& Ekonomi Demokrasi Pakem: Merubah danlntegritasSarianaEkonomi Kompetensi SvresoNo-) Snr-Epr Prof. Dr. Sri'Edi Swasono adalah Guru Besar Fakultas Ekonomi Unilersitas Indonesia. Penulis adalah anggota MPR-RI dari FUG,Pimpinan Gerakan Reformasi Nasional (GRN) dan Ketua Umum SOKSI-Reformasi'red'
Pengantar Permintaan Direktur Politik, Komunikasi dan Informasi, Bappenasdan UNSFIR kepada saya untuk menjadi pembicaraandalam Diskusi "Demokrasi (25 oktober 2002) saya Ekonomi SebagaiFerwujudan Kedaulatan Rakyat" tanggaPi dengan senanghati. Permintaan seorang direktur politik ini mengingatkan saya pada pidato UniDr. Mohammad Hatta tatkala menerima gelar Doktor Honoris Causa dari ""' politik berikut: versitas Gadjah Mada tanggal 15 September1960 sebagai tidak terletak di muka, tetapi orang politik yang tidak mengetahui ekonomi akan berhasil dalam menentukan tujuan tepat bagi politik perekonomian "' Politik perekonomian haruslah diciptakan ahli polltik yang tahu ekonomi "'"' tentulah Yang dimaksudkan sebagaiahli politik oleh Dr' Mohammad Hatta juga kaum birokrat bukin saia para politisi partai di legislatif, tetapi adalah memar,gtn p"ru. din jabatan politik. Presiden Soehartopun mengatakan yang -,,...-padd tinfkatierakhir, pemikiran kita mengenaiDemokrasi Ekonomi ialah yang p"*ikirun p6titit, pemikiian seluruh rakyat Indonesia yang berdaulat bahwa biyelmakanoleh MPR ...". (Pidato16 Agustus 1989).Sayabisa merasakan ide reformatif hiduP di BaPPenas' Beruntungwaktuyangdisediakancukupbanyak,sehinggasayabisa menyiapkan tJisan dengan lebih baik, yang mungkin agak terlalu mendalam (tuoritit ut) sebagaibahan diskusi. Namun sebagaibahan bacaanhal ini diperlukan )
40
-
PerwujudanKedaulatan-Rakyat'yang Makalah ini diajukanpada Seminar sehari dengan tema "DemokrasiEkonomiSebagai UnitedNationsSupportFacilityfor IndonesianRecovery(UNSFIR),di Hotel obn eappenis bet erlasa.a Oe"ngan diselenggarakan Aryaduta, Jakarta, 24'25 Oktober 2002.
no.29loKober- Desember2fl)2 t"r"n""nan Pembangunan
& Demokrasi Ekonomi untuk direnungkan dan dipahami lebih lanjut setelahdiskusi ini usai. Setelah cukup lama merenung, sampailah saya kepada suatu hakikat permasalahanyang saat ini memperpuruk kedudukan kita sebagaibangsa,yaitu masalah "kemandirian" dari bangsaini. Kemandirianbangsa,sebagaidasar harkat dan martabat kita, sedang kita jual kelewat murah, kita pertaruhkan dan kita permainkan sendiri. Apakah itu kemandirian di dalam bidang politik, ekonomi ataupun budaya, merupakan pernyataan kemerdekaan sebagai"de hoogstebeslissingvan de natie". Pernyataankemerdekaanadalah pernyataan kemandirian, suatu pertanyaansoverenitasdari bangsa ini. Dalam mencapai "kemandirian itu, suatu sistem ekonomi dan mekanisme ekonomi terkait di dalamnya, yang di Indonesiakita sebut "demokrasi ekonomi". Di dalam demokrasi ekonomi terkandung suatu "moralitas" yang berakar pada " k e d a u l a t a n r a k y a t " , d i m a n a k e p e n t i n g a nm a s y a r a k a tl e b i h u t a m a d a r i kepentingan orang-seorang(tanpa mengabaikan kepentingan orang-seorang Hubungan ekonomibukan berdasar"asasindividualisme" secarasemena-mena). tetapi berdasaratas "asaskekeluargaan".Demikian pula kita harus menegaskan moralitas ekonomi lainnya a.l. sepertimengutamakankepentingannasionaltanpa mengabaikantanggungjawabglobal (lihat bagan). Oleh karena itu sebelum menguraikan tentang pemikiran ekonomi sempit yang "menjerumuskan", makalah ini akan saya mulai dari masalah sistem s u b o r d i n a s i d a n t e k a d k i t a m e l e p a s k a nd i r i d a r i k e t e r g a n t u n g a nu n t u k menegakkan demokrasi ekonomi.
- Menol Demokrasi akSubordinasi Pendahul uan:Menuntut Adakah kesalahan dalam pengajaran ilmu ekonomi di Indonesia sehingga Para ekonom kita tidak peka akan makna kesejahteraan sosial? Apa yang kita kuliahkan di ruang-ruang kelas sehingga kita kehilangan kemandirian ekonomi dan terperosok ke dalam ketergantungan semacam ini? Mengapa pula kemandirian ekonomi kita tuntut? Kemandirian telah menjadi tuntutan politis bagi Indonesia Merdeka. Kemandirian adalah bagian integral dari makna merdeka itu sendiri. Tidak ada kemerdekan yang genuine tanpa kemandirian. Apabila kemerdekaan memiliki suatu makna, adalah karena kemandirian memberikan martabat bagi bangsa yang memangku kemerdekaan itu. Martabat bangsa merdeka adalah posisinya yang tidak tergantung pada bangsa lain, tidak berada dalam protektorat, tidak tersubordinasi. Kemandirian adalah martabat yang diraih sebagai hasil perjuangan berat menuntut onafhankelijkheid dari ketertaklukan, dari humiliasi dan dehumanisasi, baik sosial-politik maupun sosial-kultural. Mencapai kemandirian menjadi penegakan misi suci yang kodrati sifatnya. Kemerdekaan, kemandirian dan martabat suatu bangsa memperoleh hakikat rahmatan lil alamin yang hanya dapat dipahami oleh bangsa yang mampu mengenal harga diri dan percaya diri. Humanisme, humanisasi dan emansipasi diri semacam ini bersumber atau afhankelijkheid menyalahi kodrat untuk menjaga pada taukhld. Ketakmandirian martabat dan harga diri sebagai khalifatullah. Peradaban pascazaman Kegelapan mampu melahirkan dan sekaligus menghormati Magna Charta Libertatum yang dipancangkan di Abad Pertengahan (1215) sebagai awal semangat demokrasi dan partisipasi rakyat dalam pemerintahan dan kekuasaan negara/ 1) yang berkelanjutan dengan lahirnya Bill ot' Rights Britania (1689).
no' 29lOktober-Desember2fl)2 Pembangunan Perencanaan
41
Ekonomi & Demokrasi Masa jajahan adalah masa subordinasi, diskriminasi dan humiliasi di segalabidang kehidupan. Mengakhiri masa jajahan adalah mengakhiri subordinasi dan diskriminasi menegakkanemansipasi.Ini menjadi awal pandangan strukturalisme.Oleh karena itu untuk mengakhiri kejahatan sosial-politik, sosial-kultural dan sosial-ekonomi itu, tidak ada istilah "belum.matang" untuk merdeka.2) Dengan demikian maka setelah Indonesia mencapai kemerdekaan dan berdaulat dalam politik, di bidang ekonomi (terutama Mohammad Hatta) menegaskanperlunya terselenggarakemandirian ekonomi dengan cara segera merestruktur perekonomian Indonesia, mengubah Indonesia dari posisi "export economie"di masa jajahan, yang menempatkan Hindia Belanda sebagaiondernemingbesar dan penyediaan buruh murah dengan cara-caraeksploitatif,menjadi perekonomianyang mengutamakanpeningkatan tenaga beli rakyat dan menghidupkan tenaga produktif.rakyat berdasar kebersamaan, yang artinya "sama sejahtera".:) Di dalam berbagai tulisannya, Mohammad Hatta menyatakan prinsip nonkooperatif yang dianut Perhimpunan Indonesia itulah yang telah ikut memasyhurkan perhimpunan ini di kalangan rakyat Indonesia,khususnya di antara para intelegensia Indonesia.Mengutip pernyataanMohammad Hatta tahun 1925;" ...Denganmemnkaiprinsip non-kooperatif suatu kebijaksanaan menyandarknndiri pada , PerhimpunanIndonesiamenghendnki kekuatansendiri,yaitu suatu kebijaksanaan berdiri di ataskaki sendiri. Perhimpunanini akan mengumandangknn perasaanhormatpadadiri sendirikedalamknlburalcyatIndonesin.Sebabhanya suatu bangsayang telahmenyingkirknnperasaantergantungsajayang tidak takut aknnhari depan. Hanya suatu bangsayang faham akan hnrga dirinya makncakrazoalanya akan terang-benderang. Perhimpunanlndonesiaingin mendidikbangsanyasendiridan membustnyakukuh kuat...".a) Lahirnya pernyataan asas-asasPerhimpunan Indonesia tahun 1925 disebutkan
3)
4)
42
-
Linier dengan ini kita mengenal pula dalam jajaran peradaban modern Declaration Des DroitsDe L'Homme Et Du Citoyen yang kemudianmenjadi PreambulUUD Perancis.l791. Tentu declarationPerancisini berpengaruhlangsungterhadaplahirnya lhe Declarationof lndependenceAmerika Serikat yang awalnya dinyatakanoleh Thomas Jefferson, yang membuahkan dalil unatienablerightsoflife,libertyandthepersuitofhappeness,bahwa allmenarecreatedequal.Bagiparatokohperintiskemerdekaankita yang berjiwa pembebasandan demokrasi,tidak sulit pula berdasarkankeyakinanyang sama untuk memanfaatkandoktrin WoodrowWilsontentangtherightof self-determination,yangkemudianmasukkedalam Leageof NationsCovenantdanselanjutnya lebihterelaborasidalam The United NationsChar1er.Peradabanmodernini nampakpula ikut mewarnaititik-tolakper.iuanganfounorng fathers kita, khususnyaMohammad Hatta yang selalu bicara mengenai des droitsde t'homme et du citoyen dan sekaligus menunjukkankekurangannya. "... Merdekatidak tergantungpada jumlah jiwa yang melek huruf,tetapi pertama-tamaadalah soal adanya lembaga-lemDaga demokrasldan semangatkaum intelektualnya... Indonesiadapat memenuhikedua syarat ini. Semboyan'tidakmasak'(untuk merdeka)adalahsuatu khayalanBelandauntuk meninabobokanhati nuraninyayang gelisahdan menutupikeserakahannya... makamungkinsekaliia akanbertanya,apakahsebabnegara-negara sepertiLiberia,Abessinia,Hejaz,yemen dan lain{ain'masak' untukmemerintahsendiri,padahaldi bidangkebudayaandan kecerdasannegara-negara ituielasteibelakangdibandingkan dengan Indonesia?... Apa yang dilakukanoleh Amerikauntuk Filipinadalamwaktu hanya l8 tahun,tidak dapat dicapaiole-hNederland setefahtiga abad ...". (MohammadHalta,lndonesiaMerdeka,pembelaandi PengadilanDen Haag 1928,Jakarta:Bulan Bintang, 1 9 7 6 ,h l m .9 2 . ) "Ekonomilndonesiadi Masa Datang",PidatoWakil PresidenRl tanggal3 Februari1946, lihat Sri-EdiSwasono,et at. (eds.), Mohammad Hatta: DemokrasiKita, Bebas Aktif, Ekonomi Masa Depan (Jakafta'.ul-press, 1992) hlm. s-8. Padatahun 1923, PerhimpunanIndonesia(yangsemula adalanhdische Vereeneginglalu dirubahatas prakasaMohammadHatta meniadi lndonesische Vereeneging)di Negeri Belanda mengeluarkanpernyataanbahwa tiap{iap orang Indonesiaharus berusaha dengansungguh-sungguh untukmencapaimaksuditu dengankekuatandan kemampuannyasendiri,terlepasdari bantuanorang lain. Di dalamberbagaitulisannya,MohammadHattamenyatakanprinsipnon-kooperatif yangdianutPerhimpunanIndonesiaitulahyang telahikutmemasyhurkan perhimpunaninidi kalanganrakyatlndonesia,khususnyadi antaraparacendekiawanIndonesia.Mengutip pernyataanMohammadHattatahun 1925:"...Denganmemakaiprinsipnon-kooperatif, PerhimpunanIndonesiamenghendakisuatu kebiiaksanaan menyandarkan diripadakekuatansendiri,yaitusuatukebijaksanaan berdiridi ataskakisendiri.perhimipunan iniakan mengumandangkan perasaanhormatpada diri sendirike dalam kalbu rakyat Indonesia.Sebab hanya suatu bangsayang telah -oirinya menyingkirkanperasaantergantungsaia yang tidaktakut akan hari depan.Hanyasuatu bangsayang taham at
p"nnunaan Pernbangunan no.Z9loKobcr- Desdnber20Oz
& Demokras Ekonomi olelr sejarawan senior Indonesia, Sartono Kartodirdjo, sebagai ManifestoPolitik L925 Perhintpunan lndonesin,yang telah dipersiapkan sejak tahun 1'923ltu. Menurut ahli sejarah ini, Sumpah Pemuda 7928 merupakan pengumandangan (amplification)dimensi-dimensi Manifesto Politik 1925 ini.s) Demikian itulah tekad bangsaini, yang di masa perjuanganuntuk memperoleh kemerdekaan,untuk melepaskan diri dari ketergantungan dan ketertundukan, menolak h u m i l i a s i d a n k e t e r d i k t e a n , m e n e g a k k a nh a r g a d i r i , h a r k a t d a n m a r t a b a t s e r t a independensi.Di kala itu kita memang memiliki pemimpin-pemimpin, berkarakter kuat dan teguh irr',an.Saat ini kita menjadi bangsa yang terpuruk ke dalam ketertundukan dan ketergantungan, baik politik maupun ekonomi.
al kalyangKonservatif-Parsi Intelektual : Neokl a.si Kompetensi Kompetensiyang akan saya kemukakandi sini adalah kompetensidalam kaitan kita sebagaiinsan akademik-ilmiah, yaitu sebagaikaum intelegensiayang berada di dalam kampus. Pertanyaan awal adalah masih kompetenkah kita sebagaiinsan akademik-ilmiah di dalam perkembangan ilmu ekonomi, khususnya di dalam pancaroba ekonomi internasionalsaat ini, untuk melakukan koreksi, dekonstruksi,merombak atau melakukan r e a o l t t e r h a d a p p e m i k i r a n - p e r n i k i r a n e k o n o m i k o n s e r v a t i f - k o n v e n s i o n a ly a n g menjerufnuskan (misleading)?Masihkah kita sebagaiinsan akademik-ilmiah terjerat dan terkooptasi oleh pemikiran-pemikiran ekonomi main-streamyang parsial dan makin compang-camping ini? Masihkah kita, atau makinkah kita, memberhalakan teori pasarbebasyang neoklasikal?Dari pertanyaan-pertanyaanyang sayakemukakan ini sebenarnya sudah terselip niat saya mengajak kaum intelegensiakampus untuk meninjau ulang (reketerbelengguanmereka, agar bersedia meninggalkan ortodoksi dalam considering) pemikiran ekonomi. Pengajaranilmu ekonomi secaramenyeluruh (tidak parsialistik neoklasikal) masih berkelanjutan di kampus-kampus, ibaratnya tidak terkoreksi sama sekali oleh kenyataankenyataanmengenaiparsialitasnya.Di samping mengambil asumsi dasar yang kelewat simplistik6),bahwa manusia rasional adalah manusia yang mengejar utilitas ekonomi optimal, yaitu maximumgain dan minimum sacrifice,tetapi juga pada dasarnya hanya bersandarpada mekanismepasar,inisiatif individu dan persaingan. Manusiaindividu rasionalsemacamitu kemudiancenderungdiabaikansebagaisuatu asumsi,tanpa disadari telah lama-kelamaandiyakini sebagaisuatu kebenaran,manusia presumption7).Asumsi manusia harus bertingkah laku demikian, menjadi suatuself-fult'illing individu rasional mencari maximum utilitas merupakan asumsi umum dari ilmu-ilmu Nilaisosial di abad ke-19,tetapi hanya ilmu ekonomi sajayang terus menggunakannya.8) nilai afektif yang melekat pada manusia rasional diabaikan. Pengkapsulanatau isolasi diri ekonomi neoklasikalini terbentuk tidak saja karena ideologi Iiberalisme(berdasarindividualisme) kuat sekali disandangnya,tetapijuga karena Indonesiatahun1923 dan tahun1925 (wawancarapribadi1989denganpenulis).DaripernyataanPerhimpunan SartonoKartodihardjo itu, dapatditarikhakikatmanilestoitu: (1) perjuanganmemperolehotonomi,mencapaikemerdekaanIndonesia,(2) pemerintahan yang dipegangdan dipiliholeh bangsa lndonesiasendiri,(3) kesatuansebagaisyaratperjuanganmencapaitujuan,(4) menolak bantuandari pihakpenjajahatau pihaklainmanapun. Thurow sebaliknyamengatakanasumsi dasar semacamitu justru merupakanasumsi"canggih"karenatelah dikosongkandari substansiempiris,lihat LesterC. Thurow,op. cit , hlm. 218. Semacam self-fulfillingprophesy dalam mengejar das Sollen. LesterC. Thurow,op. cit., hlm. 217.
Pembangunan no.29lOktober-llesember2fll2 Percncanaan
43
Ekonomi & Demokrasi dalam perkembangannyatelah mengabaikankedudukan ilmu ekonomi sebagaiilmu moral (a moral science).Kedudukan ilmu ekonomi sebagai a moral sciencejustru di awali oleh Adam Smith (7723-7790),yang telah beramai-ramaikita nobatkan sebagaiBapak Ilmu Ekonomi. SebagaiBapak Ilmu Ekonomi ia sebenarnyaadalah seorang dosen Rhetoric, guru besar Logic dan Moral Philosophy, seorangilmuwan morcLlscience,yang secaraforSebelumia menerbitkan bukunya Wealthof mal tidak pernah menjadi studentof economics. Nations tahun 7776 ia menerbitkan On the Theoryof Moral Sentimentspada tahun 1759, yang a.l. menggambarkantentang empati atau kecenderungancinta kasih manusia kepada masyarakatnya, yaitu propensitiessuch as fellornfeeling and the desireto attain approaalof his brethren.Memang ada perubahanpada jalan pikiran Adam Smith, posisi yang di ambil Adam Smith dalam Mornl Sentimentstidak mudah dirukunkan dengan posisi yang diambilnya dalam The Wealthof Nationsdan ini telah menimbulkan perbedaan-perbedaan penafsiran (inkonsistensi)terhadap Adam Smith yang dikenal sebagaidas Smith Problem e)(atau theproblemof Smith).Dikatakan lebih lanjut bahwa kebanyakan kaum neoklasikal mengabaikanAdam Smith yang awal demi yang belakangan.Kaum neoklasik cenderung to)dan m e n g a b a i k a ni m p l i k a s i m e r e k a b a g i m o n o - u t i l i t a s ( p a r a d i g m a n e o k l a s i k ) mengabaikan kenyataan bi-utilitas yang terkandung dalam The Theoryof Moral Sentiments.11) peduli Sebagaia morsl scienceilmu ekonomi mengenal keadilan (jrLsticelfairness), (humanity), (equify), serta kemanusiaan dengan persamaan (equality)dan pemerataan menghormati nilai-nilai agama (religiousaalues).Sebagaisuatu ilmu moral maka ilmu ekonomi mengenal dan menghormati kepentingan-kepentinganbersama (sociallpeople zoelfare, public needs,public interests),dan pula mengenal dan menghormati kepentinganDengan demikian ilmu ekonomi kepentinganindividu (kebebasan,thepursuit of happiness). sebenarnyamengemban ideologi, ilmu ekonomi menjadi bersifat r.ormatif, yang bisa saja bersifat normatif berdasar paham liberalisme ataupun berdasar paham kolektivisme. Balrkan dalam jajaran ilmu moral ini Joan Robinson menyebutkan bahwa ...The uery na' ture of economicsis rootedin nationalism,bahkan lebih lanjut dikatakannya bahwa ... The and national selt'-repect aspirationsof the deaelopingcountriesare morefor national independence it zuas Classicalswerein faaour of FreeTradebecause thanjust for breadto eat.. . The hard-headed diakui goodfor Great Britain, not becsuseit zuasgoodfor the worldlz\).Artinya nasionalism sebagaisuatueconomic force.Dengan demikian pula ilmu ekonomi melaksanakanperannya dalam wujud econonicpolicy dan politicaleconomy.Jauh-jauhhari Friedrich List (17891846),ahli ekonomi Jerman terkemuka, menganggap apa yang diimpikan dan diuraikan o l e l r A d a m S m i t h d a l a m W e a l t ho f N a t i o n sh a n y a m e m u a t t u n t u t a n k o s m o p o l i t , mengabaikansama sekali adanya tiap-tiap bangsauntuk berdiri sendiri, dan kemakmuran Memang nasionalismetidak bisa yang bersifat nasional,terlepasdari cita-citapolitik.13) (tak terkecualinasionalismeIndonesiayang berdasarpada sosioterlepasdari ideologi nasionalismedan sosio-demokrasi). Menurut pengamatansaya maka ilmu ekonomi yang diajarkan di fakultas-fakultas ekonomi masih menganut faham kompetitivisme belaka.Di samping hal ini berarti banyak mengabaikanfaham kooperativisme,ilmu ekonomi yang diajarkan itupun bersifat economy)berdasarkan inisiatif dan kebebasanindividu neoklasikal (freecompetition-based e) Amitai Etzionl The Moral Dimensions:Towarda New Economics(New York: The Free Press, 1988)Chapter lll10) Loc. cit. '1) Loc. cit. ,2) Joan Robinson,EconomicPhilosophy(Cnicago:AldinePublishing,1962),hlm. 124. 13) Lihat Mohammad Hatta, PengantarKe Jalan EkonomiSosiologi(JakartaPT. Toko Gunung Agung, edisi khusus,2002) hlm. 19-35; FriedrichList, Des Natonale System der PolitischemOekonomie,(Jena. Neuedruck,1922).
44
-
P"nn-naan Pembangunanno2g/0kober-Desember2fi)2
& Demokrasi Ekonomi (individualisme/liberalisme). Dari sinilah paham dan sistem ekonomi kapitalis mendapat tempat dan pembenaran dengan mudahnya di ruang-ruang kelas. Kepentingan pribadi mencapaiequilibrium-nyadalam wujud tercapainyakepuasanmaksimal dan laba maksimal, ataupun biaya minimal dan kerugian minimal dalam dimensi mono-utilitas.Inilah arti efisiensi ekonomi, yang berdasarkanpaham bersaing dan persaingan,sehingga siapa yang tidak efisien harus diwajarkan untuk kalah dan mati tersingkir, dilanjutkan dengan abstraksi tentang bakal dicap ainya resourceqllocationyang paling efisien. Maka lahirlah dari paham ini adagium bebas-keluar dan bebas-masuk(freeentry and free exit), bebashidup dan bebas-gulungtingkar,mengakuisisiatau terakuisisi. sempurna dan Dari paham kompetitivisme itu maka lahirlah persaingan-bebas adalah arahnya ekonomi tindakan pasar-bebassebagai konsekuensi logisnya. Setiap pertumbuhan mencapai nilai-tambah ekonomi. Dari sini lahirlah konsepsi dan orientasi ekonomi (grozath),yaitu ketika ekonomi mikro mentransformasidiri menjadi ekonomi makro. Dari sini pula maka kapitalisme global (globalisasi)mudah diterima di ruangruang kelas tanpa pencermatan (scrutiny) dan kewaspadaan (alertness).
Nasional Ekonomi danKemandirian Sosial Keadilan Mewujudkan Strukturalisme:Tantangan Sebenarnyasudah lebih dari tiga dekade yang lalu pemikir-pemikir strukturalis di bidang pembangunan ekonomi telah mulai menyampaikan pandangan-pandangannya 1a))tentang yang makin solid (yang barangkali menggunakanistilah George Sorossaat ini of the nonmarketsector"),meskipun "the defectsof marketmechnnism"dan "the deficiensies Sebenarnyatentang the defectsof dari strukturalisme. memandangnya tidak Soros sendiri oleh Thurow dan Heilbroner, ... marketmechanismtelah lama sebelumnya diungkapkan the marketis an insufficient instrumentfor proaisioningsociety,euenrich societies... the market is assiduousseraantof the wealthy, but indifferentseraantof the poor ... marketsystempromote amorality,it is not just an economic t'ailure,but it is a moralfailure-ls\ Sebelumnya Thurow menyebutkan tentang "the dangerouscurrehts", yang ia maksudkan adalah arus deras mekanismepasar, yang sekedarmerupakan mekanisme Ini sayaartikan sebagailebih lanjut tentang atauauctionmechanism)16). Ielangan(price-auction adanya kelompok yang tidak memiliki tenagabeli akan bernasib menjadi "penonton", yang akan berada di luar pasar, artinya berada di luar transaksiekonomi. Dengan kata lain, pasar-bebaspada dasarnya adalah inherentlydiscriminatoryterhadap yang miskin, meskipun indiscriminstoryterhadap siapa sajayang bertenagabeli. Ilmu ekonomi memang telah berusaha mengatasi atau mengurangi diskriminasi semacamini dan hal ini banyak dikemukakan oleh pemikir-pemikir strukturalis. Selanjutnyadari sini akan terbentuk pola produksi (patternof production)yang timpang, yaitu pola produksi yang hanya mengakomodasikelompok bertenagabeli tinggi, bukan yang melayani the underclass. Investasi mengarah pada rentierconsumptionPola konsumsi yang timpang terbentuk dari sini. Saya kira Thurow benar tatkala ia berkesimpulan bahwa economicsis in the stateof turmoil... the economicsof ihe textbooksand of the graduateschoolsnot only still teachpriceauction modelbut it is moaing towqrd narrowersnd narrowerinterpretations.. . the mathematical
14) George Soros, Ihe Crisisof Global Capitalism(New York: Public Affairs, 1998)'hlm. xxiir5r RobertHeilbronerand LesterC. Thurow EconomicExplained(NewYork:SimonSchuster,1982, 1987, 1994),1994, hlm. 255-256. 16) Lester C. Thurow, Ihe Dangerous Currents: The Stateof Economics(New York: Random House, 1983), Bab 1 dan Bab 8.
Z - 45 Pembangunan no.Zgl0Kober- Desember2flt Percncanaan
Ekonomi & Demokrasi sophisticationintensit'iesas an understandingot' the real word diminishes...economicscannot do u:ithout symplit'yingassumptions,but the trick is to usethe right assumptionat the right time, and this judgement has to comet'rom empiricalanalysesincluding thoseemployedby historians,psychologists,sociologists and politicalscientists...17) Pandanganstrtikturalistik yang diungkapkan oleh John Kenneth Gatbraith,ls)kiranya baik untuk mengawali titik-tolak tentang kelemahan ekonomi pasar yang kita ajarkan di ruang kelas. Galbraith menyatakan bahwa internasionalisasimodal, produksi dan perdaganganyang bebas sebagaiwujud utama dari globalisasi,akan menimbulkan pemberdayaanekonomi dan politik (empowerment) bagi kalangan aktor ekonomi yang mampu atas korban theunderclass, yaitu golongan kelasbawah yang hidup dalam ekonomi rakyat. Berbagai ketimpangan struktural yang terjadi dalam proses pembangunan berdasarkan pemikiran main-stream(neoklasikal)juga diungkapkan oleh tokoh-tokoh strukturalis Barat, khususnya dari Inggris, Hans Singer (1950),paul Baran (1.9s2,7967, 7970),Joan Robinson (1959,7962,7979),Gunnar Myrdal (1957),Dudley Seers(t972 tokoh SussexSchool) dan Jan Tinbergen (7968,1.972,7992- pemenang Nobel). Dapat masuk jajaran pemikir strukturalis adalah Lester Thurow (1983, 1994, 1.996),Frank Ackerman (7998),Andrew Hurrel dan Ngaire Woods (L999),J.W. Smith (2000) dan Amartya Sen (7972,1983,2000- pemenangNobel). Tokoh-tokoh strukturalis dari Dunia Ketiga yang dikemukakan oleh Sritua Arief a.l. Gunder Frank, Samir Amin, TheotoneoDos Santos,Cardoso, Ranjit Sao, C.T. Kurien, vandana shiva, Celso Furtando, Raoul Prebisch, Jomo Kwame sundaram, suthy Prasartset,Renato Constantino.Tentu masih banyak lagi tokoh lain yang menunjukkan kelemahan-kelemahanserupa tentang pemikiran main-stream.Deretan nama-nama yang diberikan oleh Sritua Arief lebih lengkap lag| yang menempatkan ahli ekonomi Indonesia, Mohammad Hatta, sebagai seorang pemikir strukturalis awal yang tandas,le) sebagaimanaterbukti dari isi tulisan-tulisannyadi majalah Daulat Ra'jat tahun 7931-1934 dan tulisan-tulisanberikutnya di pascakemerdekaan. Pemimpin-pemimpin perjuangan kemerdekaandi negara-negaraterjajah memang lebih memahami dan lebih peka akan paham strukturalisme. Paham strukturalisme, baik strukturalisme awal maupun neostrukturalisme, adalah paham yang menolak ketimpangan-ketimpanganstruktural sebagaisumber' ketidakadilan sosial-ekonomi.Ketimpangan-ketimpanganstruktural yang menyangkut pemusatan Penguasaandan pemilikan aset ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan, p r o d u k t i v i t a s d a n k e s e m p a t a ne k o n o m i , s e r t a k e t i m p a n g a n - k e t i m p a n g a nd a l a m kelembagaan,partisipasi dan emansipasisosial-ekonomi,kemiskinan dan pengangguran struktural, merupakan pusat perhatian dan kepedulian kaum strukturalis. Apabila strukturalisme cenderung menolak mekanismepasar-bebasadalah karena pasar-bebas menumbuhkan ketidakadilan sosial-ekonomi. S e h a r u s n y ap e m i k i r a n - p e m i k i r a n s t r u k t u r a l i s d i b i d a n g e k o n o m i s e p e r t i dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas dapat memberi warna dan mengoreksi arah serta substansipengajaranilmu ekonomi di kampus-kampuskita yang masih menganut paham main-streamkonvensional dan parsial, yang melulu neoklasikal. Pemikiran-pemikiran korektif strukturalis tidak tercermin di dalam silabi dan proses pengajarannyadi ruanglbid, hlm.236-237. John KennethGalbraith,The culture of contentrnenf(Boston:HoughtonMifflin,1992). SrituaArief, "Sambutan"di dalam Sri-EdiSwasono,bari Lengseike Lengser(Jakarta:Ul-press,2000i) hlm. lii-lvii dan Sri-Edi swasono,'MateriDasarsistemEkonomi", mimeo,FE-ul,l3sepiember2oo2j.untutkelengkapanpandangantokoh-tokohstrukturalis ini lihat sritua Ariet, Teoridan Kebijaksanaanpembangunan(Jakarta:cide;, t 99B) hlm. ;B-i34.
45
PerencanaanPembangunanno. 29lOktober - llesember2(X)2
Ekonomi & Demokrasi ruang kelas "status-quo". Yang lebih mengecewakan lagi adalah bahwa di dalam pengajaran ekonomi pembangunan dan kebijaksanaan ekonomi publik, pandangan-pandangan para pemikir strukturalis di atas ibarat tidak tersentuh dan kadangkala saja muncul dalam ruang kelas sekedar sebagai ornamen dan tidak masuk di dalam jalur benang merah pengajaran ilmu ekonomi. Betapapun pandangan para pemikir strukturalis sebenarnya lebih cocok bagi situasi dan kondisi Indonesia, tetap saja oleh oranS-orang kampus diabaikan, bahkan disudutkan sebagai minor-stream. Selanjutnya kaum strukturalis, yang mengkoreksi kelemahan mendasar dari mekanisme pasar dan persaingan bebas dengan makin bergeloranya globalisasi dengan kapitalisme globalnya, makin gencar menunjukkan betapa globalisasi perlu diwaspadai. Kaum strukturalis mul;ri menggunakan istilah-istilah keras untuk menyentak mind-set neoklasikal, seperti "turbo capitalism", "greedy cnpitalism", "new imperialism", "the dangerous utrrents", "the winner-takes-all market", "the zero-sum society" dan "the winner-takes-all society", dst dst. jan Tinbergen mengatakan kepada saya (1.992)bahwa lobang ozon makin besar karena kelakuan " the greedy capitalisnt". Lebih lanjut Tinbergen mengatakan bahwa "the limits to growth" 20)dalam 20 tahun menjadi "beyortd tlrc limits".21) Kaum strukturalis tidak saja menunjukkan kelemahan (parsialitas) ekonomi neoklasikal, tetapi ju$a mengkoreksi dan bahkan menolak sebagian asumsi-asumsi dasarnya (seperti dikemukakan di atas). Kegagalan pasar dan ketidaksempurnaan pasar dalam mewujudkan tlrc inaisible hand adalah salah satunya, tidak terselesaikannya micromacro rift 22)adalah yang lainnya, sehingga efisiensi ekonomi yang dikembangkan berdasar tataran mikro tidak klop, bahkan bisa bertentangan dengan efisiensi ekonomi pada tataran makro. Ekonomi neoklasikal berdasar mekanisme persaingan pasar-bebas terbukti secara empirik tidak mampu mengatasi ketimpangan-ketimpangan struktural untuk terlaksananya transformasi ekonomi dan transformasi sosial yang bermakna. Oleh karena itu strukturaiisme berorientasi pada strukturisasi dan restrukturisasi ekonomi disertai intervensi mengatur dan mengonlrol mekanisme pasar. Kelemahan-kelemahan mekanisme pasar dalam penciptaan lapangan kerja, perwujudan demokrasi ekonomi untuk menghasilkan tidak saja "nilai-tambah ekonomi" tetapi juga "nilai-tambah sosio-kultural" (partisipasi dan emansipasi), telah menjadi tema-tema utama dalam pemikiran ekonomi strukturalis. Strukturalisme peduli akan harkat manusia dalam lingkup moralitas ekonomi. Strukturalisme menolak homo economicrrsyang meiahirkan akhlak homo homini lupus, m e n o l a k e k s p l o i t a s i d a n p r o s e s p e m i s k i n a n ( i m p o a e r i s h m e n t )s o s i a l - e k o n o m i . K a l a u ekonomi neoklasikal berorientasi pertumbuhan (growth) ekonomi strukturalis Iebih mengutamakan redistribusi dan pekerjaan (employmenf).Awal dari struktut'aiisme a.I. adalah pemikiran bahwa " employment wiII take care of growth" . Lebih lanjut mengenai parsialisme neoklasikal dapat dikemukakan sebagai berikut. "Persaingan" (competition) memang merupakan suatu kekuatan ekonomi (economicforce) dahsyat dalam kehidupan ekonomi. Namun teori ekonomi neoklasikal semacam ini sama sekali mengabaikan kekuatan ekonomi dahsyat lainnya yang disebut "kerja sama" (cooperation). Hal ini mengingkari kenyataan bahwa persaingan dan kerja sama (competition 20)
22)
C l u bo f R o m e 1 9 7 2 C l u bo f R o m e 1 9 9 2 sebagai"mlcro-macroills",op.cit,hlm.256.Dalamruangkelasselalumenarikmembicarakan danThurowmenyebutkannya Heilbroner asumsi constant returns to scale vs increasing returns to scale dan transtormasinyadari tataran mikro ke tataran makro.
no.29l0ktober- llesember2fl)2 Pembangunan Percncanaan
4/
Ekonomi & Demokrasi dan co-operation)merupakan "dua kekuatan kembar", yang satu sama lain tak terpisahkan (unseperabletrnin t'orces) dalam menggerakkan kehidupan ekonomi dunia secara nyata. Setelah persaingan internasional melahirkan dua Perang Dunia, lahirlah kerja sama internasional untuk menggerakkan kembali dunia yang mandeg. Leage of Nations dan United NationS, berikut berbagai lembaga kepanjangannya, berfungsinya sebagai agen kerjasama global. Itulah sebabnya, seperti saya kemukakan lebih dari sepuluh tahun yang lampau, saya menangkap adanya konvergensi antara competition dan co-operation, menjadi "co-opetition", yaitu kerjasama untuk mengatur persaingan atau bersaing dalam konteks kerjasama. Co-opetition dekat dengan "konkuro" atau "conct4rs" atau "berlomba". Pemikiran neqklasikal tak pernah memikirkan bahwa "kerjasama" membentuk suatu sinergi dan bahwa sinergi adalah elemen besaran untuk membentuk derajat efisiensi. Peralatan teknis dapat disusun dan dikembangkan sebagai tolok-ukurnya. Kaum neoklasikal sebenarnya memiliki peralatan teori untuk menoleh pada mekanisme kerjasama, dengan bertitik-tolak dari konsepsi tentang economicof scale dan external economies di dalam mengembangkan kegiatan ekonomi. Namun pola pikir individualisme dan semangat bertarung telah menghambat kerjasama dapat muncul sebagai mekanisme alternatif. Sebagai insan akademis kita perlu menegaskan bahwa pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu mengubah sikap dan tingkah laku, terlepas apakah materi pendidikan itu salah atau benar, memadai atau canggung. Demikian pula kiranya telah terjadi pada pen'didikan ilmu ekonomi kita, yang telah menciptakan sikap dan mind-set individualistik, liberalistik dan kapitalistik terhadap banyak sekali para anak didik dan lulusan dalam berkehidupan ekonomi. Di sinilah kita berbicara mengenai kompetensi akademik-intelektual diri kita. Sudahkah kita menempatkan ilmu ekonomi baik substansi mauPun dimensinya, serta melaksanakan pendidikan dan pengajaran ilmu ekonomi, sesuai dengan ideologi dan cita-cita nasional kita?
Kekaguman Terhadap Global isasi? Globalisasitelah digambarkandalam KonperensiEkonomi (pidato WapresMohammad Hatta, Yogyakarta) 3 Februari 1,946,yang menyatakan perlunya suatu koordinasi dipersiapkan, yaitu "bagaimanamengaturperekonomisn Indonesiasupayapembangunan itu sejalan danbersambung denganpembangunan di seluruhdunin".Bagi yang memahamisejarahmestinya kita siap (bukan kagum) terhadap datangnya era globalisasisaat ini. Dalam perkembangan globalisasiseperti kita saksikan saat ini ternyata tidak makin mudah menyajikan pemahaman tentang adanya sistem ekonomi Indonesia. Kaum akademisi Indonesia terkesanmakin mengagumi globalisasiyang membawa perangai "kemenangan" sistem kapitalismeBarat dengan pasar-bebasnya. Sikap kaum akademisi semacamini ternyata membawa pengaruh besar terhadap sikap kaum elit politik muda Indonesia, yang mudah menjadi ambivalen terhadap sistem ekonomi Indonesia dan ideologi kerakyatan yang melandasinya. Pemahaman akan sistem ekonomi Indonesia bahkan mengalami suatu pendangkalan tatkala sistem komunisme Uni Soviet dan Eropa Timur dinyatakan runtuh. Kemudian dari situ ditarik kesimpulan kelewat sederhana,yaitu bahwa sistemkapitalisme telah rnemenangkan secara total persaingannya dengan sistem komunisme. Dengan demikian, dari persepsisimplisistik semacamini, Indonesiapun secarakeliru menganggap
48
Perencanaan Pembangunan no,29l0ltober- Desember2fit2
ffi
& Demokrasi Ekonomi
perlu berkiblat kepada kapitalisme Barat dengan sistempasar-bebasnyadan meninggalkan saja sistem ekonomi Indonesia yang "sosialistik" itu. Kesimpulan yang menjerumuskan(misleading)tentangmenangnyasistemkapitalisme dalam percaturan dunia ini ternyata secarapopuler telah pula "mengglobal". Sementara itu pemikir strukturalis tetap berhati-hati dan masih memberikan peluang terhadap pemikiran obyektif yang lebih mendalam, dengan membedakansecaracermat, antara iuntuhnya negara-negarakomunis itu secarapolitis, dengan lemahnya (atau kelirunya) sistem sosialisme dalam prakteknya. Ackerman mengutipkan "...indeed,accordingto losephStiglitz, if a perfectlycompetitiaemarketeconomywerepossible,then marketsocialismzaould . ." 23) alsobepossible. Pandanganpara pemikir strukturalis yang menolak simplisitas seperti di atas kurang Iebihnya diawali oleh fenomena konvergensi antara dua sistem raksasaitu (kapitalisme dan komunisme) a.l. sebagaimanatelah dikemukakan oleh Raymond Aron (1967),bahwa suatu ketika nanti anak-cucuKrushchev akan menjadi "kapitalis" dan anak-cucuKennedy akan menjadi "sosialis". 2a) Mungkin yang lebih benar adalah bahwa tidak ada yang kalah antara kedua sistem i t u . B u k a n k a h t i d a k . a d a l a g i k a p i t a l i s m e a s l i y a n g s e P e n u h n y al i b e r a l i s t i k d a n individualistik, demikian pula tidak ada lagi sosialisme asli yang dogmatik dan kita yang utama. komunistik. Namun bukan ini yang menjadi subject-matter Dengan demikian hendaknya kita tidak terpaku pada fenomenaglobal tentang kapitalismevs komunisme sepertidikemukakan di atas.Kita harus mamPu mengemukakan dan melaksanakansistem ekonomi Indonesia sesuaidengan cita-cita kemerdekaanIndonesia,yang tidak terkurung oleh kapsul neoklasikal,yaitu untuk mencapaikesejahteraan sosial dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,tanPa mengabaikanhak dan tanggung jawab global kita. Globalisasiberdasar "persaingan-bebas"dan "pasar-bebas"nyamemang tidak bisa tidak akan berperangaikapitalisme rakus dalam ujud barunya. Makalah ini tidak dimaksudkan untuk secarakhusus mengemukakan tentang hal-hal mengaPa globalisasi perlu kita waspadai, namun perlu dicatat bahwa globalisasiterbukti telah menumbuhkan inequalityyang makin parah, seperti dikemukakan di atas telah melahirkan "the winnertakes-allsociety" (adigang, adigung), disempouermentdan impoaerishmentterhadap si lemah, Ini merupakan suatu makin melebar.zs) sehinggathegap betueenthe haaesand the haae-nots kegagalan dari globalcapitalism,sebagaimanamungkin dimaksudkan oleh Sotos "we haae a globaleconomywithout a globalsociety".26l Tentu tergantung kepada kita sendiri, bagaimana memerankan diri sebagaisubyek (bukan obyek) dalam ikut membentuk ujud globalisasi,mumpung globalisasi masih mencari-caribentuknya yang final demi tujuan sejati mencapaikesejahteraandunia secara adil dan merata. Sementaraitu kepentingannasional harus tetap kita utamakan tanPa mengabaikantanggung jawab global. Dalam kaitan ini yang kita tuju adalahpembangunan Indonesia,bukan sekedar pembangunan di Indonesia.Apabila kita lengah, globalisasi terhadap kita, suatu Proses dan globalisme akan menjadi proses self-disempowerment 23) 24) 2s) 26)
Frank Ackerman,et al. (eds.), The PotiticalEcAnomyof tnequality(WashingtonDC: lsland Press, 2000) hlm. 329; lihat pula Joseph E. Stighlitz, WhitherSociatism?(Cambridge,Mass.:MIT Press,1994). Lihat RaymondAron, IndustrialSociety(New York:Praeger,1967). Lihat Fr;k Ackerman,et at. (eds.),lbrd.;Andrew Hurreland NgaireWoods (eds.), lnequality,Globalizationand WorldPolitics(New York: Oxford UniversityPress, 1999). George Soros, op- cit., hlm. 126.
- 49 no.29loktober' Desember2fl)2 Pernbangunan Perencanaan
Ekonomi & Demokrasi aborijinisasi ekonomi dan sosial kultural, suatu discriminatoryfragmentedglobalsociety. Kita perlu mengingat pula yang dikatakan oleh Henry Kissinger (Trinity College, 7998),bahwa "globalisasiadalah nama lain dari dominasi Amerika Serikat." Friedman mengatakan "cultuLrallyspenking,globalizationhns tendedto inaolaethe spread(for betteror 27) zoorse) of Arnericanization.'l
Siapayang Berdaulat, Pasar atauRakyat? Kesalahan utama kita dewasa ini terletak pada sikap Indonesia yang kelewat mengagumi pasar-bebas dengan persaingan bebasnya. Kita telah "menobatkan" pasarbebas sebagai "berdaulat", mengganti dan menggeser kedaulatan rakyat. Kita telah nrenobatkan pasar sebagai "berhala" baru. Kiia boleh heran akan kekagulnan ini, mengapa dikatakan Kabinet harus ramah terhadap pasar, rnengapa kriteria menjadi menteri ekonomi harus orang yang bersahabat kepada pasar. Bahkan sekelompok ekonom tertentu mengharapkan Presiden pun harus ramah terhadap pasar. Mengapa kita harus keliru sejauh ini. Mengapa tidak sebaliknya bahwa pasarlah yang harus bersahabat terhadap rakyat, petani, nelayan, dst dst, atau pasarlah yang harus ramah terhadap Presiden?28) Siapakah sebenarnya pasar itu? Bukankah saat ini di Indonesia pasar adalah sekedar (1) kelompok penyandang/penguasa dana, penerima titipan dana dari luar negeri (komprador), para pelaku KKIrd, termasuk para penyamun BLBI, dst; (2) para penguasa stok barang (termasuk penimbun dan pengijon); (3) para spekulan (baik di pasar umum d a n p a s a r m o d a l ) ; d a n ( 4 ) t e r a k l - r i ra d a l a h r a k y a t a w a m y a n g t e n a g a - b e l i n y a l e m a h . Dengan demikian itu ramah kepada pasar adalah rarnah kepada ketiga kelompok pertama sebagai pelaku utama pasar, sebagai para penguasa pasar dan penentu pasar. Telah kita tunggu hampir 250 tahun lamauya, tidak ada apa yang disebut "the inaisible hnnd" sebagaimana dikatakan oieh Adam Smith. Adam Smith memang seorang pemikir besar, seorang filsuf dan moralis penuh kemuliaan, namun mungkin pula seorang pemimpi besar, a great drenmer. Dalam kei-ryataan,apalagi dalam globalisasi dan kapitalisme rakus, "the inaisible lnnd" telah berubah menjadi "the dirty lnnd". oleh karena itu pasar harus tetap dapat terkontrol, terkendali, hendaknya tidak sepenuhnya kita menyandarkan diri pada mekanisme pasar yang inherently discriminatory itu2e),tetapi sebaliknya pasarlah, sebagai "aiat" ekonomi, yang harus ramah dan mengabdi kepada negara. Adalah kekeliruan besar merrganggap pasar sebagai "omniscient" dan "omnipotent" sehingga mamPu nrengatasi ketimpangan struktural. Adalah naif mengansgap "pasar bebas" adalah riii. Lebih riil sebagai kenyataan adalah proteksi terselubung, tmfnir competition,monopoli terselubung (copyrights, patents, intellectual property rights), tak terkecuali embargo d.an economic sanctiotls, yang tak jarang mengandung kepentingan-kepentingan nonekonomi yang mendominasi dan rnendistorsi nasar.
27) Loc.cit.,danlihatpulaThomasL. Friedman,The Lexusand the otive Tree,updatedand expandededjtion,Newyork:AnchorBooks, 2 0 0 0 ) .h l m .9 . Mengapapasardi JepangdapatdiaturbersahabatdenganpetaniJepang,sehinggaberasdi Jepangper kjloyang mencapaiharga r u p i a hs e b e s a rR p . 5 0 . 0 0 0 , -p a r a i m p o r t i rJ e p a n gt i d a k m e n g i m p o b r e r a s m u r a h d a r i l u a r n e g e r i .N / e n g a p ip u l a k i t a h a r u s "memperpurukkan" petani-petanikita,justru ketikapetanikita sedangpanen padi, kita malah mengimporbeias murah dari luar negeri? Lihat Sri-EdiSwasono"Pasar-Bebasyang lmajiner:DistorsiPolitikdan PertentanganKepentinganlnternasional,', KantorMenko E k u i n , 2 1M a r e t1 9 9 7 .
50
a"r"n""naanPembangunan no.29l0ktober- Desember20OZ
Ekonomi & Demokrasi yangDisebut Rakyat? Sosial: Siapa Ekonomi danTransformasi Transformasi Mari kita tanyakan kepada para pengajar ilmu ekonomi, siapa yang berdaulat, pasar atau rakyat. Di mana letak rakyat dalam jajaran variabel-variabelekonomi. Subyek,obyek, assetatau liability-kahrakyat itu? Dari sini saya akan mengajukanproposisi, bahwa dalam pengajaranilmu ekonomi kita harus bertitik-tolak dari paham bahwa rakyatlah yang rakyatlah yang harus kita bangun, bukanlah ekonomi (GDP) merupakan subject-matter-nya, dan pertumbuhannya an sich yang kita bangun. Oleh karena itu patutlah kita memberi perhatian kepada ekonomi rakyat, tempat rakyat hidup dan berkecimpung. Membangun ekonomi rakyat memang memerlukan "pemihakan", suatu sikap ideologisyang memihak untuk memuliakan kedaulatanrakyat. Namun dalam membangun ekonomi rakyat, pemihakan bukanlah satu-satunyajustifikasi. Pembangunanekonomi rakyat memang merupakatl suatu strategi yang tepat untuk mengembangkan perekonomiannasional:yaitu suatu strategi meningkatkanproduktivitas rakyat (rakyat menjadi assefnasional) dan utilisasi efektif sumber-sumberdaya yang tersedia,sebagai Lebih dari itu, membangun dan sekaligvs resources-based. suatu strategi grassroots-based e k o n o m i r a k y a t m e r u p a k a n s a l a l ' rs a t u u j u d m e n d a s a r p e l a k s a n a a np e n d e k a t a n partisipatori dan emansipatori yang dituntut oleh paham demokrasi ekonomi. Kesemuanyauntuk mempercepattransformasiekonomi dan transformasisosial. Pada tahun 1931 Mohammad Hatta memunculkan istilah "perekonomian rakyat" (Hatta, Daulat Ra'jat, 20 sebagailawan dikotomis dari "perekonomian koloniaal-knpitaal" November 7931.),sebagaititik-tolak paham strukturalisme-nya.Hal ini senadadengan orientasi kerakyatan yang menjiwai kemerdekaanIndonesia untuk menggusur "Daulat Tuanku" dan menggantikannya dengan "Daulat Rakyat". Perekonomiankoloniaal-knpitaal ini yang bermula dengan kolonialisme VOC dan Hindia Belandaberikut cultuurstelsel serta pelaksanaanUU Agraria 7870,boleh dibilang masih berkelanjutan (dalam ujud ekonomi kapitalistik dan konglomerasi ekonomi) hingga saat ini. Dasar pemikiran Mohammad Hatta adalah perlunya kita melakukan transformasiekonomi dan transformasi sosial apabila Indonesia ingin benar-benarmerdeka dan melepaskan diri dari sistem ekonomi penjajahanserta ketergantungan.30) Transformasiekonomi yang dimaksudkan itu adalah membentuk hubungan ekonomi baru yang demokratis. Di dalam zaman penjajahanberlaku sistem ekonomi subordinasi, artinya yang di atas mendominasi yang dibawah. Ujud nyatanya adalah hubungan ekonomi "tuan-hamba", ada taokeyang berkedudukan dominan dan ada koelieyang kedudukannya tersubordinasi.Dalam sistem ekonomi subordinasimaka di samping partisipasi sosial-ekonomiterbatas,emansipasisosial-ekonomitidak berlaku. Tidak akan ada partisipasi yang tulen tanpa adanya emansipasi.Hubungan ekonomi semacamini menjadi sumber dari terjadinya ketimpangan dalam pembagian'pendapatan,yang di atas mengakumulasi surplus ekonomi dari bawah, yang di bawah tertundukkan dan tereksploitasioleh yang di atas. Ketimpangan hubungan ekonomi ini haruslah dikoreksi dan Negara yang wajib melindungi segenap bangsa dan harus mengambil untuk mampu self-empowering. tanggungjawabnya.Rakyat perlu di-empowered Koreksi terhadap hubungan ekonomi yang tidak partisipatif-emansipatifmerupakan tugas transformasisosial,sebagaiprosesdemokratisasiyang memihak kepada kepentingan rakyat banyak. 30) Tugas transformasiekonomi dan transformasisosial menuntutperlunyamatakuliahsosiologidiajarkansecara mendalamdi sosiologiyangmemahami ekonomiyangmemahamiilmusosiologiataudosen-dosen ekonomimelaluidosen-dosen fakultasJakultas ilmu ekonomi.Penghapusanmatakuiahsosiologiadalahsuatuignorancedankecelakaanbesar.
Pernbangunan no,29lOK ober- Ittxx:nberzf/fr2 Percncanaan
-
57
Ekonomi & Demokrasi Dengan model pembangunan teknokratik ekonomi nonstrukturalis, cita-cita transformasi ekonomi dan transformasi sosial dalam arti "mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional" berdasar Pasal 33 UUD 1.945,kandas sama sekali. Seperti dikemukakan di atas, di samping merupakan suatu tugas pemihakan, pembangunan ekohomi rakyat mempunyai peran sebagai strategi pembangunan. Menempatkan sektor ekonomi rakyat sebagaisokoguru ekonomi nasional merupakan desain strategisagar ekonomi nasionaltumbuh dan berakar di dalam negeri. Dari sini kita membangun fundamental ekonomi domestik. Hanya dengan demikian pula maka perekonomian Indonesia lebih mampu mandiri dan tidak kelewat ringkih serta tidak tergantung pada perekonomianluar negeri. Sesuaidengan dasar pemihakan dan strategi di atas, arah kebijaksanaanekonomi nasional harus pula ditujukan kepada sektor-sektoryang sarat dengan kepentingan rakyat, terkait dengan potensi dan kapasitas rakyat, serta sekaligus sesuai dengan sumber-sumber Indonesia (factor-endowment) yang tersedia. Sektor pertanian dan industrialisasi pertanian menjadi pilihan strategiskarena posisinya yang berdasar sumber-sumber sendiri (domesticresources-based) dan bertitik sentral pada rakyat (people centered)dengan sekaligus mengutamakan kepentingan rakyat (putting peoplefirst). Domesticresources-based strategyakan lebih mampu menjamin kemandirian industri dalamnegeri, agar tidak tergantung semata-matapada kornponen luar negeri, import contents sebagaielemen ketergantunganindustri dalam negeri menjadi minimal. Ketergantungan ekonomi Indonesia akan import contents,yang merupakan salah satu sebab terpuruknya industri nasional oleh hantaman krisis moneter, bukan sekedar kesalahanstrategi dalam menstruktur pola industri (patternof production)nasional ataupun salah dalam menginterpretasimakna interdependensiekonomi. Lebih dari itu terjadinya ketergantunganparah terhadap produk/komponen luar negeri ini adalah juga sebagai akibat ulah dari kelompok kepentingan yang mencari untung dari kegiatan impor dalam "rejim patronasibisnis" saat ini. S e k a l i l a g i , s i a p a y a n g d i s e b u t " r a k y a t " ? P e r t a n y a a ns e m a c a mi n i b a n y a k dikemukakan secarasinis oleh sekelompokpencemoohyang biasanya melanjutkan bertanya, "bukankah seorang konglomerat juga rakyat?;'Tentu ia bagian dari rakyat! Namun yang jelas perekonomiankonglomeratbukanlah perekonomianrakyat. "Rakyat" adalah konsepsi politik, bukan konsepsi aritmatik atau statistik, rakyat tidak harus berarti seluruh penduduk. Rakyat adalah "the commonpeoptre", rakyat adalah "orangbanyak". Pengertianrakyat berkaitan dengan "kepentingan publik", yang berbeda dengan "kepentingan orang-seorang".Pengertianrakyat mempunyai kaitan dengan kepentingan kolektif atau kepentingan bersama.Ada yang disebut "public interests" atau "public lDants",yang berbeda dengan "priaate interests" dan "priaate wants". sudah lama pula orang mempertentangkan antara "public needs"(yang berdimensi domain publik) dan "indioidualpriuacy". Ini analog dengan pengertian bahwa "preferensi sosial" berbeda dengan hasil penjumlahan atau gabungan dari "preferensi-preferensiindividual". Istilah "rakyat" memiliki relevansi dengan hal-hal yang bersifat ,,publik,, itu. Mereka yang tidak mampu mengerti "paham kebersamaan"(mutuality) dan "asas kekeluargaan" (brotherhaod, broederschap atau "ukhuwah") pada dasarnya karena mereka tidak mampu memahami arti dan makna luhur dari istilah "rakyat" itu, yang mengartikan rakyat lebih dekat dengan arti "masyarakat" atau "ummat", bukan dalam arti ,,penduduk,, yang 270 juta. Rakyat atau "the people"adalah jamak (plural),tidak tunggal (singular).
52
Perencanaan Pembangunan no.29lOHober- Desember2fl)2
Ekonomi & Demokras (yang bukankinship atau kekerabatan)ini berdimensi lebih dari sekedar Tentu brotherhood "Gemeinschaft",tetapi menjangkau dan membentuk secaraformal dimensi "Gesellschaft". Mengutamakan kepentingan bersama (publik) tidak berarti menolak kepentingan orang-seorang (priaacy).Sejak awal kemerdekaan hak-hak warganegara dijamin, Mohammad Hatta (15 Juli 1945) menegaskanagar Negara tidak menjadi Machtsstaat, namun merupakan suatu Negara Pengurus.Sernentaraitu kepentingan orang-seorang pun bisa terancam oleh ulah korporasi, yaitu thepriuacymerchnntsyang mengejarprofit.31\ Seperti dikemukakan di atas, kerakyatan dalam sistem ekonomi mengetengahkan pentingnya pengutamaan kepentingan rakyat dan hajat hidup orang banyak, yang bersumberpada kedaulatanrakyat atau demokrasi.Oleh karena itu, dalam sistemekonomi berlaku demokrasi ekonomi yang tidak menghendaki"otokrasi ekonomi", sebagaimana pula demokrasi politik menolak "otokrasi politik".
MasaDepan: Reformasi Pemikiran Ekonomi Rudyard Kipling 32)pernah mengatakan"East is East,Westis West,the twins shallneaer meet".Andai saat ini ia masih hidup, ia akan melihat dunia telah dibelah secaralain b e r d a s a r h u b u n g a n e k o n o m i d a n k e t i m p a n g a n n y a .D a p a t d i p e r k i r a k a n i a a k a n mengatakan pula North is North, Southis South,the twins shall hardly meet.33r Kita mudah kagum kepada yang serba Barat. Kita kelewat soft terhadap Barat. Maka itu Presiden Sukarno berulang kali pesankan agar kita membersihkan diri dari hollandsdenken.Artinya kita harus mampu melakukan unleaming(afleren)di samping juga Iearning(aanleren)untuk memperkukuh dan mengembangkankemandirian, kepribadian serta budaya Indonesia. Demikian pulalah seharusnyasikap kita dalam menghadapi dikotomi baru Utara-Selatan,kita mestinya tidak hanya mampu "ber-antisipasi" lalu terbawa arus dan trend globalisasiUtara, tetapi harus mampu pula ikut proaktif "mengukir sejarahmasa depan" dalam percaturanekonomi dunia. Memprihatinkan sekali bahwa kita menyongsong sistem ekonomi pasar-bebaslebih berapi-api daripada orang-orangUtara. Kita praktekkan liberalismedan kapitalisme di sini lebih hebat daripada di negara-negaraUtara. Kita bahkan menjadi juru bicara sistem ekonomi pasar-bebasuntuk kepentinganmereka. Kita menggadaikanpikiran kita pula pada ide pasar-bebas. Ingin saya kutipkan tulisan saya tahun 7994yang berjudul "Menari atas Kendang Orang Lain", sebagaiberikut:3a)Ketika kesepakatanGATT belum kita ratifikasi, kita pun telah tunduk melatih diri, ibarat "belum ditanya sudah mau", lalu kita "menari atas kendang orang lain" dengan mudahnya. Tidak hanya gampang kagum atau soft, barangkali juga malah seraile,tetapi mengaku t'riendly atau lorn-prot'ile. Tidak ada yang dapat mengabaikanperananpasar.Kita pun memeliharaekonomi pasar. Yang kita tolak adalah pasar-bebas.Pasar-bebasadalah imaginer, yang hanya ada dalam buku teks, berdasar asumsi berlaku sepenuhnyapersaingan-bebas. Dalam realitas, t i d a k a d a p e r s a i n g a n - b e b a ss e p e n u h n y a ,k e p e n t i n g a n n o n - e k o n o m i , k h u s u s n y a kepentingan politik (lokal atau global), telah mendistorsi dan menghalangi terjadinya
33) s)
LihatAmitai Etzioni,Ihe Limitsof Privacylru'ew York:Basic Books)hlm. 9 RudyardKipling,sangpenjelajahTimurdan Barat,penerimaHadiahNobeluntukKesusastraan tahun1907,ia menerimaDoctorHC dari berbagaiuniversitasterkemukaberkatsederetanpanjangbuku-bukukaryasusastranya,lahirdi Bombay1863,meninggaldi London1935, lihatSri-EdiSwasono,"MenariAtas KendangOrangLain",SinarHarapan,23 September1994. Loc. cit. Loc. cit.
Perencanaan Pembangunan no.29lOKober. OesemberZOOZ 53
Ekonomi & Demokrasi persaingan-bebas. Tanpa persaingan-bebas, sebagaimana dalam kenyataannya, tentulah tidak akan ada pasar-bebas yang sebenarnya. Sebagaimana saya kemukakan di atas, maka Adam Smith boleh terperanjat menyaksikan bahwa the inaisble hnnd has turned into the dirty hand. Pasar-bebas akan menggagalkan cita-cita mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasar-bebas dapat mengganjal cita-cita Proklamasi Kemerdekaan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, pasar-bebas memarginalisasi yang lemah dan miskin. Pasar-bebas bahkan diskriminatif terhadap yang rendah produktivitasnya (yang dianggap tidak efisien), akibatnya tidak mudah memperoleh akses permodalan dalam sistem yang berda sar prot'itability itu. Pasar-bebas jelas merintangi hak demokrasi ekonomi rakyat, yang miskin tanpa daya beli akan hanya menjadi Penonton belaka, berada di luar pagar-pagar transaksi ekonomi. Pasar-bebas melahirkan privatisasi yang melepaskan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak ke tangan individu orang-seorang. Pasar-bebas mencari laba ekonomi bagi kepentingan orang-seorang, bukan mencari manfaat ekonomi bagi masyarakat. Pasar-bebas menggeser dan bahkan menggusur rakyat dari tanah-tanah dan usaha-usaha ekonomi mereka, yang mendorong transfer pemilikan dari yang lemah dan miskin ke yang kuat dan tayu. nusa.-bebas, yang terbukti tidak omniscientdan tidak ontnipotent tidak mampu mengatasi bahkan memperkukuh ketimpangan struktural, lantas mendorong terbentuknya polarisasi sosial-ekonomi, memPerenggang integrasi sosial dan persatuan nasional. Pasar-bebasmemelihara sistem ekonomi subordinasi yang eksploitatif, nonpartisipatif dan nonemansipatif, atas kerugian yang lemah. Kemudian pasar-bebasmengacau pikiran kita, melumpuhkan misi-misi mulia dan mendorong lidah kita bicara palsu: anti subsidi dan anti proteksi secara membabibuta, demi efisiensi. Pasar-bebas mereduksi manusia sebagai sumber daya insani menjadi sumber daya manusia atau faktor produksi ekonomi belaka. Dengan pasar-bebas maka peopleemporoermenfkelewat sering berubah menjadi people disempouerment. Dalam pemikiran ekonomi yang menganut pasar-bebas, efisiensi tak lain merupakan suatu "keterpaksaan ekonomi" untuk bertahan hidup dan meraih keuntungan ekonomi (tanpa peduli apakah itu zero-sum atau non:zero-sum),yang harus dicapai melalui bersaing. Ekonomi persaingan-bebas adalah ibarat ekonomi //peperangan,, dengan free-t'ight, menghadirkan kehidupan ekonomi penuh tensi dan stres, membentukkar-l "a stressful society"' Sedang di dalam pemikiran ekonomi yang mengakui kerja sama mutualitas sebagai kekuatan ekonomi, maka efisiensi merupakan "kewajiban moral hidup berekonomi,,, kewajiban hidup rukun untuk membentukkan "a peaceful society". Ekontmi persaingan berjangkauan kepentingan parsial, semata-mata meraih nilai-tambah ekonomi, seding ekonomi kerja sama berjangkauan kepentingan multi-parsial (multipartitus), yang meraih tidak saja nilai-tambah ekonomi, tetapi juga sekaligus nilai-tambah sosial-kultuial.
Menghadapai Globalisasi Globalisasidan pasar-bebasmemang diimaginasikansebagaiupaya meningkatkan efisiensi global. Saat ini imaginasi itu ditumpukan kepaau i.ga"isasi duniJ WTO, pengganti GATI yang mematok pakem-pakem ekonomi pasar unluk mencapai efisiensi global. Kenyataan yang ada membuat banyak di antara kila harus bersikap menolak dan reaksioner.Tentulah dalam prakteknyayang lemah harus membiayaefisiensi dunia demi kesejahteraansi kuat. Selatanmembiayai efisiensiglobal demi keuntungan dan kemajuan
>+-
Perencanaan Pembangunan no.2gl0ktober- Desemb€r2O02
Ekonomi & Demokrasi Utara.35) Oleh karena itu pasar harus di-managed,dikendalikan, agar ramah terhadap rakyat dan kepentingan nasional. Yang dikemukakan di atas bukanlah suatu ekstrimitas,tetapi merupakan suatu upaya menunjukkan polarisasi dikotomis untuk mempertajam pembandingan analitikal. Globalisasimulai banyak dikecam, karena menyandang adu kekuatan dan peragaan dominasi ekonomi, tak terkecuali oleh orang-orang Barat sendiri yang peduli akan pentingnya mewujudkan keadilan global. Tak terkecuali kecamanterhadap ketidakadilan ini datang dari kalangan akademisi Barat, NGO's, mantan praktisi Bank Dunia dan IMF, tak terkecuali para pemenang hadiah Nobel Ekohomi. Bahkan telah lahir buku tentang perlunya "mewujudkan demokrasi ekonomi globat sebagaitantangan politik abad ke21tt.
36)
Dalam WTO kita harus tetap reaksioner,berani merevisi dan membuat kesepakatankesepakatanbaru yang tidak merugikan kepentingan nasional dengan tetap menghormati tanggung jawab global kita. Sekalipun sebagaiekonom, kita sekali lagi harus mampu menghayati realita yang ditegaskan oleh ]oan Robinson, tentang ilmu ekonomi yang memiliki akar ke dalam nasionalisme.Artinya pengembanganpemikiran ekonomi nasional dalam konteks global pun, perlu mengacu kepada histori, ideologi, institusi dan aspirasi nasional, yang selanjutnya harus memberi warna terhadap theorybuilding and modeling; dengan kata lain menolak paham neutralityof theory. Saat ini kesadaran global itu memunculkan berbagai globalco'mmoninterestsseperti socialdeaelopment,eradicationof poaerty,employmentcreation,strengtheningsolidarity and social integration,protectionof enairontmentdll, bahkan sampai pada penangkalan bersama terhadap pelanggaranhumanrights dan terrorismdalam berbagaibentuknya (sebagaimana yang terpaku dalam berbagai konvensi dan keputusan PBB). Tanggung jawab ini harus secarabersama-samadigalang oleh seluruh negara di dunia. Kerja sama dan kesadaranglobal ini harus dapat kita manfaatkan untuk melindungi kepentingan nasional kita. Akibat-akibat sosial-ekonomi,sosial-politik dan sosial-kultural yang ditimbulkan oleh persaingan bebas dan pasar-bebasseperti digambarkan di atas, jelaslah banyak bertentangan dengan globalinteresfsdi atas. Clobalisasi dan ujud globalisme masih dalam proses mencari bentuknya. Seperti dikatakan di atas,we needa globalsocietyto supporta globaleconorny. Bagaimanamembentuk a global society?Tak seorang pun bakal tahu formatnya dan hubungan antar keduanya, terlalu kompleks dan sulit digambarkan. Dalam masa transisi ini yang menonjol adalah dominasi ekonomi (baik eksklusif ekonomi maupun kelanjutannya yang berupa dominasi politik dan kultural) harus kita hadapi melalui tiga fronts: Pertamn,melalui usaha masingmasing negarauntukbebenah diri sendiri meningkatkankemampuan domestik dan kinerja nasionalnya, antara lain melalui rencana dan tindakan-tindakan terfokus untuk membentuk konsolidasi ekonomi nasional ke arah mengurangi ketergantungan pada pihak luar. Kedua,menggalangkerjasamaregional, diawali dengan kerjasamaekonomi dan kemandirian ASEAN, disertai dengan upaya mengembalikanposisi Indonesia sebagai the leaderof ASEAN, dengan segalajustifikasi yang relevan dan inheren di dalamnya. Kalau perlu kita memimpin untuk bersama-samamendirikan "ASEAN IMF", dst dst. Ketiga,bergabung dan meningkatkan keterlibatan Indonesia dengan gerakan-gerakandi
35) Loc.cit. 6) J.W Smith, Economic Democracy:
The Palitical Challence of the Twenty-First Century (New York: M.E. Sharpe, 2000).
FF Pernbangunan no.29l0ktober- Desember202 - ) ) Perencanaan
Ekonomi & Demokrasi Kita semua bertanggung jawab untuk membentukkan mind-set yang benar pada diri para anak didik kita agar ilmu ekonomi benar-benar utuh sebagai a moral science.
fora internasionalyang menentangketidakadilan inheren dari globalisasi,yang menyadari perlunya berbagai koreksi terhadap proses perkembanganglobalisasiyang menyudutkan negara-negaraberkembang termasuk Indonesia. Paragraf ini dimaksudkan untuk mengajak kita mewaspadai pasar-bebasdan globalisasi,bukan untuk menolaknya. Pasar-bebasdan persainganbebas tidak ada dalam kenyataan.Ekonomi pasar dan persaingan pasar harus tetap terkontrol dan managed. Globalisasi merupakan suatu kejadian alamiah. Kita harus mampu berperan ikut membentuk ujud dan arah globalisasi serta sekaligus memanfaatkan proses globalisasi, yang penuh peluang dan prospek kemajuan.Marilah go globaldenganlocalspecifics. Marilah kita merencanakan dan membentuk keunggulan komparatif kita dalam memanfaatkan peluang yang terbentuk oleh aturan main global, baik melalui persaingan sehat maupun kerjasama saling menguntungkan.
Penutup: Menolak Ortodoksi, Mempertahankan Ekonomi Pancasila Sebagaipenutup saya ingin menggabungkanmasalahkompetensi dan iritegritas kita semua sebagaipemikir dan warga kampud. Sebenarnyagugatan moral terhadap ilmu ekonomi neoklasikal'telah dikemukakan oleh Mubyarto dkk pada tahun 1981dan juga oteh Sri-Edi Swasonodkk juga pada tahun 1981,ketika mereka menganjurkan Sistem Ekonomi Pancasiladalam rangka transformasi ekonomi dan transformasisosial. Mubyarto (1981;"rmenyatakanciri-ciri SistemEkonomi Pancasilaadalah (1) Roda perekonomian digerakkan oleh rangsanganekonomi, sosial dan moral; (2) Kehendak kuat dari seluruh masyarakatke arah kemerataansosial (egalitarianisme),sesuai asasasas kemanusiaan; (3) Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh, yang berarti nasionalisme menjiwai tiap-tiap kebijaksanaan 37) Mubyarto,"Moral EkonomiPancasila",Prisn4 l Januari 1981; Mubyartodan Boediono(Eds.) Ekononi pancasila(yogyaKafta: BPFE.UGM.1981).
56
-
p"r"n"naan Pembangunan no.29loktober- Desdnber2o0z
& Demokrasi Ekonomi ekonomi; (4) Koperasi merupakan soko-guru perekonomian dan merupakan bentuk yang paling konkrit dari usaha bersama; (5) Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaandi tingkat nasional dengan desentralisasidalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan sosial. SedangkanSri-Edi Swasono (1981)38)menggambarkanSistem Ekonomi Pancasila sebagaisistem ekonomi yang berorientasi atau berwawasan pada sila-sila Pancasila, berorientasikepada (7) KetuhananYangMaha Esa(adanya atau berlakunya etik dan moral agama, bukan materialisme); (2) KemanusiaanYang AdiI dan Beradab(tidak mengenal pemerasan, penghisapan dan subordinasi ekonomi - modern); (3) Persatuan (kekeluargaan, kebersamaan,gotong-royong, tidak saling mematikan - nasionalisme); (4) Kerafuatan(demokrasi ekonomi, kedaulatan ekonomi, mengutamakanekonomi rakyat, mengutamakan hajat hidup orang banyak); (5) KeadilanSosial(persamaan/Pemerataan, kemakmuran rakyat yang utama bukan kemakmuran orang seorang). Dengan memahami strukturalisme dan mempelajariperkembanganpemikiran dalam ilmu ekonomi dalam skala yang lebih menyeluruh, maka akan lebih mudah memahami cita-citauntuk mengembangkanEkonomi Pancasiladi Indonesia.Pada tanggal 12 Agustus 2002 Mubyarto mendeklarasikanberdirinya Pusat Studi Ekonomi Pancasiladi bawah naungan Universitas Gadjah Mada. Teori ekonomi neoklasikal,bagaimanapunjuga adalah teori ekonomi yang solid. Teori ekonomi ini telah dengan utuh mewujudkan diri dalam buku-buku teks yang rapih dan sistematik, yang telah tersebar luas serta mendominasi pengajaran dan pendidikan ilmu ekonomi hampir di seluruh dunia dan menjadi "bahasadunia". Ini telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, katakanlah sejak edisi pertama buku pengantar ekonomi yang diluncurkan oleh Paul A. Samuelsonhampir setengahabad yang lalu. Buku ini hingga edisi kedelapan belasnya saat ini, berikut buku-buku teks sejenisnya,dengan kukuhnya memasyarakatdi seluruh kampus kita. Maka terbentuklah mind-setliberalisme ekonomi lulusan kampus-kampus kita' ekonomi dan kompetitivisme pada sarjana-sarjana telah membudaya sebagai "asas perorangan" atau individualisme Liberalisme berdasar kita, berdasarundangideologi berdasar pola pikir pada ahli-ahli ekonomi kita. Sedangkan atau kooperativisme, undang dasar kita, kita menganut kolektivisme ekonomi dan "kebersamaan dan asas kekeluargaan" (mutuality and brotherhood)dengan segala aspek kelembagaan yang hidup menyertainya' Dengan menyadari perbedaanmendasardari dua paradigma dan moralitas ekonomi yang dikandung masing-masing, yaitu asas perorangan aersusasaskekeluargaan, maka kita dituntut untuk dapat melahirkan koreksi-koreksikreatif, pembaruan-pembaruan inovatif dalam pengajaranilmu ekonomi. Ibaratnya paragraP dan terobosan-terobosan demi paragrap dan bab demi bab, hal ini harus kita lakukan sambil menunggu hadirnya buku teks baru yang lebih lengkap dan solid untuk menggantikan buku teks neoklasikal konservatif-konvensional. Kita semua bertanggung jawab untuk membentukkan mindset yangbenar pada diri para anak didik kita agar ilmu ekonomi benar-benarutuh sebagai a moral science. Berkalikali Mubyarto dan saya mengingatkan bahwa pengajaran ilmu ekonomi di kampus-kampus adalah "keliru". Saya telah menegaskantentang keterperosokankita ke dalam kapsui teoritikal-parsial dan yang menerima begitu saja asumsi dasar neoklasikal ss) Sri-EdiSwasono,"OrientasiEkonomiPancasila"di dalamAbdulMadjiddan Sri-EdiSwasono(Eds.), WawasanEkonomi Pancasila (Jakarta:Ul-Press,1981),hlm. 1-29.
no'29l0Kober' Desember200Z ) / Pernbangunan Perencanaan
Ekonomi & Demokrasi yang mengacu pada pemikiran Barat yang obsolit. Lebih mencemaskan lagi adalah pelajaran ilmu ekonomi di sekolah-sekolah menengah kita, yang tidak saja menjiplak "kekeliruan" yung terjadi di kampus-kampus, tetapi juga telah mengkucilkan ilmu ekonomi yang diajarkan itu dari konteks Indonesia, baik konteks ideologi, sosial, kultural, institusional maupun konteks histori Indonesia. Mereka akan menjadi anggota masyarakat yang lengah, terkucil dari kenyataan Indonesia dan sangat kurang memiliki kepedulian pada kekuatan ekonomi rakyat. Lebih dari itu, adalah tugas kita bersama untuk tidak lagi membatasi diri atau memPersempit diri dalam kapsui-kapsul teoritikal. Kita tahu bahwa tidaklah benar pernyataan tentang "the death of economics" dalam pancaroba global ini. Yang lebih benar adalah "the deqthof economists."Bagi mereka yang membaca dimensi moral menuju ekonomi baru sebagaimana dikemukakan oleh Amitai Etzioni, tidak sulit untuk menyetujui apa yang saya anggap lebih benar ini. 3e)Jangan sampai yang lebih benar ini terjadi terhadap kita. Kita harus terus sering bertemu, berdialog antar kita, bahkan berdialog dengan ilmu dan berdialog dengan peradaban. Kita perlu menempatkan diri sebagai budayawan untuk dapat menjadi ahli ekonomi paripurna. Seorang budayawan akan rnemahami mengenai harkat martabat dan harga diri bangsa, akan memahami makna pembangunan innerliike beschaaingyang terkait dalam pembangunan ekonomia0). Dari dimensi budaya ini akan lahir suatu platt'orm yang menegaskan bahwa rakyat, bangsa, dan negaralal-r yang dibangun, sedang pembangunan ekonomi merupakan derivatnya, pembangunan ekonomi ditujukan untuk mendukung pembangunan rakyat, bangsa, dan negara. Pembangunan dan perkembangan ekonomi merupakan upaya yang lebih luas dari sekedar masalah pertumbuhan ekonorni, tetapi menjangkau perluasan kemampuan rakyat, peningkatan harta rakyat, kreativitas rakyat, percaya diri, kebahagiaan, emansipasi dan kerukunan sosial (brotherhood).Ini telah rnenjadi tuntutan inherent yang jauh lebih mutahir dari pemikiran neoklasikal yang terkapsul. Dari sini orang membedakan antara teknosof dengan teknokrat" Ujung dari itu semua adalah pengembangan kurikulum yang terus menerus. Memperbarui, mengembangkan, bahkan mengubah silabus harus merupakan kegiatan rutin yang di dasari tidak saja pada penelitian kepustakaan tetapi juga terutama penelitian lapangan. Kelengahan akan tugas ini akan menghasilkan suatu proses pendidikan dan pengajaran yang tidak memiliki relevansi, baik relevansi profesionalisme ataupun idealisme bahkan mungkin disfungsional terhadap pelaksanaan tugas-tugas nasional yang harus dilaksanakan oleh para anak didik. Lulusan kita harus siap pakai dalam arti memiliki kreativitas tinggi, daya analisis yang memadai sehingga tetap mampu inovatif terhadap proses-proses perubahan. Sementara itu pendidikan tinggi harus selalu lentur dan dinamis dalam kurikulumnya untuk melayani tuntutan-tuntutan pembaruan dan up-grading. Saya ucapkan selamat kepada Bappenas, yang mengangkat masalah intelektualisme di dalam forum ini untuk menolak ortodoksi. Ini merupakan bagian esensial dari integritas kita. I
3s) Etzioni, Amitai, The Moral Dimension toward a New Economics(r\lewyork: The Free press, 19gg) 40) LihatDaoedJOESOEF,"Apa yang Mau Kita Bangun,',Kompas,b September2002.
5 8 - PerencanaanPembangunanno.29l Oktober- Desember2fi)2
Ekonomi & Demokrasi
##lTTti"*." "",ffii,";T"HT
Morality: . On the Theory of Moral Sentiments(Adam Smith, 1759) ' Ideology . Justice/fairness/equity/wealthiness . Equality, humanity,brotherhood,religious values . Competition,co-operation,co-opetition . the persuitof happiness,social/peoplewelfare . The very natureof economicsis rooted in nationalism(JoanRobinson,1962) CO-OPERATISM
COMPM'ITIVISM C,orrrpetirion&rntorrtics Neuclasricrtiecotorlrifi ; . l:r/iuidmlisnl ilterahd
t apiwlisnt . &ee romlutirion'tcsed econonil . Honro ecnnonlieur("lurnr.olrrrrrini lrrpm") . Ellbiencl lry competirioil: free exit;(rw- erlt11 - ()ientatfon:$tourtfi, econonric added**Iue ' l-:,ee competirimz/ f'rte nvt*e I Ecorv:nric rruritr: proft t ptii'ati{*riot Globalirdtinr: llre tuinfl ev'to]res"all w*ket t€r'&surnsueiet]r/drztuirnrer'ml<e-rtrllsoci*t1 . Clahalir*tion ilrtrl Anierican domirution. (l)/g\* bcliz&tiolr utd Arwtitarizatian
{!)
Co+perrreiot *rortortics iv{rrtr* li t:/lrrocherho<xl ecvnc"nics: - (ir+perali*iin r/colleel it funi er-orrony " (.)r>operatirre-bcsed - Ecanontic denrc.rcrarl:pnrrfcipt tor)-rtrutncipdtor1 " Ilonro sor-io*s,honrolthelifrtdlaly hatw irnago l)cffiomo tdt trti{ln (rsi - lljficienq
lry cooperariarr: rallecrh,r ejir:rts - Orientotinn; WelJiov, soi;ioccun.crnic rtadt.d-sulws, - drnllolmdrrl tnhcscrr* o/grcru;tlt - C+*peralio4/nrutta{ "rrflrrlp; .w'{'s,sloots c${,peldtires , Ecorrnrnirrnrrtirr: srial bene/ir 9 " gttp ublit" 7'c olbctidc {x{trership - Clobal solidcritr"z'nrutuaf iqr - A julr anri firil etonorrrfccooSerutio6/*s.rociatian:
\x'-rO,AP{tClAl-Il{, etc.
Co* rrolled c
Mutu*litybased econ*mics Participarary.errrorrcrparory"bawdeconrrn] {"Pancasilatwnrics"): ' Econornicrltrnacr'
u4riry"er;rrrrlity, | . Orienration:tV?fate,redisrtiburion, i hurmrrin *tf"lt^ol sjttsil) (iocii|nrrriffr.lismff 3i" er'r,n,]rr,ir i sctc'io
ecunnmial$tctlr
" cDddtdmitutfifir " c*rrstxxuibilitl . E$OP (linrployer Stock (Iunerrhip Progami . Genuin* NES ryrtem (non*tplrritrrrery uFlR" s1*t*r1 ru:n "cultrlutstelsel"l
no.29loktober' Desember2lX)2 Pembangunan Perencanaan