Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
KETENTUAN SISTEM PROTEKSI FISIK INSTALASI NUKLIR DAN BAHAN NUKLIR DI INDONESIA Niniek Ramayani Yasintha1, Surachmat2, dan Taruniyati Handayani3 Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK. Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi Nuklir dan Bahan Nuklir Di Indonesia. Meningkatnya tindak terorisme akhirakhir ini membuat masyarakat dunia mempertimbangkan kembali upaya proteksi fisik terhadap instalasi nuklir dan terhadap bahan nuklir selama penggunaan, penyimpanan dan pengangkutan. Serangkaian peraturan dan pedoman internasional telah diterbitkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) maupun Perserikatan BangsaBangsa (PBB). Keberadaan instalasi nuklir di Indonesia dan penggunaan, penyimpanan dan pengangkutan bahan nuklir mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengadaptasi peraturan internasional tersebut dalam peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Sehubungan dengan hal itu, telah diterbitkan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 1 Tahun 2009 tentang Sistem Proteksi Fisik untuk Instalasi dan Bahan Nuklir. Peraturan Kepala BAPETEN tersebut mengatur tentang fungsi proteksi fisik, penggolongan bahan nuklir, rencana sistem proteksi fisik, dan persyaratan sistem proteksi fisik. Sistem proteksi fisik yang dibuat dan dikembangkan dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu sistem proteksi fisik bahan nuklir selama penggunaan dan penyimpanan untuk mengantisipasi pemindahan tidak sah, sistem proteksi fisik pengangkutan bahan nuklir, dan sistem proteksi fisik terhadap sabotase terhadap instalasi nuklir dan bahan nuklir selama penggunaan dan penyimpanan. Kata Kunci: bahan nuklir, instalasi nuklir, sistem proteksi fisik ABSTRACT The Regulation of Physical Protection System of Nuclear Installation and Nuclear Material In Indonesia. The increase of act of terrorism has made the world considering the effort of physical protection of nuclear installations and material during usage, storage and transport. A series of international regulations and guidance have been published by both International Atomic Energy Agency (IAEA) and United Nations. The existence of nuclear installations in Indonesia and the use, storage and transport of nuclear material has encouraged the Indonesia Government to adapt the international regulations into its regulation. One of the regulations just recently enacted is BAPETEN Chairman Regulation Number 1 year 2009 on The Physical Protection System of Nuclear Installations and Nuclear Material. The Regulation has stipulated the function of physical protection, the categorization of nuclear material, physical protection plan, and the requirements of physical protection system. The physical protection system which is established and developed is grouped by 3 (three) i.e. the physical protection system against unauthorized removal of nuclear material in use and storage, the physical protection system of nuclear material during transport, and the physical protection system against sabotage of nuclear installation and nuclear material during use and storage. Keywords: nuclear material, nuclear installation, and physical protection system
1
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
BAB I
Keberadaan instalasi nuklir di Indonesia dan penggunaan, penyimpanan
PENDAHULUANUL
dan pengangkutan bahan nuklir
UAN
menyebabkan Pemerintah Indonesia
Latar Belakang
harus
Seiring dengan pengembangan dan
internasional tersebut dalam peraturan
penerapan tenaga nuklir untuk tujuan
perundangan yang berlaku di Indonesia.
damai terjadi peningkatan tindak
Sehubungan dengan hal itu, telah
terorisme akhirakhir ini. Situasi ini
diterbitkan Peraturan Kepala BAPETEN
membuat
dunia
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Sistem
mempertimbangkan kembali upaya
Proteksi Fisik untuk Instalasi dan Bahan
proteksi fisik terhadap instalasi nuklir dan
Nuklir yang merupakan amanat Pasal 12
bahan nuklir selama penggunaan,
ayat (2) huruf f Peraturan Pemerintah
penyimpanan dan pengangkutan.
Nomor 43 Tahun 2006. Peraturan Kepala
Serangkaian peraturan dan pedoman
BAPETEN tersebut mengatur tentang
internasional telah diterbitkan oleh Badan
fungsi proteksi fisik, penggolongan bahan
Tenaga Atom Internasional (IAEA)
nuklir, rencana sistem proteksi fisik,
maupun organisasi di tingkat negara
sistem proteksi fisik bahan nuklir
misalnya Departemen Energi Amerika
terhadap pemindahan tidak sah selama
(USDOE). Perserikatan BangsaBangsa
penggunaan dan penyimpanan, sistem
(UN) juga mengeluarkan konvensi dan
proteksi fisik terhadap pengangkutan
resolusi terkait proteksi fisik dan
bahan nuklir, dan sistem proteksi fisik
terorisme nuklir. Instrumen hukum
terhadap sabotase selama penggunaan
tersebut merupakan upaya meningkatkan
dan penyimpanan.
masyarakat
mengadaptasi
peraturan
kesadaran masyarakat internasional dan
Berdasarkan UU No. 10 tahun
kerjasama antar negara dengan kesadaran
1997, yang dimaksud bahan nuklir adalah
bahwa masalah keamanan nuklir dan
bahan yang dapat menghasilkan reaksi
terorisme nuklir merupakan masalah
pembelahan berantai atau bahan yang
bersama yang memerlukan penyelesaian
dapat diubah menjadi bahan yang dapat
secara terpadu secara nasional dan
menghasilkan reaksi pembelahan
internasional
berantai. Instalasi nuklir adalah:
2
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
IAEA. Sumber literatur tersebut dianggap telah memadai mengingat IAEA a. reaktor nuklir;
merupakan salah satu organisasi di dunia
b. fasilitas yang digunakan untuk
yang telah memiliki pengalaman dalam
pemurnian,
konversi,
hal sistem proteksi fisik.
pengayaan bahan nuklir, fabrikasi bahan nuklir dan
BAB II
atau pengolahan ulang bahan
SISTEM PROTEKSI FISIK
bakar nuklir bekas; dan/atau c. fasilitas yang digunakan untuk menyimpan bahan bakar
Tujuan Sistem Proteksi Fisik
nuklir dan bahan bakar nuklir
Sistem proteksi fisik merupakan
bekas.
sekumpulan elemen baik administratif maupun teknis yang saling berinteraksi
Tujuan
untuk mencapai tujuan proteksi fisik.
Tujuan dari penulisan makalah ini
Sesuai dengan Amamdemen CPPNM,
adalah: 1.
tujuan sistem proteksi fisik adalah:
memberikan gambaran tentang
1. mencegah pemindahan secara tidak
sistem proteksi fisik untuk instalasi
sah terhadap bahan nuklir,
dan bahan nuklir dari sudut peraturan
2. menemukan kembali bahan nuklir
perundangan yang berlaku di
yang hilang,
Indonesia. 2.
3. mencegah sabotase terhadap instalasi
memberikan review terhadap
dan bahan nuklir, dan
ketentuan sistem proteksi fisik yang
4. memitigasi konsekuensi yang
ada.
ditimbulkan oleh sabotase. Tujuan nomor 1 berpasangan dengan
Metodologi
tujuan nomor 2, dan tujuan nomor 3
Penulisan makalah ini dilakukan
berpasangan dengan tujuan nomor 4.
dengan metode kajian literatur. Bahan
Pengusaha instalasi nuklir (PIN) harus
yang digunakan adalah pedoman
menetapkan tujuan sistem proteksi fisik
BAPETEN, peraturan perundang
di instalasinya berdasarkan ancaman
undangan yang terkait, dan publikasi dari
3
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
dasar desain. Hal ini memungkinkan PIN
sistem deteksi, dan biasanya dipadukan
hanya mengembangkan sistem proteksi
dengan sistem alarm atau bahaya (alert),
fisik hanya untuk mencegah pemindahan
sistem kamera, sistem transmisi, dan
secara tidak sah terhadap bahan nuklir
sistem komunikasi. Tujuan utama sistem
atau mencegah sabotase terhadap
deteksi adalah untuk memaksimalkan
instalasi dan bahan nuklir.
kemungkinan pendeteksian dengan meminimalkan kesalahan alarm. Hal ini
Fungsi Utama dan Karakteristik
dapat dilakukan dengan menyediakan
Terdapat 4 (empat) fungsi utama
saluran deteksi kontinyu dengan
sistem proteksi fisik untuk menghadapi
menggunakan teknologi sensor tunggal
ancaman pemindahan bahan nuklir secara
yang sesuai untuk kondisi lingkungan dan
tidak sah atau sabotase terhadap bahan
daerah instalasi atau dengan
dan/atau instalasi nuklir, yaitu
menggunakan sensor ganda dan sensor
menangkal, mendeteksi, menilai,
pelengkap yang mempunyai fungsi
menunda, dan merespon. Berdasarkan
prinsip teknik berbeda. Fungsi deteksi
tindakan musuh (adversary), fungsi
harus dipadukan dengan fungsi penilaian
utama dapat dikelompokkan menjadi 2
agar memberikan manfaat. Misalnya
(dua) yaitu menangkal musuh ketika
ketika sensor memberikan sinyal dan
musuh belum melakukan aksinya, dan
segera dilakukan penilaian maka dapat
mengalahkan musuh ketika musuh saat
diketahui apakah yang terdeteksi musuh
atau telah melakukan aksinya. Fungsi
atau hewan, atau apakah terjadi kesalahan
mendeteksi, menilai, menunda, dan
alarm.
merespon masuk ke dalam untuk
Penilaian merupakan tindakan
mengalahkan musuh. Upaya penangkalan
mengolah data hasil deteksi suatu sensor
dapat dilakukan dengan menerapkan
dan/atau pengamatan visual. Pengamatan
sistem proteksi fisik sedemikian rupa
visual biasanya menggunakan kamera
sehingga instalasi nuklir dan bahan nuklir
CCTV statis atau dinamis untuk masing
tidak menjadi pusat perhatian musuh.
masing wilayah. Sistem penilaian ini
Deteksi dapat dilakukan dengan
dapat menentukan jenis, kekuatan, lokasi,
menggunakan sensor atau pengamatan
waktu dan frekuensi gangguan, serta
langsung oleh pekerja atau penjaga.
menentukan jumlah penjaga yang harus
Sensor merupakan bagian terpenting dari
merespon. Informasi ini penting untuk
4
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
mempersiapkan satuan perespon secara
daripada musuh. Ketiga hal tersebut akan
efektif dan tepat waktu. Penilaian
meningkatkan efektivitas sistem proteksi
biasanya dilakukan di stasiun alarm
fisik. Dalam hal sabotase, kecepatan
pusat. Sistem komunikasi yang andal
penjaga dan/atau satuan perespon sangat
antara stasiun alarm pusat, penjaga, dan
penting. Dalam hal pemindahan bahan
satuan perespon merupakan bagian yang
nuklir secara tidak sah, meski musuh
penting dari sistem proteksi fisik.
telah dapat mengakses bahan nuklir,
Penundaan merupakan upaya
namun penjaga dan/atau satuan perespon
untuk memperlambat pergerakan
harus menghentikan pemindahan bahan
penyusup menuju target. Upaya
nuklir tersebut. Penempatan penghalang
penundaan ini dapat dicapai dengan
perlu dipertimbangkan untuk melindungi
memberikan penghalang fisik secara
penjaga dan/atau satuan perespon untuk
berlapis, misalnya pagar, dinding, dan
menghentikan serangan musuh.
kunci. Penundaan yang didesain harus
Suatu sistem proteksi fisik yang
memberikan waktu yang memadai
efektif harus mempunyai karakteristik
sehingga penjaga dan satuan perespon
yang disesuaikan dengan sistem
dapat melakukan pesiapan dan
keselamatan instalasi nuklir, yaitu :
menghentikan (interruption) serangan
1. pertahanan berlapis (defence in
sebelum musuh sampai ke target atau
depth), yaitu terpasangnya beberapa
untuk mencegah musuh menyelesaikan
peralatan atau rangkaian penghalang
misinya sebelum penjaga dan/ atau satuan
yang berbeda secara berurutan.
perespon dapat mencegah atau
2. memperkecil akibat kegagalan
menetralisir musuh. Prinsip “deteksi
komponen, yaitu upaya untuk
sebelum penundaan” (detection before
mengantisipasi
delay) harus diterapkan dengan tepat.
kegagalan komponen pada saat kritis
Fungsi respon dilakukan oleh
kebolehjadian
misalnya melalui penggunaan
penjaga dan/atau satuan perespon.
peralatan cadangan.
Pergerakan penjaga dan/atau satuan
3. proteksi yang seimbang, yaitu
perespon harus lebih cepat daripada
proteksi antara menunda pergerakan
musuh, jumlah penjaga dan/atau satuan
musuh dan kecepatan penjaga
perespon lebih banyak daripada musuh,
dan/atau satuan perespon bertindak.
dan senjata yang digunakan lebih baik
5
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
4. proteksi bertingkat sesuai dengan
proteksi fisik untuk mencegah
potensi dampak radiologi, yaitu
pemindahan bahan nuklir secara tidak sah
memberikan proteksi yang lebih ketat
dan sabotase.
terhadap daerah yang memiliki
PIN wajib menetukan pembagian
potensi bahaya radiologi yang lebih
daerah yang terdiri atas daerah proteksi,
tinggi.
daerah vital, dan/atau daerah dalam. Daerah dalam adalah suatu lokasi yang
Penggolongan Bahan Nuklir
terdapat di dalam daerah proteksi, tempat
penggunaan,
bahan nuklir golongan I digunakan
penyimpanan, dan pengangkutan bahan
dan/atau disimpan. Daerah dalam harus
nuklir, persyaratan sistem proteksi fisik
didesain dengan langitlangit, pintu,
ditetapkan berdasarkan penggolongan
dinding, dan lantai yang kokoh agar dapat
bahan nuklir. Terkait dengan sistem
menghambat pemindahan bahan nuklir
proteksi fisik, bahan nuklir yang terbagi
secara tidak sah.
Dalam
menjadi 5 (lima) jenis digolongkan
Daerah proteksi adalah lokasi
menjadi 4 (empat) golongan sebagaimana
penilaian tempat bahan nuklir golongan I
terdapat pada Tabel 1.
atau II berada, dan/atau daerah vital yang dikelilingi penghalang fisik. Daerah proteksi harus dikelilingi dengan
Sistem Proteksi Fisik Sistem proteksi fisik didesain
penghalang fisik yang membatasi daerah
berdasarkan atas ancaman dasar desain.
proteksi tersebut, membatasi akses ke
Dalam medesain sistem proteksi fisik,
gedung dan menghalangi penyusupan.
PIN harus mempertimbangkan golongan
Daerah vital adalah lokasi di
bahan nuklir, pembagian daerah, dan
dalam daerah proteksi tempat peralatan,
elemen proteksi fisik.
sistem, atau bahan nuklir berada, yang
Ancaman dasar desain adalah sifat
dimungkinkan terjadi sabotase. Daerah
dan karakteristik musuh dari dalam
vital harus didesain dengan jumlah pintu
maupun dari luar yang digunakan sebagai
masuk dan ke luar dibatasi seminimal
fondasi atau alasan untuk merancang dan
mungkin, tidak boleh dekat dengan
mengevaluasi sistem proteksi fisik.
kegiatan umum, memberikan penundaan
Setelah menetapkan ancaman dasar
penyusupan, dan dipasang sistem alarm
desain, PIN harus merancang sistem
apabila tidak dijaga.
6
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
Pemanfaatan bahan nuklir baik
terbatas, yang dilengkapi dengan
selama penggunaan, penyimpanan dan
dokumen penunjang lainnya.
pengangkutan harus sesuai dengan
Persyaratan sistem proteksi fisik
ketentuan proteksi fisik. Misalnya bahan
telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala
nuklir yang digunakan di reaktor adalah
BAPETEN nomor 1 tahun 2009 yang
bahan bahan nuklir yang berbentuk bahan
terdiri dari persyaratan:
bakar segar maupun bahan bakar
1. sistem proteksi fisik bahan nuklir
teriradiasi. Bahan bakar nuklir tersebut
selama
harus diproteksi selama digunakan di
penyimpanan
dalam teras reaktor, ketika disimpan di
mengantisipasi pemindahan tidak
dalam kolam penyimpanan maupun
sah,
ketika diangkut.
2. sistem
Di dalam menyusun sistem
penggunaan
proteksi
dan untuk
fisik
pengangkutan bahan nuklir, dan
proteksi fisik, PIN harus membuat
3. sistem proteksi fisik terhadap
rencana proteksi fisik yang terdiri dari:
sabotase terhadap instalasi nuklir
a. ancaman dasar desain;
dan bahan nuklir selama
b. organisasi dan personil sistem
penggunaan dan penyimpanan
proteksi fisik; c. penggolongan bahan nuklir;
PERSYARATAN
d. prosedur terkait proteksi fisik;
PROTEKSI FISIK
e. desain dan pembagian daerah
SISTEM
Sistem proteksi fisik selama
proteksi fisik;
penggunaan dan penyimpanan untuk
f. sistem deteksi;
golongan I, yaitu digunakan atau
g. sistem penghalang fisik;
disimpan di daerah dalam, dalam ruangan
h. sistem akses yang diperlukan;
kokoh yang terkunci, termonitor, dan
i. sistem komunikasi;
dilengkapi dengan sistem deteksi. Daerah
j. perawatan dan surveilan;
dalam tidak boleh ditempatkan dekat
k. rencana kontijensi; dan
dengan daerah publik. Akses ke daerah
l. dokumentasi.
dalam harus dikawal. Penjagaan
Rencana sistem proteksi fisik berbentuk
dilakukan selama 24 jam.
suatu dokumen yang bersifat rahasia atau
Sistem proteksi fisik selama penggunaan dan penyimpanan untuk
7
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
golongan II, yaitu digunakan atau
pengangkutan bahan nuklir, kendaraan
disimpan di daerah proteksi, dalam
harus menggunakan tanda khusus dan
ruangan kokoh yang terkunci, termonitor,
membatasi saluran komunikasi. Sistem
dan dilengkapi dengan sistem deteksi.
proteksi fisik terhadap pengangkutan
Akses ke daerah dalam harus dikawal.
bahan nuklir golongan I, II, dan III
Penjagaan dilakukan selama 24 jam.
meliputi:
Sistem proteksi fisik selama
a. pemberitahuan
penggunaan dan penyimpanan untuk
pendahuluan
kepada penerima;
golongan III dan IV, yaitu digunakan atau
b. pemilihan moda pengangkutan
disimpan di daerah yang aksesnya
dan rute;
diawasi dengan cara memberikan
c. ketentuan tentang kunci dan segel;
perlindungan atau penghalang fisik
d. pemeriksaan
berupa pagar, bangunan, ruangan, atau
pengangkut;
kendaraan
kontener sehingga akses menuju tempat
e. tindakan setelah pengiriman;
tersebut hanya dibatasi untuk pekerja
f. komunikasi;
yang berwenang. Disimpan dalam
g. penjaga; dan
ruangan kokoh yang terkunci, termonitor,
h. tindakan dalam hal keadaan
dan dilengkapi dengan sistem deteksi.
darurat.
Dikelilingi dengan penghalang fisik yang
Pemberitahuan pendahuluan berisi:
berupa pagar, tembok, dinding gedung
a. moda pengangkutan;
dengan struktur kuat. Akses dibatasi dan
b. perkiraan waktu kedatangan; dan
penjagaan dilakukan selama 24 jam.
c. tempat serah terima barang
Sistem proteksi fisik terhadap
apabila serah terima dilakukan di
pengangkutan untuk golongan I sampai
suatu tempat sebelum tujuan
dengan IV, secara umum merupakan
akhir.
tanggung jawab pengirim atau sesuai
Moda pengangkutan dilakukan
dengan
perjanjian.
Sebelum
dengan mempertimbangkan waktu
melaksanakan pengangkutan, pengirim
tempuh dan rute yang akan dilalui.
harus menyerahkan rencana proteksi fisik
Pemilihan rute dilakukan dengan
pengangkutan bahan nuklir, termasuk
mempertimbangkan faktor keamanan,
kontrak perjanjian pengangkutan kepada
khususnya daerah rawan bencana
BAPETEN. Selama pelaksanaan
dan/atau rawan kerusuhan; dan dengan
8
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
memperhitungkan kemampuan satuan
d. kendaraan pengangkut harus
perespon.
disertai
Moda pengangkutan meliputi:
dipersenjatai.
penjaga
yang
1. Darat, yang meliputi moda
Ketentuan proteksi fisik untuk moda
pengangkutan melalui jalan raya dan
pengangkutan dengan kereta api
moda pengangkutan dengan kereta
adalah sebagai berikut:
api. Ketentuan proteksi fisik untuk
a. dilakukan dengan kereta barang
moda pengangkutan melalui jalan
dalam gerbong tersendiri;
raya adalah sebagai berikut:
b. dikawal oleh penjaga yang
a. pengirim wajib memastikan
dipersenjatai, satuan perespon dan
kelayakan kendaraan, pengemudi,
petugas proteksi radiasi yang
dan personil lain yang terkait
berada di gerbong khusus yang
dengan pengangkutan;
terdekat dengan gerbong yang
b. didesain khusus untuk tahan
memuat bahan nuklir; dan
terhadap serangan dan dilengkapi
c. penjaga yang berada dalam kereta
dengan kunci pengaman dan
api harus mampu berkomunikasi
sistem imobilisasi;
dengan masinis dalam rangka
c. kendaraan pengangkut harus
mengantisipasi waktu tempuh dan
didampingi oleh:
penghentian kereta api tidak terjadwal.
• satu kendaraan yang berisi
2. Air, yang menggunakan moda
penjaga;
pengangkutan kapal laut. Ketentuan
• satu kendaraan pengangkut
proteksi fisik untuk moda
cadangan;
pengangkutan melalui air:
• satu kendaraan yang berisi
a. dilakukan dengan kapal barang
peralatan bongkar muat; • satu kendaraan yang berisi
yang diperuntukkan khusus
petugas proteksi radiasi
mengangkut bungkusan bahan
beserta
nuklir;
perlengkapan
b. dikawal oleh penjaga yang
protektif radiasi; dan
dipersenjatai dan petugas proteksi
• satu kendaraan yang berisi
radiasi;
satuan perespon.
9
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
c. bungkusan
bahan
nuklir
daerah vital. Tamu, pekerja perbaikan,
ditempatkan di ruangan yang
perawatan atau pekerja bangunan harus
aman atau kontener yang dikunci
dikawal oleh petugas yang berwenang
atau disegel; dan
apabila akan memasuki daerah proteksi
d. kapal pengangkut didampingi
dan daerah vital.
paling sedikit satu kapal pengawal
Untuk mencegah tindakan
dari satuan perespon.
sabotase, penjaga harus memeriksa dan
3. Udara, bungkusan bahan nuklir harus
menilai semua personil, bungkusan
menjadi satusatunya jenis barang
dan/atau kendaraan yang masuk ke
yang diangkut oleh pesawat kargo.
daerah vital. Pemeriksaan dilakukan
Dalam hal sabotase, tindakan
dengan menggunakan detektor bahan
proteksi fisik berlaku juga terhadap
nuklir, detektor logam dan/atau detektor
sabotase untuk setiap instalasi dan semua
bahan peledak. Penjagaan dilakukan
golongan bahan nuklir. Penerapan
selama 24 jam dan penjaga harus
proteksi fisik untuk sabotase harus
berkoordinasi dengan satuan perespon.
menggunakan perangkat keras, prosedur, dan desain instalasi, termasuk tata letak. Inti dari sabotase, yaitu untuk mencegah
REVIEW TERHADAP KETENTUAN
atau menghambat orang untuk masuk ke
SISTEM PROTEKSI FISIK Dalam Simposium Keamanan
daerah vital. Untuk mencapai tujuan
Nuklir di Wina pada April 2009, isu
tersebut, maka PIN harus:
terorisme nuklir banyak diuraikan oleh
a. memasukkan aspek proteksi fisik
peserta. Salah satu prioritas yang dapat
dalam desain instalasi nuklir;
dilakukan sebagai hasil simposium
b. membatasi jumlah minimum
adalah bagaimana mengurangi ancaman.
individu yang memiliki akses ke
Amandemen CPPNM telah
daerah viital; dan c. melakukan penentuan tingkat
memperluas lingkup proteksi fisik tidak
kepercayaan terhadap semua
hanya untuk bahan nuklir tetapi juga
pekerja yang diizinkan masuk ke
untuk instalasi nuklir. Menurut
daerah vital tanpa pengawal.
amandemen ini, proteksi fisik tidak lagi berlaku untuk bahan nuklir, tetapi berlaku
PIN harus membatasi jumlah akses dan
juga bagi instalasi nuklir tempat bahan
akses ke dalam daerah proteksi dan 10
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
nuklir
dimanfaatkan.
Sebelum
proteksi fisik dapat dilakukan secara
diberlakukannya Peraturan Kepala
kuantitatif.
BAPETEN ini, PIN telah menerapkan
BAB III
sistem proteksi sesuai Amandemen
KESIMPULAN
CPPNM. Hal ini merupakan langkah maju, apalagi sebenarnya Pemerintah meratifikasi
1. Peraturan Kepala BAPETEN No 1
Amandemen CPPNM hingga saat ini.
tahun 2009 tentang Ketentuan Sistem
Penerbitan Peraturan Kepala BAPETEN
Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan
bukan karena tekanan dunia internasional
Nuklir telah mengadaptasi peraturan
ke Indonesia, akan tetapi dikarenakan ini
internasional terbaru.
Indonesia
belum
2. PIN mengembangkan sistem proteksi
kebutuhan akan keamanan instalasi dan
fisik di instalasi nuklir berdasarkan
bahan nuklir.
ancaman dasar desain dan
Secara normatif, ketentuan sistem
penggolongan bahan nuklir.
proteksi yang ada telah mengatur halhal mendasar, namun secara praktis PIN dan
DAFTAR PUSTAKA
BAPETEN memerlukan ketentuan lebih lanjut dalam penerapan di lapangan, baik dari aspek desain, operasi, perawatan,
1. UU Nomor 10 Tahun 1997 tentang
inspeksi, dan evaluasi sistem proteksi
Ketenaganukliran
fisik.
2. IAEA, The Physical Protection of Pedoman untuk medesain dan
Nuclear Material and Nuclear
melakukan evaluasi terhadap sistem
Facilities, IAEAINFCIRC/225/Rev.4
proteksi fisik telah ada dalam buku teks
(1999).
maupun modul pelatihan, namun
3. IAEATECDOC967, Guidance and
sebaiknya BAPETEN juga menerbitkan
Considerations
pedoman mengenai hal tersebut. Kriteria
Implementation
efektivitas sistem proteksi fisik
for
the of
INFCIRC/225/Rev.4 (2000)
seharusnya dinyatakan dalam suatu nilai
4. IAEA, Amandment to The
(angka) yang disepakati antara PIN dan
Convention on the Physical
BAPETEN. Dengan adanya nilai
Protection of Nuclear Material, IAEA
tersebut, evaluasi terhadap sistem
11
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
International Law Series No. 2
5. Peraturan Kepala BAPETEN No. 1
(2006).
tahun 2009 tentang Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir.
12