Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (30 – 35 )
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING Oleh : Fathul Zannah * Abstrak Kegiatan pembelajaran di SMAN 2 Banjarbaru sudah mengarah kepada kegiatan pengamatan namun belum optimal menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing secara terperinci.Hal ini mengakibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik belum terasah, yang sebenarnya sangat diperlukan dalam pendidikan biologi.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.Penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan diukur secara kategorikal.Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas X5 dan kelas X4 sebagai kelas perlakuan dan kelas X1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik mengalami peningkatan dan terkategori baik. Kata Kunci: Inkuiri Terbimbing,Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Protista
PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu pemerintah harus selalu melakukan pembaharuan kurikulum secara berkala.Kurikulum terakhir yang diterapkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP yang menuntut agar proses pembelajaran berpusat kepada peserta didik (student centered) yang dapat terlihat dari perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dirancang sesuai dengan tuntutan KTSP mengharapkan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dan mengasah keterampilan berpikir peserta didik. Selain itu, diharapkan dapat mengubah cara mengajar guru dari metode konvensional kearah metode belajar yang mengaktifkan peserta didik.
Perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KTSP memang tidak mudah dirancang, terlebih lagi dengan diberlakukannya Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang RPP yang menghendaki pengintegrasian nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran aktif. Oleh karena itu perlu adanya pembenahan dalam perancangan perangkat pembelajaran, salah satunya dalam pembelajaran biologi. Pendidikan Biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung sehinggapeserta didik perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar (Ridwan, 2010). Oleh karena itu, perangkat pembelajaran yang dirancang diharapkan dapat menjadi wadah bagi terlaksananya tujuanyang sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP, tidak terkecuali pada konsep protista. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
*Fathul Zannah, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
30
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (30 – 35 )
yaitu pendekatan inkuiri terbimbing yang dilandasi oleh teori pembelajaran konstruktivis.Menurut Nugroho (2005) pembelajaran konstruktivis adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk melakukan proses aktif membangun konsep-konsep baru, pengertianpengertian baru, pengetahuanpengetahuan baru berdasarkan data, informasi dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.Sehingga kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dari kurikulum KTSP. Berdasarkan hasil wawancara, pembelajaran konsep protista di SMAN 2 Banjarbarusudah memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didikdengan kegiatan pengamatan menggunakan mikroskop.Namun kegiatan pengamatan yang dilakukan masih belum terorganisir sehingga terkesan hanya sekedar melakukan pengamatan semata.Selain itu dalam kegiatan pembelajarannya belum pernah menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing secara terperinci sehingga keterampilan berpikir peserta didik masih belum terasah secara optimal. Penelitian-penelitian dengan menggunakan pendekatan yang berbasis konstruktivis sudah pernah dilaporkan. Yulinda (2011) menyimpulkan ada pengaruh proses-proses problem solving terhadap hasil belajar, kinerja dan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik SMA pada konsep jenis dan daur ulang limbah. Penelitian semacam ini perlu dikembangkan lebih lanjut pada konsep yang berbeda. Atas dasar ini maka
dilakukan penelitian tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik SMA pada pembelajaran konsep protista melalui pendekatan inkuiri terbimbing. Tinjauan Pustaka Pembelajaran konsep Biologi baik pada jenjang pendidikan SD, SMP maupun SMA memiliki ciri khas tertentu. Konsep biologi pada jenjang yang lebih rendah yaitu di tingkat SD lebih umum dan akan semakin lebih kompleks pada jenjang selanjutnya yaitu pada tingkat SMP serta SMA. Perbedaan tersebut tentunya akan berdampak kepada cara penyampaian materi. Perbedaan pada cara penyampaian materi juga memang harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak, yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka selain mengembangkan intelektualnya juga perlu mengembangkan keterampilan proses berpikirnya. Keterampilan proses berpikir peserta didik perlu dikembangkan khususnya pada pendidikan sains. Pendidikan sains harus mempersiapkan para peserta didik menghadapi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dimana para peserta didik harus belajar dan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah riil.Kenyataannya, para peserta didik kita tidak mempelajari sifat sains atau mengembangkan pemahaman konseptual yang datang dari konsep sains, dan mereka juga tidak tertarik pada sains (Krajcik). Peserta didik dapat berperan aktif dalam kegiatan belajarnya apabila
*Fathul Zannah, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
31
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (30 – 35 )
mereka memiliki kreativitas yang tinggi. Menurut Brandt dalam Penick (1996) kreativitas adalah cara seseorang menggunakan kemampuannya secara langsung. Dalam proses, orang yang kreatif dapat menyusun kembali masalahnya daripada hanya mencari permasalahan masalah. Pertanyaan tentang suatu masalah sering memerlukan solusi, sehingga sifat pertanyaannya disesuaikan dengan masalahnya. Tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada prosesproses berpikir yang terjadi dalam shortterm memory.Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir tingkat tinggi meliputi evaluasi, sintesis, dan analisis.Berpikir kompleks adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau bagian-bagian. Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari suatu titik (Sutrisno, 2010).Dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing ini yaitu bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Resnick dalam Nur (2011) mendefinisikan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut: 1. Berpikir tingkat tinggi bersifat nonalgoritmik. Artinya, urutan tindakan itu tidak dapat sepenuhnya ditetapkan terlebih dahulu.
2. Berpikir tingkat tinggi cenderung kompleks. Urutan atau langkahlangkah keseluruhan itu tidak dapat "dilihat" hanya dari satu sisi pandangan tertentu. 3. Berpikirtingkattinggiseringmenghasil kanmulti solusi, setiap solusi memiliki kekurangan dan kelebihan. 4. Berpikirtingkattinggimelibatkanperti mbangan yang seksama dan interpretasi. 5. Berpikir tingkat tinggi melibatkan penerapan multi kriteria sehingga kadang-kadang terjadi konflik kriteria yang satu dengan yang lain. 6. Berpikir tingkat tinggi sering melibatkan ketidakpastian. Tidak semua hal yang berhubungan dengan tugas yang sedang ditangani dapat dipahami sepenuhnya. 7. Berpikir tingkat tinggi melibatkan pengaturan diri dalam proses berpikir. Seorang individu tidak dapat dipandang berpikir tingkat tinggi apabila ada orang lain yang membantu di setiap tahap. 8. Berpikir tingkat tinggi melibatkan penggalian makna, dan penemuan pola dalam ketidakteraturan. 9. Berpikir tingkat tinggi merupakan upaya sekuat tenaga dan kerja keras. Berfikir tingkat tinggi melibatkan kerja mental besar-besaran yang diperlukan dalam elaborasi dan pemberian pertimbangan. Keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi.
*Fathul Zannah, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
32
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (30 – 35 )
Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana hasil pembelajaran konsep protista melalui pendekatan inkuiri terbimbing terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik di SMA? Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi diukur melalui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas X SMAN 2 Banjarbaru dalam pembelajaran melalui pendekatan inkuiri terbimbing. METODE PENELITIAN Penelitian pembelajaran konsep protista melalui pendekatan inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didikdilaksanakan dengan teknik pengumpulan datayang diperoleh dari hasil analisis soal berpikir tingkat tinggi. Dimana data keterampilan berpikir tingkat tinggi di analisis secara deskriptif dan diukur dengan kategorikal, yaitu baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (< 40%) (Arikunto, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru yang berjumlah 240 orang.Sampel ditetapkan sebanyak 3 kelas, dua kelas perlakuan dan satu kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas
X4 yang berjumlah 26 orang dan peserta didik kelas X5 yang berjumlah 28 orang sebagai kelas perlakuan, peserta didik kelas X1 yang berjumlah 28 orang sebagai kelas kontrol dimana sampel ditetapkan secara acak. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing meliputi silabus, bahan ajar, RPP dan LKS, sedangkan variabel terikat adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Variabel yang dikontrol dalam penelitian ini adalah silabus, soal, buku, kemampuan peserta didik dan guru. Instrumen penelitian ini meliputi Silabus, RPP, LKS, Kunci LKS, Lembar Penilaian, Kunci Lembar Penilaian dan bahan ajar. Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian dirincikan sebagai berikut: (1) Membuat silabus perencanaan pembelajaran (2) Menyusun RPP, LKS, Kunci LKS, Lembar Penilaian, Kunci Lembar Penilaian, dan Materi Ajar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik SMA pada pembelajaran konsep protistamelalui pendekatan inkuiri terbimbing, telah diperoleh data sebagai berikut. Keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didikdianalisis dari kemampuan kognitif peserta didik untuk tingkat berpikir C3, C4, C5 dan C6. Data hasilanalisisdisajikan seperti pada Tabel 1.
*Fathul Zannah, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
33
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (30 – 35 )
Tabel 1 Ringkasan Hasil Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi I Kontrol Rata- Katerata gori Sang 31,25 at kuran g Keterangan :
Perlakuan RataKaterata gori Sanga 31,76 t kuran g
Pertemuan II Kontrol Perlakuan Rata- Kate- Rata- Katerata gori rata gori Sanga Sedan 33,04 t 55,79 g kuran g
III Kontrol Rata- Katerata gori Sanga 31,70 t kuran g
Perlakuan Rata- Katerata gori Baik 75,69
Baik : 76 – 100% Sedang : 56 – 75 % Kurang : 40 – 55% Sangat kurang : < 40% Berdasarkan Tabel 1 keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik mengalami peningkatan dan telah terkategori baik. Keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang diukur melalui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi menunjukkan terjadinya peningkatan. Hasil penelitian ini pada prinsipnya telah menemukan keefektifan pendekatan pembelajaran konstruktivis terhadap upaya dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang dilaporkan sebelumnya (Yulinda, 2011).Hasil penelitian melaporkan bahwa melalui proses-proses problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, dimana problem solving dan inkuiri terbimbing tergolong sebagai model-model konstruktivis.Sehingga berarti pendekatan pembelajaran konstruktivis efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Penggunaan pendekatan pembelajaran konstruktivis selain dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat peserta didik juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik seperti yang dilaporkan sebelumnya (Chan, dkk, 2012; Malik, 2010; Suparman, 2011).Penggunaan model komputer untuk kegiatan inkuiri dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Chan, dkk, 2012).Selain itu penggunaan model inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik (Malik, 2010) dan penggunaan model pembelajaran inkuiri multimedia interaktif berbasis computer juga mampu meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik (Suparman, 2011). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik SMA pada pembelajaran konsep protistamelalui pendekatan inkuiri terbimbing dapat disimpulkan bahwa
*Fathul Zannah, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
34
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (30 – 35 )
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didikmengalami peningkatan dan terkategori baik.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Chan, Kit Yu Karen, Sylvia Yang, Max E. Maliska dan Daniel Grlunbaum. An Interdisciplinary Guide Inquiry on Estuarine Transport using a Computer Model in High School Classrooms. New York: National Association of Biology Teacher. Krajcik, Joseph S. Learning Science by Doing Science. STS In the Classroom. Malik, Adam. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory Dan Real Laboratory Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Listrik Dinamis. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Nugroho. 2005. Self-Regulated Anak Berbakat. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
[email protected] Nur, Mohammad. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Penick, J. E. 1996. Creativity and the Value of Questions in STS. Dalam : R.E. Yager (ED.). Science/Technology/Society : As Reform in Science Education. New York: State University of New York Press. Suparman, ade. 2011. Efektivitas model pembelajaran inkuiri dengan memanfaatkan multimedia interaktif berbasis komputer untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa : studi eksperimen pada mata pelajaran kimia untuk siswa sma di kota serang. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Sutrisno, Joko. 2010. Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran (http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3 64&Itemid=405). Di akses tanggal 25 Agustus 2011. Yulinda, Ratna. 2011. Hasil Belajar, Kinerja, dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA pada Pembelajaran Konsep Jenis dan Daur Ulang Limbah melalui Proses-Proses Problem Solving. Tesis. Pascasarjana Pendidikan Biologi. Banjarmasin. Tidak Dipublikasikan.
*Fathul Zannah, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
35