PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I) Khoirul Huda Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. Gajah Mada 8, Jakarta
1
KESELAMATAN NUKLIR
MISI Misi keselamatan nuklir adalah untuk melindungi personil, anggota masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiasi
2
TUJUAN KESELAMATAN (1/3) Tujuan Keselamatan Umum:
Melindungi perorangan, masyarakat dan lingkungan dengan membangun dan merawat sistem pertahanan efektif instalasi nuklir terhadap bahaya radiologi
3
TUJUAN KESELAMATAN (2/3) Tujuan Proteksi Radiasi:
Untuk menjamin bahwa dalam semua keadaan operasi, paparan radiasi dalam instalasi atau akibat pelepasan zat radioaktif yang direncanakan dari instalasi dijaga di bawah batas yang ditentukan dan diusahakan serendah mungkin; dan Untuk menjamin mitigasi dampak radiologi dari setiap kecelakaan. 4
TUJUAN KESELAMATAN (3/3) Tujuan Keselamatan Teknis: Untuk mengambil semua tindakan praktis yang masuk akal untuk mencegah kecelakaan dalam instalasi nuklir dan mengurangi dampaknya bila kecelakaan tersebut harus terjadi; Untuk menjamin dengan kepercayaan tinggi, bahwa untuk semua kecelakaan yang diperhitungkan mungkin terjadi dalam desain instalasi, termasuk yang mempunyai kemungkinan sangat rendah, dampak radologinya minor dan di bawah batas yang ditetapkan; Untuk menjamin bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan dengan dampak radiologi yang serius harus sangat rendah. 5
SIFAT UNIK REAKTOR NUKLIR Terdapat sejumlah besar zat radioaktif dalam teras reaktor setelah dioperasikan dalam periode yang cukup panjang; Mengeluarkan tenaga yang berarti secara kontinyu untuk jangka waktu yang cukup panjang setelah shutdown; Reaktor nuklir tidak mempunyai tingkat daya alami atau yang sebenarnya, dan peningkatan daya secara cepat sangat mungkin. 6
FUNGSI POKOK KESELAMATAN Mengungkung bahan radioaktif dan mengontrol pelepasan saat operasi, seperti halnya membatasi pelepasan saat kecelakaan; Memindahkan panas dari teras reaktor; Mengendalikan reaktivitas
7
KONSEP DASAR KESELAMATAN NUKLIR – DEFENCE IN DEPTH (1/3) TINGKATAN DEFENCE IN DEPTH:
Pencegahan terjadinya operasi abnormal atau kegagalan; Pengendalian operasi abnormal dan pendeteksian kegagalan; Pengendalian kecelakaan dalam Dasar Desain; Pengendalian kondisi kecelakaan parah; Pengurangan dampak radiologi terhadap pelepasan bahan radioaktif yang berarti ke luar tapak. 8
DEFENCE IN DEPTH (2/3) PENERAPAN DEFENCE IN DEPTH:
Defence in Depth diterapkan dalam semua aspek desain, operasi, manajemen dan pengaturan instalasi nuklir; Defence in Depth bisa diterapkan dengan cara yang berbeda, tetapi prinsipnya tetap sama:
Mengambil tindakan pencegahan terhadap terjadinya kesalahan, kejadian dan kecelakaan; Membuat ketentuan untuk membatasi dampak dari terjadinya kesalahan, kejadian dan kecelakaan; Mempelajari situasi yang lebih parah dan siap-siaga untuk menanganinya. 9
DEFENCE IN DEPTH (3/3) PENERAPAN DEFENCE IN DEPTH (cont.):
Level Defence in Depth harus semandiri mungkin.
Kesalahan, kejadian atau kecelakaan yang sama, baik yang single maupun yang multiple, harus tidak memberikan dampak pada level yang lain secara serentak.
10
CIRI DESAIN REAKTOR NUKLIR Desain teras reaktor, sistem perpindahan panas, shielding, dan sungkup reaktor harus memberikan proteksi terhadap paparan radiasi atau pelepasan zat radioaktif melebihi batas yang dapat diterima, meskipun dalam keadaan kecelakaan parah; Penghalang fisik ganda terhadap pelepasan z.r.a diberikan oleh:
Pelet bahan bakar (fuel meat); Kelongsong bahan bakar; Sistem Pendingin Primer; Struktur Penyungkup Reaktor. 11
PRINSIP DESAIN KESELAMATAN
(1/5)
Adalah desain untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan paparan radiasi. Desain tersebut harus bisa mencegah, secara praktis terhadap: Ancaman terhadap integritas penghalang fisik; Kegagalan penghalang (saat terancam); Kegagalan penghalang akibat kegagalan penghalang yang lain. Desain, pada level pertahanan pertama atau paling tidak level kedua, harus mampu mencegah bertambah buruknya kondisi, untuk semua kejadian awal terpostulasi yang tak mungkin. 12
PRINSIP DESAIN KESELAMATAN
(2/5)
Struktur, sistem dan komponen (SSK) harus diklasifikasikan sesuai dengan pentingnya bagi keselamatan dan harus dirancang, dibuat, dipasang dan dipelihara pada level kualitas sesuai klasifikasinya; SSK harus bisa diandalkan sesuai kelasnya.
Redundansi, keragaman dan kemandirian yang tepat; gunakan ciri desain FAIL-SAFE; Tidak ada kegagalan tunggal, tindakan perbaikan tunggal, atau tindakan manusia tunggal yang bisa menghalangi fungsi keselamatan; Pastikan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan.
13
PRINSIP DESAIN KESELAMATAN
(3/5)
Teknologi yang digunakan dalam desain harus sudah terbukti (proven) atau terkualifikasi dengan pengalaman, pengujian atau keduanya; Standar, pengaturan dan kriteria yang konservatif harus diterapkan dalam desain; Perancang dan pemilik harus memperhatikan perkembangan teknologi dan pengalaman operasi, serta faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam desain baru atau modifikasi; Ketentuan harus dibuat dalam desain untuk in-service inspection, pengujian, pemeliharaan, perbaikan dan pemantauan SSK. 14
PRINSIP DESAIN KESELAMATAN
(4/5)
Desain untuk Paparan dan Pelepasan ALARA:
Desain shielding. Sistem pelepasan efluen dan gas. Desain untuk kemudahan perawatan, inspeksi dan pengujian. Desain untuk penggantian bahan bakar yang cepat dan efisien. Desain untuk memperkecil limbah. Desain untuk kemudahan dekontaminasi dan dekomisioning. 15
PRINSIP DESAIN KESELAMATAN
(5/5)
Antarmuka manusia-mesin harus dipertimbangkan dalam desain:
Pertimbangkan kemampuan performans personil pengoperasi. Desain untuk memperkecil kemungkinan kesalahan manusia. Desain sistem untuk mentolerir kesalahan manusia. Perkecil tindakan manusia dan perbanyak waktu tindakan.
Kajian Keselamatan yang komprehensif dengan verifikasi yang mandiri, harus dilakukan. Perlu Program Jaminan Kualitas yang bagus. 16