PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
METODA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI NUKLIR Rinaldo, Endang Sukesi, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN, email :
[email protected]
ABSTRAK METODA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI NUKLIR. Metoda dan pengolahan data pengukuran radioaktivitas di permukaan lantai instalasi nuklir, telah dilakukan. Pengukuran radioaktivitas pada permukaan lantai di instalasi nuklir perlu dilakukan, hal ini mengingat apabila terjadi kontaminasi radioaktif pada suatu permukaan lantai dapat membahayakan pekerja di daerah tersebut. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan mempergunakan detektor radiasi di lokasi kejadian dan hasilnya langsung terbaca pada alat. Pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan mengusapkan lantai seluas ± 100 cm 2 menggunakan kertas filter di lokasi yang diukur. Kemudian kertas filter tersebut dicacah radioaktifnya dengan mempergunakan alat cacah radiasi. Pembahasan yang dilakukan meliputi, cara untuk pengukuran, pengolahan data dari hasil ukur, dan batasan kontaminasi radioaktivitas di permukaan lantai. Hasil pengukuran secara langsung secara signifikan lebih meyakinkan, jika dibandingkan dengan hasil pengukuran secara tidak langsung. Kata kunci : Kontaminasi permukaan, tes usap, pengukuran radioaktivitas, pengolahan data
ABSTRACT METHOD AND DATA PROCESSING OF MEASUREMENT RADIOACTIVITY IN SURFACE FLOOR OF A NUCLEAR PLANT. Method and data processing of measurement radioactivity in surface floor of a nuclear plant, has been done. Measurement of radioactivity on the surface of the nuclear installation needs to be done, this is given in case of radioactive contamination on a floor surface can be harmful to workers in the area. Direct measurements, performed with the use of radiation detectors at the scene, and the results are directly readable on the device. Indirect measurements performed with wipe the floor area of ± 100 cm2 using a paper filter in a location that is measured. Then the filter paper, counted its radioactive using equipment of radiation counter. Discussion include, how to measurement, data processing of measurement results, and the limits of radioactivity contamination on the surface of the floor. The results of direct measurements is significantly more convincing, when compared with the results of indirect measurements. Keywords : Surface contamination, smear test, measurement of radioactivity, the data processing.
PENDAHULUAN
B
erdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Pasal 16 ayat 1 berbunyi : Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, Rinaldo, dkk.
keamanan dan ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup[1]. Instalasi nuklir yang memproses uranium atau zat radioaktif dalam keadaan terbuka sangat dimungkinkan terjadinya kontaminasi permukaan oleh zat radioaktif tersebut. Untuk mengukur besarnya kontaminasi permukaan
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal. 79
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
tersebut dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung sangat praktis karena hasil kontaminasi langsung dapat diketahui. Namun demikian adakalanya tidak dapat dilakukan pengukuran secara langsung karena instalasi nuklir tesebut tidak memiliki detektor yang dapat mengukur secara langsung, atau dapat juga disebabkan benda/lantai yang terkontaminasi tersebut tidak memungkinkan untuk diukur kontaminasinya secara langsung. Pengukuran radioaktivitas permukaan lantai secara tidak langsung atau biasa disebut juga dengan smear test atau tes usap sering juga dilakukan di instalasi nuklir dengan alasan hasil dari tes usap tersebut dapat diketahui besarnya kontaminasi permukaannya dan sekaligus dengan bantuan Multy Channel Analiezer (MCA) dapat diketahui jenis radionuklida kontaminan (Analisis kuantitatif dan kualitatif). Mengingat pentingnya pengukuran radioaktivitas pada permukaan lantai ini, maka dalam makalah ini dibahas kedua metoda tersebut yaitu : tentang metoda pengukuran radioaktivitas di permukaan lantai yang meliputi, cara pengukuran, pengolahan data dari hasil ukur, dan batasan kontaminasi radioaktivitas di permukaan lantai. Tujuan pembahasan kedua metoda ini untuk memberikan pembelajaran kepada para operator dalam melaksanakan tugas tersebut. TEORI Pengukuran radioaktivitas di suatu tempat mempunyai tujuan tertentu dan pengolahan data dari hasil yang diukurpun disesuaikan dengan keperluannya. Tiga maksud dari pengukuran radioaktivitas adalah[2] : 1. Pengukuran Keselamatan : Pengukuran Keselamatan adalah untuk menunjukkan bahaya nyata langsung atau tidak langsung di lokasi tertentu atau keberadaan kelompok nyata personel yang terlibat. Secara umum keberadaan radionuklida dilokasi tersebut diharapkan diketahui dan bila melebihi batas tertentu harus dapat diambil tindakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. 2. Pengukuran Kontrol : Pengukuran kontrol adalah untuk menunjukkan bahwa batasan nilai pengukuran tidak melebihi batasan yang diizinkan. Hasil nilai pengukuran mengacu pada batasan dan bahaya jangka panjang. Hal ini untuk mengetahui efek jangka pendek dan lokal, yang menjadi dasar penilaian keselamatan, batas ini biasanya berisi faktor factor keselamatan. Secara umum, pengukuran kontrol akan menunjukkan hanya Buku I hal. 80
konsentrasi maksimum yang diizinkan untuk nuklida kritis tertentu belum terlampaui. Jika melebihi konsentrasi maksimum yang diizinkan, penyelidikan yang lebih akurat diperlukan dalam rangka untuk menilai potensi bahaya yang ada. 3. Pengukuran Statistik : Pengukuran statistik adalah untuk mengukur konsentrasi radioaktif yang mungkin dapat menyebabkan bahaya radiasi bagi pekerja radiasi, terlepas dari apakah ketentuan hukum/peraturan telah dilanggar atau tidak dilanggar. Pengukuran statistik biasanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Selanjutnya pengertian dari pengukuran langsung, pengukuran tidak langsung dan pencacahan serta perhitungan hasil tes usap adalah sebagai berikut : Pengukuran Langsung : Pengukuran radioaktivitas dipermukaan secara langsung adalah suatu pengukuran dilakukan secara langsung di lokasi yang akan diukur radioaktivitasnya. Pengukuran langsung dilakukan dengan menggunakan detektor yang dilengkapi alat pembacaan berapa besarnya radioaktivitas pada permukaan tersebut. Hasil bacaan langsung dibaca pada monitor alat tersebut dalam satuan aktivitas/luas atau biasanya dalam satuan Bg/cm2. Detektor yang dipergunakan dapat berupa detektor alpha atau beta, tergantung keperluan pengukuran tersebut. Pengukuran secara langsung lebih praktis jika dibandingkan dengan pengukuran tidak langsung, karena besarnya radioaktivitas langsung dapat diketahui/terbaca pada alat ukur. Namun demikian ada kalanya pengukuran langsung tidak dapat dilakukan karena lokasi yang diukur tidak memungkinkan diukur secara langsung. Pengukuran tidak langsung : Pengukuran radioaktivitas dipermukaan secara tidak langsung dilakukan dengan cara pengusapan permukaan yang terkontaminasi seluas sekitar 100 cm2 dengan menggunakan kertas filter. Kemudian kertas filter tersebut dicacah radiasinya dengan detektor radiasi sesuai dengan keperluannya (detektor alpha, detektor beta). Dari hasil cacahan dihitung besarnya radioaktivitas pada permukaan lantai dalam satuan Bq/m3 berikut ralat pengukurannya. Pengukuran tak langsung radioaktivitas pada permukaan lantai secara umum didasarkan kepada aktivitas persatuan luas lantai yang diukur/dipantau. Berdasarkan prinsip ini diturunkanlah persamaan besarnya radioaktivitas pada permukaan lantai yang dituliskan sebagai persamaan (1)[3] : 1 1 1 (1) Ak N A E P
ISSN 1410 – 8178
Rinaldo, dkk
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
dengan : Ak = aktivitas kontaminasi radioaktif alpha (atau beta), Bq/cm2 N = cacah netto cuplikan, cps A = luas permukaan yang di usap,100 cm2 E = efisiensi alat cacah, % P = fraksi yang diambil dalam tes usap (10%) Dalam perhitungan nilai fraksi yang terambil (P) saat pengambilan tes usap ini diambil besarnya 10 %. Nilai inilah yang selalu menjadi bahan diskusi apakah nilai sebesar 10 % ini cukup meyakinkan untuk dipakai dalam menghitung radioaktivitas yang terangkat dalam tes usap. Adanya berbagai masalah tersebut, maka dirasa perlu untuk memperkirakan berapa besarnya prosentasi kontaminan radioaktif yang terangkat dalam pengukuran tidak langsung (tes usap). Pengukuran tidak langsung ini dilakukan dengan cara mengusap permukaan lantai searah jarum jam dengan menggunakan kertas filter untuk keperluan tes usap. Berdasarkan literatur, permukaan yang diusap adalah seluas sekitar 100 cm2 dan dilakukan satu kali usapan[3]. Kemudian kertas filter tersebut dicacah guna mengetahui berapa besar radioaaktivitas yang terdapat pada permukaan lantai tersebut. Pencacahan dan Perhitungan Hasil Tes Usap. Adapun langkah langkah pencacahan dan perhitungan hasil dari pengukuran tidak langsung tersebut sebagai berikut : 1. Kertas filter yang akan dipakai untuk tes usap tersebut sebelumnya dicacah dengan alat cacah yang telah disediakan untuk mengetahui berapa cacah latarnya. 2. Pelaksanaan pencacahan disesuaikan dengan kebutuhan, minimal selama 1 menit, dan minimal sebanyak tiga kali pencacahan. 3. Selanjutnya kertas filter tersebut dipakai untuk mengusap lantai yang diukur radioaktivitasnya. 4. Kemudian kertas filter tersebut dicacah tersebut dicacah guna mengetahui berapa besar radioaaktivitas yang terdapat pada permukaan lantai tersebut. 5. Hasil cacahan tersebut dirata-rata dan dikurangi dengan cacah latar. 6. Dihitung besarnya aktivitas kontaminasi radioaktif α dipermukaan dengan menggunakan persamaan (1) Untuk pengukuran keperluan statistik diperhitungan ralat dari pengukuran tersebut. Adapun hasil akhir untuk keperluan statistik dituliskan dalam bentuk Ak Ak SAk dengan :
Rinaldo, dkk.
Ak N
1 A
1 E
1
(2)
P
Adapun penurunan berikut[4,5,6] :
ralat
perambatan
sebagai
2 2 Ak 2 Ak 2 2 Ak 2 SAk Sn Sa Se A E N
1/ 2
2 Ak 2 Sp P
(3)
2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 = Sn N 2 Sa A E P A E P 1/ 2
2 2 1 1 1 1 1 1 2 Sp2 N 2 Se N 2 A E P A EP
(4)
Catatan : A, E, P dan N pada Persamaan (4) adalah harga rerata. Kelemahan dalam pelaksanaan tes usap diantaranya hasil dari pengukurannya tidak begitu akurat karena fraksi yang terangkat dalam tes usap sangat dipengaruhi banyak faktor. Faktor yang paling dominan adalah cara petugas yang melaksanakan tes usap, jenis kontaminan dan jenis kertas usap yang dipakai. Disamping itu pengambilan tes usap sifatnya tidak bisa diulang (Reproductsible). Berdasarkan pustaka[3] untuk jenis lantai licin nilai fraksi/prosentasi kontaminan yang terangkat besarnya sekitar 10 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga prosentasi kontaminan yang terangkat ini diantaranya cara pengambilan, jenis kontaminan padat/cair, jenis kertas usap, diameter kontaminan dan faktor kelembaban ruangan tersebut. Pengukuran radioaktivitas permukaan lantai secara tidak langsung atau biasa disebut juga dengan smear test sering dilakukan di Instalasi nuklir dengan alasan hasil dari tes usap tersebut selain dapat diketahui besarnya kontaminasi permukaannya juga dapat diketahui jenis radionuklida kontaminan dengan bantuan Multy Channel Analiezer (analisis kualitatif). Batasan kontaminasi permukaan lantai mengacu kepada Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, BAPETEN nomor 01/KaBAPETEN/V-1999. Adapun batasan kontaminasi permukaan lantai tersebut ialah[7] : 1. Daerah kontaminasi rendah, lebih kecil dari 0,37 Bq/cm2 untuk pemancar alpha (untuk beta lebih kecil dari 3,7 Bq/cm2 ). 2. Daerah kontaminasi sedang, untuk pemancar alpha ≥ 0,37 Bq/cm2 tetapi < 3,7 Bq/cm2, untuk pemancar beta ≥ 3,7 Bq/cm2 tetapi < 37 Bq/cm2 3. Daerah kontaminasi tinggi, batasan untuk alpha ≥ 3,7 Bq/cm2 dan untuk beta ≥ 37 Bq/cm2 .
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal. 81
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
TATA KERJA Dalam pelaksanaan pengukuran radioaktivitas permukaan lantai dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran secara langsung dan pengukuran tak langsung (Tes usap/Smert test). Secara umum langkah-langkah pengukuran secara langsung dan tidak langsung adalah: Pengukuran Secara Langsung. Detektor radiasi yang akan dipergunakan disesuaikan dengan jenis radiasi yang akan diukur. Sebelum memulai pengukuran secara langsung, detektor yang akan dipakai dihidupkan dan dinaikkan tegangan kerja detektor hingga sesuai, dengan cara membuat curve plateu. (biasanya tegangan detektor berkisar sekitar 750 KV DC). Kemudian diatur waktu pencacahan dalam bentuk cacah per menit atau sesuai kebutuhan yang diperlukan. Langkah selanjutnya dilakukan pencacahan cacah latar dan catat besarannya dalam satuan cacah per menit atau sesuaikan dengan keperluan. Selanjutnya dilakukan pengukuran langsung dilapangan/lantai yang terkontaminasi radioaktif dan catat besarannya dalam cacah per menit atau disesuaikan dengan keperluan. Pengukuran ini biasanya diulangi minimal sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran dan hasil dari pengukuran ini selanjutnya dikurangi dengan cacah latar.
Gambar 1. Lokasi sampling tes usap di daerah service area IRM PTBN – BATAN untuk metoda langsung dan tidak langsung. Pengukuran Secara Tidak Langsung (Tes usap). Pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan bantuan kertas filter yang diusapkan pada permukaan lantai seluas sekitar 100 cm2. Kertas filter tersebut kemudian dicacah radioaktivitasnya dengan bantuan alat cacah radiasi. Buku I hal. 82
Sebelum pengukuran secara tidak langsung, detektor yang akan dipakai untuk mencacah besarnya radioaktivitas disiapkan terlebih dahulu, yaitu dengan cara dihidupkan dengan menggunakan sumber tegangan. Kemudian diatur tegangan kerja detektor dan cari tegangan detektor yang sesuai dengan cara membuat curve plateu. (biasanya tegangan detektor berkisar sekitar 750 kV DC). Kemudian diatur waktu pencacahan dalam bentuk cacah per menit atau sesuai kebutuhan yang diperlukan. Langkah selanjutnya dilakukan pencacahan cacah latar dan dicatat besarannya dalam satuan cacah per menit atau disesuaikan dengan keperluan.
Gambar 2. Alat cacah radioaktif alpha beta Ludlum 2241 untuk pengukuran secara langsung.
Gambar 3. Alat cacah radioaktif alpha beta Ludlum 3030 untuk pengukuran tidak langsung. Selanjutnya dilakukan pengukuran tak langsung dilapangan/lantai (tes usap) yang terkontaminasi zat radioaktif dengan cara mengusap lantai tersebut menggunakan kertas filter sesuai dengan ukuran yang dikehendaki (Biasanya ukuran kertas filter tersebut berdiameter sekitar 5 cm) dan luasan yang diusap sekitar 100 cm2. Kemudian kertas filter tersebut dicacah menggunakan alat cacah yang telah disiapkan tersebut dan dicatat besarnya cacahan dalam satuan cacah per menit atau sesuai dengan yang diperlukan.
ISSN 1410 – 8178
Rinaldo, dkk
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran langsung ini dilakukan menggunakan detektor Ludlum tipe 2241 dengan faktor koreksi untuk alpha = 0,045 Bq/cm2 dalam bacaan cacah perdetik dan faktor koreksi detektor beta = 0,018 Bq/cm2 dalam bacaan cacah perdetik. Untuk pengukuran secara tidak langsung dipakai detektor Ludlum tipe 3030 dengan efisiensi detektor alpha = (41,69 ± 0,23)% dan efisiensi detektor beta = (74,48±1,13)%. Kedua gambar detektor tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Adapun lokasi pengambilan sampling dilakukan di Instalasi Radiometalurgi (IRM) dan titik lokasinya (nomor) seperti pada Gambar 1. Hasil pengukuran radioaktivitas secara langsung dan tidak langsung serta hasil pengolahan datanya ditampilkan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Pengukuran untuk kepentingan “Pengukuran Keselamatan“ biasanya dilakukan hanya sekilas saja, karena kepentingnya hanya untuk memonitor sesaat apakah radionuklida yang terdapat didaerah tersebut cukup aman. Oleh karena itu pengukuran untuk kepentingan keselamatan ini tidak ditabelkan disini. Tabel 1 dan Tabel 2 adalah jenis pengukuran untuk kepentingan “Pengukuran kontrol” dan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa nilai pengukuran tidak melebihi batasan yang diizinkan. Hasil nilai pengukuran mengacu pada batasan dan bahaya jangka panjang. Untuk pengukuran kepentingan “Pengukuran Statistik” contohnya ditabelkan pada Tabel 3, dimaksudkan untuk mengukur konsentrasi radioaktif yang mungkin dapat menyebabkan bahaya radiasi bagi pekerja radiasi, terlepas dari apakah ketentuan hukum/peraturan telah dilanggar atau tidak dilanggar. Pada pengukuran statistik harus dihitung berapa besarnya sumbangan ralat pengukuran dari variabel-variabel yang memberikan ralat pengukuran ini. Tabel 1. Hasil pengukuran langsung service area IRM Aktivitas Cacahan Cacahan radioaktif No alpha beta alpha (cps) (cps) (Bq/cm2) 1 0,020 15,92 0,0001
di daerah Aktivitas radioaktif beta (Bq/cm2) 0,2866
2
0,152
315,60
0,0068
5,6808
3
0
7,286
0
0,1311
4
0,194
465,60
0,0087
8,3808
5
0,008
38,40
0,0004
0,6912
Pada Tabel 1, hasil pengukuran secara langsung yang terbaca pada alat adalah cacahan alpha dan beta. Kemudian hasil ini dikalikan Rinaldo, dkk.
dengan faktor koreksi untuk detektor alpha = 0,045 Bq/cm2, faktor koreksi detektor beta = 0,018 Bq/cm2 dalam bacaan cacahan perdetik dan hasilnya ditampilkan pada kolom 3 dan 4 Tabel 1. Pada pelaksanaan pengukuran secara tidak langsung dilakukan setelah pengukuran langsung. Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan hasil pengukuran tidak langsung ini jika dibandingkan dengan pengukuran langsung ada perbedaan yang sangat signifikan. Pada pengukuran secara tidak langsung, kertas filter diusapkan dipermukaan lantai yang akan diukur radioaktivitasnya seluas sekitar 100 cm2. Kemudian hasil usapan tersebut dicacah dengan alat cacah pada Gambar 3. Hasil cacahannya diolah dengan menggunakan persamaan (1) dengan memasukkan nilai N pada Tabel 2 kolom 2 untuk alpha dan kolom 3 untuk beta, Edetektor alpha = 41,69% dan Edetektor beta = 74,48%, luasan yang diusap (A) = 100 cm2, dan nilai fraksi yang terangkat dalam tes usap (P) = 10%. Hasil akhir dari pengukuran ini ditampilkan pada Tabel 2 kolom 4 dan kolom 5. Pengukuran radioaktivitas dipermukaan lantai hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan secara langsung dengan tidak langsung. Perbedaan hasil ukur ini secara jelas dapat dilihat pada di Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 2. Hasil pengukuran tidak langsung di daerah service area IRM. Aktivitas Aktivitas Cacahan Cacahan radioaktif radioaktif No alpha beta alpha beta (cps) (cps) (Bq/cm2) (Bq/cm2) 1 0 33,20 0 0,074 2
1,2
1742,4
0,005
3,912
3
0,2
83
0,001
0,186
4
0,2
783,2
0,001
1,753
5
0,4
274,8
0,002
0,615
Pengolahan data pengukuran radioaktivitas permukaan untuk kepentingan ”Pengukuran statistik” dilakukan dengan cara mencari ralat dari variabel yang memberikan sumbangan ralat. Variabel tersebut ialah ralat statistik dari pencacahan, efisiensi detektor, luasan yang diusap dan fraksi yang terambil dalam tes usap. Untuk pengolahan data pengukuran radioaktivitas di permukaan udara, dapat dihitung nilai Ak Ak SAk Ak dan dengan SAk menggunakan persamaan (2) dan (4). Pengambilan ralat P diambil nilainya sebesarnya ½ kali skala terkecil bacaan, dalam hal ini harga P :
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal. 83
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
P = (Prerata±Sp)% (5) = (10±0,5) %. Namun jika penentuan harga P ini pernah dilakukan di instalasi nuklir tersebut, ralat dari nilai P diambil dari nilai rata-rata P hasil penentuan. Contoh hasil pengolaan hasil pengukuran radioaktivitas beta pada permukaan berikut ralat deviasi standar ditabelkan pada Tabel 3. Tabel 3. Contoh hasil pengukuran tidak langsung radioativitas beta pada permukaan berikut ralat deviasi standar. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Cacah Beta (cps) 456 445 498 429 465 447 480 437 458 471
4586 N 458,6 Efisiensi Detektor = (74,48±1,13)%, ralat luas pengusapan = 5 cm2, Ralat Fraksi P = 0,5 %, Sa = 5, Sp = 0,5 Rerata
Adapun ralat dari Sn dicari dari persamaan (6) n
(N N)
2
i
Sn
Sn
i 1
n 1
(6)
3874,4 20,748 9
Masukkan nilai N 458,6 cps, Edetektor = 74,48 %, A = 100 cm2dan P = 10% pada persamaan (2), didapat Ak = 61,506 Bq/cm2. Selanjutnya untuk mendapatkan ralat pengukurannya dengan memasukkan nilai : N 458,6 , Edetektor = 74,48%, A = 100 cm2, P = 10%, Sn = 20,748, Se = 1,13%, Sa =5 cm2 dan Sp = 0,5% yang terdapat pada Tabel 3. kedalam persamaan (4) didapat ralat radioaktivitas beta sebesar SAk 3,073 Bq/cm2. Hasil perhitungannya radioaktivitas beta pada permukaan adalah sebagai berikut : Ak=(61,506±3,073) Bq/cm2 Ketelitian pengukuran = 100% - (3,073/61,506 x 100%) = 100% - 4,99% = 95,01% Catatan :
Buku I hal. 84
1. Ralat
cacah
(N)
diambil
sebesar
n
(N N)
2
i
Sn
i 1
n1
, pengambilan ralat dalam
contoh ini hasilnya lebih signifikan karena cacahan kontaminasi permukaan cukup besar nilainya. 2. Untuk menghitung deviasi standar rerata menggunakan persamaan (4). 3. Ralat ukur luas pengusapan diambil sebesar 5 cm2 ( ½ skala dari 10 cm2) 4. Ralat fraksi yang terambil diambil 0,5% Kelemahan dalam pelaksaan tes usap diantaranya hasil dari pengukurannya tidak begitu akurat karena fraksi yang terangkat dalam tes usap sangat dipengaruhi banyak faktor. Faktor yang paling dominan adalah cara petugas yang melaksanakan tes usap dan jenis kertas usap yang dipakai. Disamping itu pengambilan tes usap sifatnya tidak bisa diulang (Reproductsible). Berdasarkan literatur untuk jenis lantai licin nilai fraksi/prosentasi kontaminan yang terangkat besarnya sekitar 10%. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga prosentasi kontaminan yang terangkat ini diantaranya cara pengambilan, jenis kontaminan padat/cair ,jenis kertas usap, secara diameter kontaminan dan faktor kelembaban ruangan tersebut. Pengukuran kontaminasi permukaan di instalasi nuklir umumnya bertujuan agar pekerja radiasi terhindar dari bahaya radiasi interna. Permukaan yang diukur biasanya lantai, meja kerja, peralatan kerja yang diduga terkontaminasi. Pengukuran kontaminasi sebaiknya dilakukan secara langsung. Namun demikian adakalanya hal ini tidak mungkin dilakukan karena sumber kontaminan tidak dapat dijangkau dengan detektor kontaminansi. Pengukuran secara langsung lebih menguntungkan karena dapat dilakukan pengulangan pengukuran dan hasilnya cenderung lebih mendekati kebenaran. Hal hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran radioaktivitas dipermukaan secara tidak langsung (tes hapus) ialah : Kalibrasi detektor, tegangan kerja detektor (plateu curve untuk pencacahan radiasi alpha), efisiensi detektor, fraksi yang terangkat dalam tes usap besarnya 10%, luasan permukaan yang di usap seluas 100 cm3, cara pengusapannya searah jarum jam. Ralat dari fraksi yang terangkat dari tes usap ini diambil harganya ½ kali skala bacaan yaitu 0,5%. Pengolahan data pengukuran radioaktivitas permukaan untuk kepentingan pengukuran statistik menggunakan ralat perambatan yaitu variabel pengukuran yang berubah diralat dengan menggunakan metoda perambatan ralat yaitu : persamaan (4). Contoh
ISSN 1410 – 8178
Rinaldo, dkk
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
hasil akhir dari pengolahan data pengukuran tidak langsung untuk radioaktivitas beta di permukaan lantai adalah sebagai berikut Ak = (61,581±3,073)Bq/cm2 dengan ketelitian pengukuran sebesar 95,01%. Jika dihubungkan dengan batasan kontaminasi permukaan lokasi tersebut termasuk daerah kontaminasi tinggi (batasan untuk daerah kontaminasi tinggi untuk beta ≥ 37 Bq/cm2 )[7]. Pengukuran radiasi di instalasi nuklir dan pengolahan data yang benar diharapkan pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan terhindar dari dampak radiologi. Hal ini sesuai dengan undangundang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Pasal 16 ayat 1 berbunyi : Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, keamanan dan ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.
3. ALAN MARTIN AND SAMUEL A. HABIRSON, “An introduction to radiation protection” , copy right 1986, London, 1986. 4. E. ZIJP, ”Analisa Pengukuran Fisika, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam”, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Tahun 1974. 5. GANW KUZMA AND STEPHENE, “Basic Statistics For Health Science”, 4rd Edition, 2001. 6. BUDI PRAYITNO, “Pengukuran Radiasi Dan Pengolahan Data Di Instalasi Nuklir”, Prosiding ISSN : 1978-0176 Seminar Nasioanal III SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta, Tahun 2007. 7. ANONIM, “Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir nomor : 01 /KaBAPETEN /V-1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi”, BAPETEN, Jakarta, Tahun 1999.
KESIMPULAN
TANYA JAWAB
Hasil dari pengukuran radioaktivitas dipermukaan lantai terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan pengukuran secara langsung dengan tidak langsung. Untuk pengukuran radioaktivitas alpha secara langsung di lokasi 1,2, 3, 4, 5 berturut turut : 0,0001 Bq/cm2; 0,0068 Bq/cm2; 0 ; 0,0087 Bq/cm2; 0,0004 Bq/cm2 , sedangkan untuk radioaktivitas beta : 0,2866 Bq/cm2; 5,6808 Bq/cm2; 0,1311 Bq/cm2; 8,3808 Bq/cm2; 0,6912Bq/cm2. Untuk pengukuran radioaktivitas alpha secara tidak langsung berturut turut : 0 ; 0,005 Bq/cm2; 0,001 Bq/cm2 ; 0,001 Bq/cm2; 0,002 Bq/cm2, sedangkan untuk radioaktivitas beta : 0,074 Bq/cm2; 3,912 Bq/cm2 ; 0,186 Bq/cm2; 1,753 Bq/cm2; 0,615 Bq/cm2. Namun untuk kepentingan khusus apabila ingin diketahui jenis radionuklida yang terdapat dilokasi tersebut akan lebih menguntungkan jika dilakukan dengan pengukuran secara tidak langsung. Untuk pengukuran secara tidak langsung sangat dipengaruhi dari cara pengusapannya, jenis kontaminasinya, jenis lantai yang diusap dan luasan lantai yang diusap.
Wijiyono Tes usap dapat dilakukan dimana saja ? Rinaldo Pada prinsipnya tes usap dilakukan di daerah yang diduga telah terkontaminasi zat radioaktif dan tidak dapat dilakukan pengukuran secara langsung. Namun untuk kepentingan khusus guna melihat jenis radionuklida pada suatu permukaan, tes usap dapat dilakukan dimana saja.
DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, “Undang-undang no. 10 tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran”, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Tahun1997. 2. DR. HANS KIEFER AND DR. RUPPRECHT MAUSHART WITH THE CO-OPERATION OF R. EHRET, H. FESSLER, E. PIESCH, AND G. STÄBLEIN. HANS KIEFER AND Dr. RUPPRECHT MAUSHART, “Radiation Protection Measurement”, Pergamon Press Ltd. , New York, Page 214 and 215, 1972 Rinaldo, dkk.
Sunardi Berapakah batasan yang masih diperbolehkan/dibenarkan antara pengukuran langsung dan tidak langsung ? Apakah yang menyebabkan perbedaan yang tinggi antara pengukuran langsung dan tidak langsung ? Rinaldo Tidak ada batasannya, namun perlu diingat hasil pengukuran secara langsung tidak dapat dibandingkan dengan pengukuran secara tidak langsung, hal ini mengingat dalam melakukan tes usap sangat dipengaruhi dari cara pengusapan dan fraksi yang terambil dalam tes usap. Perbedaan tersebut disebabkan dalam pengukuran langsung dan pengukuran tak langsung (tes usap) sangat dipengaruhi dari cara pengusapan, fraksi yang terambil dalam tes usap, jenis kontaminan dan jenis lantai yang terkontaminan.
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal. 85