Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
INSPEKSI KESELAMATAN NUKLIR PADA INSTALASI NUKLIR : PERMASALAHAN DAN TANTANGAN* Oleh Dedi Sunaryadi, Rizal Palapa, Anton Indra Pratama, Joko Supriadi**
ABSTRAK INSPEKSI KESELAMATAN NUKLIR PADA INSTALASI NUKLIR, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN. Tujuan inspeksi keselamatan nuklir terhadap instalasi nuklir disampaikan. Inspeksi keselamatan nuklir yang telah dilakukan oleh BAPETEN selama ini telah sesuai dengan rencana, namun belum mencapai tingkat efektivitas yang diharapkan. Inspeksi diperlukan juga untuk mengantisipasi proses penuaan (Ageing) reaktor pada komponen-komponen penting. Dengan adanya rencana pemerintah untuk menggunakan tenaga nuklir, reaktor daya (PLTN) sebagai energi alternatif pembangkit listrik pada tahun 2017, maka peran inspeksi menjadi lebih besar. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi BAPETEN, khususnya Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir, Subdit Inspeksi Instalasi Nuklir dalam mengembangkan sistem untuk pelaksanaan pengawasan reaktor riset dan atau reaktor daya, agar kegiatan pengawasan tersebut dapat dilakukan secara efektif mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku. Kata Kunci: Instalasi Nuklir, Inspeksi, Proses Penuaan reaktor, reaktor daya (PLTN), pengembangan sistem pengawasan.
ABSTRACT INSPECTION IN NUCLEAR FACILITIES, PROBLEMS AND CHALLENGE. The objectives of inspection in nuclear facilities, problems and challenge have been presented. The inspection in nuclear facilities have already been conducted in accordance to the plan, however the effectiveness still couldn’t have been reached as we hoped for. Inspection is also required to anticipate the reactor ageing process importance to the components. Furthermore, the government planning is set to utilize the nuclear energy as alternative for the Nuclear Power Plant (NPP) which hopefully will be full operated in 2017; therefore the inspection role is become crucial. This paper described the problems which have been faced by BAPETEN, especially in Directorate for Inspection of Nuclear Installation and Safeguards, Sub. Directorate for Inspection of Nuclear Installation in developing the system procedures for the inspection implementation of research reactors and/or power reactor, so the implementation could be conducted effectively following the establish requirement. Keywords: Nuclear installations, inspection, reactor ageing process, Nuclear Power Plan (NPP), developing the system, Inspection Implementation
PENDAHULUAN
Disampaikan dalam Seminar Keselamatan Nuklir, 2-3 Agustus 2006 di Jakarta. Staf Subdit. Inspeksi Instalasi Nuklir, Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir, BAPETEN. *
**
219
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
Salah satu tugas pokok BAPETEN dalam rangka pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia adalah melaksanakan inspeksi keselamatan nuklir terhadap instalasi nuklir. Peningkatan efektivitas inspeksi keselamatan nuklir bertujuan untuk membina kepatuhan hukum para pemanfaat tenaga nuklir atas ketentuan-ketentuan keselamatan nuklir yang berlaku. Inspeksi keselamatan nuklir yang telah dilakukan oleh BAPETEN selama ini telah sesuai dengan rencana, namun belum mencapai tingkat efektivitas yang diharapkan. Indikator belum tercapainya tingkat efektivitas tersebut adalah masih terdapat beberapa temuan yang statusnya masih terbuka dan belum ditindaklanjuti oleh pihak instalasi nuklir dari inspeksi yang telah dilakukan sebelumnya . Inspeksi diperlukan juga untuk mengantisipasi proses penuaan (Ageing) reaktor pada komponen-komponen penting melalui inspeksi khusus dengan metodologi dan frekuensi inspeksi tertentu. Selain itu, dengan adanya rencana pemerintah untuk menggunakan tenaga nuklir, reaktor daya (PLTN) sebagai energi alternatif pembangkit listrik pada tahun 2017, maka peran inspektur menjadi lebih besar dalam meningkatkan keselamatan, keamanan dan kedamaian. Inspektur BAPETEN dalam waktu dekat harus menguasai metode-metode inspeksi reaktor daya (PLTN). Oleh karena itu, kegiatan inspeksi keselamatan nuklir disamping melakukan inspeksi rutin ke obyek-obyek inspeksi instalasi nuklir seperti reaktor- reaktor penelitian di BATAN, perlu juga menyiapkan prosedur inspeksi reaktor daya. Selain itu perlu juga melakukan kerjasama dengan negara yang telah maju untuk memperoleh metode inspeksi yang lebih dan juga untuk meningkatkan kemampuan teknis ilmiah agar keselamatan nuklir lebih bisa ditingkatkan. Beroperasinya suatu reaktor riset maupun reaktor daya dapat menimbulkan dampak tertentu pada kawasan dan lingkungan di sekitarnya. Meskipun hal itu sudah diperkirakan pada saat proses perizinan, bahwa dampak yang mungkin timbul adalah kecil. Namun demikian, pemantauan dan pengelolaan reaktor tetap harus dilakukan untuk mengantisipasi timbulnya dampak negatif yang di luar perkiraan sebagai dampak dari adanya faktor kesalahan akibat keterbatasan teknik perhitungan, adanya asumsi-asumsi yang diambil dan sebagainya. Pemantauan dan pengelolaan reaktor oleh organisasi pengoperasi perlu diawasi agar tujuan untuk melindungi keselamatan masyarakat dan lingkungan dapat tercapai dengan baik. Agar pengawasan tersebut bisa dilakukan secara efektif, perlu dikembangkan sistem, metode dan prosedur baku sebagai acuan bagi setiap pelaksana pengawasan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi BAPETEN, khususnya Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir, Subdit Inspeksi Instalasi Nuklir dalam mengembangkan sistem, metode dan prosedur baku untuk pelaksanaan pengawasan reaktor riset dan/atau reaktor daya, agar kegiatan pengawasan tersebut dapat dilakukan secara efektif mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku.
220
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN Kegiatan inspeksi pada instalasi nuklir merupakan salah satu tugas dari BAPETEN. Kegiatan ini meliputi perencanaan inspeksi dan perekaman hasil dari kegiatan inspeksi. Selama ini kegiatan inspeksi pada instalasi nuklir dilakukan untuk reaktor riset dan instalasi nuklir non reaktor (INNR). Prosedur inspeksi untuk kegiatan tersebut telah disiapkan, namun demikian dengan berjalan waktu, perlu ada penyempurnaan baik dalam metodologi maupun kemampuan inspekturnya. Selain itu pengembangan sistem pengelolaan rekaman hasil temuan inspeksi perlu juga mendapat perhatian, perencanaan inspeksi dan informasi Laporan Hasil Inspeksi (LHI) di dalam intranet BAPETEN masih diperuntukkan untuk fasilitas radiasi dan zat radioaktif, belum dikembangkan untuk fasilitas instalasi nuklir. Sistem pengelolaan rekaman hasil temuan inspeksi diperlukan untuk mendukung kegiatan pengawasan pada instalasi nuklir. Adanya sistem pengelolaan juga diharapkan dapat meningkatkan dan menunjang perencanaan, penyelenggaran dan metode inspeksi. Pengelolaan data rekaman temuan inspeksi dapat membantu BAPETEN untuk menindaklanjuti ataupun mengantisipasi tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa akan datang terhadap hasil temuan inspeksi dengan harapan para pemegang izin akan lebih meningkatkan kepatuhannya terhadap ketentuan yang berlaku. Sistem pengelolaan tersebut berlaku juga untuk instalasi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Dengan adanya rencana pemerintah untuk menggunakan tenaga nuklir, reaktor daya (PLTN) sebagai energi alternatif pembangkit listrik pada tahun 2017, maka perlu diciptakan suatu sistem pengelolaan inspeksi yang lebih efektif dan efisien yang mencakup pengelolaan data hasil inspeksi maupun pengelolaan kompetensi inspektur. Saat ini jumlah maupun kualitas inspektur BAPETEN untuk menginspeksi reaktor daya belum memadai, perlu peningkatan dan pembinaan secara terus menerus agar kualitas para inspektur sederajat dengan para inspektur di negara maju. Pengelolaan data inspeksi berupa pengelolaan informasi status temuan hasil inspeksi instalasi nuklir dan reaktor dalam rangka mendukung kegiatan pengawasan lainnya seperti perizinan, pengaturan dan pengkajian perlu dilakukan dengan menyiapkan suatu sistem database. Pengelolaan kompetensi inspektur dilakukan melalui diklat penjenjangan maupun training di dalam dan luar negeri.
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Untuk mengantisipasi permasalahan dan menjawab tantangan diatas, BAPETEN harus bekerja keras. Prosedur inspeksi yang berhubungan dengan pembangun dan pengoperasian PLTN perlu segera dibuat demikian pula sejalan dengan itu kualitas inspektur perlu ditingkatkan. Beberapa usulan training dalam rangka meningkatkan kualitas inspektur dapat dilihat dalam daftar berikut :
221
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
Training for Basic Regulation
Training Basic Technology
Training for Management
Training for Safety Culture
Training for Communication
On The Job Training
Training Of Trainer
Training for software of Equipment
Training for NDA
ISSN: 1412 - 3258
Usulan pelatihan mengoperasikan alat berbasis peralatan non destructive assay (NDA) dapat dilihat pada daftar berikut. HPGe Based Software - MCA-166 WinU235 - Canberra MCA - MGAU & MGA - Canberra U-Pu - Ortec PC-FRAM - Ortec Isotopic CZT Based Software - MCA-166 WinU235 - Ortec CZTU - MGAU (with CT) NaI Based Software - MCA-166 WinU235 - Ortec E-meter - Canberra IMCA - NaIGEM Dalam mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk melengkapi inspeksi, berikut disampaikan beberapa acuan yang dipakai dalam menyempurnakan sistem inspeksi instalasi nuklir.
Dokumen-dokumen yang menyangkut prosedur/ juklak/ juknis pengawasan reaktor riset dan/atau reaktor daya seperti TECDOC, SAFETY SERIES, 10 CFR dsb.
Dokumen-dokumen perizinan instalasi nuklir, seperti Laporan Analisa Keselamatan (LAK), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) termasuk RKL/RPL dari instansi yang terkait;
Laporan Berkala Pengoperasian Reaktor dan Instalasi Nuklir lain di BATAN,
Laporan Hasil Inspeksi, dsb. Dokumen-dokumen yang sedang disiapkan maupun yang telah selesai disusn
sesuai dengan kelompoknya membentuk suatu pohon dokumen. Pohon dokumen baik
222
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
untuk dokumen inspeksi pada reaktor riset, instalasi nuklir non reaktor maupun dokumen inspeksi reaktor daya dapat dilihat pada lampiran 1, lampiran 2 dan lampiran 3. Dokumen administrasi inspeksi dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu: Dokumen Perencanaan Inspeksi, Dokumen Pelaksanaan Inspeksi dan Dokumen Hasil Inspeksi. Dokumen Perencanaan Inspeksi merupakan dokumen yang disiapkan pada awal tahun anggaran, meliputi : Surat Permintaan Jadwal Operasi Fasilitas, Surat Permintaan Jadwal Operasi Fasilitas yang dikirimkan ke fasilitas pada awal tahun anggaran. Jadwal operasi fasilitas dalam setahun ini digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal inspeksi tahunan oleh Subdit Inspeksi Instalasi Nuklir, Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DI2BN), BAPETEN. Jadwal inspeksi dalam setahun dibuat dan disusun secara menyeluruh untuk satu tahun anggaran berjalan oleh Subdit Inspeksi Instalasi Nuklir pada awal tahun dan disetujui oleh Direktur I2BN. Jadwal inspeksi dalam satu tahun ini meliputi : a.1. Fasilitas/instalasi yang akan diinspeksi a.2. Jenis inspeksi a.3. Tanggal pelaksanaan inspeksi dan a.4. Pemilihan personil inspektur, termasuk menentukan ketua tim dan anggota tim. Dokumen Pelaksanaan Inspeksi adalah dokumen-dokumen yang diperlukan pada saat inspeksi. Dokumen – dokumen tersebut adalah : -
Surat Perintah Inspeksi
-
Surat Pemberitahuan Inspeksi ke fasilitas
-
Laporan Hasil Inspeksi sebelumnya
-
Check List Audit dan Verifikasi
-
Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas ( SPPD)
Dokumen Hasil Inspeksi adalah dokumen-dokumen yang didapatkan atau dibuat dari pelaksanaan inspeksi. Dokumen-dokumen tersebut adalah : -
Lembar Konfirmasi, merupakan dokumen kesepakatan antara tim inspeksi dengan fasilitas yang diinspeksi.
-
Laporan Kegiatan Inspeksi yang ditujukan kepada Kepala BAPETEN.
-
Laporan Hasil Inspeksi (LHI)
KESIMPULAN Inspeksi merupakan salah satu fungsi pengawasan BAPETEN dalam hal pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia. Inspeksi Keselamatan Nuklir pada Instalasi Nuklir dilakukan untuk reaktor riset dan instalasi nuklir non reaktor (INNR). Untuk mengantisipasi proses penuaan (Ageing) reaktor pada komponenkomponen penting melalui inspeksi khusus dengan metodologi dan frekuensi inspeksi
223
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
tertentu. Prosedur inspeksi untuk kegiatan tersebut telah disiapkan, namun perlu ada penyempurnaan baik dalam metodologi maupun kemampuan inspekturnya. Adanya rencana pemerintah untuk membangun reaktor daya (PLTN) sebagai energi alternatif pembangkit listrik, maka peran inspektur menjadi lebih besar dalam meningkatkan keselamatan, keamanan dan kedamaian. Inspektur BAPETEN dalam waktu dekat harus menguasai metode-metode inspeksi reaktor daya (PLTN). Untuk mengantisipasi permasalahan dan menjawab tantangan diatas, BAPETEN harus bekerja keras. Prosedur inspeksi yang berhubungan dengan pembangun dan pengoperasian PLTN perlu segera dibuat, kualitas inspektur perlu ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan/ training
DAFTAR PUSTAKA 1. Prosedur Inspeksi Keselamatan Nuklir, Revisi 1.0, 2006, Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir, BAPETEN, Jakarta. 2. Laporan Analisa Keselamatan (LAK)
3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) termasuk RKL/ RPL dari instansi yang terkait. 4. Laporan Berkala Pengoperasian Reaktor dan Instalasi Nuklir lain di BATAN,
5. Laporan Hasil Inspeksi.
224
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
Lampiran 1
225
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
Juklak Inspeksi INNR
Juknis IRM
Juknis IEBE
Juknis IPEBRR
Juknis IPSB3
Lampiran A. Checklist: 1.Keselamatan Operasi 2.Keselamatan Radiasi 3.Keselamatan Lingkungan 4.Jaminan Kualitas 5.Kedaruratan Nuklir B. Lembar Konfirmasi C. Notulen Rapat
Lampiran A. Checklist: 1.Keselamatan Operasi 2.Keselamatan Radiasi 3.Keselamatan Lingkungan 4.Jaminan Kualitas 5.Kedaruratan Nuklir B. Lembar Konfirmasi C. Notulen Rapat
Lampiran A. Checklist: 1.Keselamatan Operasi 2.Keselamatan Radiasi 3.Keselamatan Lingkungan 4.Jaminan Kualitas 5.Kedaruratan Nuklir B. Lembar Konfirmasi C. Notulen Rapat
Lampiran A. Checklist: 1.Keselamatan Operasi 2.Keselamatan Radiasi 3.Keselamatan Lingkungan 4.Jaminan Kualitas 5.Kedaruratan Nuklir B. Lembar Konfirmasi C. Notulen Rapat
Juknis Dekomisioning PKG
Checklist : Program Dekomisioning Program Jamu
Lampiran 2
226
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
Juklak Inspeksi PLTN
Juknis Inspeksi Tapak
Checklist: 1. Program Evaluasi Tapak 2. Program Jamu
Juknis Inspeksi Konstruksi
Checklist: 1. Program Evaluasi Konstruksi 2. Program Jamu
Juknis Komisioning
Juknis Operasi
Checklist: 1. Program Komisioning 2. Program Jamu 3. Pelaksanaan RKL/RPL 4. PKD
Checklist : Keselamatan Reaktor Keselamatan Radiasi Keselamatan Lingkungan Jaminan Kualitas Kedaruratan Nuklir
Juknis Dekomisioning
Checklist: 1. Program Dekomisioning 2. Program Jamu
Lampiran 3
227
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
Juklak Inspeksi Reaktor non Daya
Juknis Reaktor Serpong
Juknis Reaktor BDG
Juknis Reaktor Jogja
Lampiran-Lampiran
Lampiran-Lampiran
Lampiran-Lampiran
A. Checklist : 1.Keselamatan Reaktor 2.Keselamatan Radiasi 3.Keselamatan Lingkungan 4.Jaminan Kualitas 5.Kedaruratan Nuklir B. Lembar Konfirmasi C. Notulen Rapat
A. Checklist : 1.Keselamatan Reaktor 2.Keselamatan Radiasi 3.Keselamatan Lingkungan 4.Jaminan Kualitas 5.Kedaruratan Nuklir B. Lembar Konfirmasi C. Notulen Rapat
A. Checklist : 1.Keselamatan Reaktor 2.Keselamatan Radiasi 3.Keselamatan Lingkungan 4.Jaminan Kualitas 5.Kedaruratan Nuklir B. Lembar Konfirmasi C. Notulen Rapat
DISKUSI DAN TANYA JAWAB Saran: ( Rini H. Oetomo )
228
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 1412 - 3258
Saran untuk inspektur BAPETEN agar pada saat inspeksi dilakukan, BAPETEN memberikan guidence list tentang item-item apa yang akan diinspeksi serta informasi PP/ SK yang diacu sehingga fasilitas bisa memeriksa diri sendiri dulu sebelum diperiksa BAPETEN dan sekaligus membina budaya keselamatan yang terus menerus dilakukan karena budaya keselamatan tidak dapat dirubah dalam waktu yang pendek. Contoh guidence list inspection: No. 1. 2.
Item yang diinspeksi Dosis personil dst…..
Acuan PP no. 63 th 2000
Penanya: Iyos Subki ( HIMNI ) Pertanyaan: a.Apakah masalah – masalah yang kritis yang harus ditinjau kembali dalam penentuan lokasi PLTN di Semenanjung Muria?
b.Dalam inspeksi teknis di rektor riset apakah BAPETEN memberi nasehat – nasehat dalam rangka: prevention, early detection and mitigation of accident/ incident. Jawaban: a.Masalah dalam penentuan lokasi PLTN yang harus ditinjau kembali menurut saya adalah RKL dan RPL tapak di Muria, terutama tentang evaluasi seismotectonic karena banyak patahan yang aktif kembali setelah gempa di Aceh.
b.Dalam setiap inspeksi di reaktor riset BAPETEN telah memberikan rekomendasi (nasehat-nasehat) dalam rangka pencegahan deteksi dini maupun mitigasi pada program keadaan darurat serta rencana penanggulangan keadaan darurat.
229