MERANCANG TAMAN RUMAH TINGGAL DENGAN JENIS TANAMAN PENGUSIR NYAMUK Farida Iriani PS Agroteknologi (minat: Ars. Pertamanan) FP Universitas Bandung Raya Jl. Cikutra No. 171 Bandung. 40124. Telp/Fax 022-7202193 Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Keberadaan sebuah taman di suatu rumah tinggal saat ini menjadi kebutuhan yang primer. Selain berfungsi memperbaiki kualitas lingkungan dan estetika suatu rumah, juga dapat mencegah penghuni rumah dari serangan penyakit endemik yang disebabkan oleh nyamuk. Rancangan taman rumah tinggal untuk daerah tropis Indonesia pada prinsipnya menekankan pada aspek fungsi dan aspek estetika, yaitu lebih memberi manfaat ekologis serta mampu menberi kesan sejuk, segar dan tenang bagi pengguna taman. Bagaimana konsep merancang taman rumah tinggal yang efektif untuk daerah tropis Indonesia, dibahas dalam tulisan ini. Berbagai tanaman fungsional lingkungan dapat ditanam dalam suatu pola rancangan taman. Jenis-jenis tanaman pengusir nyamuk misalnya, efektif jika ditata dalam taman karena selain mampu menghasilkan estetika juga sekaligus berfungsi menekan kehadiran serangga nyamuk di sekitar lingkungan rumah. Beberapa contoh tanaman pengusir nyamuk yang dikenal efektif saat ini antara lain adalah zodia, lavender, geranium dan suren. Kata kunci: Taman rumah tinggal, tanaman pengusir nyamuk, geranium, lavender, suren, zodia PENDAHULUAN Tingkat kebutuhan dasar masyarakat Indonesia umumnya kini semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya pendapatan dan peradaban. Kebutuhan akan taman untuk suatu rumah tinggal, kini telah menjadi kebutuhan dasar yang wajib terpenuhi, terutama bagi masyarakat yang menetap di wilayah pemukiman di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan seterusnya. Variasi mengenai penyuguhan jenis taman rumah tinggal pun kini meningkat, seirama dengan meningkatnya pengetahuan, seni dan teknologi.
Namun, selera
pemilihan jenis tanaman untuk menghias taman rumah tinggal bergantung pada selera masing-
3
masing pemilik rumah tinggal itu yang diduga seleranya akan lebih bergantung pada tingkat pengetahuan, pendapatan, efisiensi perawatan, optimalisasi manfaat tanaman, dan teknik penataan rancang tanaman. Taman rumah tinggal daerah tropis seperti di Indonesia pada prinsipnya harus mampu menciptakan suasana tenang, teduh, sejuk di tengah suasana kering panas dan kebisingan kota. Selain menimbulkan kesan indah, segar, dan apik juga harus serasi dengan ukuran luasnya halaman yang hendak ditata. Taman berukuran sempit secara horizontal, sering ditemukan pada tipe rumah sederhana, untuk itu diperlukan jenis-jenis tanaman yang berukuran mungil, namun mampu mencerminkan fungsi ekologis. Sedangkan taman yang berukuran sangat sempit, sebaiknya dibuat secara vertikal (vertikultur) dengan jenis tanaman yang lebih mengutamakan fungsi lingkungan, dan mempertimbangkan perakaran tanaman yang tidak begitu dalam. Bagaimana prinsip dasar dalam merancang taman rumah tinggal, serta bagaimana memilih jenis tanaman untuk menghias taman rumah tinggal di lingkungan pemukiman Indonesia? Jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan topik yang akan dikaji dalam tulisan ini, antara lain: konsep perancangan taman rumah tinggal, jenis tanaman hias fungsional lingkungan, dan beberapa jenis tanaman pengusir nyamuk. KONSEP PERANCANGAN TAMAN RUMAH TINGGAL Taman rumah tinggal merupakan salah satu bentuk ruang terbuka yang terletak diantara dua massa bangunan. Umumnya taman rumah tinggal untuk daerah tropis seperti Indonesia, dirancang dengan konsep semi formal (setengah resmi), yaitu gabungan antara taman formal yang ditata menurut pola geometris (dengan maksud menjaga keseimbangan), serta taman tak formal yang ditata dengan gaya bebas. Agar tetap terkesan rapi, taman semi formal biasanya
4
dirancang dengan cara memadukan keteraturan taman formal dan kebebasan gaya tumbuh alamiah dari jenis tanaman yang ditanam (Robinete, 1987). Ada 2 (dua) aspek yang harus dipertimbangkan dalam perancangan taman, yaitu aspek fungsi dan estetika. Aspek fungsi memberikan penekanan pada penggunaan atau pemanfaatan dari elemen taman yang akan dirancang. Elemen taman terdiri atas elemen lunak (soft material: tanaman), dan elemen keras (hard material: batu, pagar, lampu taman, dll). Aspek estetika ditekankan pada usaha untuk menghasilkan suatu keindahan visual (Hakim, 2003). Unsur-unsur keindahan visual dapat diperoleh melalui garis, bidang, warna, dan tekstur. Masing-masing unsur memiliki sifat dan karakter yang dapat mempengaruhi kesan dan suasana ruang yang ingin diciptakan. Konsep taman semi formal umumnya menghendaki garis horizontal dan garis lengkung, karena keduanya dapat menciptakan kesan lebar, santai, tenang, dinamis, dan gembira. Bidang merupakan sekumpulan garis yang menyatu dan dipadatkan hingga tercipta bermacam-macam bentuk ruang, seperti segi empat, segi tiga, bulat, atau bentuk bebas. Untuk taman rumah tinggal lebih cocok jika memadukan berbagai bentuk sehingga menghasilkan kombinasi yang tepat sesuai ukuran dan fungsi ruang. Warna dipergunakan untuk menekankan atau memperjelas karakter suatu objek atau memberi aksen pada bentuk dan bahannya. Keahlian seorang arsitek lansekap dalam mengkombinasikan variasi warna akan menampilkan keharmonisan suatu ruang sehingga menghasilkan kesan sejuk, tenang, ceria, atau hangatnya suatu bidang. Misal warna merah, putih, kuning memberi kesan hangat dan ceria, sedangkan warna hijau, biru, abu-abu, violet memberi kesan sejuk, tenang, dan teduh. Tekstur adalah sekumpulan titik-titik halus atau kasar yang tidak beraturan suatu permukaan benda yang menjadi elemen taman. Tekstur halus adalah karakter permukaan benda yang jika diraba akan terasa halus atau dipandang terkesan lembut, misalnya tanaman yang berdaun halus, seperti
5
cemara, glodogan, atau pohon pinang yang licin. Sebaliknya tekstur kasar adalah karakter permukaan benda yang jika diraba terasa kasar atau objek yang terdiri atas berbagai corak yang berbeda, baik bentuk maupun warna. Prinsip perancangan taman rumah tinggal merupakan dasar dari terwujudnya suatu rancangan atau ciptaan bentuk taman tersebut. Setiap komponen bentuk memiliki karakteristik tersendiri yang pada prinsipnya memiliki faktor keteraturan dan kesatuan (unity and consistency) (Carpenter et.al., 1983). Keteraturan diperoleh melalui pendekatan tema rancangan (formal, semi formal, simetris) ataupun pendekatan dari keteraturan bentuk (alamiah, tradisional, modern) yang akhirnya mampu menciptakan daya tarik visual berupa nilai keindahan. Kesatuan merupakan keharmonisan yang tercipta dari berbagai elemen taman yang ada dalam suatu rancangan. Untuk mencapai suatu kesatuan dan keteraturan, maka perlu diperhatikan beberapa pertimbangan, yaitu: (1). Keseimbangan (balance), (2). Irama dan pengulangan (ritme and repetition), dan (3). Penekanan dan aksentuasi (emphasis). (1) Keseimbangan (balans) Keseimbangan dalam perancangan berarti penyamaan tekanan visual suatu komposisi antara unsur-unsur yang ada dalam taman (ukuran, warna, tekstur). Ada dua macam nilai keseimbangan, yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis merupakan keseimbangan yang formal dan simetris dalam ukuran, berat, bentuk, warna, tekstur atau unsur lainnya (Gambar 1.). Keseimbangan dinamis merupakan keseimbangan semi formal yang mampu menghasilkan daya tarik visual melalui keseimbangan asimetris.
Keseimbangan statis
Keseimbangan dinamis
Gambar 1. Contoh nilai keseimbangan dalam perancangan taman. 6
(2) Irama dan pengulangan (ritme and repetition) Irama adalah pengulangan elemen taman yang digunakan pada tempat yang berbeda dalam suatu tapak sehingga membentuk suatu harmonisasi visual yang saling kebergantungan satu sama lain. Pola pengulangan dapat dibentuk dengan cara penataan letak, jarak, bentuk, atau warna yang berbeda dari elemen taman (Gambar 2.). Pemilihan pola pengulangan tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai sehingga mampu menciptakan gerak, pandangan mata dan emosi yang akhirnya menghasilkan irama. Irama akan mengantar pengguna taman dalam menikmati keharmonisan suatu rancangan.
Pengulangan statis
Pengulangan berselang
Pengulangan progresif
Gambar 2. Variasi pengulangan elemen-elemen taman. (3). Penekanan dan aksentuasi (emphasis) Penekananan dimaksudkan adanya dominansi salah satu elemen taman sebagai upaya untuk menonjolkan salah satu elemen yang menjadi daya tarik visual, sedangkan elemen lain yang tidak menonjol berfungsi sebagai penghubung atau pengikat kesatuan. Penekanan dapat diciptakan melalui ukuran, bentuk, tata letak, warna, tekstur dan lain-lain yang akan menuntun pandangan mata pengguna untuk mengikuti irama yang diciptakan oleh sang perancang. Aksentuasi adalah sesuatu yang menjadi titik pusat perhatian yang diinginkan. Dalam suatu perancangan taman rumah tinggal, penempatan elemen sebagai aksentuasi tidak perlu berlebihan karena justru akan menimbulkan ketidakteraturan. Perancangan taman rumah tinggal yang baik 7
adalah terciptanya unsur penghubung untuk mengantarkan pandangan kepada aksentuasi yang menjadi suatu kesatuan. JENIS TANAMAN HIAS FUNGSIONAL LINGKUNGAN Berdasarkan hirarki tanaman, maka taman semi formal atau taman rumah tinggal pada umumnya tersusun dari jenis-jenis tanaman berikut ini: 1. Pohon hias, ditanam secara soliter (sendirian) di pojok halaman atau bukan pojok. Pohon hias ini berfungsi sebagai aksen taman sehingga harus dapat dinikmati keindahannya secara khusus dari berbagai sudut pandang karena kesendiriannya itu. (tinggi = 2-3 m) 2. Sekumpulan tanaman border (tepian) yang hanya dapat dinikmati keindahannya dari satu arah saja. Tanaman border berfungsi sebagai latar belakang, sehingga jenis tanaman ini harus menghijau (tidak mengalami gugur daun) sepanjang tahun. Secara hirarki merupakan tanaman perdu (tinggi 40-50 cm) 3. Tanaman herba hias, berfungsi mengisi kekosongan diantara tanaman perdu atau bungabungaan 4. Tanaman penutup tanah, lazimnya berfungsi mengisi tanah kosong diantara tanaman border dan seluruh bagian halaman, biasanya berupa rumput hias. BEBERAPA JENIS TANAMAN PENGUSIR NYAMUK 1. Zodia (Evodia suaveolens) Zodia merupakan salah satu flora asli Indonesia yang berasal dari hutan tropis pulau Papua (Litbang Pertanian, 2008).
Termasuk tanaman perdu berkayu dari keluarga Rutaceae
dengan tinggi tanaman berkisar antara 50-200 cm. Berdasarkan fungsinya, tanaman zodia dikelompokkan sebagai tanaman obat atau fitofarmaka, mengandung senyawa evodiamine dan 8
rutaecarpine. Menurut hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), daun-daun tanaman zodia jika disuling dan dipantau melalui gas kromatografi adalah mengandung senyawa linalool (46 %) dan senyawa a-pinene (13,26 %). Kandungan senyawa linalool inilah yang mengeluarkan aroma khas yang tidak disukai serangga jenis nyamuk. Keputusan Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006 tertanggal 12 September 2006, bahwa tanaman zodia merupakan salah satu jenis komoditas tanaman biofarmaka di bawah binaan Direktorat Jenderal Hortikultura tersebut. Ditinjau berdasarkan keindahan bentuk daun, kerimbunan bunga, dan bentuk tajuk, maka tanaman zodia dapat pula masuk kelompok tanaman hias atau florikultura (Kurniawan, 2009). Penanaman zodia dalam pot sebagai tanaman dalam ruangan (indoor plant) atau penanaman zodia di halaman (outdoor plant) sebagai elemen taman adalah menarik secara visual dan mampu mengarahkan pandangan kepada objek.
zodia
Gambar 3. Tanaman zodia di halaman rumah (outdoor plant)
9
2. Lavender (Lavandula angustifolia) Dikenal beberapa spesies dari Genus Lavandula (L.angustifolia, L.multifada, L.offinalis, L.arbore, L.trimestries) yang di masyarakat dikenal dengan nama Lavender. Lavender adalah tanaman herba dua musim asal pulau Canary (benua Amerika). Sejak ratusan tahun lalu telah diketahui mengandung senyawa aromatik pada bagian daun, dan bunga yang berbentuk spike berwarna ungu. Termasuk keluarga Labiatae, batang berkayu lunak, tinggi rata-rata 40-50 cm. Tepat digunakan sebagai tanaman border pada taman semi formal, karena ia menyukai sinar matahari penuh.(McDonald, 1989). Aroma yang dikeluarkan oleh bunga lavender tidak disukai nyamuk, tetapi disukai manusia sebagai bahan dasar minyak wangi.
Gambar 4. Lavender sebagai tanaman border pada pagar rumah tinggal.
10
Gambar 5. Bunga Lavender (L.offinalis) yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak wangi 3. Geranium (Pelargonium citrosa) Geranium berasal dari Afrika Utara, termasuk jenis herba menahun dengan bagian daun dan bunga yang menonjol sebagai aksen dekoratif. Tanaman geranium tumbuh merumpun, banyak anakan, daun hijau berbentuk jangkar dan bergerigi pada bagian tepi, serta batang banyak mengandung air. Pada saat daun tertiup angin, akan terjadi gesekan antar daun sehingga mengeluarkan aroma khas, yaitu senyawa citronella yang dikandungnya. Aroma citronella inilah yang tidak disukai nyamuk. Termasuk keluarga Geraniaceae yang sangat variatif dalam warna bunga, yaitu putih, merah, merah muda, oranye, ungu atau kombinasi dwiwarna. Bunga tersusun dalam kelompok dengan panjang tangkai bunga 10 sampai 30 cm. Tanaman geranium menyukai cahaya agar dapat berbunga terus menerus, dan tepat jika digunakan sebagai tanaman border pada taman semi formal (Fonteno, 1992).
11
Gambar 5. Geranium sebagai border taman rumah tinggal
Gambar 6. Bentuk struktur daun dan bunga Geranium.
12
4. Suren (Toona sureni) Suren merupakan jenis tanaman pohon dengan bentuk tajuk yang tidak beraturan (irreversible), tinggi pohon dengan percabangan dapat mencapai 35 - 40 m dan diameter batang dapat mencapai 1 m. Pohon suren berasal dari Asia Selatan, tersebar dari Nepal, India, Bhurma, China Selatan, Thailand dan seluruh kepulauan Malenesia hingga Papua. Permukaan kayu biasanya pecah-pecah dan berserpihan, warna keputihan, coklat keabuabuan atau coklat muda. Kulit batang dan daun mengeluarkan aroma tajam yang tidak disukai serangga termasuk nyamuk. Petani biasanya menggunakan pohon suren sebagai penghalau hama, yaitu dimanfaatkan dalam keadaan tanaman hidup (insektisida hidup) yang ditanam di tepian tegalan atau pun dalam bentuk potongan-potongan tanaman. Berdasarkan penelitian, suren mengandung bahan kimia surenon, surenin, dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan menghambat daya makan larva serangga. Jenis-jenis bahan kimia tersebut ternyata juga ampuh mengusir nyamuk (Anekaplanta, 2008). Sebagai kelompok pohon besar, tanaman suren dapat dimanfaatkan sebagai aksen taman pada pojok halaman, tajuk pohon dapat divariasi dengan cara pangkasan, dibuat bonsai untuk diletakkan pada sudut teras atau sudut ruangan dalam rumah. PENUTUP Upaya menciptakan taman
rumah tinggal di lingkungan tropis seperti Indonsia
hendaknya menjadi kebutuhan yang primer agar fungsi tanaman dalam memperbaiki kualitas lingkungan pemukiman segera diperoleh. Berbagai tanaman hias asal Indonesia yang mampu berperan ganda dalam meningkatkan kualitas lingkungan pun semakin banyak ditemukan. Membudidayakan jenis-jenis tanaman seperti itu merupakan upaya pelestarian flora Indonesia agar tidak punah dan menjadikan flora kita lebih dikenal karena manfaat estetika dan lingkungan. 13
DAFTAR PUSTAKA Anekaplanta. 2008. Tanaman Suren. Anekaplanta.Wordpress.com. Diunduh: 21 Agustus 2011. Carpenter, P.L.; T.D. Walker; F.O.Lanphear. 1983. Plants in the Landscape. W.H.Freeman and Company, San Fransisco. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Surat Keputusan Menteri Pertanian RI tentang tanaman Biofarmaka. Fonteno, W.C. 1992. Geraniums. In (eds) Larson, R.A. Introduction to Floriculture. Academic Press, Inc. San Diego, California. Hakim, R. 2003. Arsitektur Lansekap: Manusia dan Lingkungan. Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta Kurniawan, A. 2009. Tanaman Pengusir Nyamuk. Ardityo Kurniawan.Wordpress.com.weblog. Diunduh: 6 Juli 2011. Litbang Pertanian. 2008. Data Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultura RI, Jakarta. McDonald. 1989. The good Housekeeping Illustrated Encyclopedia of Gardening. Vol. 7, 8, 9. Book Division, New York. Robinete, G.O. 1987. Plant, People and Environmental Quality. Van Company, New York.
Nostrand Reinhold
DATA PENULIS Dr. Farida Iriani, Ir., MP. Lahir di Palembang pada tanggal 6 Desember 1962. Dosen PNS dpk Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya, Bandung. Mengampu mata kuliah Tanaman Lansekap, Lansekap Kota dan Daerah, dan Pengelolaan Lansekap pada prodi Agroteknologi, minat Arsitektur Pertamanan. S3 diselesaikan di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung pada tahun 2005 bidang ilmu pertanian dengan topik kajian tanaman florikultura.
14