Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
KAJIAN PENERAPAN METODE RISK BASED INSPECTION PADA INSPEKSI KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR* Lukman Hakim Subdit. Inspeksi Instalasi Nuklir – DI2BN BAPETEN
ABSTRAK Kajian Penerapan Metode Risk Based Inspection Pada Inspeksi Keselamatan Instalasi Nuklir. Kajian tentang resiko dari sistem, struktur dan komponen (SSK) merupakan bagian yang penting dari perencanaan perawatan suatu instalasi nuklir, terutama yang telah mengalami penuaan (ageing). Penuaan merupakan suatu proses perubahan karakteristik dan performance yang terjadi pada sistem, struktur dan komponen (SSK) instalasi nuklir seiring dengan berjalannya waktu atau pemakaian. Proses penuaan yang terjadi pada instalasi nuklir ini perlu dievaluasi secara terpadu dalam kaitannya dengan manajemen penuaan agar instalasi nuklir dapat dioperasikan dengan selamat. Pendeteksian dan kategorisasi SSK diperlukan dalam metode RBI. Program pendeteksian dan kategorisasi ini harus berisikan daftar semua SSK utama dari suatu instalasi nuklir yang rentan terhadap penuaan dan analisis yang didasarkan pada proses penuaan mekanis. Proses metode RBI ini terdiri atas suatu kajian resiko dari SSK, kemudian menentukan ruang lingkup dan frekwensi inspeksi. RBI bertujuan agar inspeksi hanya fokus pada SSK yang berada pada area yang memiliki nilai resiko tinggi, sehingga inspeksi pada SSK daerah yang berada pada daerah rendah akan dikurangi bahkan dihilangkan dari program inspeksi yang normal. Hal ini akan berdampak pada pengurangan biaya inspeksi dan perawatan. Keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir akan meningkat dan umur instalasi akan menjadi lebih panjang. Kata kunci: Penuaan, RBI, Instalasi Nuklir, SSK
ABSTRACT Assessment on the Application of Risk Based Inspection Method to Safety Inspection of Nuclear Installations. Risk Assessment of Component, Structure and System (CSS) is an important part of nuclear installations maintenance plan, especially when it comes to ageing. Ageing is defined as a general process in which characteristics of components, systems and structures gradually change with time or use. There is a need to evaluate and assess the effect of aged components on safety. The detection and categorization of CSS need to be performed in RBI methodology. The ageing detection programme should include a list of all systems and main components of the nuclear installation and an analysis of their susceptibility to ageing based on the ageing mechanisms.. The RBI process consists of performing a risk assessment of the CSS, then determining inspection frequencies and scopes. The RBI objective is to ensure that the focus of inspection is in areas with high risk, while inspection in areas with low risk will be reduced or excluded from the normal inspection program and, therefore, will result in a significant inspection and maintenance cost reduction and an increase on the operational safety and remaining life of nuclear installation. Keywords: Ageing, RBI, Nuclear Installation, Component, Structure and System (CSS) _______________________ * Disampaikan dalam Seminar Keselamatan Nuklir, 2 – 3 Agustus 2006, di Jakarta
599
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
1. PENDAHULUAN : Sekarang ini, kajian tentang resiko dari sistem, struktur dan komponen (SSK) merupakan bagian yang penting dari perencanaan perawatan suatu instalasi nuklir, terutama yang telah mengalami penuaan (ageing). Penuaan merupakan suatu proses perubahan karakteristik dan performance yang terjadi pada sistem, struktur dan komponen (SSK) instalasi nuklir seiring dengan berjalannya waktu atau usia pemakaian. Proses penuaan yang terjadi pada instalasi nuklir ini perlu dievaluasi secara terpadu dalam kaitannya dengan manajemen penuaan agar instalasi nuklir dapat dioperasikan dengan selamat. Sementara itu, secara umum semua instalasi nuklir mempunyai ketentuan persyaratan keselamatan yang berkaitan dengan penuaan, baik dalam desain, pembangunan, pengoperasian dan perpanjangan umur operasi. Keselamatan instalasi nuklir adalah suatu kondisi yang harus selalu tercapai dalam pengelolaan suatu instalasi nuklir pada saat pembangunan, pengoperasian hingga selesai proses dekomisioning. Keselamatan instalasi nuklir terkait erat dengan keandalan, sistem, struktur dan komponen (SSK) instalasi nuklir. Setiap SSK instalasi nuklir pasti mengalami penuaan sehingga menyebabkan penurunan tingkat keandalan sistem.
Untuk itu perlu adanya suatu metode inspeksi yang menggunakan resiko ( risk ) sebagai dasar prioritasnya dan usaha memanage suatu program inspeksi. Dalam pengoperasian suatu instalasi nuklir, suatu resiko yang relatif memiliki prosentase besar biasanya ada pada beberapa komponen peralatan. Metode Risk Based Inspection (RBI) membolehkan perubahan inspeksi dan perawatan untuk memelihara suatu SSK yang memiliki resiko tinggi dan berusaha untuk menurunkan resikonya tersebut. Metode RBI merupakan kombinasi dari metode, ruang lingkup dan frekwensi inspeksi dari suatu SSK, untuk menentukan optimalisasi SSK.
2. METODOLOGI SISA UMUR : Dalam mengukur suatu kondisi instalasi nuklir dan berapa usia operasinya perlu adanya suatu kombinasi analisa, perhitungan, pengujian uji tak merusak ( termasuk di dalamnya pengukuran ketegangan strain measurements ) dan pemilihan SSK yang tepat, sehingga kita dapat memperkirakan kerusakan yang akan terjadi. Untuk kerusakan yang tidak dapat diperkirakan seperti yang disebabkan oleh panas yang berlebih, parameter statis dan atau dinamis yang digunakan sebagai dasar perhitungan, merupakan suatu hal yang perlu diantisipasi.
600
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Suatu dasar yang penting untuk mendapatkan hasil yang akurat adalah analisa terhadap datadata operasional instalasi nuklir (misal ; temperatur, tekanan) dan pengalaman selama mengoperasikannya. Suatu pendekatan kajian yang terintegral tentang kapabilitas dan keamanan instalasi nuklir dapat dilakukan bila hubungan antara beban operasional dan status SSK serta datadata desainnya ada dan lengkap (terutama gambar desain) terutama diperoleh melalui pengujian dan inspeksi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kajian tersebut maka dapat dilakukan tindakan koreksi dalam bentuk perbaikan program inspeksi maupun perawatan, sehingga keselamatan instalasi nuklir akan tercapai.
3. PENYELEKSIAN DAN KATEGORISASI SSK : Pendeteksian dan kategorisasi SSK diperlukan dalam metode RBI ini. Program pendeteksian dan kategorisasi ini harus berisikan daftar semua SSK utama dari suatu instalasi nuklir yang rentan terhadap penuaan dan analisis yang didasarkan pada proses penuaan mekanis. Kategorisasi SSK harus berdasarkan pada faktor keselamatan, kemampuan untuk diperbaiki atau di pindahkan ( repairability or replaceability ). Penyeleksian dan kategorisasi SSK yang rentan penuaan ini dilakukan pada saat proses desain. SSK dan material harus diseleksi untuk meminimalkan efek penuaan. Proses penyeleksiaan minimal harus mengandung unsur 1)Tingkat kehandalan terhadap keselamatan, 2) Kondisi operasional (tekanan, temperatur, paparan radiasi, kimiawi dll.) 3) Jenis material (besi karbon, stainless steel), 4) Mode operasi, 5) Persyaratan uji dan perawatan, 6) Perkiraan umur operasi, dan 7) Kemudahan untuk diganti / dipindahkan.
4. KAJIAN RISK BASED INSPECTION ( RBI ) RBI adalah suatu sistem yang menggunakan kebolehjadian dari kegagalan suatu SSK dan konsekwensi dari kegagalan SSK tersebut. Kebolehjadian dan konsekwensi tersebut diformulasikan menghasilkan suatu resiko yang diperkirakan akan terjadi (risk estimated) Resiko = kebolehjadian (kegagalan suatu SSK) x konsekwensi
601
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Tabel 1 :Kategorisasi SSK – Faktor Mekanis SSK Kolam dan komponennya Struktur Teras Reflektor Batang kendali Perisai Beam Tubes Fuel assemblies dan kolam penyimpanannya Sistem Pendingin Primer Emergency Containment Struktur Perisai Biologis Ventilasi Penetrasi Isolasi Stack Instrumentasi dan Kontrol Sistem Shut down Sistem Proteksi Sistem Kontrol Monitoring Radiasi Annuciator Sistem Pendukung Catu daya listrik darurat Sistem pemadam kebakaran Crane Handling dan Storage Transfer casks/elemen bakar Penanganan limbah Reactor Block Reflektor Thermal Shield Perisai Biologis
Reaktor blok sistem Pendingin
Faktor Mekanis R X X X X X
T X
P
Cy X X X X
X X
X
Ch X X
X X X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X X X X
X X
X X
X
X
X X X
X
X
X
X X X
X X X X X X X
X
X X X X X X X
X
X
X X
X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X
X
X
R = Radiasi ; T = Temperatur ; P = Tekanan ; Cy = Puntiran (Cycling) ; Cor = Korosi ; Ch = Kimia ; Er = Erosi ; Mnt = Maintenance/Desain/Operasional
602
X
X
X
X X X
Mnt X X X X X
X
X X
Er
X
X
X
Cor X X X X X X
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Dimana, kebolehjadian adalah kebolehjadian kegagalan SSK dalam satu tahun, dan penyebab dari kegagalan tersebut diketahui. Konsekwensi dari kegagalan SSK merupakan tingkat kerusakan yang akan terjadi atau besarnya biaya yang ditimbulkannya untuk itu perlu diketahui mode dari kegagalan tersebut (bagaimana kegagalan tersebut terjadi dan dampak apa yang timbul dari kegagalan tersebut). Tujuan dari RBI :
Mencari unitunit operasi yang memiliki resiko tinggi di suatu instalasi
Memperkirakan suatu nilai resiko pada setiap SSK dalam suatu pengoperasian instalasi
Membuat prioritas SSK berdasarkan resiko yang terukur
Mendesain suatu program inspeksi
Memanajemen resiko dari suatu kegagalan SSK secara sistimatik
Tingkatan dari Kajian RBI : RBI adalah sebuah proses kombinasi antara kemungkinan kegagalan dari suatu SSK dan konsekwensinya secara kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan suatu skala prioritas berbasiskan resiko total. Tiga buah tingkatan RBI telah dibuat oleh API untuk memprioritaskan tingkatan dari tiaptiap SSK. Tingkatan I Kualitatif : Melakukan proses pembuatan peringkat SSK ke dalam suatu matrik 5 x 5. Pada tahapan ini dilakukan pemeringkatan SSK, mudah dan hasilnya cepat didapat, tetapi hasil pemeringkatan resiko pada tingkat I ini agak konservatif. Analisis pada tingkatan 1 ini merupakan langkah awal dalam melakukan pencarian resiko suatu SSK.
Tingkatan II SemiKuantitatif, Merupakan metode penentuan tingkatan resiko dari tiaptiap komponen SSK dalam suatu proses unit. Pada tahapan ini dilakukan pengkategorisasian SSK yang lebih akurat, peringkat resiko konservatif yang berlebihan dari tingkat I dihindari, dan digunakan matrix 5 x 5 untuk menggambarkan hasil analisis resiko. Pada tingkat II ini analisa lebih akurat, SSK yang telah dikategorisasikan lebih detail dan dilakukan perencanaan inspeksi.
603
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
4
5
Resiko Tinggi
3
Resiko Menengah
2 1
Kategori kemungkinan Kegagalan
Tabel 2 : Matrix Resiko Kualitatif
Resiko Rendah 1
2
3
4
5
Kategoris Konsekwensi Metode RBI • Kemungkinan gagal 1 5 ( kerusakan/tahun ) 2 • Konsekwensi A E ( luasan area yang rusak cm ) • Tingkat Resiko ( Rendah, Menengah, dan Tinggi ) Tingkatan III Kuantitatif Lebih detail dan lebih akurat dari tingkatan II, pada tingkatan ini dilakukan perhitungan dan penentuan nilai konsekwensi, nilai kemungkinan kegagalan dan nilai spesifik dari resiko untuk tiaptiap SSK dalam suatu unit proses. Analisa realibilty dan keuangan juga dilakukan. Pada tingkatan III ini bisa terjadi kenaikan peringkat dari peringkat awal yang ditentukan pada analisa tingkatan II Proses RBI Proses RBI ini terdiri atas suatu kajian resiko dari SSK, kemudian menentukan ruang lingkup dan frekwensi inspeksi. Blok diagram yang simpel menggambarkan perencanaan inspeksi berdasarkan atas analisa resiko ( Kualitatif, Semikualitatif atau kuantitatif ) adalah sebagaimana berikut :
Pengumpulan data dan informasi :
604
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Pengumpulan data dan informasi tentang SSK bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang instalasi nuklir dan didasarkan pada desain awal. Langkah awal yang cepat adalah melakukan kategorisasi SSK berdasarkan atas tiga faktor utama yaitu keselamatan, kemampuan untuk diperbaiki atau di pindahkan (repairability or replaceability) dan desain data awal khususnya ketebalan dan temperatur operasional.
Kondisi Operasi
Evaluasi SSK
Data Base Kegagalan SSK
Program Inspeksi
Kajian PSA
Sistem Manajemen
File Data SSK Instalasi Nuklir
Analisa Kemungkinan Kegagalan
Analisa Konsekwensi
Pemeringkatan Resiko
Evaluasi Operasional
Gambar 1 : Kuantitatif RBI
Perbaikan Program Inspeksi
Perbaikan Program Manajemen Keselamatan
Konsekwensi Kegagalan Pengumpulan data dan Informasi
Pemeringkatan Resiko
Kemungkinan Kegagalan
Rencana Inspeksi
Keringanan ( jika ada )
Penilaian Ulang
Gambar 2 : RBI Proses Kajian resiko berupa penetapan status dan mengantisipasi kondisi dari SSK dengan mengajukan pertanyaan sebagaimana berikut :
Apakah telah terjadi degradasi material ?
Apakah kemungkinan degradasi material akan terjadi ? Berapa besarnya ?
605
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Apakah konsekwensinya dari degradasi tersebut ?
Sejarah SSK – Perawatan dan Inspeksi Yang Telah Dilakukan : Langkah selanjutnya menetapkan resiko dari SSK yang merupakan kombinasi dari kemungkinan kegagalan SSK dan konsekwensi yang timbul dari kegagalan tersebut. Analisa kemungkinan kegagalan merupakan kegiatan memperkirakan probabilitas dan efek kegagalan mekanik berdasarkan :
Sejarah SSK
Sejarah yang sama atau SSK yang identik dalam kondisi operasionalnya
Sejarah instalasi nuklir merupakan suatu masukkan – kejadian operasional dan perawatan yang digunakan bersamaan dengan data desain awal :
Untuk operasional : o
Parameter operasional ( seperti tekanan dan temperatur )
o
Kecelakaan dalam pengoperasian, kegagalan operasi dan perbaikan
o
Kondisi dari instalasi nuklir (total jam operasi – MWDay )
Untuik perawatan : o
Review terhadap SSK yang diganti dan diperbaiki
o Review terhadap geometri SSK yang mengalami pergantian dan perbaikan.
Untuk Inspeksi :
o Hasil uji tidak merusak (NDE – Non Destructive Examine) merupakan hal yang sangat penting karena dari data tersebut kita dapat melakukan perhitungan sisa umur dari SSK suatu instalasi nuklir. o
Mengukur ketebalan dinding tangki reaktor, pipapipa sistem pendingin primer dengan ultrasonik
o Pengujian metalurgi dengan metode replika. o Mengukur tegangan dengan strain gages o Uji merusak (Destructive Examine) seperti failure analysis, isostress creep testing o
Hasil dari NDE dan DE ini merupakan masukkan yang sangat penting untuk mengevaluasi dan mengkaji umur dari instalasi nuklir.
Analisa konsekwensi melakukan perhitungan dampak dari kegagalan SSK dengan cara :
Memperkirakan laju buangan dan besarnya buangan berdasarkan : o
Perbedaan tekanan
o
Besarnya bukaan yang terjadi ( retakan atau lubang )
606
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
o
Metode pendeteksian kebocorran
o
Kemampuan isolasi
Memperkirakan outcome dari buangan tersebut berdasarkan : o
Besarnya buangan
o
Komposisi material yang dibuang
o
Dampak terhadap lingkungan sekiitar dari buangan tersebut
o
Dampak terhadap operasional instalasi nuklir
Data dari kemungkinan kegagalan SSK dan konsekwensinya dapat dikombinasikan mengahsilkan suatu nilai resiko untuk tiaptiap SSK. Faktor resiko tersebut dapat dibuatkan tingkat resikonya dan digunakan untuk membuat rencana inspeksi. Kajian Kemungkinan Kegagalan SSK : Faktorfaktor yang dilihat dalam kajian kemungkinan kegagalan adalah :
Batas desain : Batas desain yang mengakibatkan kegagalan dalam operasi suatu SSK
Penurunan mutu material : sifatsifat mekanis dari material yang mengalami penurunan akan menurunkan batas desain (kebocoran dinding liner, temperatur yang tinggi, efek biologi, kerusakan mekanik)
Beban lebih : beban operasi akan mengakibatkan penurunan batas keselamatan yang mengakibatkan kegagalan.
Probabilitas dari kegagalan : menetapkan metode penentuan nilai kegagalan
Untuk metode kuantitatif proses evaluasi dimulai dengan melihat jawaban pertanyaan tentang banyaknya kegagalan (frekwensi kegagalan) suatu SSK. Nilai ini dimodifikasi dengan faktor yang berhubungan dengan SSK (FE) dan faktor keselamatan (FM). Nilai FE diambil dari beberapa item seperti tipe kerusakan, efektivitas inspeksi, kondisi, desain dan fabrikasi, proses kontrol dan manajemen keselamatan. Nilai FM merupakan dampak potensial pada integritas mekanikal suatu SSK terhadap semua proses. Faktor FE dan FM diperoleh dari suatu sistem penilaian berdasarkan hasil kuesioner dari pekerja radiasi instalasi nuklir atau buku kerja / log book. Kemungkinan kegagalan / tahun = Frekwensi kegagalan x FE x FM . Faktor SSK (FE) = Fungsi penilaian S S = 2 + faktor teknik + faktor universal + faktor mekanik + faktor proses
607
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Faktor teknik tergantung pada fluks netron, debit air primer, pengurangan ketebalan, dll.
Faktor universal tergantung pada kondisi instalasi nuklir, udara, seismik dll.
Faktor mekanik tergantung pada kompleksitas, standar yang digunakan, umur instalasi, daya reaktor saat beroperasi, tekanan operasi, temperatur operasi, vibarasi dll.
Faktor proses tergantung pada rencana perawatan, rencana operasional, kestabilan proses, reshuffling bahan bakar dll.
Faktor sistim manajemen ( FM ): tergantung pada sistem manajemen (kepemimpinan dan administrasi informasi keselamatan proses, proses analisis hazard, prosedur operasi, jaminan mutu dll.) Kajian Konsekwensi : Pengukuran kuantitatif dari konsekwensi kegagalan SSK didasarkan pada suatu proses bertahap untuk menentukan besarnya biaya yang ditimbulkan akibat paparan radiasi yang keluar, kerusakan lingkungan dan kerugian yang disebabkan oleh terhenti proses produksi.
Mode kegagalan : kebocoran radiasi, keluarnya produk fissi, pecahnya pipa sistem pendingin primer.
Limbah : cair, padat, dan penyimpanannya
Kuantitatif RBI (menetapkan metode besarnya konsekwensi ) phase, durasi, api, luasan area yang terkena dampak dll.
Pemeringkatan Resiko : Dalam proses ini mengikuti suatu logika dimana data spesifik suatu SSK sangat menentukan dalam mengukur besarnya kemungkinan terjadinya kegagalan dan konsekwensi dari kegagalan tersebut, yang mana menentukan pula besarnya resiko yang akan ditimbulkannya. Laporan akhir RBI untuk setiap SSK tidak hanya besarnya urutan peringkat resiko melainkan juga memberikan gambaran bagi pihak Badan Pengawas (BAPETEN) SSK mana yang perlu mendapat perhatian khusus dan bagi pihak instalasi akan melakukan tindakan preventif perawatan untuk menurunkan resiko SSK tersebut. RBI adalah Manajemen Berdasarkan Resiko
608
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
RBI adalah benarbenar manajemen berdasarkan resiko dimana RBI fokus pada pengurangan resiko melalui kegiatan inspeksi. RBI merupakan suatu metode yang terintegrasi, dimana pihak instalasi akan berusaha menurunkan resiko yang akan terjadi pada SSK, dengan kata lain program inspeksi yang telah ada akan diubah. Hal ini akan berakibat pula pada sistem manajemen keselamatan dan prosedur mengalami perubahan dan perbaikan, pihak instalasi nuklir akan melakukan tindakan pemasangan sistem keselamatan, sistem pendeteksian paparan radiasi, dan segala sesuatu yang akan menurunkan konsekwensi yang ada. RBI sebagai suatu alat manajemen untuk menurunkan resiko melalui perubahan kegiatan dan metode inspeksi.
Keuntungan RBI :
Memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Menghapus kegiatankegiatan inspeksi yang tidak perlu – interval inspeksi berdasarkan resiko dari SSK. Tim inspektur akan akan fokus pada SSK yang berada pada area resiko tinggi
Penghematan biaya – SSK yang tidak memiliki masalah selama instalasi mulai beroperasi dan problem antisipasi akan diinspeksi dalam jangka waktu yang lebih lama
Informasi yang diperoleh dari inspeksi pada satu SSK dapat digunakan untuk menentukan jangka waktu dan ruang lingkup inspeksi pada satu SSK yang sama dan tipikal
Program RBI adalah program yang dinamis; resiko selalu diperbarui setelah inspeksi atau bila SSK nya sama, perubahan kondisi proses atau kejadian jika informasi baru merupakan informasi yang layak untuk dipertimbangkan. Beberapa hal tersebut akan mengakibatkan perubahan frekwensi dan ruang lingkup inspeksi.
Metode yang digunakan untuk menentukan jangka waktu dan ruang lingkup didokumentasikan dan dapat digunakan lagi.
RBI merupakan metode yang realibilitas dan dapat diaplikasikan dengan Code / Standard dan peraturan yang berlaku
Meningkatkan kemampuan dan memperpanjang umur instalasi nuklir.
Optimalisasi jadwal perbaikan dan pergantian peralatan.
Kelemahan RBI : – Harus ada menggunakan data / informasi yang lengkap. Bila data / informasi yang ada tidak lengkap maka RBI tidak dapat dilakukan.
609
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
5. KESIMPULAN : RBI merupakan suatu metode yang baik untuk mengukur optimalisasi dari kombinasi frekwensi kegiatan dan ruang lingkup inspeksi. RBI bertujuan agar inspeksi hanya fokus pada SSK yang berada pada area yang memiliki nilai resiko tinggi, sehingga inspeksi pada SSK daerah yang berada pada daerah rendah akan dikurangi bahkan dihilangkan dari program inspeksi yang normal. Hal ini akan berdampak pada pengurangan biaya inspeksi dan perawatan. Keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir akan meningkat dan umur instalasi akan menjadi lebih panjang.
610
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1. RiskInformed Inspection of Nuclear Power Plants, Jerry H. Phillips, PhD, PE, Idaho National Laboratory, December 8, 2005, NASA Risk Management Conference.
2. API RP 580, API Recommended Practice 580, RiskBased Inspection, First Edition
Edition: 1, Downstream Department, American Petroleum Institute , 01May2002
3. International Atomic Energy Agency, , Management of research reactor agein, IAEATECDOC792, Vienna 1995.
4. Pendekatan Untuk Manajemen Penuaan RSGGAS, Mohammad Dhandhang Purwadi, Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset (PPTR)BATAN, Sigma Epsilon Agustus, 2004. 5. Evaluating the condition & remaining life of older power plants, Eyckmans Marc Product Manager, Laire Charles Product Manager, D'ambros Laurent – Engineer, LABORELEC BELGIUM Failure analysis & Material assessment in plants (2003)
611
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Penanya: Haendra ( DP2IBN BAPETEN ) Pertanyaan: a.Apakah RBI telah diterapkan di Indonesia? b.Apa hubungan antara tingkatan I, II, III? Jawaban:
a.Iya telah diterapkan terutama di Oil dan Gas Company. Saya berusaha akan menerapkannya di bidang nuklir. Di luar negeri RBI telah diterapkan untuk Nuclear Power Plant. b.Tingkat I, II, dan III merupakan proses berkelanjutan dari RBI dimana pada tingkat I dibuatkan peningkatan resiko untuk dilanjutkan dengan inspeksi dan hasil dari inspeksi tersebut dijadikan bahan untuk masuk ketingkat II dan dibuatkan pemeringkatannya begitu selanjutnya. Penanya: Hendayun ( PTNBR ) Pertanyaan: a.Range Nilai Risk ( Quantitatif ), Untuk memberikan keterangan? b.Otomalisasi Proses, Untuk memberikan keterangan? Jawaban: a.Range Nilai Risk didasarkan pada berbagai parameter terutama database kegagalan SSK merupakan hal yang penting sekali, dimana dari database tersebut kita dapat mengetahui SSK tersebut apakah sering mengalami kegagalan atau tidak? Apabila sering maka SSK tersebut memiliki resiko yang besar. b.Untuk otomalisasi proses RBI perlu adanya code atau program yang khusus ( Api atau Tiskchuk ). Penanya: Sudjatmi K. A ( PTNBR BAPETEN ) Pertanyaan: a.Komponen mana saja yang diinvestivigasi oleh RBI? Jawaban:
a.Komponen yang memiliki kaitan dengan keselamatan ( Safety Related ).
612
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Penanya: Deputi PI ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.Kenapa tidak diterapkan oleh BAPETEN? Jawaban: a.Bapeten belum menerapkan RBI ini dikarenakan RBI memerlukan data – data yang akurat misalnya: kondisi operasi, sistem manajemen, kajian ( PSA/ PHA ), database kegagalan SSK, dll. Data tersebut belum di miliki oleh BAPETEN. Penanya: Nurrohmah ( PTKMR BATAN ) Pertanyaan: a.Apa tidak ada bahasa Indonesia nya? Untuk RBI kok pakai bahasa asing? Jawaban: a.Baik itu akan saya ubah.
613