P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Validasi Metode Analisis α-Mangostin Dalam Plasma Darah Manusia Secara In Vitro Dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet (Validation of Analitycal Method of α-Mangosteen in Plasma In Vitro by ultraviolet spectrophotometry Method) Roslinda Rasyid 1* ; Widya Kardela2 ;Wulan Widyawati1 1Fakultas 2Sekolah
Farmasi, Universitas Andalas Padang Tinggi Ilmu Farmasi Padang
Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK α-Mangostin merupakan salah satu senyawa yang memiliki aktifitas antibakteri, antijamur, antitumor, antiinflamasi dan antioksidan. Adanya ikatan antara obat dan protein dalam plasma akan berpengaruh terhadap efek terapeutik dari suatu obat. α-Mangostin yang terikat dengan protein dalam plasma harus dibebaskan. Validasi metode analisis α-mangostin dalam plasma darah manusia secara In Vitro ini menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet yang bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui kadar α-mangostin dalam plasma darah manusia. Metode pengendapan protein dengan pelarut metanol bertujuan untuk membebaskan obat yang terikat dengan protein. Pengukuran serapan dilakukan panjang gelombang 316,2 nm. Larutan standar α-mangostin pada rentang 2-10 µg/mL menghasilkan persamaan regresi y = 0,1584 + 0,0586x dengan r 0,9947. Hasil penelitian memberikan nilai akurasi dan presisi yang baik, nilai akurasi pada konsentrasi 2, 4, dan 6 µg/mL masing-masing yaitu 95,221%, 93,2593% dan 93,4584%, dan memberikan nilai presisi intra day yaitu 1,2146%, 1,8553% dan 0,8052%. Presisi inter day diperoleh 3,0838%, 4,2284% dan 1,9597%. Batas deteksi (BD) 0,0032µg/mL dan batas kuantitasi (BK) 0,0106 µg/mL. Hasil analisis kadar α-mangostin dalam plasma darah manusia secara In Vitro yaitu 3,747 % ± 93,9799%. Berdasarkan hasil penelitian, validasi metode analisis αmangostin dalam plasma darah manusia secara In Vitro dengan metode spektrofotometri ultraviolet sudah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Kata Kunci: Spektrofotometri ultraviolet, validasi analisis, α-mangostin, In vitro PENDAHULUAN Obat tradisional merupakan salah satu
α-Mangostin kemopreventif
memiliki
efek
efektif
dalam
yang
alternatif untuk memenuhi kebutuhan obat
karsinogenesis kolon sistem bioassay. Temuan
baru. Pencarian obat baru dapat dimulai dari
mereka menunjukkan bahwa paparan lebih
isolasi dan identifikasi senyawa utama dari
lama
bahan alam. Salah satu senyawa tersebut yang
perkembangan tumor. Dalam studi lain tentang
memberikan khasiat pada pengobatan yaitu α-
efek α- mangostin pada sel leukemia manusia,
mangostin. α-Mangostin merupakan salah satu
hasil menunjukkan bahwa α- mangostin dapat
senyawa turunan xanton (Yunitasari, 2011).
membantu pencegahan dan pengobatan kanker
untuk
α-mangostin
dapat
menekan
362
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
(Jhonson, et al., 2012). Banyak penelitian yang
Berdasarkan
hal
tersebut
maka
lain juga menunjukkan aktivitas α-mangostin
penelitian ini memilih metode spektrofotometri
sebagai antioksidan, antitumor, antiviral dan
ultraviolet sebagai metode yang digunakan
antiinflamasi
2008).
untuk penetapan kadar α-mangostin dalam
Konsentrasi obat bebas yang berikatan dengan
plasma secara in vitro, metode ini mampu
reseptorlah yang menentukan besarnya efek
menjelaskan
farmakologik yang diberikan oleh suatu obat,
berdasarkan panjang gelombang maksimum
dimana reseptor sebagian besar terdapat dalam
suatu senyawa. Hasil pemeriksaan spektrum UV
sel-sel jaringan. Oleh karena sebagian besar sel-
senyawa
sel
maka
memperlihatkan
darah
panjang gelombang 243,5 nm dan 316,5 nm
jaringan
pemeriksaan
(Chaverri,
diperfusi kadar
et
oleh obat
al.,
darah, dalam
merupakan suatu metode yang paling akurat
informasi
α-mangostin serapan
dari
dalam
struktur
metanol
maksimum
pada
(Ghazali, et al., 2010).
untuk pemantauan dan pengoptimalan manfaat terapi obat dalam pelayanan farmasi (Shargel, et
METODE PENELITIAN
al., 2005).
Alat dan Bahan α-Mangostin
Adanya ikatan antara obat dan protein
murni,
plasma
darah
dalam plasma akan berpengaruh terhadap efek
manusia golongan AB diperoleh dari Palang
terapeutik dari suatu obat. α- Mangostin yang
Merah Indonesia (PMI) Padang, kloroform p.a
terikat 70 % pada protein harus dibebaskan,
(Merck), etil asetat p.a (Merck), metanol p.a
salah
(Merck),
satu
caranya
dengan
pengendapan
Spektrofotometer
double
beam
protein. Pelarut organik yang digunakan bisa
(Shimadzu UV-1800), spektrofotometer infra
bercampur dengan air seperti metanol. Metanol
red (Thermo Scientific), pipet volume (Iwaki),
akan menurunkan kelarutan protein sehingga
labu ukur, sentrifugator (DKC), vortex, tabung
protein mengendap dan obat akan terbebas dari
reaksi
sisi ikatan protein (Harahap, 2010). Uji sampel
erlenmeyer (Iwaki), pipet tetes, pipet mikro
plasma secara in vitro dilakukan dengan tujuan
(Eppendorf), spatel, gelas ukur, buret, batang
sebagai langkah awal menuju analisis yang lebih
pengaduk, timbangan analitik.
(Iwaki),
rak,
pipet
ukur
(Iwaki),
bermanfaat yaitu analisis sampel plasma in vivo. Dari penelitian sebelumnya diperoleh
Prosedur Penelitian
kadar α-mangostin dalam ekstrak kulit buah
Pemeriksaan kemurnian dengan plat KLT
muda segar, kulit buah masak segar, kulit buah
silika gel 60
muda kering, kulit buah masak kering dan kulit
Siapkan
larutan
induk
untuk
batang Garcinia mangostana dengan metoda
pembanding yaitu α-mangostin 1000 µg/mL
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Etatutwuni,
dalam metanol, sampel dengan konsentrasi 250
2013), dan juga diperoleh kadar α-mangostin
µg/mL dan untuk campuran pembanding dan
dalam ekstrak kulit buah muda, kulit buah
sampel 1:1. Kemudian siapkan plat KLT 10 x 4
matang dan kulit batang Garcinia mangostana
cm, buat masing-masing garis penotolan 1 cm
secara berturut - turut 4,19%, 15,85%, dan
dari tepi atas dan 1 cm dari dari tepi bawah.
3,88%
Larutan α-mangostin yang telah disiapkan
dengan
(Agustina, 2014).
metoda
TLC-Densitometri
ditotolkan sebanyak 2 μL pada plat KLT, lalu
363
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
dimasukkan ke dalam chamber yang telah
serapan,
tentukan
dijenuhkan dengan fase gerak kloroforom : etil
(Harahap, 2010).
persamaan
regresinya
asetat (9:1) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Tutup chamber dan biarkan
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
sampai fase gerak mencapai garis atas pada plat.
Setelah
diperoleh
kurva
kalibrasi,
Chamber dibuka, plat KLT diambil dan dikering
konsentrasi terkecil yang masih dapat dideteksi
anginkan. Kemudian diamati di bawah lampu UV
(BD) dan terdeteksi secara kuantitasi (BK)
254 nm. Tentukan nilai Rf.
dihitung secara statistik melalui garis linier dari kurva standar (Harahap, 2010).
Pembuatan Larutan Induk α-Mangostin 100 µg/mL
Penetapan kadar dan uji akurasi dengan α-Mangostin
ditimbang
dengan
seksama 10 mg, kemudian dilarutkan dalam 100
persen
kembali
α-mangostin
dalam plasma in vitro
ml metanol dalam labu ukur, diperoleh larutan α-mangostin dengan konsentrasi 100 µg/mL.
perolehan Larutan
induk
α-mangostin
konsentrasi 100 µg/mL dipipet sebanyak 2 mL, masukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Setelah itu,
Penentuan panjang gelombang maksimum α-
ditambahkan dengan plasma sampai tanda batas
mangostin
sehingga didapatkan konsentrasi 40 µg/mL.
Dipipet 1 mL dari larutan induk(100
Konsentrasi tersebut dipipet masing-masing 0,5
µg/mL) masukkan ke dalam labu ukur 10 mL,
mL, 1 mL, dan 1,5 mL ditambahkan metanol
kemudian ditambahkan metanol sampai tanda
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
batas.
sehingga didapatkan konsentrasi α-mangostin
Ukur
spektrofotometer
serapan ultraviolet
menggunakan pada
panjang
masing-masing 2 µg/mL, 4 µg/mL dan 6 µg/mL.
gelombang 200-400 nm dan ditentukan panjang
Masing-masing larutan tersebut divortek selama
gelombang serapan maksimumnya (Harahap,
satu menit lalu disentrifus pada kecepatan 4.000
2010).
rpm selama 35 menit. Bagian supernatannya diambil
Pembuatan kurva kalibrasi
lalu
serapannya
spektrofotometer
Dipipet masing – masing 0,2 mL ; 0,4
gelombang
ultraviolet
diukur
dengan
pada
panjang
maksimum
α-mangostin,
mL ; 0,6 mL ; 0,8 mL ; 1 mL larutan induk
pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali,
dengan konsentrasi 100 µg/ml ke dalam labu
kemudian nilai presisi dan akurasinya dihitung
ukur 10 ml, tambahkan metanol sampai tanda
(Harmita,
2004).
batas, sehingga diperoleh larutan α-mangostin
kedekatan
hasil
dengan konsentrasi 2 µg/mL, 4 µg/mL, 6 µg/mL,
senyawa yang dianalisa dengan suatu metode uji
8 µg/mL, 10 µg/mL. Ukur serapan masing-
yang dilambangkan dengan KV (Koefisien
masing
Variasi), persyaratan nilai KV ≤ 2%.
konsentrasi
spektrofotometer
tersebut
ultraviolet
pada
dengan
Presisi
menggambarkan
pengulangan
penentuan
panjang
gelombang serapan maksimum α-mangostin. Buat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan
Presisi Larutan
standar
dengan
berbagai
konsentrasi (2 µg/mL, 4 µg/mL dan 6 µg/mL) 364
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
sebanyak tiga kali pengulangan diukur pada hari
6. Penetapan kadar dan uji akurasi dengan
yang sama untuk variabel intra-day, kemudian
persen perolehan kembali
tiga hari berturut-turut untuk variabel inter-day.
Hasil perhitungan kadar α-mangostindengan
Konsentrasi standar α-mangostin dari sampel
konsentrasi 2 µg/ml,4 µg/ml dan 6 µg/ml
dihitung dengan persamaan garis lurus yang
adalah 1,9044 µg/ml, 3,7303 µg/ml dan
didapat dari kurva kalibrasi. Presisi diukur
5,6075 µg/ml dengan nilai akurasi berturut-
sebagai Relatif Standar Deviasi (RSD) atau
turut 95,221%%, 93,2593% dan 93,4584% .
Koefisien Variasi (KV).
7. Kadar α-mangostin dalam plasma darah manusia secara In Vitro yaitu 3,747 % ±
HASIL DAN DISKUSI
93,9799%.
Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Diskusi KLT dilakukan dengan fase diam plat
1. KLT dilakukan dengan fase diam plat silika
silika gel 60 F254 dan fase gerak kloroform :
gel 60 F254 dan fase gerak kloroform :
metanol (9:1). Dari KLT yang telah dilakukan
metanol (9:1). Dari KLT yang telah dilakukan
diperoleh nilai Rf untuk standar α-mangostin
diperoleh nilai Rf untuk standar α-mangostin
adalah 0,533, nilai Rf untuk sampel adalah
adalah 0,533, nilai Rf untuk sampel adalah
0,533, dan nilai Rf untuk campuran standar dan
0,533, dan nilai Rf untuk campuran standar
sampel adalah 0,533 (gambar 1).
dan sampel adalah 0,533. 2. Panjang gelombang maksimum α-mangostin dengan metanol 316,2 nm. 3. Hasil
pengukuran
konsentrasi
serapan
larutan
deretan
α-mangostin
menghasilkan persamaan regresi linier y = 0,1584 + 0,0586x, nilai koefisien korelasinya (r) = 0,9947. 4. Uji batas deteksi dan batas kuantitasi Dari hasil pengujian diperoleh batas deteksi α-mangostin yaitu 0,00312 µg/ml dan batas kuantitasi yaitu 0,01058 µg/mL.
Gambar 1. Kromatogram uji kualitatif αmangostin dilihat dibawah lampu UV 254 nm Setelah uji kemurnian α-mangostin
5. Pengujian presisi
tahap selanjutnya adalah penetapan kadar yang
Penentuan presisi intra-day dan inter-day
sebelumnya
larutan standar α-mangostin dilakukan pada
gelombang, dilakukan dengan penyiapan larutan
konsentrasi 2 µg/ml,4 µg/ml dan 6 µg/ml.
induk α-mangostin dengan konsentrasi 100
Untuk presisi intra-day diperoleh nilai % RSD
µg/mL dan untuk penetapan panjang gelombang
berturut-turut adalah 1,2146%,1,8553%
maksimumnya
dan 0,8052%. Sedangkan untuk presisi inter-
konsentrasi 10 µg/mL yang dibuat dari larutan
day
induk, panjang gelombang maksimum yang
diperoleh
nilai
%
RSD
3,0838%,
dilakukan
penentuan
digunakan
larutan
panjang
dengan
4,2284% dan 1,9597%. 365
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
didapat adalah 316,2 nm. Panjang gelombang
Standar deviasi dari kurva kalibrasi dari
maksimum α-mangostin tersebut digunakan
kurva kalibrasi tersebut yaitu 0,02203 µg/mL,
untuk pembuatan kurva kalibrasi dan untuk
batas deteksi yaitu 0,00312 µg/ml dan batas
menghitung persen perolehan kembali.
kuantitasinya 0,01058 µg/ml. Batas deteksi merupakan kadar senyawa terkecil yang dapat dianalisis yang dapat memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi adalah jumlah senyawa terkecil yang dapat dianalisis. Penentuan nilai batas deteksi dan kuantitasi sangat tergantung pada nilai b (kemiringan garis, dimana hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = -1 atau r = -1 tergantung pada arah garis). Metode analisis dikatakan
Gambar 2. Spektrum absorban dengan panjang gelombang α-mangostin murni
kurang sensitif apabila b bernilai negatif sehingga memberikan nilai BD (batas deteksi) dan BK (batas kuantitasi) yang lebih besar. Dari
Pembuatan kurva kalibrasi α-mangostin
data yang didapat terlihat bahwa metode ini
dibuat dari beberapa konsentrasi yaitu pada
dapat dikatakan sensitif karena memberikan
konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 µg/mL. Pada
nilai b > 0, dimana memberikan nilai b = 0,0586.
masing-masing
Kadar
konsentrasi
ini
diukur
α-mangostin
dalam
plasma
darah
serapannya pada panjang gelombang 316,2 nm.
manusia secara In Vitro yaitu 3,747 % ±
Hasil kurva serapan dari deretan konsentrasi
93,9799%,
tersebut menghasilkan persamaan regresi linier
akurasinya dihitung (Harmita, 2004). Untuk
y = 0,1584 + 0,0586x dengan nilai koefisien (r)
penentuan penetapan kadar dan akurasi larutan
yaitu
ini
sampel α-mangostin dengan konsentrasi 2
karena
µg/mL,4 µg/mL dan 6 µg/mL, diperoleh nilai %
memenuhi kriteria penerimaan yaitu 0,99 ≤ r <
akurasi berturut-turut 95,221%, 93,2593% dan
1, sehingga penggunaan metode tersebut dapat
93,4584%. Berdasarkan kriteria di atas dan data
digunakan untuk analisis α-mangostin dalam
yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa
plasma secara in vitro dengan hasil yang baik
metode analisis yang digunakan memenuhi
(Priyambodo, 2007).
kriteria akurasi dan presisi. Menurut (Harmita,
0,9947.
menunjukkan
Koefisien hasil
yang
korelasi linier,
2004),
kemudian
akurasi
nilai
adalah
presisi
ukuran
dan
yang
menunjukkan ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu metode analisis dengan kadar sebenarnya. Sebagai parameter untuk akurasi menggunakan persen perolehan kembali. Pada literatur disebutkan harga persen perolehan Gambar 3. Kurva Kalibrasi α-Mangostin
kembali berkisar antara 80-110% (Harmita, 2004). Dari penelitian, larutan α-mangostin dengan konsentrasi 2 µg/mL,4 µg/mL dan 6 366
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
µg/mL diperoleh presisi intra-day dengan nilai
secara
% RSD berturut-turut adalah 1,2146%,1,8553%
spektrofotometer
dan 0,8052%, sedangkan untuk presisi inter-day
memenuhi kriteria akurasi, presisi dan
diperoleh nilai % RSD 3,0838%, 4,2284% dan
linieritas.
1,9597%.
2.
Penetapan ditambahkan
vitro
dengan ultraviolet
metode sudah
Kadar α-mangostin dalam plasma darah manusia secara In Vitro yaitu 3,747 % ±
KESIMPULAN 1.
in
kadar dalam
α-mangostin plasma
yang
93,9799%,
manusia
DAFTAR PUSTAKA Adnan, A. Z. (1991). Penelitian Farmasi dalam Tantangan Masa. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas. Agustina, R.(2014). Analisis α-Mangostin dari Ekstrak Kulit Buah Muda, Kulit Buah Matang dan Kulit Batang Manggis (Garcinia mangostana, L) dengan TLC Scannner. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang Chaverri, J. P., Rodriguez, N. C., Ibarra, M. O., & Rojas, J. M. P. (2008). Medicinal properties of mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical Toxicology, 46, 3227-3239. Chaverri J. P., Reyes-Fermin L. M., Nolasco A. E. G., Orozco I. M., & Medina-Campos O. N. (2009), ROS scavenging capacity and neuroprotective Effect of α-mangostin against 3-nitropropionic acid in cerebellar granula neurons. Exp Toxicol Pathol, 61: 491-501. Dachriyanus, (2004). Analisa Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi. Padang: PenerbitAndalas University Press. Dachriyanus., Katrin, D. O., Oktarina, R., Ernas, O., Suhatri, dan Mukhtar, M. H. (2007). Uji efek αmangostin terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL darah mencit putih jantan serta penentuan lethal dosis 50 (LD50). J. Sains Tek. Far., 12, (2), 64-73. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III, KOPRISub Unit Direktorat Jendral, Jakarta. Departeman Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta Day, A . R & Underwood, A . L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. (Edisi 6). Jakarta : Erlangga. Etatutwuni. (2013). Analisis α-Mangostin dari Ekstrak Kulit Buah dan Kulit Batang Garcinia mangostana, L
dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang. Ghazali, S.A.I.S.M., Lian, G.E.C., & Ghani, K.D.A. (2010). Chemical Constituent from Roots of Garcinia mangostana Linn. J. Chemistry, 2, 134142. Gibson, J. (1995). Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. (Edisi V). Jakarta : EGC Harahap, Y. 2010. Sample Preparation, Bioavailbility and Bioequivalency. Jakarta : Departement Farmasi UI. Harahap, Y., Mansur, U., & Estherina, C. (2008). Validasi Metode Analisis Cilostazol dalam Plasma In Vitro secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Majalah Ilmu Kefarmasian, 5, (1), 9-20. Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. I, (3), 117-135. Iswari, K.,& Sudaryono, T. (2007). 4 Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. BPPTSumbar. Sumbar Barat. Johnson, E. L., & Stevenson, R. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Penerjemah: Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB. Kenji, M., Yukihiro, A., Emi, K., Tetsuro, I., Kenji, O., Toshiyuki, T., Munekazu,I., & Yoshinori, N. (2003). Cytotoxic benzophenone derivatives from Garcinia species display a strong apoptosis-inducing effect against human leukemia celllines. Biol Pharm Bull. 26: 569-571. Rohman, A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. (Edisi I). Yogyakarta : Graha Ilmu. Rohman, A. & Gandjar, I.G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar. Satiadarma. 2004. Azas Pengembangan Prosedur Analisis. (Edisi I). Surabaya: Universitas Airlangga.
367
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Shargel, L., Wu-Pong, S., & Yu, Andrew B.C. (2005). Biofarmasetika & Farmakokinetika Terapan, Edisi kelima. Surabaya: Universitas Airlangga. Suksamram, S., Suwannapoch, P., Ratananukul, P., Aroonlerk, N., & Suksamram, A. (2002). Xanthones from the green fruit hulls of garcinia mangostana. Journal of Natural Product, 65, 761-763. Syamsudin, Tjokrosonto S., Supargiyono, Wahyuono S., and Mustofa. 2009. In vitro and in vivo antiplasmodial activities of active constituents isolated from the stem bark of G. parvifolia
(Miq)Miq. South East Asian Journal of Trop. Med. and Pub. Health. Watson, D.G. (1999). Pharmaceutical Analysis : A textbook for pharmacy student and pharmaceutical chemists. New York : Harcourt Publishers. Widmann, F. K. (1995). Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium .(Edisi 9). Penerjemah: Gandasoebroto. Jakarta: EGC. Yunitasari, L. (2011). Gempur 41 Penyakit Dengan Buah Manggis Khasiat dan Cara Pengolahan Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka baru press.
368