MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Rahyu Setiani Rahyu Setiani adalah Dosen DPK Kopertis Wilayah VII pada STKIP PGRI Tulungagung
PENDAHULUAN Keterampilan berpikir dan strategi seperti berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah adalah kerangka acuan yang umum digunakan untuk mengelompokkan keterampilan berpikir dan strategi. Berpikir kritis menekankan pada analisis dan evaluasi, sedangkan keterampilan berpikir kreatif mengutamakan produksi sesuatu, misalnya rencana untuk memecahkan suatu masalah. Meskipun berpikir kritis dan berpikir kreatif seringkali dideskripsikan secara terpisah di dalam literatur, keduanya pada umumnya terdapat di dalam bermacam-macam pemecahan masalah. Oleh sebab itu, dalam hal ini akan dibicarakan keterampilan berpikir secara umum dan tidak dibedakan menjadi keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Strategi Berpikir Strategi berpikir dalam memecahkan masalah pada umumnya mempunyai urutan kegiatan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan, (2)
menerapkan hasil belajar, (3) mengumpulkan informasi baru, (4) mengorganisasikan dan membandingkan data, (5) menganalisis elemen dan hubungannya, (6) mengklarifikasi dan menilai alternatif, dan (7) merumuskan simpulan atau memilih cara pemecahan. Di dalam proses pemecahan masalah ini tercakup sejumlah keterampilan berpikir dan elemen afektif (objektivitas), hasil belajar kognitif tingkat rendah, dan strategi pemecahan masalah. Pada gambar I dicantumkan sejumlah keterampilan berpikir pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi yang dapat dipergunakan untuk merumuskan tujuan berkategori keterampilan berpikir tingkat tinggi. Meskipun di dalam gambar I tersebut keterampilan berpikir ditulis secara terpisah, hal ini tidak berarti harus diajarkan dan dievaluasi terpisah dari materi ajar. Dalam hal tertentu, keterampilan bepikir tertentu seperti membedakan antara fakta dan opini, boleh jadi diajarkan dan dievaluasi secara terpisah sebelum diterapkan untuk menganalisis
Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember
1
permasalahan tertentu. Tetapi pada umumnya, keterampilan berpikir tertentu akan diajarkan dan dievaluasi terkait dengan permasalahan dan situasi tertentu pada bidang materi tertentu. Sama halnya dengan tujuan pembelajaran khusus, keterampilan berpikir mendeskripsikan bagaimana siswa akan merespon dan materi bidang studi mendeskripsikan macam situasi dan masalah yang perlu ditanggapi. Dalam gambar I tidak dicantumkan hasil belajar yang penting untuk memecahkan masalah: 1. Hasil belajar kognitif tingkat rendah: pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, 2. Strategi berpikir umum seperti mengajukan pertanyaan, mengamati, membandingkan, dan mengorganisasikan data. 3. Hasil belajar afektif seperti sikap, rasa ingin tahu, jujur, berpikir mandiri, objektivitas, terbuka, tidak mengambil keputusan secara terburu-buru. Kadang-kadang perlu menyertakan pada deskripsi tujuan keterampilan berpikir beberapa kategori hasil belajar tingkat rendah, misalnya interpretasi, strategi berpikir umum seperti mengajukan pertanyaan, atau hasil belajar afektif seperti keingintahuan.
Hasil Belajar yang Bebas Materi Ajar Merumuskan tujuan pembelajaran yang relatif bebas materi ajar akan bermanfaat untuk beberapa bidang studi yang mempunyai tujuan yang sama, misalnya bidang sains (biologi, fisika, kimia). Contoh: 1. Membuat rencana untuk suatu eksperimen. 1.1 Mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan. 1.2 Merumuskan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan. 1.3 Merumuskan hipotesis. 1.4 Merencanakan uji hipotesis. 1.5 Memilih alat-alat yang sesuai untuk uji hipotesis. 1.6 Merencanakan prosedur observasi. 1.7 Memilih metode analisis data yang paling sesuai. 1.8 Merumuskan simpulan. 1.9 Menulis laporan hasil penelitian/eksperimen. 2. Mengevaluasi argumentasi yang menunjang dan tidak menunjang suatu proposal. 2.1 Mengidentifikasi akurasi suatu pernyataan. 2.2 Mengidentifikasi bias di dalam suatu pernyataan. 2.3 Membedakan antara pernyataan yang relevan dengan yang tidak relevan.
Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember
2
2.4 Membedakan antara pernyataan yang menunjang dengan yang tidak menunjang. 2.5 Mengidentifikasi asumsi suatu argumentasi.
2.6 Mengidentifikasi kelengkapan argumentasi. 2.7 Mengidentifikasi konsistensi fakta penunjang argumentasi. 2.8 Mengidentifikasi kredibilitas sumber acuan argumentasi.
CONTOH KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI ANALISIS Mengidentifikasi Kecukupan kontradiksi inkonsistensi penalaran asumsi kriteria inferensi hubungan atribut kekurangan keterbatasan relevansi bias gangguan ide pokok stereotip penyebab pengaruh hakikat bukti superstisi isu sentral elemen organisasi kecenderungan kelengkapan kesalahan kesesuaian validitas konsep perkecualian masalah variabel konsekuensi kesalahan prosedur reliabilitas Membedakan antara akurat dan tidak akuat konsep dan prinsip sebab dan pengaruh rangkuman dan simpulan konsisten dan tidak konsisten asumsi dan hipotesis dominan dan subordinat prinsip dan argumentasi esensial dan tidak esensial menunjang dan kontradiksi fakta dan simpulan valid dan tidak valid fakta dan opini reliable dan tidak reliable Menginferensikan asumsi karakteristik motif maksud sikap kondisi organisasi kualitas bias kegairahan sudut pandang hubungan SINTESIS Merumuskan sistem klasifikasi generalisasi masalah simpulan asumsi prinsip penjelasan tujuan kaidah hipotesis argumentasi pertanyaan EVALUASI Menyusun kriteria
standar
prosedur
Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember
3
Menilai keakuratan kecukupan kesesuaian kejelasan keterpaduan kelengkapan konsistensi
kebenaran kredibilitas organisasi kepatutan penalaran hubungan reliabilitas
Komponen Afektif Keterampilan Berpikir Berpikir mencakup komponen kognitif dan afektif. Beberapa komponen afektif keterampilan berpikir dicantumkan pada gambar II dan dapat dipilih untuk digunakan pada situasi yang sesuai. Pada situasi tertentu, komponen tersebut dapat disertakan sebagai bagian dari tujuan yang berkaitan dengan sikap dan disposisi, yang menunjang keterampilan berpikir. Misalnya “Menunjukkan sikap ilmiah”. 1. Menerapkan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah. 1.1 Mengidentifikasi masalah. 1.2 Menganalisis masalah dan isu-isu terkait. 1.3 Merumuskan masalah dan isu dengan jelas. 1.4 Mengumpulkan informasi yang relevan dari sumber yang kredibel. 1.5 Membedakan antara fakta dan opini.
signifikansi standar kegunaan validitas nilai manfaat
1.6 Mengidentifikasi bias di dalam pernyataan. 1.7 Menangguhkan pengambilan keputusan sampai diperoleh data yang cukup. 1.8 Mendeskripsikan pemecahan masalah dengan jelas dan rinci. Meskipun telah diupayakan merumuskan tujuan dalam bentuk performansi siswa, elemen afektif masuk ke dalam rumusan. Misalnya, kita dapat menginferensikan dari pernyataan bahwa disadari pentingnya rumusan masalah yang jelas dan rinci, terdapat disposisi mengumpulkan informasi dari sumber yang kredibel, dan perlunya penangguhan pengambilan keputusan sampai terkumpulnya informasi yang cukup. Tentu saja inferensi yang berkaitan dengan hasil belajar afektif memerlukan sampel yang cukup jumlahnya agar dapat dipergunakan sebagai bukti keajegan tingkah laku atau disposisi. Maksud dari uraian ini hanya menunjukkan bahwa komponen afektif dapat diintegrasikan ke dalam
Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember
4
tujuan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah. CONTOH KOMPONEN AFEKTIF DALAM KETERAMPILAN Mendemonstrasikan kehati-hatian dalam berpikir kemauan menangguhkan peniaian keterbukaan berfikir mandiri integritas Disposisi untuk mencari jawaban alternatif penyebab kejadian penyebab alamiah sumber yang kredibel Menghargai pentingnya rumusan masalah yang jelas kehati-hatian dalam observasi komitmen pada tugas upaya yang berkelanjutan prosedur yang teratur pengaruh sampling pada temuan RANGKUMAN 1. Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada umumnya dibicarakan di dalam literatur dengan judul berpikir kritis, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. 2. Hasil belajar di bidang tertentu dapat mencakup elemen berpikir tingkat tinggi yang berbeda-beda (berpikir kritis dan berpikir kreatif). 3. Daftar tujuan pembelajaran khusus di kategori analisis, sintesis, dan evaluasi dapat
BERPIKIR
objektivitas keingintahuan kemauan merevisi opini keaslian menghargai bukti pemastian data sudut pandang yang berbeda fakta yang dapat dibuktikan informasi relevan konsekuensi sosial dari temuan persistensi ketelitian hasil penelaahan hasil verifikasi hasil pandangan orang lain
4.
5.
6.
dipergunakan sebagai dasar untuk mengkombinasikan keterampilan dengan bermacam-macam cara disesuaikan dengan situasi dan permasalahan tertentu. Bersikaplah fleksibel apabila merumuskan tujuan berkategori berpikir tingkat tinggi. Tujuan pembelajaran pada tingkat keterampilan berpikir memerlukan situasi dan masalah baru bagi siswa. Rumuskan tujuan pembelajaran yang relatif bebas materi ajar sehingga dapat dipergunakan di
Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember
5
bidang studi yang bermacammacam. 7. Apabila merumuskan tujuan pada tingkat keterampilan berpikir, jangan mengabaikan komponen afektif dari berpikir. Aspek afektif tersebut dapat dirumuskan sebagai tujuan pembelajaran yang terpisah. REFERENSI Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, D.R. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook I, Cognitive Domain. New York: David McKay. Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th ed.). New York: Holt, Rinehart, & Winston. Gronlund, N.E. (1993). How to Make Achievement Tests and Assessments (5th ed). Boston: Allyn and Bacon. Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., & Masia, B.B. (1964). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II, Affective Domain. New York: McKay.
Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember
6