar dan kadar reserpin dalam obat untuk penentuan kondisi optimum ......................................................................................................... 24 8 Penentuan kadar reserpin dalam obat menggunakan metode SDUV ......................... 31 9 Penentuan kadar reserpin dalam akar menggunakan metode SDUV ......................... 32 10 Penentuan kadar reserpin dalam obat menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS....................................................................................................................... 33 11 Penentuan kadar reserpin dalam akar mengguankan metode spektrofotometri UV-VIS....................................................................................................................... 34 12 Penentuan uji t dan uji F antara metode SDUV dan spektrofotometri UV-VIS (rujukan) ....................................................................................................... 35 13 Penentuan parameter statistika kurva standar rata-rata metode SDUV..................... 36 14 Penentuan presisi kadar reserpin dalam obat metode SDUV .................................... 37 15 Penentuan perolehan kembali (recovery) kadar reserpin dalam obat metode SDUV ........................................................................................................... 38
PENDAHULUAN Perkembangan industri farmasi meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut tentu harus sejalan dengan prosedur pengawasan mutu sediaan farmasi yang efisien (Ansari et al. 2004). Kadar senyawa kimia aktif dalam sediaan farmasi memerlukan pengawasan karena aktivitas zat tersebut dapat mempengaruhi keamanan dan khasiat obat. Salah satu senyawa kimia aktif dalam obat ialah reserpin. Reserpin merupakan salah satu alkaloid yang terkandung dalam akar tanaman Rauwolfia serpentina yang berfungsi menekan sistem saraf pusat dan digunakan di dalam pengobatan hipertensi (Saunders 1974). Reserpin berbentuk tablet obat diperkenalkan dalam psikiatri untuk pengobatan skizofrenia pada permulaan tahun 1950-an setelah terbukti khasiatnya untuk mengobati penderita gangguan jiwa. Metode yang digunakan untuk memeriksa kadar reserpin dalam sediaan farmasi dan akar diantaranya adalah kromatografi cair kinerja tinggi (USP 1995; Alexander et al. 1998), dan spektrofotometri UV-Vis (Singh et al. 2004; British Pharmacopiea 1993). Teknik kromatografi diatas relatif mahal. Spektrofotometri merupakan teknik yang cepat dan mudah dalam penentuan senyawa kimia, tetapi teknik ini tidak dapat digunakan pada contoh yang mempunyai matriks yang kompleks. Teknik spektrofotometri derivatif ultraviolet (SDUV) merupakan pengembangan dari teknik spektrofotometri UVkonvensional. Teknik ini digunakan untuk penentuan jumlah senyawa kimia yang memiliki matriks yang kompleks. Metode SDUV telah banyak digunakan dalam analisis kimia, antara lain penentuan kadar losartan di dalam sediaan farmasi (Ansari et al. 2004), kafein di dalam minuman (Alpdogan et al. 2000), total flavonoid dalam tanaman Brazil (Rolim et al 2005), methemoglobin dalam darah (Tauller et al. 1987), nikel (Eskandari 2003), asam askorbat dalam sayuran (Aydogmus et al. 2001), hidrokuinon di dalam gel dan krim (Garcia et al. 2005), parakuat dalam plasma darah (Fell et al. 1981), dan porfirin dalam air seni (Jones & Sweeney 1979). Metode SDUV dapat digunakan untuk mengatasi gangguan matriks yang sering terdapat dalam contoh. Keunggulan metode ini ialah dapat memisahkan pita spektrum yang tumpang tindih dalam analisis mutu dan mengurangi pengaruh gangguan dari penghamburan, matriks, atau penyerapan komponen lain di dalam analisis
kuantitatif (Skujins 1986; Owen 1996). Metode ini juga memberikan beberapa keuntungan seperti menghemat waktu dan biaya karena penentuan kandungan bahan aktif di dalam contoh dapat dilakukan secara sederhana dan cepat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikembangkan metode SDUV untuk analisis kadar reserpin dalam tablet obat dan akar R. serpentina. Ketelitian dan keakuratan metode yang diusulkan dievaluasi dengan kriteri yang ditetapkan seperti linearitas, ketelitian, limit deteksi, ketepatan, dan limit kuantisasi (ICH diacu dalam Chan 2004). Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar reserpin dalam obat dan ekstrak akar dari tanaman R. serpentina menggunakan metode SDUV dan menguji validitas metode SDUV untuk pengukuran reserpin dalam obat dan akar R. serpentina.
TINJAUAN PUSTAKA Spektrofotometri Analisis dengan spektrofotometri UV didasarkan pada penyerapan energi sinar dengan panjang gelombang tertentu oleh molekul dalam suatu senyawa. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak karena mengandung elektron yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sumber radiasi yang dipancarkan harus memiliki panjang gelombang yang sama untuk penyerapan agar memenuhi hukum Beer (Gambar 1). P0 P
b Gambar 1 Prinsip hukum Beer. Keterangan: Po = Intensitas radiasi yang masuk P = Intensitas radiasi yang keluar P Transmitan (T) = Po A = - log (T) A = Absorbans = a x b x c a = absorptivitas b = jarak tempuh cahaya c = konsentrasi Hukum Beer menyatakan bahwa fraksi penyerapan sinar tidak bergantung pada inten-
2
sitas sumber cahaya, tetapi sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap (Sudjadi 1985). Spektrofotometri derivatif Metode spektrofotometri derivatif telah lama dikenal sebagai metode yang diakui keakuratannya tetapi metode ini belum di gunakan secara luas pada dekade awal perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh kerumitan pada penurunan fungsi kurva. Berkembangnya teknologi mikrokomputer dalam 10 tahun terakhir menyebabkan perhatian peneliti mulai beralih kembali ke metode ini. Teknik ini mempunyai kelebihan meningkatkan resolusi spektrum yang tumpang tindih, mengurangi penyerapan matriks, dan dapat memilih puncak yang tajam di antara spektrum yang lebar. Spektrofotometri derivatif juga dapat menghasilkan daerah sidik jari yang lebih baik bila dibandingkan dengan spektrum absorpsi yang umum (Karpinska et al. 1998). Setiap senyawa mempunyai serapan yang khas pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum disebut panjang gelombang maksimum (λmaks). Penentuan panjang gelombang maksimum terkadang memberikan pita yang lebar, hal ini disebabkan adanya serapan matriks, noise, dan puncak yang tumpang tindih. Metode spektrofotometri derivatif dapat membedakan pita serapan yang lebar terhadap pita serapan terdekatnya yang tumpang tindih. Hal ini disebabkan amplitudo (Dn) pita Gauss pada turunan ke-n berbanding terbalik terhadap lebar pita (W) turunan ke-n. 1 Dn ≈ n
turunan pertama, begitu pula dengan turunan keempat merupakan kebalikan dari turunan kedua (Owen 1996). Kesalahan di dalam menginterpretasikan spektrum yang disebabkan oleh penyerapan matriks dapat dikurangi dengan menaikkan derajat penurunan spektrum. Analisis kuantitatif dari metode ini didasarkan pada hukum Lambert-Beer. Hukum ini dapat menghitung kisaran konsentrasi yang diinginkan pada panjang gelombang monokromatik pada turunan ke-n :
d n A d nε = ×c ×d d λ n dλ n A adalah absorbans, ε adalah absorptivitas molar (L mol-1cm-1), c adalah konsentrasi (mol L-1), dan d adalah jarak tempuh cahaya (cm). Proses derivatisasi spektrum menghasilkan efek yang tidak diharapkan seiring kenaikan orde turunan, yaitu penurunan nisbah sinyal terhadap noise (S/N). Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan untuk membedakan pita yang tumpang tindih dan fakta bahwa noise mempunyai puncak yang tajam dalam spektrum. Proses smoothing (penghalusan) diiringi dengan pengaturan peubah number of point (jumlah jendela) diperlukan dalam metode ini untuk mengurangi pengaruh noise (Popovic et al. 1999). Scan speed (kecepatan penyapuan) berguna untuk merekam interval serapan analat tiap panjang gelombang tertentu.
w
Turunan pertama adalah perubahan ratarata dari absorbans terhadap panjang gelombang. Spektrum tersebut berawal dan berakhir pada nilai absorbans nol dan mempunyai nilai absorbans nol pada panjang gelombang yang sama dengan λmaks. Turunan ini mempunyai pita positif dan negatif yang menunjukkan nilai maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama sebagai perubahan pita absorbansi. Fungsi dua kutub ini merupakan ciri khas dari seluruh spektrum turunan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Turunan kedua mempunyai ciri khas , yaitu pita negatif yang bernilai minimum merupakan puncak dari panjang gelombang maksimum pada pita berorde nol. Turunan ini juga mempunyai dua pita positif yang mengapit pita minimum. Turunan ketiga merupakan kebalikan dari
Gambar 2 Spektrum turunan dari absorbans pita Gauss. Konsentrasi analat dalam contoh ditentukan menggunakan persamaan garis yang dida-
3
pat dari hubungan amplitudo dengan konsentrasi standar pada panjang gelombang tertentu. Macam-macam amplitudo yang dikenal dalam spektrofotometeri derivatif adalah DL, yaitu tinggi puncak yang paling panjang (puncak ke puncak), Dz, yaitu tinggi puncak yang dihitung dari garis dasar, dan Ds, yaitu tinggi puncak yang dihitung dari sembarang puncak(Gambar 3). (a)
(b)
(c)
(a) (b) (c) Gambar 3 Macam-macam amplitudo (a) Ds, (b) DL, dan (c) Dz.
efek penenangan pada sistem saraf pusat (Siswandono 1995; Liska 2004). Reserpin di serap secara cepat setelah pem-berian oral. Obat antihipertensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serpasil® dari Novartis. Tiap tablet Serpasil® mengandung 0.25 mg reserpin. Pengobatan dengan obat ini tidak boleh melebihi 4 tablet per hari dalam dosis terbagi. Selain ramuan terapeutik yang bersi fat aktif, formulasi ini pun masih mengandung sejumlah unsur-unsur nonterapeutik, yaitu bahan tambahan farmasetik, seperti zat penstabil, zatpengawet, surfaktan, zat pemberi rasa, zat pewarna, dan zat pemanis. Di dalam tubuh, zat berkhasiat harus dilepaskan dari bentuk sediaannya dalam jumlah yang sebenarnya (Ansel 1989).
Reserpin Reserpin adalah alkaloid dari tanaman R. serpentina yang berasal dari daerah Asia. Reserpin berfungsi menekan sistem saraf pusat, digunakan dalam pengobatan hipertensi dan gangguan mental. Tanaman R. serpentina, yang termasuk keluarga Apocynaceae, beberapa abad yang lalu telah digunakan sebagai penangkal sengatan dan gigitan serangga, penurun demam, perangsang kontraksi uterin, dan terutama digunakan untuk penyakit gangguan jiwa. Penggunaannya dalam mengobati hipertensi terdapat dalam kepustakaan India pada tahun 1918. Akar R. serpentina mempunyai tiga kelompok komponen aktif alkaloid. Kelompok pertama merupakan basa kuat (mempunyai amonium kuaterner): serpentin, sarpagin, dan samatin. Kelompok kedua merupakan turunan amina tersier: yohimbin, ajmalin, ajmalisin, tetrafilin, dan tetrafilisin. Kelompok ketiga merupakan basa lemah: reserpin (Gambar 4), resinamin, deserpidin, raunesin, dan kanesin. Reserpin berkhasiat hipotensif. Ajmalin, serpentin, dan resinamin berkhasiat sedatif sedangkan yohimbin merangsang proses pembentukan testosteron yang dapat membangkitkan gairah seks. Cara kerja reserpin sebagai zat hipotensif, yaitu menghambat pengangkutan aktif katekolamin dan amina neurohormon ke jaringan penyimpanan. Enzim monoamin oksidase akan menonaktifkan senyawa amina sehingga secara cepat terjadi pengosongan amina amina (norepinefrin dan dopamin) di ujungujung saraf yang mengakibatkan menurunnya tonus simpatetik. Penurunan tonus ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah, berkurangnya kecepatan jantung,dan memberikan
H3C
O
O
CH3 O
O
O H H N H3C
H
H N
O CH3
O
CH3
O
O
CH3
Gambar 4 Struktur reserpin. Rumus kimia reserpin ialah C33H40N2O9 dengan nama kimia metil 11,17α-dimetoksi18β-(3,4,5-trimetoksibenzoiloksi)-3β-20αyohimban-16β-karboksilat. Reserpin merupakan serbuk hablur, mudah terurai oleh cahaya dan oksidasi terutama dalam bentuk larutan, berwarna putih sampai agak kekuningan, dan tidak berbau. Reserpin tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam asetat dan kloroform dan sukar larut dalam etanol dan eter (British Pharmacopiea 1993). Validasi Metode Analisis Validasi metode adalah proses penetapan dan evaluasi unjuk kerja sebuah metode analisis sesuai dengan cara-cara yang ditentukan oleh konsensus bersama antar organisasi internasional seperti Association of Officia Analytical Chemists (AOAC) (Hidayat 1989). Parameter yang digunakan dalam validasi meliputi linearitas, ketelitian, ketepatan, limit deteksi, dan limit kuantisasi. Linearitas menyatakan kemampuan suatu metode untuk mendapatkan hasil yang sebanding dengan konsentrasi analat dalam contoh pada kisaran konsentrasi tertentu (ICH diacu
4
dalam Chan 2004). Dari kurva linearitas dapat ditetapkan kisaran konsentrasi yang terukur oleh prosedur analitis yang digunakan. Persamaan linearitas yang digunakan adalah y = a + bx dan linearitasnya didapatkan dari harga koefisien korelasi. Syarat linearitas menurut AOAC lebih besar dari 0.9995. Koefisien korelasi adalah kemampuan suatu metode untuk menghasilkan angka analisis yang proporsional terhadap konsentrasi analat di dalam contoh pada interval konsentrasi tertentu. Koefisien korelasi diperoleh dengan menghitung regresi dari persamaan linearnya, sedangkan perpotongannya dengan sumbu- y menyatakan ukuran biasnya. Interval linearitas adalah selang antara konsentrasi tertinggi dan terendah dari analat yang dapat ditetapkan menggunakan suatu metode dengan tingkat, ketelitian, kecermatan, dan koefisien korelasi yang telah dilakukan. Ketelitian adalah kedekatan hasil dari sederet pengukuran yang dilakukan pada contoh yang homogen (ICH diacu dalam Chan 2004). Analisis kimia dikatakan tinggi ketelitian jika selisih antarhasil pengukuran tersebut kecil. ICH membagi ketelitian menjadi dua, yaitu ketertiruan (reproducibility) dan keterulangan (repeatibility). Ketertiruan adalah ketelitian yang dihitung dari hasil penetapan ulangan dengan menggunakan metode yang sama, namun dilakukan oleh operator, peralatan, laboratorium, dan waktu yang berbeda. Keterulangan adalah ketelitian yang diperoleh dari hasil pengulangan dengan menggunakan metode, operator, peralatan, laboratorium,dan waktu yang sama. Ketelitian dapat dinyatakan dengan berbagai cara antara lain kisaran (selisih antara hasil penetapan yang terbesar dan yang terkecil), simpangan rata-rata, dan simpangan baku relatif. Rumus simpangan baku relatif adalah SB SBR (%) = × 100 x Dengan SB merupakan simpangan baku dan x adalah rerata dari hasil pengukuran. Kriteria %SBR sesuai standar AOAC (1993) adalah sebagai berikut: (1) sangat teliti: %SBR <1, (2 ) teliti: %SBR 1-2, (3) sedang: %SBR 2-5, dan (4) tidak teliti: %SBR >5. Ketepatan merupakan kedekatan hasil percobaan yang dapat diterima dengan nilai teoretis atau nilai rujukan yang dapat diterima (ICH diacu dalam Chan 2004). Ketepatan adalah selisih antara rerata hasil analisis dengan nilai absolut dari contoh yang dianalisis (Hidayat 1989). Analisis kimia disebut tepat bila nilai yang diperoleh dekat dengan nilai abso-
lut.Secara teoretis, nilai absolut dapat didekati dengan menganalisis contoh dengan ulangan yang tidak terbatas. Ketelitian dan ketepatan paling mudah ditentukan dengan menetapkan contoh standar atau bahan rujukan. Namun, cara ini hanya sahih jika bahan rujukan tersedia. Bila bahan rujukan tidak tersedia, maka dapat dilakukan uji silang dengan laboratorium lain (uji profisiensi). Berdasarkan uji ketepatan diperoleh konsentrasi contoh, konsentrasi contoh yang ditambah standar, dan konsentrasi standar yang ditambahkan sehingga dapat dihitung persen perolehan kembali (recovery). Persen perolehan kembali adalah angka yang menunjukkan besarnya penambahan standar yang mampu diidentifikasi kembali dengan suatu metode. Nilai persen perolehan kembali yang diharapkan adalah 80−110% (AOA 1993).
Persen perolehan kembali =
a−b × 100% c
Keterangan : a = konsentrasi contoh + konsentrasi standar yang sudah diketahui b = konsentrasi contoh c = konsentrasi standar teoretis yang ditambahkan
Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analat dalam contoh yang dapat ditentukan dan berbeda nyata secara statistika dari blangko (Miller & Miller 2000). Apabila nilai konsentrasi analat berada di bawah limit deteksi suatu metode, maka keberadaan analat dapat menjadi tidak terdeteksi atau data konsentrasi yang diperoleh dapat menjadi tidak sesuai dengan kenyataan. Limit deteksi (LD) diperoleh menggunakan rumus. LD = a + Sy/x Sy/x adalah simpangan baku dari residu y, sedangkan a adalah perpotongan dari persamaan garis. Limit kuantisasi adalah jumlah terendah analat dalam contoh yang secara kuantitatif dapat ditetapkan dengan ketelitian dan ketepatan yang sesuai (Miller & Miller 2000). Limit kuantisasi dapat dihitung dengan terlebih dahulu menentukan limit ketelitian dan ketepatan yang dapat diterima. Rumus limit kuantisasi (LK). LK = a + 10 Sy/x
5
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah tablet obat Serpasil® sebagai sediaan farmasi yang dianalisis, standar reserpin, etanol, H2SO4 0.25 M, larutan natrium nitrit 0.3% (b/v), dan larutan asam sulfamat 5% (b/v). Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, spektrofotometer UV-Vis 2800 Hitachi yang dilengkapi dengan kuvet 1 cm, komputer Pentium IV 2.26 GHz, piranti lunak UV solutions versi 2.0 produksi Hitachi untuk membuat spektrum derivatif, pelat pemanas, dan alat-alat kaca. Metode Penentuan konsentrasi reserpin dalam obat dan ekstrak kering akar R. serpentina menggunakan metode cepat spektrofotometri derivatif UV. Metode tersebut dimulai dengan mencari nilai kecepatan penyapuan, orde turunan, penghalusan, dan jendela yang optimum agar diperoleh spektrum standar dan contoh yang berimpit. Nilai optimum tersebut digunakan untuk mengukur deret larutan standar dan dibuat kurva standar dari amplitudo DL, DS, dan DZ yang terbaik. Selanjutnya, reserpin dalam contoh diukur dan konsentrasinya dihitung dari persamaan kurva standar. Konsentrasi reserpin yang diperoleh dari metode spektrofotometri derivatif dibandingkan dengan metode rujukan British Pharmacopiea (1993). Bila kedua nilai tersebut memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, maka dilakukan validasi metode spektrofotometri derivatif UV (Lampiran 1). Pengukuran Reserpin dengan Metode Spektrofotometri Derivatif UV Preparasi larutan standar dan contoh. Sebanyak 10 mg serbuk reserpin yang dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan 20 ml etanol absolut hangat kemudian dipanaskan pada suhu 50°C dan diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 20 menit. Larutan ini dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditepatkan menggunakan etanol. Larutan stok dengan konsentrasi 100 mg/l ini diencerkan untuk membuat larutan 10, 20, 30, 40, dan 50 mg/l. Satu gram tablet obat yang mengandung 1.25 mg reserpin yang dihaluskan dimasukkan ke dalam gelas piala. Kemudian ditambahkan 20 ml etanol absolut hangat dan dipanaskan
pada suhu 50 °C sambil diaduk dengan pengaduk magnetik selama 20 menit. Larutan ini dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditepatkan menggunakan etanol. Serbuk akar R. serpentina diekstraksi dengan 20 ml etanol kemudian dipanaskan dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 20 menit. Larutan ini dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Sebanyak 2.5 gram serbuk akar R. serpentina yang telah dihaluskan, diekstraksi menggunakan soxhlet dengan 100 ml pelarut etanol selama empat jam. Ekstrak ini ditampung dalam labu takar 100 ml dan ditepatkan menggunakan etanol. Sebanyak 20 ml larutan ekstrak dimasukkan ke dalam corong pisah yang telah berisi 200 ml asam sulfat 0.5 M kemudian dikocok. Campuran tersebut lalu diekstraksi dengan 85 ml kloroform secara bertahap yaitu 25, 15, 15, 10, 10, dan 10 ml. Ekstrak kloroform yang diperoleh ditambahkan 10 ml natrium bikarbonat 2% dan dimasukkan ke dalam corong pisah yang berbeda yang telah berisi 10 ml natrium bikarbonat 2%. Ekstrak kloroform yang didapat dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditepatkan menggunakan kloroform kemudian dikeringkan menggunakan penguap putar. Ekstrak kering diberi 40 ml etanol kemudian dipanaskan pada suhu 50 °C dan diaduk selama 20 menit menggunakan pengaduk magnetik. Larutan ini dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditepatkan menggunakan etanol. Penentuan kondisi optimum. Parameter kondisi optimum yang dikerjakan meliputi orde turunan (derivative order), penghalusan (smoothing), kecepatan penyapuan (scan speed), dan jumlah jendela (number of point). Parameter inilah yang digunakan untuk penentuan validasi. Larutan standar dan contoh 25 mg/l diukur serapannya pada panjang gelombang 200–350 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis Hitachi 2800. Spektrum standar dan contoh obat yang diperoleh digabungkan ke dalam satu tampilan (overlay), demikian pula dengan spektrum standar dan contoh ekstrak. Kecepatan penyapuan terbaik diperoleh dengan memasukkan beragam nilai kecepatan penyapuan, yaitu 100, 200, 400, 800,dan 1200 nm/menit pada saat pengukuran. Pemasukan setiap nilai kecepatan penyapuan diikuti pemasukan peubah orde turunan 1, 2, atau 3, peubah penghalusan 2, 3, atau 4, dan jendela 7, 9, 11,...,75 pada spektrum gabungan. Proses ini bertujuan mendapatkan puncak spektrum standar dan contoh yangberimpit pada peubah
6
kecepatan penyapuan, orde turunan, jumlah jendela, dan penghalusan yang optimum.
45 mg/l. Masing-masing konsentrasi dibuat 3 ulangan.
Penentuan kurva standar dari DL, DS, dan DZ yang terbaik. Pengukuran serapan larutan standar 10, 20, 30, 40, dan 50 mg/l dilakukan dengan menggunakan nilai peubah kecepatan penyapuan, orde turunan, penghalusan, dan jendela yang optimum. Masing-masing amplitudo DL, DS, dan DZ dari spektrum standar diukur. Amplitudo yang memberikan koefisien korelasi dan sensitivitas yang tinggi ditetapkan sebagai kurva standar dan digunakan untuk penetuan kadar reserpin selanjutnya.
Limit deteksi dan Limit Kuantisasi. Limit deteksi dan limit kuantisasi ditentukan dari simpangan baku dari residual y dan intersep persamaan garis.
Penentuan konsentrasi reserpin dalam contoh. Larutan contoh diukur serapannya pada panjang gelombang 200–350 nm. Konsentrasi reserpin dalam contoh ditentukan dengan memasukkan nilai amplitudo contoh ke dalam persamaan garis kurva standar. Evaluasi Validasi Metode Spektrofotometri Derivatif UV Linearitas. Pengukuran serapan larutan standar 10, 20, 30, 40, dan 50 mg/l dilakukan menggunakan nilai kecepatan penyapuan, jumlah jendela, orde turunan, dan penghalusan yang optimum. Linearitas ditentukan menggunakan metode regresi kuadrat terkecil sebanyak tiga kali ulangan untuk setiap konsentrasi. Persamaan linearitas yang digunakan adalah y = a + bx dengan a dan b merupakan konstanta yang diperoleh dari grafik (a= titik potong sumbu y dan b= kemiringan). Ketelitian. Prosedur untuk ketelitian sama dengan prosedur untuk preparasi contoh di atas yang dilakukan sebanyak sembilan kali pada hari yang sama. Serapan larutan contoh diukur menggunakan kecepatan penyapuan, orde turunan, jumlah jendela, dan penghalusan yang optimum. Ketepatan.Ketepatan dinyatakan dengan persen perolehan kembali, yaitu nisbah antara konsentrasi standar yang diperoleh dan konsentrasi standar yang ditambahkan dikali 100 %. Konsentrasi larutan stok contoh dibuat 50 mg/l dan larutan stok standar dibuat 100 mg/l. Larutan stok sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml yang berisi 2.5, 10, dan 17.5 ml larutan stok standar kemudian ditera menggunakan etanol sehingga memberikan konsentrasi akhir 15, 30, dan
Pengukuran Reserpin dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS (British Pharmacopeia 1993) Satu gram serbuk obat dan dua gram serbuk akar, dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 2 ml etanol, 2 ml H2S O4 0.25 M, dan diberikan 10 ml etanol. Larutan ini dihangatkan agar contoh obat mudah larut. Larutan tersebut didinginkan kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan ditera menggunakan etanol. Larutan ini disebut larutan A. Larutan A sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4 0.25 M dan 2 ml larutan natrium nitrit 0.3% (b/v) segar. Larutan ini dicampur dan dipanaskan pada suhu 55ºC selama 35 menit pada penangas air kemudian didinginkan. Larutan asam sulfamat 5% (b/v) sebanyak 1 ml ditambahkan kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dan ditera menggunakan etanol. Absorbans diukur pada λ = 388 nm menggunakan sel rujukan yang berisi 10 ml larutan A tanpa penambahan natrium nitrit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kondisi optimum Penentuan kondisi optimum dalam analisis reserpin menggunakan metode SDUV perlu dilakukan untuk mendapatkan resolusi spektrum yang akurat. Parameter kondisi optimum yang dilakukan meliputi kecepatan penyapuan (scan speed), jumlah jendela (number of point), orde turunan (derivative order), dan penghalusan (smoothing). Penentuan kecepatan penyapuan dilakukan pada tahap awal. Kecepatan penyapuan terbaik diperoleh dengan menguji beragam nilai kecepatan penyapuan, yaitu 100, 200, 400, 800, dan 1200 nm/menit pada konsentrasi larutan yang sama. Bentuk spektrum dengan kecepatan penyapuan yang beragam pada turunan ke nol tidak terlihat berbeda satu sama lain (Gambar 5 a), tetapi ketika diturunkan terlihat adanya perbedaan bentuk spektrum satu sama lain (Gambar 5 b). Hal ini terjadi karena jumlah data yang diolah pada tiap peubah kecepatan
7
penyapuan berbeda. Semakin tinggi kecepatan penyapuan maka kisaran jumlah data yang diolah semakin lebar sehingga bentuk spektrum setelah diturunkan menjadi lebih panjang dan melebar. Perubahan bentuk spektrum ini menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi tidak akurat. Kecepatan penyapuan yang dipilih ialah 200 nm/menit, karena bentuk spektrumnya setelah mengalami proses penurunan masih mengandung nilai yang akurat bila dibandingkan dengan peubah 400, 800, dan 1200 nm/menit. Tidak dipilihnya kecepatan penyapuan 100 nm/menit karena waktu yang dibutuhkan untuk analisis spektrum lebih lama sedangkan bentuk spektrum yang diperoleh sama dengan peubah 200 nm/menit. Absorban
(a) dA/dλ
(b) Gambar 5 Spektrum standar reserpin pada turunan ke nol (a) dan turunan pertama (b). Keterangan: Jingga = kecepatan penyapuan 100 nm/menit Biru = kecepatan penyapuan 200 nm/menit Merah = kecepatan penyapuan 400 nm/menit Hijau = kecepatan penyapuan 800 nm/menit
Cokelat
= kecepatan penyapuan 1200 nm/menit
Analisis kadar reserpin menggunakan metode SDUV menunjukkan bahwa matriks yang terkandung di dalam akar tanaman R. serpentina sangat kompleks. Hal ini meyebabkan bentuk spektrum akar yang hanya dilarutkan dengan etanol terlihat lebih lebar dan tinggi bila dibandingkan dengan akar yang telah diekstraksi bertahap menggunakan kloroform, asam sulfat, dan natrium bikarbonat (Gambar 6a). Selain itu, bentuk spektrumnya juga tidak menyerupai standar reserpin. Proses penurunan fungsi matematika yang dilakukan pada kedua macam spektrum akar menunjukkan hasil yang berbeda. Adanya kandungan matriks yang sangat kompleks di dalam akar menyebabkan bentuk spektrum akar yang hanya dilarutkan dengan etanol tidak menyerupai bentuk spektrum standar dan tidak ditemukannya daerah yang berhimpit dengan spektrum standar walaupun telah mengalami proses penurunan. Pada spektrum akar yang mengalami ekstraksi terlihat adanya persamaan bentuk spektrum dengan standar dan adanya daerah yang berhimpit dengan standar setelah diturunkan (Gambar 6b dan 6c). Sehingga, dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi bertahap untuk analisis reserpin di dalam akar R. serpentina menggunakan metode SDUV. Parameter kondisi optimum untuk penentuan kadar reserpin dalam obat dan akar tidak sama, karena kandungan matriks dalam obat dan akar berbeda. Pada analisis reserpin dalam obat dan akar, spektrum turunan pertama memiliki sensitivitas dan linearitas yang tinggi, sehingga turunan pertama yang dipilih untuk analisis kuantitatif,walaupun spektrum dengan orde turunan yang tinggi mempunyai linearitas yang tinggi pula, spektrum tersebut tidak dipilih untuk analisis karena semakin tinggi orde turunan, sensitivitas akan semakin menurun (Lampiran 7). Hal ini terjadi karena nisbah sinyal terhadap noise (S/N) semakin kecil (Owen 1996; Popovic et al. 1999). Spektrum turunan pertama, kedua, dan ketiga contoh obat Serpasil® dan ekstrak akar R. serpentina pada kisaran panjang gelombang 200-370 nm dapat dilihat pada Gambar 7. Pada Gambar 7 terlihat pola spektrum yang berhimpit antara standar dan contoh di panjang gelombang 277.4 nm untuk obat dan 312 nm untuk akar. Hal ini menunjukkan hanya serapan reserpin yang terjadi pada panjang gelombang tersebut. Perbedaan panjang gelombang pada contoh obat dan akar disebabkan akar oleh perbedaan matriks yang terkandung di dalam contoh tersebut.
8
(a)
(b)
(c) Gambar 6 Spektrum standar reserpin dan akar R. serpentina pada turunan ke nol (a), pertama (b), dan kedua (c). Keterangan: Hitam = standar reserpin Merah = akar dengan ekstraksi bertahap Biru = akar yang dilarutkan dengan etanol
Spektrum turunan kedua pada Gambar 7c1 dan 7c2 terlihat bertumpang tindih antara spektrum contoh dan standar, tetapi tidak dipilih sebagai kondisi optimum untuk penentuan kadar reserpin. Hal ini disebabkan semakin tinggi orde turunan maka akan semakin tinggi pula noise yang dihasilkan sehingga nisbah antara sinyal dan noise menurun. Spektrum turunan ketiga pada Gambar 7d1 dan 7d2 menujukkan garis lurus, artinya pada turunan ketiga spek-trum mengalami distorsi
sempurna sehingga informasi yang dibutuhkan hilang. Tumpang tindih spektrum yang terjadi antara standar dan contoh pada spektrum turunan pertama dipilih untuk pengukuran amplitudo. Amplitudo merupakan respon yang terukur dari analat. Jenis amplitudo yang digunakan di dalam penelitian ini untuk mendapatkan persamaan regresi linear adalah Dz, yaitu amplitudo yang diukur dari garis dasar. Konsentrasi larutan standar 10–50 mg/l menunjukkan linearitas yang tinggi pada panjang gelombang 277.4 nm untuk obat dan 312 nm untuk akar. Proses penurunan spektrum menyebabkan nisbah sinyal terhadap noise (S/N) menurun, sehingga diperlukan proses penghalusan spektrum yang bertujuan untuk mengurangi noise dan mempertahankan nisbah sinyal terhadap noise (S/N) sesuai dengan spektrum pada orde turunan ke nol (Lampiran 2 dan 3). Teknik penghalusan spektrum yang digunakan yaitu Savitzky-Golay. Parameter penghalusan meliputi orde penghalusan dan jumlah jendela. Orde penghalusan dan jumlah jendela yang digunakan mempengaruhi intensitas dan resolusi spektrum. Oleh sebab itu, bentuk dan besarnya amplitudo yang terukur dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Semakin tinggi orde penghalusan maka nilai amplitudo akan semakin besar. Akan tetapi, semakin tinggi jumlah jendela yang digunakan, maka akan semakin banyak pula sinyal yang diolah untuk menghaluskan spektrum sehingga bentuk dan nilai amplitudo semakin kecil (Lampiran 4) (Brereton 2003). Di dalam analisis kuantitatif, proses penghalusan yang terlalu tinggi menyebabkan sinyal yang terukur dalam spektrum menjadi tereduksi, sedangkan bila terlalu rendah, sulit untuk membedakan sinyal sebenarnya yang terukur dari reserpin dengan noise. Oleh sebab itu, diperlukan penetapan orde penghalusan dan jumlah jendela yang optimum supaya nilai yang diperoleh akurat. Kondisi optimum untuk menganalisis resepin dalam obat dan akar disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kondisi optimum pada analisis reserpin dengan metode SDUV Parameter Panjang gelombang (nm) Kecepatan penyapuan (nm/menit) Orde turunan Orde penghalusan Jumlah jendela
Kondisi optimum Obat Akar 277.4 312 200
200
1 2 17
1 2 21
9
(a2)
(a1)
(b2)
(b1)
(c1)
(c2)
(d1)
(d2)
Gambar 7 Spektrum turunan standar reserpin (−), contoh obat Serpasil® (−), dan contoh ekstrak akar Rauwolfia serpentina (−). Keterangan: 1= Contoh obat Serpasil® (a) Spektrum turunan nol (c) Spektrum turunan kedua
2= Contoh ekstrak akar (b) Spektrum turunan pertama (d) Spektrum turunan ketiga
10
Kondisi optimum tersebut menunjukkan kadar reserpin rata-rata dalam obat sebesar 0.2202 mg ± 0.0028 per tablet (Lampiran 8). Nilai ini relatif jauh apabila dibandingkan dengan kadar yang tertera dalam bungkus obat, yaitu sebesar 0.25 mg per tablet, tetapi relatif lebih dekat dengan kadar reserpin yang diperoleh menggunakan metode rujukan. Spektrum serapan standar reserpin dan contoh obat Serpasil® pada kondisi optimum untuk setiap ulangan dapat dilihat pada Lampiran 5. Persamaan garis yang diperoleh y = 0.000245 + 0.0001851 x dan koefisien korelasi sebesar 0.9995 (Gambar 8 a). Selanjutnya kadar reserpin rata-rata yang diperoleh dalam akar pada kondisi optimum sebesar 3.1122 mg ± 0.9097 per satu gram akar (Lampiran 9). Spektrum serapan standar reserpin dan contoh akar pada kondisi optimum untuk setiap ulangan dapat dilihat pada Lampiran 6. Persamaan garis yang diperoleh y = 0.000325 + 0.0002459 x dan koefisien korelasi 0.9990 (Gambar8 b).
Pengukuran Reserpin dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS (British Pharmacopeia 1993) Spektrofotometri UV-VIS konvensional digunakan sebagai metode rujukan untuk analisis reserpin dalam obat dan akar. Linearitas standar reserpin dengan metode British Pharmacopiea untuk analisis obat diperoleh dari deret standar reserpin yang mempunyai kisaran konsentrasi 0 –40 mg/l menggunakan metode regresi kuadrat terkecil. Persamaan garis yang diperoleh adalah y = 0.0313 + 0.0161 x dengan koefisien korelasi sebesar 0.9999 (Gambar 9). Kadar reserpin rata-rata dalam satu tablet obat diperoleh sebesar 0.2289 mg ± 0.0044 (Lampiran 10). Hasil ini relatif dekat dengan kadar reserpin menggunakan metode SDUV, tetapi relatif jauh dengan kadar reserpin dalam bungkus obat. 0,8
y = 0.0161x + 0.0313 2 R = 0.9999
0,7
Amplitudo
absorban
0,6
0,01
y = 0,0001851x + 0,000245 R = 0,9995
0,008 0, 006
0,5 0,4 0,3 0,2 0,1
0,004
0
0,002
0
10
0 0
10
20
30
40
50
30
40
50
60
Konsentrasi (mg/l)
Gambar 9 Kurva standar reserpin dalam analisis tablet obat.
(a) 0,014
y = 0,0002459x + 0,000325 R = 0,9990
0,012
Amplitudo
20
konsentrasi (ppm)
0, 01 0,008 0,006 0,004 0,002 0 0
10
20
30
40
50
60
Konsentrasi (mg/l)
(b) Gambar 8 Kurva standar reserpin untuk obat (a) dan akar (b).
Linearitas standar reserpin untuk analisis akar R. serpentina diperoleh dari kisaran konsentrasi 0–40 mg/l. Persamaan garis yang diperoleh adalah y = 0.0170 x - 0.0083 dengan koefisien korelasi sebesar 0.9997 (Gambar 10). Kadar reserpin rata-rata dalam satu gram akar diperoleh sebesar 5.3741 mg ± 0.2381 (Lampiran 11). 0,8
y = 0.0170x - 0.0083 R = 0.9997
0,7 0,6
ab sorb an
Metode spektrofotometri derivatif UV merupakan metode yang murah, mudah, dan cepat untuk analisis kuantitatif reserpin dalam obat. Biaya yang diperlukan dalam metode SDUV lebih murah dibandingkan dengan metode spektrofotometri konvensional karena tidak menggunakan pereaksi pembentuk warna dan pereaksi yang banyak. Di samping itu analisisnya menjadi lebih mudah dan murah karena standar dan contoh hanya dilarutkan dengan pelarut untuk kemudian diukur.
0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 -0,1 0
10
20
30
40
konsentrasi (ppm)
Gambar 10 Kurva standar reserpin dalam analisis akar R. serpentina.
50
11
Perbandingan Metode SDUV dan Spektrofotometri UV-VIS Hasil analisis kadar reserpin dalam obat dan akar menggunakan metode Spektrofotometri UV-VIS dan SDUV dibandingkan secara statistika menggunakan parameter uji t dan uji F (Tabel 2 dan Tabel 3). Uji t untuk kadar reserpin di dalam obat menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS dan SDUV tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% dengan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel. Uji F nilai ragam hasil analisis menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis dan SDUV tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Lampiran 12). Tabel 2 Hasil uji statistik metode SDUV dan metode Rujukan dalam obat Parameter statistika Kisaran konsentrasi (mg/l) Intersep Kemiringan Koefisien korelasi Kadar reserpin (mg/tablet) t hitung t tabel F hitung F tabel
Metode SDUV
Metode Rujukan
10-50 2.13 10-4 1.981 10-4 0.9998
0- 40 0.0313 0.0161 0.9999
0.2201±0.0028 0.2289±0.0044 0.8839 2.306 2.3733 3.438
Uji t antara metode spektrofotometri UVVis dan SDUV untuk menganalisis kadar reserpin dalam akar berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Uji F hasil analisis menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS dan SDUV berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Lampiran 12). Tabel 3 Hasil uji statistik metode SDUV dan metode Rujukan dalam akar Parameter statistika Kisaran konsentrasi (mg/l)
Metode SDUV
Metode Rujukan
10-50
0- 40
Intersep
3.25 10
Kemiringan
2.459 10
0.017
0.9990
0,9997
3.1122±0.9097
5.3741±0.2381
Koefisien korelasi Kadar reserpin (mg/g)
-0.0083
-4 -4
Validasi metode SDUV perlu dilakukan karena metode SDUV pada analisis reserpin dalam obat merupakan metode baru yang dikembangkan untuk analisis kuantitatif. Parameter validasi yang diuji antara lain linearitas, limit deteksi, limit kuantisasi, ketelitian, dan perolehan kembali. Nilai dari parameter tersebut dibandingkan dengan batas penerimaan parameter validasi yang ditetapkan oleh organisasi internasional seperti AOAC. Hasil penetapan parameter persamaan kurva standar menunjukkan bahwa koefisien korelasi secara keseluruhan dari tiga ulangan seri standar (Tabel 4) berkisar antara 0.9995 dan 0.9998 pada kisaran konsentrasi 10 – 50 mg/l, dengan rataan 0.9998 (Tabel 5). Angka ini menunjukkan adanya hubungan yang linear antara konsentrasi dan sinyal yang terukur, sehingga untuk mengetahui konsentrasi analat dalam suatu contoh dapat langsung diketahui dengan memasukkan nilai serapan pada persamaan kurva standar yang memberikan linearitas yang baik. AOAC menyarankan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh sekurang-kurangnya 0.9995. Metode SDUV untuk analisis reserpin dalam obat memenuhi syarat linearitas yang diterima oleh AOAC. Persamaan kurva standar yang diperoleh adalah y=2.12.10-4 + 1.976.10-4x (Gambar 11). Tabel 4 Persamaan kurva standar sebanyak tiga kali ulangan y = a + bx ulangan Intersep
Kemiringan
Koefisien korelasi
2.79 x 10-4
1.985 x 10-4
0.9995
2.262
2
-4
1.84 x 10
2.036 x 10-4
0.9998
14.6034
3
1.79 x 10-4
1.921 x 10-4
0.9997
5.5466
t tabel F tabel
Validasi Metode Spektrofotometri Derivatif
1
t hitung F hitung
Validasi metode SDUV untuk penentuan kadar reserpin hanya dilakukan pada analisis obat, sedangkan dalam akar tidak dilakukan karena prosedur yang dibutuhkan relatif lama dan uji statistika menunjukkan bahwa metode rujukan dan SDUV berbeda nyata. Prosedur yang relatif lama dilakukan karena reserpin dipisahkan terlebih dahulu dari senyawa metabolit sekunder yang lain pada ekstrak akar agar matriks dari senyawa metabolit sekunder yang lain tidak terlalu menganggu spektrum.
3.438
Nilai kemiringan memberi informasi tentang kepekaan suatu metode. Metode SDUV
12
mempunyai kemiringan yang kecil, artinya perubahan konsentrasi menyebabkan perbedaan pembacaan yang tidak terlalu besar. Titik potong terhadap sumbu-y (intersep) menunjukkan adanya pengaruh matriks pada larutan blanko. Pengaruh matriks akan mempengaruhi kemampuan metode untuk mengukur konsentrasi yang terkecil (limit deteksi).
Tabel 6 Data ketelitian reserpin dalam tablet obat menggunakan metode SDUV
Tabel 5 Parameter statistika kurva standar rata-rata* Reserpin (λ= 277.4 nm)
Parameter statistika Kisaran konsentrasi (mg/l)
10-50 y= 2.12 x 10-4+1.976 x 10-4x
Persamaan regresi Simpangan baku intersep Simpangan baku kemiringan
8.2138 x 10-6 2.476 x 10-6
Koefisien korelasi (r)
0.9998
Limit deteksi (mg/l)
1.1890
Limit kuantisasi (mg/l) 3.9634 Keterangan: *sebanyak tiga kali ulangan
0,012
y = 0,000213x + 0,0001981 R = 0,9998
Amplitudo
0,01
±1 gram.Perhitungan kadar reserpin dapat dilihat pada Lampiran 14. Metode spektrofotometri derivatif mempunyai ketelitian 1.68%. Menurut AOAC (1993) ketelitian suatu metode analisis dianggap teliti jika hasil dari penetapan ulangan mempunyai perbedaan yang kecil satu sama lain (1-2%).
0,008
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata = Batas galat= SD = %SBR =
Kadar reserpin (mg)* 0.2194 0.2167 0.2245 0.2200 0.2216 0.2139 0.2178 0.2245 0.2234 0.2202 0.0028 0.0037 1.68
Keterangan: * kadar reserpin dalam satu tablet
0,006 0,004 0,002 0 0
10
20
30
40
50
60
Konsentrasi (ppm)
Gambar 11 Kurva standar reserpin 10 – 50 mg/l. Limit deteksi metode SDUV diperoleh dari persamaan kurva standar rata-rata. Limit deteksi metode SDUV untuk reserpin adalah 1.1890 mg/l yang berarti metode SDUV mampu membedakan sinyal noise dengan reserpin walaupun dalam jumlah reserpin yang sedikit. Limit kuantisasi metode SDUV adalah 3.9634 mg/l, artinya dalam jumlah reserpin yang relatif sedikit, metode SDUV memberikan ketelitian dan ketepatan yang baik. Perhitungan limit deteksi dan limit kuantisasi dapat dilihat pada Lampiran 13. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam sebuah metode adalah menghindari analisis yang menyatakan bahwa suatu analat ada padahal sebetulnya tidak ada, begitu pula sebaliknya (Miller & Miller 2000). Ketelitian dapat diketahui dengan melihat nilai %SBR. Kadar reserpin rata-rata dalam satu tablet adalah 0.2202 mg ± 0.0028 (Tabel 6). Ketelitian dilakukan sebanyak sembilan kali ulangan, setiap ulangan mempunyai bobot
Perolehan kembali (recovery) adalah angka yang menunjukkan besarnya penambahan standar yang mampu diidentifikasi kembali dengan suatu metode. Nilai perolehan kembali menunjukkan besarnya pengaruh matriks terhadap analat di dalam contoh. Metode SDUV mempunyai nilai pemulihan yang beragam. Standar reserpin sebanyak 0.25 mg ditambahkan ke dalam larutan yang telah mengandung 0.5 mg reserpin. Konsentrasi akhir 15 mg/l. Ternyata, standar reserpin yang terukur 0.15 09 mg ± 0, sehingga nilai perolehan kembalihanya 60.36%±0. Perolehan kembali untuk konsentrasi 30 mg/l dan 45 mg/l adalah 91.66% ± 0.0143 dan 94.61%± 0.0113. Nilai dari tiap perolehan kembali untuk tiap konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 7 Data perolehan kembali reserpin dalam tablet obat dengan metode SDUV Standar reserpin (mg)*
Teoritis 0.25 1 1.75
Ditemukan 0.15±0 0.92±0.01 1.66±0.01
% Perolehan kembali 60.36±0 91.66±1.1 94.61± 0.84
Keterangan: * rerata dari tiga ulangan
13
Perolehan kembali yang rendah menggambarkan adanya interaksi antara analat dan matriks, dan komponen pengganggu lainnya yang kompleks, sehingga menyebabkan hilangnya analat yang terukur. Perolehan kembali menjadi rendah, juga dapat disebabkan pembilasan dan penyaringan yang kurang sempurna. Perolehan kembali yang rendah pada konsentrasi 15 mg/l menunjukkan analisis memerlukan pengulangan agar hasil yang diperoleh lebih baik. Menurut AOAC (1993), perolehan kembali seharusnya berkisar antara 80 –110%.
Alpdogan G, Karabina K, Sungur S. 2002. Derivative spectrophotometric determination of caffeine in some beverages. Turk J Chem 26:295-302. Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke-4. Farida Ibrahim; penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Ansari M, Kazemipour M, Baradaran M, Jalalizadeh H. 2004. Derivative spectrophotometric method for determination of losartan in pharmaceutical formulations. J Pharm Biomed Anal 30:1183-1189.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Metode SDUV dapat digunakan untuk menganalisis kadar reserpin dalam tablet obat dengan ketelitian dan keakuratan yang baik. Analisis kadar rata-rata reserpin dalam tablet obat dengan metode SDUV adalah 0.2202 mg ± 0.0028, sedangkan dengan metode spektrofotometri UV-VIS diperoleh sebesar 0.2289 mg ±0.0044, uji statistika yang dilakukan menunjukkan bahwa kedua metode tersebut tidak berbeda nyata. Pengukuran parameter validasi metode SDUV pada obat memberikan hasil linearitas sebesar 0.9998, ketelitian 1.68%, perolehan kembali 60.36–94.61%, limit deteksi 1.1890 mg/l, dan limit kuantisasi 3.9634 mg/l. Pengaruh matriks dalam akar belum dapat diatasi oleh metode SDUV yang ditunjukkan oleh uji statistika kedua metode tersebut berbeda nyata. Saran Perlu dilakukan pencarian ekstraksi akar yang sederhana yang dapat menurunkan pengaruh matriks pada metode SDUV sehingga pengaruh matriks dapat dihilangkan pada spektrum turunan tanpa mereduksi spektrum serapan reserpin. Selain itu, perlu dilakukan validasi metode SDUV yang lebih menyeluruh untuk analisis kadar reserpin dalam obat.
DAFTAR PUSTAKA Alexander L et al. 1998. Determination of reserpine and Rescinnamine in Rauwolfia serpentine Powders and Tablets: Collaborative Study. J AOAC 81:373-380.
[AOAC] Association Official of Analytical Chemistry. 1993. AOAC Peer - Verified Methods Program. USA: AOAC International. Aydogmus Z, Cetin SM, Ozgur MU. 2002. Determination of ascorbic acid in vegetables by derivative spectrophotometry. Turk J Chem 26:697-704. British Pharmacopiea.1993. British Pharmacopiea Department of Health & Social Services for Northern Ireland. London: British Pharmacopiea. Brereton RG. 2003. Data Analysis for the Laboratory and Chemical Plant. Chichester: J Wiley. Chan CC. 2004. Potency Method Validation. Di dalam: Chan CC, Lee YC, Lam H, Zhang XM, editor. Analytical method Validation and Instrument Performance Verification. New Jersey: J Wiley. hlm 1125. Eskandiari H. 2004. Highly selective derivative spectrophotometry for determination of nickel using 1-(2-Pyridylazo)-2naphtol in tween 80 micellar solutions. Bull Korean Chem Soc 25(8):1137-1142. Fell AF, Jarvie DR, Stewart MJ. 1981. Analysis for paraquat by second and fourth derivative spectroscopy. Clin Chem 27: 286-292. Garcia PL, Santoro MIRM, Hackman ERMK, Singh AK. 2005. Development and validation of a HPLC and a UV derivative spectrophotometric methods for determi-
14
nation of hydroquinone in gel and cream preparations. J Pharm Biomed Anal. 39: 764-768.
Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hidayat A. 1989. Pengendalian dan Evaluasi Unjuk Kerja Metode Analisis Kimia. Warta Akab 1:58-61.
Tauller A, Levillain P, Lemonnier A. 1987. Determining methemoglobin in blood by zero-crossing-point first- derivative spectrophotometry. Clin Chem 33(10): 17671770.
Jones KG, Sweeney GD. 1979. Quantitation of urinary porphyrins by use of second derivative spectroscopy. Clin chem. 25(1): 71-74.
[USP] United State Pharmacopiea. 1995. USP/NF. Rockville:USP Convention.
Karpinska J, Mikoluc B, Piotrowska J. 1998. Apllication of derivative spectrophotometry for determination of coenzyme Q10 in pharmaceutical and plasma. J Pharm Biomed Anal 17:1345-1350. Liska K. 2004. Drugs and The Human Body. Edisi ke-7. New Jersey: Prentice Hall. Miller JN, Miller JM. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry. Ed ke-4. Harlow: Pearson. Owen T. 1996. Fundamentals of UV-visible Spectroscopy. Waldbronn: HewlettPackard. Popovic GV, Pfendt LB, Stefanovic VM. 1999. Analytical application of derivative spectrophotometry. J Serb Chem Soc 65 (7): 457-472. Rolim A et al. 2005. Total flavonoids quantification from O/W emulsion with extract of Brazilian plants. Int J Pharmaceutics, siap terbit. Saunders L. 1974. The Absorption and Distribution of Drugs. London: Bailliere Tindal. Singh DK, Srivastava B, dan Sahu A. 2004. Spectrophotometry determination of Rauwolfia Alkaloids: Estimation of reserpine in pharmaceuticals. Anal Sci 20:571-573. Siswandono .1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Skujins S. 1986. Application of UV-Visible Derivatif Spectrophotometry. Steinhausertasse: Varian AG.
LAMPIRAN
16
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Standar Reserpin Contoh obat dan ekstrak
Metode spektrofotometri derivatif UV
Metode Rujukan British Pharmacopiea
Preparasi standar dan contoh
Penentuan kecepatan penyapuan, orde turunan, penghalusan, dan jendela optimum.
Penentuan kurva standar dari DL, DS, dan DZ
Penentuan kadar reserpin dalam contoh
Uji statistika
Validasi metode
17
Lampiran 2 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh obat turunan ke nol pada ulangan (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9
Keterangan: Biru = standar reserpin 10 mg/l Hitam = standar reserpin 20 mg/l Hijau = standar reserpin 30 mg/l Jingga = standar reserpin 40 mg/l Merah muda = standar reserpin 50 mg/l Merah = contoh obat
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
18
Lanjutan Lampiran 2
(h)
(i)
Lampiran 3 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh akar turunan ke nol pada ulangan (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9 Keterangan: Biru = standar reserpin 10 mg/l Hitam = standar reserpin 20 mg/l Hijau = standar reserpin 30 mg/l Jingga = standar reserpin 40 mg/l Merah muda = standar reserpin 50 mg/l Merah = contoh akar
(a)
(b)
(d)
(c)
(e)
19
Lanjutan lampiran 3
(f)
(g)
(h)
(i)
Lampiran 4 Spektrum serapan standar reserpin pada kecepatan penyapuan 200 nm/menit dan penghalusan kedua
Orde turunan ke-1 Jumlah jendela 7
Orde turunan ke-1 Jumlah jendela 17
Keterangan: Biru = standar reserpin 10 mg/l Hitam = standar reserpin 20 mg/l Hijau = standar reserpin 30 mg/l Jingga = standar reserpin 40 mg/l Merah muda = standar reserpin 50 mg/l
Orde turunan ke-1 Jumlah jendela 65
20
Orde turunan ke-2 Jumlah jendela 17 Orde turunan ke-2 Jumlah jendela 7
Orde turunan ke-2 Jumlah jendela 65
Orde turunan ke-3 Jumlah jendela 17
Orde turunan ke-3 Jumlah jendela 7
Orde turunan ke-3 Jumlah jendela 65
Lampiran 5 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh obat pada kondisi optimum ulangan (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9 Keterangan: Biru = standar reserpin 10 mg/l Hitam = standar reserpin 20 mg/l Hijau = standar reserpin 30 mg/l Jingga = standar reserpin 40 mg/l Merah muda = standar reserpin 50 mg/l Merah = contoh obat
(a)
21
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
22
Lampiran 6 Spektrum serapan standar reserpin dan contoh akar pada kondisi optimum ulangan (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4, (e) 5, (f) 6, (g) 7, (h) 8, (i) 9 Keterangan: Biru = standar reserpin 10 mg/l Hitam = standar reserpin 20 mg/l Hijau = standar reserpin 30 mg/l Jingga = standar reserpin 40 mg/l Merah muda = standar reserpin 50 mg/l Merah = contoh obat
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(e)
(g)
23
Lanjutan lampiran 6
(h)
(i)
24
Lampiran 7 Persamaan kurva standar dan kadar reserpin dalam obat untuk penentuan kondisi optimum No.
Kondisi
λ (nm)
Persamaan garis
Regresi
1 2
1.2.7
277.2 312
0.000259+0.0001887x 0.0002078x-0.00011
0.9991 1
Kadar reserpin (mg) 0.2190 0.2119
4 5
1.2.9
277.2 312.2
0.000241+0.0001889x 0.0002057x-0.000039
0.9994 1
0.2190 0.2115
7 8
1.2.11
277.4 312
0.000247+0.0001873x 0.0002065x-0.000065
0.9995 1
0.2194 0.2119
9 10
1.2.13
277.4 312
0.000247+0.0001865x 0.0002057x-0.000051
0.9994 1
0.2200 0.2118
11 12
1.2.15
277.4 312
0.000239+0.0001861x 0.000205x-0.00004
0.9995 1
0.2201 0.2119
13 14
1.2.17
277.4 312
0.000245+0.0001851x 0.0002044x-0.00003
0.9995 1
0.2202 0.2117
15 16
1.2.19
277.4 312
0.000251+0.0001841x 0.0002036x-0.00002
0.9994 1
0.2200 0.2117
17 18
1.2.21
277.6 312
0.000249+0.0001831x 0.0002028x-0.000016
0.9995 1
0.2174 0.2120
19 20
1.2.23
277.4 312
0.000266+0.0001816x 0.0002018x-0.000006
0.9994 1
0.2201 0.2147
21 22
1,2,25
277,6 312
0,000261+0,0001807x 0,0002008x
0,9994 1
0,2202 0,2120
23 24
1,2,27
277,6 312
0,000265+0,0001795x 0,0001998x
0,9994 1
0,2201 0,2122
25 26
1,2,29
277,6 312
0,000268+0,0001782x 0,00024+0,0001868x
0,9994 0,9978
0,2201 0,2127
27 28
1,2,31
277.6 312
0.00025+0.0001876x 0.0002066x-0.000024
0.9994 1
0.2202 0.2124
29 30
1.2.33
277.6 312
0.000262+0.0001758x 0.0001969x-0.000001
0.9994 1
0.2204 0.2125
31 32
1.2.35
277.6 312
0.000262+0.0001744x 0.0001959x-0.000001
0.9994 1
0.2204 0.2126
33 34
1.2.37
277.6 312
0.000253+0.0001733x 0.000003+0.0001947x
0.9994 1
0.2206 0.2123
25
Lanjutan lampiran 7 No.
Kondisi
λ (nm)
Persamaan garis
Regresi
33 34
1.2.37
277.6 312
0.000253+0.0001733x 0.000003+0.0001947x
0.9994 1
Kadar reserpin (mg) 0.2206 0.2123
35 36
1.2.39
277.6 312
0.000253+0.0001719x 0.000006+0.0001934x
0.9994 1
0.2127 0.2124
37 38
1.2.41
277.6 312
0.00025+0.0001704x 0.000007+0.0001923x
0.9994 1
0.2207 0.2123
39 40
1.2.43
277.4 312
0.000269+0.0001863x 0.000001+0.0002051x
0.9994 1
0.2205 0.2125
41 42
1.2.45
277.6 312
0.000255+0.0001671x 0.000003+0.0001899x
0.9993 1
0.2206 0.2125
43 44
1.2.47
277.6 312
0.000247+0.0001657x 0.000001+0.0001887x
0.9993 1
0.2209 0.2126
45 46
1.2.49
277.6 312
0.000251+0.0001639x 0.000006+0.0001874x
0.9994 1
0.2208 0.2126
47 48
1.2.51
277.6 311.8
0.000243+0.0001625x 0.000004+0.0001862x
0.9994 1
0.221 0.2129
49 50
1.3.9
277.4 311.6
0.000206+0.0001932x 0.0002108x-0.000174
0.999 0.9995
0.219 0.2134
51 52
1.3.13
277.2 311.8
0.000247+0.0001903x 0.0002097x-0.000163
0.9993 0.9999
0.2187 0.2128
53 54
1.3.15
277.2 312
0.000235+0.0001901x 0.000208x-0.0001
0.9994 0.9999
0.2188 0.212
55 56
1.3.17
277.2 312
0.000221+0.0001901x 0.0002077x-0.000085
0.9994 0.9999
0.2195 0.2119
57 58
1.3.19
277.4 312
0.000236+0.000189x 0.0002077x-0.000081
0.9995 0.9999
0.22 0.2119
59 60
1.3.21
277.4 312
0.000234+0.000189x 0.0002077x-0.000071
0.9995 1
0.2199 0.2116
61 62
1.3.23
277.4 311.8
0.000224+0.0001892x 0.0002072x-0.000046
0.9995 1
0.219 0.2113
63 64
1.3.25
277.4 312
0.000238+0.0001886x 0.0002073x-0.000047
0.9995 1
0.2196 0.2113
26
Lanjutan lampiran 7 No.
Kondisi
λ (nm)
Persamaan garis
Regresi
65 66
1.3.27
277.4 312
0.000241+0.0001883x 0.000207x-0.000034
0.9995 1
Kadar reserpin (mg) 0.2199 0.2114
67 68
1.3.29
277.4 312
0.000243+0.0001881x 0.0002069x-0.000027
0.9995 1
0.22 0.2115
69 70
1.3.31
277.6 312
0.00025+0.0001876x 0.0002066x-0.000024
0.9994 1
0.2198 0.2117
71 72
1.3.33
277.4 312
0.00026+0.0001874x 0.0002061x-0.000013
0.9994 1
0.2199 0.2118
73 74
1.3.35
277.6 312
0.000273+0.0001841x 0.0002036x-0.000008
0.9994 1
0.2226 0.214
75 76
1.3.37
277.6 312
0.000266+0.0001868x 0.0002057x-0.000005
0.9994 1
0.2198 0.2117
77 78
1.3.39
277.4 312
0.000269+0.0001867x 0.000205x-0.000001
0.9994 1
0.2199 0.2124
79 80
1.3.41
277.4 312
0.000272+0.0001864x 0.000003+0.0002053x
0.9994 1
0.2201 0.2119
81 82
1.3.43
277.4 312
0.000269+0.0001863x 0.000001+0.0002051x
0.9994 1
0.2201 0.2121
83 84
1.3.45
277.4 312
0.000274+0.000186x 0.000205x-0.000004
0.9994 1
0.2199 0.2123
85 86
1.3.47
277.4 312
0.000277+0.0001855x 0.0002048x
0.9994 1
0.2201 0.2121
87 88
1.3.49
277.4 312
0.000272+0.0001854x 0.0002045x-0.000005
0.9994 1
0.2201 0.2145
89 90
1.3.51
277.6 312.2
0.000272+0.000185x 0.000002+0.000304x
0.9994 1
0.2201 0.2118
91 92
1.3.59
277.6 312
0.000268+0.0001834x 0.000003+0.0002025x
0.9994 1
0.2202 0.209
93
2.2.17
240
0.000067+0.000211x
0.9973
0.2151
94 95 96 97
2.2.21
240.4 274.2 282.2 300.2
0.000056+0.0000221x 0.000015+0.0000051x 0.000004+0.0000048x 0.0000046x
0.9973 0.9948 0.9991 1
0.2064 0.2058 0.2208 0.1845
27
Lanjutan lampiran 7 No.
Kondisi
98 99 100 101
λ (nm)
Persamaan garis
Regresi
309.4 316.6 274.2-282.2 309.4-316.6
0.000011+0.0000031x 0.0000056x 0.000019+0.0000099x 0.000011+0.0000081x
0.9943 1 0.9974 0.9992
Kadar reserpin (mg) 0.1965 0.1843 0.2131 0.2026
102 103 104 105 106 107 108 109
2.2.23
240.4 274.2 282.2 300 309.4 316.4 274.2-282.2 309.4-316.4
0.0000056+0.000021x 0.000011+0.0000051x 0.000004+0.0000048x 0.000004x 0.000011+0.0000031x 0.000001+0.0000049x 0.000015+0.0000099 0.000012+0.000008x
0.9974 0.9979 0.9991 1 0.9943 0.9985 0.9986 0.9994
0.2166 0.2139 0.2208 0.2093 0.1928 0.2039 0.2172 0.1996
110 111 112 113 114 115 116 117
2.2.25
240.4 274 282.2 300.2 309.4 316.8 274-282.2 309.4-316.8
0.0000058+0.0000206x 0.000011+0.0000051x 0.000004+0.0000048x 0.000001+0.0000039x 0.000002+0.0000032x 0.000005+0.0000047x 0.000015+0.0000099 0.000007+0.0000079x
0.9972 0.9979 0.9991 0.9977 0.9981 0.9993 0.9986 0.9991
0.2176 0.2094 0.2232 0.2121 0.1871 0.1989 0.2302 0.1941
118
2.2.27
240.4
0.000064+0.0000202x
0.9962
0.2171
119 120 121 122 123 124 125 126
2.2.29
240.4 274 282 300 309.6 316.8 274-282 309.6-316.8
0.000065+0.0000199x 0.000014+0.0000048x 0.000004+0.0000048x 0.000005+0.0000037x 0.0000036x 0.000003+0.0000047x 0.000018+0.0000096x 0.000003+0.0000077x
0.9966 0.9991 0.9991 0.9989 1 0.9993 0.9991 0.9997
0.2187 0.2065 0.2208 0.2093 0.1561 0.196 0.2136 0.1926
127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140
2.2.31
240.6 274.2 282 299.6 309.4 317.4 274.2-282 309.4-317.4 240.4 274 282 300 309.4 316.4
0.000059+0.0000199x 0.000006+0.000005x 0.000004+0.0000048x 0.000005+0.0000037x 0.000003x 0.000007+0.0000045x 0.00001+0.0000098x 0.000007+0.0000075x 0.000056+0.000021x 0.000016x+0.000005 0.000004+0.0000048x 0.000004x 0.000011+0.0000031x 0.000001+0.0000049x
0.9958 0.9976 0.9991 0.9989 1 0.9993 0.9985 0.9997 0.9974 0.9976 0.9991 1 0.9943 0.9985
0.2178 0.2124 0.2208 0.2093 0.1488 0.1904 0.2165 0.1877 0.2073 0.1895 0.2208 0.2065 0.1299 0.1899
2.2.33
28
Lanjutan lampiran 7 No.
Kondisi
141 142
λ (nm)
Persamaan garis
Regresi
274-282 309.4-316.4
0.000002+0.0000098x 0.000012+0.000008x
0.9985 0.9994
Kadar reserpin (mg) 0.2238 0.1666
143 144 145 146 147 148 149 150
2.2.35
240.6 273.8 282.2 300 309.2 316.8 273.8-282.2 309.2-316.8
0.000067+0.0000191x 0.000009+0.0000047x 0.000009+0.0000045x 0.000005+0.0000037x 0.0000028x-0.000002 0.000003+0.0000045x 0.000018+0.0000092x 0.000001+0.0000073x
0.9957 0.9975 0.9983 0.9989 0.9975 0.9993 0.9984 0.999
0.2184 0.217 0.2113 0.2093 0.1917 0.1996 0.2142 0.1966
151
2.2.37
240.8
0.000065+0.0000189x
0.9963
0.2182
152 153 154 155 156 157 158 159
2.3.39
240.8 274 282.2 300 309.2 316.8 274-282.2 309.2-316.8
0.00006+0.0000188x 0.000004+0.0000048x 0.000009+0.0000045x 0.000007+0.0000035x 0.0000027x-0.000005 0.000003+0.0000045x 0.000013+0.0000093x 0.0000072x-0.000002
0.996 0.9991 0.9983 0.9988 0.9979 0.9993 0.9989 0.9992
0.2190 0.2065 0.2088 0.2120 0.2103 0.1996 0.2076 0.2036
162 163 164 165 166 167 168 169
2.2.41
241 273.6 281.8 300 309.2 316.8 273.6-281.8 309.2-316.8
0.000058+0.0000186x 0.000008+0.0000046x 0.000007+0.0000045x 0.000007+0.0000035x 0.0000027x-0.000005 0.0000045x-0.000001 0.000015+0.0000091x 0.0000072x-0.000006
0.9966 0.9962 0.9993 0.9988 0.9979 0.9983 0.9984 0.9985
0.2182 0.2115 0.2134 0.2055 0.2060 0.2088 0.2124 0.2077
170 171 172 173 174 175 176 177
2.2.43
240.8 273.4 282.2 300 309 316.6 273.4-282.2 309-316.6
0.000067+0.0000181x 0.000009+0.0000045x 0.000007+0.0000045x 0.000002+0.0000036x 0.0000025x-0.000003 0.0000045x-0.000003 0.000016+0.000009x 0.000007x-0.000006
0.9952 0.9983 0.9993 0.9985 0.9976 0.9993 0.9993 0.9988
0.2178 0.2113 0.2134 0.2077 0.1913 0.2123 0.2133 0.2055
178 179 180 181 182 183
2.2.45
241 273.6 282.4 299.6 309.2 316.8
0.000061+0.0000181x 0.000009+0.0000045x 0.000007+0.0000045x 0.000003+0.0000035x 0.0000024x-0.000002 0.0000045x-0.000003
0.9968 0.9983 0.9993 0.9988 0.9965 0.9993
0.2168 0.2088 0.2134 0.2107 0.1807 0.2108
29
Lanjutan lampiran 7 No.
kondisi
184 185
λ (nm)
Persamaan garis
Regresi
273.6-282.4 309.2-316.8
0.000016+0.000009x 0.0000069x-0.000005
0.9993 0.9993
Kadar reserpin (mg) 0.2111 0.2003
186
2.2.47
241.2
0.000051+0.0000181x
0.9968
0.2181
187 188 189 190 191 192 193 194
2.2.49
241.2 273.2 281.8 299.6 308.8 316.8 273.2-281.8 308.8-316.8
0.000058+0.0000176x 0.000011+0.0000043x 0.000007+0.0000043x 0.000007+0.0000033x 0.0000023x-0.000005 0.000002+0.0000042x 0.000018+0.0000086x 0.0000067x-0.000007
0.9962 0.997 0.9992 0.9986 0.9972 0.9989 0.9989 0.9997
0.2176 0.2110 0.2206 0.2040 0.2020 0.2081 0.2158
195 196 197 198 199 200 201 202
2.2.51
241.2 273.4 282.6 300 309 316.8 273.4-282.6 309-316.8
0.000056+0.0000174x 0.000012+0.0000042x 0.000007+0.0000043x 0.000007+0.0000033x 0.0000022x-0.000004 0.000002+0.0000042x 0.000019+0.0000085x 0.0000064x-0.000002
0.9968 0.9989 0.9992 0.9986 0.9959 0.9989 0.9995 0.9995
0.2060 0.2179 0.2108 0.2233 0.1971 0.2117 0.1999 0.2171 0.2040
203
2.2.57
241.4
0.000058+0.0000166x
0.9957
0.2157
204
2.4.25
240.2
0.00005+0.0000226x
0.9977
0.2127
205
2.4.35
240.2
0.000065+0.0000217x
0.9966
0.2170
206 207 208 209 210 211 212 213
2.4.39
240.2 274.2 281.8 300.4 309.2 316.2 274.2-281.8 309.2-316.2
0.00007+0.0000214x 0.000007+0.0000055x 0.000014+0.0000048x 0.000004x 0.000002+0.0000036x 0.000005x 0.000021+0.0000103x 0.000002+0.0000086x
0.9945 0.9995 0.9991 1 0.9985 1 0.9995 0.9997
0.2182 0.2142 0.2089 0.2179 0.1950 0.2019 0.2117 0.1471
214 215 216 217 218 219 220 221
2.4.41
240.2 274.2 281.6 300.2 309.2 316.2 274.2-281.6 309.2-316.2
0.000069+0.0000213x 0.000007+0.0000055x 0.000014+0.0000048x 0.000002+0.000004x 0.0000038x-0.000006 0.000005x 0.000021+0.0000103x 0.0000088x-0.000006
0.9958 0.9995 0.9991 0.9975 0.9986 1 0.9995 0.9997
0.2186 0.2142 0.2065 0.2128 0.2065 0.2065 0.2106 0.1493
222 223
2.4.43
240.2 274.4
0.000065+0.0000215x 0.000007+0.0000055x
0.9966 0.9995
0.2185 0.2079
30
Lanjutan lampiran 7 No. 224 225 226 227 228 229
Kondisi
λ (nm)
Persamaan garis
Regresi
281.6 300 309.4 316.2 274.4-281.6 309.4-316.2
0.000014+0.0000048x 0.000002+0.000004x 0.0000035x-0.0000011 0.000005x 0.000021+0.0000103x 0.0000085x-0.0000011
0.9991 0.9975 0.9972 1 0.9995 0.9995
Kadar reserpin (mg) 0.2065 0.2099 0.2029 0.2065 0.2073 0.1471
31
Lampiran 8 Penentuan kadar reserpin dalam obat menggunakan metode SDUV
Serapan standar reserpin pada λ 277.4 nm Konsentrasi (mg/ℓ) 10 20 30 40 50
No 1 2 3 4 5
Amplitudo
0,01
Amplitudo 0.00200 0.00399 0.00590 0.00770 0.00940
y = 0,0001851x + 0,000245 R = 0,9995
0,008 0,006 0,004 0,002 0 0
10
20
30
40
50
60
Konsentrasi (mg/l)
Kurva standar reserpin Penentuan kadar reserpin dalam tablet obat No
Absorban
Kadar (mg/l)
Bobot 1 tablet (g)
Kadar dalam 45 tablet (mg)
Kadar dlm 1 tablet (mg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00418 0.00413 0.00427 0.00419 0.00422 0.00408 0.00415 0.00427 0.00425
21.2588 20.9887 21.7450 21.3128 21.4749 20.7185 21.0967 21.7450 21.6370
1.0038 1.003 1.0033 1.0032 1.0036 1.0033 1.0031 1.0034 1.003
9.8711 9.7534 10.1019 9.9021 9.9734 9.6250 9.8027 10.1009 10.0547
0.2194 0.2167 0.2245 0.2200 0.2216 0.2139 0.2178 0.2245 0.2234
Rerata = Limit Kepercayaan=
0.2202 0.0028
Contoh perhitungan : Kadar reserpin dalam 1000 ml
= 21.2588 mg
Kadar reserpin dalam 50 ml
= 21.2588 mg x
Kadar reserpin dalam dalam 1.0038 g
50 ml = 1.0629 mg 1000 ml
= 1.0629 mg
Kadar reserpin dalam 45 tablet obat (9.3219 g) = 1.0629 mg x Kadar reserpin dalam 1 tablet =
9.3219 g = 9.8711 mg 1.0038 g
9.8711 mg = 0.2194 mg 45 tablet
Limit Kepercayaan (selang kepercayaan 95%) = t × SB n
= 2.306 × 0.0037 = 0.0028 9
32
Lampiran 9 Penentuan kadar reserpin dalam akar menggunakan metode SDUV
Serapan standar reserpin pada λ maksimum 312 nm Konsentrasi (mg/ℓ) 10 20 30 40 50
No 1 2 3 4 5
Amplitudo 0.00265 0.00525 0.00788 0.01032 0.01241
0,014
y = 0,0002459x + 0,000325 R = 0,9990
Amplitudo
0,012 0,01 0,008 0,006 0,004 0,002 0
10
0
20
30
40
50
60
Konsentrasi (mg/l)
Kurva standar reserpin Penentuan kadar reserpin dalam akar No
Amplitudo
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00189 0.00197 0.00191 0.00208 0.00201 0.00148 0.00147 0.00208 0.00181
Contoh perhitungan pada ulangan 1: Kadar reserpin dalam 1000 ml Kadar reserpin dalam 100 ml
Kadar reserpin Dalam 2.5 g akar (mg) Terukur (mg/ℓ) 6.3644 7.9555 6.6897 8.3621 6.4457 8.0571 7.137 8.9213 6.8524 8.5654 4.697 5.8713 4.6563 5.8204 7.137 8.9213 6.039 7.5488 7.7804 Rata-rata= Simpangan Baku = 1.1835
= 6.3644 mg = 6.3644 mg x 100 ml = 0.63644 mg
1000 ml 50 ml Kadar reserpin dalam 2.5 g akar = 0.63644 mg x x 100 ml = 7.9555 mg 20ml 20 ml
Batas galat (selang kepercayaan 95%) = t × SD n
= 2.306 × 1.1835 = 0.9097 9
33
Lampiran 10 Penentuan kadar reserpin dalam obat menggunakan metode Spektrofotometri UV-VIS
Serapan standar reserpin pada λ maksimum 389 nm Konsentrasi (mg/l) 0 5 10 15 20 25 30 35 40
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Amplitudo 0.032 0.108 0.193 0.276 0.353 0.432 0.514 0.597 0.672
0,8
Absorban
0,7
y = 0,0161x + 0,0313 R = 0,9999
0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0
10
20
30
40
50
konsentrasi (mg/l)
Kurva standar reserpin Penentuan kadar reserpin dalam tablet obat No
Absorban
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.409 0.398 0.409 0.392 0.402 0.41 0.384 0.392 0.402
Kadar (mg/ℓ) 23.4596 22.7764 23.4596 22.4037 23.0248 23.5217 21.9068 22.4037 23.0248
Bobot 1 tablet (g) 1.0011 1.004 1.0027 1.0025 1.0025 1.0008 1.0015 1.0015 1.0027
Contoh perhitungan pada ulangan 1: Kadar reserpin dalam 1000 ml Kadar reserpin dalam 50 ml Kadar reserpin dalam 1.0045 g obat
Kadar dalam 45 tablet (mg) 10.5678 10.2304 10.551 10.0781 10.3575 10.599 9.8644 10.0881 10.3554
Kadar dalam 1 tablet (mg) 0.2348 0.2273 0.2345 0.224 0.2302 0.2355 0.2192 0.2242 0.2301
Rata-rata = Simpangan Baku =
0.2289 0.0057
= 23.4596 mg = 23.4596 mg x 50 ml = 1.1730 mg 1000 ml
= 1.1730 mg
Kadar reserpin dalam 45 tablet obat (9.0193 g) = 1.1730 mg x 9.0193 g = 10.5678 mg
1.001 g 10 . 5678 g Kadar reserpin dalam satu tablet = 0.2348 mg = 45 tablet Batas galat (selang kepercayaan 95%) = t × SD = 2.306 × 0.0057 = 0.0044 n 9
34
Lampiran 11 Penentuan kadar reserpin dalam akar menggunakan metode Spektrofotometri UV-VIS
Serapan standar reserpin pada λ maksimum 389.5 nm Konsentrasi (mg/l) 0 5 10 15 20 25 30 35 40
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0,8
y = 0.0170x - 0.0083 R = 0.9997
0,7 0,6
absorban
Absorban -0.02 0.082 0.166 0.25 0.337 0.415 0.505 0.591 0.665
0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 -0,1 0
10
20
30
40
50
konsentrasi (mg/l)
Kurva standar reserpin Penentuan kadar reserpin dalam akar No
Absorban
Kadar (mg/ℓ)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.35 0.36 0.359 0.352 0.349 0.374 0.353 0.374 0.345
21.0765 21.6647 21.6059 21.1941 21.0176 22.4882 21.2529 22.4882 20.7824
Bobot 1x ulangan (g) 2.0016 2.001 2.0018 2.0004 2.0012 2.0002 2.0016 2.0004 2.0016
Contoh perhitungan pada ulangan 1: Kadar reserpin dalam 1000 ml Kadar reserpin dalam 1000 ml x Fp
Kadar dalam 1x ulangan (mg)
Kadar dalam 1 g akar (mg)
10.5382 10.8324 10.8029 10.5971 10.5088 11.2441 10.6265 11.2441 10.3912
5.2649 5.4135 5.3966 5.2975 5.2513 5.6215 5.309 5.6209 5.1314
Rata-rata = Simpangan Baku =
5.3741 0.3097
= 21.0765 mg = 21.0765 mg x 25 ml = 210.765 mg
Kadar reserpin dalam 50 ml
2.5 ml = 210.765 mg x 50 ml = 10.5383 mg 1000 ml
Kadar reserpin dalam 1 x ulangan
= 10.5383 mg
1g × 10.5383 mg = 5.2649 mg 2.0016 g = 2.306 × 0.3097 = 0.2381 Batas galat (selang kepercayaan 95%) = t × SD n 9
Kadar reserpin dalam satu gram akar
=
35
Lampiran 12 Penentuan uji t dan uji F antara metode SDUV dan Spektrofotometri UV-VIS (rujukan) Kadar reserpin dalam obat: S1 (SB metode referensi) = 0.0057 S2 (SB metode derivatif) = 0.0037 2 2 F hitung = (SB metode Referensi) = (0.0057) = 2.3733
(0.0037) 2
(SB metode Derivatif) 2
F tabel untuk n-1= 8 pada selang kepercayaan 95% = 3.438 F hitung < F tabel (tidak berbeda nyata) 2
2
(n − 1) s1 + (n2 − 1) 2 s 2 s= 1 = 0.0048 (n1 + n2 − 2) t hitung =
( x1 − x 2 ) 1 1 + s n1 n2
=
(0.2289 − 0.2201) 1 1 0.0048 + 9 9
= 0.8839
t tabel untuk n1+n2-2 = 16 pada selang kepercayaan 95% = 2.120 t hitung < t tabel (tidak berbeda nyata) Kadar reserpin dalam akar: S1 (SB metode derivatif) = 1.1835 S2 (SB metode rujukan) = 0.3097 2 2 F hitung = (SB metode Derivatif) = (1.1835) = 14.6034
(0.3097) 2
(SB metode Rujukan) 2
F tabel untuk n-1 = 8 pada selang kepercayaan 95% = 3.438 F hitung > F tabel (berbeda nyata) t hitung =
( x1 − x 2 ) 2
s1 s2 + 2 n1 n2
derajat bebas =
=
(5.3741 − 3.1122) (0.3097) 2 (1.1835) 2 + 9 9
⎛ s12 s 22 ⎞ ⎜⎜ + ⎟⎟ ⎝ n1 n2 ⎠
= 5.5466
2
⎛ ⎞ s4 s 24 ⎟⎟ ⎜⎜ 2 1 + 2 n n n n ( − 1 ) ( − 1 ) 2 2 ⎝ 1 1 ⎠
= 9
t tabel dengan derajat bebas = 9 pada selang kepercayaan 95% = 2.262 t hitung > t tabel (berbeda nyata)
36
Lampiran 13 Penentuan parameter statistika kurva standar rata-rata metode SDUV yi ŷi Iyi - ŷi I (yi - ŷi )2 -5 0.00212 0.00219 7.10 49.10-10 0.00419 0.00416 3.10-5 9.10-10 -4 0.00624 0.00614 1.10 1.10-8 -5 0.00811 0.00812 1.10 1.10-10 -5 0.01004 0.01009 5.10 25.10-10 Keterangan: xi = konsentrasi standar; yi = absorban yang terukur; ŷi = nilai y yang diperoleh xi 10 20 30 40 50
xi 2 100 400 900 1600 2500
dengan memasukkan nilai x ke persamaan kurva standar
Σ xi2 = 5500
Σ (yi - ŷi )2 = 1.84.10-8
Sy/x =
∑(y
i
) − yi ) 2
i
n−2
Σ (xi - x )2 = 1000
= 7.8316.10-5
Persamaan kurva standar y = 2.12.10-4 + 1.976.10-4x Koefisien korelasi = 0.9998 Simpangan Baku kemiringan (Sb) =
Sy/x
∑ (x
i
= 2.476.10-6
− x)2
i
Batas galat kemiringan pada selang kepercayaan 95% 1.976.10-4 ±(3.182 x 2.476.10-6) = 1.976.10-4 ±7.878.10-6
∑x n ∑ (x − x) 2
Simpangan Baku intersep (Sa)
=S y/x
i
i
2
= 8.2138.10-5
i
i
Batas galat intersep pada selang kepercayaan 95% 2.12.10-4±(3.182 x 8.2138.10-5) = 2.12.10-4±2.6136.10-4
Limit deteksi = yb + 3 SB yb : intersep (titik potong terhadap sumbu y) SB = Sy/x = Simpangan Baku dari y residual Limit deteksi = 2.12.10-4 + (3 x 7.8316.10-5) = 4.4695.10-4 Diplotkan ke dalam persaman garis. didapatkan konsentrasi limit deteksi = 1.1890 mg/ℓ
Limit kuantitasi = yb + 10 SB 2.12.10-4 + (10 x 7.8316.10-5) = 9.9516.10-4 Diplotkan ke dalam persaman garis. didapatkan konsentrasi limit kuantitasi = 3.9634 mg/ℓ
37
Lampiran 14 Penentuan presisi kadar reserpin dalam obat metode SDUV
No
Absorban
Kadar (mg/l)
Bobot 1 tablet (g)
Kadar dalam 45 tablet (mg)
Kadar dlm 1 tablet (mg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00418 0.00413 0.00427 0.00419 0.00422 0.00408 0.00415 0.00427 0.00425
21.2588 20.9887 21.7450 21.3128 21.4749 20.7185 21.0967 21.7450 21.6370
1.0038 1.003 1.0033 1.0032 1.0036 1.0033 1.0031 1.0034 1.003
9.8711 9.7534 10.1019 9.9021 9.9734 9.6250 9.8027 10.1009 10.0547
0.2194 0.2167 0.2245 0.2200 0.2216 0.2139 0.2178 0.2245 0.2234
Rerata = Simpangan Baku= Limit Kepercayaan= Simpangan Baku Relatif (%)=
Contoh perhitungan : Kadar reserpin dalam 1000 ml
= 21.2588 mg
Kadar reserpin dalam 50 ml
= 21.2588 mg x
Kadar reserpin dalam dalam 1.0038 g
50 ml = 1.0629 mg 1000 ml
= 1.0629 mg
Kadar reserpin dalam 45 tablet obat (9.3219 g) = 1.0629 mg x Kadar reserpin dalam 1 tablet =
Simpangan Baku (SB) =
0.2202 0.0037 0.0028 1.68
9.3219 g = 9.8711 mg 1.0038 g
9.8711 mg = 0.2194 mg 45 tablet
∑ (x
i
− x)2
i
n −1
= 0.0037
Limit Kepercayaan (selang kepercayaan 95%) = t × SB
= 2.306 × 0.0037 = 0.0028 9
n
Simpangan Baku Relatif (%SBR) = SB ×100 = 0.0037 ×100 = 1.68% x
0.2201
38
Lampiran 15 Penentuan perolehan kembali (recovery) kadar reserpin dalam obat metode SDUV Standar reserpin (mg) Teoritis Ditemukan 0.25 0.25 0.25 1 1 1 1.75 1.75 1.75
Persen perolehan kembali (%)
0.1509 0.1509 0.1509 0.9231 0.9148 0.912 1.6511 1.6649 1.6511
60.36 60.36 60.36 92.31 91.48 91.2 94.35 95.14 94.35
Rata-rata(%)
Limit kepercayaan
60.36
0
91.66
0.0143
94.61
0.0113
Keterangan: konsentrasi reserpin teoritis dalam contoh = 0.5 mg
Contoh perhitungan pada ulangan 1: Persen perolehan kembali = =
standar reserpin yang ditemukan x 100% standar reserpin teoritis 0.1509 mg × 100% = 60.36% 0.25 mg