Prima: Jurnal Program Studi Pendidikan dan Penelitian Matematika Vol. 6, No. 1, Januari 2017, hal. 61-76 P-ISSN: 2301-9891
BERPIKIR TINGKAT RENDAH MENUJU BERPIKIR TINGKAT TINGGI Kus Andini Purbaningrum Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Tangerang E-mail:
[email protected]
Abstrak Dalam berpikir, manusia akan melibatkan keseluruhan kepribadian, perasaan dan kehendaknya dalam memahami sesuatu yang dialami atau menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau kognitif yang dimulai dari tingkat rendah (lower order thinking) menuju tingkat tinggi (higher order thinking). Pada tulisan sederhana ini, dibahas sekilas tentang bagaimana memproses informasi secara mental atau kognitif yang sesuai dengan kedua tingkatan tersebut. Kata kunci: berpikir, berpikir tingkat rendah, berpikir tingkat tinggi
Pendahuluan Perkembangan yang sangat pesat pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, dilandasi oleh penguasaan terhadap keterampilan berpikir. Kemampuan dalam meningkatkan keterampilan berpikir tidak lepas dari kemampuan seseorang dalam memproses informasi secara mental atau kognitif, yang dimulai dari level yang rendah hingga level yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan acuan yang dapat mengungkapkan level dari kemampuan seseorang dalam berpikir. Untuk kepentingan tersebut, Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan membagi daerah kognitif menjadi 6 aspek yang tersusun berurutan mulai dari yang sederhana (mudah) hingga yang kompleks (sukar), yaitu: 1. pengetahuan (knowledge), 2. pemahaman (comprehension), 3. aplikasi (application), 4. analisis (analysis), 5. sintesis (synthesis), 6. evaluasi (evaluation). (Djaali, 2008) Sementara itu, Lorin Anderson, seorang mantan mahasiswa Bloom, meninjau kembali ranah kognitif dalam taksonomi bloom pada pertengahan sembilan puluhan dan membuat beberapa
62
P-ISSN: 2301-9891
perubahan, dengan dua hal yang paling menonjol, yaitu mengubah nama dari ke-enam aspek tersebut dari kata benda (noun) ke bentuk kata kerja (verb), dan sedikit menata ulang keenam aspek tersebut.
Gambar 1. Perubahan Taksonomi Bloom
Taksonomi baru ini mencerminkan bentuk yang lebih aktif berpikir dan mungkin lebih akurat dibandingkan sebelumnya. Anderson menempatkan menciptakan (creating) sebagai level keterampilan berpikir tertinggi. Menurutnya, keterampilan menciptakan adalah implementasi dan aktualisasi dari kreativitas berpikir. Berikut ini (Gambar 1) adalah perubahan dari ranah kognitif dalam taksonomi bloom tersebut. (Krathwohl, 2002) Tinjauan Teoritis Berpikir (Thinking) Berpikir merupakan suatu proses dari kegiatan mental yang melibatkan fungsi kerja otak. Walaupun demikian, sesungguhnya pikiran seseorang lebih dari sekedar fungsi kerja salah satu jaringan tubuh tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya keterkaitan antara keseluruhan sifat kepribadian seseorang dengan perasaan dan kehendaknya untuk menentukan kepentingannya dalam berpikir. Dalam berpikir, seseorang akan memusatkan pikiran tentang perihal tertentu, baik nyata maupun tidak nyata, sehingga secara sadar memiliki pengetahuan mengenai perihal tersebut. Sebagai contoh, seorang ilmuwan terkemuka, Albert Einstein memikirkan dirinya sedang berada pada seberkas cahaya. Sehingga, segala sesuatu yang terpusat dalam pikiran merupakan suatu perihal yang tidak nyata, namun mengetahui secara sadar bagaimana keadaan perihal tersebut terjadi. Berpikir juga berarti suatu proses yang rutin dalam memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Berjerih-payah secara mental
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.
Prima
63
ISSN: 2301-9891
untuk memecahkan masalah dengan menghubungkan suatu pengetahuan dengan yang lain sehingga memperoleh solusi dari masalah tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi (Ismienar. 2009). Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan kembali atau manipulasi kognitif baik informasi maupun simbol-simbol yang tersimpan dalam memori jangka panjang pada ingatan seseorang. Namun, ketika informasi yang dibutuhkan untuk proses pemecahan masalah belum dapat dihadirkan dalam pikiran kita, maka akan timbul masalah di dalam proses pemecahan masalah tersebut. Oleh sebab itu, mengingat suatu pengetahuan tentang perihal tertentu merupakan landasan utama dalam berpikir. Sehingga, level keterampilan berpikir terendah adalah mengingat (remembering) terhadap perihal tertentu. Berdasarkan tingkatan proses, berpikir dibagi menjadi 2 tingkat yaitu berpikir tingkat rendah (lower-order thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking). Pada dasarnya kedua tingkatan berpikir tersebut mengacu pada taksonomi bloom yang terdiri dari 6 aspek (Ganbar
2).
Tiga
aspek
pertama
yaitu
mengingat
(remembering),
memahami
(understanding), dan menerapkan (applying) merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOT). Tiga aspek berikutnya yaitu menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating) merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOT). (Anderson, 2001) Berpikir Tingkat Rendah (LOT) 1. Mengingat (Remembering) Berdasarkan penjelasan sebelumnya, mengingat tentang perihal tertentu merupakan tingkat keterampilan berpikir paling rendah/dasar. Sehingga dalam berpikir, seseorang akan dituntut untuk memiliki aspek kognitif yang paling dasar ini. Dengan kata lain, mengingat merupakan kebutuhan mendasar dalam berpikir.
Berpikir tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi Purbaningrum
64
P-ISSN: 2301-9891
Gambar 2. LOT dan HOT
Dalam mengingat, seseorang akan berusaha mengenali atau mendapatkan kembali pengetahuan dari memori jangka panjang yang sesuai dengan sesuatu yang dihadirkan dalam benaknya. Sehingga, terdapat dua hal yang berkaitan dengan proses kognitif dasar ini yaitu mengenali (recognizing) dan memanggil kembali (recalling). Sedangkan pengetahuan yang diperoleh kembali dalam proses kognitif dasar ini adalah fakta, konsep, prosedur, atau kombinasi diantaranya. Sebagai contoh, jika seseorang mempelajari padan kata bahasa Inggris dari kata bahasa Indonesia, maka sebuah pengujian diberikan untuk mengingat perihal tersebut. Pengujian tersebut dapat berupa pencocokan kata-kata bahasa Indonesia dalam satu daftar dengan padan kata bahasa Inggris dalam daftar kedua (berkaitan dengan mengenali) atau menulis kata bahasa Inggris yang sesuai dengan kata-kata bahasa Indonesia dalam satu daftar (berkaitan dengan memanggil kembali). a. Mengenali (Recognizing) Mengenali merupakan upaya mengidentifikasi informasi yang dihadirkan. Dalam proses mengenali, seseorang menyelusuri ingatan yang dimiliki untuk sebuah bagian informasi yang memiliki kesamaan dengan informasi yang dihadirkan. Ketika dihadirkan dengan informasi yang baru, seseorang akan menentukan apakah informasi itu dapat disamakan dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau tidak. Sehingga, seseorang akan mencari kecocokan antara informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Terdapat tiga metode utama dalam menerapkan sebuah proses mengenali, yaitu dengan pembuktian, pencocokan, dan pilihan yang terbatas. Dalam proses mengenali dengan pembuktian, seseorang dihadirkan dengan informasi, kemudian diminta untuk menentukan benar atau salah terhadap informasi tersebut. Format penilaian dengan benar atau salah adalah contoh yang paling biasa digunakan. Sebagai contoh, dalam Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.
Prima
ISSN: 2301-9891
65
bidang sosial, informasi yang dikenali oleh seseorang tentang tanggal yang benar dari suatu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Pertanyaan yang sesuai adalah: benar atau salah, pernyataan kemerdekaan Indonesia adalah pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam proses mengenali dengan pencocokan, seseorang dihadirkan dengan dua daftar yang berbeda, kemudian diminta untuk memilih setiap bagian dari salah satu daftar yang cocok /sesuai dengan satu bagian dari daftar yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang olahraga, informasi yang dikenali oleh seseorang tentang olahragawan Indonesia dengan olahraga yang dikuasai. Pertanyaan yang sesuai adalah tes mencocokan setiap nama olahragawan dalam daftar yang satu dengan sebuah daftar lain yang berisi olahraga yang dikuasai. Dalam proses mengenali dengan pilihan ganda, seseorang dihadirkan dengan sebuah pokok soal (stem of item) dengan pilihan jawaban (option) yang tersedia. Pokok soal berupa pernyataan/informasi dan pertanyaan sedangkan pilihan jawaban berupa kunci jawaban dan pengecoh (distracters). Seluruh pilihan jawaban harus memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih, sehingga seseorang harus memilih jawaban yang paling benar dari pilihan jawaban lainnya. (Sukardi, 2010) Sebagai contoh, dalam matematika, informasi yang dikenali oleh seseorang tentang jumlah bidang dalam bentuk geometri ruang. Pertanyaan yang sesuai adalah sebuah tes pilihan ganda dengan pokok soal sebagai berikut: ‘Berapa banyak sisi yang dimiliki oleh sebuah prisma segiempat?’ dengan pilihan jawaban: (a) 5, (b) 6, (c) 7 dan (d) 8. b. Memanggil Kembali (Recalling) Memanggil kembali merupakan upaya mendapatkan kembali informasi yang relevan dari memori jangka panjang ketika diberikan sesuatu yang mendesak untuk diselesaikan. Sering kali hal yang mendesak itu adalah sebuah pertanyaan. Dalam proses memanggil kembali, seseorang menyelusuri memori jangka panjang untuk mencari suatu bagian informasi dan membawa bagian informasi tersebut ke dalam memori kerja dimana semua informasi itu diproses. Terdapat berbagai metode dalam menerapkan proses memanggil kembali. Namun, terdapat dua jenis pertanyaan yang dapat menimbulkan proses memanggil kembali tersebut, yaitu dengan perkenalan rendah dan perkenalan tinggi. Dengan perkenalan rendah, seseorang tidak diberikan tanda/petunjuk atau informasi yang berhubungan. Sebagai contoh, “apa yang dimaksud dengan elektron?’. Sedangkan dengan perkenalan tinggi, seseorang diberikan tanda/petunjuk atau informasi yang berhubungan. Sebagai contoh, “Dalam sistem atomik, sebuah elektron adalah …”. Berpikir tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi Purbaningrum
66
P-ISSN: 2301-9891
2. Mengerti (Understanding) Jika sasaran utama berpikir adalah meningkatkan ingatan, maka semua proses dalam berpikir akan terpusat hanya pada Mengingat (Remembering). Namun, ketika sasaran utama dalam berpikir adalah meningkatkan transaksi antara sesuatu yang dihadirkan dengan memori yang dimiliki, maka proses berpikir akan terpusat pada pergerakan menuju lima proses kognitif selanjutnya, yakni Memahami (Understanding) menuju Mengkreasi (Creating). Sehingga, kategori paling dasar dalam transaksi tersebut adalah Memahami (Understanding). Seseorang dapat dikatakan memahami terhadap sesuatu, jika mampu membangun arti dari sesuatu tersebut, baik secara lisan, tulisan/gambar maupun komunikasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, mampu membangun hubungan antara suatu pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Secara lebih rinci, pengetahuan baru yang diterima akan dihubungkan dengan skema/bagan yang telah ada. Proses kognitif dalam kategori memahami mencakup beberapa kognitif berikut ini. a. Menginterpretasikan (Interpreting) Ketika seseorang mampu mengubah informasi dari suatu gambaran manjadi gambaran lain, maka dia telah Menginterprestasikan (Interpreting) informasi tersebut. Menginterpretasikan merupakan kegiatan mengubah kata menjadi kata lain, gambaran menjadi kata atau sebaliknya, angka menjadi kata atau sebaliknya, dan seterusnya. Sebagai contoh, ketika seseorang diberikan informasi dalam bentuk data yang berupa angka, maka dia akan mampu mengganti informasi itu menjadi bentuk lain, seperti misalnya dengan rangkaian kata-kata yang dikarang sendiri. Terdapat dua jenis pertanyaan yang dapat menimbulkan proses menginterpretasikan, yaitu membangun respon (memberikan jawaban) dan memilih respon (memilih jawaban). Informasi diberikan dalam satu daftar, kemudian diminta untuk memberikan jawaban atau memilih jawaban dalam daftar yang berbeda. Sebagai contoh, pertanyaan untuk membangun respon adalah: “Tuliskan sebuah persamaan yang sesuai dangan pernyataan berikut! Misalkan Y melambangkan total biaya dan X melambangkan massa dalam satuan pon. Sedangkan diketahui total biaya untuk mengeposkan sebuah paket adalah Rp.20.000,00 untuk pon pertama, kemudian akan ditambah Rp.15.000,00 untuk tambahan pon selanjutnya.” Sedangkan pertanyaan untuk memilih jawaban adalah: “Misalkan Y melambangkan total biaya dan X melambangkan massa dalam satuan pon. Sedangkan diketahui total biaya untuk mengeposkan sebuah paket adalah Rp.20.000,00 untuk pon pertama, Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.
Prima
ISSN: 2301-9891
67
kemudian akan ditambah Rp.15.000,00 untuk tambahan pon selanjutnya. Persamaan yang sesuai dengan pernyataan tersebut adalah … (a) T=Rp.35.000+P, (b) T=Rp.20.000+ Rp.15.000(P), (c) T= Rp.20.000+ Rp.15.000(P-1)”. Seseorang akan menginterprestasikan informasi tertentu jika informasi tersebut merupakan sesuatu yang baru baginya. Sesuatu yang baru disini adalah informasi yang tidak ditemui dalam proses belajar menginterprestasikan informasi sebelumnya. Kerena jika tidak demikian, maka kemungkinan besar akan muncul proses kognitif yang berupa mengingat (remembering) saja. Sehingga diperlukan sesuatu hal yang baru untuk dapat terus mengasah kemampuan menginterpretasikan seseorang. Kondisi ini berlaku juga bagi kategori lain dalam proses kognitif selain mengingat (remembering). Sehingga, jika ingin membuka jalan menuju proses kognitif yang lebih tinggi, maka seseorang harus membiasakan diri untuk tidak mengandalkan ingatan saja. b. Menerangkan dengan contoh (Exemplifying) Menerangkan dengan contoh terjadi ketika seseorang mampu memberikan suatu gambaran yang merupakan contoh atau perumpamaan dari suatu konsep atau prinsip tertentu. Menerangkan dengan contoh terkait dengan melukiskan ciri-ciri dari suatu konsep atau prinsip tersebut dan menggunakan ciri-ciri tersebut untuk menyeleksi atau membangun sebuah contoh yang spesifik. Sebagai contoh, jika seseorang telah mampu melukiskan ciri-ciri dari sebuah segitiga siku – siku dan mampu menyeleksi segitiga mana saja yang merupakan segitiga siku – siku, maka dia telah mampu memahami ciri-ciri dari segitiga siku – siku dalam kategori menerangkan dengan contoh. Untuk dapat menimbulkan suatu proses kognitif memahami dalam kategori menerangkan dengan contoh tersebut, seseorang diberikan sebuah konsep atau prinsip tertentu kemudian diminta untuk menyeleksi atau memberikan suatu contoh atau perumpamaan dari konsep atau prinsip tertentu. Permintaan tersebut tentunya tidak ditemui selama mempelajari konsep atau prinsip tersebut. Kerena jika tidak demikian, maka seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa akan ada kemungkinan besar memunculkan proses kognitif yang berupa mengingat (remembering) saja. Permintaan menerangkan dengan contoh juga dapat berupa pertanyaan yang membangun respon (memberikan jawaban) atau memilih respon (memilih jawaban). Pertanyaan dengan format membangun respon, mengharuskan seseorang menciptakan sebuah contoh atau perumpaan baru yang berbeda dari sebelum, sedangkan Berpikir tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi Purbaningrum
68
P-ISSN: 2301-9891
pertanyaan dengan format memilih respon, mengharuskan seseorang untuk memilih sebuah contoh dari pilihan yang diberikan. Sebagai contoh, dalam ilmu fisika material, jika seseorang telah mampu menentukan zat yang mudah terbakar dan dapat mengatakan alasan mengapa demikian, maka dia telah mampu menerangkan dengan contoh dari pertanyaan dengan format membangun respon. Sedangkan untuk pertanyaan dengan format memilih respon dapat seperti: “Mana yang merupakan suatu zat yang mudah terbakar? (a) besi, (b) minyak, (c) air. c. Menggolongkan (Classifying) Menggolongkan terjadi ketika seseorang mampu mengenali sesuatu untuk masuk dalam kategori tertentu. Menggolongkan terkait dengan mendeteksi ciri-ciri atau pola yang ada sehingga tergolong dalam kategori tertentu. Menggolongkan adalah sebuah proses yang dapat melengkapi proses menerangkan dengan contoh (Exemplifying). Diketahui bahwa menerangkan dengan contoh dimulai dengan konsep umum atau prinsip dan diakhiri dengan permintaan untuk menemukan contoh atau perumpamaan yang sesuai, sedangkan menggolongkan dimulai dengan contoh atau perumpamaan dan diakhiri dengan permintaan untuk menemukan konsep umum atau prinsip yang sesuai. Permintaan menggolongkan juga dapat berupa pertanyaan yang membangun respon (memberikan jawaban) atau memilih respon (memilih jawaban). Pertanyaan dengan format membangun respon, mengharuskan seseorang menempatkan suatu contoh atau perumpamaan yang diberikan ke dalam satu dari banyak kategori yang ada. Sebagai contoh, dalam ilmu biologi, jika seseorang telah mampu menggolongkan spesies dari berbagai hewan prasejarah yang dimulai dengan memberikan beberapa gambar dari hewan prasejarah, maka dia telah mampu menggolongkan dari pertanyaan dengan format membangun respon. Sedangkan untuk pertanyaan dengan format memilih respon, diminta untuk memilih beberapa jawaban yang diberikan. Seluruh pilihan jawaban tersebut berupa macam-macam spesies hewan prasejarah.
d. Meringkaskan (Summarizing) Meringkas terjadi ketika seseorang mampu membuat rangkuman atau intisari yang dapat menunjukkan gambaran dari informasi yang dihadirkan. Meringkas terkait dengan membangun suatu gambaran dari informasi, seperti membangun rangkaian kata yang menunjukkan maksud dari adegan dari suatu pertunjukan, atau menentukan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.
Prima
ISSN: 2301-9891
69
intisari dari suatu rangkaian kata itu, seperti menentukan sebuah tema dari suatu paragraf. Permintaan meringkas juga dapat berupa pertanyaan dengan format membangun respon (memberikan jawaban) atau memilih respon (memilih jawaban). Pertanyaan dengan format membangun respon, mengharuskan seseorang menentukan intisari atau tema dari suatu rangkaian kata, sedangkan pertanyaan dengan format memilih respon, mengharuskan seseorang untuk memilih sebuah intisari atau tema dari pilihan yang diberikan. Sebagai contoh, seluruh format permintaan dimulai dengan membaca sebuah karangan yang tidak memiliki judul. Untuk pertanyaan dengan format membangun respon, diakhiri dengan permintaan untuk menuliskan judul yang tepat, Sedangkan, pertanyaan dengan format memilih respon, diakhiri dengan memilih judul yang tepat dari sebuah daftar berisi empat kemungkinan judul atau barisan judul yang disusun menurut kecocokannya dengan tema dari karangan tersebut. e. Menduga (Inferring) Menduga terjadi ketika seseorang mampu memperkirakan sesuatu setelah menentukan intisari dari suatu konsep atau prinsip. Menduga terkait dengan menemukan suatu pola dari sebuah rangkaian contoh atau perumpamaan dan menggunakan pola tersebut untuk menentukan rangkaian contoh atau perumpamaan selanjutnya. Sebagai contoh, ketika diberikan sebuah rangkaian bilangan seperti 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, seseorang mampu untuk fokus pada urutan nilai setiap angka dibanding ciri-ciri yang menyimpang, seperti bentuk dari setiap angka atau apakah setiap angka adalah ganjil atau genap. Kemudian, dia mampu membedakan pola dalam rangkaian bilangan, seperti setelah 2 bilangan yang pertama, setiap bilangan berikutnya adalah jumlah dari dua bilangan terdahulu. Terdapat tiga metode utama dalam menerapkan proses kognitif ini, yaitu dengan penyelesaian, analogi, dan pilihan yang sesuai. Dalam metode penyelesaian, diberikan sebuah rangkaian dari meteri yang mengharuskan untuk menentukan apa yang akan datang selanjutnya, seperti rangkaian bilangan dari contoh sebelumnya. Dalam metode analogi, diberikan sebuah analogi dari kondisi A yang akan berarti B sehingga jika C maka D, seperti “negara” berarti “presiden sehingga jika “provinsi” maka…. Sehingga dalam metode ini, memberikan atau memilih sebuah hubungan yang pas pada bagian titik-titik tersebut sehingga dapat melengkapi analogi tersebut, seperti “gubernur”. Dalam metode pilihan yang sesuai, diberikan tiga atau lebih materi dan harus menentukan yang mana yang tidak sesuai/termasuk. Sebagai contoh, diberikan Berpikir tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi Purbaningrum
70
P-ISSN: 2301-9891
tiga masalah fisika, dimana 2 diantaranya terkait dengan satu prinsip dan lainnya terkait dengan prinsip yang berbeda. f. Membandingkan (Comparing) Membandingkan terkait dengan mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, ide, masalah, atau situasi, seperti mendeteksi begaimana sebuah kejadian terkenal seperti suatu kejadian yang biasa terjadi. Membandingkan mencakup menemukan satu per satu hubungan antara elemen/unsur dan pola dalam satu objek, kejadian atau ide dengan elemen/unsur dan pola dalam satu objek, kejadian atau ide yang lain. Dalam membandingkan, ketika diberikan pengetahuan baru, seseorang akan menemukan hubungannya dengan banyak dari pengetahuan yang telah dikenal. Sebagai contoh, “Bagaimana suatu sambungan listrik seperti air yang mengalir melalui sebuah pipa?” Membandingkan juga terkait dengan menemukan hubungan antara dua atau lebih objek yang dihadirkan, kejadian atau ide. Sebagai contoh, seseorang diminta untuk mengatakan dengan rinci bagaimana baterai, kawat/kabel, dan resistor dalam sambungan listrik serupa dengan pompa, pipa, dan susunan pipa, berturut-turut dalam sistem aliran air. g. Menjelaskan (Explaining) Menjelaskan terjadi ketika seseorang mampu membangun dan menggunakan model/bentuk yang menunjukkan sebab dan akibat dari suatu sistem. Model ini bisa berasal dari suatu formal teori (seperti kasus dalam sains dasar) atau bisa berdasar pada penelitian atau ekperimen (seperti kasus dalam sains sosial dan kemanusiaan). Suatu penjelasan yang lengkap terkait dengan membangun suatu model sebab dan akibat, mencakup setiap bagian dasar/utama dalam suatu sistem atau setiap kejadian utama dalam rangkaian, dan menggunakan model/bentuk itu untuk menentukan bagaimana suatu perubahan dalam satu bagian sistem atau satu “mata rantai” dalam rangkaian berakibat pada suatu perubahan dalam bagian lainnya. Dalam menjelaskan, ketika diberikan suatu gambaran dari suatu sistem, seseorang menghasilkan dan menggunakan model/bentuk sebab akibat dari sistem. Sebagai contoh, seseorang yang telah mempelajari hukum Omh, diminta untuk menjelaskan perubahan dengan kecepatan arus ketika suatu baterai kedua ditambahkan dalam rangkaian. Beberapa tugas yang bisa menjadi sasaran atas menaksirkan kemampuan siswa dalam menjelaskan, yaitu memberi alasan, menebak masalah, merancang kembali, dan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.
Prima
ISSN: 2301-9891
71
meramalkan. Pada memberi alasan, siswa diminta untuk memberikan alasan untuk suatu kejadian yang diberikan. Sebagai contoh, “Mengapa udara masuk ke sebuah pompa ban sepeda ketika anda menarik keatas pada tangkai pompa?” Dalam menebak masalah, siswa diminta untuk mendiagnosa apa yang salah pada suatu sistem yang gagal. Sebagai contoh, “Andaikan anda menarik ke atas dan menekan ke bawah pada tangkai dari pompa ban sepeda beberapa waktu tetapi tidak ada udara yang datang keluar. Apa yang salah?” Dalam merancang kembali, siswa diminta untuk mengubah suatu sistem untuk menyelesaikan beberapa tujuan. Sebagai contoh, “bagaimana bisa anda memperbaiki sebuah pompa ban sepeda sedemikian hingga pompa tersebut lebih efesien?” Dalam meramalkan, siswa diminta bagaimana suatu perubahan dalam satu bagian sistem akan mengakibatkan suatu perubahan pada satu bagian lain dari sistem tersebut. Sebagai contoh, “Apa yang akan terjadi jika anda meningkatkan diameter dari silinder di pompa ban sepeda?” 3. Menerapkan (Applying) Menerapkan terkait dengan memainkan penggunaan prosedur dalam memecahkan masalah. Sehingga, dalam menerapkan harus memenuhi persyaratan mendasar yakni memahami pengetahuan dari suatu prosedur. Suatu latihan adalah suatu tugas yang telah diketahui prosedur yang tepat untuk digunakan, sedangkan suatu masalah adalah suatu tugas yang pada awalnya tidak tahu prosedur apa yang akan digunakan, sehingga siswa harus menemukan suatu prosedur untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga kategori menerapkan dari dua jenis tugas diatas adalah melaksanakan (executing) – ketika tugas adalah suatu latihan yang dikenal – dan mengimplementasikan (implementing) – ketika tugas masalah yang tidak dikenal.
a. Melaksanakan (Executing) Dalam melaksanakan, tugas yang dikenal sering cukup petunjuk untuk menuntun pilihan terhadap prosedur yang tepat untuk digunakan. Karena dalam tugas yang dikenal tersebut telah diketahui prosedur apa yang harus digunakan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Sehingga dengan mudah membawa keluar suatu prosedur pengetahuan untuk menyelesaikan tugas. Sebagai contoh, “Tentukan himpunan pernyelesaian dari f(x): x2 + 3x + 2 = 0 dengan menggunakan teknik melengkapkan persamaan. Karena adanya ketentuan prosedur Berpikir tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi Purbaningrum
72
P-ISSN: 2301-9891
yang digunakan dalam menjawab, maka diwajibkan tidak hanya untuk menemukan jawaban tetapi juga untuk menunjukkan hasil kerja dalam meyelesaikan tugas tersebut. b. Mengimplementasikan (Implementing) Mengimplementasikan terjadi ketika seseorang memilih dan menggunakan suatu prosedur untuk menyelesaikan sebuah tugas yang tidak dikenal. Karena pilihan prosedur yang akan digunakan merupakan langkah awal dalam menyelesaikan tugas tersebut, maka seseorang harus menggali maksud yang diinginkan dari tugas tersebut. Dikarenakan dihadapkan dengan tugas yang tidak dikenal, maka tidak secara langsung tahu prosedur mana yang ada untuk digunakan. Lagipula, tidak hanya satu prosedur yang memiliki kemungkinan untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah, melainkan mungkin dibutuhkan beberapa modifikasi antara prosedur yang ada. Sebagai contoh, suatu situasi sehari-hari yang merujuk pada suatu persamaan linear yang harus dselesaikan terlebih dahulu sebelum menjawab tugas tersebut. Berpikir Tingkat Tinggi (HOT) 4. Menganalisis (Analyzing) Menganalisis terkait dengan menguraikan materi ke dalam bagian utama materi tersebut dan menentukan begaimana bagian tersebut berhubungan satu bagian yang lain dan dengan keseluruhan struktur. Kategori dari proses kognitif ini mencakup Membedakan (differentiating), Mengorganisasikan (organising) dan Melengkapkan (attributing). Kategori pertama dari proses kognitif ini menentukan bagian yang relevan atau bagian penting pada materi yang dihadirkan. Sedangkan kategori kedua, mempelajari bagaimana cara materi tersebut diatur. Dan ketegori ketiga, mempelajari tujuan yang mendasari materi tersebut.
a. Membedakan (Differentiating) Kategori ini terkait dengan membedakan bagian dari keseluruhan struktur dalam sudut pandang kepentingan dan kesesuaian dari bagian itu. Membedakan terjadi ketika seseorang membedakan informasi yang relevan dari yang tidak, atau penting dari yang tidak, dan kemudian fokus pada informasi relevan atau penting tersebut. Kategori ini berbeda dengan kategori membandingkan (comparing), karena dalam membedakan akan menentukan bagaimana struktur dari bagian yang relevan atau penting saja, sedangkan dalam membandingkan akan menentukan bagian apa saja yang dapat dibandingkan dari keseluruhan struktur tersebut. Sebagai contoh, dalam membedakan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.
Prima
ISSN: 2301-9891
73
apel dan jeruk dalam konteks buah, bagian dalam buah menjadi bagian terpenting dan warna dan bentuk buah menjadi bagian yang tidak penting. Sedangkan dalam membandingkan, semua aspek dalam buah tersebut adalah bagian yang penting untuk dibandingkan. b. Mengorganisasikan (Organising) Kategori ini terkait dengan mengidentifikasi unsur/elemen dari komunikasi atau situasi yang diberikan dan mengetahui bagaimana unsur/elemen tersebut menjadi suatu struktur yang logis. Dalam mengorganisasi, seseorang membangun hubungan/ koneksi yang teratur dan logis diantara bagian dari informasi yang dihadirkan. Mengorganisasikan biasanya selalu disertai dengan membedakan (differentiating) terlebih dulu. Sehingga awalnya menentukan beberapa unsur/elemen yang penting atau relevan kemudian membangun hubungan yang teratur dan logis. Sebagai contoh, setelah menentukan bagian dalam buah menjadi bagian terpenting, kemudian membangun hubungan dari unsur-unsur pada bagian dalam tersebut. c. Melengkapkan (Attributing) Kategori ini terjadi ketika seseorang mampu memastikan unsur-unsur dari gambaran, dugaan, nilai, atau tujuan yang mendasari suatu hubungan. Kategori ini terkait dengan suatu proses menentukan tujuan /maksud dari penulis pada unsur/materi yang dihadirkan. Dalam kategori menginterprestasikan dari proses kognitif memahami, seseorang diminta untuk memahami maksud dari materi yang dihadirkan. Sedangkan dalam melengkapkan, seseorang diminta memperluas pemahaman dasar untuk menduga tujuan atau poin dari gambaran yang mendasari materi/unsur tersebut. Sebagai contoh, menentukan motivasi sebuah rangkaian aksi dari karakter/ tokoh dalam sebuah cerita. 5. Mengevaluasi (Evaluating) Proses kognitif ini menegaskan tentang membuat suatu pendapat dalam kriteria dan standar. Dalam kriteria yang sering digunakan adalah mutu, keefektifan, dan konsisten. Sedangkan dalam standar yang digunakan adalah kuantitatif (jumlah) dan kualitatif (kualitas). Kategori dalam mengevaluasi adalah mengecek (checking) – pendapat tentang ketetapan internal – dan meninju (critiquing) – pendapat berdasar pada kriteria eksternal. a. Mengecek (Checking) Kategori ini terkait dengan menguji ketidak-tetapan internal atau kekeliruan dalam suatu proses atau produk. Kategori ini terjadi ketika seseorang menguji apakah suatu kesimpulan mengikuti dasar pikiran yang ada atau tidak, apakah suatu data Berpikir tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi Purbaningrum
74
P-ISSN: 2301-9891
mendukung atau memperkuat suatu hipotesis atau tidak, atau apakah materi/unsur yang dihadirkan memuat bagian yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Sebagai contoh, menentukan apakah suatu kesimpulan dari seorang ilmuwan mengikuti data pengamatan yang diperoleh. Seperti, ketika membaca suatu laporan dari eksperimen fisika kemudian menentukan apakah kesimpulan yang ada mengikuti hasil dari eksperimen yang dilakukan tersebut. b. Meninjau (Critiquing) Kategori ini terkait dengan menilai suatu produk atau operasi (tindakan) berdasar pada kriteria dan standar. Dalam kategori ini, seseorang mampu menuliskan segi positif dan negatif dari suatu produk dan membuat suatu penilaian berdasarkan sedikit bagian saja dari segi tersebut. Kategori ini berada pada inti dari sesuatu yang disebut berpikir kritis. Sebagai contoh, menilai dari dua metode pilihan untuk menentukan metode mana yang lebih effektif dan effisien untuk memecahkan masalah yang diberikan. Seperti, menilai apakah metode ini paling baik untuk menemukan semua faktor prima dari 60 atau untuk menghasilkan suatu persamana aljabar yang dapat memecahkan suatu masalah. 6. Mengkreasi (Creating) Proses kognitif ini terkait dengan mengajukan beberapa elemen secara bersamaan pada keseluruhan bentuk yang logis atau masuk akal. Dalam proses ini, seseorang mampu membuat suatu produk baru yang berasal dari penyusunan kembali beberapa elemen atau bagian menjadi suatu pola atau struktur yang tidak secara jelas dihadirkan sebelumnya. Proses ini bisa terbagi menjadi tiga kategori, yaitu penggambaran masalah – usaha untuk mengerti tugas dan menghasilkan suatu kemungkinan solusi, perencanaan solusi – memeriksa berbagai kemungkinan dan menemukan sebuh rencana yang dapat dikerjakan, dan pelaksanaan solusi – melaksanakan rencana dengan sukses. Sehingga, proses ini dimulai dengan memenuhi apa yang diharapkan dengan alternatif hipotesis berdasarkan pada kriteria (generating), kemudian diikuti dengan merencanakan suatu prosedur untuk memenuhi beberapa tugas (planning), dan diakhiri dengan menemukan suatu produk yang baru (producing). a. Membangkitkan (Generating) Kategori ini terkait dengan mewakili masalah dan mencapai pada pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu. Seringkali, jalannya suatu masalah pada awalnya mewakili suatu gambaran dari kemungkinan solusi, namun terkadang hadir dengan gambaran baru dari masalah yang mungkin memberikan kesan suatu solusi Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.
Prima
ISSN: 2301-9891
75
yang berbeda. Ketika membangkitkan melebihi batasan-batasan atau pembatas dari pengetahuan terdahulu dan teori yang tersedia, maka akan terkait dengan berpikir yang berbeda dan membentuk inti dari apa yang disebut berpikir kreatif. Sebagai contoh, metode alternatif apa yang bisa digunakan untuk menemukan sekumpulan angka yang menghasilkan 60 ketika semua angka itu dikalikan satu sama lain? Atau suatu hipotesis untuk menjelaskan fenomena yang teramati dengan menuliskan sebanyak mungkin hipotesis yang menjelaskan pertumbuhan stroberi yang mencapai ukuran luar biasa. b. Perencanaan (Planning) Ketegori ini terkait dengan merencanakan suatu metode solusi yang memenuhi suatu criteria dari masalah tersebut atau mengembangkan suatu rencana untuk memecahkan masalah. Perencanaan berhenti sejenak pada pelaksanaan langkah-langkah untuk menghasilkan solusi yang sesungguhnya untuk masalah yang diberikan. Sebagai contoh, merencanakan suatu rencana untuk menentukan volume dari sebuah limas terpotong. Rencana yang akan dilakukan mungkin terkait dengan menghitung volume dari limas yang besar dan kecil, kemudian mengurangi volume limas yang kecil dari volume limas yang besar. c. Memproduksi (Producing) Kategori ini terkait dengan melaksanakan rencana untuk memecahkan masalah yang diberikan dengan memenuhi beberapa spesifikasi tertentu. Dalam memproduksi, seseorang diberikan suatu gambaran fungsional dari suatu tujuan/sasaran dan harus menghasilkan suatu produk yang memenuhi gambaran tersebut. Ini semua adalah melaksanakan suatu rencana pemecahan dari masalah yang diberikan. Sebagai contoh, mendesain habitat dari spesies tertentu dengan tujuan tertentu pula. Daftar Pustaka Anderson, dkk. 2001. A Taxonomi for Learning Teaching and Assessing. New York. Wesley Longman, Inc. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara Ismienar, dkk. 2009. Thinking. Malang. Universitas Negeri Malang Krathwohl, dkk. 2002. A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview-Theory Into Practice, College of Education, The Ohio State University Learning Domain or Bloom’s Taxonomy: The Three Types of Learning. (diakses: www.nwlink.com/-donclark/hrd/bloom.html) Berpikir tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi Purbaningrum
76
P-ISSN: 2301-9891
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta. Bumi Aksara
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 61-76.